IDENTIFIKASI RESAPAN AIR TANAH DI KAWASAN UTARA …lib.unnes.ac.id/26742/1/4211412040.pdf ·...
Transcript of IDENTIFIKASI RESAPAN AIR TANAH DI KAWASAN UTARA …lib.unnes.ac.id/26742/1/4211412040.pdf ·...
i
IDENTIFIKASI RESAPAN AIR TANAH DI
KAWASAN UTARA PEGUNUNGAN KENDENG
DAERAH SUKOLILO KABUPATEN PATI DENGAN
METODE GEOLISTRIK
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Sarjana Sains Program Studi Fisika
oleh
Junaedi Harmiansyah
4211412040
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
iv
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah: 6).
Manisnya kehidupan ketika kita mampu menyelesaikan masalah dengan
syariat Allah S.W.T.
Pengalaman dan masalah membuat kita semakin kuat, serta sebagai bekal
untuk melangkah ke masa depan.
Bekal terbaik dalam mengarungi kehidupan adalah dengan ilmu.
Ilmu sebagai penerang dalam kegelapan.
PERSEMBAHAN
Untuk ayah, ibu, guru-guru, adik, teman-teman, dan segenap peneliti yang
bergerak dibidang yang sama.
v
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohiim ...
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kenikmatan yang sungguh sangat luar biasa dalam hidup ini, salah satunya dapat
menjadi seorang mahasiswa dan mampu menyelesaikan tugas akhir berupa
skripsi. Sekripsi ini disusun guna memenuhi kewajiban setelah melaksanakan
perkuliahan selama menjadi mahasiswa di Universitas Negeri Semarang. Skripsi
ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik, berkat bantuan berbagai pihak,
maka penulis megucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak, Ibu, dan Adik yang telah memberikan doa, dukungan moril,
dan finansial kepada penulis.
2. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan studinya.
3. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam atas izin
yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
4. Ketua Jurusan Fisika yang telah memberi dukungan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Dr. Kumaedi, M.Si selaku dosen pembimbing pertama yang
memberikan arahan, dan dukungan kepada penulis.
6. Dr. Agus Yulianto, M.Si selaku dosen pembimbing kedua yang
memberikan arahan, dan dukungan kepada penulis.
vi
7. Teman-teman yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian
yaitu Purwaditya Nugraha, Rizal Suria Hutomo, Fajar Sukmaya, dan
Muhammad Khoirul Fatahilah.
8. Seluruh teman-teman seperjuangan Fisika UNNES angkatan 2012,
yang telah memberi dukungan dan nasehatnya.
Demikian ucapan terimakasih sebesar-besarnya dari penulis, semoga sekripsi
ini dapat memberi kebermanfaatan bagi semua pihak terutama yang bergerak
dibidang yang sama. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya bila ada penulisan
yang kurang berkenan didalam hati pembaca..
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 4 Agustus 2016
Junaedi Harmiansyah
vii
ABSTRAK
Harmiansyah, J. 2016. Identifikasi Resapan Air Tanah di Kawasan Utara
Pegunungan Kendeng Daerah Sukolilo Kabupaten Pati dengan Metode
Geolistrik. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Pertama Dr. Khumaedi, M.Si.
dan Pembimbing Kedua Dr. Agus Yulianto, M.Si.
Kata kunci: Geolistrik, Karst, Resapan Air Tanah, Pegunungan Kendeng.
Kajian struktur bawah permukaan sangat diperlukan untuk konservasi air bawah
tanah melalui identifikasi kawasan resapan air tanah di sekitar gua Bandung
kawasan utara pegunungan Kendeng daerah Sukolilo Kabupaten Pati. Penelitian
ini bertujuan mengidentifiksasi resapan air tanah disekitar gua Bandung
berdasarkan struktur bawah permukaan. Proses akuisisi menggunakan metode
geolistrik multichanel 16 elektroda dengan konfigurasi dipol-dipol sebanyak tiga
tempat, masing-masing tempat terdiri dari lintasan A, B, C sepanjang 150 meter
dan pengolahan inversi menggunakan RES2DINV serta Surver 11 untuk
memodelkan penampang 2D dan sayatan vertikal. Berdasarkan hasil pengolahan
data penelitian diperoleh nilai resistivitas batuan dasar lebih dari 1000 Ωm berupa
batuan gamping fresh. Batuan dasar yang mengalami discontinuation
mengakibatkan terbentuknya rekahan. Rekahan tersebut sebagai jalur masuk
aliran air tanah menjadi air bawah tanah, yang ditandai dengan nilai resistivitas
kurang dari 200 Ωm sebagai formasi aluvium mengisi discontinuation lapisan
batuan dasar. Resapan air tanah di sekitar gua Bandung berasal dari rekahan yang
terbentuk akibat pelapukan batuan dasar teridentifikasi di tempat pertama, kedua,
dan ketiga, dengan struktur bawah permukaan tersusun oleh batuan aluvium,
gamping terkarstifikasi, dan batuan gamping fresh.
viii
ABSTRACT
Harmiansyah, J. 2016. Identification of Groundwater Infiltration in the Northern
Region of Kendeng Mountains Sukolilo Pati Regency Using Geoelectrical
Method. Final Project, Physics Department Mathematic and Natural Science
Faculty Semarang State University. First Advisor Dr. Khumaedi, M.Si. and
Second Advisor Dr. Agus Yulianto, M.Si.
Keywords: Geoelectrical, Karst, Groundwater Infiltration, Kendeng Mountains.
The study of subsurface structures are indispensable for the conservation of the
underground water through the identification of infiltration area around the
Bandung Cave in the northern region of Kendeng Mountains, Sukolilo, Pati
Regency.The aim of this research is to indetify the groundwater infiltration around
the Bandung Cave based on the underground structure. The method using is
Geoelectrical multichannel 16 electrodes by dipol-dipol configuration as much as
three spots in each of the spot consist of line A, B, C with 150 meters in length,
and the inversion process using RES2DINV and Surver 11 to modelling the 2D
section and vertical slice. Based on the results of teh research data processing,
bedrock resistivity value of more than 1000 Ωm from of fresh limestone rocks.
