Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

20

Click here to load reader

Transcript of Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

Page 1: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

MAKALAH TENTANGBAHASA DAERAH, PEMUDA DAN

GLOBALISASI

MATA KULIAH DASARSOSIOLOGI PEDESAAN

(SAMSUL BAHRI, SP.)

Oleh :

SARWANTO/ NPM. 01011200033

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSI RAWAS2014

Page 2: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan

KaruniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini disusun sebagai

salah satu tugas pada Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan.

Kami menyadari dalam penyusunan tugas ini tentu masih banyak kekurangan,

oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

untuk kemajuan kami ke depannya. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

Dosen Pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam Mata

Kuliah Sosiologi Pedesaan ini.

Demikian kami sampaikan, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Lubuklinggau, Januari 2014

Penyusun

Page 3: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

ii

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ............................................................................................ iDaftar Isi ................................................................................................ ii

I. PENDAHULUAN ........................................................................ 11.1 Latar Belakang ............................................................ 11.2 Tujuan ................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 32.1 Pengertian Bahasa .................................................................. 32.2 Pengertian Bahasa Daerah ................................................. 42.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah ................................ 42.4 Revitalisasi Bahasa Daerah dikalangan Generasi Muda ...... 52.5 Peran Bahasa Daerah didalam Persatuan Bangsa ................. 62.6 Dampak positif dan negatif penggunaan bahasa ................. 7

daerah didalam bahasa Indonesia2.7 Bahasa Daerah dan Peraturan Perundang – undangan ......... 92.8 Kebijakan penanganan bahasa daerah .................................. 13

III. PENUTUP ............................................................................................... 163.1 Kesimpulan .............................................................................. 163.2 Saran ......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

Page 4: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seegoisnya manusia atau seindividualisnya manusia, tetap saja manusia itu

membutuhkan komunikasi dengan manusia lain. Manusia hidup tanpa komunikasi

ibarat hidup tersendiri di tengah Padang Sahara atau di tengah hutan Kalimantan,

terasa sepi dan hampa. Bahkan, orang yang abnormal pun membutuhkan

komunikasi dengan lingkungannya, dengan orang-orang di sekitarnya ataupun

dengan apapun yang ia temui.

Bahasa adalah alat yang ampuh bagi manusia dalam berhubungan dengan

sesuatu di luar dirinya. Dengan bahasa, manusia mampu beradaptasi dengan

lingkungannya, dengan orang-orang di sekitarnya, dan dengan apapun bahkan

dengan hewan sekalipun, bahasa memerankan peran yang penting bagi kehidupan

manusia. Bahasa memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai alat untuk

komunikasi dengan sesama manusia, alat untuk bekerja sama dengan sesama

manusia, dan alat untuk mengidentifikasi diri. Pada dasarnya, bahasa sebagai alat

komunikasi tidak hanya secara lisan, tetapi juga menggunakan bahasa isyarat

tangan atau tubuh lainya.

Seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah digunakan sebagai

bahasa berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan

tidak semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku.

Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang

baku di luar acara formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung

menggunakan bahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik

secara pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan penggunaan bahasa

daerah ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap penggunaan bahasa

Indonesia yang merupakan bahasa resmi negara Indonesia.

Kalau diperhatikan, bahasa paling popular sekarang ini adalah bahasa-

bahasa gaul, bahkan bahasa Indonesia sendiri sudah tidak begitu diperhatikan

dalam pengucapannya, terkadang sudah tidak baku lagi. Apalagi bahasa daerah,

yang kebanyakan dianggap oleh generasi muda tidak begitu penting untuk

dipelajari, ini semua karena menjaga gengsi, takut dianggap ketinggalan zaman,

Page 5: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

2

kampungan, dan lain-lain. Sehingga tanpa mereka sadari, bahasa daerah akan

punah seiring berkembangnya zaman. Memang, tidak seharusnya juga kita

menggunakan bahasa daerah didalam keseharian kita, namun setidaknya kita bisa

tahu tentang bahasa daerah kita sendiri ketika orang menanyakannya pada kita.

Sehingga, kita harus memberikan pembinaan terhadap generasi muda untuk

menyadarkan tentang penggunaan dan fungsi bahasa daerah itu sendiri.

Berkaitan dengan hal-hal diatas maka sebagai mahasiswa pertanian kita

diwajibkan memiliki pengetahuan dan kemampuan terkait masalah gulma ini.

