makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

37
SISTEM PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN WILAYAH YOGYAKARTA TUGAS DRAINASE DAN PENANGGULANGAN BANJIR Oleh BAGUS BIMANTARA 1215011018 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

description

drainase kota yogyakarta

Transcript of makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Page 1: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

SISTEM PERENCANAAN DRAINASE PERKOTAAN WILAYAH YOGYAKARTA

TUGAS DRAINASE DAN PENANGGULANGAN BANJIR

Oleh

BAGUS BIMANTARA

1215011018

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Page 2: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya suatu kota, sudah barang tentu memerlukan berbagai

sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dalam perkembangannya ke

depan, dimana bertambahnya penduduk sudah barang tentu diperlukan juga

pembangunan permukiman serta penataan lingkungannya.

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan di bidang

perumahan dan permukiman adalah upaya penciptaan lingkungan permukiman

yang bersih dan sehat. Peningkatan pembangunan perumahan dan permukiman

secara terarah dan terpadu dengan jalan pemenuhan kebutuhan prasarana

ataupun menata kembali berbagai infrastruktur yang telah ada. Kenyataan di

lapangan keadaan prasarana lingkungan permukiman di Kota Yogyakarta yang

dirasakan masih kurang memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas. Hal

tersebut terlihat bahwa terutama musim penghujan saluran drainase yang ada

sudah tidak bisa menampung air, sehingga akan terjadi genangan/banjir.

apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan penurunan daya dukung

lingkungan permukiman dan akhirnya akan berdampak terhadap kesehatan

lingkungan.

Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang

bahkan di lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir

terdapat di sepanjang  beberapa sungai yang mengalir di Kota Yogyakarta.

Permasalahan banjir tidak luput dari  buruknya drainase yang diakibatkan

adanya pengembangan kawasan bisnis maupun  perumahan sering

mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan dari daerah pengaman dan daerah

resapan seperti daerah sepadan sungai, kolam tempat penampung air sementara

berubah menjadi area perumahan tempat dan pusat perdagangan.

Page 3: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

yang akan di bahas yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana keadaan drainase kota Yogyakarta?

2. Bagaimana cara memperbaiki drainase kota Yogyakarta?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui keadaan drainase kota Yogyakarta.

2. Mengetahui cara memperbaiki drainase kota Yogyakarta.

Page 4: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Banjir

Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan

merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai

perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.

Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.

Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau

yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan

alaminya.

Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan

dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali

jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota dan

permukiman lain.

Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran

air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah

dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan

akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air

yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah

dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar

dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti

bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat

banjir periodik.

B. Drainase

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem

guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting

dalam perencanaan kota(perencanaan infrastruktur khususnya).

Page 5: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Drainase juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air

tanah dalam kaitannya dengan salinitas, dimana drainase merupakan salah satu

cara pembuangan kelebihan air yang tidak di inginkan pada suatu daerah, serta

cara-cara penaggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari perasana

umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota

yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.

C. Drainase Perkotaan

Drainase perkotaan merupakan sistem pengeringan dan pengaliran air wilayah

kota yang meliputi pemukiman,industri,sekolah,lapangan olahraga,instalasi

militer,pelabuhan umum atau sungai serta fasilitas umum yang lainnya yang

merupakan bagaian dari sarana perkotaan.Desain drainase perkotaan memiliki

keterkaitan dengan tata guna lahan,tata ruang kota,master plan drainase kota

dan kondisi sosial budaya masyarakat terhadap kedisiplinan dalam hal

pembuangan sampah.pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik

penangan kelebihan air namun lebih luas lagi menyangkut aspek kehidupan di

kawasan perkotaan.

Page 6: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

BAB III

PEMBAHASAN

Sarana Drainase untuk seluruh wilayah Kota Yogyakarta meliputi drainase utama

berupa Sungai Gadjahwong, Sungai Winongo dan Sungai Code, saluran drainase

sekunder (pembawa) tertutup, saluran drainase sekunder (pembawa) terbuka,

saluran tersier (pengumpul) tertutup, saluran tertier (pengumpul) terbuka. Seluruh

sirkulasi drainase disalurkan menuju ke saluran drainase utama berujud ketiga

sungai diatas.

1. Sungai Code (39,00 km)

Sungai Code dengan hulu di daerah Kaliurang melintasi wilayah Kabupaten

Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Sungai Code bermuara di

sungai Opak di daerah Jetis. Panjang alur sungai ± 39,00 km. Sungai Code

merupakan system drainase utama yang paling penting untuk wilayah Kota

Yogyakarta.