Bedrock experiencing discontinuation resulted in the formation of the fractures.
The fractures as entrance the groundwater flow into the underground water, which
is indicated by resistivity value of less than 200 Ωm as the formation of alluvium
fill discontinuation layer of the bedrock. The groundwater infiltration around the
Bandung cave comes from fractures formed by the weathering of the bedrock
identified in the firs spot, second spot, and third spot, with subsurface structures is
composed by rocks of alluvium, limestone terkarstifikasi and fresh limestone
rocks.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN .................................................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................ v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 4
1.2. Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4. Manfaat ..................................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6
2.1. Karst ........................................................................................................ 6
2.2. Resapan Air Tanah .................................................................................... 8
x
2.3. Geologi Regional .................................................................................... 10
2.4. Kelistrikan Batuan .................................................................................. 12
2.5. Aliran Listik Dalam Bumi ..................................................................... 14
2.6. Metode Geolistrik .................................................................................. 15
2.6. Konfigurasi Dipoel-Dipole .................................................................... 18
2.6. Program Komputer RES2DINV ............................................................. 22
3. METODE PENELITIAN ............................................................................... 23
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 23
3.2. Alat Penelitian ....................................................................................... 23
3.3. Proses Akuisisi ...................................................................................... 24
3.4. Proses Pengolahan Data ......................................................................... 25
3.5. Desain Survey ......................................................................................... 26
3.6. Diagram Alir Pengambilan Data di Lapangan ....................................... 27
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 28
4.1. Inversi Dua Dimensi ............................................................................... 28
4.1.1. Hasil Pemodelan Inversi Dua Dimensi Tempat Pertama ............ 30
4.1.2. Hasil Pemodelan Inversi Dua Dimensi Tempat Kedua ............... 31
4.1.3. Hasil Pemodelan Inversi Dua Dimensi Tempat Ketiga ............... 33
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 35
4.2.1. Pembahasan Hasil Inversi Dua Dimensi Tempat Pertama .......... 35
4.2.2. Pembahasan Hasil Inversi Dua Dimensi Tempat Kedua ............. 38
4.2.3. Pembahasan Hasil Inversi Dua Dimensi Tempat Ketiga ............. 43
5. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 47
xi
5.1. SIMPULAN ........................................................................................... 47
5.2. SARAN .................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 48
LAMPIRAN ...................................................................................................... 52
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Nilai resistivitas batuan ................................................................................ 13
4.1. Skala baca warna pengolahan RES2DINV .................................................. 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Aliran air tanah sistem akuifer karst mengalir pada jaringan rekahan ......... 10
2.2. Geologi Lembar Kudus ................................................................................ 11
2.3. Medium homogen isotropis yang dialiri arus listrik .................................... 14
2.4. Silinder konduktor ........................................................................................ 16
2.5. Konfigurasi empat elektroda untuk menentukan resistivitas ....................... 17
2.6. Susunan elektroda konfigurasi Dipole-Dipole ............................................. 19
2.7.Konfigurasi Dipole-Dipole, dengan cakupan garis medan listrik dan hasil
equipotensial dipermukaan ............................................................................. 20
3.1.Desain survey tempat pengukuran metode geolistrik di tempat penelitian
pada google map. ............................................................................................ 26
3.2. Diagram alir proses pengambilan data di lapangan. .................................... 27
4.1.Rentang nilai resistivitas keadaan batuan dan tanah ..................................... 28
4.2.Inversi modelling RES2DINV tempat pertama lintasan A, B, dan C ........... 30
4.3.Inversi modelling RES2DINV tempat kedua lintasan A, B, dan C .............. 31
4.4.Inversi modelling RES2DINV tempat ketiga lintasan A, B, dan C .............. 33
4.5. Singkapan batuan gamping di permukaan yang mengalami pelapukan
tinggi pada jarak 0 meter sampai 60 meter hasil penampang 2D resistivitas
lintasan A tempat pertama .............................................................................. 36
4.6.Sayatan vertikal tempat pertama ketinggian 200 dpl, kemiringan 200
dari
utara arah mata angin ..................................................................................... 37
xiv
4.7.Singkapan batuan gamping dipermukaan sebagai batuan dasar ................... 39
4.8.Sayatan vertikal tempat kedua ketinggian 185 dpl, kemiringan 200
dari
utara arah mata angin ..................................................................................... 41
4.9. Sayatan vertikal tempat ketiga ketinggian 170 dpl, kemiringan 200
dari
utara arah mata angin ..................................................................................... 45
4.10.Gambaran vegetasi pohon jati dan tumbuhan merambat ditempat ketiga
lintasan C ........................................................................................................ 46
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi .............................. 52
2. Surat izin penelitian........................................................................................ 53
3. Dokumentasi pengambilan data ditempat penelitian ...................................... 55
4. Data penelitian ................................................................................................ 56
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Pati adalah salah satu kabupaten yang berada di Propinsi
Jawa Tengah dengan luas wilayah 149.199 Ha. Secara geografis wilayah
Kabupaten Pati berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan laut Jawa di
sebelah utara, Kabupaten Kudus dan Kabuapaten Jepara di sebelah barat, laut
Jawa dan Kabupten Rembang di sebelah timur, serta Kabupaten Blora dan
Kabupaten Grobongan di sebelah selatan. Secara astronomis wilayah
Kabupaten Pati terletak di antara 6°25’-7°00’ Lintang Selatan 110°50’–
111°15’ Bujur Timur. Kabupaten Pati memiliki hamparan wilayah yang
sangat luas dengan keindahan bentang alamnya. Salah satu bentang alam
yang sangat indah di Kabupten Pati adalah pegunungan Kendeng kawasan
utara.
Pegunungan Kendeng kawasan utara yang berada di sebelah selatan
wilayah Kabupaten Pati, mencakup wilayah Kecamatan Sukolilo, Kayen,
Tambakromo dan Winong, merupakan pegunungan batu gamping yang
terbentang dari barat sampai timur wilayah Kabupaten Pati Jawa Tengah
hingga Kabupaten Tuban Jawa Timur. Secara geologi pegunungan Kendeng
kawasan utara merupakan pegunungan batu gamping yang masuk ke dalam
kawasan Northeast Java Basin. Northeast Java Basin dibentuk oleh
2
formasi Kujung, formasi Prupuh, formasi Tuban, formasi Bulu dan
formasi Paciran yang dicirikan oleh litologi yang bersifat gampingan
dan hadir sebagai reservoir yang baik selain formasi Ngrayong yang
bersifat silisiklastik (Premonowati, 2010).
