Makalah Draft RUU

46
 MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL “DRAFT RUU KEPERAWATAN” Kelompok 5 Awang Yuniana (P17320310027) Erlita Solihat (P17320310007) Widia Mujtiawati (P17320310006) POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR 2011

Transcript of Makalah Draft RUU

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 1/46

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL

“DRAFT RUU KEPERAWATAN”

Kelompok 5

Awang Yuniana (P17320310027)

Erlita Solihat (P17320310007)

Widia Mujtiawati (P17320310006)

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN KEMENKES

BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR 

2011

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 2/46

Jl. Dr. Sumeru No. 116 Bogor 16111

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 3/46

KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Profesional ini dengan sebaik – baiknya.Makalah Keperawatan Profesional tentang “Draft RUU Keperawatan” kami susun

untuk memenuhi tugas pelajaran Keperawatan Profesional. Kami menyatukan dari berbagai

sumber, lalu kami merangkum dengan bahasa kami sendiri sehingga dapat lebih mudah

dipahami.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada mahasiswa

mengenai Keperawatan Profesional ini. Penulis menyadari makalah ini memiliki banyak 

kekurangan, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Bogor, September 2011

Tim Penyusun

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 4/46

DAFTAR ISI

MAKALAH KEPERAWATAN PROFESIONAL ...............................................................i

“DRAFT RUU KEPERAWATAN”.................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................3

A. Latar Belakang ............................................................................................... 3

B. Tujuan ........................................................................................................... 3

Mengetahui pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan terkait dengan

profesi................................................................................................................ 3

Mengetahui isi Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan

praktik keperawatan ........................................................................................... 3

BAB II.....................................................................................................................4

PEMBAHASAN.........................................................................................................4

2.1 Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan......................................4

2.2 Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik

keperawatan.......................................................................................................7

2.3 Draft RUU Keperawatan...............................................................................9

BAB III..................................................................................................................42

PENUTUP..............................................................................................................42

A. Kesimpulan .................................................................................................. 42

B. Saran ........................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iii

Dokumen PPNI.......................................................................................................iii

file:///C:/Users/wiwid/Documents/Cermin%20Politik%20Perawat%20Indonesia

%20%20RUU%20Praktik%20Keperawatan.htm....................................................iii

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 5/46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang – undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para perawat.

PPNI pada kongres Nasional keduanya di Surabaya tahun 1980 mulai merekomendasikan

  perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan hukum bagi tenaga

keperawatan.

Tidak adanya undang-undang perlindungan bagi perawat menyebabkan perawat secara

 penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang

tindih antara tugas dokter dan perawat masih sering terjadi dan beberapa perawat lulusan

 pendidikan tinggi merasa frustasi karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan

kewenangannya. Hal ini juga menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan

ketrampilannya, tanpa memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.

12 Mei 2008 adalah Hari Keperawatan Sedunia. Di Indonesia, momentum tersebut akan

digunakan untuk mendorong berbagai pihak mengesahkan Rancangan Undang-Undang Praktik 

keperawatan. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menganggap bahwa keberadaan

Undang-Undang akan memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap pelayanankeperawatan dan profesi perawat. Indonesia, Laos dan Vietnam adalah tiga Negara ASEAN yang

 belum memiliki Undang-Undang Praktik Keperawatan. Padahal, Indonesia memproduksi tenaga

 perawat dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan kita tertinggal dari negara-negara Asia,

terutama lemahnya regulasi praktik keperawatan, yang berdampak pada sulitnya menembus

globalisasi. Perawat kita sulit memasuki dan mendapat pengakuan dari negara lain, sementara

mereka akan mudah masuk ke negara kita.

B. Tujuan

• Mengetahui pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan terkait dengan

profesi

• Mengetahui isi Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan

praktik keperawatan

• Mengetahui Draft RUU Keperawatan

3

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 6/46

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Undang-Undang Praktik Keperawatan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.

Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat

kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan

 pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi

  pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan

hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan,

sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif,

terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-

Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan

  bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),

keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,

universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).

Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden memegang

kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara eksplisit menyebutkan bahwa

  pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu

keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan

kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan berhak 

memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.

Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk 

mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik 

Perawat.

Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya

 pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma dalam

4

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 7/46

 pemberian pelayanan kesehatan, dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada

diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat

  penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).

Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau,

 pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dan

memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan pelayanan keperawatan.

Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam dunia kesehatan . Sebagai profesi,

tentunya pelayanan yang diberikan harus professional, sehingga perawat/ners harus memiliki

kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan kode etik dan

moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan keperwatan yang bemutu. Tetapi

 bila kita lihat realita yang ada, dunia keprawatan di Indonesia sangat memprihatinkan .

Fenomene “gray area” pada berbagai jenis dan jenjang keperawatan yang ada maupun

dengan profesi kesehatan lainnya masih sulit dihindari. Berdasarkan hasil kajian (Depkes & UI,

2005) menunujukkan bahwa terdapat perawat yang menetapkan diagnosis penyakit (92,6%),

membuat resep obat (93,1%), melakukan tindakan pengobatan didalam maupun diluar gedung

  puskesmas (97,1%), melakukan pemeriksaan kehamilan (70,1%), melakukan pertolongan

 persalinan(57,7%), melaksanakan tugas petugas kebersihan (78,8%), dan melakukan tugas

administrasi seperti bendahara,dll (63,6%. Pada keadaan darurat seperti ini yang disebut dengan

“gray area” sering sulit dihindari. Sehingga perawat yang tugasnya berada disamping klienselama 24 jam sering mengalami kedaruratan klien sedangkan tidak ada dokter yang bertugas.

Hal ini membuat perawat terpaksa melakukan tindakan medis yang bukan merupakan

wewenangnya demi keselamatan klien. Tindakan yang dilakukan tanpa ada delegasi dan

 petunjuk dari dokter, terutama di puskesmas yang hanya memiliki satu dokter yang berfungsi

sebagai pengelola puskesmas, sering menimbulkan situasi yang mengharuskan perawat

melakukan tindakan pengobatan. Fenomena ini tentunya sudah sering kita jumpai di berbagai

  puskesmas terutama di daerah-daerah tepencil. Dengan pengalihan fungsi ini, maka dapat

dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai. Dan tentu saja ini tidak mendapat perlindungan

hukum karena tidak dipertanggungjawabkan secara professional.

