Makalah Fito

10
 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambiloto 1. Morfologi Tumbuhan Sambiloto Ta naman s amb ilo to mempuny ai na ma l ati n  Andrographis paniculata  Ness memili i sin oni m  Justicia paniclata Burn; Jus ticia lat ebr osa !uss. "engan nama #aerah $ Papaitan% Ki peurat atau bi#ara. &  Depkes, 1979'. Tumbuhan sambiloto #apat tumbuh liar #i tempat terbua% seperti ebun opi% tepi sungai% tanah osong yang aga lembab% atau #i pearangan. Merupaan #aun yang berasa pahit #an #ingin. Tumbuh #i #ataran ren#ah sampai etinggian ()) meter #i atas permuaan laut. Tumbuhan sambiloto merupaan tumbuhan semusim% #engan tinggi *)+,) -m%  batang yang #isertai #engan banya -abang berbentu segi empat. "aun tunggal%  bertangai pen#e% leta berha#apan bersilang% bentu lanset% pangal run-ing% uung merun-ing% tepi rata% permuaan atas #aun ber/arna hiau tua% bagian ba/ah #aun  ber/arna hiau mu#a% panang 0+ -m% lebar 1+2 -m. Bunga tumbuh #ari uung batang ata u et ia #aun% ber bentu tabung% e- il+ e- il% /ar nany a put ih ber no#a ungu . Memili i bua h apsul ber bentu or ong% panang seit ar 1%* -m% lebar )%* -m%  pangal #an uung taam% bila masa aan pe-ah membuur mena#i 3 eping. Bii gepeng% e-il+e-il% /arnanya -oelat mu#a. Tumbuhan ini #apat #iembangbiaan #engan bii atau ste batang &4u niarti% 0))'. Klasifiasi tanaman sambiloto a#alah sebagai beriut $ King#om $ Plantae Sub+ i ng#om $ Tr a- heobiont a Su pe r#i 5i si o $ Spe rmahopyta "i5isio $ Magnoliopyta Kelas $ Magnoliopsi#a Sub Kelas $ Asteri#ae

description

ss

Transcript of Makalah Fito

KATA PENGANTAR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sambiloto

1. Morfologi Tumbuhan Sambiloto

Tanaman sambiloto mempunyai nama latin Andrographis paniculata Ness memiliki sinonim Justicia paniclata Burn; Justicia latebrosa Russ. Dengan nama daerah : Papaitan, Ki peurat atau bidara. (Depkes, 1979).

Tumbuhan sambiloto dapat tumbuh liar di tempat terbuka, seperti kebun kopi, tepi sungai, tanah kosong yang agak lembab, atau di pekarangan. Merupakan daun yang berasa pahit dan dingin. Tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Tumbuhan sambiloto merupakan tumbuhan semusim, dengan tinggi 50-90 cm, batang yang disertai dengan banyak cabang berbentuk segi empat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas daun berwarna hijau tua, bagian bawah daun berwarna hijau muda, panjang 2-8 cm, lebar 1-3 cm. Bunga tumbuh dari ujung batang atau ketiak daun, berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Memiliki buah kapsul berbentuk jorong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan dengan biji atau stek batang (Yuniarti, 2008).

Klasifikasi tanaman sambiloto adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub-kingdom: Tracheobionta

Superdivisio: Spermahopyta

Divisio

: Magnoliopyta

Kelas

: Magnoliopsida

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Scrophulariales

Familia

: Acanthaceae

Genus

: Andrographis

Species

: Andrograpis paiculata Ness (burm F).

Nama umum tumbuhan adalah sambiloto. Tumbuhan ini dikenal masyarakat Indonesia dengan nama daerah yaitu: ki oray, ki peura, takilo (Sunda), bidara, sadilata, sambilata, takila (Jawa), pepaian (Sumatera) (Yuniarti, 2008).

Untuk memperbanyak tumbuhan ini dilakukan dengan menyemai biji yang sudah tua. Daun sambiloto tumbuh tunggal dan memanjang, tersusun bersilang dan berhadapan di batang. Ujung daunnya runcing berwaran hijau agak mengkilap, tinggi tanaman 40-90 cm. Batang tumbuhan ini berbentuk persegi empat dan rasanya pahit. Bunga tumbuhan ini berukuran kecil berwarna putih keunguan. Buahnya memanjang dengan pangkal dan ujung buah yang tajam (Nazaruddin, 2009).