2. Sungai Gajahwong (21,00 km)

Sungai Gajahwong dengan panjang alur ± 21,00 km bermuara di sungai Opak

di daerah Plered. Dengan area pelayanan Ngaglik dan Depok di Kabupaten

Sleman, sebagian wilayah Kota Yogyakarta, dan Banguntapan serta Plered di

Kabupaten bantul.

3. Sungai Winongo (43,75 km)

Sungai Winongo dengan panjang alur 43,75 km. Bagian hulu sungai Winongo

ada di daerah Kaliurang atau sekitar Turi/Pakem. Daerah Aliran Sungai (DAS)

sungai Winongo seluas ± 88,12 Km2. Sungai Winongo melintasi wilayah

Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul. Sungai Winongo

bermuara di Sungai Opak pada daerah Kretek.

Page 7: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Berikut merupakan peta ketiga sungai tersebut :

A. Drainase Makro

Sistem drainase induk yang ada di wilayah Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) adalah sistem drainase alam, yaitu suatu sitem yang

menggunakan sungai dan anak sungai sebagai sistem primer penerima air

buangan dari saluran – saluran sekunder dan tersier yang ada. Keseluruhan

sistem tersebut berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah rumah

tangga. Sebagian dari saluran drainase sekunder yang ada di DIY juga

menggunakan saluran irigasi sebagai saluran pembuangannya.

B. Permasalahan yang dihadapi

1. Genangan

Genangan dengan parameter luas genangan, tinggi genangan, dan lamanya

genangan merupakan permasalahan utama yang menjadi fokus perhatian

studi. Terjadinya genangan pada beberapa lokasi di wilayah studi secara

Page 8: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

pasti akan menimbulkan permasalahan berkelanjutan pada system interaksi

sosial, ekonomi, budaya, dan aspek interkasi masyarakat lainnya. 

Gambar  : Lokasi Genangan di Kota Yogyakart

Dari hasil inventarisasi serta informasi dari berbagai sumber, penyebab

terjadinya genangan tersebut antara lain adalah :

1. Luapan dari beberapa sungai yang disebabkan oleh :

a.  Kapasitas sungai yang ada tidak mampu menampung debit banjir

yang terjadi.

b. Pada beberapa lokasi penampang hidrolis yang ada tidak memadai

atau tidak dapat menampung debit banjir yang ada.

c.  Pada beberapa lokasi penampang hidrolis sungai berkurang akibat

dari terjadinya sedimentasi dan penyempitan penampang sungai.

d.  Akibat kerusakan tanggul sungai dan bocoran – bocoran yang tidak

segera diatasi, sehingga semakin membesarkan tingkat kerusakan.

2. Elevasi dari beberapa area berada di bawah elevasi muka air air banjir

sungai, bahkan beberapa lokasi elevasinya berada di bawah muka air

Page 9: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

normal sungai. Dengan kondisi tersebut debit limpasan tidak bisa

segera dibuang ke sungai, dan jika terjadi kebocoran pada tanggul

sungai dapat menyebabkan genangan pada areal yang sangat luas.

3. Sistem pembuang yang ada belum dibagi menurut system pembagian

Block plan yang ideal, sehingga ada sungai yang melayani area terlalu

besar, dan akibatnya kapasitas sungai tidak mampun menampung debit

yang terjadi.

4. Luapan dari system pembuang yang ada sebagai akibat pendangkalan,

penyempitan dan penyumbatan oleh sampah;

5.  Luapan akibat gorong – gorong, sypon, dan pintu pengatur tersumbat

atau tidak berfungsi

6.  Inlet saluran tidak tepat posisinya, terlalu tinggi dan sering tersumbat

oleh pasir/tanah dan sampah sehingga limpasan air hujan tidak

bisa/kurang lancar masuk ke sistem saluran drainase yang ada.

7.  Luapan akibat penggunaan bantaran sungai untuk kepentingan yang

tidak semestinya;

8.  Akibat aliran permukaan (“debit run off”) pada saat hujan yang tidak

bisa segera dibuang atau dialirkan ke sungai atau system pembuang

yang ada, karena pada saat bersamaan sungai yang ada sudah penuh

sehingga tidak mampu menampung tambahan debit dari aliran

permukaan;

9.  Berkurangnya luas areal resapan akibat perubahan penggunanaan lahan

(untuk permukiman, dan lain sebagainya);

10. Kondisi fisik jaringan drainase yang ada sudah kurang memadai,

sehingga sering terjadi kebocoran dan luapan pada tanggul saluran;

11. Tidak terdapatnya system (jaringan) drainase yang memadai pada

kawasan atau lokasi rawan banjir, sehingga debit akibat aliran

permukaan tidak bisa dibuang/dialirkan secara cepat.

