Makalah Filsafat Kedokteran
-
Upload
hessty-puspa-rani -
Category
Documents
-
view
279 -
download
7
Transcript of Makalah Filsafat Kedokteran
KELOMPOK 11 – CEMPAKA PUTIH 2011 Debi Lailatul Rahmi (2011730128)Tugas UTS Filsafat Kedokteran Hessty Pusparani (2011730140)
Mahasti Andrarini (2011730154)Vidia Amrina Rasyada (2011730167)
MAKALAH KONSEP KELUARGA BERENCANA DALAM PERSPEKTIF ISLAM, HUKUM,
DAN ETIKA
Sebagai dokter yang profesional, dalam bekerja dokter harus berpedoman pada etika dan
hukum profesi. Etika dan hukum menjaga tindakan dokter agar tetap berada di jalur yang benar.
Menurut kaidah dasar bioetik, dalam membuat keputusan dokter selalu membuat pertimbangan dari
beberapa alternatif, untuk ditentukan satu pilihan yang akan diberikan pada pasiennya. Pertimbangan
ini berdasar pada beneficence (tanpa pamrih), autonomy (pasien mempunyai otoritas sendiri), non-
maleficence (menolong pasien emergensi), dan justice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal).
Kontrasepsi adalah pencegahan konsepsi atau kehamilan. (Dorland, 2002). Sejak KB (Keluarga
Berencana) menjadi program nasional RI pada tahun 1970, berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan
dalam pelayanan KB, mulai dari cara tradisional, barier, hormonal, (pil, suntikan, susuk KB), Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), dan kontrasepsi mantap (kontap) berupa vasektomi dan
tubektomi. (Hanafiah, et. al., 1999).
TINJAUAN PUSTAKA
Kontrasepsi mantap (kontap) dilakukan dengan cara mengikat atau memotong saluran telur
(pada wanita, disebut tubektomi) atau saluran sperma (pada pria, disebut vasektomi). (Anonim, 2008).
Vasektomi adalah pengangkatan duktus (vas) deferens atau sebagian darinya secara bedah. (Dorland,
2002). Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa di pipa-pipa sel mani pria.
(Anonim, 2008). Tubektomi adalah pengangkatan bedah tuba uterina. (Dorland, 2002). Kontra indikasi
bagi vasektomi adalah radang di sekitar skrotum, hernia, diabetes melitus, kelainan mekanisme
pembekuan darah, dan kejiwaan tidak stabil. Kontra indikasi bagi tubektomi adalah penderita dengan
penyakit jantung, paru-paru, hernia, pernah dioperasi di daerah perut, berat badan lebih dari 70 kg, dan
pasangan yang masih ragu menggunakan metode ini. (Anonim, 2008).
Alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon-hormon reproduksi wanita. Alat kontrasepsi
hormonal mencegah proses pematangan sel telur sehingga tidak bisa dibuahi. Metode kontrasepsi ini
terdiri dari jenis pil, suntikan, dan susuk. (Anonim, 2008). Kontra indikasi pil adalah penderita sakit
kuning, kelainan jantung, varises, hipertensi, diabetes, migrainm, dan pendarahan tanpa sebab yang
jelas. Kontra indikasi suntik adalah ibu hamil, penderita tumor/kanker, penyakit jantung, hati,
1 | F i l s a f a t K e d o k t e r a n
KELOMPOK 11 – CEMPAKA PUTIH 2011 Debi Lailatul Rahmi (2011730128)Tugas UTS Filsafat Kedokteran Hessty Pusparani (2011730140)
Mahasti Andrarini (2011730154)Vidia Amrina Rasyada (2011730167)
hipertensi, diabetes, dan penyakit paru-paru. Kontra indikasi susuk adalah penderita tumor, gangguan
jantung, hati, hipertensi, diabetes, usia >35 tahun, dan pendarahan tanpa sebab yang jelas. Wanita yang
belum mempunyai anak tidak dianjurkan menggunakan susuk KB. (Anonim, 2008).
Menurut etika kedokteran, pelaksanaan kontrasepsi dapat dilaksanakan, walaupun penggunaan
AKDR dan kontap menimbulkan berbagai pertentangan. Belakangan, AKDR terutama yang
mengandung copper berfungsi sebagai kontrasepsi, bukan hanya mencegah nidasi. Dari segi hukum,
kontap dapat dianggap melanggar KUHP pasal 354 yang melarang usaha pencegahan kehamilan dan
melanggar pula pasal 351 karena merupakan mutilasi alat tubuh. Namun, karena KB telah menjadi
program pemerintah, maka terhadap hal ini dapat dibuat pengecualian. (Hanafiah et. al., 1999).