2. Kandungan Kimia

Sifat-sifat kimia yang dimiliki tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness ) antara lain rasa pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar dan usus kecil. Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrgrafolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan homoandrografolid, flavonoid, alkene, keton, aldehid, mineral (kalium,kalsium, natrium). Asam kersik, damar. Flavonoid terbanyak diisolasi dari akar yaitu polimetatoksivaflavon, andrografin, pan, ikkulin. Mono-0-metilwhitin dan apigenin-7,4 dimetileter. Zak aktif andrografoid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat toksin).

Daun Andrographis paniculata mengandung saponin, flavonoid, dan tannin juga mengandung zat pahit andrografolida yang merupakan golongan diterpenoid (Ahmad,1986).

Daun tumbuhan sambiloto yang memiliki sifat kimiawi berasa pahit, dingin, memiliki kandungan kimia sebagai berikut: daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid dan homoandrografolid. Terdapat juga flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, akarnya mengandung flavotioid, dimana hasil isolasi terbanyaknya adalah polimetoksiflavon, andrografin, pan ikulin, mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter (Yuniarti, 2008).

Daun dan batang tumbuhan ini rasanya sangat pahit karena mengandung senyawa yang disebut andrographolid yang merupakan senyawa keton diterpena. Kadarnya dalam daun antara 2,5 4,8 % dari berat kering. Senyawa ini diduga merupakan salah satu zat aktif dari daun sambiloto yang juga banyak mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium, natrium dan asam kersik (Wijayakusuma, et al., 1994).

3. Manfaat Tumbuhan Sambiloto

Tumbuhan sambiloto berkhasiat sebagai obat amandel, obat asam urat, obat batuk rejan, obat diabetes melitus, obat hipertensi, hepatitis, stroke, TBC, menguatkan daya tahan tubuh terhadap serangan flu babi dan flu burung (Nazaruddin, 2009).

Daun tumbuhan sambiloto dapat merusak sel trophocyt dan trophoblast, berperan pada kondensasi sitoplasma dari sel tumor, pyknosis dan menghancurkan inti sel (Wijayakusuma, et al.1994).

Selain itu daun tumbuhan sambiloto juga berkhasiat sebagai obat luar untuk gatal-gatal dan untuk penawar bisa ular atau gigitan serangga lainnya (Dalimartha,1996).

Dan rebusan tanaman ini mempunyai sifat bakteriostatik dan meningkatkan daya phagositosis sel darah putih( Sastrapradja et al,1978).

Daun tumbuhan sambiloto bermanfaat untuk menurunkan demam tinggi dan malaria. Selain itu, daun tumbuhan sambiloto berkhasiat untuk mengatasi:

- Hepatitis, infeksi saluran empedu

- Disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis),

- Abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas

- (Bronkitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga

- Kencing nanah (gonore), kencing manis (diabetes melitus)

- Tumor trofoblas (trofoblas ganas), serta tumor paru

- Kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa)

- Batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma)

- Darah tinggi (hipertensi) (Yuniarti, 2008).

B. Androgapholide

adalah diterpenoid labdan yang merupakan komponen bioaktif utama dari tanaman obat Andrographis paniculata.

Rumus molekul

: C20H30O5Berat Molekul

: 350.4492 g/mol

Pemerian

: Serbuk

Kelarutan

: Larut dalam aseton, methanol, kloroform, eter dan DMSO.

Larut sebagian dalam air.

Penyimpanan

: Pada suhu 4 C

Titik leleh

: 229-232 C

Titik didih

: 557.32 C at 760 mmHg

Kerapatan

: 1.22 g/cm3

Index bias

: n20D 1.57

Nilai pK

: pKa: 12.32

Kadar senyawa andrographolide di dalam daun sambiloto sebesar 2,5- 4,8% dari berat keringnya (Prapanza dan Merianto, 2003).

KEGUNAAN

Anti-Infective

Antiparasitic agent

Antiprotozoal agent

Antirheumatic agent

Antiviral agent

Hematologic agent

Non-Narcotic Analgesic

Non-Steroidal Anti-Inflammatory agent

Peripheral Nervous System agent

Platelet Aggregation Inhibitor (admin, 2015)C. Metode Isolasi

1. Ekstraksi

Remaserasi

Remaserasi merupakan metode ekstraksi yang terjadi pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Pelarut kedua ditambahkan sebanyak penambahan pelarut pertama (Depkes, 2000). hasil remaserasi memiliki kecenderungan yang hampir sama dengan grafik hasil maserasi, dimana grafik memiliki kecenderungan naik. Hal ini mengindikasikan bahwa pelarut masih mampu untuk menarik senyawa setelah waktu remaserasi 24 jam. Namun perbedaan lamanya waktu ekstraksi disini juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen yang dihasilkan sehingga akan percuma jika ekstraksi dilakukan dalam waktu yang panjang.