Terkait dengan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan praktikum identifikasi

gulma sehingga setiap mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas

memiliki pengetahuan dan kemampuan identifikasi gulma ini.

1.2 Tujuan

Sehubungan dengan beberapa permasalahan diatas, penulis akan

membatasi pembahasan dalam makalah ini pada beberapa aspek berikut :

1. Apa pengertian Bahasa ?.

2. Apa pengertian Bahasa Daerah?.

3. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Daerah?.

4. Perlunya revitalisasi bahasa daerah dikalangan generasi muda?.

5. Peran bahasa daerah didalam persatuan bangsa?.

6. Apa dampak positif dan negatif penggunaan bahasa daerah didalam

Bahasa Indonesia?.

7. Kedudukan Bahasa Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan?.

8. Kebijakan Penanganan Bahasa Daerah?.

Page 6: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

3

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa

Dalam kamus bahasa Indonesia, “Bahasa diartikan sebagai sistem lambang

bunyi yang mempunyai makna.”. Pengertian bahasa menurut beberapa ahli :

1. Wibowo mengungkapkan bahwa : Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang

bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer

dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok

manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.maka penulis akan

mengemukakan pengertian bahasa menurut para ahli.

2. Abdul Chaer mengemukakan bahwa “Bahasa itu merupakan satu sistem,

bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dengan dunia

bunyi.”.

3. Harimurtikridalaksana, “Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang

bersifat (arbitrer) mana suka yang digunakan oleh sekelompok orang atau

masyarakat dalam berinteraksi”. Akan tetapi pendapat tersebut dibantah oleh

Yule George yang menyatakan “Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang

digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat untuk mengidentifikasi

diri dan memiliki umpan balik ( feed back ) dari lawan bicara”.

Melihat beberapa pendapat di atas terdapat perbedaan definisi tentang

bahasa karena tergantung apa yang ingin ditekankan. Akan tetapi secara umum

bahasa adalah suatu sistem atau cara yang digunakan oleh sekelompok orang atau

masyarakat dalam menyampaikan ide, gagasan, pikiran, perasaan terhadap sesuatu

atau orang lain.

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal

36 “bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Ia juga merupakan bahasa

persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disiratkan dalam Sumpah Pemuda 28

Oktober 1928 “Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa

Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu,

tanah air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung tinggi

bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

Page 7: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

4

2.2 Pengertian Bahasa Daerah

Sedangkan bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan dalam suatu

wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik itu pada suatu daerah kecil negara

bagian federal atau provinsi ataupun daerah yang lebih luas.

Dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau

Minoritas "bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang:

1. Secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara

dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih

kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan

2. Berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.

Indonesia sendiri memiliki 764 bahasa daerah. Bahasa daerah menjadi

identitas yang menandai keberadaan etnis-etnis yang ada di Indonesia. Karena

tidak mungkin mengidentifikasi adanya etnis tersebut tanpa bahasa etnis itu

sendiri. Bahasa daerah merupakan salah satu budaya Indonesia. Budaya tersebut

memang sebagai identitas dan kebanggaan suatu daerah dan juga penyatu rasa

sedaerah dan tentu bahasa daerah mempunyai kedudukan penting di daerah

masing-masing. Walaupun, penurunan pemakaian bahasa daerah disuatu daerah

biasanya disesalkan oleh pihak tertentu, tapi tak sedikit bahasa daerah yang mulai

musnah, padahal musnahnya bahasa daerah tersebut juga mengindikasikan

musnahnya pula suatu peradaban manusia di dunia ini.

2.3 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Daerah

Bahasa daerah merupakan bahasa ibu yang harus dilestarikan disamping

bahasa nasional. Bahasa daerah memiliki kedudukan yang penting karena

memiliki fungsi. Fungsi bahasa daerah adalah sebagai berikut :

1) Mempunyai peranan yang berkelanjutan dari masa lalu sebagai warisan

leluhur kita.

2) Sebagai sumber khasanah dan sumber gagasan atau konsep untuk

memperkaya bahasa kesatuan nasional, yaitu bahasa Indonesia.

3) Sebagai penanda atau identitas kedaerahan karena salah satu unsur penanda

jati diri yang paling kelihatan adalah bahasa.

Page 8: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

5

4) Fungsi komunikasi antara individu dengan individu lain dalam satu wilayah

yang sama.

5) Fungsi seremonial, dalam hal tertentu seperti upacara adat.

Berdasarkan sumber lain, bahasa daerah memiliki fungsi sebagai berikut :

Bahasa daerah sebagai lambang identitas daerah.