Page 10: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Khusus untuk Kota Yogyakarta data genangan yang menjadi prioritas

adalah genangan di 11 (sebelas) lokasi yaitu :

1. Genangan di Kel. Pakuncen

2. Genangan di Kel. Prawirodirjan

3. Genangan di Kel. Klitren

4. Genangan Jl. Bimosakti

5. Genangan di Tahunan

6. Genangan di Kt.Gede

7. Genangan di Giwangan

8. Genangan di jl. Parangtritis

9. Genangan jl Soka

10. Genangan perempatan Gondomanan

11. Genangan Panjaitan

2. Kebijakan Pembangunan Antar Kawasan

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa penanganan

permasalahan drainase harus merupakan suatu kegiatan yang berskala

regional dan bersifat lintas wilayah maupun lintas sektoral. Penanganan

permasalahan di Kota Yogyakarta tanpa menangani permasalahan yang

ada di kawasan hulu (Kab. Sleman) maupun kawasan hilir (Kab. Bantul)

tidak akan memberikan solusi yang bersifat jangka panjang. Demikian

juga kaitan antara infrastruktur drainase dengan infrastruktur lainnya

harus mendapat perhatian yang seksama, sehingga penanganan yang

dilakukan merupakan suatu kegiatan yang komprehensif.

Dalam kaitan dengan topik ini, maka permasalahan yang terkait dengan

kebijakan pembangunan antar kawasan antara lain adalah :

1. Belum adanya kebijakan yang terpadu antar wilayah kota dan

kabupaten di propinsi DIY untuk pengendalian kawasan resapan di

daerah hulu sungai,

2. Belum adanya peraturan untuk pengendalikan luas lahan terbuka

sebagai daerah resapan air, 3.) Belum adanya koordinasi dari para

pelaku pengelolaan dari setiap komponen infrastruktur dalam

perencanaan maupun pembangunannya.

Page 11: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

3. Koordinasi Pengawasan Pembangunan

Koordinasi pengawasan pembangunan diperlukan untuk mencegah

terjadinya permasalahan yang menimbulkan dampak merugikan dari aspek

drainase (termasuk mencegah terjadinya banjir). Sebagai contoh suatu

kawasan dengan elevasi di bawah muka air banjir sungai terdekat, maka

perencanaan pembangunan sarana dan prasarana di kawasan tersebut harus

sudah mengantisipasi kemungkinan terjadinya banjir, yaitu dengan

melakukan penimbunan sampai batas peil banjir sebelum prasarana

tersebut dibangun.

Pembangunan suatu jaringan drainase di suatu kawasan tidak bisa hanya

didasarkan pada data masukan dari kawasan internal. Kapasitas saluran

yang direncanakan harus memperhatikan kapasitas saluran yang sudah ada

di kawasan lain, sehingga sistem yang dibangun tidak memberikan

dampak negatif terhadap kawasan lain. Dengan koordinasi pengawasan

yang efektif dampak negatif tersebut dapat dihindarkan. Lemahnya

koordinasi pengawasan pembangunan merupakan masalah yang sering

terjadi dalam pembangunan wilayah DIY. Lemahnya koordinasi

pengawasan pembangunan dapat dilihat pada uraian berikut ini :

a. Perubahan Peruntukan Lahan

Pada dasarnya, peruntukan lahan pada suatu kawasan sudah ditentukan

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah disyahkan

oleh Bappeda. Namun pada prakteknya, ketentuan tersebut tidak selalu

dipatuhi oleh berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan

pembangunan di Wilayah Studi. Hal yang paling sering terjadi adalah

kawasan penampungan/resapan air atau kawasan hijau terbuka dirubah

peruntukannya menjadi kawasan perumahan atau kawasan industri.

Akibat dari perubahan peruntukan lahan tersebut, maka luasan dari

kawasan ”parkir” air hujan akan berkurang secara sistematis dan pada

akhirnya akan memperparah masalah banjir di wilayah studi.

b. Pelanggaran terhadap Rasio KDB

KDB atau Koefisien Dasar Bangunan adalah suatu rasio yang

menunjukan perbandingan antara luas bangunan terhadap luas lahan

Page 12: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

yang tersedia. Sehingga untuk luas lahan yang sama, apabila rasio

tersebut semakin besar maka bangunan yang boleh didirikan juga

semakin luas.Rasio KDB ditetapkan oleh Dinas Tata Kota dengan

mengacu pada kondisi dan peruntukan lahan pada lahan yang akan

didirikan bangunan. Dengan demikian, rasio KDB merupakan batas

maksimum yang diperbolehkan oleh Dinas Tata Kota untuk

mendirikan bangunan pada suatu wilayah. Namun pada umumnya,

batas rasio tersebut seringkali dilanggar oleh para pemilik bangunan

dalam upaya untuk mendapatkan bangunan yang lebih luas. Apabila

pelanggaran rasio KDB tersebut dilakukan secara massal dan terus

menerus, maka luas lahan terbuka akan menurun secara drastis dan

pada akhirnya akan memperparah masalah banjir di wilayah studi.

