makalah b

13
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia jika dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia, Indonesia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan dan intelektualnya saja tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya juga. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku maupun dari modus operandinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi sudah menjadi internasional, bahkan da lam bentuk dan ruang lingkup sepert i sekarang ini. Dalam era reformasi dewasa ini, upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi beserta  penjatuhan pidana bagi pelakunya mengalami perkembangan dengan makin mencuatnya wacana  penjatuhan pidana mati bagi koruptor. Banyak pro dan kontra tentang pemberlakuan pidana mati untuk kasus korupsi ini. Pro dan kontra pidana mati ini memberikan pendapat yang berbeda-  beda. Ada pembela pidana mati itu perlu untuk menjerakan dan menakutkan penjahat, dan relatif tidak menimbulkan sakit jika dilaksanakan dengan tepat. Yang menentang pidana mati antara lain mengatakan bahwa pidana mati dapat menyebabkan ketidakadilan, tidak efektif sebagai  penjera, karena sering kejahatan dilakukan karena panas hati dan emosi yang di luar jangkauan dan kontrol manusia. Oleh karena itu melihat fenomena kontroversi pro don kontra pidana mati  bagi koruptor di masyarakat, maka penulis mengambil judul ³Kontroversi Hukuman Mati bagi Koruptor´. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dikaji di dalam penulisan makalah ini didasarkan pada alasan  bahwa permasalahan korupsi-korupsi di Indonesia sudah sedemikian parahnya sehingga pidana mati bagi pelaku tindak pidana korupsi apakah urgen bagi aparat penegak hukum dalam upaya

Transcript of makalah b

Page 1: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 1/13

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia jika dilihat dari keanekaragaman

kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya dibandingkan dengan negara lain di kawasan

Asia, Indonesia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang

miskin. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas

tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan dan intelektualnya saja tetapi juga menyangkut

kualitas moral dan kepribadiannya juga. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari

aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.

Korupsi di Indonesia saat ini sudah semakin berkembang baik dilihat dari jenis, pelaku

maupun dari modus operandinya. Masalah korupsi bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi

sudah menjadi internasional, bahkan dalam bentuk dan ruang lingkup seperti sekarang ini.

Dalam era reformasi dewasa ini, upaya pencegahan dan penanggulangan korupsi beserta

 penjatuhan pidana bagi pelakunya mengalami perkembangan dengan makin mencuatnya wacana

 penjatuhan pidana mati bagi koruptor. Banyak pro dan kontra tentang pemberlakuan pidana mati

untuk kasus korupsi ini. Pro dan kontra pidana mati ini memberikan pendapat yang berbeda-

 beda. Ada pembela pidana mati itu perlu untuk menjerakan dan menakutkan penjahat, dan relatif 

tidak menimbulkan sakit jika dilaksanakan dengan tepat. Yang menentang pidana mati antara

lain mengatakan bahwa pidana mati dapat menyebabkan ketidakadilan, tidak efektif sebagai

 penjera, karena sering kejahatan dilakukan karena panas hati dan emosi yang di luar jangkauan

dan kontrol manusia. Oleh karena itu melihat fenomena kontroversi pro don kontra pidana mati

 bagi koruptor di masyarakat, maka penulis mengambil judul ³Kontroversi Hukuman Mati bagi

Koruptor´.

1.2  Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dikaji di dalam penulisan makalah ini didasarkan pada alasan

 bahwa permasalahan korupsi-korupsi di Indonesia sudah sedemikian parahnya sehingga pidana

mati bagi pelaku tindak pidana korupsi apakah urgen bagi aparat penegak hukum dalam upaya

Page 2: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 2/13

 

  pencegahan korupsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan penjatuhan hukum pidana mati bagi

 pelaku tindak pidana korupsi di Indonesia belum pernah dijatuhkan meskipun sudah mendapat

landasan hukum yang kuat dengan telah diaturnya mengenai pidana mati dalam Pasal 2 ayat (2) 

Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Tetapi dalam penerapannya ditemukan masalah-masalah khususnya dalam hal penerapan

sanksi pidananya terutama yang menyangkut pidana mati, karena penjatuhan pidana mati bagi

  pelaku tindak pidana korupsi selain dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku-pelaku tindak 

  pidana korupsi juga dapat menimbulkan kontroversi terutama yang menyangkut hak asasi

manusia, karena dengan penjatuhan pidana mati ini tentunya ada pelanggaran terhadap hak asasi

manusia yaitu hak untuk hidup yang merupakan hak yang paling hakiki bagi manusia.

Didasari oleh pemikiran-pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

 beberapa permasalahan sebagai berikut:

1.  Bagaimana pro dan kontra keputusan hukuman mati bagi seorang koruptor?

2.  Bagaimana urgensi pidana mati terhadap pelaku korupsi dalam upaya pemberantasan

tindak pidana korupsi di Indonesia?

1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. 

Untuk membandingkan respon masyarakat (pro dan kontra) dalam menanggapi hukumanmati bagi seorang koruptor 

2.  Untuk mengetahui urgensi pidana mati terhadap pelaku korupsi dalam upaya

 pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia

1.4  Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini menggunakan metode yang

mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan

 putusan pengadilan yang berkaitan dengan urgensi dan efektifitas pidana mati bagi pelaku tindak 

 pidana korupsi di Indonesia.

Page 3: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 3/13

 

1.5  Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan makalah ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan Latar Belakang, Perumusan

Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan 

BAB II PEMBAHASAN

Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan Pro dan Kontra terhadap pidana

mati, argumentasi Pro dan Kontra terhadap hukuman pidana mati bagi koruptor 

dan urgensi pidana mati terhadap pelaku korupsi dalam upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia.

BAB IV SIMPULANBab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan simpulan berdasarkan hasil

 pembahasan. 

Page 4: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 4/13

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pro dan Kontra Huk uman Mati di Indonesia

Hukuman mati adalah hukuman yang diberikan pada terpidana yang melakukan

kejahatan yang tergolong berat, seperti contoh orang yang melakukan pembunuhan berencana

yang menyebabkan banyak korban jiwa dan pengeboman yang menimbulkan banyak korban.

Tentang pelaksanaan Hukuman Mati di Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945, menarik perhatian masyarakat Indonesia. Perdebatan tersebut membagi

masyarakat menjadi dua pihak ada yang Pro dan ada yang Kontra.

Bahkan membentuk organisasi, Pihak Pro membentuk Panitia PAHAMA (Pembela Hukuman

Mati), sedangkan pihak yang Kontra membentuk Panitia HATI (Hapuskan Hukuman Mati).

Perdebatan mengenai Hukuman Mati juga terkait dengan hak hidup yang dalam instrument

hukum Internasional maupun dalam UUD 1945 merupakan hak yang tidak dapat dikurangi

dalam keadaan apapun. Namun demikian, instrumen hukum internasional tidak sama sekali

melarang Hukuman Mati melainkan membatasi penerapannya. Hal ini dalam konteks Indonesia

dikukuhkan dalam Putusan MK No.2-3/PUU-V/2007 yang menyatakan bahwa pelakasanaan

Hukuman Mati hendaklah memperhatikan empat hal penting.

1. Hukuman Mati sebagai pidana yang bersifat khusus dan alternatif.

2. Hukuman Mati dapat dijatuhkan dengan masa percobaan selama sepuluh tahun yang apabila

terpidana berkelakuan terpuji dapat dengan pidana penjara seumur hidup atau selama dua

 puluh tahun.

