Paper Konservasi JILID

download Paper Konservasi JILID

of 21

Transcript of Paper Konservasi JILID

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI

KEBERHASILAN PERAWATAN ULANG SALURAN AKAR DENGAN BAHAN SEALING BIOKERAMIK

OLEH: 1. 2. ERLITA SARI 060600075 VINCENT PANTO 060600182

PEMBIMBING: CUT NURLIZA,drg., M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 20121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI

KEBERHASILAN PERAWATAN ULANG SALURAN AKAR DENGAN BAHAN SEALING BIOKERAMIK

Pembimbing

Mahasiswa

Erlita Sari Cut Nurliza,drg.,M.Kes NIP. 19560105 198203 2 002 Vincent Panto

060600075

060600182

2

ABSTRAKPendahuluan: Keberhasilan perawatan ulang saluran akar dengan penyingkiran bahan sealer biokeramik (Bioceramic Sealer / BCS) (Brasseler Amerika Serikat, Savannah, GA) belum pernah diteliti sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pelarut dan instrumentasi putar dalam penyungkiran BCS yang dikombinasikan dengan gutta percha (GP) dibandingkan dengan sealer AH Plus dengan gutta percha (Dentsply, Tulsa, OK). Metode: Saluran akar mesiobukal dari 40 gigi molar mandibula yang diinstrumentasi dan diobturasi dengan GP / AH Plus dengan pemadatan vertikal atau GP / BCS menggunakan cone tunggal. Sampel dibagi dalam kelompok-kelompok dengan cone utama GP ditempatkan sesuai panjang kerja (WL) atau dikurangi 2 mm dari panjang kerja (Working Length / WL). Kemudian saluran dibersihkan dengan pemanasan, kloroform, instrumen putar, dan file. Kemampuan untuk mendapatkan kembali WL dan patensi dievaluasi selama penyingkiran bahan obturasi. Sampel yang representatif juga dianalisis melalui pemindaian mikroskop elektron. Hasil: WL tidak diperoleh kembali 70% dari jumlah sampel dengan BCS dan cone utama GP ditempatkan lebih pendek dari WL. patensi tidak didapatkan kembali 20% dari jumlah sampel dengan BCS dan cone utama GP ditempatkan sesuai WL atau 70% dari sampel dengan BCS dan cone utama yang ditempatkan lebih pendek dari WL tersebut. Kata Kunci : Bioceramics, obturation, retreatment, root canal sealer.

PENDAHULUAN3

Salah satu kunci untuk mencapai keberhasilan perawatan endodonti adalah obturasi saluran akar.1 Setelah tahap pembentukan dan pembersihan yang tepat, obturasi dilakukan untuk menutup sistem saluran akar untuk perbaikan jaringan serta menghindari saluran akar terinfeksi kembali. Keberhasilan obturasi saluran akar dicapai tidak hanya dipengaruhi teknik yang digunakan, tetapi juga oleh jenis bahan yang dipilih untuk perawatan.2 Meskipun obturasi endodonti menggunakan gutta percha, sealer endodonti juga digunakan dengan tujuan untuk mengurangi celah yang ada antar gutta percha dan diantara gutta percha dengan dinding saluran akar.1,3 Oleh sebab itu, sealer endodonti harus memiliki beberapa sifat fisikokimia untuk memenuhi syarat sebagai bahan yang baik.3-6 Grossman (1958), mengemukakan bahwa sealer endodonti harus memiliki beberapa persyaratan, yaitu: biokompatibilitas, penempatan dan penyingkiran yang mudah ke dalam saluran akar, kekentalan selama digunakan, adhesi yang baik dengan dinding saluran akar, waktu yang baik, stabilitas dimensi, aliran yang baik, radiopasitas yang baik, tidak menyebabkan perubahan warna, tidak larut dalam cairan jaringan dan saliva, impermeabilitas, dan aktivitas antimikroba.7 Brasseler Amerika Serikat (Savannah, GA) diperkenalkan sealer biokeramik untuk menyediakan metode obturasi yang mampu mencapai tingkat keberhasilan yang baik dan diperkirakan dapat dipraktekkan oleh kebanyakan praktisi dengan memanfaatkan keuntungan dari sifat biokompatibilitas dan sifat fisik dari bahan biokeramik.8 Berdasarkan petunjuk pabrik, Bio Ceramic Sealer (BCS) adalah suatu campuran, dapat diinjeksi, bersifat radiopak, bahan

