MAKALAH BENERAN
Transcript of MAKALAH BENERAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia untuk dapat
melakukan berbagai aktivitas baik secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial secara
lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap penyakit atau kelemahan (WHO :
Organisasi Kesehatan Sedunia). Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan
tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat swasta
maupun masyarakat Pemerintah (Depkes RI, 2004:3).
Tujuan pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010 mengacu pada
Undang-Undang R.I No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh
wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 2000:1)
Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia 2010 tersebut sekiranya harus
diperhitungkan dengan lebih mengembangkan upaya-upaya promotif kesehatan, preventif
maupun kuratif kepada semua kalangan masyarakat Indonesia baik secara individu
maupun kelompok. Pembangunan kesehatan meliputi sejumlah bidang kesehatan,
termasuk pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut. Seperti telah diketahui berbagai
pelayanan kesehatan gigi dan mulut telah banyak dilakukan, namun tetap saja angka
penyakit gigi dan mulut cenderung meningkat. Hal ini disebabkan masih rendahnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi merupakan suatu masalah yang selayaknya mendapatkan perhatian
dalam porsi besar, sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan adalah
kasus karies gigi, karena prevalensinya cukup tinggi dalam ilmu Kedokteran Gigi di
Indonesia. Berdasarkan hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)-
Survey Kesehatan Nasional (SURKENAS) tahun 2004 menyebutkan bahwa prevalensi
karies gigi di Indonesia adalah 90,05 %. Hal ini merupakan salah satu bukti tidak
terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Gigi yang berlubang memang
tidak sehat, namun masyarakat di Indonesia masih belum mempertimbangkan kesehatan
gigi dan mulutnya. Terbukti dari separuh masyarakat Indonesia berusia 10 tahun
mengidap masalah karies atau lubang gigi yang masih banyak belum teratasi
(www.purbalinggakab.go.id).
Melihat keadaan ini sudah sangat jelas bahwa pencegahan untuk menanggulangi
permasalahan tersebut perlu digalakkan. Salah satu upaya pencegahan tersebut adalah
mengurangi angka indeks karies dengan tindakan konservatif (penambalan). Penambalan
gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan suatu bahan tambal pada
lubang gigi yang telah dibersihkan dengan pengeboran. Tujuan pengeboran adalah untuk
mengangkat dan membersihkan struktur gigi yang telah dirusak oleh asam yang
diproduksi bakteri. Setelah struktur yang rusak ini dibersihkan, lubang gigi yang baru
harus diisi kembali untuk mengembalikan fungsi gigi seperti semula, juga untuk
mencegah proses kerusakan gigi yang lebih lanjut sehingga mencegah terjadinya
pencabutan. Bahan yang dipakai untuk menambal gigi sangat bervariasi, bahan yang
paling sering diaplikasikan oleh dokter gigi adalah komposit, glasionomer, dan amalgam
(Donna, 2007:89;90)
Sejauh ini tambalan amalgam perak merupakan material restoratif yang paling
penting dalam sejarah kedokteran gigi. Telah miliaran tambalan amalgam yang dibuat
sejak formulasi awalnya diperkenalkan pada abad ke-19. pelopornya adalah Dokter Gigi
Perancis yang bernama Onesiphore Taveau dan ahli kimia Inggris Charles Bell yang
mengalgamasikan tambalan dari koin perak atau Ag dengan merkuri atau Hg (Preben,
1998:1).
Kontroversi mengenai amalgam bermunculan karena diikuti dengan laporan
mengenai berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh tambalan amalgam, baik oleh
individu dan kelompok pasien yang menggunakan tambalan amalgam maupun dari tenaga
kesehatan gigi yang menangani tambalan amalgam tersebut. Kontroversi mengenai
dampak penggunaan tambalan amalgam tersebut terkenal dengan “Perang Amalgam”.
Perang amalgam tersebut justru telah menginisiasi didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi
yang pertama didunia yaitu “Baltimore College of Dentistry”. Dengan didirikannya
sekolah kedokteran gigi tersebut, amalgam kemudian diterima sebagai bahan tumpat yang
ternyata paling banyak digunakan karena kebaikan fisiknya serta ketahanannya dalam
rongga mulut. Namun dibalik kelebihan amalgam tersebut, ternyata campuran perak dan
merkuri ini juga menimbulkan dampak negatif kepada tenaga kesehatan dan pasien.
Namun paparan yang terjadi pada dokter gigi dan perawat jauh lebih banyak jika
dibandingkan dengan pasien. Dengan demikian merkuri jauh lebih berbahaya bagi tenaga
kesehatan gigi daripada pasien, dan para pembantu dokter gigi adalah yang tertinggi
resikonya (Edi, 2005:237;239).
Pro dan kontra mengenai amalgam memang tetap ada. Mengingat adanya dampak
positif yang dihasilkan dan juga diiringi oleh dampak negatif yang ditimbulkan. Amalgam
memang masih digunakan di beberapa negara, dan belum ada larangan jelas mengenai
penggunaannya. Namun negara seperti Jepang telah menolak penggunaan amalgam
karena sifatnya toksik yang mengandung merkuri, dan ada penelitian yang menunjukkan
orang dengan tambalan amalgam yang banyak menunjukkaan tingkat imun yang lebih
rendah dibanding orang yang tidak menggunakan amalgam (www.pdgi-online.com).
Bekerja dilingkungan yang banyak mengandung bahan kimia, misalnya diruang
praktek atau klinik gigi akan menyebabkan efek negatif bagi kita sendiri. Banyak bahan
kimia yang berbahaya, diantaranya merkuri. Ancaman terhadap manusia semakin besar
ketika bahan beracun itu tersimpan dalam mulut manusia sebagai amalgam penambal gigi
(www.kompas.co.id). Karena sifatnya yang mudah berinteraksi dengan air, maka merkuri
dengan mudah memasuki tubuh melalui tiga cara, yakni melalui kulit, inhalasi
(pernafasan) maupun lewat makanan. Pekerja yang biasa menggunakan merkuri beresiko
tinggi menghirup uap merkuri lewat hidungnya. Uap yang terhirup ini dapat
menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan dan paru (www.tabloidnova.com).
Waktu dan cara terpaparnya pasien dengan tenaga kesehatan gigipun berbeda. Jika
pasien dapat terpapar pada waktu tindakan kondensasi, burnishing, pengukiran,
pemolesan dan pembongkaran tumpatan, tenaga kesehatan gigi akan terpapar dari mulai
menakar atau menimbang alloy dan merkuri sampai pemolesan serta pada waktu
membongkar tumpatan, ditambah lagi dengan adanya sisa-sisa merkuri yang tercecer
yang tidak ditampung sebagaimana mestinya. Cara terpaparnya para tenaga kesehatan
gigi selain dari uapnya, juga dari kontak langsung pada waktu pemerasan dan mulling
yang dilakukan dengan tangan yang hanya dilapisi dengan kain kasa. Setiap tindakan
klinis diatas dapat meningkatkan tingkat konsentrasi Hg pada udara sekitarnya.