3. Hukuman Mati tidak dapat dijatuhkan kepada anak-anak yang belum dewasa.

4. Eksekusi hukuman mati terhadap perempuan hamil dan seseorang yang sakit jiwa

ditangguhkan sampai perempuan hamil tersebut melahirkan dan terpidana sakit jiwa tersebut

sembuh.Walaupun gerakan penghapusan hukuman mati sangat gencar dilakukan, masih

  banyak negara yang mengakui dan menerapkan hukuman mati. Saat ini terdapat 68 negara

termasuk Indonesia yang masih menerapkan praktik hukuman mati. Dalam konteks Indonesia, perdebatan

hukuman mati memiliki makna tersendiri mengingat posisi Indonesia sebagai negara

demokrasi Muslim terbesar di dunia. Perubahan hukum yang terjadi di Indonesia akan

mempengaruhi negara-negara berpenduduk muslim lainnya. Jika saja Mahkamah Konstitusi

Page 5: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 5/13

 

memutuskan bahwa pidana mati bertentangan dengan Konstitusi yang berarti penghapusan

hukuman mati, hal itu akan menjadi momentum penting bagi penghapusan hukuman mati di

negara-negara berpenduduk Muslim lainnya yang pada umumnya masih menerapkan

hukuman mati. Namun demikian, hukum sebagai salah satu bentuk norma masyarakat dan

hukum dalam arti keputusan hakim harus dipahami dalam konteks perkembangan sejarah

masyarakat. Oleh karena itu, belum diterimanya penghapusan hukuman mati di Indonesia

harus dipahami bahwa kesadaran sejarah masyarakat Indonesia belum dapat menerima

  penghapusan hukuman mati. Hukunam Mati masih dipahami sebagai sesuatu yang sah secara

hukum maupun moral.

Adapun alasan yang melandasi tidak disetujuinya hukuman mati di Indonesia yaitu :

1. Hukuman mati bertentangan dengan hak untuk hidup yang dijamin oleh Pasal 28A Ayat (1) 

UUD 1945yang berbunyi :

³Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya

Hal di atas merupakan bukti bahwaUUD 1945 tidak menghendaki pembatasan terhadap

hak untuk hidup. Dengan kata lain,UUD 1945 tidak ingin diberlakukannya hukuman mati,

karena merupakan suatu bentuk pengkingkaran atas hak untuk hidup. Sistem peradilan pidana tidaklah

sempurna. Peradilan pidana dapat saja keliru dalam menghukum orang yang tidak bersalah.

  polisi, jaksa penuntut umum, maupun hakim adalah juga manusia yang bisa saja keliru

ketika menjalankan tugasnya.2. Persamaan martabat manusia di dalam hukum

Persamaan martabat manusia di dalam hukum adalah merupakan suatu bukti

kekuasaanTuhan yang diakui oleh setiap umat beragama, bahwa Tuhan menciptakan umat

manusiayang mendiami permukaan bumi dalam beraneka jenisnya, ada yang kaya dan ada yang

miskin, yang kuat dan lemah, yang berkuasa dan dikuasai, yang baik dan jahat. Di samping itu

dicptakannya pula manusia ini secara berkelompok terdiri atas bangsa, suku, ras yang secara

fisikberbeda jauh antara yang satu dengan dengan yang lain. Dengan adanyakebhinekaan inilah justru mekanisme hidup dipermukaan bumi dapat berjalan hingga sekarang karena tanpa adanya

  perbedaan-perbedaan di bumi ini, maka hidup tidaklah seramai dan seunik seperti yang kita

hadapi sekarang ini. Meskipun demikian, pada dasarnya manusia itu mempunyai nilai-nilai

kemanusiaan yangsama antara satu dengan yang lain. Antara si kaya dan si miskin mempunyai

status dan hak yang sama hanya perbedaan harta benda yang mereka miliki tidak sama, antara si

Page 6: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 6/13

 