Pegunungan Kendeng kawasan utara termasuk ke dalam kawasan
karst yang ditetapkan sebagai kawasan lindung pada Peraturan Gubernur
Jawa Tengah Nomor 128 Tahun 2008, kawasan karst adalah kawasan yang
memiliki relief dan drainase yang khas yang terbentuk dari batuan yang
memiliki derajat pelarutan yang intensif, berupa batuan gamping
(Purnaweni, 2014: 56-59), yang terkarstifikasi. Hasil penelitian Haryono
sebagaimana yang dikutip oleh Wuspada (2012: 3) menyatakan bahwa:
“batuan gamping dan juga dolomit yang belum terkarstifikasi mempunyai
kisaran nilai porositas yang sangat kecil maksimal 10% dan batuan
gamping dan dolomit telah terkarstifikasi akan mempunyai nilai porositas
yang tinggi mencapai 50%”.
Kawasan karst mempunyai potensi penyimpan air tanah sangat
besar (Sukandarrumidi & Fivry, 2014), sebagaimana yang disebutkan dalam
hasil penelitian Wacana et al., (2014: 46) menyatakan bahwa: “kawasan karst
utara memiliki peran sangat penting dalam imbuhan air tanah terbesar di
kawasan cekungan air tanah Watuputih Kabupaten Rembang”. Sehingga
kawasan karst utara sebagai kawasan resapan air tanah yang sangat
dibutuhkan, baik untuk kawasan karst itu sendiri maupun untuk kawasan di
sekitarnya, dengan pola hidrologi bawah tanah khas yang mengalir sepanjang
3
tahun, disebabkan oleh resapan air tanah dalam menentukan besarnya aliran
dasar sungai dimusim kemarau (Wibowo, 2006: 3), hal ini ditunjukan dengan
mengalirnya sungai-sungai bawah tanah dengan lorong gua sebagai
koridornya (Wacana et al., 2014: 45).
Salah satu gua bawah tanah di pegunungan Kendeng kawasan utara
yang mengalir sungai bawah tanah sepanjang tahun adalah gua Bandung yang
tepatnya berada di wilayah Desa Kedungwinong Kecamatan Sukolilo
Kabupaten Pati. Gua Bandung merupakan salah satu gua yang memiliki
aliran sungai bawah tanah yang mengalir sepanjang tahun dengan lorong gua
sebagai koridornya. Aliran sungai bawah tanah gua Bandung disebabkan oleh
resapan air tanah disekitar wilayah gua tersebut. Berdasarkan gambaran
tersebut maka perlunya penelitian tentang identifikasi bawah permukaan
wilayah sekitar gua Bandung di pegunungan Kendeng kawasan utara, untuk
menentukan kawasan resapan air tanah, sabagai langkah untuk menjaga
lingkungan di kawasan tersebut yang memiliki hidrologi bawah tanah.
Salah satu metode geofisika yang sangat efektif untuk mengetahui
bawah permukaan kawasan resapan air tanah adalah geolistrik. Geolistrik
bekerja melalui nilai resistivitas yang didapatkan pada formasi batuan sesuai
dengan sifat material batuan tersebut, yang dipengaruhi oleh kadar air dan
kualitas matriks penyusun batuan tersebut (Mohamaden et al., 2009: 94).
Metode ini pada dasarnya adalah pengukuran harga resistivitas batuan (Yaqin
& Supriyadi, 2014: 41). Berdasarkan permasalah yang telah dipaparkan
tersebut, maka perlu adanya suatu penelitian untuk identifikasi kawasan
4
resapan air tanah di pegunungan Kendeng Utara daerah Sukolilo kabupaten
Pati dengan metode geolistrik, sebagai langkah awal konservasi air tanah di
wilayah penelitian, yang disebabkan oleh resapan air tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan
suatu permasalahan, bagaimana identifikasi resapan air tanah berdasarkan
struktur bawah permukaan di sekitar gua Bandung kawasan utara pegunungan
Kendeng Sukolilo Kabupaten Pati.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami penelitian ini
maka perlu ada batasan-batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode geolistrik
konfigurasi Dipole-Dipole.
2. Lokasi penelitian di pegunungan Kendeng bagian utara, sekitar wilayah
gua Bandung Desa Kedungwinong Sukolilo Kabupaten Pati.
1.4 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk identifiksasi resapan air tanah
berdasarkan struktur bawah permukaan di sekitar gua Bandung kawasan utara
pegunungan Kendeng daerah Sukolilo Kabupaten Pati.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian identifikasi
resapan air tanah di sekitar gua Bandung kawasan pegunungan Kendeng
5
bagian utara daerah Sukolilo Kabupaten Pati adalah sebagai berikut:
1. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi, hasil penelitian ini dapat
dijadikan rujukan dalam penelitian kedepan, di pegunungan Kendeng
bagian utara dengan metode geolistrik.
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam pembuatan kebijakan tentang kawasan lindung resapan air
tanah di sekitar gua Bandung pegunungan Kendeng bagian utara daerah
Sukolilo Kabupaten Pati Desa Kedungwinong.
3. Bagi warga sekitar tempat penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi betapa pentingnya kawasan resapan air tanah
dalam menentukan aliran sungai bawah tanah di saat musim kemarau.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karst
Pada hasil penelitian Darsoprajitno sebagaimana dikutip oleh
Maulana (2011) menjelaskan bahwa: “batu gamping yaitu batuan endapan
yang terbentuk didasar lautan dan disusun oleh berbagai cangkang binatang
laut dalam kurun waktu jutaan tahun”. Melalui tenaga endogen, batu gamping
terangkat ke permukaan dan membentuk daratan baru dengan penyusun
batuanya adalah batuan karbonat. Kemudian seiring berjalanya waktu batuan
karbonat mengalami reaksi dengan air hujan yang bersifat asam
mengakibatkan batuan tersebut mengalami pembentukan rongga berbagai
bentuk yang menyebabkan nilai porositas batuan karbonat tinggi dan
membentuk daratan baru biasa disebut karst. Karst merupakan istilah yang
diadaptasi dari Bahasa Slovenia yang berarti lahan gersang berbatu (Karunia
et al., 2012: 94).