Kemudian fenomena melemahkan kepercayaan masyarakat dan maraknya tuntunan

hukum terhadap praktik tenaga kesehatan termasuk keperawatan, sering diidentikkan dengan

5

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 8/46

kegagalan upaya pelayanan kesehatan. Hanya perawat yang memeuhi persyaratan yang

mendapat izin melakukan praktik keperawatan.

Saat ini desakan dari seluruh elemen keperawatan akan perlunya UU Keperawatan

semakin tinggi . Uraian diatas cukup menggambarkan betapa pentingnya UU Keperawatan tidak 

hanya bagi perawat sendiri, melainkan juga bagi masyarakat selaku penerima asuhan

keperawatan. Sejak dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 yang

menetapkan bahwa keperawatan merupakan profesi dan pendidikan keperawatan berada pada

 pendidikan tinggi, berbagai cara telah dilakukan dalam memajukan profesi keperwatan.

Pada tahun 1989, PPNI sebagai organisasi perawat di Indonesia mulai memperjuangkan

terbentuknya UU Keperawatan. Berbagai peristiwa penting terjadi dalam usaha mensukseskan

UU Keperawatan ini. Pada tahun 1992 disahkanlah UU Kesehatan yang didalamnya mengakui

 bahwa keperawatan merupakan profesi ( UU Kesehatan No.23, 1992). Peristiwa ini penting

artinya, karena sebelumnya pengakuan bahwa keperawatan merupakan profesi hanya tertuang

dalam peraturan pemerintah (PP No.32, 1996). Dan usulan UU Keperawatan baru disahkan

menjadi RUU Keperawatan pada tahun 2004.

Perlu kita ketahui bahwa untuk membuat suatu undang-undang dapat ditempuh dengan 2

cara yakni melalui pemerintah (UUD 1945 Pasal 5 ayat 1) dan melalui DPR (Badan Legislatif 

  Negara). Selama hampir 20 tahun ini PPNI memperjuangkan RUU Keperawtan melalui

  pemerintah, dalam hal ini Depkes RI. Dana yang dikeluarkan pun tidak sedikit. Tapikenyataannya hingga saat ini RUU Keperawatan berada pada urutan 250-an pada program

Legislasi Nasional (Prolegnas) , yang ada pada tahun 2007 berada pada urutan 160 (PPNI, 2008).

Tentunya pengetahuan masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan mutlak diperlukan.

Hal ini terkait status DPR yang merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat, sehingga pembahasan-

 pembahasan yang dilakukan merupakan masalah yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh karena

itu, pencerdasan kepada masyarakat akan pentingnya UU Keperawatan pun masuk dalam agenda

DPR RI.

Dalam UU Tentang praktik keperawatan pada bab 1 pasal 1 yang ke-3 berbunyi :

“ Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan baik 

langsung atau tidak langsung diberikan kepada sistem klien disarana dan tatanan kesehatan

lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar 

 pratik keperawatan.

6

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 9/46

Dan pasal 2 berbunyi: “Praktik keperawatan dilaksanakan berdasarkan pancasila dan

 berdasarkan pada nilai ilmiah, etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan

dan perlindungan serta keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

2.2 Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik keperawatan

1. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10

antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan

kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9

tahun 1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana

meliputi dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana

atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana

dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan

tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk 

menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang

karena hanya mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan

sarjana). UU ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan

 pekerjaannya. Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatanseperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai

tanggung jawab mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

3. UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis. Pada pasal 2, ayat (3)

dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah wajib menjalankan

wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama bekerja

 pada pemerintah, tenaga kesehatan yang dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan sebagai

 pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga diberlakukan terhadapnya.

UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan kemampuan pemerintah dalam mengangkat

 pegawai negeri. Penatalaksanaan wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh

  bagaimana sistem rekruitmen calon peserta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak 

menjalankan wajib kerja dan lain-lain. Yang perlu diperhatikan bahwa dalam UU ini, lagi posisi

7

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 10/46

 perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga kesehatan akademis termasuk 

dokter, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari kewenangan

tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979 Membedakan paramedis menjadi dua golongan

yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan) dan paramedis non keperawatan. Dari aspek 

hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga

termasuk katagori tenaga keperawatan.

5. Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980 Pemerintah membuat suatu pernyataan

yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan

mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Dokter 

dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang sakit dan bidang dapat menolong

 persalinan dan pelayanan KB. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi profesi

keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta. Dalam bidang

kuratif banyak perawat harus menggatikan atau mengisi kekurangan tenaga dokter untuk 

menegakkan penyakit dan mengobati terutama dipuskesmas-puskesma tetapi secara hukum hal

tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang memperpanjang pelayanan di rumah. Bila

memang secara resmi tidak diakui, maka seyogyanya perawat harus dibebaskan dari pelayanan

kuratif atau pengobatan utnuk benar-benar melakukan nursing care.

6. SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4

  November 1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.

Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik 

  pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu. Dalam SK ini, tenaga

keperawatan yang dimaksud adalah : Penyenang Kesehatan, yang sudah mencapai golingan II/a,

Pengatur Rawat/Perawat Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S1

Keperawatan. Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak 

tergantung kepada pangkat/golongan atasannya

8

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 11/46

7. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi

 perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan

tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi

kesehatan termasuk keperawatan. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat

dipakai sebagai acuan pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah : Pasal 53 ayat 4

menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan

  peraturan pemerintah. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas

menyelenggarakan atau melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan

kewenangannya Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum

 bagi tenaga kesehatan.

2.3 Draft RUU Keperawatan

 Rancangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……………………….

TENTANG

KEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

a.  bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan

yang optimal  sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud  dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945;

b.  bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian

  berbagai upaya kesehatan kepada  seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.

c.   bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan merupakan bagian  integral dari

 penyelenggaraan upaya kesehatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan kaidah etik,

nilai-nilai moral serta standar   profesi.

9

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 12/46

d.   bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada  kewenangan yang

diberikan kepada perawat karena keahliannya,  yang dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan kesehatan  masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan

globalisasi.

e.   bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan dan penyelesaian  masalah yang timbul

dalam penyelenggaraan praktik keperawatan,  perlu keterlibatan organisasi profesi.

f.   bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum  kepada penerima

 pelayanan kesehatan dan perawat diperlukan   pengaturan mengenai penyelenggaraan

 praktik keperawatan;

g.  bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c,  huruf d, huruf e dan

huruf f, perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Keperawatan.

