Makalah Berjudul Perbandingan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I Dengan Deregulasi Saat Ini Dan...

download Makalah Berjudul Perbandingan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I Dengan Deregulasi Saat Ini Dan Sebelumnya

If you can't read please download the document

description

ok

Transcript of Makalah Berjudul Perbandingan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I Dengan Deregulasi Saat Ini Dan...

13

TUGAS MAKALAH

PERBANDINGAN DEREGULASI PAKET KEBIJAKAN JILID I DENGAN DEREGULASI SAAT INI DAN SEBELUMNYA

DISUSUN OLEH:

MARLINA

Manajemen

Persada Bunda

Pekanbaru

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Perbandingan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I Dengan Deregulasi Saat Ini dan Sebelumnya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen saya di Universitas Persada Bunda.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Pekanbaru, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I : Pendahuluan

Latar Belakang1Rumusan Masalah1Tujuan Penulisan1Manfaat Penulisan1

BAB II : Pembahasan

Pengertian Deregulasi2Filsafat Deregul2Etika deregulasi3Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I4Deregulasi Sebelum Paket Kebijakan Jilid I6Regulator alternative7Deregulasi Setelah Paket Kebijakan Jilid I8Isi Paket Kebijakan Ekonomi September Jilid II9Isi Paket Kebijakan Ekonomi September Jilid III9Bocoran Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV11Persiapan Paket Kebjakan Ekonomi Jilid V, Ada Bahasan Deregulasi Perizinan Di Tingkat Daerah11

BAB III : Penutup

Kesimpulan12Saran12

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengumumkan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I yang berfokus pada tiga hal besar, yakni meningkatkan daya saing industri, mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi di sektor properti.

Menurut Jokowi, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah melakukan upaya stabilisasi fiskal dan moneter, termasuk di dalamnya adalah pengendalian inflasi. Sinergi kebijakan ini dilakukan guna menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan mendorong percepatan belanja pemerintah dan juga melakukan langkah-langkah penguatan neraca pembayaran.

"Langkah-langkah konkrit yang akan dilakukan pemerintah antara lain pengendalian harga komoditas pokok, seperti BBM dan pangan, kemudian pembentukan tim evaluasi dan pengawas, realisasi anggaran, dan yang ketiga pembentukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit untuk mendorong pemanfaatan biodiesel 15 persen, sehingga dapat mengurangi impor BBM dan harga ekspor kelapa sawit.

Tak hanya itu, lanjut Jokowi, pemerintah juga telah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dan menggerakkan ekonomi pedesaan. Antara lain dengan memberdayakan usaha mikro dan kecil dengan menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dengan tingkat suku bunga yang rendah. "Bunga KUR yang dulunya 22-23 persen (diturunkan) menjadi 12 persen,"

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka kami identifikasi permasalahan terhadap penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

Apakah yang dimaksud dengan Deregulasi ?Bagaimana Perbandingan Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I Dengan Deregulasi Saat Ini dan Sebelumnya?

Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan deregulasi paket kebijakan jilid i dengan deregulasi saat ini dan sebelumnya.

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang perbandingan deregulasi paket kebijakan jilid I dengan deregulasi saat ini dan sebelumnya. dan juga untuk sebagai pembelajaran bagi mahasiswa.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Deregulasi

Deregulasi adalah aturan/sistem (sistem yang mengatur) ,tindakan atau proses menghilangkan mengurangi segala aturan.

Apakah deregulasi baik atau buruk?. Ada baiknya ditangguhkan dulu debat pro dan kontra. Dari posisi pro : deregulasi secara keseluruhan (dan bukan selektif) merupakan sesuatu yang baik adanya.

Bila diringkas,deregulasi menunjuk kebijakan pemerintah mengurangi / meniadakan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak modal,barang dan jasa.Contoh-cotoh deregulasi:

Pemerintah menderegulasi bidang ekspor untuk menambah devisa negara.Deregulasi dibidang perpajakan berupa penghematan pajak bagi perusahaan berarti meringankan biaya produksi perusahaanDeregulasi dibidang ekonomi/politik :omongan bahwa, pasar merupakan mekanisme alami bagi alokasi kesejahteraan adalah omongan naif.Untuk itu paket kebijakan yang menyangkut pengadaan modal perlu menerapkan strategi deregulasi selektif.misalnya,regulasi ketat dikenakan pada transaksi yag tidak menyangkut investasi jangka panjang .Sebaliknya deregulasi serikat buruh perlu dilakukan dengan fokus pada daya tawar dan independensi.Deregulasi di sektor telekomunikasi : seandainya pemerintah mendorong pemanfaatan teknologi telekomunikasi secara maksimal,akan bermunculan potensi-potensi usaha mikro yang berawal dari basis komunikasi,mulai dari pelayanan internet murah sampai pabrikasi peralatan komunikasi sederhana.

