Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat

13
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika Manusia Menurut Ahli Filsafat Dosen : JUNAIDI, S.H.I., M.Hum Oleh : NAMA : NASRUDDIN. ASN NIM : 601131010020 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

Transcript of Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 1

Makalah

Filsafat Ilmu dan Logika

Manusia Menurut Ahli Filsafat

Dosen : JUNAIDI, S.H.I., M.Hum

Oleh : NAMA : NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 1435 H/ 2014 M

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dihaturkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan

nikmatnya, saya dapat menyusun makalah Filsafat Ilmu dan Logika dengan sub bahasan

“Manusia Menurut Ahli Filsafat” Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad

SAW sebagai pelopor pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi umat manusia.

Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi serta

dukungan moral agar selalu belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Rekan-rekan

mahasiswa yang selalu memberi semangan dan dukungan. Sebagai bentuk kecintaan terhadap

bangsa dan upaya sebagai warga Negara yang baik untuk terus berupaya memajukan bangsa

dalam mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Sangat disadari banyak terdapat kekungan baik dari segi penulisan, pemahanan serta

keterbatasan literature sehingga diharapkan kritik serta saran sebagai bahan evaluasi bagi

penulis dan perbaikan pada masa yang akan datang.

Harapan saya makalah ini mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan pola

pikir dan berkembangan sumber daya manusiauntuk Indonesia yang lebih baik.

Tembilahan, 05 Oktober 2014

Penyusun,

NASRUDDIN. ASN

NIM : 601131010020

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 3

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

A. Latar belakang .................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5

A. Pengertian Filsafat Manusia ............................................................................... 5

B. Hakikat Manusia Menurut Filsafat .................................................................... 6

C. Kedudukan dan Peran Manusia .......................................................................... 8

D. Tujuan Hidup Manusia ....................................................................................... 9

E. Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan dan Manusia .......................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12

B. Saran ................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 13

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang

berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang

berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki

sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang

baru disekitarnya. Manusia cara keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara

nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas

dua kaki, kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakekat

manusia.

Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk

yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting

psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya

yang dibuat manusia tersebut menjadikan manusia sebagai mahluk yang menciptakan

sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam

pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi

trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta

tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang

“Manusia menurut Ahli Filsafat.” Untuk memberikan kejelasan makna serta

menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi

pada :

1. Pengertian Filsafat Manusia;

2. Hakikat Manusia Menurut Ahli Filsafat;

3. Kedudukan dan Peran Manusia;

4. Tuhan dalam Sudut Pandang Nonteistis; dan

5. Presentasi kepercayaan akan Tuhan.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai materi tugas mata kuliah Filsafat

Ilmu dan Logika dengan sub bahasan Manusia menurut Ahli Filsafat agar dapat

memahami tentang Manusia dan Hakikat Manusia.

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia dan Pengertian Filsafat Manusia

Manusia dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah

kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai

Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata

dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal

kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana,

dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau

makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,

organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan

terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk

dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan

hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat Manusia sering juga disebut sebagai

Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang setara dengan

cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dll. Akan tetapi

Filsafat Manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan

filsafat itu berawal dan berakhir tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia,

yang merupakan tema utama refleksi Filsafat Manusia.

Manusia secara bahasa disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya berasal

dari kata ‘nasiya’ yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ yang berarti

jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa

dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru

disekitarnya. Manusia memiliki cara keberadaan yang sekaligus membedakannya

secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan

diatas dua kaki, kemampuan berfikir, dan berfikir tersebut yang menentukan manusia

pada hakekat manusia.

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 6

B. Hakikat Manusia dalam sudut pandang Filsafat

Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk

yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting

psikologis situasi emosional an intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya

yang dibuat manusia tersebut menjadikan manusia sebagai mahluk yang menciptakan

sejarah.

Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan

ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi

dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang

ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya.1

Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai

macam perfektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal

rasional) dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai

manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia

mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan simbol-

simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber

dimana manusia adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap

kerja. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak manusia

merupakan “mahluk alami”, seperti hewan misalnya, manusia memerlukan alam untuk

hidup.

Dipihak lain manusia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing

manusia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia

dapat disebut sebagai homo sapiens, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli

makhluk yang lain. Manusia juga dikatakan sebagai homo faber hal tersebut

dikarenakan manusia tukang yang menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah

satu bagian yang lain manusia juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang

bermain).

Dalam bermain manusia memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat

riang gembira. Riang gembira disini merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan.

Permainan dalam sejarahnya juga digunakan untuk memikat dewa-dewa dan bahkan

ada suatu kebudayaan yang menganggap permainan sebagai ritual suci.2

1 Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999 2 K. Bertens, Panorama Filsafat Modern, 2005

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 7

Marx menunjukan perbedaan antara manusia dengan binatang tentang

kebutuhannya. Binatang langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya, sedangkan

manusia membuat kerja hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang

berproduksi hanya apa yang manusia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan

keturunannya, sedangkan manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan

fisik, manusia baru produksi dari yang sesungguhnya dalam kebebasan dari

kebutuhannya.

