Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

24
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pemilikan tanah diawali dengan menduduki suatu wilayah yang oleh masyarakat adat disebut sebagai tanah komunal (milik bersama). Khususnya diwilayah pedesaan diluar Jawa, tanah ini diakui oleh hukum adat tak tertulis baik berdasarkan hubungan keturunan maupun wilayah. Seiring dengan perubahan pola sosial ekonomi dalam setiap masyarakat tanah milik bersama masyarakat adat ini secara bertahap dikuasai oleh anggota masyarakat melalui penggarapan yang bergiliran. Sistem pemilikan individual kemudian mulai dikenal didalam sistem pemilikan komunal. Situasi ini terus berlangsung didalam wilayah kerajaan dan kesultanan sejak abad ke lima dan berkembang seiring kedatangan colonial Belanda pada abad ke tujuh belas yang membawa konsep hukum pertanahan mereka. Selama masa penjajahan Belanda, pemilikan tanah secara perorangan menyebabkan dualisme hukum pertanahan, yaitu tanah-tanah dibawah hukum Adat dan tanah-tanah yang tunduk kepada hukum Belanda. Menurut hukum pertanahan 1

Transcript of Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Page 1: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilikan tanah diawali dengan menduduki suatu wilayah yang oleh

masyarakat adat disebut sebagai tanah komunal (milik bersama). Khususnya

diwilayah pedesaan diluar Jawa, tanah ini diakui oleh hukum adat tak tertulis

baik berdasarkan hubungan keturunan maupun wilayah. Seiring dengan

perubahan pola sosial ekonomi dalam setiap masyarakat tanah milik bersama

masyarakat adat ini secara bertahap dikuasai oleh anggota masyarakat

melalui penggarapan yang bergiliran. Sistem pemilikan individual kemudian

mulai dikenal didalam sistem pemilikan komunal.

Situasi ini terus berlangsung didalam wilayah kerajaan dan kesultanan sejak

abad ke lima dan berkembang seiring kedatangan colonial Belanda pada

abad ke tujuh belas yang membawa konsep hukum pertanahan mereka.

Selama masa penjajahan Belanda, pemilikan tanah secara perorangan

menyebabkan dualisme hukum pertanahan, yaitu tanah-tanah dibawah

hukum Adat dan tanah-tanah yang tunduk kepada hukum Belanda. Menurut

hukum pertanahan colonial, tanah bersama milik adat dan tanah milik adat

perorangan adalah tanah dibawah penguasaan Negara.

Hak individual atas tanah, seperti hak milik atas tanah, diakui terbatas kepada

yang tunduk kepada hukum barat. Hak milik ini umumnya diberikan atas

tanah-tanah diperkotaan dan tanah perkebunan di pedesaan. Dikenal pula

beberapa tanah instansi pemerintah yang diperoleh melalui penguasaan.

Persoalan sengketa tanah mengenai hak Milik tak pernah reda. Masalah

tanah bagi manusia tidak ada habis-habisnya karena mempunyai arti yang

1

Page 2: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

amat penting dalam penghidupan dan hidup manusia sebab tanah bukan saja

sebagai tempat berdiam juga tempat bertani, lalu lintas, perjanjian dan pada

akhirnya tempat manusia berkubur.

Sebagaimana diketahui sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria

berlaku bersamaan dua perangkat hukum tanah di Indonesia (dualisme).

Satu bersumber pada hukum adat disebut hukum tanah adat dan yang lain

bersumber pada hukum barat disebut hukum tanah Barat. Dengan

berlakunya hukum agraria yang bersifat nasional (UU No. 5 Tahun 1960)

maka terhadap tanah-tanah dengan hak barat maupun tanah-tanah dengan

hak adat harus dicarikan padanannya di dalam UUPA. Untuk dapat masuk ke

dalam sisem dari UUPA diselesaikan dengan melalui lembaga konversi.

