makalah ekonomi pembangunan.docx

32
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan mata kuliah Ekonomi Pembangunan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Mata kuliah ekonomi pembangunan sebagai dasar pengembangan nilai, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah ekonomi pembangunan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai ekonomi dan pembangunan sebagai dasar pengembangan nilai, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Ciamis, Januari 2014 Tim Penulis

description

makalah ekonomi pembangunan

Transcript of makalah ekonomi pembangunan.docx

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Kemiskinan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Ekonomi Pembangunan.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan mata kuliah Ekonomi Pembangunan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Mata kuliah ekonomi pembangunan sebagai dasar pengembangan nilai, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah ekonomi pembangunan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai ekonomi dan pembangunan sebagai dasar pengembangan nilai, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Ciamis, Januari 2014Tim Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Daftar Isi II

Latar Belakang 1

Definisi Kemiskinan 6

Kemiskinan dan pengangguran di desa 8

Kemiskinan Di Indonesia 8

Banyak Penduduk Indonesia Rentan Terhadap Kemiskinan 10

Perbedaan Antar Daerah Yang Besar Di Bidang Kemiskinan 13

Upaya Pemerintah Menanggulangi Kemiskinan 14

Program Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2kp) 15

Pembahasan 18

Penyebab dan Akibat Kemiskinan 19

Kemiskinan terhadap Pembangunan Nasional 20

Solusi Untuk Menanggulangi Kemiskinan 21

PENUTUP 22

Kesimpulan 22

Saran 22

A. LATAR BELAKANG

Siapa yang tidak kenal dengan bangsa Indonesia. Bangsa yang memiliki budaya yang beragam dan kaya akan sumber daya alam. Tidak hanya itu Bangsa Indonesia terdiri dari pulau-pulau yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya dan masih banyak pulau kecil lainnya. Bisa kita lihat betapa luasnya Negara kita ini. Wilayahnya luas, penduduknya pun juga banyak.

Bangsa Indonesia disebut sebagai zamrud khatulistiwa, karena hamparan hijau yang membentang dari sabang sampai merauke dan dilewati garis khatulistiwa. Sepatutnya kita semua sangat bangga menjadi warga Negara Indonesia karna selain memiliki sumber daya alam yang melimpah, alam Indonesia juga memiliki pemandangan yang sangat indah. Tidak heran kalau warga mancanegara sangat tertarik untuk datang ke Indonesia.

Namun ketika para warga mancanegara itu sampai di Negara kita, tak jarang dari mereka yang mengeluh soal ketidaknyamanan karna tindak kriminal yang marak terjadi di negara kita. Akibatnya jumlah warga mancanegara yang datang ke Indonesia jumlahnya berkurang. Tindakan criminal terjadi tentunya ada sebabnya. Karena ada masyarakat yang hidupnya tidak berkecukupan. Kondisi yang tidak berkecukupan inilah yang sering kita sebut dengan kata kemiskinan.

Kemiskinan, kata ini adalah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Hampir setiap topik bahasan seminar dan surat-surat kabar selalu membahas kata tersebut. Baik masyarakat maupun pemerintah sudah tidak tabu lagi membahasnya.

Budaya yang beragam, kaya akan sumber daya alam, nyatanya tidak menjadi jaminan untuk menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah pasti memiliki taraf hidup yang layak.

Bicara kemiskinan, kita tidak boleh terfokus hanya pada keadaaan di Jakarta melainkan juga di daerah-daerah Indonesia lainnya. Kita lihat ke Propinsi Irian Jaya, masih banyak warga disana yang belum mengenal pakaian, bahkan mereka tidak bisa baca tulis. Alangkah tragisnya, padahal tanah yang mereka diami itu adalah tanah yang berlimpah dengan sumber daya alam. Orang-orang diluar sudah mengenal banyak teknologi canggih tapi masyarakat Papua, mengenal pakaian dan bisa baca tulispun tidak. Padahal mereka itu merupakan bagian dari Negara Indonesia juga, hal ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan yang cukup besar antar daerah yang ada di Indonesia.

Di Jakarta pembangunan terus dilakukan, sampai-sampai sudah tidak ada ruang gerak, banyak rumah warga yang digusur, banyaknya penyempitan jalan dan green zone juga semakin berkurang. Kita lihat di Papua, daerahnya masih banyak dikelilingi hutan, bahkan fasilitas dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat minim. Disana masih harus banyak dibangun fasilitas, tapi pemerintah tidak cepat tanggap akan hal tersebut.

 

B. DEFINISI KEMISKINAN

Ketika orang berbicara tentang kemiskinan, yang dimaksud adalah kemiskinan material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Ini yang sering disebut dengan kemiskinan konsumsi. Memang definisi ini sangat bermanfaat untuk mempermudah membuat indikator orang miskin, tetapi defenisi ini sangat kurang memadai karena; (1) tidak cukup untuk memahami realitas kemiskinan; (2) dapat menjerumuskan ke kesimpulan yang salah bahwa menanggulangi kemiskinan cukup hanya dengan menyediakan bahan makanan yang memadai; (3) tidak bermanfaat bagi pengambil keputusan ketika harus merumuskan kebijakan lintas sektor, bahkan bisa kontraproduktif.

BAPPENAS (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Untuk mewujudkan hak-hak dasar masyarakat miskin ini, BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan utama antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan pendekatan objective and subjective.

Indikator utama kemiskinan adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan; (3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terbatasnya akses terhadap air bersih; (8) lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; (9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga; (13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebabkan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan social terhadap masyarakat.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan dengan sangat sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia yang lain. Karenanya, kemiskinan hanya dapat ditanggulangi apabila dimensi-dimensi lain itu diperhitungkan.

Menurut Bank Dunia (2003), penyebab dasar kemiskinan adalah: (1) kegagalan kepemilikan terutama tanah dan modal; (2) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar, sarana dan prasarana; (3) kebijakan pembangunan yang bias perkotaan dan bias sektor; (4) adanya perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat dan sistem yang kurang

mendukung; (5) adanya perbedaan sumber daya manusia dan perbedaan antara sector ekonomi (ekonomi tradisional versus ekonomi modern); (6) rendahnya produktivitas dan tingkat pembentukan modal dalam masyarakat; (7) budaya hidup yang dikaitkan dengan kemampuan seseorang mengelola sumber daya alam dan lingkunganya; (8) tidak adanya tata pemerintahan yang bersih dan baik (good governance); (9) pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak berwawasan lingkungan.

