Makalah Dakwa Nabi Madinah

26
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “DAKWAH RASULULLAH DI MADINAH” dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih dalam tentang materi tersebut. Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari rekan-rekan satu kelompok serta bimbingan dari Guru Mata Pelajaran PAI. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih. Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt. Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari dosen, rekan- rekan mahasiswa maupun yang membaca makalah ini. Terima kasih. Payung, Januari 2016 Penyusun i

description

Makalah PAI

Transcript of Makalah Dakwa Nabi Madinah

Page 1: Makalah Dakwa Nabi Madinah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

nikmat dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “DAKWAH

RASULULLAH DI MADINAH” dapat diselesaikan tepat waktu.

Makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun

tujuan dari penyusunan makalah ini agar mahasiswa dapat memahami lebih dalam

tentang materi tersebut. Makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan

kerjasama dari rekan-rekan satu kelompok serta bimbingan dari Guru Mata Pelajaran

PAI. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah

“tak ada gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.

Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk

menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan dari dosen, rekan-rekan mahasiswa maupun yang membaca makalah ini.

Terima kasih.

Payung, Januari 2016

Penyusun

i

Page 2: Makalah Dakwa Nabi Madinah

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

A. Pengertian hijrah dan tujuan Rasulullah hijrah....................................... 3

B. Dakwah Rasulullah periode Madinah..................................................... 5

C. Strategi dakwah Nabi Muhammad periode Madinah.............................. 8

D. Respon Masyarakat Madinah Terhadap Dakwah Rasulullah................. 13

BAB III PENUTUP........................................................................................... 15

A. Kesimpulan................................................................................................ 15

B. Saran.......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16

ii

Page 3: Makalah Dakwa Nabi Madinah

iii

Page 4: Makalah Dakwa Nabi Madinah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah

masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan

istilah paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang

menyembah agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran,

dan Syam. Di samping itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran

di Yaman dan Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang

Persia.

Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.

yang membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan

zaman Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal lain

seperti ekonomi dan sastra karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa Arab

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Di lingkungan inilah Nabi Muhammad

SAW. dilahirkan, disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama

Islam, di tengah-tengah lingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan.

Meskipun diwarnai dengan berbagai rintangan yang terus mendera. Namun, beliau tetap

teguh dalam menyebarkan agama baru, yakni agama Islam kepada masyarakat Arab

ketika itu.

Fase kenabian Nabi Muhammad SAW. dimulai ketika beliau bertahanus atau

menyepi di gua hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa

Arab yang menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama

kali, yaitu Al-‘Alaq ayat 1-5, maka Nabi Muhammad SAW. telah di angkat menjadi

Nabi, utusan Allah. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk

menyeru kepada umatnya, namun setelah turun wahyu yang kedua, yaitu surah Al-

Muddatstsir ayat 1-7, Nabi Muhammad SAW. di angkat menjadi Rasul yang harus

berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad SAW. dibagi menjadi dua periode,

yaitu:

Periode Mekah, ciri pokok dari periode ini, adalah pembinaan dan pendidikan

tauhid (dalam arti luas),

1

Page 5: Makalah Dakwa Nabi Madinah

Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan politik

(dalam arti luas).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hijrah serta apa yang menjadi tujuan Rasulullah SAW beserta

umat Islam berhijrah?

2. Bagaimana dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah?

3. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada periode

Madinah?

2

Page 6: Makalah Dakwa Nabi Madinah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah

Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam.

Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah

SWT. untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT

dan diridhai-Nya. Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),

karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan,

sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat

Islam di negeri kafir itu berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan

kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat

Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun

pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib

adalah:

1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum

kafir Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di

Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh

kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.

2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,

sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah

SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi

Muhammad SAW. dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di

Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun

merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan

melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat.

Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW., sehingga Ia merencanakan hijrah

bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang

3

Page 7: Makalah Dakwa Nabi Madinah

diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib

diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat tidurnya agar kaum

Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur. Pada malam hari yang direncanakan, di

tengah malam buta Nabi SAW keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para

pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW. menemui Abu Bakar yang telah

siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3

mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam

menunggu keadaan aman.

Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira

Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari

persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu

Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan

sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW. bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri

pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh orang.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa

yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari.

Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW

membangun sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid

pertama yang dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu

penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka,

berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba

di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke

arah Quba, menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka

mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan

menyanyikan lagu Thala’ al-Badru, yang isinya:

“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami

wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang

diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang

ingin agar Nabi SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”

Tetapi Nabi SAW hanya berkata,

4

Page 8: Makalah Dakwa Nabi Madinah

“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak

hatinya.”

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail,

di depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih

rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi

SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong

membangun rumah untuknya.

Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi).

Orang sering pula menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya),

karena dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh dunia.

B. Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah

Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi

pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda

dengan periode Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik.

Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah.

Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga

sebagai kepala Negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan,

kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara

otomatis merupakan kepala Negara.

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,

yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan

wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.

Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah,

selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah,

juga ajaran Islam yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode

Madinah. Adapun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang

masalah sosial kemasyarakatan.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-

orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-

orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para

5

Page 9: Makalah Dakwa Nabi Madinah

penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa

Arab.

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi

untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi

semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk

Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang

diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.

Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata

agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di

Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam

bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-

ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa

beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang

terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam

dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir

yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang

lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka

bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah,

dan sekutu-sekutu mereka.

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya

dalam surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah

SAW dan para sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan

orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.

6

Page 10: Makalah Dakwa Nabi Madinah

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena

Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha

Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39).

Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)

janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-

orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta

rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:

1. Membela diri dan kehormatan umat Islam.

2. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang

hendak menganutnya.

3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia

dan Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu

negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha

menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk

Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia

menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa

Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam

dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi dan Persia tersebut,

Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan

7

Page 11: Makalah Dakwa Nabi Madinah

antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang Mut’ah, perang Tabuk,

perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah, perang Hunain.

C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode

Madinah adalah:

Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain

meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu

orang yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan

ajarannya.

Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam

Surah An-Nahl ayat 125.

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya

dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS.

An-Nahl, 16: 125)

Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan

petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)

8

Page 12: Makalah Dakwa Nabi Madinah

Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan

untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.

Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan

pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga

hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat

Islam atau masyarakat madani di Madinah.

Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan

ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan

bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang

baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan ridha Allah SWT

dan ampunan-Nya.

Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti

tersebut adalah:

Membangun Masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah

Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba

dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).

Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau

mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.

Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah

Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum

Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad

SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para

sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a.

dan Ali bin Abu Thalib r.a.

Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah

sebagai berikut:

1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan

akhlak.

9

Page 13: Makalah Dakwa Nabi Madinah

2. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat,

shalat Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.

3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang

bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis.

4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan

sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.

5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat

penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang

berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.

6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat

pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita

luka akibat perang melawan orang-orang kafir.

Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah

ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang

memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab

tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan

yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan

mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan),

dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.

Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abi Thalib sebagai

saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat

misalnya:

1. Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang

pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang

kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.

2. Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.

3. Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).

4. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).

10

Page 14: Makalah Dakwa Nabi Madinah

Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk

Muhajirin setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang-

sepasang, layaknya seperti saudara senasab.

Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan

hasil sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik.

Mereka saling mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-

menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin

berupa tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum

Muhajirin tidak diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari

nafkah agar dapat hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang,

Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.

Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian

oleh Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut

Suffa dan mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan

mereka dicukupi oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong.

Kegiatan Ahlus Suffa itu antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis,

kemudian diajarkannya kepada yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum

Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut berperang.

Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga

golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani

Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat

dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan

mereka. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi

sebagai suatu komunitas dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu

dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh

anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan

luar.

Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau

bukan Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang

11

Page 15: Makalah Dakwa Nabi Madinah

adil, membangun serta digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal

dengan sebutan Piagam Madinah.

Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk

Madinah non-Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara

lain berisi:

Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,

keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah

berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi

keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.

Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.

Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan

orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling membantu

dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh

penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota Madinah.

Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan

perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW

untuk diadili sebagaimana mestinya.

Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.

Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi

menjadi berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar,

Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima

kedatangan Nabi dan umat Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang

menjadi besar dan berkuasa, mereka mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.

Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem

sosial agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi

saw telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan

non muslim, mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang

tertuang di dalam Piagam Madinah.

Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam,

sehingga masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam

12

Page 16: Makalah Dakwa Nabi Madinah

merupakan keharusan. Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga

tampil sebagai seorang Kepala Negara (khalifah).

Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap

sistem politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat

mengangkat wakil-wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-

peraturan yang harus ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan

itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.

D. Respon Masyarakat Madinah Terhadap Dakwah Rasulullah

Sejak Nabi Muhammad saw. tinggal menetap di Madinah, beliau terus berusaha

menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di kota tersebut, termasuk kepada

penduduk Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Hal ini dilakukan Nabi

Muhammad saw. selain karena kewajiban yang harus dilaksanakannya, juga karena ia

melihat mayoritas masyarakat Madinah menyambut dengan baik saat beliau dan umat

Islam tiba di kota tersebut.