Mengingat

1. Undang-Undang Dasar 1945; Pasal 20 dan pasal 21 ayat (1) RUU DAN PENJELASAN

BARU JAN 09-1.doc20 2

2. Undang-Undang No. 23, tahun 1992 tentang kesehatan

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIAMEMUTUSKAN :

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

(1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun

sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

10

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 13/46

(2) Praktik keperawatan adalah tindakan perawat melalui kolaborasi dengan klien dan

atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan khusus,

 pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan aplikasi prinsip-

 prinsip ilmu biologis, psikolologi, sosial, kultural dan spiritual.

(3) Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik 

keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana pelayanan kesehatan dan tatanan

  pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan

 berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan.

(4) Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan

keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah

Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(5) Perawat terdiri dari perawat vokasional, perawat professional dan perawat

 profesinoal spesialis

(6) Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk 

melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak 

langsung oleh Perawat Profesioal dengan sebutan Lisenced Vocasional Nurse (LVN)

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 3

(7)   Perawat professional adalah tenaga professional yang mandiri, bekerja secaraotonom dan berkolaborasi dengan yang lain dan telah menyelesaikan program

 pendidikan profesi keperawatan, telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang

dilakukan oleh konsil dengan sebutan Registered Nurse (RN)

(8) Perawat Profesional Spesialis adalah seseorang perawat yang disiapkan diatas level

 perawat profesional dan mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau kewenangan

yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.

(9) Konsil adalah Konsil Keperawatan Indonesia yang merupakan suatu badan otonom,

mandiri, non struktural yang bersifat independen.

(10) Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang

 perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus

uji.

11

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 14/46

(11) Registrasi adalah pencatatan resmi oleh konsil terhadap perawat yang telah memiliki

sertifikat kompetensi dan telah mempuyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui

secara hukum untuk melaksanakan profesinya.

(12) Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap perawat yang telah diregistrasi

setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.

(13) Surat Izin Perawat adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota kepada perawat yang akan menjalankan praktik keperawatan setelah

memenuhi persyaratan.

(14) Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat vokasional yang telah memenuhi

 persyaratan.

(15) Surat Ijin Perawat Profesional (SIPP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota kepada perawat profesional yang telah memenuhi

 persyaratan

(16) Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan

 praktik keperawatan secara mandiri, berkelompok atau bersama profesi kesehatan

lain.

(17) Klien adalah orang yang membutuhkan bantuan perawat karena masalah kesehatan

aktual atau potensial baik secara langsung maupun tidak langsung(18) Organisasi profesi adalah Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

(19) Kolegium keperawatan adalah kelompok perawat professional dan perawat

  profesional spesialis sesuai bidang keilmuan keperawatan yang dibentuk oleh

organisasi profesi keperawatan.

(20) Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

(21) Surat tanda registrasi Perawat dalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil

Keperawatan Indonesia kepada perawat yang telah diregistrasi.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 4

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

12

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 15/46

Pasal 2

Praktik keperawatan dilaksanakan berazaskan Pancasila dan berlandaskan pada nilai ilmiah,

etika dan etiket, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan dan perlindungan serta

keselamatan penerima dan pemberi pelayanan keperawatan.

Pasal 3

Pengaturan penyelenggaraan praktik keperawatan bertujuan untuk:

a. memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada klien dan perawat.

b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh

 perawat.

BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4

Lingkup praktik keperawatan adalah :

a. Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

dalam menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.

b. Memberikan tindakan keperawatan langsung, terapi komplementer, penyuluhan

kesehatan, nasehat, konseling, dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan melalui

 pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.

c. Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan kunjungan rumah.d. Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi,

 pertolongan persalinan normal.

e. Melaksanakan program pengobatan dan atau tindakan medik secara tertulis dari dokter.

f. Melaksanakan Program Pemerintah dalam bidang kesehatan

BAB IV

KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian Kesatu

Nama dan Kedudukan

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 5

Pasal 5

(1) Dalam rangka mencapai tujuan yang dimaksud pada Bab II pasal 3, dibentuk Konsil

Keperawatan Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini disebut Konsil.

13

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 16/46

(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Presiden.

Pasal 6

Konsil berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia.

Bagian Kedua

Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 7

Konsil mempunyai fungsi pengaturan, pengesahan, pembinaan serta penetapan kompetensi

 perawat yang menjalankan praktik keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan

 praktik keperawatan.

Pasal 8

(1) Konsil mempunyai tugas:

a. Melakukan uji kompetensi dan registrasi perawat;

 b. Mengesahkan standar pendidikan perawat

c. Membuat peraturan-peraturan terkait dengan praktik perawat untuk melindungi

masyarakat.

(2) Standar pendidikan profesi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat

(3) huruf b di usulkan oleh organisasi profesi dengan melibatkan asosiasi institusi

 pendidikan keperawatan.

Pasal 9Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Konsil

Keperawatan Indonesia mempunyai wewenang :

a. Mengesahkan standar kompetensi perawat dan standar praktik Perawat yang dibuat oleh

organisasi profesi;

 b. Menyetujui dan menolak permohonan registrasi perawat ;

c. Menetapkan seorang perawat kompeten atau tidak melalui mekanisme uji kompetensi;

d. Menetapkan ada tidaknya kesalahan disiplin yang dilakukan perawat;

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 6

e. Menetapkan sanksi disiplin terhadap kesalahan disiplin dalam praktik yang dilakukan

 perawat; dan

f. Menetapkan penyelenggaraan program pendidikan profesi keperawatan berdasarkan

rekomendasi Organisasi Profesi.

14

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 17/46

Pasal 10

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Konsil serta

 pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

Bagian Ketiga

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 11

(1) Susunan peimpinan Konsil terdiri dari :

a. Ketua merangkap anggota

 b. Wakil ketua merangkap anggota

c. Ketua- ketua Komite merangkap anggota.

(2) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas :

a. Komite uji kompetensi dan registrasi

 b. Komite standar pendidikan profesi

c. Komite praktik keperawatan

d. Komite disiplin keperawatan

(3) Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) masing-masing dipimpin oleh 1 (satu)

orang Ketua Komite merangkap anggota.