Setelah adanya UUPA masih saja ada masalah yang lingkupnya pada hak

atas tanah, seharusnya ada suatu peraturan yang menjelaskan lebih jelas

dan mengikat mengenai hak atas tanah.

Undang-undang pertanahan tersebut diharapkan secepatnya dibuat dan

diundangkan agar dapat memberikan kepastian hukum dan jaminan

perlindungan hukum kepemilikan dan penguasaan hak atas tanah.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Hak Atas Tanah?

2. Apa saja yang termasuk Hak Atas Tanah?

3. Bagaimanakah contoh kasus dalam permasalahan Hak Atas Tanah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Pembuatan makalah yang berjudul Hak Atas Tanah ini memiliki tujuan yang

ingin dicapai, yaitu :

1. Agar kita dapat mengetahui apakah yang dimaksud dengan Hak Atas

2

Page 3: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Tanah

2. Agar kita dapat mengetahui apa saja yang termasuk dalam Hak Atas

Tanah

3. Agar kita mengetahui contoh-contoh kasus dalam permasalahan Hak

Atas Tanah

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang penyusun dapat setelah menyusun makalah yang berjudul Hak

Atas Tanah ini, yaitu :

Manfaat teoritis :

1. Penyusun mendapat lebih banyak pengetahuan mengenai Hak Atas

Tanah

2. Penyusun mendapatkan pengetahuan mengenai apa saja yang termasuk

kedalam Hak Atas Tanah

Manfaat Praktis :

1. Penyusun dapat memaparkan mengenai Hak Atas Tanah

2. Penyusun dapat mengetahui bagaimana kepemilikan Hak Atas Tanah di

Indonesia

3. Jika suatu hari penyusun bekerja pada bidang Hukum Agraria atau yang

berhubungan dengan pertanahan maka penyusun sudah mengetahui

bagaimanakah penjelasan mengenai Hak Atas Tanah Tersebut serta

dapat pula mengaplikasikannya apabila terjadi masalah yang

berhubungan dengan Hak Atas Tanah.

3

Page 4: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENJELASAN

HAK ATAS TANAH Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi

wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan

atau mengambil manfaat atas tanah tersebut. Hak atas tanah berbeda

dengan hak penggunaan atas tanah.

Ciri khas dari hak atas tanah adalah seseorang yang mempunyai hak

atas tanah berwenang untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas

tanah yang menjadi haknya. Hak–hak atas tanah yang dimaksud ditentukan

dalam pasal 16 jo pasal 53 UUPA, antara lain:

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha

3. Hak Guna Bangunan

4. Hak Pakai

5. Hak Sewa

6. Hak Membuka Tanah

7. Hak Memungut Hasil Hutan

8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang

ditetapkan oleh undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara

sebagaimana disebutkan dalam pasal 53.

Dalam pasal 16 UU Agraria disebutkan adanya dua hak yang sebenarnya

bukan merupakan hak atas tanah yaitu hak membuka tanah dan hak

memungut hasil hutan karena hak–hak itu tidak memberi wewenang untuk

4

Page 5: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

mempergunakan atau mengusahakan tanah tertentu. Namun kedua hak

tersebut tetap dicantumkan dalam pasal 16 UUPA sebagai hak atas tanah

hanya untuk menyelaraskan sistematikanya dengan sistematika hukum

adat. Kedua hak tersebut merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari

hak ulayat. Selain hak–hak atas tanah yang disebut dalam pasal 16,

dijumpai juga lembaga–lembaga hak atas tanah yang keberadaanya dalam

Hukum Tanah Nasional diberi sifat “sementara”. Hak–hak yang dimaksud

antara lain :