Filsafat Deregulasi

Ketika harga minyak mulai rontok di tahun 1982, rezim Orde Baru berangsur-angsur kehilangan otonomi fiskal. Sejak itu gerak ekonomi-politik Indonesia mencari motor baru dalam rupa bisnis swasta dengan deregulasi sebagai instrumen utama. Era deregulasi mulai di tahun 1983 mencakup keuangan, pajak, tarif, bea cukai, perdagangan, investasi, pasar modal, perbankan, komunikasi, dan sebagainya.

Apakah deregulasi baik atau buruk? Ada baiknya ditangguhkan dulu debat pro dan kontra. Namun, sebagai uji coba, baiklah mulai dari posisi pro: deregulasi secara keseluruhan (dan bukan selektif) merupakan sesuatu yang sangat baik adanya.

Bila diringkas, deregulasi menunjuk ke- bijakan pemerintah mengurangi/meniadakan aturan administratif yang mengekang kebebasan gerak modal, barang, dan jasa. Dengan kebebasan gerak produksi, distribusi, dan konsumsi modal, barang, serta jasa itu, volume kegiatan bisnis swasta diharapkan melonjak. Dengan itu lanskap ekonomi Indonesia juga tidak lagi bergantung pada uang minyak.

Deregulasi telah menjadi istilah teknis ekonomi dan populer karena alasan ekonomi. Akan tetapi, penciutan istilah "deregulasi" ke bidang ekonomi itu sangat menyesatkan. Deregulasi pertama-tama bukan gagasan ekonomi, tetapi premis baru ketatanegaraan.

Etika deregulasi

Bila deregulasi berisi premis hidup-matinya negeri ini tak boleh lagi tergantung hanya pada pemerintah, tentu itu juga berarti hidup-matinya negeri ini tidak boleh lagi hanya menjadi beban tanggungan pemerintah. Segera tampak deregulasi pertama-tama bukan urusan teknis ekonomi, tetapi etika baru manajemen masyarakat. Dan itu berlaku baik untuk bidang ekonomi, budaya, pendidikan, sosial, maupun politik. Jadi, kita mesti pro atau kontra deregulasi? Dua pokok berikut ini mungkin bertentangan dengan paham tradisional yang luas diyakini, tetapi semoga ada gunanya diajukan.

Pertama, andaikan Anda penentang gigih deregulasi. Posisi kontra ini salah satunya melibatkan penolakan atas pemindahan/perluasan otoritas regulasi dari state-regulation ke self-regulation. Anda mungkin dituduh mendukung otoritarianisme, tetapi tuduhan itu bisa diabaikan. Salah satu agenda pokok penganut posisi kontra deregulasi lalu adalah memastikan agar gerakan civil society mengoreksi dan memberdayakan kapasitas pemerintah sebagai badan regulator yang baik karena pemerintah dilihat sebagai satu-satunya penanggung jawab hidup-matinya negeri ini. Tetapi, agenda ini tidak lebih dari meneruskan teriakan-teriakan kita selama ini dan deregulasi lalu juga kehilangan arti.

Kedua, andaikan Anda penuntut gigih deregulasi. Posisi pro ini berisi kesetujuan atas pemindahan/perluasan otoritas regulasi dari state-regulation ke self-regulation. Implikasi utamanya, civil society tidak-bisa-tidak berfokus pada gerakan memastikan agar sektor-sektor nonpemerintah juga menjadi aktor-regulator yang baik karena self-regulation berarti pemerintah bukan lagi satu-satunya penanggung jawab hidup-matinya negeri ini. Lugasnya, persis dari logika-internal deregulasi, sektor-sektor nonpemerintah itu kini juga tidak-bisa-tidak menjadi penanggung jawab hidup-matinya negeri ini. Itu berlaku baik bagi sektor bisnis, media, maupun perguruan tinggi, dari soal acara televisi, rusaknya gedung sekolah, busung lapar, sampai keluasan korupsi.

