makalah filsafat

download makalah filsafat

of 18

description

Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon) yang tidak bisa hidup sendiri. Ketergantungan manusia kepada pihak lain terlihat dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap individu memerlukan jasa dan bantuan sesamanya yang merupakan sebuah interaksi mutualisme yang tak terelakkan. Hal ini mendorong munculnya kreasi dan aktivitas dalam kehidupan manusia. Semakin maju tingkat peradaban maka semakin banyak pula kreatifitas dan inovasi dalam sebuah masyarakat. Akumulasi segala kegiatan inilah yang akhirnya melahir sebuah masyarakat madani (civil society) sebagai bentuk masyarakat sangat menghargai profesionalisme dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas kehidupan.

Transcript of makalah filsafat

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangManusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon) yang tidak bisa hidup sendiri. Ketergantungan manusia kepada pihak lain terlihat dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam memenuhi kebutuhannya. Setiap individu memerlukan jasa dan bantuan sesamanya yang merupakan sebuah interaksi mutualisme yang tak terelakkan. Hal ini mendorong munculnya kreasi dan aktivitas dalam kehidupan manusia. Semakin maju tingkat peradaban maka semakin banyak pula kreatifitas dan inovasi dalam sebuah masyarakat. Akumulasi segala kegiatan inilah yang akhirnya melahir sebuah masyarakat madani (civil society) sebagai bentuk masyarakat sangat menghargai profesionalisme dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas kehidupan.Di zaman modern sekarang yang pekerajaan baru dan sebagian menjadi profesi, amat banyak berkembang dan membantu pemenuhan kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkualitas. Namun ilmu dan teknologi itu juga telah menciptakan semakin banyak lagi kebutuhan yang pemenuhannya menuntut kemampuan, spesialisasi dan keahlian lebih dalam lagi jika dibandingkan dengan keahlian yang dituntut untuk pemenuhan kebutuhan manusia dimasa lampau. Sejak dahulu, manusia selalu mempertimbangkan kualitas sebuah pekerjaan di samping kuantitas, maka secara argentum a fortiori dapat dipahami bahwa pada abad modern dengan terupgradenya pengetahuan dan tehnologi tingkat kecermatan dan ketelitian terhadap sebuah output jelas semakin tinggi pula.Di samping pertimbangan kualitas sebuah jasa atau barang yang ditawarkan, ada beberapa hal lain yang menjadi sebuah tolok ukur dalam sebuah pekerjaan. Di antaranya adalah tepatnya pelayanan, amanah, kejujuran dan etos kerja. Dalam konteks kekinian terutama bagi masyarakat muslim, profesionalisme belum menjadi perhatian yang serius meskipun di satu merupakan tantangan bagi umat Islam. Di Barat, persoalan profesionalisme merupakan key of success yang tidak dapat ditawar lagi.Backwardness (kemunduran) ataupun forwardness (kemajuan) suatu kaum sangat tergantung pada konsepsi yang menjadi paradigma mereka dalam kehidupannya. Gambaran di atas, peneliti berasumsi bahwa kemajuan Barat saat ini paling tidak diawali dengan sebuah kontruski konsep terhadap profesionalisme itu sendiri. Spesifikasi-spesifikasi dari suatu komponen yang besar hingga yang sekecil apapun tetap mendapatkan tempat di sana.Tanpa maksud melebih-lebihkan, di Barat banyak hal yang dilakukan secara tuntas karena kompetensi dan kualifikasi seseorang dalam suatu bidang sudah menjadi keharusan (a must). Dengan demikian, tidak akan ada manusia serba bisa dalam kehidupan mereka.Bagaimana halnya dengan Islam? Islam sudah memberikan universal value terhadap apa yang disebut dengan profesionalisme. Fasalu ahl dzikr merupakan potongan ayat yang secara mafhum bi al-dharurat (pemahaman secara otomatis) sudah memberikan indikasi betapa pentingnya sebuah profesionalisme.Tapi bila diruntut lebih jauh lagi, masyarakat muslim sekarang ini identik dengan kaum malas, miskin, termarginal dan seribu istilah yang sangat memilukan itu. Di lain pihak, kaum muslimin lebih banyak yang menjadi konsumen daripada produsen. Kurangnya apresiasi profesionalisme itu juga terlihat betapa banyak buruh atau tenaga kerja tanpa skill dan itu berasal dari negara yang mayoritas muslim.Mencermati permasalahan di atas, pemakalah melihat perlu adanya sebuah konsepsi utuh terhadap profesionalisme yang perlu dikonstruk sedemikian rupa agar ia menjadi sebuah landasan berpijak dan panduan muslim dalam bekerja. Konsep ini tentunya dibangun dari way of life muslim itu sendiri yakni al-Quran dan Hadits sebagai resources agama samawi. Interpretasi yang memadai dan menyentuh kehidupan ril semakin dirasakan signifikansinya mengingat semakin banyak problematika dan ketertinggalan umat Islam dalam banyak hal.Disadari atau tidak, kenyataan menunjukkan bahwa negara-negara Islam atau negeri-negeri yang penduduknya mayoritas Islam termasuk negara atau negeri-negeri yang terbelakang baik dalam ekonomi maupun politik, terpuruk dalam kemiskinan dan keterbelakangan. Salah satu faktor penyebab keterpurukan itu terkait dengan persoalan profesionalisme.Profesionalisme biasa diartikan secara sederhana adalah suatu pandangan untuk selalu berfikir, berpendirian, bersikap dan bekerja sungguh-sungguh, dengan disiplin, jujur, dan penuh dedikasi untuk mencapai hasil kerja yang memuaskan. Sebagai sebuah konsepsi masyarakat modern, profesionalisme paling tidak memiliki dua karakteristik. Karaketeristik pertama meniscayakan adanya pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang terspesialisai, sedang karakteristik kedua bersumber dari integritas moral dan budaya.Ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi menjadi prasyarat mutlak yang harus dimiliki oleh para profesionalis. Kemampuan individual ini masih perlu didukung oleh sistem manajemen dan organisasi kerja yang tepat, yang dapat menempatkan individu pada posis yang tepat. Jelasnya, individu yang memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan khusus terspesialisasi hanya akan menjadi profesional jika ditempatkan pada tugas (job) atau posisi yang tepat(the right man on the right place). Dalam Al Quran Allah berfirman yang artinya katakanlah setiap orang bekerja menurut keadaan masing-masing, maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (QS. Al Isra).Sedangkan karakteristik kedua tentang integritas moral dan budaya, mencakup kejujuran, disiplin, rajin, tepat waktu dan lain-lain. Meruapakan kode etik dan pedoman setiap para profesional dalam bekerja. Kurang lebih lima belas abad yang lalu Islam telah mengajarkan umatnya tentang integritas moral atau kode etik. Etos kerja dan semangat seorang muslim sangat tinggi, serta tidak pernah berputus asa karena Allah melarang hal itu. Dalam suatu hadist (riwayat Ahmad) Rasulullah SAW telah bersabda: Apabila salah seorang kamu menghadapi kiamat sementara di tangannya masih ada benih hendaklah ia tanam benih itu.

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana menjelaskan konsep etika ?2. Bagaimana menjelaskan konsep profesi dan profesionalisme ?3. Bagaimana aktualisasi profesionalisme dalam pandangan Islam ?