Indikator utama kemiskinan menurut Bank Dunia adalah kepemilikan tanah dan modal yang terbatas, terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang bias kota, perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat, perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi, rendahnya produktivitas, budaya hidup yang jelek, tata pemerintahan yang buruk, dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan.

C. KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN DI DESA

Desa hingga saat ini tetap menjadi kantong utama kemiskinan. Pada tahun 1998 dari 49,5 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia sekitar 60%-nya (29,7 juta jiwa) tinggal di daerah pedesaan. Pada tahun 1999, prosentase angka kemiskinan mengalami penurunan dari 49,5 juta jiwa menjadi 37,5 juta jiwa. Prosentase kemiskinan di daerah perkotaan mengalami penurunan, tetapi prosentase kemiskinan di daerah pedesaan justru mengalami peningkatan dari 60% tahun 1998 menjadi 67% tahun 1999 sebesar 25,1 juta jiwa, sementara di daerah perkotaan hanya mencapai 12,4 juta jiwa (Data BAPPENAS, 2004).

Data tersebut diperkuat laporan Kompas tahun 2004 yang menyajikan bahwa lebih dari 60% penduduk miskin Indonesia tinggal di daerah pedesaan. Dengan demikian, desa hingga sekarang tetap menjadi kantong terbesar dari pusat kemiskinan. Tabel berikut menggambarkan prosentase perubahan dan jumlah penduduk miskin antara kota dengan desa dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1999.

Hasil pendataan BPS menunjukkan perkembangan garis kemiskinan dan jumlah penduduk miskin. Tahun 1976 jumlah penduduk miskin mencapai 44,2 juta jiwa dan sampai dengan tahun 1999 menjadi 25,1 juta jiwa. Sejak krisis ekonomi 1998, jumlah kemiskinan di daerah pedesaan mengalami peningkatan dengan tingkat kedalamannya mencapai 5,005 tahun 1998 dari 3,529 pada tahun 1996 dan di tahun 1999 menjadi 3,876 Indeks keparahan kemiskinan paling tinggi terjadi di desa.

Data berikut menggambarkan bagaimana kemiskinan mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat pedesaan. Pada tahun 2003 rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,1 tahun dan proporsi penduduk berusia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SLTP ke atas masih sekitar 36,2 persen. Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas masih sebesar 10,12 persen. Pada saat yang sama Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 96,4 persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81,0 persen, dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 50,97 persen. Tantangan tersebut menjadi semakin berat dengan adanya disparitas tingkat

pendidikan antarkelompok masyarakat yang masih cukup tinggi seperti antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara penduduk di perkotaan dan perdesaan, dan antardaerah (Bappenas, 2004).

Tingkat pendidikan kepala rumahtangga yang rendah sangat mempengaruhi indeks kemiskinan di daerah pedesaan. Data yang disajikan BPS memperlihatkan bahwa 72,01% dari rumahtangga miskin di pedesaan dipimpin kepala rumahtangga yang tidak tamat SD, dan 24,32% dipimpin kepala rumahtangga yang berpendidikan SD. Ciri rumahtangga miskin yang erat kaitanya dengan tingkat pendidikan adalah sumber penghasilan. Pada tahun 1996, penghasilan utama dari 63,0% rumahtangga miskin bersumber dari pertanian, 6,4% dari kegiatan industri, 27,7% dari kegiatan jasa-jasa termasuk perdagangan. Dari sekitar 66.000 jumlah desa di Indonesia, tahun 1994 jumlah desa tertinggal mencapai 22.094 desa dan yang berada di daerah pedesaan sekitar 20.951 desa. Pada tahun 1999 jumlah desa tertinggal mencapai 16.566 dari sekitar 66.000 desa yang ada.

Menurut BPS, kantong penyebab kemiskinan desa, umumnya bersumber dari sektor pertanian yang disebabkan ketimpangan kepemilikan lahan pertanian. Kepemilikan lahan pertanian sampai dengan tahun 1993 mengalami penurunan 3,8% dari 18,3 juta ha. Di sisi lain, kesenjangan di sektor pertanian juga disebabkan ketidakmerataan investasi. Alokasi anggaran kredit yang terbatas juga menjadi penyebab daya injeksi sektor pertanian di pedesaan melempem. Tahun 1985 alokasi kredit untuk sektor pertanian mencapai 8% dari seluruh kredit perbankan, dan hanya naik 2% di tahun 2000 menjadi 19%.

Data-data mengenai penyebab kemiskinan desa seperti itu, bisa dikatakan sudah sangat lengkap dan bahkan memudahkan kita merumuskan indikator kemiskinan desa dan strategi penanggulanganya. Berdasarkan data di atas, penyebab utama kemiskinan desa adalah; (1) pengaruh faktor pendidikan yang rendah; (2) ketimpangan kepemilikan lahan dan modal pertanian; (3) ketidakmerataan investasi di sektor pertanian; (4) alokasi anggaran kredit yang terbatas; (4) terbatasnya ketersediaan bahan kebutuhan dasar; (5) kebijakan pembangunan perkotaan (mendorong orang desa ke kota); (6) pengelolaan ekonomi yang masih menggunakan cara tradisional; (7) rendahnya produktivitas dan pembentukan modal; (8) budaya menabung yang belum berkembang di kalangan masyarakat desa; (9) tata pemerintahan yang buruk (bad governance) yang umumnya masih berkembang di daerah pedesaan; (10) tidak adanya jaminan sosial untuk bertahan hidup dan untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat desa; (11) rendahnya jaminan kesehatan.

Masyrakat desa dapat dikatakan miskin jika salah satu indicator berikut ini terpenuhi seperti; (1) kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan; (2) memiliki lahan dan modal pertanian yang terbatas; (3) tidak adanya kesempatan menikmati investasi di sektor pertanian; (4) kurangnya kesempatan memperoleh kredit usaha; (4) tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar (pangan, papan, perumahan); (5) berurbanisasi ke kota; (6) menggunakan cara-cara pertanian tradisional; (7) kurangnya produktivitas usaha; (8) tidak adanya tabungan; (9) kesehatan yang kurang terjamin; (10) tidak memiliki asuransi dan jaminan sosial; (11) terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pemerintahan desa; (12) tidak memiliki akses untuk memperoleh air bersih; (13) tidak adanya partisipasi dalam pengambilan keputusan publik.

