MAKALAH EPM
-
Upload
rina-ariyana -
Category
Documents
-
view
191 -
download
12
Transcript of MAKALAH EPM
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di segala bidang semakin
meningkat, termasuk bidang kesehatan secara umum. Kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran telah mencapai taraf yang sangat memuaskan dalam hal
mengatasi penderitaan dan kematian penyakit tertentu. Namun, demikian masalah
kesehatan bagi masyarakat umum masih sangat rawan. Walaupun dalam beberapa
tahun terakhir ini sejumlah penyakit menular tertentu dapat diatasi, tetapi dilain
pihak timbul pula masalah baru dalam bidang kesehatan masyarakat, baik yang
berhubungan dengan penyakit menular dan tidak menular, maupun yang erat
hubungannya dengan gangguan kesehatan lainnya.
Dewasa ini penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang
telah dibasmi dengan kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan
biologis yang erat hubungannya dengan penyakit menular. Namun masalah
penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk Negara
berkembang, disamping munculnya masalah baru di Negara maju. Penguasaan
teknologi terhadap pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungannya dengan
penyakit menular sehingga penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang
dikembangkan di berbagai Negara berkembang sejauh ini sejalan dengan
penguasaan terhadap lingkuan biologis. Di lain sisi, Kemajuan ilmu dan teknologi
juga ikut mempengaruhi lingkungan social budaya dan sangat erat hubungannya
dengan pola tingkah laku masyarakat. Perubahan lingkungan social budaya
tersebut memberikan dampak positif dan negative terhadap pola penyakit yang
berada di masyarakat, termasuk penyakit menular. Di lain sisi, dengan semakin
meningkatnya kemajuan di bidang komunikasi perhubungan dan transportasi
antarnegara sejauh ini, maka setiap kejadian penyakit menular pada suatu Negara
tertentu akan merupakan suatu ancaman yang potensial untuk Negara lain.
1
Sejauh ini berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada
Negara-negara maju, tetapi sebagian penduduk Negara berkembang, masih terancam
dengan berbagai penyakit menular tertentu.Untuk dapat mengambil tindakan yang
berarti dalam usaha mengatasi serta menanggulangi berbagai penyakit menular
tertentu, maka harus diketahui dengan pasti berbagai aspek epidemiologis penyakit
menular secara umum.
Pemberantasan penyakit menular adalah suatu upaya di bidang kesehatan
untuk mengubah cara perpindahan penyakit infeksi yang dapat berpindah “dari satu
orang ke orang yang lain atau dari binatang ke manusia
1.2 Tujuan
Mengetahui gambaran dan kondisi rumah Bpk. M.Sulut di Jl. perjuangan
Gerilya (Menuju Solong) dan penyakit yang mudah terapapar pada kondisi
wilayah tersebut serta upaya pencegahannya.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
1. Permasalah Penyakit Menular
A. Identifikasi
Penyakit Menular (comunicable Diseasse) adalah penyakit yang disebabkan
oleh transmisi infectius agent/produk toksinnya dari seseorang/reservoir ke orang
lain/susceptable host. Tiga Kelompok utama penyakit menular:
1. Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian sangat tinggi
2. Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3. Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi dapat
mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
B. Penyebab
Unsur penyebab penyakit menular dibedakan menjadi 6 faktor yaitu :
1. Kelompok Arthropoda (serangga), seperti penyakit scabies, pediculosis, dll.
2. Kelompok cacing (helminth) baik cacing darah maupun cacing perut dsb.
3. Kelompok protozoa, seperti plasmodium, amuba, dll.
4. Fungi dan jamur, baik uniseluler maupun multiselular.
5. Bakteri termasuk spirochaeta maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.
6. Virus sebagai kelompok penyebab yang paling sederhana.
C. Distribusi (penyebaran)
a. Pejamu ke pejamu
b. Hewan ke orang. Contoh : Tikus yaitu pes terjadi melalui ginjal.
c. Dari sumber lain. Contoh : Luka yaitu tetanus dan gas gangren dari tanah atau
pupuk kandang.