Disamping bernafas dalam udara yang telah terpolusi Hg, sumber pemajanan Hg yang
lain dapat pula berasal dari kontak langsung operator dengan amalgam yang belum
mengeras (Edi, 2005:239)
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa sesungguhnya tambalan amalgam
sangat berbahaya terutama bagi tenaga kesehatan gigi, hal ini disebabkan oleh adanya
kandungan merkuri berbahaya yang terkandung di dalam tambalan amalgam tersebut.
Namun pada hakikatnya tambalan amalgam tidak dapat lagi terlepas dari dunia
konservasi gigi. Maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh
yang ditimbulkan oleh merkuri dalam proses pembuatan tambalan amalgam bagi tenaga
kesehatan gigi dan mulut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah komposisi dan sifat dari amalgam sebagai bahan tumpatan?
2. Bagaimanakah dasar pertimbangan penggunaan amalgam sebagai bahan restorasi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui komposisi dan sifat dari amalgam sebagai bahan tumpatan.
2. Mengetahui dasar pertimbangan penggunaan amalgam sebagai bahan restorasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah
Amalgam gigi diperkenalkan pertama kali pada tahun 1826 sebagai ‘pasta perak’.
Tumpatan amalgam awal dibuat dari koin perak yang dicampur dengan merkuri, tetapi bahan
ini tidak dapat diandalkan dan pada abad kesembilanbelas dinyatakan sebagai suatu tindakan
malpraktek oleh the American Society of Dental Surgeon (Eccles, 1994:85)
2.2 Definisi
Amalgam didefinisikan sebagai suatu alloy merkuri dengan satu atau beberapa logam
lain seperti perak, timah, tembaga dan seng. Logam-Iogam lain juga dapat ditambahkan
kedalam alloy dalam jumlah tertentu seperti platinum dan palladium. Amalgam memiliki
sifat-sifat fisis yaitu perubahan dimensi dan memiliki kekuatan untuk menahan tekanan
pengunyahan. Alloy yang digunakan bersama dengan merkuri untuk keperluan kedokteran
gigi biasanya disebut dengan dental amalgam alloy. Merkuri dicampur dengan bubuk alloy
membentuk suatu bahan plastis yang kemudian dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah
dipreparasi. Amalgam sebagai bahan tumpatan lebih kuat dari semua jenis bahan tumpatan
untuk gigi posterior lainnya. Pemanipulasian amalgam terdiri dari mixing, triturasi,
kondensasi, triming dan karving serta polishing yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fisisnya
seperti tekanan kondensasi yang tinggi menghasilkan kekuatan yang lebih besar (Dr Defelice,
2005).
2.3. Sifat Kimia-Fisik Amalgam
LOGAM
Logam adalah substansi kimia opak mengkilap yang merupakan penghantar
(konduktor) panas/listrik yang baik serta bila dipoles merupakan pemantul /reflector
sinar baik.
(Kenneth J.anusavice.2004)
IKATAN LOGAM
Selain ikatan ionik dan kovalen,juga dapat diikat dengan interaksi atomic primer
yang disebut sebagai ikatan logam metalik yang terjadi antara electron electron valensi .
Sifat menghantar energy pada logam dihubungkan dengan gerak electron electron bebas
yang ada pada logam. (Kenneth J.anusavice.2004)
LOGAM CAMPUR
Untuk mengoptimalkan sifat kebanyakan dari logam yang biasa digunakan adalah
campuran dari dua atau lebih unsur logam/pada beberapa keadaan,logam dengan non
logam.Logam campur ialah campuran padat dari logam dengan satu atau lebih unsur non
logam/logam lain.(Kenneth J.anusavice.2004)
Amalgam adalah logam campur khusus yang mengandung merkuri sebagai salah
satu konstituennya. (Kenneth J.anusavice.2004)
Alloy amalgam secara meluas diklasifikasikan menjadi 2: (Bryson D Petter.2002)
1.Low cooper alloy
2.High cooper alloy
Pada saat triturasi, low cooper alloy dan merkuri membentuk reaksi:
ɣ(Ag3Sn ) + Hg ɣ1(Ag2Hg3) + ɣ(Sn7-8Hg) +unreacted ɣ(Ag3Sn)
Pada saat triturasi, high cooper alloy dan merkuri membentuk reaksi:
ɣ(Ag3Sn ) + (Ag-Cu)eutetic + Hg ɣ1(Ag2Hg3) + ɣ2(Sn7-8Hg) +unreacted (Ag-
Cu)eutetic
dengan reaksi selanjutnya,slow solid state reaction:
ɣ2(Sn7-8Hg) + (Ag-Cu)eutetic ƞ’(Cu6Sn5) + ɣ1(Ag2Hg3) + unreacted (Ag-Cu)eutetic
Perbedaan antara low cooper dan high cooper amalgam tidak hanya pada
presentase tembaga saja tetapi juga efek dari kandungan tembaga yang lebih tinggi
dengan reaksi amalgam. High cooper menjadi pilihan karena memiliki kekuatan mekanis,
ketahanan terhadap korosi dan integritas bagian tepi lebih baik dibandingkan dengan low
cooper alloy (Bryson D Petter, 2002)
Klasifikasi tambahan dibedakan lagi menjadi logam campur gabungan dan logam
capur komposisi tunggal (Kenneth J.anusavice, 2004)
Logam campur gabungan
Logam campur eutetik perak tembaga (Ag-Cu) ditambahkan pada partikel logam campur
rendah tembaga lathe cut.dengan reaksi:
Partikel logam campur(β+ɣ) + (Ag-Cu)eutetic + Hgɣ1 + ƞ + partikel logam campur dari
kedua tipe yang tidak digunakan. (Kenneth J.anusavice.2004)
Logam campur komposisi tunggal
Keberhasilan amalgam gabungan membawa kepada dikembangkannya jenis logam campur
lain yang kandungan tembaganya tinggi berbeda dengan bubuk logam campur
gabungan,setiap partikel pada bubuk logam campur ini mempunyai komposisi kimia yang
sama.Dengan reaksi:
Partikel logam campur Ag-Sn-CU + Hg ɣ1 + ƞ + partikel logam campur yang tidak
terkonsumsi. (Kenneth J.anusavice.2004)
STABILITAS DIMENSIONAL
Perubahan dimensional. Amlgam dapat memuai atau menyusut, tergantung pada cara
manipulasinya. Idealnya, perubahan dimensi kecil saja. Kontraksi yang hebat dapat
menyebabkan terbentuknya kebocoran mikro dan karies sekunder. Ekspansi yang berlebihan
dapat menimbulkan tekanan pada pulpa dan kepekaan pasca operatif. Protrusi dari restorasi
juga dapat diakibatkan oleh ekspansi yang berlebihan. (Kenneth J.anusavice.2004)
Perubahan dimensional dari amalgam tergantung pada seberapa banyak amalgam
tertekan sewaktu pengerasan dan kapan pengukuran dimulai. Spesifikasi ADA No. 1
menyebutkan bahwa amalgam dapat berkontraksi atau berekspansi lebih dari 20 mikro
meter/cm, diukur pada 370 C,5 menit dan 24 jam sesudah dimulainya triturasi, dengan alat
yang keakuratannya setidaknya sampai 0,5 mikro meter. Ukuran bahan contoh pada dasarnya
setara dengan ketebalan yang digunakan pada restorasi amalgam yang besar. (Kenneth
J.anusavice.2004)
Teori perubahan dimensi. Sebagian besar amalgam modern menunjukkan kontraksi bersih
sewaktu ditriturasi dengan amalgamator mekanis dan dievaluasi dengan prosedur ADA.
