Makalah ETT Kokas
-
Upload
arya-bima-aji-kusuma -
Category
Documents
-
view
167 -
download
2
Transcript of Makalah ETT Kokas
BAB I
PENDAHULUAN
Batubara adalah berupa sedimen organik bahan bakar hidrokarbon padat yang
terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami pembusukan secara biokimia,
kimia dan fisika dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan serta
temperatur tertentu pada kurun waktu yang sangat lama. Di Indonesia
sendiri,penyebaran batubara sudah cukup merata baik di Indonesia bagian barat
maupun bagian timur.Kebanyakan batubara terdapat di pulau Sumatra dan pulau
Kalimantan. Persebaran batubara di Indonesia ditunjukkan oleh gambar 1 berikut :
Gambar 1. Persebaran Batubara di Indonesia
Batubara merupakan komoditi galian yang telah banyak memberikan
konstribusi dalam penerimaan devisa maupun perannya dalam menggerakkan roda
perekonomian nasional.Batubara merupakan salah satu sumber daya alam yang
1
sangat potensial untuk dikelola dan dimanfaatkan.Pengelolaan dan pemanfaatnya
harus dilakukan semaksimal mungkin agar dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
Indonesia.Yang paling penting lagi,batubara merupakan sumber daya energi tidak
terbaharukan. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah batuabara terbesar
di dunia sudah mengetahui hal itu, oleh karena itu,Indonesia mencanangkan untuk
penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama nasional mencapai 35% pada tahun
2025.
Manfaat batubara ialah sebagai berikut
Pengembangan briket kokas dari batubara dan green coke untuk pengecoran
logam untuk produksi baja dan besi
Pengembangan briket bio
Bahan bakar pembangkit listrik sebagai substitusi dari minyak bumi.
Bahan bakar cair
Pemanfaatan batubara menjadi kokas sangatlah prospektif karena kebutuhan kokas
untuk industry semakin meningkat seiring dengan perkembangan industry besi dan
baja dunia, termasuk Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kokas
Kokas merupakan hasil pirolisis dari bahan organik dengan kandungan karbon
yang sangat tinggi yang mana setidaknya bagian di dalam kokas tersebut telah
melewati fase cair atau kristal-cair selama proses karbonisasi dan terdiri dari karbon
non-grafit. Kebanyakan bahan-bahan pembentuk kokas adalah karbon yang dapat
berbentuk grafit. Struktur mereka adalah campuran dari tekstur optik dengan
berbagai ukuran, dari isotropik optik hingga anisotropi (-200um diameter). (Bahan
Bacaan OJT CE Meter) Kokas merupakan produk yang terbesar tonasenya hasil
destilasi batubara. Kebutuhan akan kokas bergantung pada kebutuhan akan baja.
Kira-kira 98 persen produksi ter batubara didapat dari tanur hasil sampingan. Dewasa
ini, dengan banyaknya aromatik yang dihasilkan industri migas, hasil utama distilasi
batubara beralih menjadi penyediaan kokas untuk industri baja. Walaupun kokas
dapat juga dibuat dari migas, ada dua macam prosedur pengkokasan batubara, yaitu
proses sarang tawon (bee – hive) dan proses hasil samping (by – product). Proses
sarang tawon merupakan proses yang sangat kuno. Pada tabor hasil sampingan,
muatan berupa batubara, yang campurannya diatur dengan teliti, dipanaskan dari dua
sisi sehingga kalor mengalir ke tengah, dengan demikian menghasilkan kokas yang
lebih kecil dan lebih padat dari yang dihasilkan pada tanur sarang tawon. (George T.