C. Tujuan Makalah 1. Untuk menjelaskan konsep etika 2. Untuk menjelaskan konsep profesi dan profesionalisme3. Untuk menjelaskan bagaimana aktualisasi profesionalisme dalam pandangan Islam

BAB IIPEMBAHASANA. Etika Etika(Yunani Kuno) "ethikos", artinya "timbul dari kebiasaan" adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy).Etika dilakukan oleh siapa saja baik dari kalangan dewasa hingga anak-anak. Baik kalangan atas maupun kalangan menengah kebawah. Etika pun dilakukan dimana saja, karena dengan manusia beretika itu artinya manusia tersebut memiliki kehidupan sosial yang sangat baik. Dengan etika semua bisa memahami karakteristik orang tersebut walau tidak seutuhnya benar.Secara metodologis, tidak semua hal penilaian dalam perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika terbagi menjadi tiga bagian utama:Ada beberapa pengertian etika menurut beberapa ahli :1) Menurut Bertens : Nilai- nilai atau norma norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.2) Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.3) Menurut Sumaryono (1995) : Etika berkembang menjadi studi tentang manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya.Selain itu etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Dapun pentingnya etika, diantaranya :a) Bersifat universalb) Menentukan keberlangsungan peradaban manusiac) Selalu relevan sepanjang masad) Sangat berperan bagi kemajuan suatu bangsae) Mempertanyakan kewajiban manusia sebagai manusiaf) Etika menentukan reformasi birokrasiJenis-jenis etika, antara lain :1. Etika Filosofis, etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.2. Etika Teologis, etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Ada dua hal yang berkaitan denga etika ini, yang pertama etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.3. Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis, Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis di dalam ranah etika. Mengenai pandangan Augustinus, dapat dilihat dengan jelas bahwa etika filosofis tidak dihormati setingkat dengan etika teologis. Terhadap pandangan Thomas Aquinas, kritik yang dilancarkan juga sama yaitu belum dihormatinya etika filosofis yang setara dengan etika teologis, walaupun kedudukan etika filosofis telah diperkuat. Terakhir, terhadap pandangan Schleiermacher, diberikan kritik bahwa meskipun keduanya telah dianggap setingkat namun belum ada pertemuan di antara mereka.Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23).Macam-macam etika antara lain :1. Etika Deskriptif: Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.2. Etika Normatif :Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.Manfaat etika yaitu :a) Agar peruatan manusia sesuai dengan kebiasaan atau adat yang berlaku, serta tidak bertentangan dengan hokumb) Dapat membedakan perbuatan yang benar dan salahc) Menjadi pedoman pergaulan yang saling menjaga kepentingan masing-masing supaya tenang, terlindungi, tentram dan tidak merugikand) Memberi arah untuk menjalani hidup dengan rangkaian sikap dan tindakan sehari-harie) Membantu mengambil keputusan terkait dengan tindakan yang perlu dilakukanf) Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.