Gambaran klasik dari perubahan dimensional adalah bila contoh bahan mengalami kontraksi
awal kira-kira 20 menit sesudah dimulainya triturasi dan kemudian mulai berekspansi.
(Kenneth J.anusavice.2004)
Jika logam campur dan merkuri diaduk, kontraksi terjadi sewaktu partikel-partikel
larut (dan menjadi lebih kecil) dan terbentuk fase gamma 1. Perhitungan menunjukkan bahwa
volume akhir dari gamma 1 lebih kecil dibanding jumlah volume awal dari perak dan cairan
merkuri yang digunakan untuk menghasilkan gamma 1. Oleh karena itu, kontraksi berlanjut
selama pertumbuhan gamma 1 terus berlangsung. Sewaktu kristal gamma 1 terbentuk, kristal
akan saling bertumpang tindih satu sama lain. Jika kondisinhya tepat, gamma 1 yang
tumpang tindih ini akan menghasilkan tekanan ke arah luar yang cenderung melawan
kontraksi. (Kenneth J.anusavice.2004)
Jika jumlah cairan merkuri yang ada cukup untuk menghasilkan matriks plastik,
ekspansi akan terjadi bila kristal-kristal gamma 1 bertumpang tindih. Sesudah matriks gamma
1 yang kaku terbentuk, pertumbuhan kristal gamma 1 tidak dapat mendorong matriks untuk
berekspansi. Alih-alih, kristal-kristal gamma 1 bertumbuh menjadi jala yang mengandung
merkuri,memakan merkuri dan menghasilkan reaksi berkelanjutan. (Kenneth
J.anusavice.2004)
Menurut model yang sudah disebutkan di atas, jika ada cukup merkuri di dalam
campuran sewaktu pengukuran perubahan dimensi dimulai, ekspansi akan terlihat. Jika
sebaliknya, akan terlihat kontraksi. Oleh karena itu, manipulasi, seperti rasio merkuri:logam
campur yang lebih rendah dan tekanan kondensasi yang lebih tinggi, yang menghasilkan
campuran dengan merkuri lebih sedikit, cenderung menimbulkan kontraksi. Tekanan
kondensasi yang tinggi akan memeras merkuri keluar dari amalgam, menghasilkan rasio
merkuri:logam campur yang lebih rendah dan menimbulkan kontraksi. Selain itu, prosedur
manipulasi yang mempercepat pengerasan dan konsumsi merkuri juga mengundang
terjadinya kontraksi, termasuk waktu triturasi yang lebih lama dan pemakaian logam campur
dengan ukuran partikel yang lebih kecil. Ukuran partikel yang lebih kecil akan mempercepat
konsumsi merkuri karena partikel-partikel yang kecil mempunyai daerah permukaan yang
lebih besar per unit massa dibanding partikel yang lebih besar. Karena daerah permukaan
yang terlarut lebih besar, perak akan masuk ke larutan dengan lebih cepat gamma 1 akan
terbentuk dari larutan dengan lebih cepat, dan konsumsi merkuri akan dipercepat. (Kenneth
J.anusavice.2004)
Efek kontaminasi cairan. Semua observasi yang disajikan sejauh ini dikaitkan dengan
perubahan dimensional yang terjadi selama 24 jam pertama saja. Beberapa amalgam
gabungan sesungguhnya terus berekspansi untuk setidaknya 2 tahun. Ekspansi ini dapat
dihubungkan dengan tidak adanya beberapa atau semua gamma 2 pada amalgam dengan
kandungan tembaga yang tinggi atau transformasi ke keadaan padat yang terus berlangsung
untuk waktu yang panjang. Akan tetapi, jika dimanipulasi dengan tepat, sebagian besar
amalgam menunjukkan perubahan dimensi lebih lanjut yang kecil sesudah 24 jam. (Kenneth
J.anusavice.2004)
Meskipun demikian, jika amalgam rendah tembaga atau kaya tembaga yang
mengandung seng terkontaminasi oleh cairan selama triturasi atau kondensasi, ekspansi yang
besar. Ekspansi ini biasanya dimulai sesudah 3-5 hari dan dapat berlanjut selama berbulan-
bulan, mencapai nilai lebih dari 400 mikro meter (4%). Jenis ekspansi ini disebut sebagai
ekspansi tertunda atau ekspansi sekunder. (Kenneth J.anusavice.2004)
Ekspansi tertunda dikaitkan dengan seng yang terdapat dalam amalgam. Efek ini
disebabkan oleh reaksi seng dengan air dan tidak terlihat pada amalgam yang tidak
mengandung seng. Jelas diperlihatkan bahwa substansi yang mengkontaminasi adalah air.
Hidrogen yang terbentuk oleh aksi elektrolitik mencangkup seng dan air. Hidrogen ini tidak
berkombinasi dengan amalgam tetapi terkumpul di dalam restorasi, menaikkan tekanan
internal ke tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan amalgam berubah bentuk, jadi
menimbulkan ekspansi. Kontaminasi dari amalgam dapat terjadi pada hampir segala waktu
selama manipulasi dan dimasukkannya ke dalam kavitas. Jika amalgam yang mengandung
seng tersentuh tangan selama triturasi atau kondensasi, sekresi kulit cenderung masuk ke
dalam amalgam. Jika daerah kerja tidak dijaga agar tetap kering, amalgam dapat
terkontaminasi oleh saliva selama kondensasi. Ringkasnya, setiap kontaminasi cairan pada
amalgam yang mengandung seng, dari manapun sumbernya, sebelum amalgam dimasukkan
ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi, dapat menimbulkan ekspansi tertunda. Kontaminasi
ini harus terjadi selama triturasi atau kondensasi;sesudah amlgam dikondensasi, permukaan
luarnya akan berkontak dengan saliva tanpa menimbulkan ekspansi tertunda. (Kenneth
J.anusavice.2004)
MAS ADIEP!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! THIS IS YOUR SPACE
2.4 Sifat Rheologi
INI DATA NYA ALEXA DAN IDA LAIDA !!!!
