Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

16
Disusun Oleh : 1. Agung Tri Wibowo 2. Arlika Rahayu 3. Fitriana Puspitasari 4. Khalimah Patriaseta 5. Noviasrini Kemala 6. Novi Rachmayanti 7. Sudarman Yulianto 8. Yayu Setyaningsih 9. Yusnia Gulfa Maharani JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA

Transcript of Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

Page 1: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

Disusun Oleh :1. Agung Tri Wibowo2. Arlika Rahayu3. Fitriana Puspitasari4. Khalimah Patriaseta5. Noviasrini Kemala

6. Novi Rachmayanti7. Sudarman Yulianto8. Yayu Setyaningsih9. Yusnia Gulfa Maharani

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2009

Page 2: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

TETRASIKLIN

1. Asal dan Kimia

Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Berita tentang Tetrasiklin yang

dipatenkan pertama kali tahun 1955. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi

harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Antibiotika

golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh

Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus.

Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh

dari spesies Streptomyces lain. Tetapi setelah 1960, zat induk tetrasiklin mulai dibuat secara

sintetis seluruhnya, yang kemudian disusul oleh derivate –oksi dan –klor serta senyawa long

acting doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik., hanya melalui injeksi

intravena dapat dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya

berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum kerjanya luas dan meliputi

banyak cicci Gram positif dan Gram negative serta kebanyakan bacilli, kecuali

Pseudomonas dan Proteus. Begitu pula aktif terhadap mikroba khusus seperti Chlamydia

trachomatis (penyebab penyakit mata trachoma dan penyakit kelamin PID), Rickettsiae

(scrubtyphus), spirokheta (sifilis, framboesia), leptospirae (penyakit Weil), Actinomyces, dan

beberapa protozoa (amuba).

Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau

garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL

tetrasiklin bersifat relative stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil

Page 3: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

sehingga cepat berkurang potensinya. Tigesiklin adalah suatu antibiotika dari golongan baru

yaitu glisilsiklin.

2. Mekanisme Kerja Tetrasiklin

Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja

dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat

sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya

antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi

pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif. Setelah antibiotika

Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan

ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam

amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Pada umumnya efek antimikroba

golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan

kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba

yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

(http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm).

3. Farmakokinetik

Absorbsi kira-kira 30-80% tetrasiklin diserap lewat saluran cerna. Doksisiklin dan

minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorbsi ini sebagian besar berlangsung di lambung dan

usus halus bagian atas. Berbagai factor dapat menghambat penyerapan tetrasiklin seperti

adanya makanan dalam lambung (kecuali minosiklin dan doksisiklin), pH tinggi,

pembentukan alat (kompleks tetrasiklin dengan zat lain yang sukar diserap seperti kation Ca,

Mg, Fe, Al, yang terdapat dalam susu dan antasid). Oleh sebab itu sebaiknya tetrasiklin

diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan. PP paling tinggi adalah pada doksisiklin (ca

90%) lalu minosiklin (75%) disusul oksitetrasiklin (35%). Daya penetrasi ke dalam jaringan

agak baik berkat sifat lipofilnya dengan afinitas khusus tulang, gigi, kulit meradang, mata

dan prostat. Difusinya ke dalam CCS buruk, kecuali mungkin minosiklin. Ekskresi

tetrasiklin terutama secara utuh melalui ginjal, maka kadarnya dalam kemih tinggi.

Doksisiklin dan minosiklin terutama diekskresi melalui empedu dan tinja. Berkat siklus

enterohepatis ini, kadarnya dalam empedu tinggi sekali. Antibiotika golongan tetrasiklin

yang diberi per oral dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya:

Page 4: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

1.Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin. Absorbsi kelompok tetrasiklin ini tidak

lengkap dengan masa paruh 6-12 jam, 2. Demotilklortetrasiklin. Absorbsinya lebih baik dan

masa paruhnya kira0kira 16 jam sehingga cukup diberikan 150 mg per oral tiap 6 jam, 3.