Austin, 1985)
Bila batubara dipirolisis atau di destilasi dengan memanaskannya tanpa
kontak dengan udara, ia akan terkonversi menjadi zat padat, cair, dan gas. Dalam
prakteknya, suhu tanur dijaga diatas 900º C, tetapi bisa juga berkisar antara 500º C
sampai 1000º C. Produk utamanya (menurut beratnya) adalah kokas. Jika unit itu
3
menggunakan suhu 450º C sampai 700º C, proses tersebut disebut karbonisasi suhu
rendah (low- temperature carbonization), sedangkan pada suhu diatas 900º C, disebut
karbonisasi suhu tinggi (high- temperature carbonization). Kokas merupakan bahan
baku dalam pembuatan anoda karbon yang akan digunakan dalam proses elektrolisis
sebagai kutub positif. (Bahan bacaan OJT CE Meter)
Jenis-jenis kokas dapat dijabarkan sebagai berikut :
Green Coke adalah hasil karbonisasi padatan yang utama yang dihasilkan
dari pemanasan fraksi karbon pada temperatur dibawah 9000K (juga disebut
kokas baku)
Calcined Coke adalah kokas yang berasal dari minyak bumi atau kokas dari
hasil pengolahan batubara dengan sebuah fraksi massa dari hidrogen kurang
dari 0,1% berat. Kokas jenis ini dihasilkan melalui pemanasan dari Green
Coke hingga suhu kira-kira 1600 K.
Petroleum Coke adalah hasil karbonisasi dari fraksi didih karbon yang
terbentuk dalam proses pengolahan minyak bumi
Coal Derived Pitch Coke adalah hasil karbonisasi padatan yang paling
utama dalam industri yang dihasilkan dari coal-tar-pitch atau ter (aspal).
Metallurgical Coke yang dihasilkan melalui karbonisasi batubara atau
campuran batubara pada temperatur hingga diatas 1400 K untuk
menghasilkan bahan karbon makroporos yang kuat.
Delayed Coke adalah bentuk yang paling umum digunakan untuk hasil
karbonisasi utama pada fraksi didih hidrokarbon melalui proses pemasakan
kokas. Delayed Coke memiliki tingkat grafit yang lebih baik dibandingkan
dengan kokas yang dihasilkan dengan proses lain bahkan dengan bahan
dasar yang sama. Hasil utama dari delayed coke ini adalah sponge coke dan
needle coke. Shot coke juga dihasilkan seperti timbunan bola dengan
diameter 1-2 mm, tapi tidak memiliki nilai jual.
4
Sponge Coke memiliki tekstur optik yang tak-terorientasi (tak-terarah) dan
digunakan sebagai pengisi untuk elektroda pada industri aluminium.
Needle Coke adalah bentuk umum yang digunakan untuk kokas jenis
khusus dengan tingkat grafit yang tinggi yang dihasilkan dari struktur
mikrokristal yang dimilikinya.
(Harry Marsh, 1989)
B. Manfaat Kokas
Kegunaan kokas adalah dalam proses peleburan besi adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan bakar untuk memproduksi energi panas supaya berlangsungnya
reaksi kimia dalam proses peleburan.
2. Sebagai agen pereduksi untuk penyedia gas carbon monoksida (CO) pada
proses mereduksi biji besi (iron ore) menjadi besi murni (pig iron).
3. Sebagai tempat tumpuan untuk proses pemisahan antara besi cair (hot metal)
dengan abu cair (slag).
Kokas digunakan terutama untuk melebur bijih besi dan bahan besi lainnya
dalam blast furnace, bertindak baik sebagai sumber panas dan sebagai bahan kimia
pereduksi, untuk memproduksi pig iron, atau logam panas. Kokas, bijih besi, dan
batu kapur dimasukkan ke dalam blast furnace, yang bekerja secara terus menerus.
Udara panas ditiupkan ke dalam tungku untuk membakar kokas, yang berfungsi
sebagai sumber panas dan oksigen, sebagai zat pereduksi untuk menghasilkan besi
metalik. Dalam penyediaan panas ini, secara kimiawi dapat mengubah bijih yang
seperti batu menjadi bentuk logam cair. Kokas juga membantu memisahkan gas dari
logam cair. Sementara gas naik di dalam tungku, logam cair tenggelam ke bawah
dimana ia akan diambil untuk diproses lebih lanjut menjadi baja. Kapur bertindak
5
sebagai fluks dan juga menyatu dengan kotoran untuk membentuk terak. Industri baja
menggunakan kokas sebagai sumber panas untuk menghasilkan logam cor. Industri
lainnya menggunakan kokas untuk peleburan batuan fosfat untuk menghasilkan unsur
fosfor dan produksi kalsium karbida.