Pasal 12

(1) Ketua konsil keperawatan Indonesia dan ketua komite adalah perawat dan dipilih olehdan dari anggota konsil keperawatan Indonesia.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan ketua konsil dan ketua Komite diatur dalam

 peraturan konsil keperawatan Indonesia

Pasal 13

(1) Komite Uji Kompetensi dan Registrasi mempunyai tugas untuk melakukan uji

kompetensi dan proses registrasi keperawatan.

(2) Komite standar pendidikan profesi mempunyai tugas menyusun standar pendidikan

 profesi bersama dengan organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan keperawatan .

(3) Komite Praktik Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pemantauan mutu

 praktik Keperawatan.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 7

15

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 18/46

(4) Komite Disiplin Keperawatan mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan kepada

  para perawat, menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan perawat dalam

 penerapan praktik keperawatan dan memberikan masukan kepada Ketua Konsil.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kerja komite-komite diatur dengan Peraturan Konsil

Pasal 14

(1) Keanggotaan Konsil terdiri dari unsur-unsur wakil Pemerintah, organisasi profesi,

institusi pendidikan, pelayanan, dan wakil masyarakat.

(2) Jumlah anggota Konsil 21 (dua puluh satu) orang yang terdiri atas unsur-unsur yang

 berasal dari:

a. Anggota yang ditunjuk adalah 12 ( dua belas) orang terdiri dari:

• Persatuan Perawat Nasional Indonesia 3 (tiga) orang;

• Kolegium keperawatan 2 (dua) orang;

• Asosiasi institusi pendidikan keperawatan 2 (dua) orang;

• Asosiasi rumah sakit 1 (satu) orang;

• Asosiasi institusi pelayanan kesehatan masyarakat 1 (satu) orang;

• Tokoh masyarakat 1 (satu) orang;

• Departemen Kesehatan 1 (satu) orang;

• Departemen pendidikan Nasional 1 (satu ) orang

b. Anggota yang dipilih adalah 9 (sembilan) perawat dari 3 (tiga) wilayah utama (barat,

tengah, timur) Indonesia.

Pasal 15

1. Keanggotaan Konsil ditetapkan oleh Presiden atas usul Menteri dengan rekomendasi

organisasi profesi

2. Menteri dalam mengusulkan keanggotaan Konsil harus berdasarkan usulan dari

organisasi profesi dan asosiasi sebagaimana dimaksud pada pasal 14 ayat (2).

3. Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan keanggotaan Konsil diatur dengan Peraturan

Presiden.

4. Masa bakti satu periode keanggotaan Konsil adalah 5 (lima) tahun

5. dan dapat diangkat kembali untuk masa bakti 1 (satu) periode berikutnya, dengan

memperhatikan sistem manajemen secara berkesinambungan.

16

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 19/46

Pasal 16

(1) Anggota Konsil sebelum memangku jabatan terlebih dahulu harus mengangkat sumpah.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 8

(2) Sumpah /janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut:

Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan

tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun

 juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari

siapapun juga suatu janji atau pemberian.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa

menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu

 pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk 

kepentingan hukum.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia, taat kepada Negara Republik Indonesia,

mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, serta

 peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang

saya ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda- bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan

kewajiban saya dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada

Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau

tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh

melaksanakan tugas dan wewenang saya yang diamanatkan Undang-Undang kepada

saya.“

Pasal 17

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi anggota Konsil :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

 b. Warga Negara Republik Indonesia;

c. Sehat rohani dan jasmani;

17

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 20/46

d. Memiliki kredibilitas baik di masyarakat;

e. Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 65 (enam

 puluh lima) tahun pada waktu menjadi anggota Konsil Keperawatan Indonesia;

f. Mempunyai pengalaman dalam praktik keperawatan minimal 5 tahun dan memiliki Surat

Tanda Registrasi Perawat, kecuali untuk non perawat;

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 9

g. Cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi

yang baik; dan

h. Melepaskan jabatan struktural dan/atau jabatan lainnya pada saat diangkat dan selama

menjadi anggota Konsil.

Pasal 18

(1) Keanggotaan Konsil berakhir apabila :

a. Berakhir masa jabatan sebagai anggota;

 b. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri;

c. Meninggal dunia;

d. Bertempat tinggal tetap di luar wilayah Republik Indonesia;

e. Ketidakmampuan melakukan tugas secara terus-menerus selama 3 (tiga) bulan;

f. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau(2) Dalam hal anggota Konsil menjadi tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan

sementara dari jabatannya.

(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Ketua

Konsil.

Pasal 19

(1) Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Konsil dibantu sekretariat yang dipimpin

oleh seorang sekretaris konsil

(2) Sekretaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri

(3) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota konsil

(4) Dalam menjalankan tugasnya sekretaris bertanggung jawab kepada pimpinan Konsil

Keperawatan Indonesia

18

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 21/46

(5) Ketentuan fungsi dan tugas sekretaris ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan

Indonesia.

Bagian Keempat

Tata Kerja

Pasal 20

(1) Setiap keputusan Konsil yang bersifat mengatur diputuskan oleh rapat pleno anggota.

(2) Rapat pleno Konsil dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah

anggota ditambah satu.

(3) Keputusan diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 10

(4) Dalam hal tidak terdapat kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka dapat

dilakukan pemungutan suara.

Pasal 21

Pimpinan Konsil melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas anggota dan pegawai konsil

agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 22

(1) Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Konsil dibebankan kepada Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara

(2) Pembiayaan Konsil Keperawatan Indonesia ditetapkan oleh Ketua Konsil Keperawatan

Indonesia.

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 23

19

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 22/46

(1) Standar pendidikan profesi keperawatan disusun oleh organisasi profesi keperawatan

dengan degan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan dan disahkan oleh

Konsil Keperawatan Indonesia

(2) Dalam rangka memperlancar penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan,

organisasi profesi dapat membentuk Kolegium Keperawatan

(3) Standar pendidikan profesi keperawatan dimaksud pada ayat (1):

a. untuk pendidikan profesi Ners disusun oleh Kolegium Ners generalis dengan

melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

b. untuk pendidikan profesi Ners Spesialis disusun oleh Kolegium Ners Spesialis

dengan melibatkan asosiasi institusi pendidikan keperawatan.