D. Reservoir (Sumber Penularan)
1. Manusia
3
Sumber ini paling sering terjadi. Seseorang yang tengah menderita suatu penyakit
menular dapat menyebarkan patogennya pada orang lain. misalnya hepatitis
2. Binatang
Penularan dari binatang ke manusia bisa terjadi seperti oleh rotavirus sehingga
manusia berisiko mengalami infeksi tertentu.
3. Tanah
Tanah mengandung jasad renik dalam jumlah yang sangat besar. Sebagian besar
tak membahayakan tapi ada pula yang dapat mengancam jiwa. Misalnya, kuman
penyebab tetanus.
4. Makanan dan minuman
Makanan dan minuman sangat mudah terkontaminasi patogen bila diolah oleh
orang yang tengah menderita suatu penyakit menular misalnya Penyakit tifus
5. Barang sehari-hari seperti handuk, pakaian, dan peralatan makan
Barang-barang yang dipakai penderita suatu penyakit infeksi dapat
menularkannya pada orang lain yang memakainya.
E. Cara Penularan (Mode of Transmission)
1. Penularan langsung yaitu penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau
reservoir langsung ke pejamu potensial baru. Penularan langsung terdiri dari 4
kelompok, yaitu penularan langsung dari orang ke orang, dari binatang ke
orang, dari tumbuhan ke orang, dan dari orang ke orang lain melalui kontak
benda lain.
2. Penularan tidak langsung merupakan penularan penyakit terjadi dengan
melalui tertentu seperti melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet atau
dust, melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vector (vector
borne).
F. Waktu Generasi (Generation Time)
Pada penyakit menular langsung dari orang ke orang jarak antara kasus yang
satu ke kasus berikutnya ditentukan dengan waktu generasi, yaitu masa antara
4
masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal
pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit.
G. Upaya pencegahan
Ada 4 tahap pencegahan penyakit :
a. Pencegahan Premordial : Jenis pencegahan yang paling akhir diperkenalkan,
adanya perkembangan pengetahuan dalam epidemiologi penyakit
kardiovaskular dalam hubungannya dengan diet dll.
b. Pencegahan Primer : Bertujuan mengurangi incidence dengan mengontrol
penyebab dan faktor-faktor risiko. Misal : penggunaan kondom dan jarum
suntik disposable pada pencegahan infeksi HIV, imunisasi dll.
c. Pencegahan Sekunder : Tujuannya untuk menyembuhkan dan mengurangi
akibat yang lebih serius melalui diagnosis & pengobatan yang dini. Misal :
Screening pada kanker cervik, pengukuran tekanan darah secara rutin dll.
d. Pencegahan Tersier : Untuk mengurangi komplikasi penting pada pengobatan
& melakuakan rehabilitasi, membuat penderita dengan situasi yang tak dapat
disembuhkan. Misal : pada rehabilitasi pasien Poliomyelitis, Stroke,
kecelakaan dll.
H. 5 Tingkatan Pencegahan Penyakit
a. Health Promotion
Saat pejamu sehat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan atau memelihara
kesehatan :
- Penyuluhan/pendidikan kesehatan-s
- ekreasi sehat
- Olahraga teratur
- Perhatian terhadp perkembangan kepribadian
b. Spesific Protection
Mencegah pada pejamu (Host) dengan menaikkan daya tahan tubuh :-
- Imunisasi
- Pelindung khusus : Helm, tutup telinga
5
- Perbaikan lingkungan
- Mengurangi penggunaan bahan yang membahayakan kesehatan : pengawet,
pewarna dll.
