Makalah BK
-
Upload
laeliamunawaroh -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Makalah BK
-
KONSEP DASAR DIAGNOSTIK KESULITAN BELAJAR
Makalah
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling
yang diampu oleh Dr.Hj. Euis Farida, M.Pd. dan Teten Karina, S.Pd
disusun oleh:
Cintia Febri NIM 1200397
Laelia Munawaroh NIM 1200290
Muhammad Asyam Farrosi NIM 1202445
Tsurayya Zahra Pratiwi NIM 1203100
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
-
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
makalah yang berjudul Konsep Dasar Diagnostik Kesulitan Belajar dapat terselesaikan.
Dalam dunia pendidikan masalah-masalah yang sering banyak muncul yaitu masalah
peserta didik, terutama dalam penyerapan materi yang diberikan oleh pendidik. Kesulitan dalam
belajar dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, penulis mengangkat tema
Konsep dasar diagnostik kesulitan belajar agar dapat terselesaikan dan ditanggapi secara bijak.
Dalam penulisan makalah ini, bantuan dari berbagai pihak banyak didapatkan. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih dihaturkan kepada Dr.Hj. Euis Farida, M.Pd. dan Teten Karina,
S.Pd selaku Dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan bimbingannya serta semua
pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca maupun penulis. Amin.
Bandung, 17 Maret 2015
-
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
A. Kesulitan Belajar .......................................................................................................... 5
B. Diagnostik Kesulitan Belajar ........................................................................................ 9
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 19
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 19
B. Saran ..................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20
-
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia untuk saat ini tingkat pendidikan belum mencapai tingkat yang
diharapkan. Terdapat berbagai macam masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Salah
satunya adalah kesulitan peserta didik dalam belajar. Hal tersebut dapat disebabkan
karena berbagai faktor eksternal maupun internal. Seperti faktor psikologis peserta didik,
lingkungan belajar, atau kesalahan dari pendidik. Ketidakpahaman seorang tenaga
pendidik akan konsep dasar kegiatan belajar mengajar, akan sangat berdampak terhadap
proses dan hasil kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Sebagai seorang tenaga pendidik,
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai baik tentang subjek materi yang
diajarkan, tentang siswa atau peserta didik, serta pengetahuan lain yang berkaitan dengan
konsep belajar mengajar itu sendiri. Agar dapat membantu siswa secara tepat perlu
diketahui terlebih dahulu apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa tersebut,
baru kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya. Untuk keperluan ini diperlukan
tes diagnostik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kesulitan Belajar?
2. Faktor apa saja yang menimbulkan kesulitan belajar?
3. Apa yang dimaksud dengan diagnostik kesulitan belajar?
4. Apa saja jenis-jenis diagnostik ?
5. Bagaimanakah prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui pengertian diagnostik kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis diagnostik.
5. Untuk mengetahui prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar.
-
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesulitan Belajar
1. Pengertian Kesulitan Belajar
Pada umumnya, kesulitan belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan,
sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno,
dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling Materi Layanan
Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996:1-2) menjelaskan: Kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Hambatan-hambatan tersebut mungkin dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh
siswa yang bersangkutan. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan
fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
Burton dalam Abin S.M. (2004: 307-308) mengidentifikasi seorang siswa kasus
dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang
bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan
belajarnya.
Kesulitan belajar, pada dasarnya merupakan suatu gejala yang nampak dalam
berbagai jenis manifestasi tingkah lakunya. Gejala kesulitan belajar akan
dimanifestasikan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai bentuk
tingkah laku. Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas, tingkah laku yang
dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala ini
akan nampak dalam aspek-aspek motoris, kognitif, konatif dan afektif, baik dalam
proses maupun hasil belajar yang dicapainya.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar, antara lain:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
-
6
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat, tapi nilainya yang
dicapainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas,
tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, mengasingkan
diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama, dan sebagainya.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu.
(Sugianto : 117-118)
2. Faktor-Faktor yang menimbulkan Kesulitan Belajar
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-
faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal,
yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah
faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan
a. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor
kejiwaan dan faktor kejasmanian.