Apa yang terjadi bila sektor-sektor nonpemerintah menuntut deregulasi seluasnya, tetapi membebankan semua hanya kepada pemerintah dan juga tidak mau ikut menjadi solusi atas labirin masalah Indonesia? Itulah yang rupanya sedang terjadi. Deregulasi lalu tidak lebih dari siasat para pelaku sektor-sektor nonpemerintah untuk menjadi free riders di negeri ini. Free rider kira-kira berarti "penumpang yang tidak membayar". Maka tidak perlu kaget bila para programmers televisi merasa tidak punya urusan dengan pendidikan kultural warga Indonesia. Tak mengherankan pula bila para bos perusahaan tambang merasa tidak punya urusan dengan kehancuran lingkungan seperti di Pantai Buyat.

Kita bisa meratapi atau merayakan deregulasi, tetapi itu masih jauh dari memahami bahwa deregulasi melibatkan agenda ketatanegaraan yang lebih mendalam daripada sekadar perkara efisiensi ekonomi.

Deregulasi Paket Kebijakan Jilid I

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Keuangan BAmbang S. Brojonegoro, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Gubernur BI Agus Martowardojo dan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad serta jajaran Kabinet Kerja bidang Ekonomi mengumumkan paket kebijakan untuk mengatasi pelemahan ekonomi global di Istana Merdeka.

Paket ekonomi untuk menyehatkan perekonomian sudah diluncurkan. Belum dipastikan pasar akan langsung bereaksi. Dollar yang terus menekan rupiah, sektor perekonomian lesu membuat Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan yang diharap mampu menjadi penyelamat. Jokowi mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama. Pengumuman berlangsung di Istana Negara, Jokowi didampingi para menteri bidang ekonomi. Hadir dalam acara tersebut Ketua OJK Muliaman D Hadad, Gubernur BI Agus Martowardojo, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Mentan Amran Sulaiman, Mendag Thomas Lembong, dan Seskab Pramono Anung. pemerintah meluncurkan paket kebijakan tahap pertama September 2015 yang terdiri dari tiga langkah.

Langkah pertama, mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha. Jokowi mengatakan ada 89 peraturan yang dirombak dari 154 peraturan yang masuk ke tim. Sehingga ini bisa menghilangkan duplikasi bisa memperkuat koherensi, dan memangkas peraturan yang tak relevan dan menghambat daya saing industri nasional.

Selain itu, sudah disiapkan 17 peraturan pemerintah, 11 rancangan peraturan presiden, 2 rancangan instruksi presiden, 63 rancangan peraturan menteri, dan 5 rancangan peraturan lain. Selain itu, pemerintah melakukan langkah penyederhanaan izin, memperbaiki prosedur kerja perizinan, memperkuat sinergi, menggunakan pelayanan berbasis elektronika,.

Pemerintah berkomitmen menyelesaikan semua paket deregulasi pada September dan Oktober 2015. Jadi nanti akan ada paket I, Paket II, dan paket III akan secara konsisten.

Kedua, mempercepat proyek strategis nasional, menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional. Menurut Jokowi antara lain penyederhanaan izin tata ruang dan penyediaan lahan, percepatan pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta deskresi dalam hambatan masalah hukum. Pemerintah juga memperkuat peranan kepala daerah untuk melakukan dan memberikan dukungan percepatan proyek strategis nasional.

Ketiga, meningkatkan investasi di sektor properti. Pemerintah mendorong pembangunan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan membuka peluang investasi yang lebih besar di properti. Saya ingin menekankan paket kebijakan ekonomi bertujuan untuk menggerakan sektor riil kita yang akhirnya memperkuat pondasi perekonomian kita ke depan.

Stimulus tahap pertama September 2015 akan memperkuat industri nasional, akan mengembangkan usaha mikro kecil menengah dan koperasi, memperlancar perdagangan antar daerah, dan pariwisata, dan menjadikan kesejahteraan nelayan semakin membaik dengan menaikkan produksi ikan tangkap dan penghematan bahan bakar sebesar 70% melalui konversi bahan bakar solar ke elpiji.

Pemerintah tak mungkin bisa bekerja sendirian, butuh kerja sama dan dukungan. Mari bersatu bergotong royong menghadapi tantangan melemahnya perekonomian global. Saya ingin menegaskan pemerintah tak hanya komitmen menggerakkan ekonomi nasional dengan paket ekonomi ini. Pemerintah juga serius dalam melaksanakan komitmen.