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment
Dilakukan bila pejamu sakit, setidak – tidaknya diduga sakit (penyakitnya
masih ringan)Mencegah orang lain tertular. Misal : Case finding, skrining survei
penyakit asymtomatis, deteksi dini pencemaran dll
d. Disability Limitation (Pembatasan kecacatan / kelemahan )
Dilakukan waktu pejamu sakit / sakit berat de ngan tujuan mencegah cacat
lebih lanjut, fisik, sosial maupun mental. Misal : Amputasi pada ganggren karena
DM, pada penyakit-penyakit menahun diatasi gang guan mental maupun
sosialnya
e. Rehabilitation
Mengembalikan penderita agar berguna di masyarakat maupun bagi diri
nya sendiri, mencegah cacat total setelah terjadi perubahan anatomi/fisiologi.
Misal : Fisioterapi pada kelumpuhan supaya tidak timbul kontraktur/atropi,
psikoterapi pada gangguan mental, latihan ketrampilan tertentu pada penderita
cacat, prothesa post amputasi, penyediaan fasilitas khusus pada penderita.
I. Penanggulangan Penyakit Menular
Yaitu upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat
serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi
masyarakat. Penanggulangan penyakit menular dibagi menjadi 3 kelompok
dengan sasaran utama meliputi: sasaran langsung melawan reservoir ditujukan
pada cara penularan penyakit dan ditujukan terhadap pejamu dengan menurunkan
kepekaan pejamu.
2. Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB)
Sistem Kewaspadaan Dini KLB (SKD-KLB) merupakan kewaspadaan
terhadap penyakit berpotensi KLB beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya
6
dengan menerapkan teknologi surveilans epidemiologi dan dimanfaatkan untuk
meningkatkan sikap tanggap kesiapsiagaan, upaya-upaya pencegahan dan
tindakan penanggulangan kejadian luar biasa yang cepat dan tepat. Peringatan
Kewaspadaan Dini KLB merupakan pemberian informasi adanya ancaman KLB
pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu.
3. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak
tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat
memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau
tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program
Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti
PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.Pelaksanaan PWS
imunisasi berhasil baik, dibuktikan dengan tercapainya Universal
ChildImmunization (UCI) di Indonesia pada tahun 1990. Dengan dicapainya
cakupan program imunisasi, terjadi penurunan AKB yang signifikan. Namun
pelaksanaan PWS dengan indicator. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara
cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Secara bermakna walaupun
cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktorn lain sebagai
penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb). Dengan
demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki mutu data,
analisis dan penelusuran data.
7
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian mengenai mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular ini
dilaksakan pada hari Jum’at, tanggal 6 April 2012, pukul 09.00-13.00 WITA
bertempat di Jalan Gerilya RT 36 Kelurahan Mugirejo Samarinda Kalimantan Timur.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah:
- Balpoin
- Kertas
- Kamera
-
3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah:
- Panduan Kuisioner
3.4 Cara Kerja
- Mengunjungi daerah kumuh di jalan Gerilya RT 36 Kelurahan Mugirejo,
Samarinda, Kalimantan Timur
- Memotret daerah sekitar rumah yang akan ditemui penghuninya
- Melakukan wawancara sesuai dengan panduan kuisioner
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Identitas Personal
Nama : Bapak Moehammad Sulut
Umur : 40 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lokasi rumah : Jl Perjungan Gerilya (Menuju Solong)
Pekerja : Penjual Kedelai
Jumlah Keluarga : 3 anak.