6

  penguasa dan rakyat jelata tidak ada perbedaan dalam perlakuan hukum karean yang berbeda

hanyalah dalam hal perlakuan hukum dan kewajibannya saja dimana si penguasalah yang

memegang kendali pemerintahan sedangkan rakyat jelata harus menerima nasib sebagai orang

yang diperintah. Jadi, pada prinsipnya sebagai manusia setiap orang mempunyai martabat yang

sama karena mereka sama-sama mempunyai hak kemanusiaan yang sama. Berkenaan dengan hal

tersebut sering dikemukakan orang adanya suatu prinsip yang dinamakan ³equality of the

law´atau persamaan kedudukan dihadapan hukum, dalam arti bahwa hukum dan keadilan

tidaklah begitu membeda-bedakan orang, si kaya yang melanggar hukum harus dihukum sama

dengan si miskin yang bersalah. Demikian pula dengan si penguasa dapat dituntut bila

mengambil hak-hak orang lain sebagaimana dengan si rakyat jelata yang tidak mau taat dan

tunduk pada ketentuan hukum. Persamaan martabat didalam dan/atau terhadap hukum adalah

merupakan hak asasi bagi setiap insan. Bagi negara kita hal ini telah pula diberikan jaminan

konstitusional yang berartipelaksanaannya harus benar-benar dilindungi. Oleh karena itu, hukum

dan aparat penegak hukum wajib untuk melindungi setiap insan yang merasa hak-haknya

tersebut telah dinodai . Akan tetapi suatu kenyataan yang tidak dapat diingkari bahwa antara

teori danpraktek tidak selama selalu sinkron, biasanya praktek itu banyak menimpang dari

teori.Dalam masyarakat penyimpangan dari hak asasi manusia tersebut bukanlah suatu yang

anehlagi. Konon, seorang filosofi Yunani yang hidup ribuan tahun yang lalu sudah memberikan

gambaran yang indah sekali tentang hukum.

 Dimana hukum itu adalah bagaikan sebuah

sarang laba-laba yang hanya dapat menjerat yang lemah, akan tetapi dapat dihancurkan oleh

yang kuat.

Secara konseptual, penerapan hukuman mati merupakan wujud penegakan keadilan

dalam masyarakat. (Upaya dalam Utami, 2010).

Dukungan hukuman mati didasari argumen di antaranya bahwa hukuman mati untuk   pembunuhan sadis akan mencegah banyak orang untuk membunuh karena gentar akan hukuman

yang sangat berat. Jika pada hukuman penjara penjahat bisa jera dan bisa juga membunuh lagi

  jika tidak jera,pada hukuman mati penjahat pasti tidak akan bisa membunuh lagi karena sudah

dihukum mati dan itu hakikatnya memelihara kehidupan yang lebih luas.

Dalam berbagai kasus banyak pelaku kejahatan yang merupakan residivis yang terus

 berulang kali melakukan kejahatan karena ringannya hukuman. Seringkali penolakan hukuman

Page 7: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 7/13

 

mati hanya didasarkan pada sisi kemanusiaan terhadap pelaku tanpa melihat sisi kemanusiaan

dari korban sendiri,keluarga, kerabat ataupun masyarakat yang tergantung pada korban. Lain

halnya bila memang keluarga korban sudah memaafkan pelaku tentu vonis bisa diubah dengan

 prasyarat yang jelas.

2.2 Argumentasi Pro dan Kontra terhadap Huk uman Pidana Mati bagi Koruptor

Hukuman mati bagi koruptor di Indonesia disambut pro dan kontra. Demi efek jera,

menurut orang-orang yang mendukung. Masih ada hukuman lain yang bisa memberi efek jera,

kata orang-orang yang tidak mendukung. Baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya,

sejak dahulu permasalahan ini telah membangkitkan respon dari setiap lapisan masyarakat.