biokeramik yang terdiri dari zirkonium oksida, kalsium silikat, kalsium fosfat monobasa, kalsium hidroksida, dan bahan pengisi dan thickening agents. BCS bersifat hidrofilik dan memanfaatkan cairan di dalam tubulus dentin untuk memulai dan melengkapi reaksi. Waktu reaksi bisa lebih dari 4 jam pada suhu kamar. Waktu reaksi tergantung pada keadaan kelembaban di tubulus dentin dan4

bereaksi mulai 4 hingga lebih dari 10 jam di saluran akar yang sangat kering. Sebuah situs web menyatakan sealer tidak bisa mengalami penyusutan pada waktu beraksi, sehingga tidak menghasilkan jarak diantara guttapercha (GP), sealer, dan dentin. Situs web tersebut juga menyatakan sealer sangat biokompatibel dengan sifat antibakteri selama waktu reaksi karena pH yang sangat basa.9,10 Sifat-sifat bahan obturasi yang ideal atau sealer dilaporkan oleh Grossman.11 Sejauh ini beberapa sifat bahan obturasi ideal ditunjukkan sealer biokeramik pada penelitian terbatas yang telah dipublikasikan sebelumnya. Kemampuan bahan biokeramik iRoot SP (VerioDent) dalam menutup bagian apikal dengan GP cone tunggal baru-baru ini terbukti sama efektifnya dengan AH Plus (Dentsply, Tulsa, OK) dengan GP menggunakan teknik kondensasi gelombang lanjutan.12 Zhang et al juga menunjukkan aktivitas antimikroba iRoot SP terhadap Enterococcus faecalis.10 Sifat tambahan dari bahan ideal yang saat ini belum dibahas dalam studi sealer biokeramik adalah kemampuan untuk dapat dengan mudah dibersihkan dari saluran akar jika perlu dilakukan perawatan ulang. Karena bahan biokeramik berbasis kalsium fosfat silikat merupakan bahan yang dikenal sulit pada penyingkirannya, keberhasilan untuk merawat ulang saluran akar yang telah diobturasi dengan BCS menjadi perhatian penting bagi praktisi medis.13 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pelarut umum dan instrumentasi putar pada perawatan ulang dengan GP dan BCS dibandingkan dengan GP dan AH Plus.

TINJAUAN PUSTAKA

Sealer endodonti memiliki peranan penting sebagai bahan akhir pengisi saluran akar, berfungsi untuk menutup sistem saluran akar dan mencegah terinfeksinya kembali saluran akar5

akibat masuknya bakteri pada saluran akar yang telah dipreparasi dan obturasi.5 Pada penelitian in vitro, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan kombinasi GP ditambah bahan sealer dan GP saja. Pada pengisian dengan kombinasi GP dan sealer memiliki kemampuan menutup sistem saluran yang akar lebih baik dibandingkan pengisian menggunakan GP saja. Beberapa peneliti pada tahun yang berbeda meneliti kemampuan GP menutup tanpa sealer, dan hasilnya 48 jam setelah obturasi ditemukan terjadi kebocoran pada saluran akar lebih signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diobturasi menggunakan GP dan sealer.14 Pada jurnal Endodonti Topics (2005) oleh DAG RSTAVIK mengelompokkan tipe-tipe sealer endodonti yang dapat dilihat pada tabel 1. Pada tabel tersebut dikelompokkan beberapa tipe sealer endodonti berdasarkan bahan kandungan utama yang berbeda. Penggunaan sealer berbasis biokeramik dengan kemampuan osseokonduktivitasnya, hydrofilitasnya, kemampuan perlekatan dan ikatan kimia pada dentin saluran akar merupakan pendekatan yang efektif dalam menghindari microspace antara dinding saluran akar dan bahan pengisi saluran akar untuk jangka panjang. Karena microspace memungkinkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme di saluran akar tersebut.13

6

Tabel 1. Tipe-tipe sealer endodonti5 Beberapa kelebihan dari sealer endodonti berbasis keramik yaitu :1. Sealer endodonti berbasis keramik memiliki sifat hidrofilik, dengan sudut kontak kecil.