b. Kondisi dan situasi rumah
Luas tanah : 10x15 m
Luas rumah : 6x12 m
Dinding rumah : Kayu
Atap rumah : Seng
Lantai rumah :Semen
Ventilasi rumah :Ada, 4 buah
Fasilitas kamar : 3 buah sebelumnya 2 karena banjir akhirnya direnovasi
Fasilitas Dapur :Ada (sebelumnya tidak ada), dengan kompor gas
Sumber air bersih : Ait Tandon (beli) PDAM tidak mengalir selama 5 thn
Fasilitas sumur : Ada, tapi hanya digunakan sewaktu-waktu
Fasilitas WC : Sebelumnya kloset jongkok, diganti kloset duduk
Tempat pembuangn Sampah : TPS Gerilya
Tempat pembuangan Air Limbah : Langsung ke selokan
Keadaan disekitar rumah : Rumah saling berdekatan, halaman rumah tidak ada,
rawan banjir, berdebu, terdapat sampah-sampah di
sekitar rumah
9
c. Personal Hygine
Pengolahan makanan : Beli diluar
Jenis makanan : Beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan
keuangan
Penyimpanan bahan makanan : Lemari dan kulkas
Mengelolah sampah : Dikumpulkan, lalu dibuang ke TPA
Penggunaan MCK :Penggunaan Maksimal
d. Pelayanan Kesehatan
Tempat : Puskesmas
Menggunakan : Asmara
4.2 Pembahasan
a. Kondisi dan Situasi Rumah
Kondisi dan situasi rumah Pak Moehammad Sulut di Jl. Perjungan Gerilya
(Menuju Solong), pada saat dilakukan survey, rumah dalam keadaan kurang
teratur karena dalam keadaan renovasi. Luas rumah sekitar 6x12 m dgn luas tanah
10x15m. Dinding rumah terbuat dari kayu dengan atap seng. Ventilasi rumah
khusunya di ruang tamu terdiri dari 4 buah dengan jendela kaca jadi hanya cahaya
yang dapat masuk. Udara hanya lewat ventilasi. Sebelum direnovasi kamar tidur
yang dimiliki hanya 2 kamar dan tidak mempunyai dapur. Namun setelah tahap
renovasi terdapat 3 kamar tidur dan memiliki fasilitas dapur yang dilengkapi
kompor gas. Sumber air bersih didapat dengan membeli air tendon karena PDAM
di sekitar wilayah tersebut sudah 5 tahun tidak mengalir sehingga warga setempat
banyak yang membeli air tendon atau dengan menggunakan air sumur gali. Pak
M.sulut juga menggunakan sumur gali sebagai sumber airnya tetapi digunakan
hanya sewaktu-waktu saja dan hanya untuk mencuci dan mandi. WC yang
digunakan sebelumnya WC jongkok setelah tahap renovasi diganti WC duduk.
Sampah-sampah yang berasal dari rumah Pak M.Sulut biasanya dikumpulkan
terlebih dahulu dengan kantong plastic kemudian dibuang di TPS Gerilya.
10
Tempat pembuangan air limbah (bekas air cucian baju atau piring) langsung ke
selokan. Keadaan disekitar rumah Pak M.Sulut, jarak rumah antara satu dengan yang
lain saling berdekatan, rawan banjir, dan halaman rumah (depan, samping, belakang)
tidak ada.
Untuk memperoleh makanan sehari-hari, selama 2 tahun terakhir Pak M.Sulut
beserta anak-anaknya membeli makanan di luar, namun terkadang masak sendiri.
Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan
keuangan. Penyimpanan bahan makanan biasanya di dalam lemari atau di kulkas
tergantung jenis bahan makanannya. Jika Pak M.sulut atau salah satu anaknya
mengalami sakit biasanya hanya dibawa ke puskesmas terdekat dengan menggunakan
kartu Asmara.
b. Identifikasi Permasalahan Penyakit
Dengan kondisi lingkungan rumah yang rawan banjir rentan terhadap
permasalahn penyakit menular. Air banjir biasanya mengandung bakteri patogen
maupun limbah yang mana jika terkena oleh pejamu atau terkontaminasi dengan
makanan/minuman di sekitar akan menyebabkan beberapa penyakit menular
seperti gatal-gatal (alergi pada kulit), cacingan (filariasis) melalui penetrasi kulit,
diare yang disebabkan oleh bakteri E. coli, dan malaria yang disebabkan oleh
nyamuk anopheles. Lingkungan rumah yang berdebu juga mudah tepapar
penyakit menular yang bersangkutan system pernapasan seperti TBC dan ISPA.