Hampir 130 negara di dunia telah melakukan penghapusan hukuman dari sudut pandang sosial,

hukum, dan agama. Oleh karenanya, permasalahan ini telah meningkatkan suhu perdebatan

hampir di seluruh negara, sehingga menjadi amatlah penting untuk menghadirkan berbagai

dimensi signifikansi sesungguhnya dari perspektif keadilan sosial dan hukum. Kebutuhan untuk 

menghadirkan permasalahan ini, dalam kerangka yurisprudensi dan realisme yang ada,

merupakan salah satu yang harus dilakukan jika semangat masyarakat umum, khususnya para

 pemerhati hukum, terhadap permasalah sosial memang ingin dilayani dengan sungguh-sungguh.

Wacana menghukum mati para koruptor di Indonesia sebetulnya sudah agak lama

mengemuka. Pada April 2010, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar 

menyatakan setuju dengan hukuman mati bagi koruptor karena hal itu sudah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang diperbarui oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2001. Undang-undang itu menyebutkan kalau koruptor dapat dihukum mati saat negara dalam

keadaan krisis, bencana alam, atau dalam kondisi tertentu.

Kalangan DPR RI sendiri menyatakan setuju dengan hukuman mati untuk para koruptor 

di Indonesia. Hukuman mati bagi para koruptor yang yang diungkapkan Menteri Koordinator 

Hukum dan Pertahanan (Menkohumkam) ternyata disambut baik anggota Komisi III DPR RI.

Sementara itu banyak pula yang menyanggah akan adanya hukuman mati bagi koruptor 

di Indonesia dikarenakan alasan wacana sanksi hukuman mati bagi para koruptor dinilai tidak 

efektif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pemerintah akan membenahani

instrumen penegakan hukum dan pemberian sanksi untuk membuat jera. (Indrayana dalam

Masykur, 2011) 

Page 8: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 8/13

 

8

Lebih lanjut ia menambahkan, hasil penelitian Transparansi Internasional menyebutkan

kenaikan indeks anti-korupsi Indonesia dalam enam tahun terakhir mencapai 0,8. Sedangkan

China naik 1,3 dalam kurun waktu 16 tahun. Selain itu, penerapan hukuman mati juga

menimbulkan kontroversi dan perdebatan tidak berujung.

Menurut Chairul (dalam Ramadhani, 2011), hukuman mati bagi koruptor bukanlah sarana

untuk membuat koruptor takut terhadap pelaksanaan hukuman matinya, tapi bagaimana

menakut-nakuti orang agar tidak melakukan korupsi. Ia menambahkan tingginya tingkat korupsi

di Indonesia bukanlah karena tidak dilakukannya hukuman mati bagi koruptor, melainkan

disebabkan oleh sistem administrasi negara yang buruk. "Tingginya angka korupsi di Indonesia

 bukan karena koruptor tidak dihukum mati. 

2.3 Urgensi Huk uman Pidana Mati bagi Koruptor dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

Terlepas dari setuju atau tidak pemberlakuan pidana mati untuk kasus-kasus korupsi di

Indonesia, secara jujur harus diakui bahwa Indonesia adalah salah satu negara terkorup di Asia

Pasifik. Oleh karena itu, urgen untuk segera mencari cara untuk memberantas korupsi yang telah

merusak tatanan ekonomi dan menyebabkan kemiskinan, apapun itu obatnya termasuk 

  penerapan pidana mati. Hasil survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC)  2010 

yang memosisikan Indonesia sebagai negara terkorup di Asia-Pasifik dengan nilai 9,07 

semestinya bukan sesuatu yang mengejutkan. Tahun ini peringkat Indonesia pertama

(sebelumnya 7,69). Dengan skor 9,07 itu, PERC menyimpulkan bahwa korupsi di Indonesia

semakin parah, terjadi di semua lembaga dan semua level. (Al Faruqi, 2010) 

Kesimpulan PERC tersebut bukan dianggap aneh, melainkan hal yang biasa, karena

Indonesia memiliki kultur yang aneh. Pejabat negara dan para koruptor tidak ada yang jera.