1. Hak gadai,

2. Hak usaha bagi hasil,

3. Hak menumpang,

4. Hak sewa untuk usaha pertanian.

Hak–hak tersebut bersifat sementara karena pada suatu saat nanti sifatnya

akan dihapuskan. Oleh karena dalam prakteknya hak–hak tersebut

menimbulkan pemerasan oleh golongan ekonomi kuat pada golongan

ekonomi lemah (kecuali hak menumpang). Hal ini tentu saja tidak sesuai

dengan asas–asas Hukum Tanah Nasional (pasal 11 ayat 1). Selain itu,

hak–hak tersebut juga bertentangan dengan jiwa dari pasal 10 yang

menyebutkan bahwa tanah pertanian pada dasarnya harus dikerjakan dan

diusahakan sendiri secara aktif oleh orang yang mempunyai hak. Sehingga

apabila tanah tersebut digadaikan maka yang akan mengusahakan tanah

tersebut adalah pemegang hak gadai. Hak menumpang dimasukkan dalam

hak–hak atas tanah dengan eksistensi yang bersifat sementara dan akan

dihapuskan karena UUPA menganggap hak menumpang mengandung

unsur feodal yang bertentangan dengan asas dari hukum agraria Indonesia.

Dalam hak menumpang terdapat hubungan antara pemilik tanah dengan

orang lain yang menumpang di tanah si A, sehingga ada hubungan tuan

dan budaknya. Feodalisme masih mengakar kuat sampai sekarang di

Indonesia yang oleh karena Indonesia masih dikuasai oleh berbagai rezim.

Sehingga rakyat hanya menunngu perintah dari penguasa tertinggi. Sutan

5

Page 6: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Syahrir dalam diskusinya dengan Josh Mc. Tunner, pengamat Amerika

(1948) mengatakan bahwa feodalisme itu merupakan warisan budaya

masyarakat Indonesia yang masih rentan dengan pemerintahan diktatorial.

Kemerdekaan Indonesia dari Belanda merupakan tujuan jangka pendek.

Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah membebaskan Indonesia dari

pemerintahan yang sewenang–wenang dan mencapai kesejahteraan

masyarakat. Pada saat itu, Indonesia baru saja selesai dengan

pemberontakan G 30 S/PKI. Walaupun PKI sudah bisa dieliminir pada tahun

1948 tapi ancaman bahaya totaliter tidak bisa dihilangkan dari Indonesia.

Pasal 16 UUPA tidak menyebutkan hak pengelolaan yang sebetulnya hak

atas tanah karena pemegang hak pengelolaan itu mempunyai hak untuk

mempergunakan tanah yang menjadi haknya. Dalam UUPA, hak–hak atas

tanah dikelompokkan sebagai berikut :

1.Hak atas tanah yang bersifat tetap, terdiri dari :

1. Hak Milik

2. Hak Guna Usaha

3. Hak Guna Bangunan

4. Hak Pakai

5. Hak Sewa Tanah Bangunan

6. Hak Pengelolaan

2.Hak atas tanah yang bersifat sementara, terdiri dari :

1. Hak Gadai

2. Hak Usaha Bagi Hasil

3. Hak Menumpang

4. Hak Sewa Tanah Pertanian

Pencabutan Hak Atas Tanah

6

Page 7: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Maksud dari pencabutan hak atas tanah adalah pengambilan tanah secara

paksa oleh negara yang mengakibatkan hak atas tanah itu hapus tanpa

yang bersangkutan melakukan pelanggaran atau lalai dalam memenuhi

kewajiban hukum tertentu dari pemilik hak atas tanah tersebut. Menurut

Undang–undang nomor 20 tahun 1961 tentang pencabutan hak atas tanah

dan benda–benda diatasnya hanya dilakukan untuk kepentingan umum

termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama milik

rakyat merupakan wewenang Presiden RI setelah mendengar pertimbangan

apakah benar kepentingan umum mengharuskan hak atas tanah itu harus

dicabut, pertimbangan ini disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri

Hukum dan HAM, serta menteri lain yang bersangkutan. Setelah Presiden

mendengar pertimbangan tersebut, maka Presiden akan mengeluarkan

Keputusan Presiden yang didalamnya terdapat besarnya ganti rugi untuk

pemilik tanah yang haknya dicabut tadi. Kemudian jika pemilik tanah tidak

setuju dengan besarnya ganti rugi, maka ia bisa mengajukan keberatan

dengan naik banding pada pengadilan tinggi.