 

D. KEMISKINAN DI INDONESIA

Ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia.Pertama, banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional, yang setara dengan PPP AS$1,55-per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan. Kedua, ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan, sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapata dapat dikategorikan sebagai miskin atas dasar kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia. Ketiga, mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia.

E. BANYAK PENDUDUK INDONESIA RENTAN TERHADAP KEMISKINAN.

Angka kemiskinan nasional menyembunyikan sejumlah besar penduduk yang hidup sedikit saja di atas garis kemiskinan nasional. Hampir 42 persen dari seluruh rakyat Indonesia hidup di antara garis kemiskinan AS$1- dan AS$2-per hari-suatu aspek kemiskinan yang luar biasa dan menentukan di Indonesia.  Analisis menunjukkan bahwa perbedaan antara orang miskin dan yang hampir-miskin sangat kecil, menunjukkan bahwa strategi pengentasan kemiskinan hendaknya dipusatkan pada perbaikan kesejahteraan mereka yang masuk dalam dua kelompok kuintil berpenghasilan paling rendah. Hal ini juga berarti bahwa kerentanan untuk jatuh miskin sangat tinggi di Indonesia: walaupun hasil survei tahun 2004 menunjukkan hanya 16,7 persen penduduk Indonesia yang tergolong miskin, lebih dari 59 persen dari mereka pernah jatuh miskin dalam periode satu tahun sebelum survei dilaksanakan.

Data terakhir juga mengindikasikan tingkat pergerakan tinggi (masuk dan keluar) kemiskinan selama periode tersebut, lebih dari 38 persen rumah tangga miskin pada tahun 2004 tidak miskin pada tahun 2003.

Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalah masalah yang lebih serius dibandingkan dari kemiskinan dari segi pendapatan.

Apabila kita memperhitungkan semua dimensi kesejahteraan-konsumsiyang memadai, kerentanan yang berkurang, pendidikan, kesehatan dan akses terhadap infrastruktur dasar-maka hampir separuh rakyat Indonesia dapat dianggap telah mengalami paling sedikit satu jenis kemiskinan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia memang telah mencapai beberapa kemajuan di bidang pengembangan manusia. Telah terjadi perbaikan nyata pencapaian pendidikan pada tingkat sekolah dasar; perbaikan dalam cakupan pelayanan kesehatan dasar (khususnya dalam hal bantuan persalinan dan imunisasi); dan pengurangan sangat besar dalam angka kematian anak. Akan tetapi, untuk beberapa indikator yang terkait dengan MDGs, Indonesia gagal

mencapai kemajuan yang berarti dan tertinggal dari negara-negara lain di kawasan yang sama. Bidang-bidang khusus yang patut diwaspadai adalah:

-          Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-tahun terakhir: seperempat anak di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka gizi buruk tetap sama dalam tahuntahun terakhir kendati telah terjadi penurunan angka kemiskinan.

-          Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang sama: angka kematian ibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup)

-          Lemahnya hasil pendidikan. Angka melanjutkan dari sekolah dasar ke sekolah menengah masih rendah, khususnya di antara penduduk miskin: di antara kelompok umur 16-18 tahun pada kuintil termiskin, hanya 55 persen yang lulus SMP, sedangkan angka untuk kuintil terkaya adalah 89 persen untuk kohor yang sama.

-          Rendahnya akses terhadap air bersih, khususnya di antara penduduk miskin. Untuk kuintil paling rendah, hanya 48 persen yang memiliki akses air bersih di daerah pedesaan, sedangkan untuk perkotaan, 78 persen.

-          Akses terhadap sanitasi merupakan masalah sangat penting. Delapan puluh persen penduduk miskin di pedesaan dan 59 persen penduduk miskin di perkotaan tidak memiliki akses terhadap tangki septik, sementara itu hanya kurang dari satu persen dari seluruh penduduk Indonesia yang terlayani oleh saluran pembuangan kotoran berpipa.

F. PERBEDAAN ANTAR DAERAH YANG BESAR DI BIDANG KEMISKINAN.

Keragaman antar daerah merupakan ciri khas Indonesia, di antaranya tercerminkan dengan adanya perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan. Di pedesaan, terdapat sekitar 57 persen dari orang miskin di Indonesia yang juga seringkali tidak memiliki akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar: hanya sekitar 50 persen masyarakat miskin di pedesaan mempunyai akses terhadap sumber air bersih, dibandingkan dengan 80 persen bagi masyarakat miskin di perkotaan. Tetapi yang penting, dengan melintasi kepulauan Indonesia yang sangat luas, akan ditemui perbedaan dalam kantong-kantong kemiskinan di dalam daerah itu sendiri. Misalnya, angka kemiskinan di Jawa/Bali adalah 15,7 persen, sedangkan di Papua adalah 38,7 persen.

Pelayanan dasar juga tidak merata antar daerah, karena kurangnya sarana di daerah-daerah terpencil. Di Jawa, ratarata jarak rumah tangga ke puskesmas terdekat adalah empat kilometer, sedangkan di Papua 32 kilometer. Sementara itu, 66 persen kuintil termiskin di Jawa/Bali mempunyai akses terhadap air bersih, sedangkan untuk Kalimantan hanya 35 persen dan untuk Papua hanya sembilan persen.

Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah, yakni walaupun tingkat kemiskinan jauh lebih tinggi di Indonesia Bagian Timur dan di daerah-daerah terpencil, tetapi kebanyakan dari rakyat miskin hidup di Indonesia Bagian Barat yang berpenduduk padat. Contohnya, walaupun angka kemiskinan di Jawa/Bali relatif rendah, pulau-pulau tersebut dihuni oleh 57

persen dari jumlah total rakyat miskin Indonesia, dibandingkan dengan Papua, yang hanya memiliki tiga persen dari jumlah total rakyat miskin.