Doksisiklin dan minosiklin. Absorbsinya baik sekali dan masa paruhnya 17-20 jam.

Tetrasiklin golongan ini cukup diberika 1 atau 2 kali 100 mg sehari.

4. Penggunaan

Berhubung kegiatan antibakterinya yang luas tetrasiklin lama sekali merupakan obat

terpilih untuk banyak infeksi dari bermacam-macam kuman, terutama infeksi campuran.

Akan tetapi, karena perkembangan resistensi dan efek sampingnya pada penggunaan selama

kehamilan dan pada anak kecil, maka dewasa ini hanya dicadangkan untuk infeksi tertentu

dan bila terdapat intoleransi bagi antibiotika pilihan pertama. Antara lain digunakan pada

infeksi saluran napas dan paru-paru, saluran kemih, kulit, dan mata. Penggunaannya pada

acne hebat adalah berdasarkan daya menghambatnya terhadap aktivitas lipase dari kuman

yang memegang peranan penting pada acne (Propionibacter acnes). Pada bronchitis kronis

adakalanya tetrasiklin digunakan sebagai profilakse serangan akut.

a. Tetrasikin

Tetrasiklin terutama digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea. Tetrasikin

juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran pernafasan, sinus, telinga

bagian tengah, saluran kemih, usus dua belas jari dan juga Gonore.

b. Doksisiklin

Kegunaan Doksisiklin selain seperti Tetrasiklin juga digunakan untuk pencegahan pada

infeksi Antraks. Dan digunakan untuk pengobatan dan pencegahan Malaria, serta

perawatan infeksi Kaki Gajah.

c. Oksitetrasiklin

Oksitetrasiklin berguna dalam pengobatan infeksi karena Ricketsia dan Klamidia, pada

saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak dan infeksi karena hubungan

kelamin.

d. Minosiklin

Minosiklin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti Pneumonia dan infeksi

saluran nafas lain, jerawat dan infeksi kulit, kelamin dan saluran kemih. Minosiklin juga

dapat membunuh bakteri dari hidung dan tenggorokan anda yang dapat menyebabkan

meningitis.

Page 5: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

5. Efek Samping

Pada penggunaan oral sering terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah, diare, dan

sebagainya). Penyebabnya adalah rangsangan kimiawi terhadap mukosa lambung dan/atau

perubahan flora-usus oleh bagian obat yang tak diserap, terutama pada tetrasiklin. Hal

terakhir dapat menimbulkan pula supra-infeksi oleh antara lain jamur Candida albicans

(dengan gejala mulut dan tenggorokkan nyeri, gatal sekitar anus, diare dan sebagainya).

Efek yang lebih serius adalah sifat penyerapannya pada jaringan tulang dan gigi yang sedang

tumbuh pada janin dan anak-anak. Pembentukan kompleks tetrasiklin-kalsiumfosfat dapat

menimbulkan gangguan pada struktur Kristal dari gigi serta pewarnaan dengan titik-titik

kuning-coklat yang lebih mudah berlubang (caries). Efek samping lain adalah fotosensitasi,

yaitu kulit menjadi peka terhadap cahaya, menjadi kemerah-merahan, gatal-gatal, dan

sebagainya. Maka selama terapi dengan tetrasiklin, hendaknya jangan terkena sinar matahari

yang kuat.

6. Ekskresi

Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin berdasarkan filtrasi glomerulus. Pada

pemberian per oral kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin dieksresi melalui urin. Golongan

tetrasiklin yang dieksresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar serum.

Sebagian besar obat yang dieksresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi

enterohepatik; maka obat ini masih dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan.

Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami

kumulasi dalam darah. Obat yang tidak diserap dieksresi melalui tinja.

7. Kehamilan

Karena penghambatan pembentukan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lebih

rapuh dan klasifikasi gigi terpengaruh secara buruk, semua tetrasiklin tidak boleh diberikan

setelah bulan keempat dari kehamilan dan pada anak-anak sampai usia 8 tahun.