c. Diabaikannya batas Peil Banjir

Sebagaimana dijelaskan pada sub bab sebelumnya, dimana salah satu

penyebab banjir di wilayah studi adalah elevasi kawasan perumahan

yang berada di bawah muka air banjir sungai maupun di bawah muka

air normal, sehingga kawasan atau area perumahan tersebut menjadi

kawasan yang rawan banjir. Kondisi tersebut terjadi karena

pelaksanaan pembangunan kawasan perumahan oleh Pengembang

tidak memperhatikan peil banjir yang ada. Pengembang seharusnya

melakukan penimbunan sampai pada batas peil banjir sebelum mulai

melaksanakan pembangunan perumahan.

d. Pelanggaran Penggunaan Lahan Pada Kawasan Konservasi

Hal lain yang sering terlihat dari lemahnya koordinasi pengawasan

pembangunan adalah digunakannya lahan yang berada pada kawasan

konservasi untuk keperluan pembangunan. Pelanggaran tersebut

mengakibatkan berkurangnya luasan dari kawasan konservasi dan pada

akhirnya akan mengurangi luasan dari kawasan resapan atau ruang

hijau terbuka.

Page 13: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

4. Tinjauan Terhadap Sistem Penyaluran Air Hujan Yang Ada

Tinjauan terhadap sistem penyaluran air hujan yang ada akan mencakup

tinjauan terhadap sungai sebagai badan penerima air utama, dan sistem

saluran sebagai badan pembawa.

a. Tinjauan Terhadap Sungai Induk

Perhitungan mengenai kapasitas sungai berdasarkan profil sungai yang

ada untuk kemudian dibandingkan dengan debit banjir hasil

perhitungan dengan periode ulang 10 tahun, akan memberikan

gambaran mengenai kemungkinan terjadinya atau tidak terjadinya

luapan pada sungai dimaksud. Sampai saat ini data profil sungai dan

data debit banjit dari sungai – sungai utama di wilayah studi belum

didapatkan. Meskipun demikian berdasarkan peta banjir dari Proyek

Pengendalian Banjir DIY (dahulu) kemungkinan terjadinya banjir

hanya pada lokasi – lokasi seperti yang terlihat pada gambar 9.13.

Dimana pada lokasi – lokasi tersebut telah dibangun tanggul banjir

kecuali untuk lokasi Pundong kearah Kedungmiri.

b. Tinjauan Terhadap Saluran Yang Ada

Meliputi tinjauan dimensi, keadaan saluran, perlengkapan saluran yang

ada, serta hal – hal lain yang dianggap perlu sehingga dapat diharapkan

akan didapat dimensi saluran yang sesuai. Hasil pengamatan lapangan

adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pelayanan sistem yang ada masih rendah dalam konteks

perbandingan antara luas yang harus dilayani dengan panjang

sistem yang sudah terbangun/terpasang.

2. Kapasitas saluran belum di disain menurut sistem blok kawasan

yang harus dilayani, sehingga ada beberapa saluran yang melayani

suatu kawasan terlalu luas.

3. Sedimentasi dan timbunan sampah menyebabkan kapasitas

pengaliran saluran berkurang, akibatnya terjadi luapan.

4. Genangan yang terjadi dari hasil pengamatan disebabkan oleh

luapan, baik dari jaringan tersier, sekunder maupun primer.

Page 14: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

5. Sistem jaringan belum tertata menurut hirarki saluran, dimana

hirarki ini akan menentukan besarnya kapasitas pengaliran yang

direncanakan. Dari hasil pengamatan ada sistem sekunder yang

dimensinya lebih kecil dari sistem tersiernyae.Ukuran gorong –

gorong yang terlalu kecil, kerusakan gorong – gorong maupun

kerusakan pada saluran merupakan salah satu penyebab terjadinya

luapan dan genangan.

5. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Drainase

Akibat keterbatasan dana, selama ini pemeliharaan prasarana/sarana

drainase kurang mendapat perhatian yang cukup dari Instansi yang

berwenang. Pemeliharaan prasarana/sarana tidak dilakukan menurut suatu

pola yang teratur. Biasanya pemeliharaan akan dilakukan apabila kondisi

kerusakan sudah parah atau untuk mengatasi kondisi darurat dan

pemeliharaan tersebut dilakukan secarapartial tidak secara menyeluruh.

Akibat dari tidak teraturnya pemeliharaan yang dilakukan, maka

• Prasarana/sarana drainase tidak berfungsi dengan optimal.

• Meningkatnya kerugian yang diderita oleh masyarakat.

• Meningkatnya biaya pemeliharaan.

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai arti penting sarana drainase

untuk menjaga kesehatan lingkungan juga merupakan salah satu

permasalahan yang perlu mendapat perhatian. Semua pihak paham bahwa

membuang sampah di selokan akan dapat menimbulkan banjir karena

kapasitas saluran menjadi berkurang. Namun faktanya hal – hal tersebut

masih terus terjadi.

C. Analisis permasalahan

Analisis permasalahan sebagai bahan rekomendasi didasarkan pada komponen

– komponen yang menjadi variabel dalam konsep penataan sistem drainase.

Komponen-komponen yang perlu diperhatikan di dalam penataan sistem

drainase antara lain :

Page 15: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

1. Pola Aliran

Pola aliran harus dibuat sedemikian rupa sehingga memenuhi Rencana Tata

Ruang Wilayah, baik dalam aneka ragam fasilitas yang direncanakan oleh

tata ruang tersebut, maupun pentahapan pelaksanaan tata ruang tersebut.

Proporsi pembagian daerah alirannya lebih ditentukan oleh kondisi

topografi daerahnya, sedangkan penentuan arah alirannya ditentukan oleh

lereng lahan yang dibuat drainasenya. Pola aliran dan jenis pengalirnya

didesain sedemikian rupa sehingga mendukung prinsip desain saluran yang

memerlukan pemeliharaan seminimum mungkin. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam penentuan pola aliran adalah :

• Badan penerima air eksisting Jaringan sungai yang ada dalam suatu

wilayah perencanaan, merupakan titik akhir dari aliran air yang ada.

• Sistem drainase yang ada dalam perencanaan pola aliran, sedapat

mungkin tidak merusak pola alami/buatan yang sudah ada sehingga

pekerjaan yang dilaksanakan akan menjadi lebih ekonomis dan

memungkinkan untuk menjangkau seluruh saluran di daerah tersebut.

• Topografi daerah aliran pola aliran yang mengikuti kemiringan lahan

akan mempermudah pengaliran air dan selain itu pekerjaan akan

menjadi lebih ekonomis dan mudah dalam pengoperasiannya.

• Jalur jalan yang ada sering dipergunakan dalam penentuan pola aliran

sehingga pola aliran drainase akan dibuat mengikuti jalur jalan yang

ada.

• Batas administrative daerah aliran diperlukan untuk menentukan

kapasitas dari air yang melimpas kedalam saluran dan menjadi beban

bagi Instansi yang berwenang pada daerah administratif tersebut.

Pembenahan pola aliran untuk suatu daerah yang sudah lama berkembang

terutama untuk daerah yang terletak di zona aliran pantai adalah sebagai

berikut :

•  Jika daerahnya cukup tinggi di atas elevasi air pasang, maka penataan

drainasenya bisa menggunakan kanal-kanal yang bisa dialirkan ke sungai

terdekat.

Page 16: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

•  Untuk daerah elevasinya lebih rendah dari air pasang maka harus dibuat

polder yang dilengkapi dengan danau penampungan dan instalasi pompa.

Untuk menekan besarnya kapasitas pompa yang dibutuhkan, sistem

polder ini bisa dikombinasikan dengn pemakaian pintu-pintu klep.

Perencanaan sistem drainase pada suatu daerah reklamasi baru sebaiknya

memakai sistem polder. Keuntungan dari sistem tersebut adalah

menghindari pemakaian material tanah urug yang terlalu besar sehingga

dampak negatif yang mungkin timbul pada lokasi sumber material urug

dapat dihindarkan.