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 24

Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan

kompetensi perawat yang berpraktik dan dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan

keperawatan berkelanjutan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 11

Pasal 25

(1) Setiap perawat yang berpraktik wajib meningkatkan kompetensinya melalui pendidikan

dan pelatihan keperawatan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi

dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.

(2) Pendidikan dan pelatihan keperawatan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dalam bentuk program sertifikasi yang dilaksanakan sesuai dengan standar pendidikan

 berkelanjutan perawat yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

BAB VII

REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 26

20

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 23/46

(1) Setiap perawat yang akan melakukan praktik keperawatan di Indonesia harus memiliki

Surat Tanda Registrasi Perawat yang diterbitkan Konsil melalui mekanisme uji

kompetensi oleh konsil.

(2) Surat Tanda Registrasi Perawat sebagaimana ayat (1) terdiri atas 2 (dua) kategori:

a. untuk perawat vokasional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Lisenced

Vocasional Nurse (LVN)

b. untuk perawat profesional, Surat Tanda Registrasi Perawat disebut dengan Registered

 Nurse (RN)

(3) Untuk melakukan registrasi awal, perawat harus memenuhi persyaratan :

a. memiliki ijazah perawat Diploma atau SPK untuk Lisenced Vocasional Nurse (LVN)

 b. memiliki ijazah Ners, atau Ners Spesialis untuk Registered Nurse (RN)

c. lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh konsil

d. Rekomendasi Organisasi Profesi

Pasal 27

(1) Dalam menjalankan praktik keperawatan di Indonesia, lisensi praktik perawat diberikan

oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang disebut dengan Surat Ijin Perawat yang

terdiri dari Surat Ijin Perawat Vokasional (SIPV) atau Surat Ijin Perawat Profesional

(SIPP)

(2) Perawat vokasional yang telah memenuhi persyaratan LVN berhak memperoleh SIPVdan dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan bersama.

(3) Perawat profesional yang telah memenuhi persyaratan RN berhak memperoleh SIPP dan

dapat melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan dan praktik mandiri.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 12

(4) Lisenced vocasional Nurse (LVN) dengan latar belakang Diploma III Keperawatan dan

 pengalaman kerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di sarana pelayanan kesehatan

dapat mengikuti uji kompetensi Registered Nurse(RN).

Pasal 28

(1) Syarat untuk memperoleh SIPV :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Lisenced Vocasional

 Nurse (LVN)

 b. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan

21

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 24/46

c. Melampirkan surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan

(2) Syarat untuk memperoleh SIPP :

a. Memiliki Surat Tanda Registrasi Perawat yang disebut dengan Registered Nurse(RN)

 b. Tempat praktik memenuhi persayaratan untuk praktek mandiri

c. Memiliki rekomendasi dari organisasi profesi keperawatan

d. surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan

(3) SIPV dan SIPP masih tetap berlaku sepanjang:

a. Surat tanda Regstrasi Perawat masih berlaku

 b. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPP

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tempat praktik untuk memperoleh SIPP

diatur dalam peraturan Menteri.

Pasal 29

(1) Perawat yang teregistrasi berhak menggunakan sebutan RN (Register Nurse) di belakang

nama, khusus untuk perawat profesional, atau LVN (Lisence Vocasional Nurse) untuk 

 perawat vokasional.

(2) Sebutan RN dan LVN ditetapkan oleh Konsil Keperawatan Indonesia.

Pasal 30

(1) Surat Tanda Registrasi Perawat berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi

ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.(2) Registrasi ulang untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi Perawat dilakukan dengan

 persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 26 ayat (3), ditambah dengan angka kredit

 pendidikan berlanjut yang ditetapkan Organisasi Profesi.

(3) Surat Ijin Perawat hanya diberikan paling banyak di 2 (dua) tempat pelayanan kesehatan.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 13

Pasal 31

(1) Perawat Asing yang akan melaksanakan praktik keperawatan di Indonesia harus

dilakukan adaptasi dan evaluasi sebelum di registrasi.

(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana pendidikan milik 

 pemerintah sesuai dengan jenjang pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai Adaptasi selanjutnya diatur oleh Peraturan Menteri

(4) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

22

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 25/46

a. keabsahan ijazah;

 b. registrasi perawat dari negera asal

c. kemampuan untuk melakukan praktik keperawatan yang dinyatakan dengan surat

keterangan telah mengikuti program adaptasi dan memiliki Surat Tanda Registrasi

Perawat yang dikeluarkan oleh konsil

d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan kode etik 

keperawatan Indonesia.

(5) Perawat asing selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga

harus melengkapi surat izin kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dan kemampuan berbahasa Indonesia.

(6) Perawat asing yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan

(3) dapat diregistrasi oleh konsil dan selanjutnya dapat diberikan Surat Ijin Perawat oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kualifikasi perawat vokasional atau

Profesional.

Pasal 32(1) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara

dapat diberikan kepada perawat warga negara asing yang melakukan kegiatan dalam

rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan keperawatan yang bersifat sementara

di Indonesia.

(2) Surat Ijin Perawat vokasional semetara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara

sebagai mana dimaksud ayat (1) berlaku selama 1 ( satu) tahun dan dapat diperpanjang

untuk 1 ( satu) tahun berikutnya.

(3) Surat Ijin Perawat vokasional sementara atau Surat Ijin Perawat Profesional sementara

dapat diberikan apabila telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 31.

Pasal 33

23

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 26/46

(1) Surat Ijin Perawat Vokasional bersyarat atau Surat Ijin Perawat Profesional bersyarat

diberikan kepada peserta program pendidikan keperawatan warga negara asing yang

mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia.

(2) Perawat warga negara asing yang akan memberikan pendidikan dan pelatihan dalam

rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan untuk waktu tertentu, tidak 

memerlukan SIPP bersyarat.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 14

(3) Perawat warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat

 persetujuan dari Konsil.

(4) Surat Ijin Perawat bersyarat dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (3) diberikan melalui program adaptasi.

Pasal 34

SIPV atau SIPP tidak berlaku karena:

a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan;

 b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang;

c. atas permintaan yang bersangkutan;

d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau

e. dicabut oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Pejabat yang berwenang

Pasal 35

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi, registrasi ulang, registrasi sementara, dan

registrasi bersyarat diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan Indonesia.