8. Interaksi

Tetrasiklin membentuk kompleks tak larut dengan sediaan besi, alumunium, magnesium,

dan kalsium, hingga resorpsinya dari usus gagal. Oleh karena itu, tetrasiklin tidak boleh

Page 6: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

diminum bersamaan dengan makanan (khususnya susu) atau antasida. Resistensi semakin

sering terjadi melalui R-Plasmid (ekstrakromosomal). Banyak stafilokok dan streptokok

sudah menjadi resisten, begitu pula kebanyakan kuman Gram negative (Pseudomonas,

Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Serratia). Antara masing-masing tetrasiklin terdapat

resistensi-silang, kecuali minosiklin terhadap Staphylococcus aureus.

2. Sediaan Antibiotika Tetrasiklin di Pasaran

a. Tetrasikin

Tetrasiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 250 mg dan 500 mg.

Juga ada yang dalam bentuk buffer untuk mengurangi efek sampingnya mengritasi

lambung.

b. Doksisiklin

Doksisiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan tablet da kapsul dengan

kanduungan 50 mg dan 100 mg.

c. Oksitetrasiklin

Oksitetrasiklin di pasaran tersedia dalam bentuk sediaan kapsul 500 mg dan vial 50

mg/ml untuk injeksi.

d. Minosiklin

Minosiklin dipasaran dalam bentuk kapsul dengan kandungan 50 mg dan 100 mg.

Page 7: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

KLORAMFENIKOL

1. Asal dan Kimia

Kloramfenikol merupakan Kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya

sangat pahit. Semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat

secara sintetis. Antibiotikum broadspectrum ini berkhasiat terhadap hamper semua kuman

Gram-Positif dan sejumlah kuman Gram-negatif, juga terhadap spirokhaeta, Chlamydia

trachomatis dan Mycoplasma. Tidak aktif terhadapkebanyakan suku Pseudomonas, Proteus,

dan Enterobacter. Khasiatnya bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter dan Staph.

aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kukman. Kloramfenikol bekerja

bakterisid terhadap Str. Pneumonia, Neiss. Meningitides, dan H. influenzae.

2. Farmakodinamik

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada

ribosom subunit 50s dan menghambat enziim peptidil transferase sehingga ikatan peptide

tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis Kloramfenikol pada sel

mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik/darah dan diduga berhubungan dengan

mekanisme kerja Kloramfenikol. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada

konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman

tertentu. Spektrum antibakteri kloramfenikol meliputi D. pneumonae, S. pyogenes, S.

viridians, Neisseria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Brucella, P.

multocida, C. diphtheria, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan

kuman anaerob.

Page 8: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

3. Farmakokinetik

Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadarpuncak dalam darah

tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat

atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus

dan membebaskan kloramfenikol. Untuk pemberian secara parenteral digunakan

kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan

kloramfenikol. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi

berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam, Kira-kira 50% kloramfenikol dalm darah

terika5t dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh,

termasuk jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata.

Di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim

glukuronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloramfenikol memanjang pada pasien

gangguan faal hati. Dalam waktu 24 jam , 80-90% kloramfenikol yang diberikan oral telah

diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kliramfenikol yang diekskresi melalui urin, hanya 5-

10% dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau hidrosilat lain yang

tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama melalui filtrate glomerulus

sedangkan metabolitnya dengan sekresi tubulus. Pada gagal ginjal, masa paruh

kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah sehingga tidak diperlukan pengurangan

dosis. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar.

4. Penggunaannya

Berhubung risiko anemia aplastis fatal, kloramfenikol di Negara barat sejak tahun 1970-

an jarang digunakan lagi per oral untuk terapi manusia. Dewasa ini hanya dianjurkan pada

beberapa infeksi bila tidak ada kemungkinan lain, yaitu pada infeksi tifus (Salmonella typhi)

dan meningitis (khusus akibat H. influenzae), juga pada infeksi anerob yang sukar dicapai

obat, khususnya abces otak oleh B. fragilis. Untuk infeksi tersebut juga tersedia antibiotika

lain yang lebih aman dengan efektifitas sama.