7

Page 8: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

BAB III

ANALISIS

B. PENGERTIAN-PENGERTIAN :

1. HAK MILIK

Hak milik diatur didalam pasal 20-27 UUPA. Hak milik bersifat turun-temurun,

terkuat, dan terpenuh, berfungsi sosial. Maksudnya adalah, turun temurun

contohnya dapat diwariskan, terkuat maksudnya dapat dipertahankan,

terpenuh maksudnya adalah tidak mengenal jangka waktu, dan berfungsi

sosial yaitu harus sesuai dengan sifat dan tujuannya (pasal 6 UUPA).

Hak milik dapat dialihkan kepada siapa saja, dapat didirikan Hak guna

bangunan diatasnya.

Subjek hak milik :

a. Warga Negara Indonesia

b. Badan hukum tertentu ( PP No. 38 tahun 1963) yaitu, badan hukum

perbankan negara, koperasi pertanian, dan usaha

sosial/keagamaan.

Luas kepemilikan hak atas tanah dibatasi oleh CEILING yang dibatasi

secara maksimum dan minimum.

Berakhirnya suatu hak milik atas tanah yaitu dapat dengan cara :

a. Pencabutan hak

b. Melanggar prisip nasionalitas

c. Terlantar

d. Penyerahan secara sukarela

e. Tanahnya musnah misalnya karena bencana alam longsor

8

Page 9: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Dasar hak milik :

a. Konversi dari tanah-tanah eks-BW dan dari tanah eks-tanah adat

b. Dari hasil pengelolaan yang teruang dalam perjanjian pendirian hak

tersebut

c. SK pemberhentian hak oleh pemerintah BPN

2. HAK GUNA USAHA

Hak guna usaha diatur didalam pasal 28-34 UUPA, dan PP No. 40 tahun

1996.

Hak guna usaha merupakan hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai

oleh negara. Obyeknya merupakan tanah negara.

Subyek hak guna usaha :

1. Warga Negara Indonesia

2. Badan HukumIndonesia

Hak guna usaha dapat dapat dialihkan asal kepada WNI. Hal ini berdasarkan

prinsip asas nasionalitas.

Penggunaan hak guna usaha dapat digunakan untuk pertanian

(perkebunan), perikanan, peternakan. Dan dapat dijadikan objek hak

tanggunangan atau dapat dijaminkan.

Jangkau waktunya : Didalam UUPA 25 tahun, diperpanjang maksimal 35

tahun dengan perpanjangan waktu 25 tahun, perpanjangan atau

pembaharuan dapat diberikan sekaligus (pasal 11 PP 40 Tahun 1996) 30

tahun diperbaharui.

9

Page 10: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Berakhirnya hak : waktunya berakhir melanggar syarat pemberian, dilepas

haknya, dicabut haknya untuk kepentingan umum, tanahnya musnah,

melanggar prinsip nasionalitas.

Dasar hak : PMDN No 6 Tahun 1972 jo. Peraturan kepala BPN No 16 Tahun

1990 sampai dengan 100 HA asal tidak dengan fasilitas penanaman modal

oleh Kanwil BPN ; diatas 100 HA oleh Kepala BPN (Pasal 2 s.d 18 PP No 40

Tahun 1996)

3. HAK GUNA BANGUNAN

Hak untuk mengusahakan dan mempunyai bangunan atas tanah bukan

milik sendiri

Subyeknya : .