B. Profesi dan PofesionalismeProfesikata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah "", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/ permanen". Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Adapun profesi menurut para ahli sebagai berikut:1) Schein, E.H (1962) : Profesi adalah suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.2) Daniel Bell (1973) : Profesi adalah aktivitas intelektual yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat, menggunakan etika layanan profesi dengan mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam masyarakat.3) Siti Nafsiah : profesi adalah suatu pekerjaan yang dikerjakan sebagai sarana untuk mencari nafkah hidup sekaligus sebagai sarana untuk mengabdi kepada kepentingan orang lain (orang banyak) yang harus diiringi pula dengan keahlian, ketrampilan, profesionalisme, dan tanggung jawabSuatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, militer, teknik desainer, tenaga pendidik.Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Contohnya adalah petinju profesional menerima bayaran untuk pertandingan tinju yang dilakukannya, sementara olahraga tinju sendiri umumnya tidak dianggap sebagai suatu profesi.Karakteristik pada profesi antara lain :1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoretis: Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik.2. Asosiasi profesional: Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.3. Pendidikan yang ekstensif: Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang pendidikan tinggi.4. Ujian kompetensi: Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.5. Pelatihan institutional: Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.6. Lisensi: Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.7. Otonomi kerja: Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar terhindar adanya intervensi dari luar.8. Kode etik: Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.9. Mengatur diri: Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.10. Layanan publik dan altruisme: Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.11. Status dan imbalan yang tinggi: Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.Robert W. Richey (Arikunto, 1990:235) mengungkapkan beberapa ciri-ciri dan juga syarat-syarat profesi sebagai berikut:1. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan kepentingan pribadi.2. Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.3. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.4. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.5. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.6. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin dalam profesi serta kesejahteraan anggotanya.7. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian.8. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan menjadi seorang anggota yang permanen.Profesionalismemerupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Sedangkan, menurut para ahli profesionalisme adalah sebagai berikut :1) Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja yang diinginkan.2) Philips (1991:43) memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut.3) Dalam Kamus Besar Indonesia, profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional. Dari beberapa definisi tersebut, maka profesionalisme dapat diartikan sesuatu yang harus ada dalam diri professional, yaitu mutu, kualitas dan tindak tanduk sehingga dapat memenuhi strandar kerja, moral dan etika yang ada dalam pekerjaan tersebut.Dalam bekerja, setiap manusia dituntut untuk bisa memiliki profesionalisme karena di dalam profesionalisme tersebut terkandung kepiawaian atau keahlian dalam mengoptimalkan ilmu pengetahuan, skill, waktu, tenaga, sember daya, serta sebuah strategi pencapaian yang bisa memuaskan semua bagian/elemen. Profesionalisme juga bisa merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan adanya tanggung jawab moral.Syarat-syarat yang diperlukan dalam profesionallisme :1. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan pada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Masa pendidikan atau masa belajar yang panjang (minimal 3 tahun)).2. Ada dukungan organisasi profesi (organisasi dalam bidangnya).3. Penghasilan yang menjamin hidup (seorang yang bekerja dibidang profesi harus dibayar tetap atauada penghasilan yang tetep).4. Ada dukungan masyarakat(stake holder). Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.5. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya. (Mampu bekerja secara profesional, mengikuti aturan-aturan yang ditentukan).6. Ada kode etik (tata tertib atau cara kerja yang profesional).