2.5 Kekurangan dan Kelebihan Amalgam
Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam, di mana komponen utamanya:
a). Likuid, yaitu logam merkuri.
b). Bubuk, yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan
tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil.
Seperti bahan restorasi lainnya yang memiliki kekurangan dan kelebihan, amalgam juga
memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
(Nadia Tiara Putri;2010)
Kelebihan :
a). Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan
dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan
dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan
amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap
penambalan sesuai dengan prosedur.
b). Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya
lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling
berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
c). Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique
sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah
satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin
komposit.
d). Biayanya relatif lebih rendah
(Nadia Tiara Putri;2010)
Kekurangan :
a). Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga
tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
b). Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan
langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak
membayang kehitaman.
c). Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan
pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau
dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang
setelah pasien dapat beradaptasi.
d). Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah
memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.
(Nadia Tiara Putri;2010)
2.6 Biokompatibilitas
Merkuri dan bio kompatibilitas
Mercury adalah suatu Metal Toxis yang berada pada lingkungan baik bersifat organik
maupun non organik yang berada pada bentuk satu ke bentuk lain seperti pada tanah, udara,
dan air. Adapun sumber merkuri ini ditinjau dari senyawa kimia yaitu Elemental yang terdiri
dari Liquid Metal, Iorganik Salt yang terdiri dari Methyl, Ethyl, Dimethyl, Phenyl Organik
Group (Atjeh Student’s of Health Organization/ ASHO). Pada temperatur kamar Hg atau
merkuri adalah cairan logam putih keperakan, dalam bentuk logamnya, valensinya adalah nol
(Hgo) dan dalam bentuk senyawaan bervalensi dua (Preben, 1998:4).
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hidragycum yang berarti perak cair,
logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia
mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar. Merkuri yang telah dilepaskan
kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang
kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan (Heryando, 1994:94).
Menurut Budiawan (2006: cit www.tabloidnova.com) merkuri atau air raksa atau
Hydragyricum (Hg), merupakan satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair,
tidak berbau, berwarna keperakan, dan mengkilap. Merkuri akan menguap bila dipanaskan
sampai suhu 357‘C. Dan berdasarkan sumber berita yang didapat dari Posted Resource
Centre Online Digital Library pada bulan Agustus tahun 2005 mengatakan bahwa merkuri
atau air raksa merupakan satu-satunya logam berat berwarna putih keperakan dalam bentuk
cair pada suhu kamar. Merkuri cukup berbahaya dan beracun yang juga terbagi dalam
beberapa bentuk yang tidak berbau. Dan merkuri ini lebih dikenal dengan simbol kimianya
yaitu Hg ([email protected]).
Merkuri atau air raksa adalah logam yang secara alami , satu-satunya logam, yang pada suhu
kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan, cairan tak berbau, mengkilap.
Bila dipanaskan sampai suhu 357 derajat celcius air raksa akan menguap
(281online.tripod.com).
Merkuri ini berada dalam tiga bentuk yaitu elemen metalik, garam anorganik dan organik,
misalnya metal merkuri, etil merkuri, fenil merkuri (www.gatra.com). Air raksa atau merkuri
(Hg) merupakan suatu bahan kimia yang diperlukan dan dipakai oleh banyak industri seperti
industri cat, farmasi serta dipakai sebagai bahan campuran tumpatan gigi yaitu amalgam
(www.kompas.co.id).
Sifat-sifat umum dari merkuri adalah berbentuk cair, sehingga mudah menyebar di
permukaan air dan sulit dikumpulkan, bersifat mudah berubah menjadi gas dan uap (volatil)
sehingga dapat mencemari lingkungan, dapat diubah oleh mikroorganisme yang terdapat di
dalam air (laut, sungai, danau) menjadi komponen metil merkuri yang sangat beracun,
dimana dengan adanya rantai makanan memungkinkan terkumpul di dalam tubuh hewan dan
manusia, mengalami pemindahan tempat (translokasi) pada tanaman dan hewan
(www.pikiran-rakyat.com).
Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut : di
air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)).
Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap satu juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan.
Di udara 0,1 mg (miligram) metil merkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk
orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu/ 8 jam sehari (281online.tripod.com).
FDA: AMALGAM AMAN UNTUK TAMBAL GIGI
Jumat, 31 Juli 2009 | 09:42 WIB
Kompas, Priyombodo
KOMPAS.com - Perbaikan gigi berlubang menggunakan materi amalgam (berwarna silver)
dinyatakan aman oleh Food and Drug Administration (FDA) karena dinilai merkuri yang
dipakai masih dalam kadar rendah dan tidak membahayakan pasien. Keputusan ini dibuat di
tengah kontroversi yang sedang hangat seputar materi penambal gigi tersebut. Meski
demikian, FDA tetap melakukan pengawasan terhadap penambal gigi mengandung merkuri
dan mengkategorikan amalgam dalam kategori kedua, berisiko menengah.
Penambal gigi amalgam, dipakai dalam perbaikan karies gigi, mengandung merkuri cair dan
bubuk yang mengandung perak, timah, tembaga, besi, dan metal lainnya. Saat penambal ini
digunakan dalam gigi atau dipakai untuk mengunyah, merkuri akan menguap. Menurut FDA,
dalam level tinggi, merkuri akan menyebabkan gangguan ginjal dan otak. Organsiasi
penentang penggunaan merkuri menyebut keputusan FDA tersebut sebagai "kejam".
Sedangkan the American Dental Association menyatakan mendukung keputusan FDA ini.
Dalam pernyataannya, FDA mengatakan bukti-bukti yang ada, mengenai bahaya amalgam
merkuri, belum cukup kuat. "Studi klinis yang sudah dilakukan cukup lama terhadap orang
dewasa dan anak berusia 6 tahun yang menggunakan penambal gigi amalgam tidak
menunjukkan kaitan antara amalgam dan dampak kesehatan," kata Susan Runner, direktur
Division of Anesthesiology, General Hospital, Infection Control, and Dental Devices in the
Center for Devices and Radiological Health FDA.
Bukti ilmiah terhadap dampak penambal gigi merkuri terhadap perkembangan janin dan anak
berusia di bawah 6 tahun dianggap masih sedikit. Namun, Runner juga mengakui tidak ada
bukti ilmiah yang menyebutkan amalgam tidak berisiko.
Selama 20 tahun terakhir, menurut Runner, FDA telah menerima 141 laporan keluhan terkait
amalgam gigi, namun tidak ada yang menyebabkan kematian.
Kini, keputusan menggunakan materi penambal gigi dikembalikan kepada pasien dan dokter
gigi. Saat ini tren penggunaan amalgam untuk menambal gigi memang makin menurun.