Kelebihan ini memungkinkan sealer mudah menyebar ke seluruh permukaan dentin saluran akar dan masuk juga ke dalam saluran akar lateral. Jadi tidak dibutuhkan praparasi saluran akar kembali dengan bur taper ukuran 06. Resiko terjadinya fraktur saluran akar berkurang. 13 (Dapat dilihat pada Gambar 1.)

7

Gambar 1.

Gambar potongan horizontal dari saluran akar yang terisi dengan iRootSP13

2. Selama pengerasan sealer berbasis keramik mengembang. Perluasan sealer biokeramik

iRoot SP dan iRoot BP signifikan 0,2%. Sealer biokeramik yang baru ini membentuk ikatan kimia dengan dentin dinding saluran akar. Oleh sebab itu, tidak terdapat ruang antara sealer dengan dinding saluran akar. Hal ini ditunjukkan dengan polimerisasi sinar secara mikroskopis dan didapatkan gambaran lebih baik dengan SEM.13

Gambar 2. Polimerisasi mikroskopis13

sinar

secara Gambar 3. SEM perbesaran 5000 x13

3. Sealer berbasis biokeramik mampu mengurangi rasa sakit dengan cepat pada kasus

inflamasi periapikal akut. Setelah dilakukan instrumentasi dan pembersihan saluran akar kemudian diisi dengan bahan iRoot SP dan rasa sakit akan berkurang dan benar-benar hilang dalam waktu 50 menit hingga beberapa jam.134. Pada kasus ekstrusi bahan sealer berbasis MTA dari saluran akar dikaitkan dengan rasa

nyeri yang parah dirasakan oleh pasien. Namun ketika sealer berbasis biokeramik seperti bioagregat atau iRoot diekstrusikan, rasa sakit realtif kecil atau hampir tidak ada. Kurangnya rasa sakit ini dapat dijelaskan dengan karakteristik dari bahan material baru ini. Selama8

pengerasan bahan ini menghasilkan hidroksiapatit dan setelah proses pengerasan selesai bahan ini menunjukkan hasil yang sama sebagai non-resorbable hidroksiapatit berbasis biokeramik yang digunakan sebagai pengganti tulang di bedah mulut. Hidroksiapatit yang terbentuk osteokunduktif.135. Bahan berbasis MTA dan bioagregrat memiliki radioopasitas yang kurang, berbeda dengan

bahan sealer berbasis biokeramik iRoot SP dan BP. Perbedaan ini dapat dengan mudah ditunjukkan pada penelitian berikut. Saluran akar gigi yang telah diekstraksi dan telah diintsrumentasi dengan file TF (SybronEndo) dan dibersihkan. Dua saluran akar diisi dengan iRoot SP dan yang lainnya diisi dengan bioagregat .(Gambar 4.) Kemudian dapat dibandingkan radiopasitas dari iRoot SP pada gambar di sebelah kiri dan bioagregat di sebelah kanan.13

Gambar 4. Perbandingan radiopasitas dari iRoot Sp di saluran akar sebelah kiri dan bioagregat pada saluran akar sebelah kanan.13

PEMBAHASAN

Brasseler Amerika Serikat (Savannah, GA) diperkenalkan sealer biokeramik untuk menyediakan metode obturasi yang dapat mencapai tingkat keberhasilan yang baik dan diperkirakan dapat dipraktekkan oleh kebanyakan praktisi dengan memanfaatkan keuntungan dari sifat biokompatibilitas dan sifat fisik dari bahan biokeramik.8 Berdasarkan petunjuk pabrik, BCS adalah suatu campuran, dapat diinjeksi, bersifat radiopak, bahan biokeramik yang terdiri dari9