Pemakaian air sumur untuk mencuci peralatan dapur akan mudah terpapar
penyakit menular seperti diare karena kondisi air sumur yang tidak memenuhi
standar syarat kualitas. Lingkungan sekitar rumah yang dipenuhui dengan sampah
rentan terhadap penyakit DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aeghypti.
Pembuatan air limbah yang lansung di selokan dapat membuat air di lingkungan
sekitar tercemar yang mana dapat menyebabkan menyebabkan penyakit.
Akibat banjir dan kurangnya penyediaan air bersih di rumah serta kondisi
cuaca dan lingkungan yang berdebu menyebabkan kedua anak Pak. M.Sulut yang
11
bernama Nur Arafah (5 tahun) mengalami alergi kulit (gatal-gatal) dan Rizki (7
tahun) mengalami batuk.
c. Data berdasarkan WTO ( Waktu, Tempat dan Orang), FDD (Frekuensi
Distribusi Determinan
Waktu (Time)
Dilihat dari jangka waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, Penyakit
batuk dan alergi (gatal-gatal) ini merupakan suatu jenis penyakit dengan fluktuasi
jangka pendek di mana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam, hari,
minggu dan bulan. Pola perubahan penyakit ini terlihat pada endemi di mana penyakit
batuk berlangsung hanya dalam beberapa hari atau minggu begitu juga alergi (gatal-
gatal). Kedua penyakit ini masa penyembuhannya juga berlangsung relative cepat
tergantung pemberian obat dan daya tahan tubuh seseorang.
Tempat (Place)
Pola penyakit alergi (gatal-gatal) dan batuk terjadi karena kondisi sekitar
rumah sebagai berikut :
1. Rawan banjir
2. Kurangnya penyediaan air bersih di rumah
3. Lingkungan jalan di sekitar rumah yang berdebu
4. Jarak rumah yang saling berdekatan
5. Kondisi rumah yang tidak sesuai dengan kriteria rumah sehat
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain
mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3. Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
12
4. Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Orang (Person)
Peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status
perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
1. Umur, umur penderita yang tergolong masih anak yaitu berumur 5 dan 7 tahun
masih rentan trekena penyakit seperti batuk dan alergi (gatal-gatal). Akibat
ketahanan tubuh mereka yang masih lemah
2. Jenis Kelamin, Karena kedua penderita sakit masih anak-anak maka jenis kelamin
tidak terlalu membedakan golongan mana yang lebih rentan terhadap penyakit
namun tergantung daya tahan tubuh anak.
3. Kelas sosial, Kedua penderita hanya seorang dari penjual kedelai sehingga hanya
hidup dengan berkecukupan.
4. Jenis Pekerjaan, karena penderita masih anak-anak maka jenis pekerjaan orang
tua dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa faktor-faktor
lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan seperti partikel debu dan
panas. Keadaan rumah yang relatif sempit dapat menyebabkan proses penularan
penyakit antara orang yang satu dan yang lainnya.
5. Penghasilan. Pengahsilan orang tua yang tidak terlalu banyak dan kurangnya
sarana kesehatan di lingkugan sekitar membuat anak yang terpapar penyakit
Hanya dibawah ke puskesmas terdekat.
6. Struktur keluarga, Karena ibu kedua anak tersebut sudah meninggal dunia maka
asupan makanan terhadap kedua anak tersebut kurang diperhatikan karena lebih
sering membeli makanan diluar yang tidak tahu diolah dengan cara yangbersih
atau tidak serta kurangnya perhatian orang tua (bapak) pada saat anak bermain
karena sibuk bekerja.
FDD (Frekuensi, Determinan, Distribusi)
Warga di sekitar Jl. Pejuangan Gerilya (menuju Sorong) sering terpap
rpenyakit gatal-gatal dan batuk dikarenakan faktor lingkungan yang rawan banjir dan
13
kurangnya penyediaan air bersih serta kondisi jalanan di sekitar rumah yang berdebu
mengakibatkan bibit penyakit tersebut mulai terpaapar terhadap warga sekitar.