C. Aktualisasi Profesionalisme dalam Islam

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu. (QS. Al-Dzariyyat:56). Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi. Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Al-Baqarah:30). Ayat diatas menegaskan bahwa manusia adalah makhluk berketuhanan sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk berketuhanan, wajinb baginya mengabdi, tunduk dan patuh, serta berpegang teguh pada ajaran agama Allah yakni al-Islam. Sementara sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari aktualisasi sebagai makhluk berketuhanan, mereka harus menjalin shilaturahmi dan kerjasama yang baik, jujur, amanah, yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dari kondisi tersebut, manusia menjadi berkembang secara dinamis, sehingga kebutuhan hidup manusia juga semakin berkembang, begitu juga tantangan hidupnya pun berkembang pesat. Sehingga ketergantungan manusia kepada sesamanya juga semakin tinggi. Dari sini kemudian, lahirlah lapangan pekerjaan, yang dengan lapangan pekerjaan seseorang dapat memenuhi kebutuhannya sekaligus menolong pemenuhan kebutuhan orang lain. Ajaran Islam sebagai agama universal sangat kaya akan pesan-pesan yang mendidik bagi muslim untuk menjadi umat terbaik, menjadi khalifa, yang mengatur dengan baik bumi dan se isinya. Pesan-pesan sangat mendorong kepada setiap muslim untuk berbuat dan bekerja secara profesional, yakni bekerja dengan benar, optimal, jujur, disiplan dan tekun. Akhlak Islam yang di ajarkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW, memiliki sifat-sifat yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan profesionalisme. Ini dapat dilihat pada pengertian sifat-sifat akhlak Nabi sebagai berikut : a) Sifat kejujuran (shiddiq). Kejujuran ini menjadi salah satu dasar yang paling penting untuk membangun profesionalisme. Hampir semua bentuk uasha yang dikerjakan bersama menjadi hancur, karena hilangnya kejujuran. Oleh karena itu kejujuran menjadi sifat wajib bagi Rasulullah SAW. Dan sifat ini pula yang selalu di ajarkan oleh islam melalui al-Quran dan sunah Nabi. Kegiatan yang dikembangkan di dunia organisasi, perusahan dan lembaga modern saat ini sangat ditentukan oleh kejujuran. Begitu juga tegaknya negara sangat ditentukan oleh sikap hidup jujur para pemimpinnya. Ketika para pemimpinya tidak jujur dan korup, maka negara itu menghadapi problem nasional yang sangat berat, dan sangat sulit untuk membangkitkan kembali.b) Sifat tanggung jawab (amanah). Sikap bertanggung jawab juga merupakan akhlak yang sangat diperlukan untuk membangun profesionalisme. Suatu perusahaan/ organisasi/ lembaga apapun pasti hancur bila orang-orang yang terlibat di dalamnya tidak amanah. c) Sifat komunikatif (tabligh). Salah satu ciri profesional adalah sikap komunikatif dan transparan. Dengan sifat komunikatif, seorang penanggung jawab suatu pekerjaan akna dapat menjalin kerjasama dengan orang lain lebih lancar. Ia dapat juga meyakinkan rekanannya untuk melakukan kerja sama atau melaksanakan visi dan misi yang disampaikan. Sementara dengan sifat transparan, kepemimpinan di akses semua pihak, tidak ada kecurigaan, sehingga semua masyarakat anggotanya dan rekan kerjasamanya akan memberikan apresiasi yang tinggi kepada kepemimpinanny. Dengan begitu, perjalanan sebuah organisasi akan berjalan lebih lanca, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. d) Sifat cerdas (fathanah). Dengan kecerdasannya seorang profesional akan dapat melihat peluang dan menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Dalam sebuah organisasi, kepemimpina yang cerdas akan cepat dan tepat dalm memahami problematikayang ada di lembaganya. Ia cepat memahami aspirasi