Page 9: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

5. Efek Samping

Efek samping umum berupa antara lain gangguan lambung-usus, neuropati optis dan

perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi, yang sangat berbahaya adalah depresi

sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat tampak dalam dua bentuk anemia, yaitu sebagai :

a. Penghambatan pembentukan sel-sel darah (eritrosit, trombosit, dan granulosit) yang

timbul dalam waktu 5 hari sesudah dimulainya terapi. Gangguan ini tergantung dari

dosis serta lamanya terapi dan bersifat reversible.

b. Anemia aplastis, yang dapat timbul sesudah beberapa minggu sampai beberapa bulan

pada penggunan oral, parenteral, dan okuler, maka pada tetes mata tidak boleh

digunakan lebih alama dari 10 hari !

6. Kehamilan dan Laktasi

Penggunaannya tidak dianjurkan, khususnya selama minggu-minggu terakhir dari

kehamilan, karena dapat menimbulkan cyanosis dan hypothermia pada neonati (“grey baby

syndrome”). Berhubung melintasi plasenta dan mencapi air susu ibu, maka tidak boleh

diberikan selama laktasi.

7. Resistensi

Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil

transferase yang diperantarai oleh factor-R. Resistensi terhadap P. aeruginosa, Proteus, dan

Klebseilla terjadi karena perubahan permeabilitas membrane yang mengurangi masuknya

obat ke dalam sel bakteri. Beberapa strain D.pneumoniae, H. influenza dan N. meningitides

bersifat resisten; S. aureus umumnya sensitive, sedang Enterobactericeae banyak yang

telaah resisten. Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E. coli, K. pneumonia, dan

P. mirabilis, kebanyakan strain Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga

kebanyakan strain P. aeruginosa dan strain tertentu S. typhi.

Page 10: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

8. Interaksi

Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransfortasi tolbutamid, fenitoin,

dikumarol, dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Dengan demikian

toksisitas obat-obat ini lebih tinggi diberikan bersama kloramfenikol. Interaksi obat dengan

fenobarbital dan rifampisin akan memperpendek waktu paruh dari kloramfenikol sehingga

kadar obat ini dalam darah menjadi subterapeutik.

9. Sediaan

a. Kloramfenikol

Terbagi dalam bentuk sediaan :

1. Kapsul 250 mg,

Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BB atau 1-2 kapsul 4 kali sehari.

Untuk infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai

didapatkan perbaikan klinis.

2. Salep mata 1 %

3. Obat tetes mata 0,5 %

4. Salep kulit 2 %

5. Obat tetes telinga 1-5 %

Keempat sediaan di atas dipakai beberapa kali sehari.

b. Kloramfenikol palmitat atau stearat

Biasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol

palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol). Dosis ditentukan oleh

dokter.

c. Kloramfenikol natrium suksinat

Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g kloramfenikol

yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril atau dektrose 5 %

(mengandung 100 mg/ml).

d. Tiamfenikol

Terbagi dalam bentuk sediaan :

1. Kapsul 250 dan 500 mg.

2. Botol berisi pelarut 60 ml dan bubuk Ttiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan

mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.

Page 11: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

10. Dosis

Pada tifus permulaan 1-2 g (palmitat), lalu 4 dd 500-750 mg p.c. Neonati maksimum 25

mg/kg/hari dalam 4 dosis, anak-anak di atas 2 minggu 25-50 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.

Pada infeksi parah (meningitis, abces otak) i.v 4 dd 500-1500 mg (Nasuksinat).

Page 12: Makalah Farmakalogi (Tetrasiklin & Kloramfenikol)

DAFTAR PUSTAKA

Tjay, Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-

efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/tetrasiklin.htm

http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/kloramfenikol.htm