Bahasa daerah sebagai alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat

daerah.

Bahasa daerah sebagai sarana pendukung kebudayaan daerah.

Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa dan sastra daerah.

Sedangkan melihat fungsi bahasa daerah dalam hubungannya dengan

bahasa nasional adalah sebagai berikut :

Bahasa daerah sebagai pendukung bahasa nasional.

Bahsa daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar.

Bahasa daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa

Indonesia.

Bahasa daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dala penyelenggaraan

pemerintah daerah.

2.4 Revitalisasi Bahasa Daerah dikalangan Generasi Muda.

Mengapa kita perlu memvitalkan kembali bahasa daerah di saat-saat

sekarang ini. Di tengah arus globalisasi yang mendunia ini, perlu secepatnya kita

berbenah diri sebelum terlambat. Dikarenakan kalau kita lambat dalam

menghadapinya, maka yang terjadi justru kita terbawa arus globalisasi tersebut.

Maka dari itu, dari sisi bahasa perlu kiranya kita menguatkan kembali peran dari

bahasa lokal atau bahasa daerah dalam menghadapi arus globalisasi tersebut.

Contoh nyata saja yang sekarang kita alami, yaitu begitu derasnya arus Bahasa

Inggris masuk ke dalam setiap sendi kehidupan kita. Sadar atau tidak sadar, setiap

yang kita lihat, dengar, rasakan, hampir sebagian besar berbahasa Inggris selain

juga bahasa yang lain – tetapi bahasa Inggrislah yang sekarang sedang menguasai

dunia. Mulai dari barang-barang yang kecil seperti pena, pensil, sandal, sampai ke

barang-barang yang besar seperti TV, Komputer, Mobil, dan lain-lain hampir

semuanya terpampang bahasa Inggris. Bahkan ada juga yang diproduksi oleh

Page 9: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

6

pabrik Indonesia, tetapi menggunakan Bahasa Inggris baik di dalam kemasannya

ataupun dalam hal pemasarannya. Dilihat dari sisi pendidikan pun sama, hampir di

setiap sekolah terdapat pelajaran bahasa Inggrisnya, bahkan tingkatan TK-SD pun

sudah mengenal Bahasa Inggris. Lantas apakah bahasa daerah atau bahkan bahasa

nasional pun bisa berlaku demikian. Belum tentu. Kita bisa tengok di dalam

pendidikan kita, bahasa daerah hanya sebatas pelajaran muatan lokal yang kadang

merupakan pelajaran yang kurang disukai, kalah dengan pelajaran matematika,

IPA, atau Bahasa Indonesia. Bahkan mungkin juga dalam menerangkan pelajaran

muatan lokal tersebut menggunakan bahasa Indonesia. Apabila memang demikian,

perlu sekiranya kita rubah mulai dari sekarang.

Oleh karena itu, diperlukan usaha yang keras dari semua pihak dalam

memvitalkan kembali peran dari bahasa daerah sebagai bahasa asli daerah

setempat. Tanggung jawab ini tidak bisa hanya diserahkan begitu saja kepada

pemerintah lewat dewan bahasa atau apapun. Akan tetapi, semua pihak mulai dari

lingkungan keluarga sampai dengan lingkungan daerah setempat untuk bisa

mempertahankan kearifan lokal berupa bahasa daerah tersebut. Tentunya ini

hanya sebagian kecil saja usaha yang perlu dilakukan dalam memvitalkan kembali

peran bahasa daerah. Masih terbuka luas kesempatan dan cara yang lain agar

bahasa daerah bisa menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia, khususnya bagi

daerah yang bersangkutan.

2.5 Peran Bahasa Daerah Didalam Persatuan Bangsa.

Persatuan bangsa Indonesia terbentuk bukan dari keseragaman, tetapi

terbentuk dari keanekaragaman. Semboyan Bhineka Tunggal Ika selalu melekat di

hati setiap warga negara Indonesia, karena dengan kebhinekaan inilah bangsa

Indonesia ada. Bhineka Tunggal Ika tidak hanya menyangkut suku-suku, ras-ras,

dan agama-agama saja, tetapi juga mencakup bahasa, karena pada hakekatnya

bahasa melekat pada diri manusia. Sementara manusia itu sendiri merupakan

pelaku kebudayaan.