Proses karstifikasi sering terjadi pada batuan karbonat. Pelarutan batu
karbonat diawali oleh larutnya CO2 di dalam air membentuk H2CO3,
kemudian H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H- dan H2CO3
2-, ion H
- inilah
yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+
dan HCO32-
(Maulana,
2011). Kawasan karst tidak sepenuhnya terbentuk pada batuan karbonat,
tetapi juga terbentuk di batuan lain yang mudah larut dan mempunyai
7
porositas sekunder. Tidak semua batuan memiliki sifat batuan karst, namun
hanya batuan yang telah mengalami proses karstifikasi. Menurut hasil
penelitian Haryono yang dikutip oleh Wuspada (2012) menyatakan bahwa:
“batuan gamping dan juga dolomit yang belum terkarstifikasi
mempunyai kisaran nilai porositas yang sangat kecil maksimal 10% dan
batuan gamping telah terkarstifikasi akan mempunyai nilai porositas yang
tinggi mencapai 50%”. Peningkatan nilai porositas akibat proses karstifikasi
pada batuan menjadikan kawasan karst sebagai kawasan resapan air tanah
yang sangat baik, dikontrol oleh geologi karst dan tingkat intensitas curah
hujan di kawasan karst tersebut.
Hasil penelitian Brahmantyo & Deny yang dikutip Puradimaja (2006),
menyatakan bahwa: “air hujan yang meresap melalui retakan dipermukaan
akan mengalir melalui retakan-retakan hingga mencapai ketinggian 200
meter dan kemudian terakumulasi pada level elevasi antara 100-200 meter,
untuk kemudian secara bertingkat-tingkat dengan kontrol kekar dan bidang
perlapisan, keluar sebagai mata air karst atau resurgence pada level lebih
bawah, atau ketika berakhir pada kontak dengan batuan dasar impermeabel di
bawahnya”.
Sistem dreinase kawasan karst sangat unik karena didominasi oleh
dreinase bawah permukaan akibat resapan air tanah pada batuan karbonat
yang berakhir pada kontak batuan dasar yang impermeabel, akibatnya banyak
gua-gua bawah tanah yang mempunyai aliran sungai bawah tanah. Potensi air
permukaan karst dilihat dari segi kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh
8
musim, pada musim kemarau debit airnya kecil, sedangkan pada musim
penghujan debit airnya besar (Rizal, 2009). Pasokan air di kawasan karst
daerah tropis umumnya diakibatkan curah hujan yang tinggi (Said, 2010).
Kawasan karst sangat terpengaruh dengan curah hujan sebagai
pasokan resapan air tanah dalam pembentukan akuifer air tanah dan drainase
sistem sungai bawah tanah yang mengalir sepanjang tahun. Kawasan karst
sebagai kawasan resapan air tanah berfungsi sebagai cadangan air tanah
dimusim kemarau dalam memenuhi kebutuan air bersih untuk kawasan karst
setempat, yang terterlihat melalui sungai-sungai bawah tanah yang mengalir
sepanjang tahun.
2.2 Resapan Air Tanah
Resapan air tanah adalah masuknya air dari permukaan tanah melalui
proses filtering pada batuan yang memiliki nilai porositas tinggi dengan nilai
permeabilitas tinggi menuju lapisan batuan yang memiliki nilai porositas
rendah dengan nilai permeabilitas rendah atau lapisan yang kedap air,
sehingga menyebabkan imbuhan pada hidrologi air tanah. Daerah resapan air
adalah daerah tempat meresapnya air hujan ke dalam tanah yang selanjutnya
menjadi air tanah (Wibowo, 2003: 9). Kawasan resapan air tanah sangat
berpengaruah dengan potensi air tanah disuatu tempat. Menurut Mohamaden
et al. (2009: 104) resapan air tanah menentukan imbuhan air tanah pada
lapisan akuifer.
Daerah resapan air tanah sangat berpengaruh dalam menentukan
potensi air tanah, yang merupakan salah satu sumber daya alam yang
9
dapat diperbaharui, namun diperlukan waktu yang relatif lama untuk
pengisian kembali, hal itu bergantung pada kondisi permukaan, litologi,
topografi, dan kedalaman muka air tanah (Wahyuningrum et al., 2013).
Kawasan resapan air tanah sangat ditentukan oleh kondisi geologi dan
topografi di kawasan tersebut. Secara geologi daerah resapan air tanah
memiliki kondisi geologi, tersusun atas batuan yang memiliki nilai porositas
tinggi seperti batuan gamping tersusun atas batuan karbonat.
Secara topografi daerah resapan air umumnya bertopografi tinggi
dengan kemiringan lahan relatif besar karena tinggi muka air tanah relatif
dalam akibat drainase ke bawah, sedangkan daerah rendah muka air tanah
menjadi dangkal dan pelepasan air tanah menjadi dominan (Wibowo, 2006:
3). Air tanah yang berasal dari resapan air hujan secara umum berlangsung di
daerah perbukitan atau pegunungan yang kemudian akan mengalir ke daerah
topografi rendah (Padmawidjaja, 2010), akibatnya resapan air tanah akan
membentuk sumber mata air tanah yang dapat dimanfaatkan dimusim
kemarau.
Kawasan resapan air tanah sangat dipengaruhi oleh litologi batuan
yang memiliki nilai porositas besar, salah satunya adalah kawasan karst.
Kawasan karst yang disusun oleh batuan gamping yang mengalami
karstivikasi dengan nilai porositas 50% mengakibatkan kawasan karst
menjadi salah satu kawasan resapan air tanah dalam menjaga hidrologi di
kawasan karst itu sendiri maupun untuk kawasan disekitarnya.