Reaksi bermunculan, paket ekonomi tahap I untuk sementara waktu dinilai mampu menenangkan pasar keuangan dan dunia usaha. Paling tidak, agenda ini menjadi sinyal tekad pemerintah membenahi ekonomi. Itu sebabnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Adhi S Lukman menilai, paket ini menumbuhkan optimisme. Kini, pengusaha menanti keseriusan pemerintah menjalankan isi paket ekonomi itu.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menilai, di atas kertas, isi paket ekonomi ini bisa menjadi angin segar bagi pasar. Lagi pula secara umum isi paket ini belum sepenuhnya sesuai harapan pasar dan masih memberi kesan setengah hati. Apalagi isinya nyaris tak ada yang baru, terkesan sekadar mengumpulkan sejumlah agenda serta rencana kerja yang sudah ada. Dengan kata lain, tak ada resep spesial yang diracik pemerintah dalam paket ekonomi ini.

Salah satu yang disorot, misalnya, kata David Sutyanto, Analis First Asia Capital, paket ekonomi ini masih terlalu parsial dan belum menjangkau semua persoalan yang dihadapi ekonomi Indonesia saat ini. Urusan fiskal, misalnya, paket ini belum menjangkau stimulus fiskal seperti keringanan pajak yang dinanti oleh emiten menjelang akhir tahun.

Ekonom Universitas Indonesia Berly Martawardaya melihat beberapa kebijakan ekonomi yang diumumkan belum secara tegas dan detail menyebutkan langkah memperkuat rupiah dan peningkatan daya beli masyakarat, utamanya daya beli masyarakat perkotaan dan kelas menengah. Padahal daya beli kelompok inilah yang sekarang paling terpukul, utamanya akibat pelemahan rupiah. Di sisi lain, pemerintah masih kukuh mempertahankan target pajak. Seharusnya target pajak diturunkan agar petugas pajak mengerem dan pengusaha tidak khawatir.

Dari Senayan, Wakil Ketua Komisi XI Marwan Cik Asan mengatakan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo, cukup efektif untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Namun, implementasi kebijakan itu harus diawasi secara ketat agar berjalan efektif. Presiden sesuai pidatonya berjanji akan memantau langsung efektivitas kebijakan ini di lapangan. Ini hal yang penting, jangan sampai kebijakan ekonomi yang sudah baik gagal mendorong pertumbuhan hanya karena tidak dilaksanakan secara tepat di lapangan.

Lima paket kebijakan yakni kemudahan visa wisatawan, elpiji untuk nelayan, tambahan bantuan raskin selama dua bulan, percepatan penyaluran dana desa, dan perluasan sumber daging sapi merupakan kebijakan yang tepat untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.

Kebijakan mengenai deregulasi peraturan seperti yang diinginkan Presiden akan sulit dirasakan dalam waktu singkat. Lima paket kebijakan yang diberikan Jokowi saat ini tidak jauh beda dengan usulan yang diberikan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

Saran Pak SBY agar jangan semua terfokus ke infrastruktur, tapi melihat juga apa yang dibutuhkan rakyat saat ini dan efektif mendongkrak daya beli masyarakat,.

Deregulasi Sebelum Paket Kebijakan Jilid I

Isi premis baru ketatanegaraan itu mungkin bisa ditunjuk dengan dua lapis argumen berikut. Lapis pertama, deregulasi berisi gagasan bahwa jatuh-bangun dan hidup-matinya suatu negeri tak boleh lagi hanya bergantung pada kekuasaan rezim yang sedang memerintah. Jadi, jatuh-bangun dan hidup-matinya ekonomi, budaya, atau pendidikan di Indonesia tidak boleh lagi hanya bergantung pada inisiatif pemerintah, entah itu rezim Soeharto atau Susilo B Yudhoyono. Itulah mengapa deregulasi melibatkan pemindahan berbagai inisiatif, dari pemerintah ke sektor-sektor nonpemerintah.

Sejak 1 Januari 1984, misalnya, metode "valuasi pemerintah" (official assessment) dalam pengumpulan pajak diganti menjadi "penghitungan diri" (self-assessment). Artinya, penghitungan pajak tidak lagi dimulai oleh petugas pajak, tetapi oleh wajib pajak sendiri, lalu petugas pajak melakukan crosscheck. Tentu perubahan itu ditujukan untuk sasaran ekonomi, seperti efisiensi dan pembatasan kuasa petugas pajak bagi peningkatan revenue dari pajak. Namun, implikasi praktis terhadap urusan fiskal ini hanyalah konsekuensi dari gagasan lebih fundamental tentang deregulasi: bahwa hidup-matinya Indonesia tidak boleh lagi bergantung hanya pada inisiatif dan tindakan aparat pemerintah.