Apa jadinya apabila bangsa Indonesia ini terbentuk dari keseragaman

budaya, adat-istiadat, agama, bahasa, dan keseragaman yang lain. Ada pendapat

menarik dari Cuellar (1996: 72) yang dikutip oleh Hidayat (2006: 40), yaitu setiap

Page 10: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

7

usaha yang memaksakan keseragaman atas kebhinekaan ini merupakan tanda-

tanda awal kematian. Pernyataan ini memang terdengar ekstrim, tetapi bukannya

tanpa alasan, karena pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda

satu sama lain. Maka, apa jadinya ketika dunia ini semuanya sama, tidak ada

perbedaan dan tentunya tidak ada warna warni kehidupan. Lebih lanjut dikatakan

bahwa khusus dalam hubungannya dengan keberagaman bahasa dikatakan bahwa

kebhinekaan bahasa (linguistic diversity) merupakan aset kemanusiaan yang tak

ternilai harganya, dan hilangnya sebuah bahasa merupakan pemiskinan

(impoverishment) akan sumber pengetahuan dan pikiran masyarakatnya.

2.6 Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Bahasa Daerah Didalam

Bahasa Indonesia.

Berikut beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah

terhadap bahasa Indonesia:

1. Dampak Positif

Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.

Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.

Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.

2. Dampak Negatif

Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.

Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi kesulitan

karena terlalu banyak kosakata.

Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa Indonesia

yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerah.

Dapat menimbulkan kesalah pahaman. Pada bahasa-bahasa daerah di

Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan

pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa

contohnya:

Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada Suwek

dalam bahasa Jawa bermakna sobek.

Page 11: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

8

Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).

Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.

Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah memiliki

tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut digunakan dalam

situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses belajar mengajar

yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran makna yang beragam.

Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah haruslah pada waktu, tempat, situasi,

dan kondisi yang tepat.

Indonesia sangat kaya dengan bahasa daerah dan apalagi sastra daerah.

Kekayaan itu di satu sisi merupakan kebanggaan, di sisi lain menjadi tugas yang

tidak ringan, terutama apabila memikirkan bagaimana cara melindungi, menggali

manfaat, dan mempertahankan keberagamannya. Dalam Ethnoloque (2012)

disebutkan bahwa terdapat 726 bahasa di Indonesia. Sebagian masih akan

berkembang, tetapi tidak dapat diingkari bahwa sebagian besar bahasa itu akan

punah.

Menurut UNESCO, seperti yang tertuang dalam Atlas of the World’s

Language in Danger of Disappearing, di Indonesia terdapat lebih dari 640 bahasa

daerah (2001:40) yang di dalamnya terdapat kurang lebih 154 bahasa yang harus

diperhatikan, yaitu sekitar 139 bahasa terancam punah dan 15 bahasa yang benar-

benar telah mati. Bahasa yang terancam punah terdapat di Kalimantan (1 bahasa),

Maluku (22 bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera (67 bahasa),

Sulawesi (36 bahasa), Sumatra (2 bahasa), serta Timor-Flores dan Bima-Sumbawa

(11 bahasa). Sementara itu, bahasa yang telah punah berada di Maluku (11

bahasa), Papua Barat dan Kepulauan Halmahera, Sulawesi, serta Sumatera

(masing-masing 1 bahasa).

Dalam keadaan itu, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia dapat hidup

dan berkembang secara lebih baik. Tuntutan komunikasi di daerah urban serta

komunikasi di bidang politik, sosial, ekonomi, dan iptek di Indonesia memberi

peluang hidup yang lebih baik bagi bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia

ini – sebagai bahasa nasional dan bahasa negara – hanya menempati peringkat

kedua dilihat dari nilai ekonominya. Dapat diduga, posisi paling tinggi ditempati

oleh bahasa asing, kedua bahasa Indonesia, dan terakhir adalah bahasa daerah.

Page 12: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

9

Artinya, dengan bahasa Indonesia, kesempatan orang Indonesia untuk meraih

peluang ekonomi lebih besar daripada mereka yang hanya menguasai bahasa

daerah, meskipun masih lebih rendah dari peluang mereka yang menguasai bahasa

asing.

Hilangnya daya hidup bahasa daerah pada umumnya disebabkan oleh

pindahnya orang desa ke kota untuk mencari penghidupan yang dianggap lebih

layak dan perkawinan antaretnis yang banyak terjadi di Indonesia. Masyarakat

perkotaan, yang pada umumnya merupakan masyarakat multietnis atau

multilingual, memaksa seseorang harus meninggalkan bahasa etnisnya dan

menuju bahasa nasional. Cara itu dianggap lebih baik daripada harus bersikap

divergensi atau konvergensi dengan bahasa etnis yang lain. Bahasa Indonesia

merupakan bahasa kompromistis dalam sebuah perkawinan antaretnis. Pada

umumnya, bahasa etnis setiap orang tua akan ditinggalkan dan bahasa Indonesia

kemudian digunakan dalam keluarga itu karena bahasa itu dianggap sebagai

bahasa yang dapat menghubungkan mereka secara adil.