1) Faktor kejiwaan, antara lain :
Minat terhadap mata pelajaran kurang;
Motif belajar rendah;
Rasa percaya diri kurang;
Disiplin pribadi rendah;
Sering meremehkan persoalan;
-
7
Sering mengalami konflik psikis;
Integritas kepribadian lemah
2) Faktor kejasmanian, antara lain :
Keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
Adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
Adanya gangguan pada fungsi indera;
Kelelahan secara fisik.
b. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berada atau
berasal dari luar peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua : faktor
instrumental dan faktor lingkungan.
1) Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan
belajar mahasiswa antara lain :
Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak
memadai;
Kurikulum yang terlalu berat bagi pesert didik;
Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan
baik;
Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan
lingkungan fisik. Penyebab kesulitan belajar yang berupa faktor
lingkungan antara lain :
Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
Lingkungan sosial sekolah yang tidak kondusif
Teman-teman bergaul yang tidak baik;
Lokasi sekolah yang tidak atau kurang cocok untuk
pendidikan.
-
8
3. Jenis Jenis Kesulitan Belajar
Sejalan dengan yang telah dipelajari, Burton (1952:622-624) dalam Buku
Psikologi Pendidikan mengidentifikasi seorang siswa dapat dipandang atau dapat
diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukan kegagalan
(failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar oleh
Burton didefinisikan sebagai berikut :
1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan
tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of
mastery) minimal dama pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang
dewasa atau guru (criterion referenced. Dalam konteks sistem pendidikan di
Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade standard basis) itu ialah
angka 6 atau 60 atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal). Kasus
siswa semacam ini dapat digolongkan ke dalam lower group.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan telah dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya :
intelegensi, bakat). Ia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu
prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
3. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-
tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya
(his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced).kasus siwa
bersangkutan dapat dikategorikan ke dalam slow learner.
4. Siswa dikatakan gagal jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (pre-requisite) bagi
kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus
mengulang (repeaters).
-
9
Gambar 1
Analogi Dokter dan Guru
GURU DOKTER
DIAGNOSIS
TERAPI
TES DIAGNOSTIK
TINDAK LANJUT
B. Diagnostik Kesulitan Belajar
1. Pengertian Dasar Diagnostik
Tes dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan melakukan sesuatu untuk
mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, bakat, atau kemampuan lain yang
dimiliki oleh seseorang.
Istilah diagnostik dapat diuraikan dari asal katanya yaitu diagnosis yang berarti
mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang ditimbulkannya. Seperti halnya
kerja seorang dokter, sebelum menentukan penyakit dan obat yang tepat untuk
menyembuhkannya, seorang dokter akan mengadakan pemeriksaan secara teliti,
misalnya: memeriksa denyut nadi, suara napas, refleks lutut, refleks pupil mata,
urine, darah, dan sebagainya. Pemeriksaan awal seperti ini disebut mendiagnosis,
sedangkan mengobati disebut terapi. Demikian juga seorang guru terhadap siswanya.
Sebelum dapat memberikan bantuan dengan tepat, guru harus memberikan tes
diagnostik.
Analogi kerja seorang guru dengan kerja seorang dokter, terlihat pada bagan di
atas. Berdasar bagan di atas dapat disimpulkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut
dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan
yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa. (Depdiknas, 2007 : 2)
-
10
2. Pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar
Dengan demikian pengertian Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu proses
upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-
kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data/informasi
selengkap dan seobjektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil
kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya.
3. Jenis-Jenis Diagnostik
a. General Diagnostik
Pada tahap ini lazim dipergunakan tes buku, seperti yang dipergunakan untuk
evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. sasarannya ialah untuk
menemukan siapakah siswa yang diduga mengalami kelemahan tertentu.
b. Analytic Diagnostik
Pada tahap ini lazimnya digunakan ialah tes diagnostik. Sasarannya untuk
mengetahui dimana letak kelemahan tersebut.
c. Psychological Diagnostik
Pada tahap ini teknik pendekatan dan instrumen yang digunakan antara lain:
Observasi, analisis karya tulis, analisis proses dan respon lisan, analisis berbagai
catatan objektif, wawancara, pendekatan laboratories dan klinis, studi kasus.