anggotanya, sehingga setiap peluang dapat segera dimanfaatkan secara optimal dan problem dapat dipecahkan dengan cepat dan tepat sasaran. Disamping itu, masih terdapat pula nilai-nilai islam yang dapat mendasari pengembangan profesionalisme, yaitu : a) Bersikap positif dan berfikir positif (husnuzh zhan ). Berpikir positif akan mendorong setiap orang melaksanakan tugas-tugasnya lebih baik. Hal ini disebabkan dengan bersikap dan berfikir positif mendorong seseorang untuk berfikir jernih dalam menghadapi setiap masalah. Husnuzh zhan tersebut, tidak saja ditujukan kepada sesama kawan dalam bekerja, tetapi yang paling utama adalah bersikap dan berfikir positif kepada Allah SWT. Dengan pemikiran tersebut, seseorang akan lebih lebih bersikap objektif dan optimistik. Apabil ia berhasil dalm usahanya tidak menjadi sombong dan lupa diri, dan apabila gagal tidak mudah putus asa, dan menyalahkan orang lain. Sukses dan gagl merupakan pelajaran yang harus diambil untuk menghadapi masa depan yang lebih baik, dengan selalu bertawakal kepada Allah SWT. b) Memperbanyak shilaturahhim. Dalam Islam kebiasaan shilaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda keimanan. Namun dalam dunia profesi, shilaturahhim sering dijumpai dalam bentuk tradisi lobi. Dalam tradisi ini akan terjadi saling belajar. c) Disiplin waktu dan menepati janji. Begitu pentingnya disiplin waktu, al-Quran menegaskan makna waktu bagi kehidupan manusia dalam surat al-Ashr, yang diawali dengan sumpah Demi Waktu. Begitu juga menepati janji, al-Quran menegaskan hal tersebut dalam ayat pertama al-Maidah, sebelum memasuki pesan-pesan penting lainnya. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. (Al-Maaidah/05:01). Yang dimaksud aqad-aqad adalah janji-janji sesama manusia. d) Bertindak efektif dan efisien. Bertindak efektif artinya merencanakan , mengerjakan dan mengevaluasi sebuah kegitan dengan tepat sasaran. Sedangkan efisien adalah penggunaan fasilitas kerja dengan cukup, tidak boros dan memenuhi sasaran, juga melakukan sesuatu yang memang diperlukan dan berguna. Islam sangat menganjurkan sikap efektif dan efesien. e) Memberikan upah secara tepat dan cepat. Ini sesuai dengan Hadist Nabi, yang mengatakan berikan upah kadarnya, akan mendorong seseorang pekerja atau pegawai dapat memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya secara tepat pula. Sementara apabila upah ditunda, seorang pegawai akan bermalas-malas karena dia harus memikirkan beban kebutuhannya dan merasa karya-karyanya tidak dihargai secara memadai.Dari uraian di atas, dapat disipulkan bahwa Islam adalah agama yang menekankan arti penting amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja harus dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a) Bahwa pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan kesadaran dan pengetahuan yang memadai. Sebagaimana firman Allah yang artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya. (QS. al-Isra/17:36). b) Pekerjaan harus dilakukan berdasarkan keahlia. Seperti sabda Nabi : Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran. (Hadist Bukhari).c) berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik. Dalm Islam, amal, dan kerja harus dilakukan dalam bentuk yang shalih. Sehingga makna amal shalih dapat dipahami sebagai kerja sesuai standar mutu, baik mutu dihadapan Allah maupun dihadapan manusia rekanan kerjanya. d) Pekerjaan itu senantiasa diawasi oleh Allah, Rasulullah, dan masyarakatnya, oleh karena itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggunga jawab.e) Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggif) Pengupahan harus dilakukan secara tepat dan sesuai dengan amal atau karya yang dihasilkannya.