Bahkan menurut seorang dokter gigi Michael Sesemann, kini amalgam sudah tidak dipakai
lagi. Sebagai gantinya, dokter merekomendasikan penggunaan penambal gigi berbahan
porselen atau komposit putih sewarna dengan gigi.
BERBAHAYAKAH TAMBAL GIGI BERBAHAN MERKURI?
Vera Farah Bararah - detikHealth - Jumat, 08/01/2010 10:05 WIB
Saskatchewan, Kanada, Tambal gigi dengan amalgam yang berbahan merkuri sudah ratusan
tahun digunakan. Namun dalam beberapa tahun terakhir amalgam diduga berpotensi
membuat orang terkena racun merkuri. Benarkah tambal gigi amalgam berbahaya? Yang
jelas hingga saat ini belum ada pihak yang membuktikan dampak bahaya dari amalgam.
Pihak Food and Drug Administration (FDA) Amerika juga mengatakan amalgam aman
karena kadar merkuri yang digunakan rendah. Campuran zat yang mengandung merkuri itu
dinilai hampir ideal dalam mengembalikan fungsi gigi karena pemasangannya yang mudah,
meminimalkan perubahan yang terjadi serta memiliki kekuatan tekanan yang tinggi sehingga
lebih awet. FDA menilai tambal gigi amalgam masih lebih besar keuntungan dari pada
ancaman risikonya. Sebaliknya beberapa negara Eropa sudah melarang penggunaan bahan
merkuri untuk tambal gigi.
Meski bahaya nyata dari merkuri ini belum terlihat, tapi merkuri diketahui bisa memasuki
sistem tubuh manusia melalui penguapan air raksanya yang terhirup, tertelan bersama air liur
atau masuk ke dalam pembuluh darah. Ilmuwan dari University of Saskatchewan menemukan
fakta baru dari aktivitas bahan merkuri untuk tambal gigi. Seperti dilansir SunTimes, Jumat
(8/1/2010), peneliti menemukan campuran merkuri di bahan tambal gigi bisa berubah dari
waktu ke waktu dan tingkat keracunan juga berbeda. Dengan menggunakan teknik X-ray
khusus, para ilmuwan menganalisis permukaan tambalan logam yang baru dibuat dan
membandingkannya dengan tambalan gigi yang sudah berusia 20 tahun dari sebuah klinik
gigi.
Campuran tambalan baru mengandung logam merkuri yang dapat beracun sedangkan
tambalan yang sudah berusia 20 tahun mengandung bentuk merkuri yang tidak berbahaya.
Profesor George Graham yang memimpin penelitian itu mengungkapkan, penggunaan
merkuri (Hg) bisa menghasilkan elektron Hg LIII XAS yang dapat membentuk beta-HgS
pada permukaan campuran tambalan gigi, yaitu suatu bentuk kimia yang biounavailable
(sudah tidak hidup) dan tidak akan menimbulkan bahaya beracun.
Sifat air raksa atau merkuri di permukaan amalgam yang telah lama hilang hingga 95 persen
yang diduga hilang saat pembentukan beta-HgS. Penemuan ini telah dipublikasikan dalam
American Chemical Society's Journal of Chemical Research in Toxicology. Merkuri yang
asli mengalami reaksi kimia yang signifikan dari waktu ke waktu. Dengan adanya perbedaan
kandungan, hal ini mengisyaratkan bahwa adanya pelepasan merkuri di dalam tubuh.
Meskipun bentuk terakhir dari merkuri yang tersisa kurang beracun, tapi tetap saja hal ini
menunjukkan bahwa bentuk merkuri yang beracun ada kemungkinan masuk ke dalam tubuh.
Ditambahkan Graham yang harus menjadi perhatian khusus justru sifat merkuri yang telah
hilang tersebut. Apapun penyebabnya, tapi kandungan merkuri yang hilang tersebut harus
menjadi perhatian khusus. Karena keracunan merkuri baru akan timbul setelah jangka waktu
yang panjang, akibat adanya akumulasi logam merkuri dari dalam tubuh yang bisa berisiko
terhadap kesehatan. Penggunaan tambal gigi dengan amalgam sendiri kini mulai menurun
dan banyak ahli gigi yang mulai menggunakan penambal gigi berbahan porselen atau
komposit putih berwarna seperti gigi.(ver/ir)
Pengertian Biokompatibilitas
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan lingkungan
yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi. Biokompatibilitas
berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara sifat fisika atau mekanik
melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe nekrosis. Tujuan biokompatibilitas
adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang berpotensi merusakan jaringan rongga
mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak lingkungan
biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi adalah:
1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.
2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi dalam
sistem sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.
Biokompatibilitas Amalgam
Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat bertahan
lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan cairan
mulut dan harganya relatif murah. Namun, mengenai masalah efek samping yang
ditimbulkan oleh bahan ini masih dipertanyakan karena masih ada anggapan bahwa amalgam
berbahaya bagi kesehatan tubuh pasien, hal ini karena di dalam amalgam terkandung merkuri.
Merkuri dalam keadaan bebas sangat berbahaya bagi kesehatan karena dapat meracuni tubuh
oleh karena itu merkuri di dalam amalgam dianggap berbahaya. Bahaya merkuri ini tidak
hanya mengancam kesehatan pasien tetapi juga dokter gigi itu sendiri, uap merkuri yang
terhirup pada saat mengaduk amalgam dapat menimbulkan efek toksik kumulatif pada dokter
gigi tersebut.
Merkuri yang terkandung dalam amalgam memamg dapat melakukan penetrasi ke dalam
struktur gigi. Merkuri yang telah msuk ke dalam dentin dapat menyebabkan terjadinya
diskolorisasi pada gigi, tidak hanya itu saja merkuri juga dapat berpenetrasi sampai pada
pulpa gigi sehingga malah terjadi inflamasi pada gigi tersebut. Selain itu, tumpatan amalgam
juga melepaskan sebagian kecil merkuri pada saat penguyahan makanan sehingga sebagian
merkuri masuk dalam tubuh, hal ini juga semakin menambah keraguan atas tingkat
biokompatibilitas dari amalgam itu sendiri.
Keraguan atas tingkat biokompatibilitas amalgam terhadap kesehatan tubuh seharusnya tidak
perlu terjadi karena sebetulnya mengenai kemungkinan reaksi toksik pada pasien akidat
penetrasi merkuri pada gigi serta alergi yang ditimbulkannya belum begitu jelas. Kontak
pasien dengan uap merkuri selama pengisian tumpatan amalgam begitu singkat dan jumlah
uap merkuri begitu kecil untuk dapat membahayakan tubuh. Bahaya pemakaian amalgam
telah banyak dipelajari, perkiraan yang paling bisa diandalkan adalah bahwa merkuri dari
tumpatan amalgam tidak cukup signifikan untuk dapat meracuni pasien.
sumber: http://ilmudoktergigi.blogspot.com/
Batas maksimum yang disarankan untuk mengkonsumsi merkuri adalah 0,3 mg per orang per
minggu atau 0,005 mg per kg berat badan dan dari jumlah tersebut tidak boleh lebih dari 0,2
mg sebagai metal merkuri (Winarno,1992:239).