Gambar 2. Proses Pemanfaatan Kokas di Industri Besi dan Baja
4. Penggunaan sebagai bahan bakar
Penggunaan petroleum coke sebagai bahan bakar umumnya masuk
kepada dua kategori, bahan bakar untuk pembangkit tenaga uap dan bahan
bakar untuk pabrik semen. Untuk penggunaan ini, kokas biasanya dicampur
dengan batubara bitumen atau digunakan dalam kombinasi dengan minyak
atau gas. Pada umumnya, kokas sebagai bahan bakar digunakan dalam
6
kombinasi dengan batubara bitumen memiliki keuntungan sebagai berikut
disamping batubara bitumen itu sendiri :
a. Grinding (penggilingan). Kokas lebih mudah untuk digiling daripada
batubara bitumen, dihasilkan dengan biaya penggilingan yang lebih
murah dan tidak perlu perawatan yang lebih.
b. Nilai Pemanasan (Heating Value). Nilai pemanasan dari petroleum
coke adalah lebih dari 14.000 Btu/lb, dibandingkan dengan 9000
sampai 12.500 Btu/lb untuk batubara.
c. Kandungan abu. Kandungan abu yang sangat rendah (kurang dari 0,5
persen berat) dari kokas menghasilkan biaya pengolahan yang lebih
murah.
5. Penggunaan Untuk Elektroda
Kadar sulfur yang rendah, sponge coke dengan kadar logam yang
rendah, setelah proses kalsinasi, dapat digunakan untuk membuat anoda pada
industri aluminium. Industri aluminium merupakan industri satu-satunya yang
mengkonsumsi kokas paling banyak. Untuk setiap pon dari aluminium yang
dihasilkan melalui proses peleburan hampir ½ lb dari kokas hasil kalsinasi
yang digunakan. Needle coke merupakan petroleum coke yang paling banyak
dipesan yang dihasilkan dari bahan aromatik dengan kandungan sulfur yang
rendah. Penggunaan utama dari needle coke yang dkalsinasi adalah pada
pembuatan elektroda grafit untuk dapur elektrik pada industri baja. (Robert A.
Meyers, 1986)
7
C. Proses Pembuatan Kokas
Kokas dibuat dengan cara karbonisasi. Karbonisasi adalah suatu proses untuk
menaikkan kadar karbon padat dan menghilangkan zat terbang (volatile matter) yang
terkandung dalam batubara serendah mungkin sehingga dihasilkan semi kokas atau
kokas dengan kandungan zat terbang yang ideal 8-15% dengan nilai kalori yang
cukup tinggi di atas 6.000 kkal/kg. Kandungan zat terbang berhubungan erat dengan
kelas batubara, makin tinggi zat terbangnya maka makin rendah kelas batubara,
karena zat terbang akan mempercepat pembakaran karbon padatnya. Dengan
karbonisasi juga akan menghasilkan produk akhir yang tidak berbau dan berasap.
Proses karbonisasi dapat merupakan reaksi endoterm atau eksoterm
tergantung pada temperatur dan proses reaksi yang sedang terjadi. Secara umum hal
ini dipengaruhi oleh hubungan temperatur karbonisasi, sifat reaksi, perubahan
fisik/kimiawi yang terjadi. Perubahan fisika terdiri atas pelunakan, aliran material,
penggabungan dan pengerasan, sedangkan perubahan kimia terdiri atas perekahan
polimerisasi dan penguapan.