Setiap saat beliau selalu berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal

lelah dan tidak mengenal takut, apalagi putus asa. Dakwah yang dilakukannya itu

mendapat sambutan beragam, ada yang menerima dan kemudian masuk Islam dan ada

pula yang menolak secara diam-diam, misalnya orang-orang Yahudi yang tidak senang

dengan kehadiran Nabi Muhammad saw. dan orang Islam. Penolakan ini mereka

lakukan secara diam-diam karena tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi

dan umat Islam yang mayoritas tersebut.

Masyarakat Madinah menyambut baik kedatangan Nabi dan umat Islam di

Madinah, terutama kabilah Aus dan Khazraj. Kedua suku Arab tersebut sejak awal telah

menyatakan kesetiaannya kepada Nabi dan bersedia membantu beliau dalam

menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Madinah. Hal ini dapat dilihat dari

perjanjian Aqabah yang mereka lakukan, baik perjanjian Setelah menerima ajaran

Islam, kedua suku yang suka berperang ini akhirnya bersatu di bawah panji Islam.

Mereka bersama-sama Rasulullah saw. dan umat Islam lainnya berjuang menegakkan

syariat Islam. Mereka rela berkorban nyawa dan harta demi syiar Islam.

Sementara kelompok masyarakat Yahudi Madinah sejak awal memang sudah

kurang peduli dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. dan umat Islam, karena

13

Page 17: Makalah Dakwa Nabi Madinah

mereka menduga posisi mereka akan tergeser. Pada awalnya orang Yahudi menerima

apa yang terjadi karena untuk alasan keamanan dan politik. Namun sekutu mereka, yaitu

Aus dan Khazraj telah memeluk Islam. Kedua suku ini tidak membutuhkan lagi bantuan

masyarakat Yahudi, karena telah mendapatkan pimpinan yang ideal buat mereka, yaitu

Muhammad saw. Dari sinilah muncul benih-benih permusuhan antara umat Islam dan

Yahudi di Madinah. Mereka mulai membujuk orang-orang Arab Aus dan Khazraj yang

telah masuk Islam untuk kembali ke agama lama mereka dan mereka kembali bersatu

untuk menyerang ajaran-ajaran Islam dengan maksud menghalangi penyebaran Islam ke

masyarakat lain.

Dalam suasana seperti itu, seorang rabbi Yahudi dari Bani Qainuqa bernama

Husein bin Sallam, masuk Islam. Secara diam-diam ia datang menemui Nabi

Muhammad saw. dan menyatakan ikrarnya untuk masuk Islam. Kemudian Nabi

Muhammad saw. memberi nama baru untuk dirinya, yaitu Abdullah. Karena ia adalah

seorang rabbi terkemuka dan berpengaruh di sukunya maka Nabi menyembunyikan

rabbi tersebut di rumah Nabi Muhammad saw. Hal ini dilakukan untuk melindungi

dirinya dari serangan kaumnya.

Untuk mengetahui apakah ia benar-benar seorang rabbi berpengaruh, Nabi

Muhammad saw. mengutus orang guna menyelidiki kebenaran tersebut. Hasilnya, ia

adalah benar-benar seorang rabbi yang disegani dan dihormati. Setelah mereka

menyatakan bagaimana mereka memandang tinggi derajat sang rabbi, barulah Husein

bin Sallam keluar. Ia mengajak kaumnya menerima ajaran yang dibawa Nabi

Muhammad saw., karena itu adalah ajaran yang benar yang sesuai dengan kitab Taurat

yang mereka yakini. Ia menyatakan bahwa dirinya beserta keluarga telah menjadi

pengikut setia Nabi Muhammad saw. Namun, permintaan sang rabbi itu ditolak.

Setelah kejadian itu, mulai terjadi perdebatan sengit antara Nabi Muhammad

saw. dengan para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak hanya menyerang Nabi

Muhammad saw., tetapi juga para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun

Anshar. Mereka mulai menyusun kekuatan untuk melemahkan umat Islam.

14

Page 18: Makalah Dakwa Nabi Madinah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dakwah

Rasulullah SAW periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang dilakukan

Rasulullah SAW pada saat beliau hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah. Dimana

dalam periode Madinah ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar

pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami

harapkan guna perbaikan makalah kami dimasa yang akan datang.

15

Page 19: Makalah Dakwa Nabi Madinah

DAFTAR PUSTAKA

Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 63.

http://kajian-muslimah.blogspot.com/2005/05/shirah-tentang-fase-dakwah-di-

madinah.html, di akses pada 15 Januari 2016.

http://saminsyb.blogspot.com/2012/01/ski-sejarah-dakwah-rasulullah-saw.html, diakses

pada 15 Januari 2016.

http://kajian-muslimah.blogspot.com/2005/05/shirah-tentang-fase-dakwah-di-

madinah.html, di akses pada 15 Januari 2016.

16