10
Litologi batuan dan topografi sangat berpengaruh dalam pembentukan
air tanah seprti yang ditunjukan gambar 2.1 pada hidrologi kawasan karst di
bawah ini.
Gambar 2.1. Aliran air tanah sistem akuifer karst mengalir pada jaringan
rekahan (Puradimaja, 2006).
2.3 Geologi Regional
Kawasan karst Utara Jawa atau biasa disebut pegunungan Kendeng
Utara merupakan pegunungan gamping yang masuk didalam kawasan
Northeast Java Basin. Secara geologi Northeast Java Basin dibentuk oleh
formasi Kujung, formasi Prupuh, formasi Tuban, formasi Bulu dan
formasi Paciran yang dicirikan oleh litologi yang bersifat gampingan dan
hadir sebagai reservoir yang baik selain formasi Ngrayong yang bersifat
silisiklastik (Premonowati, 2010). Pada daerah penelitian yang akan dilakukan
yaitu berada di desa Kedungwinong RT 007 RW 04 Sukolilo Kabupaten Pati,
11
berada di kawasan pegunungan Kendeng Utara. Geologi regional daerah
penelitian masuk dalam geologi lembar kudus pada formasi Bulu yang
berumur pada miosen akhir seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2 yang
terdiri dari batu gamping bersisipan batu gamping pasiran dan batu gamping
lempungan.
Gambar 2.2. Geologi Lembar Kudus (Suwarti & Wikarno, 1992).
Pada peta geologi lembar Kudus daerah penelitian berada di formasi
Bulu yang ditunjukan oleh warna hijau, ketebalan formasi bulu menurut
Harsono yang dikutip oleh Wacana et al. (2014) menyatakan bahwa:
12
“mencapai ketebalan hingga 360 meter dari permukaan tanah yang berada
pada umur miosen akhir yang termasuk batuan sedimen dengan batu gamping
dijumpai banyak foraminifera yang berukuran besar dari spesies Cycloclypeus
(Katacycloclypeus) annulatus berasosiasi dengan fragmen koral dan alga serta
foramnifera kecil”.
2.4 Kelistrikan Batuan
Kelistrikan batuan adalah salah satu cara untuk mengetahui bawah
permukaan. Kelistrikan dalam batuan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu
konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolit, dan konduksi secara
dielektrik, besarnya dipengaruhi oleh porositas batuan dan juga dipengaruhi
oleh jumlah air yang terperangkap dalam pori-pori batuan (Telford et al.,
1990).
1. Konduksi secara elektronik.
Konduksi secara elektronik adalah aliran listrik batuan yang di
sebabkan oleh elektron bebas pada batuan dengan rapat masa yang besar
pada batuan tersebut.
2. Konduksi secara elektrolit.
Konduksi secara elektrolit adalah konduksi aliran listrik yang
melewati cairan elektrolit pada pori-pori batuan. Sifat material batuan
tersebut, yang dipengaruhi oleh kadar air dan kualitas matriks penyusun
batuan tersebuat (Mohamaden et al., 2009: 94).
3. Konduksi secara dielektrik.
Konduksi secara dielektrik adalah kelistrikan batuan yang
13
diakibatkan oleh rongga atau pori-pori batuan yang bersifat dielektrik.
Berdasarkan sifat kelistrikan suatu batuan dilihat dari nilai resistivitasnya
dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Konduktor baik :810
Ωm < < 1 Ωm
2. Konduktor pertengahan :1 Ωm < <107 Ωm
3. Isolator : >107Ωm
Tabel 2.1. Nilai Resistivitas Batuan (Telford et al., 1990)
Bahan Resistivitas (Ωm)
Udara (dimuka bumi)
Air
Distilasi
Permukaan
Tambang
Laut
Tembaga
Murni
Bijih
Mineral
Kalsit
Galena
Magnetit
Pirit
Kwarsa
Batu garam
Belerang
Batuan
Granit
Gabro
Gneis
Batugamping
Batupasir
Serpih
2 x 104
– 5 x 105
2x105
30 s/d 3x103
0.4 s/d 6x102
0.21
1.7 x 10-8
0.001
5.5 x1013
1x10 -5
– 2.5x10-3
8 x 10-5
– 0.005
2x10-5
s/d 9x10-2
4 x1010
102- 10
5
1012
- 1015
3x102 s/d 3x10
6
103 - 10
6
6.8 x 104 – 10
6
50 s/d 107
1 s/d 103
20 s/d 2x103
Konglomerat 2x103
- 104
Alluvium dan pasir 10 – 800
Tufa 20 – 200
Lempung 3 – 20
Tanah 1 s/d 104
14
2.5 Aliran Listrik Dalam Bumi
Aliran listrik dalam bumi bila ditinjau sebagai medium homogen
isotropis, yang dialiri arus listrik searah (I) dengan medan listrik (E) sehingga
menyebabkan (δI) yang melalui medium dengan luas (δA) mengakibatkan
kerapatan arus ( Ј ) menjadi:
δI = Ј . δA (1.1)
Ј = . E (1.2)
Bila tidak adanya arus yang melewati suatu medium maka menjadi:
Ј .
= (1.3)
Menurut persamaan Gauss.
Ј .
= Ј .
= (1.4)
Gambaran medium homogen isotropis yang dialiri arus listrik yang
ditunjukan pada gamabar 2.3 seperti dibawah ini:
δA
Ј
V S
Gambar 2.3. Medium homogen isotropis yang dialiri arus listrik.