4. Prosedur dan teknik diagnostik kesulitan belajar
Menurut Ross dan Stanley dalam Abin S.M. (2005 :309) menggariskan
tahapan-tahapan diagnosis sebagai berikut:
a. Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan?
b. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu dapat dilokalisasikan?
c. Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?
d. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan?
e. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?
Secara operasional langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar adalah sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi kasus kesulitan belajar.
-
11
1) Menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
Pada suatu kelompok siswa yang berdistribusi normal, sudah dapat
diperkirakan adanya jumlah kasus hipotetik kesulitan belajar sekitar 10-20% dari
keseluruhan populasi kelompok tersebut. Yang menjadi persoalan sekarang ialah
bagaimana caranya membuktikan kasus tersebut di dalam praktik. Dengan kata
lain, siapa-siapa siswa di dalam kenyataannya yang memerlukan bantuan itu.
Dengan menghimpun dan menganalisis data hasil belajarnya serta menafsirkan
dengan mempergunakan criterion-referenced atau norm-referenced (PAP atau
PAN).
Kalau kita mempergunakan criterion referenced (PAP) dengan berasumsi
bahwa instrumen evaluasi atau soal yang kita pergunakan telah dikembangkan
dengan memenuhi syarat, caranya dapat kita tempuh dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Tetapkan angka nilai kualifikasi minimal yang dapat diterima (misalnya 5,5;
6 atau 7 dan sebagainya) sebagai batas lulus (passing grade).
b) Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi) dari setiap siswa dengan angka
nilai batas lulus tersebut. Catatlah siswa-siswa mana yang nilai prestasinya
berada di bawah nilai batas lulus tersebut. Dengan demikian mereka dapat
diduga sebagai siswa yang mengalami kesulitan belajar.
c) Himpunlah semua siswa yang angka nilai prestasinya di bawah nilai
prestasinya di ubah nilai batas lulus tersebut. Kesemuanya mungkin akan
merupakan sebagian besar (mayoritas), seimbang (fifty-fifty), sebagian kecil
(minoritas) dibandingkan keseluruhan populasi keseluruhannya.
d) Mengadakan prioritas layanan kepada mereka yang diduga paling beret
kesulitannya dengan membuat ranking, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
(1) Pertama, selisihkan angka nilai prestasi setiap siswa (kasus) dengan
angka nilai passing grade (batas lulus) itu sehingga akan diperoleh angka
selisih (deviasi)-nya.
(2) Susunlah daftar kasus tersebut mulai dengan siswa yang angka selisihnya
paling besar.
-
12
Dengan cara di atas ini maka kita dapat menandai:
(1) Kelas dan kelompok siswa tertentu sebagai kasus, kalau kita teliti
ternyata mayoritas dari populasi kelas atau kelompok tersebut nilai
prestasinya di bawah nilai batas lulus.
(2) Individu-individu siswa sebagai kasus, kalau ternyata hanya sebagian
kecil (minoritas) dari populasi kelas yang memperoleh angka nilai
prestasi di bawah batas lulus.
b. Identifikasi masalah
Dalam langkah identifikasi masalah meliputi antara lain:
1) Mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu
Sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk menjawab persoalan, apakah kesulitan
itu terjadi pada beberapa atau hanya salah satu bidang studi tertentu, yaitu
dengan jalan membandingkan nilai prestasi individu yang bersangkutan. Dari
semua bidang studi yang diikutinya atau angka nilai rata-rata prestasi (mean)
dari setiap bidang studi kalau kebetulan kasusnya adalah kelas maka dengan
mudah kita akan menemukan pada bidang studi manakah individu atau kelas
itu mengalami kesulitan.
2) Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bagian ruang lingkup bahan
pelajaran manakah kesulitan terjadi
Pada langkah ini pendekatan yang paling tepat (kalau ada) seyogyanya
menggunakan tes diagnostik. Dengan demikian, dalam keadaan belum tersedia
tes diagnostik yang khusus dipersiapkan untuk keperluan ini maka analisis
masih tetap dapat dilangsungkan dengan menggunakan naskah jawaban
(answer sheets) tes ulangan umum (TPB) triwulan atau semesteran.
c. Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar
1) Stimulus Variables, mencakup:
a) Learning experience variables, antara lain mengenai :
(1) Method variables, yang antara lain menyangkut:
- kuat lemahnya motivasi untuk belajar;
-
13
- intensif tidaknya bimbingan guru;
- ada tidaknya kesempatan berlatih ate berpraktik; ada tidaknya upaya dan
kesempatan reinforcement
(2) task variables yang mencakup:
- menarik tidaknya apa yang harus dipelajari dan dilakukan-,
- bermakna tidaknya (meaningfulness) apa yang dipelajari dan dilakukan;
- sesuai tidaknya (appropriateness); panjang (length) atau luasnya (width)
serta tingkat keakuran apa yang harus dipelajari dan dikerjakan.
b) Environmental variables, menyangkut iklim belajar yang bergantung pada
faktor-faktor:
- tersedia tidaknya tempat atau ruangan (space) yang memadai;
- cukup tidaknya waktu, serta dapat tidaknya penggunaan waktu tersebut
untuk waktu belajar;
- tersedia tidaknya fasilitas belajar yang memadai
- harmonis tidaknya bubungan manusiawi baik di sekolah, di rumah maupun
di lingkungan masyarakat yang lebih luas.
2) Organismic variables. Yang mencakup:
a) Characteristic of the learners, aturan lain tingkatan inteligensi, usia dan
taraf kematangan, jenis kelamin, kesiapan dan kematangan untuk belajar.
dengan demikian, kelemahan sering disebabkan oleh:
(1) kurangnya kemampuan dan keterampilan kognitif,
(2) terbatasnya kemampuan, menghimpun, dan mengintegrasikan informasi.
(3) kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan/ aspirasi
b) Mediating processes, kondisi yang lazim terdapat dalam diri swasta antara
lain inteligensi, persepsi, motivasi, dorongan, lapar, taktik, cemas, kesiapan,
konflik, tekanan batin, dan sebagainya turut berperan pula dalam proses
berprilaku termasuk perilaku belajar.
3) Response variables, sebagaimana kita kelompokkan berdasarkan tujuan-tujuan
pendidikan yaitu :
Tujuan-tujuan kognitif, seperti pengetahuan, konsep-konsep, keterampilan
pemecahan masalah;
-
14
Tujuan-tujuan efektif, seperti sikap-sikap, nilai-nilai, minat, dan apresiasi:
Tujuan-tujuan pola-pola bertindak, antara lain:
keterampilan psikomotoris, seperti menulis, mengetik, kegiatan pendidikan
jasmani atau olahraga, melukis, dan sebagainya;
kompetensi-kompetensi untuk menyelenggarakan pertemuan, berpidato,
memimpin diskusi, pertunjukan dan sebagainya;
kebiasaan-kebiasaan berupa, kebiasaan hidup sehat, keamanan, kebersihan,
keberanian disertai kesopanan, ketegasan, ketekunan, kejujuran, kerapian,
keserasian dan sebagainya.
4) Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa, antara lain
a) Kelemahan secara fisik, seperti :
(1) suatu pusat susunan syaraf tidak berkembang secara sempurna karena
luka atau cacat atau sakit sehingga sering membawa gangguan
emosional;
(2) panca indra (mata, telinga, alai bicara, dan sebagainya) mungkin
berkembang kurang sempurna atau sakit (rusak) sehingga menyulitkan
proses interaksi secara afektif-,
(3) ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya
kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan-kelainan perilaku
kurang terkoordinasikan dan sebagainya
(4) cacat tubuh atau pertumbuhan yang kurang sempurna, organ dan
anggota-anggota badan (tangan, kaki, dan sebagainya) sering pula
membawa ketidakstabilan mental dan emosional;
(5) penyakit menahun (asma dan sebagainya) menghambat usaha-usaha
belajar secara optimal.
b) Kelemahan-kelemahan secara mental (baik kelemahan yang dibawa sejak
lahir maupun karena pengalaman) yang sukar diatasi oleh individu yang
bersangkutan dan juga oleh pendidikan, antara lain -.