G. UPAYA PEMERINTAH MENANGGULANGI KEMISKINAN

1. Program IDT

Program IDT dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan memadukan berbagai program pembangunan yang sudah ada dalam kerangka penanggulangan kemiskinan. Program IDT merupakan program dan gerakan nasional yang mengandung tiga hakikat penting yaitu merupakan pemicu dan pemacu gerakan nasional penanggulangan kemiskinan, merupakan strategi penajaman dan pemantapan program pembangunan, dan merupakan upaya menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan ekonomi rakyat kecil melalui perubahan struktur yang muncul dari kemampuan penduduk miskin sendiri.

Untuk mewujudkan program IDT terdapat tiga komponen bantuan yaitu modal usaha berupa dana bergulir, bantuan prasarana pendukung dan penyediaan tenaga pendamping.

2. Program Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT)

Program P3DT yang dimulai sejak tahun anggaran 1995/1996 dimaksudkan untuk memperkuat kedua prorgam IDT (bantuan modal usaha dan pendampingan) serta untuk meningkatkan dan mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan dalam bentuk penyediaan prasarana dasar. Prasarana dasar yang dibangun adalah jalan, jembatan tambatan perahu, air bersih dan MCK. Kelima komponen prasarana tersebut dapat dipilih sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing desa Pada dasarnya tujuan Program P3DT adalah untuk menyediakan prasarana guna mendukung kegiatan usaha masyarakat desa, namun lebih ditekankan pada upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat miskin di desa tertinggal.

Pemberdayaan terhadap masyarakat dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pelestarian prasarana yang akan ada telah dibangun. Dengan sasaran yang akan dicapai adalah (1) meningkatkan akses pemasaran dan mengurangi isolasi daerah, khususnya di desa tertinggal, (2) meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di desa tertinggal, (3) menciptakan lapangan kerja di perdesaan, (4) meningkatkan kapasitas manajemen pemerintah daerah tingkat II kemampuan kelembagaan desa, dan peran serta masyarakat, (5) meningkatka ketrampilan masyarakat desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan prasarana, dan (6) meningkatkan pembentukan modal di desa.

3. Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

Sebagai upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan, pemerintah memandang perlu meningkatkan bantuan pembangunan kepada masyarakat desa melalui pengelolaan di tingkat kecamatan yaitu program pengembangan kecamatan (PPK). Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendukung lebih lanjut pelaksanaan program

IDT, khususnya untuk meningkatkan keterpaduan pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan dengan cakupan lebih luas sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat perdesaan.

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) bertujuan memberdayakan masyarakat, memperkuat kelembagaan, dan mempercepat penanggulangan kemiskinan secara nasional melalui pemberian bantuan berupa modal usaha untuk pengembangan kegiatan usaha produktif, dan pembangunan prasarana dan sarana yang mendukung kegiatan sosial ekonomi perdesaan.

Dengan sararan pokok yaitu (1) meningkatkan partisipasi masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan dan melestarikan kegiatan sosial ekonomi masyarakat perdesaan, (2) meningkatkan kegiatan usaha, lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat perdesaan, (3) tersedia prasarana dan sarana bagi pengembangan kegiatan sosial ekonomi masyarakat, dan (4) meningkatkan kemampuan lembaga dan aparat di tingkat desa dan kecamatan untuk mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan.

H. PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP)1. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Program penanggulangan kemiskinan yang saat ini sedang dipersiapkan adalah Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Tujuan Program P2KP adalah mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui (1) penyediaan dana pinjaman untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembukaan lapangan kerja baru, (2 penyediaan dana untuk pembangunan prasarana dan sarana sosial ekonomi yang langsun maupun tidak langsung , (3) peningkatan kemampuan perorangan dan keluarga miskin melalui upaya bersama berlandaskan kemitraan, yang mampu menumbuhkan usaha-usaha baru yang bersifat produktif dengan berbasis pada usaha kelompok, (4) penyiapan pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan untuk dapat mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan, dan (5) mencegah penurunan kualitas lingkungan, melalui upaya perbaikan prasarana dan sarana fisik.

Program ini dilaksanakan mulai tahun anggaran 1999/2000 dengan bantuan dari Bank Dunia sebesar Rp. 573 milyar. Dengan kegiatan antara lain (1) bantuan kredit modal kerja bergulir bagi upaya peningkatan pendapatan secara berkelanjutan, (2) bantuan untuk pembangunan/rehabilitasi prasarana dan sarana dasar, dan (3) bantuan penciptaan kesempatan kerja, termasuk pelatihan untuk mencapai kemampuan mengembangkan kegiatan usaha-usahanya.

2. Program Takesra/Kukesra

Dalam rangka peningkatan penanggulangan kemiskinan, pemerintah, masyarakat dan keluarga menyelenggarakan secara terpadu Pembangunan Keluarga Sejahtera yang salah satu tujuannya adalah untuk mengentaskan keluarga dari keterbelakangan ekonomi.

Upaya ini dilakukan dengan membantu keluarga, terutama yang masih dalam tahap Pra Sejahtera (tidak dapat memenuhi salah satu syarat sebagai Keluarga Sejahtera-I) dan Keluarga Sejahtera I (yaitu keluarga yang hanya dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal), untuk mengembangkan kegiatan kewirausahaan dengan memanfaatkan modal usaha yang disediakan.

Kegiatan untuk mendukung upaya tersebut adalah Takesra (Tabungan Keluarga Sejahtera) dan Kukesra (Kredit Usaha Keluarga Sejahtera) bagi keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS-I), yang pelaksanaannya merupakan kerjasama antara BKKBN dengan PT Bank BNI dan PT Pos Indonesia.

 

 

 

 

PEMBAHASAN

PENYEBAB DAN AKIBAT KEMISKINAN

Pada tulisan sebelumnya kita sudah mengetahui penyebab kemiskinan menurut BAPPENAS dan Bank Dunia. Di bab ini kita akan rangkum dan membahas lebih detail tentang penyebab kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

A. Kesalahan Penetapan Strategi Pemerintah

Pada zaman pemerintahan Presiden Soeharto, telah terjadi penetapan kebijakan yang salah sehingga membuat Negara Indonesia sulit berkembang. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, Negara yang mengandalkan dan berpotensi untuk maju dalam sector pertanian. Namun pada masa itu pemerintah ingin membuat Negara Indonesia menjadi Negara industri. Akibatnya kesejahteraan petani menjadi berkurang, karena pemerintah terlalu terfokus untuk memperlengkapi pengembangan industry di Indonesia. Padahal apabila pemerintah lebih memprioritaskan sector pertanian, Indonesia akan menjadi Negara pengekspor terbesar dalam bidang pertanian. Apalagi dulu Indonesia tidak pernah mengimpor beras, bahkan Indonesia menjadi pengekspor beras terbesar.

B. Kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas

Sumber daya alam yang melimpah, apakah bisa dipergunakan untuk mensejahterakan khalayak ramai jika tidak ada yang mengelolanya? Indonesia memiliki banyak pertambangan dan bahkan memiliki cadangan minyak dunia terbesar. Tapi yang mengelolanya bukan Negara kita sendiri melainkan Negara lain. Bukti nyatanya dapat kita lihat bagaimana PT Freeport yang ada di Papua. Setelah diselidiki ternyata pertambangan yang ada di Papua yang PT Freeport kelola bukanlah pertambangan timah melainkan pertambangan emas. Betapa sangat dirugikan Negara kita, karena pertambangan yang sangat  berpotensi untuk membangun Negara dan mensejahterakan  tidak dapat kita nikmati sepenuhnya hanya karna kurangnya sumber daya manusia di Indonesia yang mampu untuk mengelola sumber daya alam negaranya sendiri. Hal yang tak kalah penting yang perlu kita ketahui banyak orang Indonesia yang pintar cuma di teori tapi pada praktiknya sangat kurang. Contohnya banyak sarjana kedokteran pada saat terjun langsung dalam dunia perkerjaan, mereka malah mal praktek. Inilah penyebab yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan, pemerintah harus berusaha untuk mengatasi faktor ini.

C. Kurangnya lapangan pekerjaanIni merupakan masalah utama. Bagaimana seseorang dapat memiliki

penghasilan apabila ia tidak bekerja? Orang yang memiliki penghasilan pastinya adalah orang yang bekerja. Kebanyakan orang setelah lulus kuliah atau tamat sekolah selalu berpikir ingin melamar pekerjaan atau mendapat panggilan pekerjaan. Jarang sekali orang yang berpikir ingin menciptakan lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan tidak akan pernah bertambah jika tidak ada orang-orang yang mau berwiraswasta. Suatu perusahaan pun tidak bisa terus menampung tenaga kerja

apabila tenaga kerja yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Bahkan terkadang perusahaan juga sering mengadakan PHK terutama saat sedang mengalami krisis. 

D. Banyaknya tindakan KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme)

Pemerintahan yang jujur dan bersih sangat diperlukan terjadi di Negara ini. Alangkah malunya karena menurut survey Indonesia merupakan salah satu Negara KKN di dunia. Keberadaan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) masih belum mampu menumpas pelaku KKN. KKN tidak hanya harus ditumpas, tapi juga harus dicegah. Rakyat akan sangat dirugikan jika apa yang menjadi haknya justru disalahgunakan bahkan dirampas oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita sudah lihat bukti nyata yaitu Gayus. Indonesia tidak akan pernah sejahtera jika setiap orang terutama dalam pemerintahan hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.

E. Pembangunan yang tidak merata

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ada perbedaan yang mencolok antara Jakarta dengan daerah-daerah yang ada di Indonesia. Rumah sakit, sekolah, tempat perbelanjaan, dan pelayanan yang lainnya masih sangat kurang di desa-desa. Akibatnya banyak orang yang ingin keluar dari daerahnya dan indah ke tempat yang lebih banyak fasilitas yang mendukung. Apabila pembangunan merata, yakinlah dari pembangunan yang ada, akan menciptakan lapangan pekerjaan baru. Bahkan warga yang tadinya mengalami kelesuan karena daerahnya yang sebelumnya tertinggal akan berusaha bangkit dan mencoba untuk memperbaiki taraf hidup dan kegiatan perekonomian disana akan hidup.

Pemerintah tidak boleh tutup mata akan masalah pembangunan, karena ini akan menimbulkan diskriminasi dan perpecahan. Bukan hanya itu saja, apabila tidak ditindak lebih lanjut, kemungkinan besar propinsi bisa melepaskan diri dari NKRI, contohnya seperti masalah GAM.

Selain itu perlu kita ketahui bahwa ada penyebab golongan miskin tidak terjamah oleh hasil pembangunan, antara lain:

·         Ketimpangan dalam peningkatan pendidikan

·         Ketidakmerataan untuk berpartisipasi

·         Ketidakmerataan pemilikan alat-alat produksi

·         Ketidakmerataan terhadap modal dan kredit

·         Ketidakmerataan menduduki jabatan

·         Ketidakmerataan mempengaruhi pasaran

·         Ketidakmerataan kemampuan menghindari musibah

·         Laju pertumbuhan penduduk lebih memberatkan golongan miskin

F. Kurangnya partisipasi masyarakat

Ketika seseorang berada dalam kondisi sedih, hal yang harus dia lakukan adalah bangkit dan bertindak agar dia tidak terus menerus sedih. Sama halnya dengan orang yang miskin. Dia harus bangkit dan bertindak agar dia lepas dari kemiskinan. Mereka yang dalam kondisi miskin kebanyakan lebih banyak mengeluh dan menunggu pemerintah yang bergerak. Yang menentukan mau bagaimanakah hidup kita bukanlah orang lain melainkan kita sendiri.

Ada aksi ada reaksi, ada sebab ada juga akibat. Kemiskinan telah membatasi hak rakyat dan memberi akibat, antara lain:

A. Maraknya Tindak Kriminal

Keadaan mereka yang miskin menuntut mereka harus mencari cara untuk mendapatkan uang sekalipun dengan cara yang tidak halal. Mereka harus tetap melanjutkan hidup, mereka perlu makan karena apabila mereka tidak makan mereka akan mati. Mereka akhirnya memakai cara-cara brutal yaitu dengan mencuri, mencopet, merampok, menghipnotis dan lain-lain. Tindak criminal membuat orang merasa tidak aman dan tidak sejahtera. Merugikan sekali apabila kita mau melakukan aktivitas harus takut dan khawatir karena tinak criminal.

B. Kebodohan

Mereka yang miskin tidak bisa berbicara soal mendapat pendidikan karena pendidikan membutuhkan dana. Bahkan ada perkataan yang sering kita dengar “Boro-boro mau sekolah, buat makan sehari aja susahnya minta ampun”. Akibatnya mereka yang miskin banyak yang bodoh. Bagaiman amau memperbaiki taraf hidup kalo baca tulis saja tidak bisa.