Sehingga persamaan menjadi:
. Ј = - . = 0 , hukum kekekalan muatan
Karena konduktivitas listrik medium ( ) bernilai konstan sehingga diperoleh
bentuk persamaan Laplace untuk potensial yaitu:
15
= (1.5)
Pada kordinat bola persamaan Laplace menjadi:
= (1.6)
Dengan menganggap bahwa medium bersifat homogen isotropis maka bumi
mempunyai simetri bola, sehingga persamaan (1.6) dapat ditulis sebagai
berikut:
= (1.7)
Sehingga solusi secara umum dari persamaan Laplace untuk medium
homogen isotropis adalah sebagaai berikut:
V (r) = A0 +
(1.8)
Dengan A0 dan B0 adalah konstanta, maka nilai untuk ke dua konstanta
ditentukan syarat batas untuk potensial yaitu pada jarak r = , maka potensial
V0 ditempat itu adalah 0, sehingga diperoleh A0 = 0 membuat persamaan (1.8)
menjadi:
V0 (r) =
2.6 Metode Geolistrik
Metode Geolistrik adalah metode geolistrik yang mempelajari sifat
kelistrikan batuan yang berada di dalam bumi. Metode Geolistrik dibedakan
menjadi mapping dan sounding. Metode resistivitas sounding digunakan untuk
mengetahui nilai resistivitas lapisan bumi secara vertikal. Sedangkan metode
resistivitas mapping digunakan untuk mengetahui nilai resistivits secara
16
lateral. Metode ini menggunakan prinsip fisika yaitu hukum Ohm dengan
menganggap bumi sebagai sebuah hambatan (resistor), dengan persamaan
sebagai berikut:
V= R I (1.9)
Sebagaimana:
V = Tegangan (volt)
R = Hambatan (ohm)
I = Arus (amper)
Perumpamaan batuan yang berbentuk silinder pada gambar 2.4
dengan panjang (L), luas penampang (A), dan hambatan (R), sehingga dapat
ditulis sebagai berikut:
R = ρ
(1.10)
Gambar 2.4. Silinder konduktor (Lowrie, 2007: 254)
17
Dari persamaan (1.9) disubtitusikan ke dalam persamaan (1.10) maka
didapatkan persamaan nilai resistivitas sebagai berikut:
= ρ
(1.11)
Nilai resistivitas yang dipengaruhi oleh luas batang silinder (A) dan
panjang silinder (L), akan berbanding lurus nilai resistivitasnya seiring dengan
penambahan nilai A dan L. Pada persamaan medan listrik (1.12) dan rapat arus
(1.13) digunakan untuk menentukan potensial listrik sebagai berikut:
E = -
=
(1.12)
Ј =
(1.13)
Sehingga didapatkan persamaan medan listrik kombinasi antara nilai
resistivitas dengan rapat arus dengan mensubtitusikan persamaan (1.12) dan
(1.13) ke persamaan (1.11) sebagai berikut:
E = ρ Ј (1.14)
Gambar 2.5. Konfigurasi empat elektroda untuk menentukan resistivitas
(Lowrie, 2007: 261).
Elektroda A dan B digunakan sebagai sumber arus yang diinjeksikan
ke dalam bumi dan penangkap arus dari dalam bumi. Serta elektroda M dan N
18
digunakan untuk mendeteksi potensial listrik yang melewati bahan dari
sumber elektroda arus (AB) seperti pada gambar 2.5 sehingga dihasilkan
persamaan sebagai berikut:
A = +
(1.15)
B = -
(1.16)
Kombinasi persamaan (1.15) dan (1.16) dihasilkan potensial M dan potensial
N sebagi berikut:
UM =
(
-
) dan UN =
(
-
) (1.17)
Setelah dihasilkan persamaan (1.17) maka dapat diketahui V total
sebagai berikut.
V =
(
-
) - (
-
) (1.18)
Sehingga dihasilkan persamaan umum untuk mencari V total pada
konfigurasi empat buah elektroda, yang dapat ditulis seperti pada persamaan
(1.19) dalam mencari nilai resistivitas suatu bahan dengan menggunakan
konfigurasi empat buah elektroda sebagai berikut:
ρ =
(
-
) - (
-
)-1 (1.19)
2.7 Konfigurasi Dipole-Dipole
Meteode Geolistrik mapping dengan menggunakan konfigurasi
Dipole-Dipole digunakan untuk mengetahui nilai resistivitas bawah
permukaan lebih dalam dibandingkan konfigurasi Schlumberger dan Wenner.
Menurut hasil penelitian Okpoli (2013) menyatakan konfigurasi Dipole-
19
Dipole memiliki efek resolusi anomali lebih tinggi dan rendahnya sinal nois
yang dihasilkan dibandingkan konfigurasi Wenner-beta,Wenner, dan Gamma
Arrays. Penelitian Silva & Filho (2012), juga menyatakan bahwa konfigurasi
Dipole-Dipole memiliki kualitas sangat bagus dalam memberikan informasi
secara horisontal maupun vertikal.
Begitu juga menurut pendapat Ebraheem et al. (2012) yang
menyatakan konfigurasi Dipole-Dipole memiliki resolusi tinggi secara
horisontal dan mampu membedakan nilai resistivitas batuan secara kontras
dibandingkan konfigurasi yang lain. Konfigurasi Dipole-Dipole menggunakan
4 buah elektroda yaitu elektroda arus (A-B) dan pasangan elektroda potensial
(C-D). Susunan elektroda konfIgursi Dipole-Dipole ditunjukan pada gamabar
2.6 sebagai berikut:
Gambar 2.6. Susunan elektroda konfigurasi Dipole-Dipole (Lowrie, 2007:
262).
Pada konfigurasi elektroda Dipole-Dipole jarak sepasi (a) dan
kelipatan kedalaman (n) mempengaruhi kedalaman titik pengukuran
(Ningtyas, 2013).
20
Jarak antara elektroda a dan n didapat titik kedalaman pengukuran
seperti pada gambar 2.7 dibawah ini:
Gambar 2.7. Konfigurasi Dipole-Dipole, dengan cakupan garis medan listrik
dan hasil equipotensial dipermukaan (Ogungbe et al., 2010:
176)
Menurut Wahid sebagaimana dikutip oleh Wahid (2011) menyatakan
bahwa: “apabila jarak antara Dipole arus sejauh a, jarak antara Dipole
potensial sejauh a serta jarak antara Dipole arus dan Dipole potensial sejauh
a, jika jarak antara Dipole diperpanjang sejauh na, maka resistivitas semu dan
faktor geometri dapat ditentukan”.