Lapis kedua, justru karena itu deregulasi juga menunjuk gagasan baru bahwa jatuh-bangun dan hidup-matinya kondisi politik, ekonomi, budaya, ataupun pendidikan di Indonesia juga tidak bisa lagi hanya menjadi beban tanggungan pemerintah. Lugasnya, solusi atas masalah Indonesia juga merupakan beban tanggungan sektor-sektor nonpemerintah. Lapis ini sejajar dengan lapis pertama di atas. Andaikan "deregulasi" adalah sekeping mata uang, pokok dalam lapis pertama dan kedua merupakan dua sisi dari satu keping mata uang yang sama.

Dua lapis pengertian di atas mungkin terdengar aneh bagi mereka yang mengartikan deregulasi hanya sebagai soal teknis, seperti pengertian umum dalam alam pikir ekonomi dewasa ini. Namun, dalam "republik refleksi", kita selalu butuh kembali ke prinsip paling sederhana, yang kira-kira berbunyi begini: pengertian luas bukanlah bukti validitas.

Dari pokok-pokok di atas mungkin segera tampak, de-regulasi bukan berarti tidak-adanya regulasi, melainkan perluasan/pemindahan locus otoritas regulasi, yaitu dari state-regulation ke self-regulation. Maka, de-regulasi sesungguhnya berisi re-regulasi, dengan self sebagai aktor-regulator alternatif. Istilah "self" bisa berupa individu perorangan, bisa juga badan usaha bisnis/ perusahaan, dan bisa pula pemerintahan lokal yang otonom.

Regulator alternative

Apa dasar self bertindak sebagai aktor-regulasi alternatif? Dasarnya adalah self-determination yang terungkap dalam kebebasan dan kedaulatan pilihan individual. Tetapi masih perlu dikejar lanjut. Kalau sumber daya pemerintah melakukan state-regulation adalah mandat, apa sumber daya self-regulation? Jawab: pemilikan/kontrol atas berbagai sumber daya (finansial, teknologis, fisik, informasi, material, dan sebagainya) yang diubah menjadi capital. Itulah mengapa terjadi penerapan istilah "capital" pada bidang-bidang seperti budaya (cf cultural capital), pengetahuan (cf symbolic capital), dan lain-lain.

Dengan itu deregulasi melahirkan gejala baru, yaitu kedaulatan dan kebebasan selera individual menjadi locus kekuatan regulatif baru yang tidak kalah menentukan dibanding kekuatan regulatif pemerintah. Modelnya adalah kinerja "kebebasan pilihan individual" dalam ekonomi pasar-bebas (cf "saya bebas berbuat apa pun menurut selera saya dan selera apa pun yang bisa saya beli"). Dalam arti tertentu bahkan bisa dibilang, pemerintah sering tinggal menjadi penjaga legalitas, tanpa sepenuhnya mampu menjadi regulator.

Ambillah acara di layar televisi sebagai contoh. Sudah lama meluas keluhan tentang rendahnya mutu acara televisi yang dikuasai program gosip, klenik, jingkrak-jingkrak, badut-badutan, serta histeria idola. Pemerintah tidak bisa lagi menjadi regulator acara televisi tanpa dituduh otoriter. Mungkin para programmers acara televisi bilang acara-acara itulah demand pemirsa. Tetapi karena klaim itu tidak ada sebelum programmers menayangkan acara-acara tersebut, dengan lugas bisa dikatakan regulatornya adalah corak selera para programmers televisi. Kemudian muncul apologi, misalnya "bukankah pepatah Romawi pun mengingatkan bahwa manusia tidak hanya membutuhkan roti, tetapi juga komedi?".Dalih itu menggelikan karena soalnya justru sebagian besar acara televisi berupa "komedi". Tambahan lagi, pepatah itu datang dari kaisar seperti Nero dan Commodus sebagai siasat meninabobokan warga Roma dengan orgi darah di Colosseum.