zirkonium oksida, kalsium silikat, kalsium fosfat monobasa, kalsium hidroksida, dan bahan pengisi dan thickening agents. BCS bersifat hidrofilik dan memanfaatkan cairan di dalam tubulus dentin untuk memulai dan melengkapi reaksi. Waktu reaksi bisa lebih dari 4 jam pada suhu kamar. Waktu reaksi tergantung pada keadaan kelembaban di tubulus dentin dan bereaksi mulai 4 hingga lebih dari 10 jam di saluran akar yang sangat kering. Sebuah situs web menyatakan sealer tidak bisa mengalami penyusutan pada waktu beraksi, sehingga tidak menghasilkan jarak diantara guttapercha (GP), sealer, dan dentin. Situs web tersebut juga menyatakan sealer sangat biokompatibel dengan sifat antibakteri selama waktu reaksi karena pH yang sangat basa .9,10 Sifat-sifat bahan obturasi yang ideal atau sealer dilaporkan oleh Grossman.11 Sejauh ini beberapa sifat bahan obturasi ideal ditunjukkan sealer biokeramik pada penelitian terbatas yang telah dipublikasikan sebelumnya. Kemampuan bahan biokeramik iRoot SP (VerioDent) dalam menutup bagian apikal dengan GP cone tunggal baru-baru ini terbukti sama efektifnya dengan AH Plus (Dentsply, Tulsa, OK) dengan GP menggunakan teknik kondensasi gelombang lanjutan.12 Zhang et al juga menunjukkan aktivitas antimikroba iRoot SP terhadap Enterococcus faecalis.10 Sifat tambahan dari bahan ideal yang saat ini belum dibahas dalam studi sealer biokeramik adalah kemampuan untuk dapat dengan mudah dibersihkan dari saluran akar jika perlu dilakukan perawatan ulang. Karena bahan biokeramik berbasis kalsium fosfat silikat merupakan bahan yang dikenal sulit pada penyingkirannya, keberhasilan untuk merawat ulang saluran akar yang telah diobturasi dengan BCS menjadi perhatian penting bagi praktisi medis.13 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas pelarut umum dan instrumentasi putar pada perawatan ulang dengan GP dan BCS dibandingkan dengan GP dan AH Plus. Bahan dan Metode Preparasi Sampel10

Akar mesiobukal dari 40 gigi molar pertama rahang bawah manusia yang telah diekstraksi, dipotong dari gigi menggunakan bur diamond bentuk disk dan disimpan dalam larutan NaOCl 0,5%. Hanya saluran akar dengan kelengkungan kurang dari 200 dan apeks yang telah tertutup sempurna dimasukkan dalam sampel. Patensi dikonfirmasi dengan memperluas anatomi saluran akar dengan Flexofile #10 (DentsplyMaillefer, Tulsa, OK) dengan 1mm dilewatkan dari apeks. Panjang kerja (WL) saluran akar masing-masing diperluas dengan Flexofile #10 dengan 1mm lebih pendek di mana ujung file keluar ke permukaan akar. Saluran akar itu diinstrumentasi menggunakan teknik crown down dengan EndoSequence 0,04 yaitu instrumen putar nikel-

titanium bentuk tapered (Brasseler) dengan kecepatan putar 500 revolusi permenit (rpm) untuk menghasilkn ruang bagi master apical file ukuran 35. Sebanyak 3 ml NaOCl 5,25% digunakan sebagai bahan irigasinya. Smear layer telah disingkirkan dengan mengirigasi 2 ml EDTA 17% dilanjutkan dengan 2 ml NaOCl 5,25% dan irigasi terakhir dengan 2 ml saline steril. Jarum irigasi 30-G Max-I Probe (Dentsply) digunakan untuk proses irigasi saluran akar. Kemudian saluran akar dikeringkan dengan paper point. Patensi itu dikonfirmasi kembali sebelum obturasi dengan Flexofile #10. Gigi secara acak dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri dari masing-masing 20 gigi yang diobturasi dengan GP dan AH Plus atau GP dan BCS. Kelompok-kelompok ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 10 gigi. Dalam kelompok 1, digunakan BCS dan cone GP tunggal yang ditempatkan dengan WL penuh. Pada kelompok 2, digunakan BCS dan cone GP tunggal, tetapi cone utama GP dipotong sehingga 2 mm lebih pendek dari WL. Kelompok 3 diobturasi menggunakan sealer AH Plus dan cone utama GP yang ditempatkan dengan WL penuh dengan menggunakan teknik pemadatan gelombang lanjutan dan ditumpat dengan menggunakan GP Obtura II (Obtura Spartan, Fenton, MO). Kelompok 411