Sepasi antara elektroda arus A-B sejauh a dan elektroda potensial C-D
sejauh a dengan diperpanjang sejauh L maka dapat ditentukan persamaan dari
faktor geometri konfigurasi Dipole-Dipole pada gambar 2.6 sebagai berikut:
r AC = L r AD = L + a
r CB = L – a r DB = L
Persamaan umum empat elektroda untuk menentukan nilai resisiivitas ( a)
21
pada persamaan (1.19) sehingga nilai ( a) konfigurasi Dipole-Dipole dapat
ditentukan sebagai berikut:
=
(
-
) - (
-
)
-1 (1.19)
=
(
-
– ) - (
-
)
-1 (1.20)
=
(
) - (
)
-1 (1.21)
=
-1 (1.22)
=
-1 (1.23)
Untuk mendapatkan hasil nilai geometri pada susunan elektroda
bernilai positif maka pada nilai susunan elektroda AB dan CD dimutlakan
karena tidak terdapat nilai geometri yang bernilai negatif, sehingga
persamaan (1.23) menjadi persamaan (1.24) seperti dibawah ini:
=
-1 (1.24)
=
(1.25)
=
(1.26)
=
(1.27)
Persamaan (1.27) adalah persamaan nilai resistivitas konfigurasi
Dipole-Dipole dengan empat elektroda (Lowrie, 2007: 262), sehingga
dihasilkan persamaan hubungan antara nilai resistivitas dengan faktor
geometri dari konfigurasi elektroda Dipole-Dipole sebagai berikut:
=
(1.18)
22
2.8 Program Komputer RES2DINV
Program komputer Res2DINV adalah program komputer yang
memodelkan hasil resistivitas dua dimensi (2-D) secara otomatis untuk
mengetahui bawah permukaan dari hasil survei metode Geolistrik di
lapangan. RES2DINV yang telah sesuai dengan S-Field maka dapat langsung
dimodelkan secara 2-D menggunakan program inversi dengan teknik
optimasi least-square dalam menghitung nilai resistivitas semu sebagai
pendugaan bawah permukaan daerah penelitian.
47
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Resapan air tanah di sekitar gua Bandung kawasan karst utara
pegunungan Kendeng daerah Sukolilo Kabupaten Pati berasal dari rekahan
yang terbentuk pada batuan dasar akibat proses pelapukan. Rekahan pada
batuan dasar sebagai jalan masuk air permukaan menjadi air bawah tanah yang
teridentifikasi di tempat pertama, kedua, dan ketiga dengan struktur bawah
permukaan tersusun oleh batuan aluvium, gamping terkarstifikas, dan gamping
fresh sebagai batuan dasar. Batuan aluvium menempati lapisan lapuk batuan
dasar di kedalaman 20 meter bawah permukaan tanah, dengan batuan gamping
terkarstivikasi sebagai penutup lapisan batuan dasar yang membawa
konsentrasi air.
5.2 Saran
1. Melakukan survey bawah permukaan daerah penelitian menggunakan
konfigurasi selain dipol-dipol pada metode Geolistrik.
2. Melakukan penelitian kembali di lintasan B pada tempat kedua dengan
metode Geolistrik untuk memperkuat geologi kawasan resapan air tanah.
48
DAFTAR PUSTAKA
Anomohanran, O. 2013. Geoelectrical Investigation Of Groundwater Condition In
Oleh, Nigeria. IJRRAS, 15(1): 102-106.
Bermejo, L., A. I. Ortega, R. Guérin, A. B. Calvo, A. P. González, J. M. Parés, E.
Aracil, J. M. B. Castro, & E. Carbonell. 2016. 2D and 3D ERT imaging for
identifying karst morphologies in the archaeological sites of Gran Dolina
and Galería Complex (Sierra de Atapuerca, Burgos, Spain). Quaternary
International, http://dx.doi.org/10.1016/j.quaint.2015.12.031.
Carrière, S. D., K. Chalikakis, G. Sénéchal, C. Danquigny, & C. Emblanch. 2013.
Combining Electrical Resistivity Tomography and Ground Penetrating
Radar to study geological structuring of karst Unsaturated Zone. Journal
of Applied Geophysics, 94: 31 –41.
Ebraheem, A. M., M. M. Sherif, M. M. Al Mulla, S. F. Akram, & A. V. Shett.
2012. A geoelectrical and hydrogeological study for the assessment of
groundwater resources in Wadi Al Bih, UAE. Environ Earth Sci, 67: 845–
857.
Epting, J., P. Huggenberger, & L. Glur. 2009. Integrated investigations of karst
phenomena in urban environments. Engineering Geology, 109: 273 –289.
Gutiérrez, F., M. Parise, J. De Waele, & H. Jourde. 2014. A review on natural and
human-induced geohazards and impacts in karst. Earth-Science Reviews,
138: 61–88.
Hermann, T., C. Kroner, & T. Jahr. 2013. Geoelectrical, strain and tilt
investigations of hydrological processes at the broadband Geodynamical
Observatory Moxa, Germany. Journal of Applied Geophysics, 98: 90–99.
Karunia, D. N., Darsono, & Darmanto. 2012. Identifikasi Pola Aliran Sungai
Bawah Tanahdi Mudal, Pracimantoro dengan Metode Geolistrik.
Indonesian Journal of Applied Physics, 2(2): 91-101.
Kaufmann, O., J. Deceuster, & Y. Quinif. 2012. An electrical resistivity imaging-
based strategy to enable site-scale planning over covered palaeokarst
features in the Tournaisis area (Belgium). Engineering Geology, 134: 49-
65.
Liu, M., X. Xu, D. Wang, A. Y. Sun, & K. Wang. 2016. Karst catchments
exhibited higher degradation stress from climatechange than the non-karst
catchments in southwest China: Anecohydrological perspective. Journal of
Hydrology, 535: 173–180.
49
Lowrie, W. 2007. Fundamental Of Geophysics Secon Edition. New York:
Cambridge University Press.
Martínez-Pagán, P., D. Gómez-Ortiz, T. Martín-Crespo, J. I. Manteca, & M.
Rosique. 2013. The electrical resistivity tomography method in the
detection of shallow mining cavities. A case study on the Victoria Cave,
Cartagena (SE Spain). Engineering Geology, 156: 1– 10.
Maulana, Y. C. 2011. Pengelolaan Berkelanjutan Kawasan Karst Citatah-
Rajamandala. REGION , 3(2).