2. Normalisasi Sungai - sungai dan Saluran Drainase

Kapasitas pengaliran sungai mengalami penurunan akibat sedimentasi,

endapan sampah dan berbagai bangunan yang berada di bantaran sungai

serta akibat kegiatan manusia lainnya. Begitu juga yang dialami oleh

saluran-saluran yang ada, sehingga daerah yang seharusnya masih

tergolong aman banjir menjadi daerah yang rawan banjir. Untuk mengatasi

masalah tersebut perlu diadakan normalisasi sungai-sungai dan saluran-

saluran drainase. Normalisasi yang perlu dilakukan bergantung pada

kondisi masing-masing sungai/jalur drainase

3. Mengembalikan Fungsi Bantaran Sungai

Keberadaan bantaran bagi sungai adalah sangat penting dan merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari sungai itu sendiri, karena bantaran

berfungsi sebagai lahan cadangan sungai untuk menampung debit banjir

yang besar. Pada sebagian sungai kondisi dan batas bantaran ini tidak jelas,

sebaliknya ada yang mempunyai bantaran yang jelas dengan batas berupa

tanggul alam dan bertanda bebas aliran air yang jelas pula. Tentu saja tidak

seluruh sungai mempunyai bantaran karena lahan bantaran tersebut

terbentuk secara alamiah dari sungai yang bersangkutan.

Untuk mengembalikan fungsi bantaran ini perlu dirintis dengan

mengadakan pendataan/inventarisasi bantaran dengan batas-batasnya,

diberi tanda dan memberikan penjelasan kepada masyarakat akan batas dan

manfaat bantaran sungai tersebut.

Page 17: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Selain itu untuk mengantisipasi perkembangan pembangunan yang pesat di

masa mendatang, pemerintah hendaknya konsisten terhadap pemanfaatan

daerah bantaran sungai ini, sehingga bantaran tetap berfungsi seperti yang

dikehendaki.

4. Pembuatan Tandon Air

Pembangunan tandon-tandon air buatan pada beberapa lokasi yang

potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan retensi air hujan. Dengan

adanya tandon – tandon air, maka debit air yang mengalir ke badan

penerima air akhir (sungai) dapat dikurangi sebesar kapasitas embung atau

tandon air tersebut. Untuk lebih jelasnya, contoh tandon air tersebut dapat

dilihat pada Gambar berikut

5. Pemeliharaan Sarana Drainase

Sarana drainase yang terbangun akan berfungsi sebagaimana yang

diharapkan jika disertai dengan upaya pemeliharaan yang baik pula. Ada

beberapa unsur yang diperlukan untuk menunjang suksesnya pemeliharaan

ini, antara lain :

1. Tersedia badan/lembaga yang khusus menangani masalah tersebut

2. Adanya peraturan yang mendukung

3. Penyediaan dana yang memadai

4. Melibatkan peran serta masyarakat

Secara konsepsi kegiatan pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi 3 (tiga)

tipe, dimana pengelompokkan ini dilakukan menurut maksud dan sasaran

kegiatan pemeliharaan. Tipe pemeliharaan tersebut adalah :

a. Pemeliharaan rutin : pemeliharaan dilakukan secara rutin dari waktu ke

waktu dengan tujuan untuk menjaga kondisi prasarana drainase agar

tetap dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sasaran pemeliharaan

rutin adalah kerusakan – kerusakan kecil, pembersihan sampah dan

kegiatan pemeliharaan lain yang tidak memerlukan biaya besar.

b. Pemeliharaan Berkala : pemeliharaan dilakukan secara berkala dalam

periode waktu (3 bulan, 6 bulan) tertentu dengan tujuan untuk

mengembalikan kondisi prasarana drainase agar kembali berfungsi

sebagaimana mestinya. Sasaran pemeliharaan berkala adalah kerusakan

Page 18: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

– kerusakan yang cukup berat, dimana bila kerusakan tersebut tidak

segera ditangani akan berkembang menjadi semakin besar atau

membahayakan dan dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Kegiatan pemeliharaan berkala memerlukan penanganan teknis yang

detail dan biaya yang lebih besar.

c. Pemeliharaan Darurat : pemeliharaan darurat dilakukan untuk mengatasi

kondisi – kondisi darurat yang terjadi, yang memerlukan penanganan

dengan segera. Sebagai contoh adalah tanggul yang jebol pada saat

musim hujan yang segera memerlukan penanganan yang bersifat

darurat.

6. Pembuatan Sumur Resapan

Permasalahan lingkungan yang sering terjadi adalah terjadinya banjir pada

musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu, pada

beberapa tempat terjadi pula penurunan permukaan air tanah. Hal ini

disebabkan adanya penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air

sebagai akibat adanya perubahan lingkungan yang merupakan dampak dari

proses pembangunan.

Salah satu strategi atau cara pengendalian air yang baik untuk mengatasi

banjir atau kekeringan adalah dengan cara meningkatkan kemampuan tanah

meresapkan air hujan, yaitu dengan pembuatan sumur resapan terutama

pada kawasan pemukiman. Pembuatan sumur resapan ini merupakan upaya

untuk memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan memperkecil

aliran permukaan (run off) sebagai penyebab banjir. Dengan demikian,

semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak

tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air tersebut dapat

dimanfaatkan kembali melalui sumur- sumur atau mata air yang dapat

dieksplorasi setiap saat.