diobturasi dengan sealer AH Plus dan cone utama GP menggunakan teknik pemadatan gelombang lanjutan seperti dalam kelompok 3, tetapi cone utama diletakkan lebih pendek dari WL seperti dalam kelompok 2. EndoSequence (Brasseler Amerika Serikat, Savannah, GA) GP 0,04 bentuk tapered digunakan pada semua kelompok. Untuk kelompok AH Plus, sealer dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang paper point. Kemudian, cone utama dilapisi dengan sealer AH Plus dan ditempatkan sesuai dengan panjang yang sebelumnya telah diukur. Untuk kelompok BCS, sealer dan teknik cone tunggal yang digunakan sesuai dengan rekomendasi pabrik. Ujung intrakanal dimasukkan sepanjang sepertiga koronal dari saluran akar. Dua tanda kalibrasi BCS kemudian dibagikan ke saluran akar. Flexofile #15 digunakan untuk melapisi dinding saluran akar dengan BCS sesuai WL. Cone utama GP kemudian dilapisi dengan BCS dan perlahan-lahan dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai dengan panjang kerja. Seluruh orifisi saluran akar itu ditumpat dengan Fuji IX bahan restorasi glass ionomer (GC America Inc, Alsip, IL). Semua spesimen disimpan pada suhu 370 C dengan kelembaban 100% selama 2 minggu.

Perawatan Ulang Semua kelompok dirawat ulang dengan teknik yang sama. Plugger bentuk tapered B 0,06 (SybronEndo, Orange, CA) digunakan pada suhu 2000 C untuk mempertahankan dan menyingkirkan bahan obturasi koronal. Tiga sampai empat tetes kloroform kemudian ditambahkan pada reservoir. Instrumen putar EndoSequence 0,04 NiTi bentuk tapered kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar dengan kecepatan 600 rpm dengan teknik crown down. Instrumen putar kemudian dinaikkan 2 sampai 3 mm ke dalam saluran akar dan dilanjutkan dengan membersihkan saluran akar. Proses ini diulangi sampai WL itu tercapai atau didapatkan keadaan yang resistan. Jika WL itu dicapai, instrumentasi crown down dilakukan dengan menggunakan instrumen putar12

EndoSequence 0,04 (untuk ukuran 40) dengan kecepatan 500 rpm sesuai WL untuk menyingkirkan sisa bahan obturasi. Jika WL itu tidak tercapai, hand-file (C-Files, C + File, dan ukuran Flexofiles 6, 8, dan 10, Dentsply) digunakan untuk menembus atau menghilangkan penyumbatan. Ketika WL tercapai, saluran akar tersebut diinstrumentasi sesuai panjang kerja dengan instrumen putar EndoSequence 0,04 seperti dijelaskan di atas. Jika WL tetap tidak tercapai, saluran akar diinstrumentasi dengan instrumen putar EndoSequence 0,04 sesuai panjang maksimum yang dapat dicapai. Sebanyak 5 ml NaOCl 5,25% digunakan sebagai bahan irigasi pada masing-masing saluran akar. Titik akhir dari instrumentasi selama fase perawatan ulang ditentukan ketika instrumen putar EndoSequence 0,04 ukuran 40 mencapai WL atau sebaliknya apabila tidak tercapai perluasan pada bagian apikal. Kemampuan untuk mencapai WL dan memperoleh kembali patensi ditentukan oleh saluran akar masing-masing. Waktu yang diperlukan untuk merawat ulang saluran akar juga dicatat. Semua persiapan sampel, pengobatan, dan evaluasi dilakukan oleh operator tunggal. Scanning Mikroskop Elektron Akar dipersiapkan dengan potongan longitudinal menggunakan bur karbid putaran dan potongan terpisah. Perwakilan spesimen direndam dengan 10% larutan formalin selama 24 jam dan kemudian dibilas dengan etanol berkonsentrasi (30% -100%) dan dikeringkan dengan semprotan udara. Setiap spesimen dilapisi dengan percikan emas dan diperiksa dengan mikroskop elektronik scanning 15 kV. Daerah apikal dan foramen diperiksa dengan perbesaran 50x. Analisa Statistik Waktu yang dibutuhkan untuk penyingkiran bahan pengisi per kelompok diukur dalam satuan menit dan dinyatakan sebagai rata-rata standar deviasi. Kelompok perbandingan dianalisis menggunakan analisis varians satu arah dan uji Student-Newman Keuls post hoc. Analisis Pearson13