Penularan penyakit tersebut juga sangat cepat bila bersentuhan atau kontak langsung
dengan penderita. Jarak antara rumah yang berdekatan dan terlihat kumuh
menyebabkan penyebaran bibit penyakit yang semakin luas.
d. Hubungan antara Host, Agent, dan Environment
Pejamu (host) dapat terpapar oleh bibit penyakit seperti batuk dan gatal-
gatal jika seseorang tersebut kurang memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar
tempat tinggalnya dan kurang memperhatikan asupan makanan ynag dikonsumsi.
Akibatnya lingkungan (environment) tersebut terlihat kotor dan berdebu bahkan
kumuh yang menyebabkan berkembang biaknya organisme patogen penyebab
(agent) penyakit gatal-gatal maupun penyebab (agent) batuk di lingkungan sekitar
tempat tinggalnya.
e. Riwayat Alamiah Penyakit
1. Nur Arafah (5 tahun, Penderita Alergi kulit (gatal-gatal))
a. Tahap prepatogenesis
Pada saat banjir anak tersebut bermain-main di luar rumah. Hal ini menyebabkan
adanya interaksi antara anak tersebut dengan bibit penyakit (agent) dan
lingkungan yang tidak kondusif (environment). Namun pada tahap ini anak
masih merasa sehat/ normal.
b. Tahap pathogenesis
- Tahap inkubasi : pada tahap ini bibit penyakit mulai masuk melalui penetrasi
kulit anak yang terpapar. Namun gejala yang dialami belum nampak hanya
sekadar merasa gatal di bagian kaki.
- Tahap dini : Beberapa hari kemudian pada kulit anak tersebut mulai muncul
bercak-bercak merah dan terasa semakin gatal pada bagian kaki tersebut.
14
- Tahap penyakit lanjut : pada tahap ini semakin banyak bercak-bercak merah
yang timbul di bagian kaki dan terasa sangat gatal. Karena merasa sangat gatal
anak tersebut menggaruk secara terus menerus sehingga menimbulkan luka.
Anak tersebut akhirnya dibawah ke puskesmas terdekat untuk proses
pengobatan.
c. Tahap akhir penyakit : pada tahap ini gatal-gatal yang dialami anak tersebut mulai
hilang dan bercak-bercak merah juga tidak muncul lagi namun bekas luka akibat
digaruk masih ada.
2. Rizki ( 7 tahun, Penderita Batuk)
a. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini anak tersebut sering bermain di luar rumah dengan kondisi jalanan
yang berdebu dan anak tersebut juga sering minum es yang mana air yang
digunakan untuk membuat es batunya mungkin tidak berasal dari air yang
matang. Namun anak masih dalam keadaan sehat.
b. Tahap pathogenesis
- Tahap inkubasi : Pada tahap ini bibit penyakit yang menyebabkan batuk telah
masuk kedalam tubuh anak tersebut. Dimana kondisi lingkungan rumah yang
berdebu dan kurangnya penghawaan di dalam rumah akan menyebakan pathogen
penyakit akan bertahan dan berkembang biak dengan cepat. Pada tahap ini anak
mulai merasa tenggorakannya gatal dan mulai batuk-batuk.
- Tahap dini : Pada tahap ini, anak mulai sering terlihat batuk-batuk dan kondisi
tubuh anak juga melemah.