BAB IIIPENUTUP

Secara ideal, Islam sangat mendorong tumbuhnya sikap profesionalisme, baik dalam kerja untuk orientasi duniawi maupun ukhrawi. Amal perbuatan yang ditunjukan untuk kehidupan dunia harus dilakukan seoptimal mungkin (sebagai amal shalih), begitu juga amal perbuatan untuk tujuan akhirat. Semuanya itu merupakan ibadah kepada Allah. Maka profesionalisme adalah pelaksanaan suatu amal atau pekerjaan dengan kualitas kerja yang tinggi dengan mutu produktivitas yang tinggi pula. Demikianlah, Islam memiliki ajaran yang menjunjung tinggi nilai dasar kerja dan mendorong umatnya bersikap profesional. Sejarah membuktikan tatkala masyarakat Barat dan Eropa menempatkan kelas pendeta dan militer pada kedudukan tinggi, Islam justru menghargai orang-orang berilmu, para pedagang, petani, tukang, dan pengarajin. Sebagai manusia biasa, mereka tidak diunggulkan dari yang lain, karena Islam menganut nilai persamaan diantara sesama manusia. Ketinggian derajat manusia semata-mata diukur dari ketakwaanya kepada Allah, yakni derajat keimanan dan amal salehnya.Semua petunjuk yang ditemukan dalam Al Quran tersebut menjadi landasan etis-teologis kerja dan pengembangan etos profesionalisme setiap muslim, sehingga kaum muslimin diharapkan memiliki semangat kerja dan etos profesionalisme yang lebih tinggi dibanding umat lainnya.

DAFTAR PUSTAKAZuhdi, M. Najmuddin. 2004. Berislam : Menuju Keshalehan Individual Dan Sosial. Surakata : Lembaga Studi Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Etikahttp://duniabaca.com/pengertian-etika-dan-macam-macamnya.htmlhttp://kumoro.staff.ugm.ac.id/file_artikel/1.%20Apa%20Pentingnya%20Etika.pdf.http://id.wikipedia.org/wiki/Profesihttp://amiie23new.blogspot.com/2013/09/pengertian-dan-syarat-syarat-profesi.html

19