Simplisia sebanyak 10 gram dimaserasi dengan 100 ml etanol 95% selama 2 jam sambil digoyang-goyangkan menggunakan shaker, selanjutnya disaring cepat dan filtrat yang diperoleh diukur volumenya, volume 1. Residu sisa penyaringan ditambahkan lagi 100 ml etanol 95% yang baru, dan di maserasi kembali selama 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22 jam, kemudian disaring cepat dan filtrat yang diperoleh diukur volumenya yaitu volume 2. Filtrat 1 dan filtrat 2 digabungkan dan dievaporasi menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Metode ini merupakan modifikasi dari sumber yang ada (List PH dan Schmidt PC, 1989)

Rendemen ekstrak hasil remaserasi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen ekstrak hasil maserasi. Hal ini dikarenakan pada saat remaserasi terdapat penggantian pelarut. Dengan penggantian pelarut ini ada beberapa hal yang terjadi, antara lain jumlah pelarut yang digunakan lebih banyak sehingga senyawa yang tertarik pun lebih banyak. Selain itu, karena mengunakan pelarut baru maka gradient konsentrasi antara pelarut dan sel berbeda jauh, sehingga mempermudah dalam penarikan senyawa-senyawa yanga ada di dalam sel (Pratiwi, 2010).

2. Fraksinasi

Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti, 2008).

Kromatografi vakum cair dilakukan untuk memisahkan golongan senyawa metabolit sekunder secara kasar dengan menggunakan silika gel sebagai absorben dan berbagai perbandingan pelarut n-heksana : etil asetat : metanol (elusi gradien) dan menggunakan pompa vakum untuk memudahkan penarikan eluen (Helfman, 1983).

FraksiPelarutKomposisiVolume (ml)

1Heksana100100

2Heksana-etil asetat50:50100

3Etil asetat100100

4Etil asetat-metanol75:25100

5Etil asetat-metanol50:50100

6Etil asetat-metanol25:75100

7Metanol100100

3. Analisis KromatografiPola Kromatografi :

Fase gerak

: Kloroform P-metanol (9:1)

Fase diam

: Silika gel 60 F254

Larutan uji

: 5% dalam etanol P

Larutan Pembanding : Androgafolid 0,1% dalam etanol P

Volume penotolan

: Totolkan 20 L Larutan uji dan 2 L Larutan pembanding

Deteksi

: UV254 (depkes RI, 2008).

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk mendapatkan senyawa aktif, androgapholide, dari tanaman sambiloto maka harus dilakukan ekstraksi, fraksinasi dan isolasi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi dan remaserasi sedangkan proses frksinasi dapat dilakukan dengan cara kromatografi cair vakum. Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk menganalisis senyawa aktif androgafolid yang telah diisolasi.

B. Saran

Untuk pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu studi lanjutan tentang metode dan angka perbandingan yang digunakan harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad,S.A. 1986 . Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam . Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta Universitas Terbuka

Admin. 2015. Androgapholide. Available online at

http://chemicalland21.com/specialtychem/nd/ANDROGRAPHOLIDE.htmDalimartha, S. 1996 . Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan. Jakarta: Lembaga Biologi Nasional-LIPI

Depkes RI, 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Edisi I. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal. Jakarta : epartemen Kesehatan Republik Indonesia.Ghisalberti, Marco. Flow and transport in channels with submerged vegetation. Acta Geophysica. 2008;56(3)Heftmann, E. 1983. STEROIDS DALAM KROMATOGRAFI, Fundamentals and Aplication, Amsterdam.

List, P.H. dan Schmidt, P.C., 1989. Phytopharmaceutical Technology. CRS Press, Florida.Nazaruddin. 2009 . Tanaman Obat Tradisional . Yogyakarta: UGM Press

Prapanza E. Dan Marianto LM. (2003). Khasiat & Manfaat Sambiloto: Raja Pahit

Penakluk Aneka Penyakit. AgroMedia Pustaka. Hal: 39.

Pratiwi, Endah. 2010. Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi, Perkolasi dan Reperkolasi dalam Ekstraksi Senyawa Aktif Andrographolide. Tersedia online di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/62199Sastrapradja, S., dkk. 1978. Tanaman Obat Yang Digunakan . Jakarta: Lembaga Biologi Nasional-LIPIWijayakusuma, H.M., dkk. 1994 . Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid II .Jakarta: Pustaka Kartini

Yuniarti, Titin. 2008 . Ensiklopedia Tnanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Media Pressindo

_1234567890.cdx