chi-square dan uji Fisher exact dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 (SPSS Inc, Chicago, IL) untuk menganalisis kemampuan untuk mencapai WL dan mendapatkan kembali patensi. Nilai AP .05 digunakan untuk menentukan signifikansi. Hasil Kemampuan untuk Meencapai Kembali WL dan Patensi Kemampuan untuk mencapai kembali WL dan patensi itu kembali ditetapkan 100% dari sampel dalam kelompok 1, 3, dan 4 serta 30% pada kelompok 2 (Tabel 1). Uji chi-square menunjukkan perbedaan ini signifikan (Pearson chi-square nilai = 18,781, P = .000). Dalam kelompok 3 dan 4, patensi diperoleh kembali 100% dari sampel. Patensi kembali diperoleh 80% dari kelompok 1 dan 30% dari kelompok 2 (Tabel 2). Uji Fisher exact menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan 2 (P = 0,035), 2 dan 3 (P = 0,0015), serta 2 dan 4 (P = 0,0015). Tidak ada perbedaan signifikan yang tercatat antara kelompok 1 dan 3 atau 4.

Tabel 2. Kemampuan Memperoleh Kembali WL, Patensi, dan Waktu Kerja yang Berbeda-beda pada Masing-masing Kelompok Waktu yang Dibutuhkan untuk Penyingkiran Bahan Obturasi Waktu rata-rata yang diperlukan untuk perawatan ulang setiap kelompok dirangkum pada Tabel 2. Kelompok 1 membutuhkan waktu paling lama untuk perawatan ulang diikuti oleh kelompok 2, 4, dan 3. Analisis one-way dari varian-varian menunjukkan perbedaan signifikan

14

antar kelompok (F = 5,461, P = 0,003). Post hoc test mencatat perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan 3. Tidak ada perbedaan signifikan yang dicatat antara kelompok 2 dan 4. Mikroskop Elektron Scanning mikrograf mikroskop elektron dari perwakilan sampel menunjukkan gambaran debris dan bahan yang tersisa pada seluruh kelompok sampel. Dalam kelompok 1, foramen apikal menunjukkan gambaran terisi dengan BCS (Gambar 5A). Dalam sampel dari kelompok 2, BCS sisa terlihat dalam ruang saluran akar bagian apikal dan foramen (Gambar 5B).

Gambar 5. Gambaran sisa-sisa BCS pada saluran akar (pembesaran 50x). (A) Sampel dari kelompok 1 menunjukkan adanya sisa-sisa BCS pada foramen apikal. (B) Sampel dari kelompok 2 menunjukkan adanya sisa-sisa BCS pada bagin apikal ruang saluran akar. Diskusi Penelitian ini mengevaluasi kemampuan perawatan ulang dengan bahan BCS. Hasil menunjukkan obturasi dengan BCS, dan cone utama GP tunggal dapat mengakibatkan penyumbatan pada foramen apikal dan hilangnya patensi dalam beberapa kasus. WL itu kembali didapatkan pada 100% dari sampel dengan cone utama yang terletak sesuai dengan WL tanpa15