Urbanisasi dan perkawinan antaretnis tidak dapat dicegah, bahkan angka

urbanisasi dan perkawinan antaretnis cenderung meningkat. Dalam kondisi itu,

akankah kita diam saja menghadapi tersingkirnya bahasa daerah? Apa kebijakan

pemerintah untuk melindungi bahasa dan sastra daerah di Indonesia? Tulisan ini

akan membahas kebijakan pemerintah dalam melindungi bahasa dan sastra daerah,

termasuk apa yang sudah dilakukan dan apa yang telah digariskan dalam

peraturan perundang-undangan.

2.7 Bahasa Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan

Pengaturan tentang bahasa daerah dalam peraturan perundang-undangan

bukanlah hal utama, kecuali dalam beberapa perda. Pengaturan penggunaan

bahasa daerah menjadi pelengkap pengaturan tentang bahasa Indonesia atau

bahasa negara. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional – termasuk Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 jo

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1989 yang menjadi cikal bakal Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 –

penggunaan bahasa daerah diatur sebagai pelengkap penggunaan bahasa

Page 13: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

10

Indonesia yang diwajibkan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional di

Indonesia. Bahasa daerah boleh digunakan pada tahap awal pendidikan untuk

menyampaikan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Senada dengan itu, bahasa

asing dapat pula digunakan sebagai bahasa pengantar untuk mendukung

pemerolehan kemahiran berbahasa asing peserta didik. Baik bahasa daerah

maupun bahasa asing mempunyi fungsi pendukung bahasa Indonesia sebagai

bahasa pengantar utama dalam sistem pendidikan nasional.

Penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kelas mejadi bukti

bahwa sesungguhnya Indonesia sudah sejak tahun 1950 telah menerapkan prinsip

EFA (education for all) yang dicetuskan oleh Unesco baru pada tahun 1990-an.

Penggunaan bahasa daerah sebagai pengantar dunia pendidikan merupakan upaya

menjangkau peserta didik yang belum mampu mengikuti pelajaran yang

disampaikan dalam bahasa Indonesia. Hal itu sekaligus juga menjadi bukti bahwa

Indonesia juga telah menerapkan program MLE (multilingual education) yaitu

program pendidikan yang memanfaatkan bahasa pertama sebagai bahasa

pengantar di peringkat awal untuk kemudian suatu saat – umumnya pada kelas III

atau IV – beralih ke bahasa nasional. Program MLE itu baru dikenalkan oleh

Unesco pada tahun 2000-an.

Pelindungan terhadap bahasa daerah didasarkan pada amanat Pasal 32

Ayat 2 UUD 1945, yang menyatakan bahwa negara menghormati dan memelihara

bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Dengan ayat itu, negara

memberi kesempatan dan keleluasaan kepada masyarakat untuk melestarikan dan

mengembangkan bahasanya sebagai bagian dari kebudayaannya masing-masing.

Selain itu, negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budayanya. Kebebasan yang diberikan UUD 1945

bukan berarti kebebasan yang tanpa pembatasan karena hingga pada batas tertentu

pengembangan dan penggunaan bahasa daerah pasti akan berbenturan dengan

ketentuan lain. Untuk keperluan bernegara, kebebasan penggunaan bahasa daerah

yang diamanatkan itu akan terbentur dengan batas penggunaan bahasa negara.

Untuk keperluan hidup dan pergaulan sosial, keleluasaan penggunaan satu bahasa

daerah harus juga menghormati penggunaan bahasa daerah lain. Dengan kata lain,

Page 14: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

11

keleluasaan penggunaan dan pengembangan bahasa daerah dalam banyak hal juga

tidak boleh melanggar norma “sosial” dan norma perundang-undangan yang ada.