1. WNI

2. Badan Hukum Indonesia

Hak guna Bangunan dapat dialihkan asal kepada WNI, berdasarkan asas

nasionalitas

Dapat sebagai objek hak tanggungan

Jangka waktu hak guna bangunan : paling lama 30 tahun dapat

diperpanjang 20 tahun, perpanjangan/ pembaharuan dapat diberikan

sekaligus

Berakhirnya hak guna bangunan:

Jangka waktunya berakhir, dihentikan sebelum jangka waktu berakhir,

dilepas oleh pemegang hak, dicabut untuk kepentingan umum,

ditelantarkan, tanah musnah, bukan WNI lagi (pasal 30 ayat 2 jo pasal 20

PP 40/ 1996

10

Page 11: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Alas/ dasar hak guna bangunan

1. PMDN 6/1972 sampai 2000m2 oleh kepala BPN ps 22 PP 40/1996

2. Hak pengelolaan Vide PMDN 1/77 jo PMDN 6/1972 jo ps 22 ayat (2) PP

40/1996

3. Konversi tanah ex adat

4. Kinversi tanah ex BW : hak eigendom, hak opstal, hak erfacht

5. Karena perjanjian, pemilik HM dan seseorang untuk menimbulkan hak

guna bangunan

4. HAK PAKAI

1) Hak pakai keperdataan

Hak untuk menggunakan dan memungut hasil dari tanah yang dikuasai

negara/ tanah yang dikuasai seseorang dengan hak milik

Subjeknya : WNI, Badan Hukum Indonesia, orang asing penduduk Indonesia

( pasal 39 PP 40/ 1996), badan hukum asing yang mempunyai manfaat bagi

penduduk Indonesia dan badan hukum asing yang ada ijin operasional

Dapat dialihkan ; dapat menjadi objek tanggungan

Berakhirnya hak : jangka waktu berakhir, tanah musnah, dicabut untuk

kepentingan umum, ditelantarkan

Jangka waktu :

Tidak jelas ( pasal 41-43 UUPA)

PMDN 6/1972 = 10 tahun

Pasal 45 PP 40/ 1996 -25 tahun dengan perpanjangan 20 tahun

Hak pakai di atas hak milik = 25 tahun dengan pembaharuan 25 tahun

2) Hak pakai khusus :

11

Page 12: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Hak milik mempergunakan tanh untuk pelaksanaan tugas yang berasal dari

tanah yang dikuasai negara.

Subjeknya ialah departemen, LPND, PEMDA, perwakilan negara asing,

lembaga keagamaan, dan lembaga sosial (Lembaga pemerintah non

departemen).

Tidak dapat dialihkan :

Tidak dapat dijadikan objek hak tanggungan

Berakhirnya hak:

Jika tidak dapat dipergunakan lagi kembali kepada negara.

Jangka waktu :

Tidak terbatas selama masih dipergunakan (pasal 45 ayat 1 PP. 40 tahun

1996).

HAK HAK SEMENTARA

A. PENGERTIAN

Hak hak yang bersifat sementara dikatakan sementara karena mengandung

sifat-sifat yang bertentangan dengan UUPA (mengandung unsur

pemerasan). Maka hal-hal tersebut diusahakan agar dapat dihapus dalam

waktu singkat, sebelum ada peraturan-peraturan yang baru, sementara

ketentuan yang sudah ada dianggap masih berlaku. Hak-hak tersebut

adalah:

1. Hak Usaha Bagi Hasil, berasal dari hukum adat ”hak menggarap”, yaitu

hak seseorang untuk mengusahakan pertanian diatas tanah milik orang

lain dengan perjanjian bahwa hasilnya akan dibagi bagi kedua belah pihak

12

Page 13: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

berdasarkan perjanjian. Diatur dalam Undang-Undang No.2 tahun 1960

tentang perjanjian bagi hasil, Permenag No. 8 tahun 1964, Inpres No.13

tahun 1980.

2. Hak Gadai, berasal dari hukum adat “Jual Gadai”, yaitu penyerahan

sebidang tanah oleh pemilik kepada pihak lain dengan membayar uang

kepada pemilik tanah dengan perjanjian, bahwa tanah itu akan

dikemalikan apabila pemilik mengembalikan uang kepada pemegang

tanah. Hal itu diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No.56/ Prp/ 1960

tentang penetapan luas tanah pertanian, pasal 7 : “Barangsiapa

menguasai tanah pertanian dengan hak gadai, sudah berlangsung 7 tahun

atau lebih, wajjib mengembalikan tanah itu kepada pemiliknya dalam

waktu sebulan stelah tanaman selesai dipanen. Dengan tidak ada hak

untuk menuntut pembayaran uang tebusan.”