Sekali lagi, de-regulasi bukan pengha- pusan regulasi, tetapi re-regulasi menurut selera pribadi. Dengan itu kekuatan-regulatif penentu corak kehidupan publik bukan lagi hanya daya-regulatif pemerintah, tetapi juga daya-regulatif kebebasan selera/pilihan individual. Pokok sederhana ini punya implikasi sangat jauh.

Deregulasi Setelah Paket Kebijakan Jilid I

Paket ekonomi Jilid I yang ditawarkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang mengedepankan deregulasi dan debirokrasi ternyata banyak kelemahan. Bahkan menjadi sorotan pengusaha karena tak seperti yang dipidatokan sang presiden.

Karena banyak masukan dari pengusaha, maka fokus pemerintah saat ini menyelesaikan harmonisasi aturan dalam deregulasi. Selain paket jilid 1 yang sudah dirilis awal September lalu, paket jilid 2 rencananya akan dirilis pada akhir September. Selanjutnya paket jilid 3 akan diterbitkan pada pekan ke-2 Oktober.

Program deregulasi 134 yang dicanangkan pemerintah mendapat banyak respons dari pelaku usaha. Sebab, ketika masuk ke tahap implementasi, ada beberapa halyang dinilai pelaku usaha tidak cocok.

Menurut mantan ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang kini menjadi tangan kanan Wapres Jusuf Kalla (JK) itu, pemerintah memilih berhati-hati dalam proses deregulasi.

Tujuannya, aturan baru hasil deregulasi tidak tumpang tindih atau justru menjadi penghambat baru bagi pelaku usaha. Karena tujuan utamanya adalah mengilangkan high cost economy (ekonomi biaya tinggi).

Paket kebijakan ekonomi jilid 2 yang rencananya bakal dirilis akhir September, saat ini memang tengah dimatangkan di Kementerian Koordinator Perekonomian. Namun, belum dibahas di level presiden dan wakil presiden. Berdasarkan informasi yang dihimpun, paket jilid 2 ini akan lebih banyak fokus pada peningkatan daya beli masyarakat, pemberian insentif perpajakan, dan reformasi anggaran belanja pemerintah.

Di antara tiga poin tersebut, paket insentif perpajakan untuk wajib pajak perorangan dan wajib pajak perusahaan yang pembahasannya paling alot. Sebab, dengan realisasi penerimaan pajak yang relatif rendah seperti saat ini, Kementerian Keuangan tidak ingin jika pemberian insentif pajak besar-besaran bakal kian menyusutkan realisasi penerimaan pajak.

Dengan masih alotnya pembahasan tersebut, rencana pemerintah untuk merilis paket kebijakan ekonomi jilid 2 pada akhir September pun berpotensi molor menjadi Oktober. Itu pun dengan catatan jika proses deregulasi dalam paket kebijakan ekonomi jilid 1 sudah tuntas dilakukan.

Pelaku usaha pun mendesak agar pemerintah tidak terlalu buru-buru merilis paket kebijakan ekonomi jilid 2. Sebab, deregulasi 134 peraturan saja belum tuntas hingga saat ini.

Isi Paket Kebijakan Ekonomi September Jilid II

Joko Widodo (Jokowi) merilis paket kebijakan ekonomi untuk menstimulus kondisi perekonomian Indonesia yang lemah, bernama September II.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, rilis paket kebijakan tersebut terkait dengan pembenahan izin investasi di dalam negeri.

Menurutnya, paket kebijakan baru ini dikeluarkan lantaran dalam paket September I terlalu banyak peraturan yang diubah sehingga substansi dan dampaknya menjadi sedikit. (Baca: Ini Tiga Paket Kebijakan Ekonomi September I Jokowi).

"Dengan paket yang jumlah peraturannya puluhan bahkan ratusan akhirnya penjelasan kita berubah menjadi angka. Yang dijelaskan Permennya berubah menjadi sekian. Jadi substansinya kurang.

Sebab itu, Jokowi memberikan arahan bahwa paket tersebut tidak perlu terlalu banyak namun konkret dan dampaknya dirasakan masyarakat dan kalangan dunia usaha. Paket September II ini difokuskan untuk mempercepat layanan investasi di Tanah Air.

Darmin menjelaskan, izin investasi di Indonesia ini sedianya terdapat dua kelompok yaitu kelompok investasi di kawasan industri, dan luar kawasan industri.

Selama ini, lanjut dia, setidaknya butuh 526 hari untuk mengurus perizinan di kawasan industri, yang terdiri dari delapan hari untuk izin badan usaha, serta sisanya untuk mengurus 11 perizinan, termasuk untuk perizinan konstruksi.