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 36

Praktik keperawatan dilakukankan berdasarkan pada kesepakatan antara perawat dengan klien

dalam upaya untuk peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan,

kuratif, dan pemulihan kesehatan.

Pasal 37

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memililki SIPV atau SIPP

 berwenang untuk:

24

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 27/46

a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosis

keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi

keperawatan;

b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi: intervensi/tritmen

keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;

c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b

harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

d. melaksanakan intervensi keperawatan seperti yang tercantum dalam pasal 4.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 15

Pasal 38

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat yang telah memiliki SIPV berwenang untuk :

a. melakukan tindakan keperawatan dibawah pengawasan perawat yang memiliki SIPP

b. melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 huruf a harus

sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;

Pasal 39

(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien dan atau pasien,

 perawat dapat melakukan tindakan diluar kewenangan.

(2) Dalam keadaan luar biasa/bencana, perawat dapat melakukan tindakan diluar 

kewenangan untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.(3) Perawat yang bertugas di daerah yang sulit terjangkau dapat melakukan tindakan diluar 

kewenangannya sebagai perawat.

(4) Ketentuan mengenai daerah yang sulit terjangkau ditetapkan oleh pemerintah pusat atau

 pemerintah daerah melalui peraturan tersendiri.

Pasal 40

(1) Praktik keperawatan dilakukan oleh perawat profesional (RN) dan perawat vokasional

(LVN).

(2) LVN dalam melaksanakan tindakan keperawatan dibawah pengawasan RN.

(3) Perawat dapat mendelegasikan dan atau menyerahkan tugas kepada perawat lain yang

setara kompetensi dan pengalamannya.

Pasal 41

25

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 28/46

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan perawat yang tidak memiliki

SIPV atau SIPP untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 42

Hak Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai hak:

a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan keperawatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 38;

 b. meminta pendapat perawat lain;

c. mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar 

d. menolak tindakan keperawatan; dan

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 16

Pasal 43

Kewajiban Klien

Klien dalam menerima pelayanan pada praktik keperawatan, mempunyai kewajiban:

a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;

 b. mematuhi nasihat dan petunjuk perawat;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Pasal 44Pengungkapan Rahasia Klien

Pengungkapan rahasia klien hanya dapat dilakukan atas dasar:

a. Persetujuan klien

 b. Perintah hakim pada sidang pengadilan

c. Ketentuan perundangan yang berlaku

Pasal 45

Hak Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum dan profesi sepanjang melaksanakan tugas

sesuai standar profesi dan Standar Operasional Prosedur (SOP);

b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /atau keluarganya;

c. Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan otonomi profesi;

26

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 29/46

d. Memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan dedikasi

e. Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan

tugasnya;

f. Menerima imbalan jasa profesi

Pasal 46

Kewajiban Perawat

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat mempunyai kewajiban :

a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan SOP

b. Merujuk klien dan atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mempunyai

keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu

 pemeriksaan atau tindakan;

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau pasien

kecuali untuk kepentingan hukum;

d. Menghormati hak-hak klien dan atau pasien dan profesi lain sesuai dengan

ketentuan/peraturan yang berlaku;

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 17

e. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan untuk menyelamatkan

iwaf. Menambah dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan

keperawatan dalam upaya peningkatan profesionalisme.

Pasal 47

Praktik Mandiri

(1) Praktik mandiri dapat dilakukan secara perorangan dan atau berkelompok 

(2) Perawat yang melakukan praktik mandiri mempunyai kewenangan sesuai dengan pasal 4

huruf a, b, c, d, e, dan f.

(3) Kegiatan praktik mandiri meliputi:

a. intervensi mandiri keperawatan, seperti terapi modalitas/komplementer, konseling,

  perawatan kebugaran, perawatan dirumah atau dalam bentuk lain sesuai dengan

 peraturan yang berlaku

27

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 30/46

b.  pengobatan dan tindakan medik dasar dengan instruksi atau pengawasan dokter dan

 protokol dari Ikatan Dokter Indonesia,

(4) Perawat dalam melakukan praktik mandiri sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan:

a. Memiliki tempat praktik yang memenuhi persyaratan kesehatan;

b. Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi untuk melakukan asuhan

keperawatan

(5) Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan standar 

 perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

(6) Perawat yang telah mempunyai SIPP dan menyelenggarakan praktik mandiri wajib

memasang papan nama praktik keperawatan.

BAB IX

PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 48

Pemerintah, Konsil Keperawatan, dan Organisasi Profesi Perawat membina, mengembangkan

dan mengawasi praktik keperawatan sesuai dengan fungsi serta tugas masing-masing.

Pasal 49

(1) Pembinaan dan pengembangan perawat meliputi pembinaan profesi dan karir 

(2) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

meliputi kompetensi profesional dan kepribadian(3) Pembinaan dan pengembangan profesi perawat dilakukan melalui Jenjang Karir Perawat.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 18

(4) Pembinaan dan pengembangan karir perawat sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi

 penugasan, kenaikan pangkat /Peringkat dan promosi.

Pasal 50

(1) Pemerintah, konsil dan organisasi profesi membina serta mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi perawat pada institusi baik pemerintah maupun swasta;

(2) Pemerintah memberikan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme perawat pada

institusi pelayanan pemerintah;

(3) Pemerintah menetapkan kebijakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme

 perawat pada institusi pelayanan swasta

Pasal 51

28

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 31/46

Pembinaan, pengembangan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 50, diarahkan

untuk:

a. Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.

 b. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan perawat

c. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh

 perawat;

d. Melindungi perawat terhadap keselamatan dan risiko kerja.

Pasal 52

(1) Setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang

telah memiliki SIPV atau SIPP.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang

diberi kewenangan oleh peraturan perundang-undangan.