Dengan adanya sumur resapan maka jumlah aliran permukaan akan

menurun sehingga terkumpulnya air permukaan yang berlebihan di suatu

tempat dapat dihindari. Dengan demikian, bahaya banjir dapat dikurangi

pula. Di sisi lain, menurunnya aliran permukaan juga akan menurunkan

tingkat erosi tanah.

Page 19: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

Dari uraian diatas, tampak bahwa sumur resapan memiliki beberapa fungsi

yang positif bagi lingkungan. Adapun fungsi dari sumur resapan, antara

lain

• Pengendalibanjir

• Konservasitanah

• Menekan laju erosi

Melihat banyaknya manfaat dari sumur resapan bagi kelestarian lingkungan

hidup maka pembuatan sumur resapan perlu diterapkaan dalam kehidupan

masyarakat, terutama di wilayah perkotaan. Upaya tersebut akan berfungsi

apabila seluruh masyarakat sadar dan mau menerapkannya, karena peran

sumur resapan tidak akan berarti apabila hanya beberapa penduduk saja

yang menerapkannya.

7. Penanggulangan Erosi Lahan

Banyak upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah erosi

lahan ini di antaranya dapat dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu upaya

penanggulangn secara fisik dan upaya penanggulangan secara non- fisik.

a. Upaya Penanggulangan Secara Fisik

Kegiatan ini dapat dimulai dengan mengadakan inventarisasi jenis

kerusakan lahan yang terjadi, dan mengadakan data tentang jenis tanah

yang ada pada kawasan perbukitan serta menetapkan standar yang akan

ditetapkan sesuai dengan keadaan setiap lahan menurut kategori yang

homogen.

Metodologi yang dapat diterapkan misalnya pembuatan “terassering”

atau pengendalian dengan check dam, pada kawasan yang berlereng

cukup terjal. Metoda penanaman rumput, perlu sampai ke penanaman

pohon biasanya sering digunakan untuk mengatasi erosi lahan, namun

waktu yang diperlukan akan cukup lama, sehingga diperlukan bangunan

penangkap erosi untuk daerah-daerah kritis sebelum program jangka

panjang/penanaman pohon mulai berfungsi.

b. Upaya Penanggulangan Secara Non Fisik

Upaya ini memerlukan waktu yang relatif lama, karena melibatkan

penduduk yang berdiam di sekitar lahan erosif. Upaya ini meliputi

Page 20: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

penyebarluasan informasi pembangunan yang berwawasan lingkungan,

antara lain menyangkut persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pemberian izin bagi pembangunan kawasan baik industri,

pemukiman maupun wisata.

8. Penataan Sistem Penyaluran Air Hujan

a. Umum

Penyaluran system air hujan merupakan faktor dominan bagi penataan

system drainase di Wilayah Studi. Faktor – faktor yang perlu

diperhatikan dalam penataan system drainase Wilayah Studi adalah

mengenai sistem penyaluran air hujan yang ada, daerah pelayanan,

topografi, geologi, dasar perencanaan dan Rencana Tata Guna Lahan di

masa yang akan datang.

Sistem yang direncanakan adalah sistem yang terpisah dari saluran

pengumpul air buangan kota. Dalam perencanaan sistem penyaluran air

hujan digunakan beberapa parameter, dalam menentukan arah jalur

saluran drainase terdapat batasan – batasan sebagai berikut : 

1. Arah pengaliran mengikuti garis ketinggian yang ada sehingga

diharapkan terjadi aliran secara gravitasi.

2. Pemanfaatan sungai atau anak sungai sebagai badan air penerima

dari out fall yang direncanakan.

3. Menghindari banyak perlintasan saluran pada jalan, sehingga

mengurangi penggunaan gorong – gorong.

4. Untuk saluran dengan dimensi lebar yang cukup besar seperti saluran

induk, diusahakan tidak terletak di sisi jalan karena akan

memperbanyak jembatan persil rumah.

b. Rencana Jaringan Sistem Penyaluran Air Hujan

Rencana sistem jaringan drainase yang dikembangkan harus didasarkan

pada keadaan topografi, letak badan air penerima .  Berdasarkan faktor

tersebut di atas akan ditentukan sistem jaringan drainase mulai dari

saluran induk, sekunder dan seterusnya.