Kadar Merkuri dalam Tambalan Amalgam
Amalgam dental adalah campuran suatu bubuk alloy dengan Hg yang jika telah
mengeras membentuk massa yang solid dengan kekuatan tinggi. Pada umumnya bubuk alloy
terdiri atas perak 70 %, timah 12-30 %, tembaga 5-30 % dan seng 0-2 %, bergantung kepada
macam alloynya. Amalgam perak yang telah mengeras (set) terdiri atas 43-50 % Hg yang
bergabung baik dengan perak maupun dengan timah (Preben, 1998:42).
Amalgam dental dibuat dengan mencampur Alloy Ag-Sn dengan Hg, hasilnya
adalah pasta kental yang dapat dimasukkan ke dalam kavitas sebelum mengeras. Amalgam
yang digunakan untuk menambal gigi memang mengandung merkuri dalam bentuk cair
sebanyak 43 – 54 %, namun ketika akan digunakan untuk menambal terlebih dahulu
dicampur dengan bahan-bahan lain yakni bubuk amalgam yang terdiri dari Perak, Tembaga,
Timah dan kadang-kadang sejumlah Zn, Paladium, atau Indium (www.kompas.com).
Drg. C. Maulani mengemukakan pendapat yang sama mengenai kadar merkuri
dalam tambalan amalgam bahwa amalgam yang digunakan untuk menambal gigi memang
mengandung merkuri (dalam bentuk liquid/cair) sebanyak 43-54 %, namun untuk menjadi
tambalan, dicampur dengan bahan-bahan lain yakni bubuk amalgam (amalgam alloy)
sebanyak 57-46 %, terdiri dari perak, tembaga, timah dan kadang-kadang sejumlah Zn,
palladium atau indium (http://cyberman.cbn.net.id/).
Bahaya Merkuri dalam Proses Pembuatan Tambalan Amalgam bagi Tenaga Kesehatan
Gigi dan Mulut
Sinar ultra ungu yang merupakan gelombang pendek elektromagnetik berdaya
mengubah reaksi redoks menjadi reaksi radikal pada partikel atau senyawa yang mampu
menyimpan energi yang berasal dari sinar itu lalu memindahkannya ke molekul lain bila ada
faktor pemicu. Dengan masuknya sinar ultraviolet kebumi maka manusia yang didalam
tubuhnya terkandung senyawa sentizer tinggi seperti merkuri, antibiotik dan zat warna
tertentu akan mengalami gangguan kesehatan. Karena merkuri, antibiotik dan zat warna
mampu menyerap sinar elektromagnetik bergelombang pendek dengan sangat cepat. Begitu
pula halnya pada merkuri penambalan gigi, merkuri ini akan menyerap energi dari sinar
ultraviolet kemudian melepaskannya dalam bentuk uap merkuri atau Hg
(www.kompas.co.id). Unsur uap Hg merupakan salah satu unsur yang membahayakan
kesehatan di lingkungan pekerjaan dan yang paling lama dipermasalahkan serta sumber
umum yang paling banyak terjadi adalah pemajanan oleh tambalan amalgam (Preben:
1998:5).
Pencemaran air raksa terhadap lingkungan hidup akan menimbulkan dampak negatif
pada kesehatan manusia. Pencemaran tersebut akan mengakibatkan terjadinya toksisitas atau
keracunan tubuh manusia. Pencemaran air raksa di lingkungan kerja dokter gigi, dapat terjadi
pada pemakaian amalgam sebagai tumpatan gigi (Halinda, 2002:35).
Keracunan air raksa terjadi karena terbentuknya senyawa yang mudah diserap yaitu
air raksa yang teroksidasi atau terikat dengan sulfida. Air raksa mudah pula diabsorpsi
melalui kulit karena mudah larut dalam lemak. Dalam darah, air raksa diikat oleh protein
plasma dan eritrosit. Keracunan akut air raksa menunjukkan gejala-gejala seperti
berkurangnya pengeluaran air seni sampai berhenti sama sekali, rasa haus, adanya rasa sakit
dan terbakar pada kerongkongan dan perut, pusing, penglihatan menjadi kabur, tremor,
muntah darah, diare disertai lendir dan darah, sukar berbicara, menelan dan bernafas, nadi
cepat dan tidak teratur serta kulit pucat dan dingin. Sedangkan pada keracunan kronis akan
terjadi perubahan kepribadian tremor dan kejang radang selaput mata serta kebutaan, ketidak
teraturan bunyi jantung, halusinasi, urtikaria, erythema, depresi mental dan lain-lain (Harmas,
1996:38).
Munculnya berbagai tanda dan gejala keracunan merkuri pada seseorang sangat
bervariasi dan tidak pula pada kadar yang sama. Untuk mencapai kadar tertentu di dalam
tubuh manusia, bisa memerlukan waktu yang sama. Untuk mencapai kadar tertentu di dalam
tubuh manusia, bisa memerlukan waktu yang sangat panjang, sampai beberapa puluh tahun.
Tergantung kadar merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui rantai makanan maupun pintu
masuk seperti lewat udara (inhalasi) serta kulit. Keracunan merkuri sekurangnya
menimbulkan tanda dan gejala pada syaraf, saluran pencernaan dan kulit. Tanda dan gejala
pada sitem syaraf pusat antara lain berupa gemetar (tremor), kejang, penglihatan menjadi
kabur (rabun) sampai kelumpuhan. Ada gejala sistem syaraf pusat lain yang jarang disadari,
yaitu berupa sukar tidur (insomnia), ketakutan, gangguan kepribadian, depresi sampai pikun
(www.suaramerdeka.com).
Pendapat lain juga menyebutkan bahwa keracunan merkuri terutama menyebabkan
perusakan susunan syaraf pusat dan ginjal. Pada keracunan akut dapat menimbulkan
gangguan pada sistem saluran pencernaan dan pernafasan. Methyl merkuri dapat menembus
blood brain barrier dan menimbulkan kerusakan di otak dan bersifat irreversible. Hubungan
kadar merkuri dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan adalah bila kadar Hg dalam urine
20 ug/l biasanya tidak ada gejala. Bila kadarnya 20-100 ug/l terjadi penurunan respons
konduksi syaraf, gangguan bicara dan tremor. Bila kadarnya 100-500 ug/l menyebabkan
tremor, kehilangan daya ingat, irritable dan kelainan syaraf lainnya. Sedangkan kadar 500-
1000 ug/l akan disertai gangguan ginjal (www.depkes.go.id). Tingkat konsentrasi Hg tenaga
kesehatan gigi dapat diketahui terutama dari rambut, kuku, darah dan urin. Selanjutnya,
meskipun baru sedikit, telah pula diperiksa tingkat konsentrasi Hg di dalam organ dokter gigi
melalui autopsi (Preben, 1998:34).