Manusia berhadapan bebas dari produknya dan binatang berproduksi menurut

ukuran dan kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi menurut berbagai jenis

dan ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi menurut

hukum-hukum keindahan.

Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas dapat bekerja meskipun

tidak merasakan kebutuhan langsung, universal dikarenakan manusia dapat memakai

beberapa cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang lain manusia dapat menghadapi

alam tidak hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan. Oleh sebab itu menurut Marx

manusia hanya terbuka pada nilai-nilai estetik dan hakekat perbedaan manusia dengan

binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan universal.3

Antropologi merupakan salah satu dari cabang filsafat yang mempersoalkan

tentang hakekat manusia dan sepanjang sejarahnya manusia selalu mempertanyakan

tentang dirinya, apakah manusia sedang sendirian, yang kemudian menjadi perenungan

tentang kegelisahan dirinya, ataukah ia sedang dalam dinamika masyarakat dengan

mempertanyakan tentang makna hidupnya ditengan dinamika perubahan yang

kompleks, dan apakah makna keberadaannya ditengah kompleksitas perubahan itu?

Pertanyaan tentang hakekat manusia merupakan pertanyaan kuno seumur

keberadaan manusia dimuka bumi. Dalam jawaban tentang manusia tidak pernah akan

selesai dan dianggap tidak pernah sampai final dikarenakan realitas dalam keling

manusia selalu baru, meskipun dalam subtansinya tidak berubah.4

Manusia menurut Paulo Freire mnusia merupakan satu-satunya mahluk yang

memiliki hubungan dengan dunia. Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki

sejarah, dan hidup dalam masa kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis

dengan dunia, yang hanya berada dalam dunia.

3 Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, 1999 4 Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 8

Manusia dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk melakukan

refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan, temporaritas dan

trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan kapasitasnya untuk

meyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat

historis manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang

menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa lalu dan

berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah juga sebaliknya

manusia diciptakan oleh sejarah.5

Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya,

seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentujkan

yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur rohani

dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang

menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan

nyaitu materi dan rohani, nyakni pandangan pluralisme yang menetapkan pandangan

pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan unsur yang ada

dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan manusia pada

kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralism yang meletakkan hakekat pada

kesatuannya semua unsur yang membentuknya.

Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya , akan tetapi bukan

berarti bahwa manusia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan

eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan

itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan,

dan perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.6

C. Kedudukan dan Peran Manusia

Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan

yang sangat mulia. Tetapi sebelum membahas tentang peran dan kedudukan,

pengulangan kembali tentang esensi dan eksistensi manusia. Manusia yang memiliki

eksistensi dalam hidupnya sebagai abdullah, an-nas, al insan, al basyar dan khalifah.

Kedudukan dan peran manusia adalah memerankan manusia dalam kelima eksistensi

tersebut. Misalkan sebagai khalifah dimuka bumi sebagai pengganti Tuhan manusia

disini harus bersentuha dengan sejarah dan membuat sejarah dengan mengembangkan

5 Denis Collin, Paulo Freire Kehidupan, Karya dan Pemikirannya, 2002 6 Musa Asy’ari, Filsafat Islam,1999

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 9

esensi ingin tahu menjadikan manusia bersifat kreatif dan dengan di semangati nilai-

nilai trasendensi. Manusia dengan Tuhan memiliki kedudukan sebagai hamba, yang

memiliki inspirasi nilai-nilai ke-Tuhan-an yang tertanam sebagai penganti Tuhan dalam

muka bumi.

Manusia dengan manusia yang lain memiliki korelasi yang seimbang dan saling

berkerjasama dala rangka memakmurkan bumi. Manusia dengan alam sekitar

merupakan sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan rasa syukur kita terhadap

Tuhan dan bertugas menjadikan alam sebagai subjek dalam rangka mendekatkan diri

kepada Tuhan. Setiap apa yang dilakukan oleh manusia dalam pelaksana pengganti

Tuhan sesuai dengan maqasid asy-syari’ah. Maqasid asy-syari’ah merupakan tujuan

utama diciptanya sebuah hukum atau mungkin nilai-esensi dari hukum, dimana harus

menjaga agama, jiwa, keturunan, harta, akal dan, ekologi. Manusia yang memegang

amanah sebagai khalifah dalam melakukan keputusan dan tindakannya sesuai dengan

maqasid asy-syari’ah.

D. Tujuan hidup manusia Pada hakikatnya tujuan manusia dalam menjalankan kehidupannya mencapai

perjumpaan kembali dengan Penciptanya. Perjumpaan kembali tersebut seperti

kembalinya air hujan kelaut. Kembalinya manusia sesuai dengan asalnya sebagaimana

dalam dimensi manusia yang berasal dari Pencipta maka manusia kembali kepada

Tuhan sesuai dengan bentuknya misalkan dalam bentuk imateri maka kembali kepada

pencinta dalam bentuk imateri sedangkan unsur mteri yang berada dalam diri manusia

akan kembali kepada materi yang membentuk jasad manusia.