Rumus : 7+0.5 – Waktu Berlangsungnya Gadai x Uang gadai

7

3. Hak Menumpang, yaitu hak yang mengizinkan seseorang untuk

mendirikan serta untuk menempati rumah diatas tanah pekarangan orang

lain dengan tidak membayar kepada pemilik pekarangan tersebut, seperti

hak pakai, tetapi sifatnya sangat lemah, karena setiap saat pemilik dapat

mengambil kembali tanahnya.

4. Hak Sewa Tanah Pertanian, bersifat sementara karena berkaitan dengan

pasal 10 ayat 1 UUPA yang menghendaki setiap orang atau badan hukum

yang mempunyai suatu hak atas tanah pertanian. Pada asasnya

diwajibkan mengerjakan atau mengusahakan sendiri secara aktif dengan

cara mencegah cara pemerasan.

13

Page 14: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Contoh Kasus :

Sengketa Lahan Meruya

Kasus ini bermula pada 1972. Waktu itu, Haji Djuhri bin Haji Geni, Yahya bin

Haji Geni, dan Muhammad Yatim Tugono membeli tanah-tanah girik dari

warga Meruya Udik, yang kini menjadi Kelurahan Meruya Selatan. Seluruh

tanah ini mencapai luas 78 hektare dan kemudian dijual dengan harga Rp

300 per meter persegi ke perusahaan properti milik Beny Rachmat itu.

Masalah muncul ketika Portanigra menuduh tiga mandor itu belakangan

membuat girik palsu dan menjual lagi tanah tersebut ke beberapa pihak.

Kasus pemalsuan girik ini ditemukan oleh Operasi Pemulihan Keamanan dan

Ketertiban Pusat pimpinan Laksamana Sudomo pada 1978.

Dalam proses pemeriksaan, tiga mandor tadi mengaku menjual lagi girik

tersebut kepada beberapa perusahaan. Di antaranya ke pemerintah DKI

Jakarta pada 1974 seluas 15 hektare, kepada PT Intercone (2 hektare) dan

PT Copylas (2,5 hektare) pada 1975, serta kepada BRI seluas 3,5 hektare

pada 1977.

Pada 1986, Djuhri divonis hukuman setahun penjara oleh Pengadilan Negeri

Jakarta Barat. Di tingkat banding, Yahya terkena vonis setahun penjara.

Adapun Tugono, kasasinya ditolak Mahkamah Agung sehingga ia harus

masuk penjara pada 1989.

Berbekal putusan pidana itu, Portanigra kemudian menggugat perdata ketiga

mandor tersebut pada 1996. Ketika itu, Pengadilan Negeri Jakarta Barat

sudah meletakkan sita jaminan terhadap tanah seluas 44 hektare yang

diklaim milik Porta. Gugatan ini sempat ditolak di tingkat pertama dan

banding.

14

Page 15: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Namun, pada 2001, nasib berbalik memihak Porta ketika perkara sampai di

Mahkamah Agung. Mahkamah memenangkan Porta. Putusan perkara pidana

dan bukti jual-beli yang jadi pegangan putusan kasasi.

Meskipun bukan pihak yang bersengketa, warga kini berusaha melawan

putusan Mahkamah Agung dengan mengajukan gugatan perlawanan hukum

ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Warga juga berusaha menghalangi eksekusi dengan mengadukan Portanigra

ke polisi karena adanya sejumlah kejanggalan di berkas perkara.

Kejanggalan itu di antaranya menyangkut domisili perusahaan tersebut di

Duta Merlin yang ternyata kosong dan nomor wajib pajak ganda atas nama

Portanigra.