Untuk menjamin hubungan harmonis masyarakat Indonesia atas

penggunaan bahasanya, Pasal 36C UUD 1945 mengamanatkan bahwa perihal

bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan harus diatur dalam

sebuah undang-undang. Amanat pasal itulah yang melahirkan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta

Lagu Kebangsaan. Khusus tentang bahasa negara, pengaturannya dituangkan

dalam Bab III, mulai Pasal 25 sampai dengan Pasal 45 dalam undang-undang

teresebut. Ibarat sisi mata uang, pengaturan tentang bahasa negara, tentu berkaitan

dengan pengaturan bahasa yang bukan bahasa negara, yang dalam hal itu berupa

bahasa daerah dan bahasa asing.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang disahkan berlakunya pada

tanggal 9 Juli 2009 mengatur empat subtansi pokok, yaitu bendera negara, bahasa

negara, lambang negara, dan lagu kebangsaan. Dalam undang-undang itu, bahasa

Indonesia dibatasi sebagai bahasa yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara

dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945 dan yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928

sebagai bahasa persatuan yang dikembangkan sesuai dengan dinamika peradaban

bangsa.

Bahasa daerah diberi batasan sebagai bahasa yang digunakan secara turun-

temurun oleh warga negara Indonesia di daerah di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Sementara itu, bahasa asing diberi batasan sebagai bahasa di

Indonesia selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2009, baik bahasa daerah maupun bahasa asing, memegang

fungsi pendukung bagi bahasa Indonesia. Sebagai pendukung, bahasa daerah dan

bahasa asing dapat digunakan apabila fungsi bahasa Indonesia tidak dapat dijalan

secara efektif.

Dalam hal penggunaan, ditetapkan bahwa bahasa Indonesia wajib

digunakan dalam peraturan perundang-undangan; dokumen resmi negara; pidato

resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di

dalam atau di luar negeri; pengantar dalam pendidikan nasional; pelayanan

Page 15: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

12

administrasi publik; nota kesepahaman atau perjanjian; forum resmi yang bersifat

nasional atau forum resmi yang bersifat internasional di Indonesia; komunikasi

resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta; laporan setiap lembaga atau

perseorangan kepada instansi pemerintahan; penulisan karya ilmiah dan publikasi

karya ilmiah di Indonesia; nama geografi di Indonesia; nama bangunan atau

gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan,

merek dagang, merek jasa, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang

didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia;

informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri

yang beredar di Indonesia; rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum,

spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum; dan informasi

melalui media massa. Dalam kelima belas ranah penggunaan itu, bahasa daerah

(dan/atau bahasa asing) dapat digunakan juga untuk mendukung fungsi bahasa

Indonesia hingga batas tertentu. Dalam hal layanan publik, misalnya, bahasa

daerah dan bahasa asing dapat menyertai penggunaan bahasa Indonesia dengan

tetap mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Pengutamaan itu dapat

diwujudkan dalam bentuk pola urutan, ukuran tulisan, atau kemenonjolan tulisan

itu.

Berkaitan dengan upaya pengembangan, pembinaan, dan pelindungan

bahasa, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 memberikan kewenangan dan

kewajiban penanganan bahasa dan sastra Indonesia kepada pemerintah pusat dan

memberikan kewenangan dan kewajiban penangan bahasa dan sastra daerah

kepada pemerintah daerah. Akan tetapi, dalam hal itu semua pemerintah pusat

diberi juga kewenangan merumuskan kebijakan nasional kebahasaan yang di

dalamnya juga memuat kebijakan tentang apa dan bagaimana pengembangan,

pembinaan, dan pelindungan bahasa daerah itu harus dilakukan. Pemerintah

daerah juga diberi kewajiban mendukung pengembangan, pembinaan, dan

pelindungan bahasa Indonesia. Sebaliknya, pemerintah pusat juga harus

memberikan dukungan, baik dukungan pendanaan maupun kepakaran, kepada

pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pengembangan, pembinaan, dan

pelindungan bahasa daerah.

Page 16: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

13

2.8 Kebijakan Penanganan Bahasa Daerah

Sejak tahun 1970-an penanganan bahasa di Indonesia didasarkan pada -

Politik Bahasa Nasional dan Keputusan Kongres Bahasa Indonesia. Sejak tahun

2004, Politik Bahasa Nasional dan keputusan kongres itu lebih menjadi draf RUU

Kebahasaan yang akhirnya lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009 pada tanggal 9 Juli 2009. Selanjutnya, sejak tahun 2009 itu, penanganan

bahasa di Indonesia, baik bahasa negara, bahasa daerah, maupun bahasa asing,

didasarkan pada undang-undang itu.

