Makalah Gastroenteritis

12
TUGAS SEMESTER PENDEK BLOK GASTROINTESTINAL PATOLOGI KLINIK SISTEM PENCERNAAN Disusun oleh: Annisa Raudhotul Jannah G0012020 Azalia Virsaliana G0012038 Debby Hasprilia O G0012053 Elfrida Rahma B G0012065 Farrah Putri Amalia G0012076 Gizha Wagiswari Made G0012084 Kumala G0012110 Lilik Wijayanti, dr., Sp.PK PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

tugas lab pk

Transcript of Makalah Gastroenteritis

TUGAS SEMESTER PENDEK BLOK GASTROINTESTINALPATOLOGI KLINIK SISTEM PENCERNAAN

Disusun oleh:Annisa Raudhotul JannahG0012020

Azalia VirsalianaG0012038

Debby Hasprilia OG0012053

Elfrida Rahma BG0012065

Farrah Putri AmaliaG0012076

Gizha Wagiswari MadeG0012084

Kumala G0012110

Lilik Wijayanti, dr., Sp.PK

PROGRAM STUDI KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA2015

GASTROENTERITISA. PENDAHULUANMenurut Dorland (2012), gastroenteritis yang disebut juga enterogastritis adalah peradangan akut lapisan lambung dan usus, ditandai dengan anoreksia, rasa mual, diare, nyeri abdomen, dan kelemahan. Gastroenteritis bisa menyebabkan dehidrasi yang lebih serius dan bisa berakibat fatal (NHS Choices, 2014).Penyebab gastroenteritis meliputi keracunan makanan (bacterial gastroenteritis, paling sering disebabkan oleh salmonella atau campylobacter), infeksi virus (viral gastroenteritis), bakteri (E. coli, Salmonella typhii, Salmonella Paratyphi A, B, C, Shigella dysentri, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolytius, Campilobacter jejuni, dll), konsumsi makanan atau minuman yang iritatif, dan terkadang disebabkan oleh faktor psikologis seperti rasa marah, stress, dan takut (Dorland, 2012). Penyebab tersering dari gastroenteritis yang sering disebut dengan stomach flu ini adalah infeksi norovirus. Norovirus bertransmisi melalui air atau makanan yang sudah terkontaminasi atau melalui kontak dengan individu yang terinfeksi (US NLM, 2014).Gastroenteritis akut adalah penyebab umum yang menyebabkan morbiditas dan bahkan mortilitas di dunia. Diare yang merupakan salah satu gambaran klinis gastroenterology masuk dalam 5 peringkat atas penyebab kematian di dunia, yang sering terjadi pada bayi dan anak-anak di negara non-industri dan semua umur di negara industri. Viral gastroenteritis akut merupakan penyebab kematian bayi di dunia. Rotavirus menyebabkan 2 juta kasus hospitalisasi dan 600.000-875.000 kematian setiap tahun di dunia. Setiap tahun di US, lebih dari 3.5 juta infant terkena viral gastroenteritis akut, dengan angka kematian sebanyak 5000 (Tablang, 2014).Diare, yang merupakan salah satu manifestasi klinis gastroenteritis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat. (Kemenkes, 2014).Salah satu penyebab gastroenteritis akut adalah bakteri Vibrio cholera yang sering menginfeksi masyarakat Indonesia. Kolera tetap merupakan masalah utama kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang seperti Afrika, Asia dan Amerika Selatan, walaupun epidemilogi dan bakteriologi penyakit kolera sudah diketahui sejak abad yang lalu. Diperkirakan ada 5,5 juta kasus kolera terjadi setiap tahunnya di Asia dan Afrika. (Murad Lesmana, 2004)

B. PATOGENESISFaktor penyebab gastroenteritis adalah :I. Faktor infeksi1. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut : Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus : Enterovirus (virus echo, coxsakria, poliomyelitis) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, yuris, stongyloides)2. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti OMA, tonsilitis, bronkopneumoni, ensefalitis, dan lain-lain.II. Faktor malabsorbsi1. Malabsorbsi karbohidrat2. Malabsorbsi lemak3. Malabsorbsi proteinIII. Faktor makanan, makanan basi, makanan beracunIV. Faktor psikologis, rasa takut, dan cemas(Mansjoer, Arif; 2000)

Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang kemudian akan dibunuh oleh asam lambung. Namun, jumlah bakteri yang terlalu banyak terkadang memungkinkan bakteri untuk lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Di dalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbs cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini, volume cairan dalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian sistem simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk peningkatan motilitas usus.(Ngastiah, 2005; Syaifuddin, 1999; Barbara C Long 1999)