Secara umum, KB dapat diterima dalam ajaran Islam. Alat kontrasepsi yang dapat diterima
syar’i adalah yang menghalangi bertemunya ovum dengan sperma, dan adanya pembolehan cara ber-
KB jika pelaksanaannya tidak bertentangan dengan batasan syar’i yang lain. (Zuhroni, et.al., 2003).
PEMBAHASAN
Pemilihan metode kontrasepsi yang tepat sebaiknya didasarkan pada tujuan berkontrasepsi,
kontra indikasi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik. Pasien dapat memilih
sendiri metode kontrasepsi yang diinginkan, sedangkan dokter hanya dapat menyarankan.
Pasutri yang hanya bertujuan ingin mengatur jarak kelahiran anak, disarankan menggunakan
KB hormonal atau AKDR. Metode sederhana seperti kondom, tisu KB, dan spermisida juga dapat
digunakan, namun relatif lebih merepotkan dibandingkan metode KB hormonal atau AKDR.
Pil KB diminum setiap hari, sehingga dapat diatur kapan akan memutuskan untuk mempunyai
anak lagi, demikian pula metode suntik yang dilakukan secara berkala. Sementara susuk mempunyai
jangka waktu penggunaan yang cukup panjang, sehingga hanya disarankan untuk pasutri yang tidak
akan merencanakan kehamilan dalam 4 hingga 5 tahun kedepan.
Pasutri yang tidak berniat mempunyai anak lagi dapat menggunakan metode KB steril, yaitu
dengan vasektomi dan tubektomi. Dengan KB steril, pasutri tidak perlu repot mengatur jadwal minum
pil, atau suntik dan susuk secara berkala.
2 | F i l s a f a t K e d o k t e r a n
KELOMPOK 11 – CEMPAKA PUTIH 2011 Debi Lailatul Rahmi (2011730128)Tugas UTS Filsafat Kedokteran Hessty Pusparani (2011730140)
Mahasti Andrarini (2011730154)Vidia Amrina Rasyada (2011730167)
Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran, metode KB steril ini ternyata tidak sepenuhnya
permanen, karena saluran yang diikat masih mempunyai kemungkinan rekanalisasi seperti semula,
baik buatan maupun spontan.
Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana
- Hukum Ber-KB
KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga
sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan
syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah
manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan.
- Makna Keluarga Berencana
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan syari`at
adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan).
Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan
keturunan) dalam arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.
Kebolehan KB dalam batas pengertian di atas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama
maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebolehan KB dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis
Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama tentang
Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak
fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan
jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.
- Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya
Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau menggugurkan kehamilan (isqat
al-haml)?
3 | F i l s a f a t K e d o k t e r a n
KELOMPOK 11 – CEMPAKA PUTIH 2011 Debi Lailatul Rahmi (2011730128)Tugas UTS Filsafat Kedokteran Hessty Pusparani (2011730140)
Mahasti Andrarini (2011730154)Vidia Amrina Rasyada (2011730167)
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat pemandulan permanen
(ta’qim)?
3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi tersebut? (Hal ini berkaitan
dengan masalah hukum melihat aurat orang lain).
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah
kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang
pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu
bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan
implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Menurut etika, hukum, dan agama, kontrasepsi steril / kontrasepsi mantap (kontap)
diperbolehkan, dan tidak mempunyai ganjalan baik dari segi etika, hukum, dan agama.
KESIMPULAN
Penggunaan metode kontrasepsi dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan KB, kontra indikasi
metode kontrasepsi, dan hak autonomi pasien berdasarkan Kaidah Dasar bioetik (KDB). Calon
akesptor KB dalam kasus ini berniat untuk tidak mempunyai anak lagi, bukan mengatur waktu dan
jarak kelahiran, sehingga dokter menyarankan agar calon akseptor menggunakan metode kontap
(steril). Disamping itu, calon akseptor KB dalam kasus ini mungkin saja mempunyai kontra indikasi
terhadap metode kontrasepsi hormonal, sehingga dokter menyarankan agar calon akseptor
menggunakan metode KB steril (kontap).
Dilihat dari aspek etika, agama, dan hukum, penggunaan kontrasepsi sebetulnya diperbolehkan,
tergantung dari metode dan pelaksanaannya. Metode kontap yang dahulu tidak diperbolehkan pun
sekarang dapat diperbolehkan karena belakangan diketahui bahwa ada kemungkinan rekanalisasi
saluran, baik spontan maupun buatan.
4 | F i l s a f a t K e d o k t e r a n