(1) kelemahan mental (taraf kecerdasannya memang kurang);
(2) tampaknya seperti kelemahan mental, tetapi sebenarnya kurang minat,
kebimbangan, kurang usaha, aktivitas yang tidak pernah, kurang
-
15
semangat (kurang gizi, kelelahan atau overwork, dan sebagainya),
kurang menguasai keterampilan, dan kebiasaan fundamental dalam
belajar.
c) Kelemahan-kelemahan emosional, antara lain :
(1) terdapat rasa tidak aman (insecurity)
(2) penyesuaian yang salah (maladjustment) terhadap orang-orang,
situasi, dan tuntutan-tuntutan tugas dan lingkungan;
(3) tercekam rasa phobia (takut, benci, dan antipati), mekanisme
pertahanan diri;
(4) ketidakmatangan (immaturity)
d) kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap
yang salah, antara lain :
(1) tidak menentu dan kurang menaruh minat terhadap pekerjaan-
pekerjaan sekolah;
(2) banyak melakukan aktivitas yang bertentangan dan tidak menunjang
pekerjaan sekolah, menolak atau malas belajar;
(3) kurang berani dan gagal untuk berusaha memusatkan perhatian;
(4) kurang kooperatif dan menghindari tanggung jawab;
(5) malas, tak bernafsu untuk belajar;
(6) sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran;
(7) nervous.
e) Tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang
tidak diperlukan, seperti :
(1) Ketidakmampuan membaca, menghitung, kurang menguasai
pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diikuti secara
sekuensial (meningkat dan berurutan), kurang menguasai bahasa
(Inggris misalnya);
(2) Memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah
5) faktor-faktor yang terletak di luar diri siswa (situasi sekolah dan masyarakat),
antara lain:
-
16
a) kurikulum yang seragam (uniform), bahwa dan buku-buku sumber yang
tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan
individu;
b) ketidaksesuaian standar administratif (sistem pengajaran), penilaian,
pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar dan sebagainya;
c) terlalu berat beban belajar (siswa) dan/atau mengajar (guru);
d) terlalu besar populasi siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut
kegiatan di luar, dan sebagainya;
e) terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan
sebagainya;
f) kelemahan dari sistem belajar-mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan
(dasar/asal) sebelumnya;
g) kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status
sosial ekonomi, keutuhan/keluarga, besamya anggota keluarga, tradisi
dan kultur keluarga, ketenteraman dan keamanan sosial psikologis dan
sebagainya);
h) terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak
terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler;
i) kekurangan makan (gizi, kalori, dan sebagainya)
d. Prognosis Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan penyembuhan
Seperti dijelaskan dalam paragraf pertama bahwa berdasarkan hasil analisis
diagnostik seperti kita pelajari dalam paragraf kedua dan ketiga; kita hendaknya: (1)
menarik suatu kesimpulan umum/meskipun hanya secara tentatif, (2) membuat
pemikiran apakah masalah itu mungkin untuk diatasi, selanjutnya (3) memberikan
saran tentang kemungkinan cara mengatasinya.
a. Kasus kelompok
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dan permasalahannya
Seperti dijelaskan dalam paragraf terdahulu bahwa kalau ternyata mayoritas
siswa, nilai prestasinya tidak dapat mencapai batas lulus (minimal
acceptable performance), kita dapat menyimpulkan bahwa kelas yang
-
17
bersangkutan patut diduga sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar
(berdasarkan criterion referenced evaluation), atau kalau ternyata rata-rata
(mean) nilai prestasi kelas yang bersangkutan dibandingkan kelas lain yang
setaraf menunjukkan perbedaan yang sangat berarti (significant), kelas
tersebut patut diduga sebagai kasus yang mengalami kesulitan belajar
(berdasarkan norm-reference)
b. Kasus individual
1) Kesimpulan (tentatif)
a) Kasus dengan permasalahannya
Seperti telah dijelaskannya dalam paragraf terdahulu, ternyata hanya
sebagian kecil (minoritas) dari siswa (sekitar 5-25%) yang angka
prestasinya tidak memadai batas lulus (criterion referenced) dan atau lebih
kecil dari rata-rata nilai prestasi kelas atau kelompoknya.