Karbonisasi batubara adalah proses pemanasan batubara dengan keadaan
anaerob (tanpa oksigen) pada temperatur beberapa ratus derajat menghasilkan
material – material :
1. Karbon padat (solid residu)
Disebut semikokas/kokas jika bersifat kompak dan padat, atau
disebut char jika lebih berpori dan tidak kompak.
2. Hasil cair
Terbuat dari campuran hidrokarbon (zat arang cair) disebut tar dan
larutan yang mengandung air yang mengandung jenis bahan-bahan terlarut
yang disebut zat amoniak.
3. Hidrokarbon dan campuran lain
Dalam bentuk gas yang didinginkan ke temperatur normal.
Berdasarkan perbedaan besarnya temperatur pemanasan, proses
karbonisasi terdiri atas:
8
a. Low temperature carbonization pada suhu 500oC-700oC (1290oF)
b. Medium temperature carbonization pada suhu 700oC-900oC
c. High temperature carbonization pada suhu > 900oC (1650oF)
Proses karbonisasi dilakukan melalui dua cara:
1. Proses Karbonisasi dengan pemanasan secara langsung
Proses Karbonisasi dengan pemanasan secara langsung dalam tungku
Beehive yang berbentuk kubah. Tungku Beehive merupakan tungku yang paling tua
dimana batubara dibakar pada kondisi udara terbatas, sehingga hanya zat terbang saja
yang akan terbakar. Jika zat terbang terbakar habis, proses pemanasan
dihentikan.Kelemahannya antara lain terdapat produk samping berupa gas dan cairan
yang tidak dapat dimanfaatkan atau habis terbakar, disamping itu produktivitas
sangat rendah.
2. Karbonisasi batubara dengan pemanasan tidak langsung
Karbonisasi batubara dengan pemanasan tidak langsung atau proses distilasi
kering di mana sirkulasi udara dikontrol seminimal mungkin. Melalui dinding baja,
panas disalurkan ke dalam tanur bakar yang memuat batubara. Pada suhu sekitar
375oC - 475oC, batubara mengalami dekomposisi membentuk lapisan plastis di
sekitar dinding.
Ketika suhu mencapai 475oC - 600oC, terlihat kemunculan cairan tar dan
senyawa hidrokarbon (minyak), dilanjutkan dengan pemadatan massa plastis menjadi
semi-kokas. Pada suhu 600oC - 1100oC, proses stabilisasi kokas dimulai. Ketika
lapisan plastis sudah bertemu di tengah oven, berarti seluruh batubara telah
terkarbonasi menjadi kokas, dilanjutkan dengan proses pendinginan (quenching).
Setelah kokas selesai dibuat di oven, perlu pendinginan secepatnya supaya kokas
tersebut tidak berubah jadi abu.
Cara ini selain menghasilkan kokas juga diperoleh produk samping berupa
tar, amoniak, gas methana, gas hidrogen dan gas lainnya. Gas-gas tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar. sedangkan produk cair berupa tar, amoniak dan
9
lain-lain dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan-bahan kimia,
umumnya berupa senyawa aromatik.
10
Gambar 3. Dapur Pembuat Kokas Batubara
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia kaya akan batubara sehingga sangat prospektif untuk
dikembangkan industri kokas dari batubara. Dengan Pengembangan
industri kokas diharapkan bisa menurunkan tingkat impor kokas
Indonesia yang dibutuhkan untuk industri besi dan baja. Kebutuhan
Kokas akan semakin meningkat seiring dengan berkembangnya
industri besi dan baja.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jualbatubara.com/2012/10/batubara-metalurgi.html
http://www.byantech.com/kategori-pabrik/pabrik-pengolahan-batubara/
http://www.jualbatubara.com/2012/10/manfaat-dan-kegunaan-batubara.html
http://letshare17.blogspot.com/2010/12/karbonisasi.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/Batubara/pengembanganbriketkokas.asp
http://maslatip.blogspot.com/2012/05/batubara-dan-manfaatnya.html ptba.co.id/
13