Berdasarkan Pasal 41 dan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2009, penanganan bahasa dan sastra daerah menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah dan dalam pelaksanaan tanggung jawab itu, pemerintah daerah harus

berkoordinasi dengan pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan nasional

kebahasaan. Selain berupa pembagian tugas yang lebih terperinci, koordinasi itu

dapat juga berupa fasilitasi kepakaran dan dukungan sumber daya.

Penanganan terhadap bahasa dan sastra daerah diklasifikasikan ke dalam

tiga hal, yaitu pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra

daerah. Dalam pengembangan bahasa dilakukan upaya memodernkan bahasa

melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, dan

pengembangan laras bahasa. Dalam pembinaan bahasa dilakukan upaya

meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa serta

pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, pembinaan

bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan

sikap positif masyarakat terhadap bahasa itu. Sementara itu, upaya pelindungan

dilakukan dengan menjaga dan memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian,

pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya.

Upaya pengembangan, pembinaan, dan pelestarian bahasa dilakukan

terhadap objek bahasa dan sastra berdasarkan kondisi atau vitalitasnya. Pada tahun

2002 dan 2003, UNESCO dengan bantuan kelompok linguis internasional

menetapkan kerangka untuk menentukan vitalitas bahasa untuk membantu

pemerintah membuat kebijakan penanganan bahasa di negaranya. Kelompok itu

menetapkan sembilan kriteria untuk mengukur vitalitas bahasa. Kesembilan faktor

yang dijadikan kriteria vitalitas suatu bahasa adalah jumlah penutur, proporsi

Page 17: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

14

penutur dalam populasi total, ketersediaan bahan ajar, respons bahasa terhadap

media baru, tipe dan kualitas dokumentasi, sikap bahasa dan kebijakan pemerintah

dan institusi, peralihan ranah penggunaan bahasa, sikap anggota komunitas

terhadap bahasanya, serta transmisi bahasa antargenerasi.

Berdasarkan kriteria itu, vitalitas bahasa digolongkan menjadi enam kelompok

(baca Salminen, 1999), yaitu

1) bahasa yang punah (extinct languages), bahasa tanpa penutur lagi;

2) bahasa hampir punah (nearly extinct languages), bahasa dengan sebanyak-

banyaknya sepuluh penutur yang semuanya generasi tua;

3) bahasa yang sangat terancam (seriously endangered languages), bahasa

dengan jumlah penutur yang masih banyak, tetapi anak-anak mereka sudah

tidak menggunakan bahasa itu;

4) bahasa terancam (endangered languages), bahasa dengan penutur anak-anak,

tetapi cenderung menurun;

5) bahasa yang potensial terancam (potentially endangered languages) bahasa

dengan banyak penutur anak-anak, tetapi bahasa itu tidak memiliki status

resmi atau yang prestisius;

6) bahasa yang tidak terancam (not endangered languages), bahasa yang

memiliki transmisi ke generasi baru yang sangat bagus.

Bahasa di Indonesia mempunyai jumlah penutur yang sangat beragam.

Vitalitas bahasa daerah di Indonesia menyebar dari status yang paling aman

hingga yang benar-benar punah. Di antara bahasa di Indonesia, terdapat tiga

bahasa yang penuturnya lebih dari 10 juta jiwa, yaitu bahasa Jawa (penuturnya

84,3 juta jiwa), bahasa Sunda (penuturnya 34 juta jiwa), dan bahasa Madura

(penuturnya 13,6 juta jiwa).

Penanganan bahasa daerah diklasifikan berdasarkan pengelompokkan

vitalitas bahasa tersebut. Pengembangan dan pembinaan dilakukan terhadap

bahasa masih dalam status tidak terancam (aman), yaitu bahasa yang digunakan

oleh penutur dari generasi muda sampai dengan generasi tua hampir terdapat

dalam semua ranah, dan terhadap bahasa yang mempunyai potensi terancam, yaitu

bahasa yang penutur anak-anaknya masih banyak, tetapi bahasa itu tidak memiliki

Page 18: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

15

status resmi atau status yang prestisius. Bahasa dalam vitalitas kedua itu masih

dapat direvitaslisasi. Dengan pengembangan bahasa itu, kita akan mempunyai

korpus yang memadai untuk membahasakan apa saja, mempunyai akselerasi yang

bagus terhadap dunia pendidikan dan perkembangan iptek, serta dapat

mengantisipasi munculnya media baru. Pembinaan dilakukan agar bahasa itu

mempunyai transmisi antargenerasi yang baik, baik transmisi melalui dunia

pendidikan maupun transmisi melalu interaksi dalam ranah keluarga. Termasuk

dalam upaya pengembangan dan pelindungan adalah memantapkan status bahasa,

mengoptimalkan dokumentasi, serta menumbuhkan sikap positif penuturnya.