C. PEMERIKSAAN LABORATORIUMHasil Pemeriksaan Laboratorium pada Gastroenteritis :1. Gastroenteritis virusPada kebanyakan kasus penyakit gastroenteritis virus, pemeriksaan laboratorium jarang dikerjakan. Karena hasilnya tidak akan memiliki makna klinis atau tidak akan mengubah manajemen terapi pada gastroenteritis jenis ini. Belum didapatkan terapi untuk gastroenteritis rotavirus. (Mary, 2014) Untuk mendiagnosis gastroenteritis yang disebabkan oleh Rotavirus, dilakukan pemeriksaan laboratorium pada antibodi atau lebih dikenal dengan ELISA. Apabila pemeriksaan laboratorium antibodi menunjukkan hasil positif hingga mencapai hari kesepuluh setelah infeksi primer, maka hal ini dapat menjadi informasi tambahan untuk diagnosis gastroenteritis rotavirus. (Tablang, 2014)

2. Gastroenteritis bakteriI. Pemeriksaan tinjaa. Pemeriksaan makroskopis, feses cair tanpa atau dengan darah atau lenderb. Pada pemeriksaan mikroskopis, infeksi enteroinvasif pada usus besar menyebabkan banyaknya leukosit (khususnya neutrofil) pada feses. Apabila tidak ada leukosit pada feses, bukan berarti tidak terdapat organisme enteroinvasif. Adanya leukosit pada feses mengeliminasi keberadaan toksik dari E. coli, spesies dari Vibrio dan virus. (Bonheur, 2014)c. pH kurang dari 5.5 menunjukkan adanya intoleransi karbohidrat, namun hal ini hanya terjadi sementara (Bonheur, 2014)

II. Pemeriksaan laina. Tes laboratorium rutin (Complete Blood Count (CBC), elektrolit, fungsi ginjal) mungkin tidak membantu atau ditunjukkan dalam membuat diagnosis. Tes-tes ini mungkin berguna sebagai indikator tingkat keparahan penyakit, terutama pada pasien usia lanjut atau sangat mudab. Elektrolit dan Blood Urea Nitrogen test diindikasikan pada pasien dengan diare berat atau dehidrasi untuk menilai keadaan hidrasi dan secara khusus mengesampingkan hiponatremia atau hipernatremia. Penurunan bikarbonat serum menunjukkan dehidrasi berat, terutama pada anak-anak. Asidosis akibat kehilangan bikarbonat dalam tinja dan / atau dari hipovolemia yang disebabkan asidosis laktat dapat muncul. Hipokalemia juga dapat terjadi.c. Sebuah CBC dapat diindikasikan dengan diare berat atau keracunan. Jumlah WBC biasanya meningkat pada infeksi Salmonella tapi normal atau rendah pada infeksi Shigella. Eosinofilia mungkin ada dalam infeksi parasit. (Diskin, 2015)d. Identifikasi pseudomembran pada kolon dengan sigmoidoskopi untuk mendiagnosis adanya Clostridium difficile. Jika pasien adalah penderita kolitis pseudomembran akan ditemukan banyak C. difficile pada kolon. Kolitis ini disebabkan oleh terganggunya keseimbangan flora normal karena penggunaan antibiotik. (Muliawan, 2009)

D. SIMPULANGastroenteritis adalah peradangan akut lapisan gaster atau usus. Gejalanya antara lain anoreksia, rasa mual, diare, nyeri abdomen, dan kelemahan yang dapat menyebabkan diare yang berakibat fatal. Beberapa faktor penyebab gastroenteritis yaitu faktor infeksi meliputi infeksti internal (bakteri, virus, parasit) dan infeksi parental, malabsorbsi, makanan dan psikologi. Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasar kemungkinan faktor penyebabnya, untuk virus bisa dengan ELISA, untuk bakteri dapat dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis dari feses juga pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dapat menunjang diagnosis.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, MedicaAesculpalus, FKUI: Jakarta. Azwar, Saifuddin. 1999. Reliabilitas dan validitas : Seri pengukuran Psikologi. Sigma Alpha : YogyakartaLong, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2). Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan: Bandung.Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jilid I.Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI: JakartaNgastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. EGC: JakartaSuharyono, dkk. 1998. Buku Gastroenterologi Anak Praktis. Balai Penerbit FK UI: JakartaUS National Library of Medicine, National Institutes of Health. 2014. Gastroenteritis, also called: Stomach Flu. US National Library of Medicine: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/gastroenteritis.html - diakses pada Februari 2015.NHS Choices England. 2014. Gastroenteritis in adults symptoms. NHS Englad : http://www.nhs.uk/Conditions/Gastroenteritis/Pages/Symptoms.aspx - diakses pada Februari 2015. Tablang Michael V.F. 2014. Viral Gastroenteritis. Medscape: http://emedicine.medscape.com/article/176515-overview#a0199 diakses pada Februari 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Diare. Kemenkes RI : http://www.depkes.go.id/article/view/13010200028/download-pusdatin-buletin-diare.html - diakses pada Februari 2015. Murad Lesmana. 2004. Perkembangan mutakhir infeksi kolera. Jurnal kedokteran trisakti. Vol.23 no.3. pp: 101-109