- Tahap penyakit lanjut : Pada tahap ini, batuk anak semakin parah dan mulai
mengeluarkan dahak. Melihat hal tersebut orang tuanya membawanya ke
puskesmas.
c. Tahap akhir penyakit : Setelah pemberian obat, batuk anak tersebut mulai
berkurang namun pada saat ini masih terkadang masih batuk.
f. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
15
Dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan
keluarga maupun masyarakat sekitar misalnya dengan tidak membuang sampah
sampah di selokan yang dapat menyebabkan banjir dan menggunakan sumber air
yang bersih baik untuk minum dan memasak makanan maupun untuk mandi dan
mencuci peralatan dapur/baju. Dengan melakukan PHBS dapat mengurangi angka
kesakitan di lingkungan tersebut.
g. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
Petugas kesehatan melakukan pemantauan di wilayah sekitar dan melakukan
pendataan kemudian Menganalisa data-data penduduk yang terkena alergi (gatal-
gatal) maupun yang menderita batuk dan semacamnya. Tahapan yang dapat
dilakukan ialah:
a. Menelaah Kapan Terjadinya Penyakit
Kapan suatu penyakit berpotensi menular (jam, hari, minggu, bulan, tahun
kejadian penyakit). Misalnya pada saat musim hujan yang mengakibatkan
banjir di wilayah setempat dan cuaca yang panas sehingga membuat jalanan
sangat berdebu.
b. Menelusuri Dimana Terjadinya Penyakit
Dimana tempat kejadian penyakti berlangsung menurut peta wilayah kerja
puskesmas.
c. Meneliti Siapa yang Mengalami Kejadian Sakit
Siapa orangnya yang terjangkit penyakit (umur, status, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan).
h. Advice Kesehatan Masyarakat
1. Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun
(Permenkes no.416/MENKES/PER/IX/1990 ttg Persyaratan kualitas air bersih
& air minum).
16
2. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yg baik, agar
dapat mencegah terjadinya perkembangbiakan vektor penyakit, seperti
nyamuk,tikus,dll.
3. Terapkan Pola PHBS.
4. Pola makan sesuai Gizi Seimbang dan perlakuan baik yang dapat dilakukan
untuk makanan misaln: cara pengolahan dan penyimpanan bahan makanan.
17
BABV PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kondisi dan situasi rumah Bpk. Moehmmad Sulut yang terletak di Jl.
Perjuangan Gerilya (Menuju Solong) cukup sederhana. Kondisi di sekitar rumah
yaitu rawan terhadap banjir, kondisi jalanan yang berdebu, tidak adanya halaman
di sekitar rumah, terdapat sampah di sekitar rumah, dan rumah yang saling
berdekatan.
Hal ini membuat wilayah disekitar rentan terhadap penyakit menular
seperti gatal-gatal, batuk, TBC, dan sebagainya.
Untuk mencegah hal tersebut perlu dilakukannya Sistem Kewaspadaan
Dini (SKD) seperti menerapkan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dan melakukan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan mendata warga
yang terjangkit penyakit menular sehingga dapat dianalisis dan dilakukan
penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
5.2 Saran
Sebaiknya Warga sekitar Jl. Perjuangan Gerilya (Menuju Solong) lebih
memperhatikan kondisi dan situasi rumah maupun sekitarnya. Warga juga harus
menerapkan pola PHBS dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menciptakan
lingkungan hidup yang bersih dan sehat serta terhindar dari Agent (penyebab)
penyakit khusunya menular.
18
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Nur Nasry. 2009. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Latuperissa, Engky . 2011. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular.http://engkyblog.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 April 2012 pukul 09.30 WITA
Anonim. 2010. Buku PWS Bab 1 Pendahuluan.pdf. http://staff.blog.ui.ac.id. DiaksesPada tanggal 5 April 2012 pukul 09.50 WITA
Anonim. 2011. SKD-KLB-gibur.pdf. http://gizi.depkes.go.id. Diakses pada tanggal 5 April 2012 pukul 11.45 WITA
19
LAMPIRAN
Gambar 1:Gambar Rumah Bpk. M.Sulut Gambar 2 : Kondisi di dalam rumah(tampak depan)
Gambar 3: Konsisi dapur dalam tahap renovasi Gambar 4: Ventilasi Udara
20
Gambar 5 : Kondisi lingkungan sekitar
21