2) Perkiraan kemungkinan dan cara mengatasinya
a) Perkiraan kemungkinan mengatasinya
(1) Kalau ternyata kesimpulan analisis di atas didukung oleh bukti atau
indikator yang cukup kuat bahwa kelemahan itu bersumber pada faktor
hereditas (tingkat kecerdasan atau inteligensi dan bakat), dapat
diperkirakan bahwa usaha penyembuhan secara didaktis atau
metodologis sangat kecil kemungkinannya atau bahkan tidak mungkin
sama sekali. Yang dapat dilakukan ialah penyaluran atau penjurusan
kepada program pendidikan tertentu 'yang lebih sesuai dengan tingkat
kecerdasan atau jenis bakatnya.
(2) Kalau kelemahan itu bersumber pada aspek organismik lainnya seperti
sikap, kebiasaan, minat atau motivasi belajar tertentu, termasuk juga
terhadap guru dan lingkungannya, masih ada kemungkinan
mengatasinya meskipun mungkin memerlukan waktu yang relatif lama
secara berangsur
(3) Kalau penyebab kelemahan itu ternyata terletak di luar diri siswa, dapat
diperkirakan juga bahwa kelemahan itu akan mungkin diatasi. Cepat
-
18
atau lambatnya bergantung pada kondisi di sekolah atau lingkungan
yang bersangkutan.
b) Kemungkinan cara mengatasinya
(1) Kalau kelemahannya fatal (karena bersifat heredite), jalan yang terbaik
adalah menyalurkan atau mentransfer siswa kepada program atau
jurusan atau praktik pendidikan yang lebih sesuai dengan tingkat
kecerdasan dan jenis yang dimilikinya.
(2) Sikap, minat dan motivasi akan dapat diubah dengan jenis :
- menciptakan conditioning (reinforcement) rewards, encouragement;
- menggunakan strategi belajar yang inovatif seperti SPM, dan
sebagainya;
(3) Kebiasaan juga dapat diubah dengan jalan mengadakan conditioning dan
drill.
(4) Kalau sifat kelemahan itu terletak sumbernya di luar diri siswa, kiranya
dapat ditempuh cara pemecahan seperti di atas.
e. Rekomendasi bagi pelaksanaan pemecahannya dan referral
Berdasarkan hasil perkiraan dan identifikasi alternatif kemungkinan pemecahan
tersebut, maka langkah selanjutnya yang dikerjakan oleh guru ialah membuat
rekomendasi alternatif tindakan yang akan ditempuh untuk melaksanakan
pemecahannya.
Rekomendasi tersebut mungkin pula untuk guru bidang studi yang
bersangkutan, kalau ternyata dari analisis menghasilkan kesimpulan bahwa alternatif
pemecahan itu lebih bersifat remedial teaching; sedangkan kalau masalah dan alternatif
pemecahannya disarankan lebih bersifat counseling atau psychotherapy atau medical
treatment maka tugas guru hanya membuat referral.
-
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana terdapat suatu jarak antara prestasi
akademik yang diharapkan dengan yang diperoleh yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu
baik bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis dalam proses belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal,
yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang
berasal dari luar diri yang bersangkutan.
Diagnostik Kesulitan Belajar sebagai suatu proses upaya untuk memahami jenis dan
karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan
mempergunakan berbagai data/informasi selengkap dan seobjektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif
kemungkinan pemecahannya.
Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar yaitu mengidentifikasi kasus kesulitan
belajar; Identifikasi masalah; Identifikasi faktor penyebab kesulitan belajar; Prognosis
Mengambil Kesimpulan dan Meramalkan kemungkinan penyembuhan; Rekomendasi bagi
pelaksanaan pemecahannya dan referral.
B. Saran
Makalah yang sederhana ini hendaknya dijadikan motivasi belajar bagi pembaca untuk
mengetahui bagaimana tingkat kesulitan dalam belajar dan dapat memperluas wawasan tentang
pendidikan yang lebih jauh dan lebih dalam lagi, sehingga pembaca mengetahui dan mampu
membaca keadaan, kemelut yang terjadi di negara kita.
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Abin, S.M. (2002) Psikologi Pendidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
dan Konseling. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. (2007). Pedoman pengembangan tes diagnostik mata pelajaran IPA SMP/MTs.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
File PDF Diagnostik Kesulitan Belajar (Sugianto)
Makmun Abin Syamsudin. 2005. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Prayitno. 1995. Materi Layanan Pembelajaran Bahan Pelatihan Bimbingan