Pencegahan terhadap Keracunan Merkuri dalam Proses Pembuatan Tambalan
Amalgam bagi Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Konsentrasi Hg yang tinggi dalam udara telah ditemukan pada sejumlah tempat
praktek dokter gigi, dan tingkat pemajanan Hg terhadap tenaga kesehatan gigi ternyata sedikit
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lain. Dengan demikian standar higiene Hg yang
tinggi mutlak diperlukan untuk meminimalkan resiko yang membahayakan kesehatan.
Faktor-faktor utama yang penting dalam higiene Hg untuk ruang praktek dokter gigi adalah
penataan ruang praktek dan berbagai pekerjaan rutin yang dikerjakan sehari-hari dalam
menangani Hg. Para tenaga kesehatan gigi harus selalu waspada akan potensi bahaya logam
ini yang cukup tinggi. Pengarahan-pengarahan berlandaskan situasi dan praktek masing-
masing tempat praktek harus dibuat dan dibahas bersama-sama dengan para tenaga kesehatan
gigi lainnya (Preben, 1998:95).
Mengingat sukarnya penanggulangan keracunan merkuri, tindakan prevensi di kamar
praktek bagi para dokter gigi perlu dilakukan. Pertama-tama agar tindakan pencegahan
tersebut lebih disadari kegunaannya, sebaiknya para dokter gigi juga harus menyadari bahwa
merkuri dapat menimbulkan keracunan karena uapnya. Merkuri juga dapat menguap pada
temperatur kamar, karena itu baik penyimpanan maupun penangannya harus dilakukan
dengan hati-hati dan menurut aturan. Keadaan kamar praktek juga harus diperhatikan agar
bersih dari merkuri dan apabila tercecer dapat dilakukan pembersihan dengan lebih mudah
(Edi, 2005:243).
Uap Hg bebas dapat menimbulkan bahaya keracunan bagi dokter gigi dan asistennya,
tetapi apabila telah berikatan dengan alloy sebagaimana halnya dalam amalgam, bahaya itu
tidak ada lagi. Untuk mengurangi bahayanya, Hg harus selalu disimpan dalam tempat tertutup
dan dijauhkan dari panas. Jika Hg dituangkan kedalam reservoir mesin pencampuran
hendaknya dilakukan diatas suatu nampan hingga Hg yang mungkin tercecer mudah
dikumpulkan. Ceceran Hg harus segera dibersihkan dan ditaruh di tempat tertutup berisi air
bersama-sama dengan sisa amalgam. Ceceran Hg yang terlihat dan dapat dijangkau sebaiknya
dikumpulkan dengan selembar kertas tebal kemudian disedot dengan pipet plastik sekali
pakai lalu ditumpahkan di botol tempat sisa amalgam. Cara ini lebih baik ketimbang
menggunakan kertas timah yang diperoleh dari pembungkus film rontgen karena walaupun
Hg akan bereaksi dengan timah namun kertas timah yang telah terkontaminasi ini
memerlukan penyimpanan yang aman pula (Pitt, 1993:63).
Selain hal diatas upaya pencegahan pencemaran air raksa pada lingkungan kerja dokter gigi
dapat dilakukan beberapa hal berikut, diantaranya adalah 1)monitoring tingkat air raksa baik
di dalam udara ruang kerja maupun di dalam tubuh petugas yang bekerja di lingkungan kerja
kedokteran gigi, 2) ruangan kerja atau praktek harus mempunyai ventilasi yang baik, 3)
hindarkan pemakaian karpet pada ruang kerja atau ruang praktek, 4) air raksa harus disimpan
dalam botol atau wadah yang tidak gampang pecah dan mempunyai tutup yang baik, 5)
jangan memeras amalgam dengan tangan telanjang, 6) selalu memakai masker terutama
dalam menangani tumpatan amalgam, 7) buanglah amalgam yang tidak terpakai dalam wadah
yang mengandung air (Harmas, 1996:39). Dalam pembongkaran restorasi amalgam
penggunaan semprotan air pendingin, terutama dikombinasikan dengan penyedot bervolume
tinggi, akan mengurangi kandungan Hg di didaerah atau zona praktek (Preben, 1998:99).
Hal senada juga dirangkum oleh Edi (2005:246), bahwa kamar praktek harus diatur
sedemikian rupa sehingga ventilasi cukup baik. Karpet tidak dianjurkan untuk kamar praktek,
tetapi lantai sebaiknya dilapisi dengan polivinil chloride yang tidak porous. Lapisan ini
sebaiknya juga diteruskan pada dinding sekeliling kamar praktek setinggi 10 cm. Cara
pembersihan merkuri tidak boleh dengan menyapu, tetapi sebaiknya disedot. Dengan
menyapu, merkuri mungkin akan lebih tersebar. Dan jika tidak mungkin untuk dikumpulkan
sebaiknya ditaburi dengan bubuk sulfur untuk mengikat dan menghindari penguapannya.
Semprotan air dan penyedot yang cukup kuat harus digunakan pada waktu
mengasahdanmembongkar tumpatan amalgam. Dengan menggunakan air dan penyedot
tersebut uap merkuri dari pembongkaran tumpatan amalgam akan tersedot dan udara di
sekitar tempat kerja tidak mengandung uap merkuri. Kebersihan para tenaga kesehatan gigi
harus diperhatikan, termasuk ganti pakaian setiap hari, penggunaan masker, dan sarung
tangan jika membersihkan sisa-sisa amalgam yang tercecer. Jangan menggunakan perhiasan
pada waktu menumpat dengan amalgam, sebaiknya tidak menyimpan makanan, minuman
dalam kamar praktek. Dianjurkan pula untuk memeriksakan konsentrasi uap merkuri dalam
kamar praktek secara periodik. Pemeriksaan tahunan terhadap keracunan merkuri juga
sebaiknya dilakukan untuk para tenaga kesehatan gigi (Edi, 2005:246)
2.7 Manipulasi Klinis
Desain Kavitas
Harus eliminasi jaringan karies
- Penetrasi bakteri dari margin.
- Amalgam bukan bioaktifitas
Tidak adeshif ke jaringan gigi
- Email tidak di dukung dentin harus diangkat
- Sudut tepi amalgam dalam kavitas > 70º
Triturasi
Tujuannya untuk membasahi seluruh permukaan partiket alloydengan merkuri menjadi
amalgamasi (alloy amalgam).
Triturasi yang benar.
- Bila dijatuhkan dari ketinggian 30 cmalloy amalgam tetap utuh dan mengkilap.