memperhatikan teknik obturasi atau sealer yang digunakan. Namun, patensi hanya didapatkan kembali sebesar 80% dari sampel BCS dengan cone utama yang sesuai dengan WL tersebut. Hal ini dapat dijelaskan oleh hasil analisis pemindaian mikroskop elektron, yang menunjukkan adanya gambaran BCS yang tersisa di foramen apikal dan menghalangi pembentukan kembali patensi pada sampel ini. Dengan cone utama yang ditempatkan lebih pendek dari WL, BCS terbukti tak bisa dipenetrasi pada 70% dari sampel untuk WL dan patensi. Harus diingat bahwa kelompok ini mewakili penggunaan BCS yang tidak tepat namun hal ini yang mungkin dapat terjadi secara klinis. Bagaimanapun, WL dan patensi diperoleh kembali 30% dari kelompok ini. Hal ini dapat dijelaskan oleh kemampuan hand-file untuk menavigasi melalui rongga dalam BCS atau melewati sealer dalam saluran yang tidak beraturan. File tidak mungkin untuk penetrasi ke BCS karena sifat kekerasan dari biokeramik, tetapi dalam beberapa kasus sealer yang tidak keras sepenuhnya mungkin dapat dipenetrasi. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembali WL dan / atau patensi dapat membahayakan perawatan ulang namun dapat ditasi dengan mencegah secara tepat yaitu dalam pembersihan dan pembentukan ruang apikal saluran akar, yang mungkin menjadi tempat penumpukan bakteri. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyingkirkan bahan obturasi adalah juga secara signifikan lebih lama pada kelompok 1 dibandingkan kelompok 3. Rata-rata berbeda 3,4 menit, hal ini dapat dikaitkan dengan waktu tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan kembali patensi dalam beberapa sampel BCS. Perbedaan yang kurang signifikan antara kelompok 2 dan 4, mungkin disebabkan kelompok 2 dimana ditemukan sampel yang bagian apikalnya tidak bisa lagi di usahakan dalam memperoleh kembali WL dan patensi.

16

Hal ini yang perlu diperhatikan, kuncinya adalah menggunakan biokeramik sebagai sealer, bukan filler.8,14 Disarankan juga bahwa keberhasilan perawatan ulang akan dicapai dengan ultrasonik pada sepertiga hingga setengah koronal, dilanjutkan menggunakan kloroform, instrumen putar, dan hand-file untuk membersihkan sisa ruang saluran akar.8,14 Teknik ini terbukti efektif pada beberapa sampel dalam penelitian ini dan menunjukkan dibutuhkannya teknik baru atau pelarut baru yang dapat dikembangkan selanjutnya. Demikian pula, penelitian sebelumnya menunjukkan baik instrumentasi putar nikel-titanium dan ultrasonik tidak efektif dalam penyingkiran seluruh bahan obturasi MTA.15 Namun, instrumentasi ultrasonik sebelumnya terbukti efektif dalam penyingkiran pasta keras dan mungkin disarankan dalam beberapa kasus BCS yang membutuhkan perawatan ulang.16,17 Sebagai kesimpulan, hasil studi in vitro ini menunjukkan bahwa teknik perawatan ulang konvensional tidak sepenuhnya selalu mampu menyingkirkan Bio Ceramic Sealer.

KESIMPULAN

Hasil obturasi dengan menggunakan BCS dan cone utama GP dapat mengakibatkan penyumbatan pada 100% dari sampel dengan cone utama yang terletak sesuai dengan WL tanpa memperhatikan teknik obturasi atau sealer yang digunakan. Setelah dilakukan perawatan ulang sebesar 80% dari sampel BCS dengan cone utama sesuai dengan WL didapatkan kembali patensinya. Namun obturasi dengan cone utama ditempatkan lebih pendek dari WL, BCS terbukti tidak bisa dipenetrasi untuk mendapatkan kembali WL dan patensi. Jadi penggunaan BCS yang tidak tepat mempersulit dilakukannya perawatan ulang pada saluran akar dikarenakan BCS tidak dapat dipenetrasi oleh file dikarenakan sifat kekerasan dari biokeramik, sehingga pembersihan dan pembentukan ruang apikal tidak dapat dilakukan secara tepat.17

Waktu yang dibutuhkan untuk menyingkirkan bahan obturasi lebih lama untuk bahan obturasi BCS dikarenakan kekerasan dari bahan biokeramik. Perawatan ulang dilakukan dengan ultrasonik pada sepertiga hingga setengah koronal, dilanjutkan menggunakan kloroform, instrumen putar, dan hand-file untuk sisa ruang saluran akar. Teknik ini terbukti efektif pada beberapa sampel dalam penelitian ini. Instrumen ultrasonik terbukti efektif dalam peyingkiran pasta keras. Jadi hasil studi in vitro menenunjukkan bahwa teknik perawatan ulang konvensional tidak sepenuhnya selalu mampu menyingkirkan Bio Ceramic sealer.

