Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

14
Makalah Kelompok Dinamika Populasi-B Pendugaan Populasi Ikan menggunakan Metode Model Petersen dan Schnabel Oleh: Ika Octavia Rizkita L211 11 008 Nurul Fathanah Amir L211 11 274 Rezki Tri Ahzani L211 11 004 Widya Angriani L211 11 254 Dian Pratiwi Muchtar L211 11 258

description

lamun

Transcript of Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

Page 1: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

Makalah KelompokDinamika Populasi-B

Pendugaan Populasi Ikan menggunakan Metode Model Petersen dan Schnabel

Oleh:

Ika Octavia Rizkita L211 11 008

Nurul Fathanah Amir L211 11 274

Rezki Tri Ahzani L211 11 004

Widya Angriani L211 11 254

Dian Pratiwi Muchtar L211 11 258

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin

Makassar

2014

Page 2: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-

teman atas semua kerjasamanya dalam pengamatan serta pihak yang telah

mendukung dalam penyelesaian.

Maklaah ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat untuk

melengkapi tugas tentang mata kuliah Dinamika Populasi pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin.

Sadar akan segala kekurangan yang ada, penulis sangat terbuka untuk

menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini yang

akan datang.

Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat diterima oleh

semua pihak terutama dosen yang bersangkutan.

Makassar, 30 Maret 2014

Penulis

Page 3: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

BAB I

PENDAHULUAN

Dasar Teori

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam

dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan

volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur

untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas

dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa

digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan

membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang

terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk

persentase.

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis

(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang

mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik walaupun

paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan

karakteristik individu dalam kelompok itu. Suatu populasi dapat juga ditafsirkan

sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai

suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus

pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi

setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif

terkecil populasi hewan atau tumbuhan.

Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang

tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar

populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran

besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti

dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan

isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan

ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa

persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu

biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk

Page 4: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

menerapkan kerapatan mutlak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap

telah cukup bila diketahui kerapatann nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan

mutlak ialah dengan cara :

1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti

berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung

makhluk tersebut semuanya.

2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi.

Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah

dengan cara menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud

(sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan

pelaksaan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk

atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau

beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu

pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya

perhitungan.

Metode yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan ini yakni Metode

Petersen-Schnabel.

Metode Lincoln-PetersonMetode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu populasi

hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang

mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek.

Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang

tertangkap. Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya

populasi (N) dengan rumus:  N=(M+1 )(C+1)

(R+1)

Sedangkan, Variasinya dengan rumus: V (N )=R(C−R)M ²C

Dengan:

C = Besarnya populasi total.

M = Jumlah ikan yang tertangkap pada penangkapan pertama.

R = Ikan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada

penangkapan kedua

Page 5: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

V = Variance

Metode Schnabel

Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincoln-Peterson (karena sample

relatif kecil), dapat digunakan schanabel. Metode ini selain membutuhkan asumsi

yang sama dengan Metode Linceln-Peterson, juga ditambahkan dengan asumsi

bahwa ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode

yang berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2

kali. Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi

tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan

rumus: N=∑(Ct Mt)∑Rt

Sedangkan, Variasinya dengan rumus : V= 1N

Ct = Jumlah total ikan yang tertangkap

Mt= Jumlah total ikan yang tertangkap dan diberi tanda pada periode pertama dan

selanjutnya

Rt = Jumlah total ikan yang tertangkap kembali yang telah bertanda pada periode

pertama

V = Variance

Page 6: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

BAB II

PROSEDUR KERJA

Alat dan Bahan :

1. ½ Kg Kacang Merah

2. Toples 1 buah

3. Mangkuk sedang 2 buah

4. Kertas bekas untuk penandaan ikan secukupnya

5. Penutup mata 1 buah

6. Bambu 4 bilahan

7. Meja ukuran 60cm x 90cm 1 buah

8. Alat Tulis 1 buah

9. Buku Catatan 1 buah

Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum pendugaan

populasi ikan ini.

2. Pembagian tugas untuk mencatat, mengocok/mecampurkan kacang merah,

dan menangkap kacang merah dengan mata tertutup.