"Dalam paket September II ini, investasi yang dilakukan di kawasan industri yang tadinya perizinan badan usaha delapan hari, dan 11 perizinan lainnya tidak diperlakukan sebagai izin lagi tapi sebagai standar atau sebagai syarat. Izin investasi di kawasan industri akan jauh lebih cepat.

Isi Paket Kebijakan Ekonomi September Jilid III

Presiden Jokowi kembali merilis paket kebijakan ekonomi jilid III untuk periode awal Oktober. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali merilis paket kebijakan ekonomi jilid III untuk periode awal Oktober. Fokus paket kebijakan kali ini untuk memperbaiki dan mempermudah iklim usaha, serta memperjelas pengurusan perizinan dan syarat berusaha di Indonesia.

Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, dalam paket ini ada dua poin besar yaitu mengenai penurunan tarif dan atau harga. Kedua, penyederhanaan izin pertanahan, bidang pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.

"Untuk kelompok pertama harga BBM, harga avtur, elpiji 12 kilogram, pertamax dan pertalite efektif turun sejak 2015. Angkanya dijelaskan Pak Sudirman (Menteri ESDM Sudirman Said). Harga premium tetap.

Sementara, untuk harga gas industri akan ditetapkan sesuai kemampuan daya beli industri. Namun, kebijakan ini baru akan berlaku efektif 1 Januari 2016.

Hal tersbeut lantaran, pemerintah perlu mengubah aturan mengenai penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sebab, keputusan untuk menurunkan harga gas industri ini dilakukan dengan mengurangi penerimaan negara dari PNBP. (Baca: Ini Isi Paket Kebijakan Ekonomi September II Jokowi).

"Perlu digarisbawahi bahwa penurunan harga gas ini tidak memengaruhi penerimaan dari bagian perusahaan gas kontrak karya. Ini yang dikurangi PNBP-nya dan biaya distribusinya. Jadi tolong dicatat lebih baik, karena dikira nanti dunia usaha dipaksa turun penerimaannya.

Selanjutnya, untuk tarif listrik PT PLN (Persero) sebelumnya telah menerapkan tarif penyesuaian (adjustment) dan untuk pelanggan dengan tipe I3 dan I4 telah dilakukan penyesuaian. Dalam paket ini, BUMN kelistrikan tersebut juga menambah insentif dengan memberikan diskon harga pemakaian listrik untuk tengah malam. Terutama dari jam 23.00 hingga 08.00 pagi sebesar 30%.

Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) ini menuturkan, paket kebijakan jilid III ini juga mengubah kebijakan mengenai penerima kredit usaha rakyat (KUR). Sebelumnya, keluarga yang memiliki penghasilan tetap alias pegawai tidak bisa diberi KUR lantaran takut konsumtif.

"Tapi faktanya banyak pegawai, istrinya buka salon, warkop. Sehingga sepanjang digunakan untuk kegiatan produktif seperti itu maka KUR yang diberikan itu dikategorikan KUR produktif bukan konsumtif,.

Penyederhanaan izin pertanahakatan untuk bidang pertanahan untuk kegiatan penanaman modal dengan merevisi Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 2 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria.

Bocoran Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV

Beberapa hal yang mungkin masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV Presiden Joko Widodo (Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan beberapa hal yang mungkin masuk dalam paket kebijakan ekonomi jilid IV Presiden Joko Widodo (Jokowi) pekan depan.

Darmin mengatakan, dalam paket kebijakan lanjutan ada sektor ketenagakerjaan. Pemerintah akan lebih fokus mendorong kegiatan ini, bukan lagi deregulasi seperti isi paket sebelumnya.

"Soal ketenagakerjaan mungkin. Saat ini kita kalau dibilang menyusun kebijakan bagaimana mendorong kegiatannya bukan deregulasi,".

Kendati rupiah sudah semakin perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (USD), menilai, semua fundamental ekonomi harus diperbaiki agar tidak terus melambat.

"Yang membaik itu baru rupiah, yang kita perlu kegiatan meningkatkan ekonomi supaya perlambatan tidak keterusan. Ini jangan dilihat semuanya sudah baik, ada rapat The Fed yang jalan lagi, tapi bukan ke arah sana (paket kebijakan IV),".