SARAN

Obturasi menggunakan bahan BCS memerlukan teknik yang tepat dikarenakan bahan BCS yang diobturasi dengan cone utama yang ditempatkan lebih pendek dari WL dapat mempersulit dilakukannya perawatan ulang. Teknik serta alat-alat dibutuhkan untuk melakukan perawatan ulang bahan BCS yang tepat. Teknik yang baru serta bahan pelarut yang baru perlu lebih dikembangkan untuk meningkatkan keberhasilan dalam melakukan perawatan ulang dengan bahan BCS. Penggunaan alat ultrasonik sangat disarankan dalam melakukan perawatan ulang pada gigi yang diobturasi dengan BCS.

18

DAFTAR PUSTAKA

1.

Negm MM, Lilley JD. A study of the viscosity and working time of resin-based root canal

silers. J Endod. 1985 Oct;11(10):442-5.RSBO. 2011 Oct-Dec;8(4):404-9 409. 2. Sydney GB, Ferreira M, Deonizio MDA, Leonardi DP, Batista A. Anlise do perfil de escoamento de seis cimentos endodnticos. RGO. 2009 Jan-Mar;57(1):7-11.3.

Moraes SH, Zytkievitz E, Ribeiro JC, Heck AR, Arago EM. Cimentos endodnticos: tempo

de presa e escoamento de dois cimentos obturadores de canais radiculares. RGO. 1989 NovDec;37(6):455-9.

19

4.

Leonardi DP, Batisti JC, Klimiont DT, Tomazinho PH, Baratto-Filho F, Haragushiku GA et

al. Avaliao in vitro da ao antimicrobiana de alguns cimentos endodnticos. RSBO. 2009;6(4):368-73. 5. Orstavik D. Material used for root canal obturation: technical, biological and clinical testing. Endodontic Topics. 2005;12:25-8. 6. Reiss-Arajo C, Arajo SS, Baratto-Filho F, Reiss LC, Fidel SR. Comparao da infiltrao apical entre os cimentos obturadores AH Plus, Sealapex, Seales 26 e Endofill por meio de diafanizao. RSBO. 2009;6(1):21-8.7. 8.

Grossman LI. An improved root canal cement. J Am Dent Assoc. 1958 Mar; 56(3) : 381-5. Koch K, Brave D. Bioceramic technologythe game changer in endodontics. Endod Pract

2009;2:137.9.

Available

at:

www.brasselerusa.com/pdf/B_3160_ES%20BC%20Sealer%20NPR.pdf.

Accessed September 1, 2010.10. Zhang H, Shen Y, Ruse ND, Haapasalo M. Antibacterial activity of endodontic sealers by

modified direct contact test against Enterococcus faecalis. J Endod 2009;35: 10515.11. Grossman L. Endodontics. 11 ed. Philadelphia, PA: Lea & Febiger; 1988. 12. Zhang W, Li Zhi, Peng B. Assessment of a new root canal sealers apical sealing ability.

Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2009;107:e7982.13. Kossev D, Stefanov V. Ceramics-based sealers as new alternative to currently used

endodontic sealers. Roots 2009;1:428.14. Koch K, Brave D. EndoSequence: melding endodontics with restorative dentistry, part 3.

Dent Today 2009;28:4851.20

15. Boutsioukis C, Noula G, Lambrianidis T. Ex vivo study of the efficiency of two techniques for

the removal of mineral trioxide aggregate used as a root canal filling material. J Endod 2008;34:123942.16. Jeng HW, ElDeeb ME. Removal of hard paste fillings from the root canal by ultrasonic

instrumentation. J Endod 1987;13:2958.17. Krell KB, Neo J. The use of ultrasonic endodontic instrumentation in the retreatment of a

paste-filled endodontic tooth. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1985;60:1002.

21