C. Kelaparan, Penyakit dan Kematian

Pernah tidak terpikir oleh kita pada saat kita makan di restoran dan makanan yang kita makan tidak habis, ternyata makanan yang sisa itu masih dimakan oleh orang-orang yang tidak mampu membeli makanan. Mereka harus mengais-ngais dari tempat sampah, padahal seharusnya makanan itu tidak boleh mereka konsumsi. Banyak diantara mereka yang terkena penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Tapi ada juga diantara mereka yang tidak makan sama sekali, mereka kelaparan dan bila itu uterus berlanjut mereka akan mati.

D. Kehidupan yang tidak layak

Banyak dari orang miskin yang tidak memiliki rumah. Mereka tinggal di gubuk yang reok, bahkan mereka seperti gelandangan yang hidupnya berpindah-pindah Karena tidak punya tempat untuk tidur. Mereka tidak memiliki baju, mereka sering sekali mengais-ngais tempat sampah untuk mencari apapun yang mereka dapat jadikan baju, atau mereka juga mendapatkan baju dari tempat sampah. Sangat tidak layak keadaan mereka.

E. Ketidakadilan

Saat mereka sakit mereka tidak bisa pergi ke rumah sakit karena biayanya sangat mahal. Saat mereka melakukan kesalahan kecil mereka dituntut oleh hukuman yang sangat tidak setimpal. Memang sangat tidak relevan jika kita melihat mereka hanya mencuri sandal dan dihukum 5 tahun penjara tetapi pelaku KKN yang sudah makan uang rakyat bertriliyun-triliyun justru hanya dihukum 4 tahun bahkan mendapatkan pengurangan tahanan 1 tahun.

F. Dilecehkan dan Tidak Dipandang

Sebagai manusia kita diciptakan Tuhan dengan derajat yang sama namun pada realitanya, orang-orang sering memperlakukan orang berdasarkan status social dan kemapanan mereka. Tak jarang banyak orang miskin yang diperlakukan semena-mena, mereka dihina, dikucilkan bahkan dijauhi dan yang lebih parahnya mereka hanya dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang merasa dirinya terpandang.

 

KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

Pertumbuhan ekonomi nasional sangat berkaitan dengan masalah kemiskinan karena pertumbuhan ekonomi nasional dikatakan meningkat apabila kemiskinan bisa ditanggulangi secara efektif. Tidak ada yang meragukan pentingnya pertumbuhan bagi penurunan kemiskinan. Negara-negara yang secara historis mengalami pertumbuhan yang berlangsung dalam rentang waktu atau periode yang panjang, nampaknya juga mengalami penurunan kemiskinan yang relatif besar. Konsep kemiskinan yang digunakan dalam temuan ini antara lain:

·         Proporsi penduduk miskin terhadap total populasi, biasanya klas pendapatan terendah dalam populasi.

·         Kemiskinan absolut yang diukur berdasarkan tingkat pendapatan, misalnya US$ 1 per orang per hari.

·         Garis kemiskinan yang dihitung berdasarkan biaya hidup minimum

Perubahan distribusional secara progressif akan berdampak positif bagi penurunan kemiskinan. Sulit untuk membantah bahwa pengurangan kemiskinan dapat dicapai melalui kebijakan redistributif (redistributive policies) meskipun tanpa adanya pertumbuhan. Namun pertumbuhan yang disertai dengan perubahan distribusional yang progresif akan mempunyai dampak yang lebih besar terhadap penurunan kemiskinan dibandingkan dengan pertumbuhan tanpa perubahan distribusional. Ravallion (1997), Bourguignon (2004), dan Son dan Kakwani (2003) yang mereview hubungan antara pertumbuhan, ketimpangan, dan kemiskinan, mencatat bahwa dampak pertumbuhan terhadap penurunan kemiskinan hanya terjadi ketika ketimpangan relatif tinggi (high inequality). Hasil ini dapat pula diintrepretasi bahwa untuk tingkat pertumbuhan berapapun, semakin turun ketimpangan, semakin besar terjadinya penurunan dalam kemiskinan.

Tidak ada bukti kuat secara empiris yang menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pertumbuhan berjalan paralel dengan perbaikan distribusi pendapatan. Dollar dan Kraay (2002) menemukan bahwa, secara rata-rata, pendapatan masyarakat paling miskin (kelas kelima dalam populasi) meningkat secara proporsional dengan pendapatan rata-rata. Namun studi lainnya menunjukkan bahwa perubahan dalam pendapatan dan perubahan dalam ketimpangan sama sekali tidak memiliki kaitan. Menurut mereka, pertumbuhan adalah baik bagi si-miskin, atau setidaknya baik bagi setiap orang yang ada dalam masyarakat.

Dalam tahun-tahun terakhir, penelitian maupun debat lebih fokus pada seberapa besar manfaat yang diperoleh kaum miskin dari pertumbuhan. Pada satu titik ekstrim, dinyatakan bahwa manfaat potensial pertumbuhan terhadap kaum miskin berkurang akibat kebijakan distributif yang tidak adil dan peningkatan ketimpangan yang menyertai pertumbuhan tersebut. Pada titik ekstrim yang lain, dikatakan bahwa meskipun ketimpangan meningkat akibat kebijakan ekonomi yang liberal dan pasar yang kian terbuka, namun pendapatan setiap orang dalam masyarakat, termasuk yang miskin, menunjukkan peningkatan, dan bahkan secara proporsional mengurangi timbulnya kemiskinan.

Secara pragmatis, beragamnya temuan empiris semua studi di atas telah menimbulkan kesulitan tersendiri dalam merumuskan program dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang tepat dan efektif. Hingga saat ini, kebijakan dan program anti-kemiskinan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi donor (Bank Dunia, USAID, DFID) di negara-negara berkembang, lebih fokus pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi secara luas (broad-based economic growth), daripada mengatasi ketimpangan pendapatan dan asset. Ini memberi indikasi bahwa organisasi-organisasi donor masih meyakini keampuhan pertumbuhan ekonomi untuk mereduksi kemiskinan di negara-negara berkembang. Tentu saja, keyakinan ini tidak sepenuhnya benar, apalagi jika kita merujuk pada berbagai hasil studi terbaru yang justru menekankan perlunya melakukan perubahan distribusional secara progresif untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara berkembang.