Pasal 54

Dalam rangka pembinaan dan pengawasan perawat yang menyelenggarakan praktik keperawatan

dapat dilakukan supervisi dan audit sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 53

Sanksi Administratif dan Disiplin

(1) Perawat yang melanggar ketentuan yang diatur dalam pasal 37 dikenakan sanksiadministrasi berupa pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling lama 1 (satu) tahun

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 19

(2) Perawat yang dinyatakan melanggar disiplin Profesi dikenakan sanksi

administrasi sebagai berikut:

a. Pemberian Peringatan Tertulis

b. Kewajiban mengikuti Pendidikan atau Pelatihan pada Institusi Pendidikan

Keperawatan.

c. Rekomendasi Pencabutan Surat Tanda Registrasi dan Surat Ijin Perawat

(3) Pencabutan Surat Izin Perawat sebagaimana dimaksud ayat (2) c dapat berupa:

a. Pelanggaran ringan dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP

 paling lama 6 (enam) bulan

29

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 32/46

b. Pelanggaran sedang dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP

 paling lama 1 (satu) tahun

c. Pelanggaran berat dikenakan sanksi pencabutan sementara SIPV atau SIPP paling

lama 3 (tiga) tahun

(4) Sanksi Administratif terhadap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat

(3) dilakukan oleh Kepala Dinas Kab/Kota atau Pejabat yang berwenang setelah

dilakukan penelitian dan usul dari Komite Disiplin Keperawatan Konsil.

Pasal 54

Sanksi Pidana

Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk lain yang

menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang bersangkutan adalah perawat yang telah

memiliki SIPV atau SIPP dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda

 paling banyak Rp. 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Pasal 55

Institusi pelayanan kesehatan, organisasi, perorangan yang dengan sengaja mempekerjakan

 perawat yang tidak memiliki SIPV atau SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 dipidana

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00

(seratus lima puluh juta rupiah).

Pasal 56Perawat yang dengan sengaja:

(1) tidak memasang papan nama sebagaimana dimaksud pada pasal 48 ayat

(2) tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 huruf a sampai dengan

huruf f 

(3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.

25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 20

Pasal 57

Penetapan sanksi pidana harus didasarkan pada motif pelanggaran dan berat ringannya risiko

yang ditimbulkan sebagai akibat pelanggaran.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

30

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 33/46

Pasal 58

(1) Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan

yang merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

yang berkaitan dengan pelaksanaan praktik keperawatan, masih tetap berlaku sepanjang

tidak bertentangan dan/atau belum diganti berdasarkan Undang-undang ini.

(2) Pada saat diundangkannya Undang-Undang ini, ijin praktik yang diberikan sesuai

KepMenKes Nomor 1239 Tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Keperawatan,

masih tetap berlaku sampai berakhirnya izin praktik tersebut sesuai ketentuan.

Pasal 59

Dengan telah diberlakukannya Undang Undang Praktik Keperawatan, sebelum terbentuknya

Konsil Keperawatan Indonesia maka dalam kegiatan perijinan dilaksanakan sesuai ketentuan

yang ada.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Konsil Keperawatan Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) harus dibentuk  paling lama 6 (enam) bulan sejak Undang-undang ini diundangkan.

Pasal 61

Undang-Undang ini mulai berlaku 1 (satu) tahun sejak tanggal diundangkan.

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 21

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan

 penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal …………………

PPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

31

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 34/46

Diundangkan di Jakarta

Pada Tanggal ……………….

SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

ttd

Ir. HATTA RAJASA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ……………

 NOMOR ………………

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 22

PENJELASAN

 Rancangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ……………………….

TENTANGPRAKTIK KEPERAWATAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Ayat (1) ;

Cukup jelas

Ayat (2) ;

Cukup jelas

Ayat (3) ;

Cukup jelas

Ayat (4) ;

Cukup jelas

32

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 35/46

Ayat (5) ;

Cukup jelas

Ayat (6) ;

Cukup jelas

Ayat (7) ;

Cukup jelas

Ayat (8) ;

Cukup jelas

Ayat (9) ;

Cukup jelas

Ayat (10) ;

Cukup jelas

Ayat (11) ;

Cukup jelas

Ayat (12) ;

Cukup jelas

Ayat (13) ;

Cukup jelas

Ayat (14) ;RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 23

Cukup jelas

Ayat (15) ;

Cukup jelas

Ayat (16) ;

Cukup jelas

Ayat (17) ;

Cukup jelas

Ayat (18) ;

Cukup jelas

Ayat (19) ;

Cukup jelas

33

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 36/46

Ayat (20) ;

Cukup jelas

Ayat (21) ;

Cukup jelas

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan;

a. nilai ilmiah adalah bahwa praktik keperawatan harus didasarkan pada ilmu

 pengetahuan dan tehnologi yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun

 pengalaman praktik.

b.  Nilai moral (Etika dan etiket) adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan

harus mengacu pada prinsip-prinsip moral antara lain beneficience, nonmaleficience,

veracity,  justice, non-diskriminatif dan otonomi.

c. Manfaat adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus memberikan

manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

d. Keadilan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan harus mampu

memberikan pelayanan yang dan tidak diskriminatif, merata, terjangkau dan bermutudalam konteks pelayanan kesehatan.

e. Kemanusiaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan praktik keperawatan

memberikan perlakuan yang memenuhi hak azazi manusia sebagai penerima pelayanan

yaitu hak memperoleh pelayanan yang aman, hak untuk mendapatkan informasi, hak 

untuk didengar serta hak untuk memilih.

f. Keseimbangan adalah bahwa penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan

atas keseimbangan antara hak dan kewajiban penerima dan pemberi pelayanan.

g. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah bahwa penyelenggaraan praktik 

keperawatan dilakukan dengan kehati-hatian sesuai dengan standard praktik keperawatan.

Pasal 3

Cukup Jelas

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 24

34

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 37/46

BAB III

LINGKUP PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 4 ;

Huruf a ;

Asuhan keperawatan diberikan akibat kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, akibat kelemahan

fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan untuk berfungsi

optimal, dan kurangnya kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri

Huruf b ;

cukup jelas

Huruf c ;

cukup jelas

Huruf d ;

Pegobatan adalah pemberian obat-obatan (kecuali obat-obat yang berlabel merah tidak termasuk 

obat-obat yang masuk dalam DOA /Daftar obat Apotik) Tindakan medik terbatas yang dimaksud

adalah tindakan medik termasuk pengobatan dalam rangka penyembuhan dan pemulihan

 penyakit-penyakit ringan yang biasa timbul dimasyarakat disuatu wilayah (common illness) yang

dilakukan oleh perawat professional yang kompeten.

