EPM DBD Kelompok 2

21
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Kelompok 2 : Mugiya Karimah Neneng Nuraeni Vina Suliani Sapitri Risma Nur Hanifah Imam Prakoso Andini Septiani Taufik S UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

description

epm

Transcript of EPM DBD Kelompok 2

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULARPENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Kelompok 2 :Mugiya KarimahNeneng NuraeniVina Suliani SapitriRisma Nur HanifahImam PrakosoAndini SeptianiTaufik S

UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGORFAKULTAS ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKATTAHUN 2015

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDengue adalah self limiting penyakit menular nyamuk akut ditandai dengan demam, sakit kepala, otot, nyeri sendi, ruam, mual dan muntah. Demam Berdarah (DF) disebabkan oleh arbovirus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes. Beberapa infeksi menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan dalam bentuk yang parah Dengue Shock Syndrome (DSS) dapat mengancam kehidupan masyarakat terutama melalui peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan shock.Dengue adalah menyebar paling cepat penyakit virus nyamuk di dunia.Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali lipat dengan peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari kota ke pedesaan. Sebuah Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara-negara endemik dengue. Dari tahun 1955 s/d 2007 jumlah penderita DBD diseluruh dunia sangat meningkat sekali dari 908 jiwa s/d 9.25.896 jiwa (WHO 2009).Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di hampir seluruh Kota/Kabupaten di Indonesia. Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD. Ini Grafik Insiden Rate DBD per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) di Indonesia tahun 2005 2010 :

Sejak tahun 2005, nampak adanya kecenderungan penurunan CFR DBD. Sedikit peningkatan nampak pada tahun 2009. Kecenderungan penurunan tersebut tidak nampak pada IR DBD per 100.000 penduduk. IR DBD sejak 2006 hingga 2010 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2010 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 155.777 penderita (IR: 65,57/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 1.358 (CFR0,87 %). Ini gambar atau Grafik Insiden Rate (IR) DBD di Indonesia tahun 2010

BAB IIPERMASALAHAN

A. Angka Kesakitan Indonesia, di mana lebih dari 35% dari penduduk negara itu tinggal di daerah perkotaan, 150 000 kasus dilaporkan pada tahun 2007 (rekor tertinggi) dengan lebih dari 25 000 kasus dilaporkan dari Jakarta dan Jawa Barat.Tingkat fatalitas kasus adalah sekitar 1%.Angka kesakitan DBD pada tahun 2013 tercatat 45,85 per 100.000 penduduk (112.511 kasus) sedangkan Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang.

B. Angka kematianAngka kematian DBD pada tahun 2013 tercatat sebesar 0,77 % (871 kematian) Sedangkan pada tahun 2014 ini sampai pertengahan bulan desember ada 641 diantaranya meninggal dunia.

C. Beresiko menderita Epidemi demam berdarah adalah kesehatan masyarakat yang utama masalah di Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang berada di monsoon tropis dan zona khatulistiwa di manaAedes aegyptitersebar luas baik di daerah perkotaan dan daerah pedesaan, di mana beberapa serotipe virus yang beredar, dan di mana demam berdarah adalah terkemuka penyebab rawat inap dan kematian pada anak-anak. Indonesia berada di Negara atau daerah yang beresiko wabahnya penyakit demam berdarah.

Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang:1. Terutama menyerang anak2. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan kematian3. Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

A. PengertianDemam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock yang dapat menimbulkan kematian (Depkes,2006). Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock). Infeksi virus dengue dapat menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dan Syndrom Shock Dengue (SSD). Infeksi dengue di jumpai sepanjang tahun dan meningkat pada musim hujan.Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang masih menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini masih disebabkan oleh karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Depkes, 2006)

B. Gejala klinisSeperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus Dengue juga merupakan suatu self limiting infectious disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus Dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan, dengue fever, dengue hemmorrhagic fever dan dengue shock syndrom. (Depkes,2006)Dengue hemorrhagic fever (DHF), yang parah dan ditandai dengan onset akut demam tinggi 3-14 hari kadang-kadang bentuk yang fatal penyakit. Sekitar waktu setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala demam mulai mereda (biasanya setelah masuk 3-7 hari terasa sakit kepala frontal, nyeri retro-orbital, mialgia,onset gejala), masyarakat dapat mengembangkan peringatan arthralgia, manifestasi perdarahan, ruam, dan tanda-tanda penyakit yang parah. Tanda-tanda peringatan meliputi jumlah sel darah putih rendah parah. seseorang juga dapat mengeluh sakit perut, muntah terus-menerus, perubahan ditandai anoreksia dan mual. Gejala akut, ketika hadir, suhu (demam hipotermia), biasanya berlangsung sekitar 1 minggu, tetapi kelemahan, malaise, dan manifestasi hemoragik, atau perubahan anoreksia mental yang dapat bertahan selama beberapa minggu. Proporsi yang tinggi Status(mudah marah, bingung, atau obtundation). The infeksi dengue tidak menghasilkan gejala atau minimal seseorang mungkin juga memiliki tanda-tanda awal syok, termasuk gejala, terutama pada anak-anak dan mereka yang tidak gelisah, kulit lembab dan dingin dingin, nadi lemah cepat, dan riwayat memiliki infeksi dengue. penyempitantekanan nadi (tekanan darah sistolik - tekanan darah diastolik).