3. Sebar kacang merah yang telah dikocok sebelumnya didalam toples

kemudian ditabur diatas meja yang pinggirannya telah diberi bilahan

bambu agar kacang tidak terjatuh/keluar dari lokasi.

4. Kemudian yang bertugas untuk penangkapan meletakkan mangkuk yang

dipegangnya ditempat yang dia inginkan namun masih dalam lingkup

lokasi sebaran kacang.

5. Ambil kacang merah yang telah terperangkap dalam mangkuk tersebut dan

simpan dalam mangkuk lainnya untuk dihitung jumlah totalnya (C) dan

yang akan diberi tanda dengan membungkusnya dengan kertas bekas

sesuai ukuran kacang agar terlihat berbeda dengan yang tidak diberi tanda

namun tidak seluruhnya (M)

6. Catat hasil yang didapatkan.

Page 7: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

7. Lalu, masukkan kembali kedalam toples berisi dengan kacang yang tak

tertangkap sebelumnya.

8. Ulangi terus-menerus muali point 5-7 dengan ulangan 20 kali.

Page 8: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Pendugaan Populasi Ikan

Ulangan C M R N

0 49 20 - -

1 57 25 2 502.66

2 56 10 5 -

3 31 5 2 -

4 50 12 2 -

5 48 14 2 -

∑ 185 41 11 689.54

6 38 8 7 -

7 22 10 5 -

8 35 6 2 -

9 39 5 3 -

10 33 8 2 -

∑ 167 37 19 352.21

11 76 16 6 -

12 43 12 8 -

13 34 7 3 -

14 28 3 7 -

15 28 9 4 -

∑ 209 47 28 350.82

16 16 4 5 -

17 44 10 5 -

18 64 2 9 -

19 16 3 3 -

20 67 35 6 -

∑ 207 54 28 399.21

Keterangan :

Page 9: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

: Rumus Metode Lincoln-Petersen

: Rumus Metode Schanabel

Cara Kerja :

Metode Lincoln-Petersen

N=(M+1 ) (C+1 )

(R+1 )

¿(25+1 ) (57+1 )

(2+1 )=

(26 ) (58 )(3 )

=502.66

V (N )= R (C−R )M 2C

=2 (57−2 )(25 )2 ·57

= 11035625

=0.0031

Metode Schnabel

(Ulangan ke-5)

N=∑ (Ct Mt)∑Rt

=(185 ·41)

11=689.54

V= 1N

= 1(689.54 )

=0.0015

(Ulangan ke-10)

N=∑ (Ct Mt)∑Rt

=(167 ·37)

19=352.21

V= 1N

= 1(352.21 )

=0.0028

(Ulangan ke-15)

N=∑ (Ct Mt)∑Rt

=(209 ·47)

28=350.82

V= 1N

= 1(350.82 )

=0.0029

(Ulangan ke-20)

N=∑ (Ct Mt)∑Rt

=(207 ·54)

28=399.21

V= 1N

= 1(399.21 )

=0.0025

Page 10: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

Dari hasil praktek yang didapatkan diatas bahwa pendugaan populasi ikan

dengan Metode Lincoln-Petersen mendapatkan hasil nilai total besarnya populasi

pendugaan ikan sebesar 502.66 dan Variance 0.0031. Sedangkan pada Metode

Schanabel untuk Ulangan Ke-5 mendapatkan hasil nilai total besarnya populasi

pendugaan ikan sebesar 352.21 dan Variance 0.0028, untuk Ulangan ke-10

mendapatkan hasil nilai total besarnya populasi pendugaan ikan sebesar 350.82

dan Variance 0.0029, dan untuk Ulangan ke-20 mendapatkan hasil nilai total

besarnya populasi pendugaan ikan sebesar 399.21 dan Variance 0.0025. Dengan

demikian variasinya tidak terlalu jauh atau sempit.

Page 11: Makalah Dipol Metode Petersen Dan Schnabel

BAB IV

KESIMPULAN

1. Pendugaan populasi ikan menggunakan Kacang Merah dengan Metode

Lincoln-Petersen dan Schanabel.

2. Hasil Variance yang didapatkan tidak berbeda jauh/sempit.

3. Penggunaan Metode Schnabel memang lebih akurat dikarenakan hasil

variance yang didapatkan tidak jauh beda dengan ulangan ke-5,10,15, dan

20.