Persiapan Paket Kebjakan Ekonomi Jilid V, Ada Bahasan Deregulasi Perizinan Di Tingkat Daerah

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah sedang menyiapkan paket kebijakan ekonomi jilid V yang diantaranya membahas deregulasi perizinan di tingkat daerah.

Darmin tidak membicarakan fokus paket kebijakan jilid V lebih lanjut, namun ia memastikan paket ini akan diumumkan paling cepat setelah kunjungan Presiden Joko Widodo Ke Amerika Serikat akhir Oktober 2015.

Pemerintah baru mengumumkan paket kebijakan ekonomi jilid IV yang diantaranya mengenai kebijakan pengupahan yang lebih sederhana, perluasan penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan implementasi pemberian kredit oleh LPEI untuk mencegah PHK.

Garis besar penerbitan paket kebijakan ekonomi tersebut adalah mempercepat pengembangan ekonomi makro yang kondusif, menggerakkan ekonomi nasional, melindungi masyarakat berpenghasilan rendah serta menggerakkan ekonomi pedesaan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah paket kebijakan jilid I yang lebih banyak berisi deregulasi peraturan dikritik oleh banyak pelaku pasar karena dianggap tidak berdampak jangka pendek, respon lebih positif muncul setelah pengumuman paket kebijakan jilid III.

Efek positif dari paket kebijakan ekonomi pemerintah adalah kepastian penyederhanaan birokasi untuk investasi, dan insentif bagi dunia usaha. Dengan penyederhanaan birokrasi dan pemberian insentif, investor semakin percaya diri untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Efek kebijakan lainnya, pengusaha juga tidak ragu untuk membawa dolarnya ke Tanah Air dan menukarkannya dengan rupiah.

Pada paket deregulasi (jilid I), kedua perizinan usaha dipangkas menjadi hanya tiga jam sehingga investor dapat dengan cepat menerima kepastian dalam merealisasikan investasinya.

Pengamat pasar keuangan William Surya Wijaya meyakini paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah diapresiasi investor sehingga membuka peluang arus dana asing kembali masuk ke Indonesia yang akhirnya mengangkat rupiah.

Pemilik modal biasanya mengantisipasi terlebih dahulu dengan kembali melakukan investasi. Nilai tukar rupiah yang terapresiasi menandakan kebijakan pemerintah direspons positif.

Salah satu kebijakan ekonomi jilid III yakni penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), gas dan tarif listrik bagi industri dapat menekan beban biaya perusahaan di sektor aneka industri di antaranya otomotif dan komponennya, tekstil dan elektronik.

Namun diharapkan kebijakan pemerintah itu direspon dengan penurunan harga jual produknya agar daya beli masyarakat kembali meningkat sehingga dampaknya ke ekonomi dalam negeri dapat dirasakan.

Saran

Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan pemerintah lebih realistis untuk tetap menjaga stabilitas ekonomi nasional dibandingkan paket sebelumnya. Ini kesempatan konsolidasi ekonomi nasional beberapa bulan ke depan menjelang 2016 dimana perkiraan kenaikan the Fed rate akan diberlakukan.

Penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS perlu terus dijaga khususnya di tengah perlambatan dan ketidakpastian global. Penguatan sektor riil menjadi satu-satunya cara untuk menahan spekulasi di sektor pasar uang dan pasar modal.

DAFTAR PUSTAKA

B Herry-Priyono Pengajar Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, Alumnus London School of Economics (LSE), Inggris

http://ekbis.sindonews.com/read/1039884/33/ini-bocoran-paket-kebijakan-ekonomi-jokowi-jilid-ii-1441186639

http://ekbis.sindonews.com/read/1042658/33/ini-tiga-paket-kebijakan-ekonomi-september-i-jokowi-1441801753http://ekbis.sindonews.com/read/1048979/33/ini-isi-paket-kebijakan-ekonomi-september-ii-jokowi-1443523678

http://ekbis.sindonews.com/read/1051193/33/ini-isi-lengkap-paket-kebijakan-ekonomi-jokowi-jilid-iii-1444218446

http://ekbis.sindonews.com/read/1051891/33/ini-bocoran-paket-kebijakan-ekonomi-jilid-iv-jokowi-1444402931

http://toppesan.com/2015/09/29/dorong-penyerapan-tenaga-kerja-paket-deregulasi-jilid-2-segera-diluncurkan/

Sumber: http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/01/opini/1789156.htm

Bottom of Form