 

SOLUSI UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN

Kemiskinan juga menjadi penyebab rendahnya Human Development Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas manusia di negara-negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report 2006, Indonesia menempati urutan ke-124 dari 177 negara di seluruh dunia.

Singkatnya, kemiskinan merupakan persoalan yang menyesakkan dan kronis. Karena sangat kronis, maka cara penanggulangan kemiskinan pun membutuhkan analisa yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan, dan diperlukan strategi penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer.

Tanpa usaha-usaha yang tepat, kemiskinan hanya akan menghasilkan pengangguran luas. Berikut solusi yang bisa dapat diterapkan untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia.

a.       Penetapan Strategi Pemerintah Yang Tepat

Peningkatan produktivitas pertanian sebagai hasil revolusi hijau merupakan salah satu pemicu utama pertumbuhan selama tiga dasawarsa yang bermula pada tahun 1970an. Dewasa ini, harga komoditas dunia yang tinggi telah menopang pertumbuhan output, sedangkan pergeseran tenaga kerja keluar dari sektor pertanian telah menjaga pertumbuhan produktivitas kerja di bidang pertanian. Akibatnya, diagnosa kemiskinan menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan di sektor pertanian tetap menjadi pendorong utama untuk pengurangan kemiskinan.

Sudah sepatutnya pemerintah membantu agar produktivitas pertanian meningkat, karena pertanianlah menjadi potensi terbesar yang dimiliki Indonesia. Tanah dan iklim di Indonesia benar-benar bisa menghasilkan berbagai tanaman yang bermanfaat. Bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali menjadi penghasil beras terbesar di dunia. Apalagi kita juga mengetahui bahwa rempah-rempah juga sangat mampu untuk mendongkrak Indonesia menjadi Negara pengekspor terbesar.

b.      Pelatihan, Pembimbingan Yang Intensif Untuk Menciptakan Sumber Daya Manusia Berkualitas

Menciptakan manusia manusia yang mampu bekerja langsung pada praktiknya, bukan cuma sekedar menciptakan manusia dengan segudang teori. Pemerintah harus membuat kursus dan workshop untuk menjadi jembatan penting dalam menciptakan SDM berkualitas. Sehingga setiap orang mampu bekerja dengan professional sesuai dengan bidangnya. Dengan adanya SDM berkualitas, mereka diharapkan dapat mengelola SDA yang ada di Indonesia.

Bila perlu pemerintah juga bisa mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri agar dapat memberikan pelatihan dan bimbingan secara khusus sehingga nantinya kita sudah mempunyai tenaga ahli yang dapat memberikan ilmu kepada generasi berikutnya tanpa harus mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri lagi.

c.       Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan

Sejak beberapa tahun ini, pemerintah sudah melaksanankan wajib didik 9 tahun dan sekolah gratis sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Diharapkan pemerintah benar-benar mengevaluasi apakah program tersebut sudah berjalan sesudai dengan yang kita harapkan. Wajib didik 9 tahun juga harus ditingkatkan menjadi wajib didik 12 tahun dan sekolah gratis sampai Sekolah Menengah Atas. Perbaikan gedung sekolah dan penambahan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar juga tak kalah penting. Masih banyak sekolah-sekolah yang tidak layak yang perlu diperbaiki. Pendidikan sangatlah penting agar masyarakat Indonesia tidak ada lagi yang bodoh dan buta huruf. Besarnya suatu bangsa juga ditolak ukur dari bagaimana pendidikan masyarakatnya. Masyarakat yang berpendidikan tentunya akan berusaha untuk mensejahterakan dirinya dan tidak akan membiarkan ia hidup dalam kekurangan.      

d.      Penyediaan Lahan Kerja dan Mendorong Masyarakat Untuk Berwirausaha

Kita tahu bahwa banyak sekali masyarakat Indonesia yang pengangguran. Hal ini disebabkan karena sedikitnya lahan pekerjaan. Banyaknya orang yang membutuhkan pekerjaan tidak sebanding dengan lahan pekerjaan yang ada. Akhirnya banyak gelandangan dan tindak criminal karena ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.

Wirausaha merupakan cara yang efektif agar angka pengangguran di Indonesia menjadi berkurang. Yang menjadi permasalahan yang timbul lagi yaitu banyak orang Indonesia yang tidak punya modal dan keberaniaan untuk berwirausaha, mereka takut gagal dan bisnis usahanya tidak berhasil. Pemerintah sudah menyadari hal ini dan sempat memberikan bantuan dana melalui program UKM, usaha kecil menengah, dimana pemerintah memberikan dana bagi masyarakat yang ingin membuka usaha seperti mendirikan bengkel, mendirikan kios, mendirikan usaha kerajinan tangan dan lain sebagainya. Namun program pemerintah masih kurang berjalan dengan baik. Banyak kendala yang menghambat program ini. Dana yang tersedia juga masih kurang dan tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang membutuhkan dana tersebut. Disinilah dibutuhkan pihak swasta untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan memberikan dana dan mengembangkan bisnis usaha agar semakin banyak lahan untuk menampung masyarakat yang belum bekerja.

e.      Penegakan Hukum Yang Adil dan Tegas

Suatu Negara dapat berjalan dengan baik apabila pemerintahnya juga bekerja dengan baik. Bagaimana dapat berjalan dengan baik kalau banyak anggota pemerintahan yang bekerja hanya untuk mencari keuntungan pribadi dan bukan bekerja demi rakyat dan negaranya. Akhirnya ulah mereka yang tidak professional dengan melakukan KKN membuat rakyat menderita. Apa yang menjadi hak rakyat, justru mereka rampas. Tindakan yang sangat merugikan ini tidak boleh dianggap sebagai masalah sepele. Perlu dilakukan penegakan hukum yang menindak tegas tanpa pandang bulu dalam menghukum setiap orang yang melakukan KKN. Nyatanya sampai detik ini hukum itu belum ada. Gayus Tambunan salah satu fakta yang sangat tragis, bukti sudah menyatakan bahwa dia terbukti bersalah, tetapi tetap saja hukuman yang didapatkan Gayus tidak setimpal dengan pelanggaran yang ia lakukan. Masalah ini, harus ditindak tegas oleh lembaga dan aparat penegak hukum. Dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah lembaga dan aparat penegak hukum juga harus bekerja secara professional dan bersikap jujur serta adil. Karena apabila mereka tidak bekerja seperti itu, maka yang terjadi adalah yang lemah ditindas yang kuat, yang benar akan menjadi yang salah. Menegakkan hukum dan menjalankan hukum sesuai aturan yang ada akan menjadi salah satu solusi terbaik untuk memberantas kemiskinan. Negara yang bersih dari KKN, akan membuat semua hak rakyat benar-benar diterima dan dirasakan rakyat manfaatnya. Negara yang bersih dari KKN akan membangun Negara menjadi Negara yang maju dan berkembang pesat.   