Perjumpaan manusia dengan Tuhan dalam tahapan nafs, yang spiritual

dikarenakan nafs spiritual yang sangat indah dan Tuhan akan memanggilnya kembali

nafs tersebut bersamanya. Nafs yang dimiliki oleh manusia merupakan nafs yang

terbatas akan kembali bersama nafs yang mutlak dan tak terbatas, dan kembalinya nafs

manusia melalui ketauhidan antara iman dan amal sholeh. Pertemuan nafs manusia

dengan nafs Tuhan merupakan perjumpaan dinamis yang sarat muatan kreatifitas dalam

dimensi spiritualitas yang bercahaya. Kerjasama kreatifitas Tuhan dengan manusia dan

melalui keratifitasnya manusia menaiki tangga mi’raj memasuki cahaya-Nya yang

merupakan cahaya kreatifitas abadi.7

7 Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 10

Proses bertemunya nafs manusia dengan Tuhan dalam kondisi spiritual tercapai

jika manusai berusaha membersihkan diri dari sifat yang buruk yang ada padanya.

Perjumpaan nafs tersebut dapat dilihat pada sufi yang memenculkan berbagai macam

ekspresi dalam perjumpaannya. Sebagaimana yang terjadi pada al Halaj, Yazid al

Bustami Rabiah al Adawiyah dan yang lain mereka memiliki ekspreasi dan kelakuan

yang berbeda ketika meresakan berteumnya dengan Pencipta. Tetapi dari sini manusai

mendaki tangga mi’raj menuju nafs Tuhan dengan cinta dan karena cinta pula

terbentuknya alam serta manusia.

Setelah menyatunya manusia dalam dimensi spiritual dengan Pencipta, lantas tak

memperdulikan dengan yang lain dengan menyatu terus dengan pencipta. Tetapi

manusia setalah menyatu, memahami cinta pada Pencita itu dimanifestasikan cinta

tersebut untuk sesama manusia dan alam. Proses penebaran cinta tersebut menjadikan

manusia dapat bermanfaat pada yang lain menjadika diri sebagai cerminan Tuhan

dalam muka bumi. Pencitraan Tuhan dalam diri manusia menjadikan ia sebagai insan

kamil dan dalam ajaran agama dapat menjadi rahmat bagi yang lain baik sesama

manusia ataupun alam.

E. Hubungan Antara Filsafat, Pendidikan dan Manusia

Manusia memiliki berbagai dimensi dasar, baik secara pribadi, jiwa, kelompok,

dll. Semua itu menyatu menjadi potensi dasar atau bawaan manusia, sehingga disadari

atau tidak, manusia telah mengembangkan potensi tersebut, baik secara maksimal atau

tidak, dengan baik atau buruk. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan

lingkungan yang mempengaruhinya.

Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenius,

manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka

dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting

pendidikan bagi kehidupan mereka.

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk

mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Sehingga antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena

manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri

sendiri sebagai manusia yang manusiawi.

Manusia merupakan subyek pendidikan, tetapi juga sekaligus menjadi objek

pendidikan itu sendiri. Pedagogik tanpa ilmu jiwa, sama dengan praktek tanpa teori.

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 11

Pendidikan tanpa mengerti manusia, berarti membina sesuatu tanpa mengerti untuk apa,

bagaimana, dan mengapa manusia dididik. Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat

individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina,

pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan

memperkosa kodrat manusia.

Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas,

sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui

pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan

pada diri sendiri (self-respect, self-reliance, self confidence) rasa tanggung jawab, dan

sebagainya juga akan tumbuh dalam kepribadian manusia melalui proses pendidikan.

Jadi, hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat, filsafat

digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam

diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan

dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia. Sehingga

dihasilkan manusia yang sejati, yang utuh sebagaimana dititahkan oleh Alloh SWT.

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 12

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah

kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai

Homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak

berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep

jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan

kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali

dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan

berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk

serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk

membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan

hakekat atau esensi dari manusia. Filsafat Manusia sering juga disebut sebagai

Antropologi Filosofis. Filsafat Manusia memiliki kedudukan yang setara dengan

cabang-cabang filsafat lainnya, seperti etika, epistemologi, kosmologi, dll. Akan tetapi

Filsafat Manusia juga memiliki kedudukan yang istimewa, karena semua persoalan

filsafat itu berawal dan berakhir tentang pertanyaan mengenai esensi dari manusia,

yang merupakan tema utama refleksi Filsafat Manusia.

B. Saran

Apa dan siapa sebenarnya manusia? Katanya manusia merupakan makhluk

ciptaan tuhan yang paling sempurnya. Namun dimana letak dan bukti kongkrit

kesempurnaan yang dimaksud? Karena hal itu kita harus memahami pengertian

Manusia dan bagaimana hakikat manusia. Untuk membuktikan kebenaran sebagai

makhluk ciptaan tuhan yang sempurna. Sehingga kita dapat memahami dan mensyukuri

serta menjalankan kewajiban kepada sang pencipta.

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI 2014/2015 | 13

DAFTAR PUSTAKA

Zainal Abidin, Filsafat Manusia, Mengenal Manusia dengan Filsafat PT Rosda

Remaja, 2006, Bandung.pdf

Jalaludin dan Abdulloh. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.pdf

Sumber Online :

http://id.wikipedia.com/manusia/

http://id.wikipedia.com/filsafat/