Mohamaden, M. I. I., A. S. S. Abuo, & A. Gamal. 2009. Geoelectrical Survey for
Groundwater Exploration at the Asyuit Governorate, Nile Valley, Egypt.
JKAU, 20: 91-108.
Ningtyas, R. I., Khumaedi, & H. Susanto. 2013. Survei Sebaran Air Tanah dengan
Metode Geolistrik Konfigurasi Dipole-Dipole di Desa Jatilor Kecamatan
Godong Kabupaten Grobogan. Unnes Physics Journal, 2(2). ISSN: 2252-
6978.
Ogungbe, A. S., J. A. Olowofela, O. J. Da-Silva, A. A. Alabi, & E. O. Onori. 2010.
Subsurface Characterization using Electrical Resistivity (Dipole-Dipole)
method at Lagos State University (LASU) Foundation School, Badagry.
Advances in Applied Science Research, 1(1): 174-181.
Okpoli, C. C. 2013. Sensitivity and Resolution Capacity of Electrode
Configurations. International Journal of Geophysics, http://dx.doi.org/
10.1155/2013/608037
Padmawidjaja, T. 2010. Identifikasi keberadaan cekungan air tanah ciomas, bogor,
berdasarkan hasil pendugaan geolistrik. Jurnal Sumber Daya Air, 6(2).
ISSN: 103-204.
Pánek, T., W. L. Margielewski, P. Tábořik, J. Urban, J. Hradecký, & C. Szura.
2010. Gravitationally induced caves and other discontinuities detected by
2D electrical resistivity tomography: Case studies from the Polish Flysch
Carpathians. Geomorphology, 123: 165 – 180.
Premonowati. 2010. Optimalisasi Metode Pendiskripsian Batugamping untuk
Karakterisasi Reservoar Hidrokarbon dalam Pemodelan Geologi. Jurnal
Ilmiah MTG, 3(2).
Puradimaja, D. J. 2006. Hidrogeologi Kawasan Gunungapi dan Karst di
Indonesia. Bandung: Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.
Purnaweni, H. 2014. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Di Kawasan
Kendeng Utara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Lingkungan, 12(1):
53-65.
50
Rizal, M. K. 2009. Analisis Pemetaan Zonasi Resapan Air Untuk Kawasan
Perlindungan Sumberdaya Air Tanah (Groundwater) PDAM Tirtanadi
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Tesis.
Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Said, S. 2010. Pembentukan Reservoar Daerah Karst Pegunungan Sewu,
Pegunungan Selatan Jawa. Jurnal Ilmiah MTG, 3(1).
Satitpittakul, A., C. Vachiratienchai, & W. Siripunvaraporn. 2013. Factors in
fluencing cavity detection in Karst terrain on two-dimensional (2-D) direct
current (DC) resistivity survey: A case study from the western part of
Thailand. Engineering Geology, 152: 162– 171.
Silva, R.W. C. & W. M. Filho. 2012. Geoelectrical mapping of contamination in
the cemeteries: the case study in Piracicaba, Sa˜o Paulo/Brazil. Environ
Earth Sci, 66: 1371–1383.
Šumanovac, F. & M. Weisser. 2001. Evaluation of resistivity and seismic methods
for hydrogeologicalmapping in karst terrains. Journal of Applied
Geophysics, 47: 13–28.
Sukandarrumidi & Fivry. 2014. Ada Apa dengan Wilayah Bentangan Alam
Karst. SNAST, ISSN: 1979-911X.
Suwarti, T. & R. Wikarno. 1992. Peta Geologi Lembar Kudus, Jawa. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Telford, M. W., L. P. Geldard, R. E. Sheriff, & D. A. Keys. 1990. Applied
Geophysics. London: Cambridge University Press.
Wacana, P., Irfanianto, A. Rodhialfalah, S. Widjanarko, T. Suryono, F. Chandra, F.
Ahmad, I. Fauzi, & M. Lukiarti. 2014. Kajian Potensi Kawasan Karst
Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah. Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-7. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Wahid, Abdul. 2011. Aplikasi Geolistrik Resistivitas untuk Melihat Struktur
Perlapisan Batuan Daerah Longsor. Media Exacta, 11 (1).
Wahyuningrum, R. R., B. Legowo, & Darsono. 2013. Aplikasi Software 3
Dimensi Inversi Dalam Interpretasi Sebaran Air Tanah (Studi Kasus
Dukuh Platarejo Dan Dukuh Selorejo). Teori dan Aplikasi Fisika, 1(2).
Wibowo, M. 2003. Teknologi Konservasi Untuk Penanganan Kawasan Resapan
Air Dalam Suatu Daerah Aliran Sungai. Jurnal Teknik Lingkungan P3TL-
BPPT, 4(1): 8-13.
Wibowo, M. 2006. Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan
51
Tata Ruang Berwawasan Lingkungan. Jurnal Hidrosfir, 1(1): 1-7.
Wuspada, R. D. 2012. Implementasi Kebijakan Pelarangan Penambangan di
Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul (Studi Kasus Desa Bedoyo
Kecamatan Ponjong dan Desa Girisekar Kecamatan Panggang,
Kabupaten Gunungkidul). Tesis. Semarang: Magister Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro.
Yaqin, F. N. & Supriyadi. 2014. Lapisan Tanah di Ruas Jalan Sampangan-Banaran
Kecamatan Gunungpati Semarang Berdasarkan Data Geolistrik. Unnes
Physics Journal, 3(2). ISSN: 2251-6978.
Zeng, C., Z. Liu, J. Yang, & R. Yang. 2015. A groundwater conceptual model and
karst-related carbon sink for a glacierized alpine karst aquifer,
Southwestern China. Journal of Hydrology, 529: 120–133.
Zeng, C., Z. Liu, M. Zhao, & R. Yang. 2016. Hydrologically-driven variations in
the karst-related carbon sink fluxes: Insights from high-resolution
monitoring of three karst catchments in Southwest China. Journal of
Hydrology, 533: 74–90.
Zhu, J., J. C. Currens, & J. S. Dinger. 2011. Challenges of using electrical
resistivity method to locate karst conduits — A field case in the Inner
Bluegrass Region, Kentucky. Journal of Applied Geophysics, 75: 523–530.