f.        Pembangunan Yang Merata

Selama ini kita bisa lihat bahwa banyak daerah di Indonesia yang masih tertinggal dan sama sekali tidak ada perkembangan. Pembangunan hanya terpusat di Jakarta dan kota-kota besar lainnya sehingga banyak daerah yang terabaikan. Akibat dari pembangunan yang hanya terpusat tersebut banyak msayarakat yang melakukan urbanisasi. Urbanisasi menimbulkan

masalah baru yaitu padatnya jumlah penduduk di Jakarta dan kota besar lainnya. Jadi sudah sepatutnya pemerintah mulai berbenah. Pemerintah pusat memberikan dana bagi pemerintah daerah untuk bisa membangun daerahnya agar bisa berkembang dan membuat penduduk setempat mampu menghidupkan kegiatan ekonomi di daerahnya masing-masing. Pembangunan yang merata akan membuat tidak adanya kesenjangan social atau diskriminasi. Apabila pembangunan benar-benar dilaksanakan di setiap daerah, dapat diyakini dan dipercaya masyarakat setempat tidak akan berurbanisasi melainkan tetap bertahan untuk memajukan daerahnya. Ketika pembangunan merata terjadi maka akan membuat terjadi penyebaran penduduk sesuai dengan daya tampung daerah dan tidak ada lagi terjadi yang namanya ledakan penduduk.

g.       Partisipasi Masyarakat

Kemiskinan bakal mudah diberantas apabila semua orang peka dan tidak memberatkan masalah ini hanya kepada pemerintah. Kepedulian masyarakat dengan memperhatikan kinerja pemerintah serta membantu masyarakat yang hidupnya masih kurang sangatlah diperlukan. Tidak perlu muluk-muluk dalam berpartisipasi. Lakukanlah setiap hal dimulai dari yang kecil. Karena hal sekecil apapun bisa member dampak yang besar. Misalnya dengan mengumpulkan pakaian bekas yang masih layak pakai dan disumbangkan kepada rakyat kecil, pembagian sembako gratis dan masih banyak hal lain yang apabila dilakukan secara berkala akan membuat rakyat miskin terbantu dan bahkan mengurangi angka kemiskinan.

 

 

 

PENUTUP

 

Kesimpulan

Kemiskinan dapat memberikan banyak dampak buruk dan apabila tidak ditangani secara benar akan menimbulkan permasalahan yang tak akan bisa diselesaikan. Penyebab kemiskinan memang banyak dan beragam, tapi hal yang patut kita pelajari adalah ketika seseorang benar-benar berusaha untuk mensejahterakan pribadinya terlebih dahulu maka kemiskinan tidak akan melanda banyak orang.

Ada tiga perubahan sedang berlangsung di Indonesia yang berpotensi membantu masyarakat miskin. Laporan ini menyarankan kebijakan yang bisa membuat perubahan-perubahan tersebut dapat efektif mengurangi kemiskinan.

Pertama, seiring dengan pertumbuhan, perekonomian Indonesia sedang berubah dari perekonomian yang mengandalkan sektor pertanian menjadi perekonomian yang akan lebih banyak mengandalkan sektor jasa dan industri. Prioritas untuk membuat pertumbuhan tersebut berfaedah bagi masyarakat miskin adalah iklim investasi yang lebih ramah di pedesaan, terutama melalui jaringan jalan pedesaan yang lebih baik.

Kedua, seiring menguatnya demokrasi, pemerintah sedang berubah dari penyedia sebagian besar layanan oleh pusat menjadi pemerintah yang akan lebih banyak mengandalkan pemerintah daerah. Untuk membuat layanan bermanfaat bagi masyarakat miskin, prioritasnya adalah peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan insentif yang lebih baik bagi penyedia layanan.

Ketiga, seiring dengan integrasi Indonesia kedalam dunia internasional, sistem perlindungan sosialnya sedang dimodernisir sehingga secara sosial Indonesia menjadi setara dan kompetitif di bidang ekonomi. Prioritas untuk membuat pengeluaran pemerintah bermanfaat bagi masyarakat miskin adalah bergeser dari intervensi pasar untuk komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat miskin (seperti BBM dan beras) menjadi bantuan pendapatan yang terarah bagi rumah tangga miskin, dan menggunakan kelonggaran fiskal untuk memperbaiki layanan yang penting seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi.

 

Saran

Makalah ini dibuat bukan hanya sekedar untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan, tetapi juga untuk membuat setiap orang yang membaca sadar bahwa banyak hal yang dapat kita lakukan untuk turut serta mengurangi kemiskinan dan mulai bertindak. Perubahan yang besar berawal dari hal yang kecil. Semoga setiap pembaca dapat mengubah pola pikir dan menyadari betul bahwa masalah kemiskinan bukanlah masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah semata tetapi itu juga menjadi masalah dan beban kita bersama sebagai masyarakat Indonesia demi terciptanya kehidupan yang makmur dan sejahtera di negeri kita.

 

DAFTAR PUSTAKA

Steer, Andrew. Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta: Gradasi Aksara, 2006

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2009

Sumber Website

www.wartagunadarma.ac.id

www.wikipedia.org

http://agusjero.blogspot.com/2010/09/pertumbuhan-kemiskinan.html

 

PENGARUH KEMISKINAN TERHADAP PERTUMBUHAN

EKONOMI NASIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Pembangunan

Oleh : FITRI ACHYANI

NIM : 3403130132

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

2013/2014