C. Diagnosis klinikSetiap penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan lengkap darah, sangatlah penting karena pemeriksaan ini berfungsi untuk mengikuti perkembangan dan diagnosa penyakit.Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bagaian cairan disebut plasma dan bagian padat disebut sel darah. Volume dari darah secara keseluruhan sekitar 5 liter, yaitu 55% cairan dan 45% sisanya terdiri dari sel darah yang dipadatkan yang berkaisar 40-47% (Evelyn Pearce, 1990) Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (lekosit) dan trombosit. Eritrosit bentuknya seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada sisanya. Jumlah eritrosit pada darah normalnya 5.000.000/l. Lekosit terdiri dari dua yaitu non granulosit dan granulosit. Sel granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil, basofil. Sel non granulosit terdiri dari limfosit dan monosit. Sel lekosit merupakan sel yang peka terhadap masuknya agen asing dalam tubuh dan berfungsi sebagai sistim pertahanan tubuh. Jumlah normal dalam darah 8.000 l. Sel ini diproduksi di sumsum tulang belakang. Trombosit ukurannya sepertiga ukuran sel darah merah. Jumlahnya sekitar 300.000/l. Perannya penting dalam penggumpalan darah (A.V.Hoffbrand,J.e.Pettit,1996).

D. Etiologi PenyakitPenyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedesaegypti merupakan vektor yang paling potensial (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun).Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam darahnya (carier).

Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke kelenjar liurnya. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 mingguAedes Perempuan deposito nyamuk telur tunggal pada permukaan basah tepat di atas garis air. Dalam kondisi yang optimal siklus hidup tahap air dari Ae. aegypti (waktu yang dibutuhkan dari menetas sampai munculnya dewasa) bisa sesingkat tujuh hari. Telur bisa bertahan satu tahun tanpa air. Pada suhu rendah, namun, mungkin diperlukan waktu beberapa minggu untuk muncul. Ae. aegypti memiliki kelangsungan hidup dewasa rata-rata dari lima belas hari. Selama musim hujan, ketika kelangsungan hidup lebih panjang, risiko penularan virus lebih besar. Ini adalah hari waktu pengumpan dan dapat terbang hingga jarak terbatas 400 meter. Untuk mendapatkan satu mea darah lengkap nyamuk harus memberi makan pada beberapa orang, menginfeksi mereka semua.

E. Cara pencegahanPencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu (Lestari K, 2007).1. Lingkungan yaitu berupa Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia dan perbaikan desain rumah.2. Biologis yaitu dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) dan bakteri (Bt.H-14).3. Kimiawi yaitu dengan pengasapan (fogging) dengan menggunakan malathiondan fenthionserta memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.Dari semua metode pengendalian vektor tersebut tidak satu pun yang paling unggul. Untuk menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari beberapa cara tersebut (Soegijanto S, 2006). Untuk pengendalian vektor dengan cara pencegahan gigitan nyamuk, baik dengan menggunakan kelambu atau repellent yang dioleskan ke kulit sudah biasa dilakukan oleh masyarakat.Dibeberapa toko sekitar rumah banyak dijual repellentyang dioleskan ke kulit dengan berbagai merk dan dengan harga yang relatif terjangkau. Pencegahan DBD dengan cara fogging, abatisasi maupun PSN, meski memerlukan peran serta dari masyarakat tapi yang tidak kalah penting adalah peran petugas kesehatan dari puskesmas sebagai motor penggerak. Sebagai contoh untuk melakukan kegiatan foggingatau pengasapan insektisida memerlukan peralatan swing fog yang sebenarnya hanya dimiliki oleh puskesmas. Contoh lain, untuk menggalakkan PSN melalui 3 M (Menguras bak mandi, Menutup tempat yang mungkin menjadi sarang berkembang biak nyamuk serta Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air) memerlukan kegiatan penyuluhan berulang-ulang oleh petugas kesehatan kepada masyarakat baik. PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.

F. Cara pengobatanPenderita mendapatkan pengobatan yang berfungsi untuk mengurangi atau atau menghilangkan gejala yang muncul seperti panas, pusing, mual, dan lain lainnya. Selain itu penderita tetap memerlukan pemantauan yang ketat supaya tidak jatuh dalam keadaan syok. Pengobatan terhadap penyakit ini terutama ditujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah/mengatasi keadaan syok/presyok dengan mengusahakan agar penderita banyak minum, bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin atau antipiretika.

G. PrognosisDengan perawatan yang cepat dan agresif, kebanyakan pasien atau penderita sembuh dari deman berdarah dengue. Namun , setengah dari pasien yang tidak diobati dan telah mengalami syok tidak dapat bertahan hidup atau penderita meninggal.

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum. Utuk mencegah penyebaran atau membasmi bibit agen penyakit demam berdarah perlu menghasilkan cara yang efektif maka dilakukan kombinasi dari beberapa cara metode pencegahan tersebut. Jika sudah terlihat tanda tanda dan gelaja harus segela bertindak agar tidak menimbulkan kematian.

BAB VDAFTAR PUSTAKA

http://pppl.depkes.go.id/focus?id=1374 http://www.jevuska.com/2012/12/05/demam-berdarah-dengue/ http://www.who.int/csr/disease/dengue/en/ http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html MENKES RI,Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue, Jakarta; 2011 WHO, Dengue Guidelines for diagnosis, Treatment, prevention and control treatment, prevention and control treatment, prevention and control new edition 2009, U.S Departement of Health and Human Services, Dengue and Dengeu hemorrhagic Fever Tumaji dan Wahyu Dwi Astuti, Services management preparedness of Dengue hemorrhagic fever (DHF) Dr.Hindra Satari & Mila M, Deman Berdarah, Oktri Hastuti, Demam Berdarah Dengue, Yogyakarta 2008

LAMPIRAN