Pelindungan terhadap bahasa dilakukan sekurang-kurangnya dua tingkat,

yaitu tingkat dokumentasi dan tingkat revitalisasi. Pelindungan bahasa di tingkat

dokumentasi akan dilakukan pada bahasa yang sudah tidak ada harapan untuk

digunakan kembali oleh masyarakatnya. Bahasa yang dalam keadaan hampir

punah dan bahasa yang sangat teracam hanya dapat dilindungi dengan

mendukokumentasikan bahasa itu sebelum bahasa itu punah yang sebenarnya.

Dokumentasi itu penting untuk menyiapkan bahan kajian jika suatu saat

diperlukan.

Pelindungan terhadap bahasa yang masih digunakan oleh penutur dari

sebagian generasi muda dalam hampir semua ranah atau oleh semua generasi

muda dalam ranah keluarga dan agama serta kegiatan adat dilakukan revitalisasi

untuk pelestarian. Untuk revitalisasi itu, diperlukan tahap pendahuluan yang

meliputi pedokumentasian, pengkajian, dan penyusunan bahan revitalisasi, seperti

kamus, tata bahasa, dan bahan ajar. Untuk bahasa yang akan direvitalisasi, harus

disiapkan sistem ortografi yang memungkinkan bahasa itu diterima dalam media

baru.

Page 19: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

16

III. PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat daiambil dari penulisan makalah ini antara lain :

1. Secara umum bahasa adalah suatu sistem atau cara yang digunakan oleh

sekelompok orang atau masyarakat dalam menyampaikan ide, gagasan,

pikiran, perasaan terhadap sesuatu atau orang lain, sedangkan bahasa

daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan dalam suatu wilayah dalam

sebuah negara kebangsaan, baik itu pada suatu daerah kecil negara bagian

federal atau provinsi ataupun daerah yang lebih luas

2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu yang harus dilestarikan disamping

bahasa nasional karena bahasa daerah memiliki kedudukan yang penting.

Terkait globalisasi, kita harus sudah bersiap karena kalau kita lambat

dalam menghadapinya, maka yang terjadi justru kita terbawa arus

globalisasi tersebut, dari sisi bahasa perlu kiranya kita menguatkan

kembali peran dari bahasa lokal atau bahasa daerah dalam menghadapi

arus globalisasi tersebut.

3. Pengaturan tentang bahasa daerah dalam peraturan perundang-undangan

bukanlah hal utama, kecuali dalam beberapa perda. Penanganan bahasa

dan sastra daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan dalam

pelaksanaan tanggung jawab itu, pemerintah daerah harus berkoordinasi

dengan pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan nasional kebahasaan.

2.2. Penutup

Sebagai generasi muda, marilah kita tetap melestarikan bahasa daerah

yang kita miliki karena bahasa daerah ini merupakan salah satu aset keberagaman

bangsa ini. Bahasa-bahasa daerha yang kita miliki menunjukan kekayaan

kebudayaan negeri kita Indonesia tercinta. Kalua bukan kita siapa lagi ayang akan

menjaga dan melestarikannya, kita jangan hanya terlarut dalam globalisasi dunia

yang membawa berbagai macam kebudayaan termasuk bahasa. Jangan sampai

kita lebih menguasai dan mengelu-elukan bahasa asing, tetapi meninggalkan

bahasa kita sehingga bisa saja suatu saat nanti bahasa kita tersebut hilang/punah.

Page 20: Makalah Bahasa Daerah, Pemuda Dan Globalisasi

DAFTAR PUSTAKA

http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1343 diakses tanggal 11januari 2014 pukul 15.10 WIB.

Hidayat, Asep Ahmad. 2006. Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa,Makna, dan Tanda. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mustakim, membina kemampuan berbahasa, (Jakarta, PT.Gramedia PustakaUtama, 1994).

Rahardi Kunjana, Dimensi-dimensi Kebahasaan (Jakarta, PT.Gelora AksaraPratama, 2006)

http://rubrikbahasa.wordpress.com/dampak-positif-negatif dalam penggunaankosakata asing. diakses pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 20.00 WIB.

Blogspot.com,(online),(http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/26/pengaruh-bahasa-daerah-Dan-bahasa-asing/html. Diakses 02 juni 2012)

Thalib, Ariyanti, 2012. kedudukan dan fungsi bahasa daerah.