Dengan diketahui luas daerah pelayanan, terutama yang menjadi luas

tangkapan suatu jalur sungai yang artinya luas daerah dimana aliran

Page 21: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

permukaan akan ditampung oleh jalur sungai, maka akan dapat

ditentukan debit pengaliran air hujan. Sehingga dapat mentukan

pembagian blok – blok pelayanan mana yang akan ditampung oleh

suatu sungai. Dengan demikian dapat dicegah kemungkinan meluapnya

badan air penerima yang disebabkan besar debit pengaliran air hujan

yang diterima melebihi daya tampung.

c. Pembagian Daerah Pelayanan

Yang dimaksud daerah pelayanan adalah luas Wilayah Studi yang

direncanakan akan diperhitungkan dalam sistem penyaluran air hujan.

Dengan diketahui daerah perencanaan maka dapat ditentukan besar

debit pengaliran.

Daerah pelayanan ini akan dibagi menjadi beberapa blok pelayanan,

dimana setiap blok pelayanan akan dilayani oleh sebuah saluran. Dasar

dari pembagian blok pelayanan ini terutama pada keadaan letak dari

badan air penerimanya dan setiap blok ditentukan koefisen

pengalirannya. Pembagian Blok daerah pengaliran ditentukan

berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Luas daerah dari blok pengaliran akan dibatasi, dengan

pertimbangan agar air hujan dapat tertampung pada saluran dengan

dimensi tertentu yang tidak terlalu besar. Dimensi saluran drainase

kota yang terlalu besar akan terlalu sulit untuk direalisir karena

terkait dengan masalah lahan yang tersedia,

2. Topografi daerah untuk menentukan arah aliran, dimana

secaraprinsip arah aliran harus mengikuti arah kemiringan lahan

yang ada,

3. Jarak pengaliran dibatasi tidak terlalu jauh karena semakin jauh

jarak pengaliran akan memperlama waktu pengaliran, sehingga

untuk kapasitas saluran yang sama akan memperbesar nilai to

(waktu konsentrasi) dan td (waktu pengaliran), dan artinya

menambah waktu pengeringan.

Page 22: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Seiring berkembangnya kota Yogyakarta, sudah barang tentu memerlukan

berbagai sarana dan prasarana perkotaan yang memadai dalam

perkembangannya ke depan, dimana bertambahnya penduduk sudah barang

tentu diperlukan juga pembangunan permukiman serta penataan

lingkungannya. Sistem drainase induk yang ada di wilayah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sistem drainase alam,

Berikut merupakan permasalahan drainase yang dihadapi kota Yogyakarta :

1. Genangan dari luapan drainase dan elevasi lahan.

2. Kebijakan pembangunan antar kawasan hulu dan hilir yang belum

bersinergi.

3. Lemahnya koordinasi pengawasan pembangunan wilayah di DIY.

4. Rendahnya tinjauan terhadap sistem penyaluran air hujan yang ada.

5. Pemeliharaan prasarana dan sarana drainase kurang mendapat perhatian

yang cukup.

Berikut merupakan sistem perencanaan drainase kota Yogyakarta :

1. Pembenahan pola aliran berbasis topografi wilayah.

2. Normalisasi Sungai - sungai dan Saluran Drainase.

3. Mengembalikan Fungsi Bantaran Sungai.

4. Pembangunan tandon-tandon air buatan pada beberapa lokasi yang

potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan retensi air hujan.

5. Melakukan pemeliharaan rutin, berkala dan darurat pada sarana drainase.

6. Meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan, yaitu dengan

pembuatan sumur resapan terutama pada kawasan pemukiman.

7. Penanggulangn erosi lahan secara fisik dan nonfisik.

8. Penataan sistem penyaluran air hujan.

Page 23: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

A. Saran

Perlu dilakukan pemahaman lebih mendalam lagi dalam menganalisis sistem

perencanaan drainase perkotaan.

Page 24: makalah drainase yogyakarta bagus bimantara 1215011018.docx

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

http://descaholic.blogspot.com/2012/02/penanggulangan-banjir-di-indonesia.html

http://abdulazisansori40.blogspot.com/2012/12/contoh-karya-ilmiah-tentang-

banjir.html

http://baimsangadji.blogspot.com/2010/03/dampak-dan-upaya-penanggulangan-

banjir.html

http://82junior.blogspot.com/2011/02/terjadinya-banjir-dan-banjir-bandang.html

http://www.slideshare.net/KetutSwandana/makalah-banjir

http://id.wikipedia.org/wiki/Rob

http://dhikageografi-uns2011.blogspot.com/2013/03/banjir.html

http://trioktavia20.blogspot.com/2012/05/pengertian-drainase_21.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Drainase

http://kawansipil.wordpress.com/2011/07/16/5/