Huruf e ;cukup jelas

Huruf f :

Cukup jelas

BAB IV

KONSIL KEPERAWATAN INDONESIA

Bagian Kesatu

Nama dan Kedudukan

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal 6

Cukup Jelas

Bagian Kedua

35

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 38/46

Fungsi, Tugas dan Wewenang Konsil

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 25

Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2) ;

Yang dimaksud dengan standar pendidikan profesi keperawatan adalah pendidikan profesi yang

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistim

  pendidikan nasional. Penyusunan standar pendidikan profesi keperawatan dilakukan oleh

organisasi profesi termasuk kolegium dengan melibatkan asosiasi pendidikan keperawatan Yang

dimaksud dengan asosiasi pendidikan keperawatan adalah Asosiasi Institusi Pendidikan Ners

Indonesia.

Pasal 9

Cukup Jelas

Bagian Ketiga

Susunan Organisasi dan Keanggotaan

Pasal 10Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13;

Ayat (1) ;

Uji kompetensi adalah suatu proses penilaian terhadap perawat yang mencakup aspek 

  pengetahuan, keterampilan serta sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang sesuai

dengan standar kinerja yang ditetapkan.

Pasal 14 ;

Ayat (1);

36

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 39/46

cukup jelas

Ayat (2);

Yang dimaksud dengan anggota konsil yang dipilih sebagaimana huruf (b) adalah pemilihan

melalui mekanisme pencalonan dari 3 wilayah, masing-masing 3 orang kemudian dilakukan

 pemilihan secara serempak di tiga wilayah utama yaitu; barat meliputi pulau sumatera dan Jawa.

Wilayah tengah meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NTB. Wilayah timur meliputi NTT,

Kepulauan Maluku dan Papua.

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 26

Pasal 18

Cukup Jelas

Pasal 19

Cukup Jelas

Bagian KeempatTata Kerja

Pasal 20

Cukup Jelas

Pasal 21

Cukup Jelas

Bagian Kelima

Pembiayaan

Pasal 22

Cukup Jelas

BAB V

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN

Pasal 23

37

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 40/46

Cukup Jelas

BAB VI

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPERAWATAN BERKELANJUTAN

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

Cukup Jelas

BAB VII

REGISTRASI dan LISENSI PERAWAT

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 27

Pasal 30Ayat (1);

Cukup jelas

Ayat (2);

Cukup jelas

Ayat (3);

Cukup jelas

Pasal 31

Cukup Jelas

Pasal 32

Cukup Jelas

Pasal 33

Ayat (1);

38

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 41/46

Cukup jelas

Ayat (2);

Cukup jelas

Ayat (3);

yang dimaksud dengan persetujuan konsil adalah surat keterangan yang dikeluarkn oleh konsil

keperawatan indonesia untuk perawat asing yang melaksanakan tugas di Indonesia.

Pasal 34

Huruf a, b, c, d ; cukup jelas

Huruf e ;

Pencabutan SIPP oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota karena perawat dinyatakan melanggar 

ketentuan administratife atau telah dinyatakan bersalah secara pidana atau perdata oleh

 pengadilan.

Pasal 35

Cukup Jelas

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Pasal 36

Cukup Jelas

Pasal 37Cukup Jelas

Pasal 38

Cukup Jelas

Pasal 39

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 28

Ayat (1);

Tindakan diluar kewenangan dalam keadaan darurat yang dimaksud adalah ditujukan kepada

 penyelamatan jiwa pasien

Ayat(2);

Cukup jelas

Ayat (3);

39

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 42/46

Perawat yang bertugas didaerah sulit terjangkau adalah dalam rangka membantu pemerintah agar 

masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau.

Pasal 40;

Ayat (1);

Cukup jelas

Ayat (2);

Pengawasan yang dilakukan oleh perawat professional kepada perawat vokasional adalah

dimaksudkan agar praktik keperawatan berjalan dengan aman sesuai standar profesi dan dalam

rangka melindungi masyarakat memperoleh pelayanan keperawatan yang aman.

Ayat (3);

Pendelegasian kepada perawat yang setara kemampuan dan pengalamanya dimaksudkan agar 

 praktik keperawatan yang diberikan berjalan dengan aman.

Pasal 41;

Cukup jelas

Pasal 42

Cukup Jelas

Pasal 43

Cukup Jelas

Pasal 44Cukup Jelas

Pasal 45

Cukup Jelas

Pasal 46

Cukup Jelas

Pasal 47

Cukup Jelas

BAB IX

PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PENGAWASAN

Pasal 48

RUU DAN PENJELASAN BARU JAN 09-1.doc20 29

Cukup Jelas

40

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 43/46

Pasal 49

Cukup Jelas

Pasal 50

Cukup Jelas

Pasal 51

Cukup Jelas

Pasal 52

Cukup Jelas

Pasal 53

Cukup Jelas

Pasal 54

Cukup Jelas

Pasal 55

Cukup Jelas

Pasal 56

Cukup Jelas

Pasal 57

Cukup Jelas

BAB XKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 58

Cukup Jelas

Pasal 59

Cukup Jelas

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 60

Cukup Jelas

Pasal 61

Cukup Jelas

41

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 44/46

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.

Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam peningkatan derajat

kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan

 pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi

  pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan

hukum, bahkan cenderung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi keilmuan,

sikap rasional, etis dan profesional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif,

terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, Undang-

Undang ini memiliki tujuan, lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan

  bersama berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya),

keterwakilan yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan,

universal, keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesional (WHO, 2002).

Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan dengan praktik keperawatan. UU

 No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan. UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun

1960. UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi

dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana atau

tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam

menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu

kepada tenaga pendidikan rendah dapat diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan

 pekerjaannya tanpa pengawasan langsung. UU ini boleh dikatakan sudah usang karena hanya

mengkalasifikasikan tenaga kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana). UU

ini juga tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan pekerjaannya.

Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga sarjana keperawatan seperti sekarang

ini dan perawat ditempatkan pada posisi yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab

mandiri karena harus tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.

42

5/11/2018 Makalah Draft RUU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-draft-ruu 45/46

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka saran yang dapat kami berikan adalah sebagai

  berikut: .Indonesia memerlukan Undang-Undang yang mengatur segala hal tentang dunia

keperawatan. Apalagi akan dibukanya pasar bebas AFTA 2010 Diharapkan Menkes proaktif 

dengan DPR segera membahas RUU agar dapat segera disahkan menjadi Undang-Undang. Para

  perawat harus mempunyai izin dari suatu badan yang mempunyai kewenangan untuk 

memberikan izin praktek bagi perawat, sehingga bisa melindungi pasien.

43