Dari tiga terpidana, kini cuma Haji Djuhri yang sudah berusia 80 tahun dan

pikun itu yang ikut melawan. Sebab, Yahya sudah meninggal dan Tugono

pindah entah ke mana.

Portanigra sendiri kini menunggu upaya Dewan Perwakilan Rakyat mencari

solusi untuk tak merugikan pihak ketiga atau warga dalam sengketa tanah

tersebut.

Badan Pertanahan Jakarta yang disebut-sebut ikut punya andil membuat

masalah ini jadi kisruh sepertinya malah tak diganggu gugat. Padahal jika

dokumen tanah berupa hak girik dipegang PT Portanigra dan tanah tersebut

berstatus sengketa, mestinya ribuan warga itu tak bisa memiliki sertifikat hak

milik. Mestinya BPN tidak mengeluarkan dokumen kepemilikan tanah di atas

lahan yang terlibat sengketa.

Nasi telah menjadi bubur. BPN mengeluarkan sertifikat itu dan kini jadi

masalah.

Sumber : www.tempointeraktif.com

15

Page 16: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

Analisis Kasus

Perspektif Legal

Kasus Meruya sebenarnya adalah persoalan pidana antara PT Porta Nigra

dengan Juhri CS. PT Porta Nigra yang dalam hal ini dirugikan dengan

penipuan yg dilakukan Juhri CS dalam proses pengambilalihan lahan di

Meruya. Secara legal, tanah yang dibeli Porta Nigra dari Juhri CS belum

beralih karena dasar hukum atas tanah tersebut, dalam hal ini girik

dinyatakan palsu oleh pengadilan pidana dan berdasarkan putusan

pengadilan negeri dimusnahkan.

Selain itu, dalam proses peralihan hak atas tanah, PT.Portanigra sebagai

perusahaan developer melakukan kesalahan karena tidakmelakukan

transaksi beli tanah sesuai aturan dan tidak mengurus sertifikat pasca

transaksi maka Porta Nigra belum dapat disebut sebagai pemilik secara

yuridis atas tanah tersebut.

Perspektif Yurisdiksi

Putusan Mahkamah Agung untuk melakukan eksekusi tanah di Meruya

memang patut dipertanyakan karena penerbitan sertifikat tanah adalah

putusan dari BPN (pejabat negara). jadi, yang dapat mempertanyakan

sertifikat tersebut adalah peradilan Tata Usaha Negara. Seharusnya putusan

dari MA adalah memaksa Juhri CS untuk mengganti kerugian akibat

penipuan yang dilakukannnya dan bukan menyerahkan tanah yg menjadi

objek jual beli pada awalnya. terlebih secara hukum proses peralihan hak

atas tanah tersebut belum terjadi. Atau setidaknya tidak ada dokumen hukum

yang menunjukkan hal tersebut.

16

Page 17: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

BAB IV

KESIMPULAN

Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang

mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah

tersebut. Di dalam pelaksanaannya banyak terdapat masalah-masalah akibat

ketidaktahuan atau ketidakmengertian masyarakat terhadap hak-hak atas

tanah.

Masalah tanah bagi manusia seperti tidak ada habisnya karena tanah

mempunyai arti yang sangat penting dalam penghidupan manusia

Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui dan mengerti

mengenai hak-hak atas tanah agar kejadian-kejadian persengketaan tanah

seperti kasus diatas tidak terulang kembali.

17

Page 18: Makalah Hak Atas Tanah (Isi)

DAFTAR PUSTAKA

Harsono,Boedi,2008, Hukum Agraria Indonesia ,Himpunan

Peraturan-peraturan Hukum Tanah, Djambatan, Jakarta

Catatan kuliah Hukum Agraria

Harsono, Boedi, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah

pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, isi dan

pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta

Perangin, Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban

Tentang Hukum Agraria, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

www.google.com/kasushakatastanah

www.google.com/hakatastanah

http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_atas_tanah "

18