Efek Triturasi yang salah:
1. Over Triturasi.
o Alloy panas
o Sulit di lepas oleh kapsul
o Mengkilap basah dan lembek.
o Plastisitas
o Wetting
o Kotraksi akhir
2. Under Triturasi
o Alloy kering dan rapuh.
o Wetting tidak sempurna
o Kekuatan rendah
o Porositas
o Permukaan kasar
o Korosi
Packability
Adalah resistensi amalgam terhadapgaya- gaya kondensasi dalam peletakan, juga bervariasi
berdasarkan ukuran dan distribusi antara jenis partikel.
Bentuk partikel amalgam :
- Lathe- cut: bentuk irregular dengan pemotongan ingot alloy homogenisasifase- fase
Ag-Sn (У) dengan beberapa regiofase Cu₃Sn (ɛ).
- Admixed: campuran merupakan modifikasi sifat- sifat pemakaian tujuannya untuk
packability.
- Spherical: bentuk bulat dengan atomisasi alloy (liquit) kedalam cairan gas. Tidak
homogenisasi pada fase ɛ tersebut dalam matriks fase У.
Spherical saja mudah dipadatkan, kerna partikel bergerak angan mudah
dibawah kondensor.
Condensation
Adalah peletakan amalgam secara incremental dalam kavitas dan penekanan tiap increment
ke increment sebelum nya harus bermasa yang homogeny.
Tujuan :
- Adaptasi amalgam ke margin, dinding dan sudut kavitas.
- Minimalisasi rongga dan lapisan antara increment.
- Meningkatkan sifat fisik.
- Menghilangkan mercury berlebih.
Condensation lebih baik dengan instrument yang permukaan rata dan ukuran kecil tekanan
lenih besar.
o Lathe – cut small plugger.
o Blended small flat plugger.
o Spherical plugger paling besar yang bisa masuk kavitas.
Peletakan
Dalam waktu 3 menit setelah triturasi selesai.
Carving
o Pola anatomis yang dalam atau tajam inisiasi retakan.
o Over-carve Kontak dengan gigi antagonis tidak baik sehingga
mengubah oklusi.
Burnishing
o Pre-carve Burnishing
- Untuk 15 detik tekanan ringan, dengan bernisher yang besar,
dari arah tengah restorasi keluar arah margin.
- Untuk membuang mercury berlebih.
o Final Burnishing.
2.8 Bahan restorasi lain
Tambalan komposit
Tambalan komposit merupakan campuran bahan kuarsa dengan resin yang menghasilkan
tambalan yang berwarna seperti gigi, bahkan dapat meniru warna transparan email. Ada salah
kaprah yang berkembang di masyarakat, bahwa tambalan komposit adalah tambalan LASER.
Yang benar adalah sinar halogen yang berwarna biru digunakan untuk membantu proses
pengerasan komposit. Tambalan komposit yang kecil ataud sedang dapat bertahan terhadap
tekanan kunyah. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi sangat baik. Selain
itu tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk menambalkan komposit pada lubang
gigi. (Viariani;2008)
Tambalan komposit relatif berharga lebih mahal dibanding bahan amalgam, bergantung pada
besar-kecilnya tambalan serta tingkat kesulitan dalam melakukan penambalan. Diperlukan
waktu yang lebih lama untuk menambalkan komposit dibanding menambalkan amalgam.
Untuk dapat menambalkan komposit, lubang harus bersih dan kering. Karena itu sulit untuk
menambal lubang yang berada di bawah tepi gusi. Selain itu tambalan komposit akan akan
berubah warna sejalan dengan waktu.
(Viariani;2008)
Tambalan Ionomer kaca dan ionomer resin
Ionomer kaca merupakan bahan tambalan yang berwarna seperti gigi, terbuat dari campuran
bubuk kaca dan asam akrilik. Bahan ini dapat digunakan untuk menambal lubang, khususnya
pada permukaan gigi. Ionomer kaca melepaskan sejumlah kecil fluoride yang bermanfaat
bagi pasien yang berisiko tinggi terhadap karies.
(Viariani;2008)
Sedikit struktur gigi yang diambil untuk menyiapkan gigi yang akan ditambal ionomer kaca.
Karena mudah pecah, bahan ini tidak dapat digunakan untuk menambal gigi belakang yang
digunakan untuk mengunyah.(Viariani;2008)
Ionomer resin terbuat dari bubuk kaca dan asam akrilik dan resin akrilik. Digunakan untuk
menambal lubang yang sangat kecil pada bagian gigi yang tidak menanggung beban kunyah,
karena mudah patah. Ionomer kaca dan ionomer resin berwarna seperti warna gigi tapi tidak
dapat menyerupai warna email yang transparan. Kedua bahan ini jarang menimbulkan reaksi
alergi.
(Viariani;2008)
Porselen
Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau veneer, Veneer adalah lapisan porselan
sangat tipis yang ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya digunakan untuk
memperbaiki penampilan gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik secara
estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan warna gigi. Pemasangan restorasi
porselen beresiko pecah bila diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur. Kekuatannya
tergantung pada ketebalan porselen dan kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat
pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi antagonisnya bila permukaannya
kasar.
(Viariani;2008)
Logam berlapis porselen
Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat kuat karena kombinasinya dengan
kekuatan logam, karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau jembatan. Banyak
struktur gigi yang harus diambil untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini. Kadang-
kadang muncul rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin di awal
penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap beberapa jenis logam
yang digunakan dalam restorasi.
(Viariani;2008)
Alloy emas
Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain, terutama digunakan untuk crown,
inlay, onlay dan jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga sulit
pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin
struktur gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis dan tidak pernah
memunculkan reaksi alergi. Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti warna gigi.
(Viariani;2008)
2.9 Klasifikasi karies
Klasifikasi Karies Gigi
1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)21
a. Karies Superfisialis
di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.
Gambar 2.4. Karies Superfisialis
b. Karies Media
di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Gambar 2.5. Karies Media21
c. Karies Profunda
di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
Gambar 2.6. Karies Profunda21
(Baum.philips.lund.1997)
2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya18,19
a. Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan
seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada
permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan
memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya
mengenai lapisan email (iritasi pulpa). (Baum.philips.lund.1997)
b. Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan
aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin
(hiperemi pulpa). (Baum.philips.lund.1997)
c. Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya
bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun
pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior
sudah meluas ke bagian pulpa.
(Baum.philips.lund.1997)
Menurut Dr G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu22:
a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.
b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian
aproksimal gigi posterior.
c. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.
d. Kelas IV adalah karies yang sudah mengenai bagian aproksimal dan meluas ke bagian
insisal gigi anterior.
e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior.
f. klas VI* terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisa gigi insisivus.
(dtambahkan oleh back untuk daerah-daerah geografis tertentu)
(buku konversasi gigi edisi III Baum.philips.lund.1997.hal 49-51)
(Baum.philips.lund.1997)
BAB III
KONSEP MAPPING
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
BAB VI
SARAN
DAFTAR PUSTAKA