Bahkan, orang yang belum memiliki kesempatan untuk korupsi pun bercita-cita -bila suatu saat

ada peluang- akan melakukan hal itu. Budaya seperti itu yang menjadikan penangkapan banyak 

  pejabat, politisi, dan pihak swasta oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) tidak 

menimbulkan efek jera. Filosofi yang berkembang di kalangan koruptor adalah ditangkap KPK 

atau penegak hukum yang lain hanya karena sial. Fenomena tersebut sama dengan fenomena

tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Banyak kenistaan dan penderitaan yang dialami para

Page 9: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 9/13

 

9

tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri. Namun, minat untuk menjadi TKW tidak berkurang,

tapi malah bertambah.

Lebih jauh, para koruptor berprinsip, kalau toh mereka tertangkap, pikiran di benaknya

adalah bagaimana bisa lolos dari jerat hukum. Jika terpaksa belum bisa lolos, setidaknya

hukumannya diperingan dan dendanya rendah. Karena itu, mafia hukum tumbuh subur di

Indonesia dan pendapatan mereka jauh lebih tinggi daripada gaji resmi penegak hukum. Dan

  perlu diingat bahwa perilaku tindak pidana korupsi adalah perilaku yang kalkulatif, artinya

tindakan tersebut sudah dipikirkan matang-matang sehingga saat tertangkap tidak akan bangkrut.

Ketidaktegasan karakter bangsa Indonesia dalam menghadapi masalah-masalah penting

  bangsa menjadikan segala masalah diselesaikan di tingkat permukaan saja. Kasus-kasus besar 

korupsi menjadi sulit dijamah karena ada upaya-upaya proteksi dari pemilik kekuasaan.

Dengan skor 9,07 dari 10 poin tertinggi, itu bisa dikatakan hampir sempurnalah korupsi

di Indonesia, dan kesimpulan PERC ini semakin meyakinkan publik bahwa sia-sia saja

  pemberantasan korupsi dilakukan, inpres-inpres tentang pemberantasan korupsi menjadi tidak 

 bermakna karena tidak diimplementasikan di lapangan, izin-izin pemeriksaan kepala daerah yang

mestinya dikeluarkan presiden hingga kini masih banyak yang tidak tahu rimbanya. Bangsa ini

sebaiknya tidak berharap akan berhasil memberantas korupsi apabila kultur yang ada tidak 

mampu diubah. Berharap agar korupsi bisa diberantas atau jumlahnya ditekan sebenarnya adalah

mimpi buruk di siang bolong, sebab bangsa ini semakin hari semakin kehilangan karakternya,awalnya bangsa ini menambatkan harapan pemberantasan korupsi kepada sosok Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY), dia adalah seorang yang dibesarkan di dunia ketentaraan sehingga memiliki

kedisiplinan tinggi, selain itu, sosoknya dianggap relatif bersih jika dibandingkan dengan figur-

figur yang lain.

Pada tahap awal kepemimpinannya, pemberantasan korupsi lebih beraroma dan

  bergemuruh jika dibandingkan dengan keterlibatannya dalam korupsi. Namun, sejak awal

  periode kedua memimpin, ternyata aroma dan gurita korupsi semakin menerpa. Puncak 

 pencitraan antikorupsi rontok dari rezim SBY sejak mencuatnya kasus Bank Century. Meskipun

kesimpulan akhir sudah disampaikan dalam rapat paripurna DPR, permasalahan itu belum berarti

selesai. Permasalahan terus berkembang hingga muncul istilah ''tukar guling'' dan ''barter'' kasus

korupsi untuk menyelamatkan masalah-masalah krusial yang lebih besar. (Chairul dalam

Ramadhani, 2011) 

Page 10: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 10/13

 

10 

Munculnya istilah-istilah tersebut menandakan bahwa bangsa ini tidak malu-malu

mempertontonkan perilaku korup di depan publik. Itu mencerminkan arah pemberantasan

korupsi semakin tidak jelas. Roh dan semangatnya menjadi hilang tanpa bekas. Bila hasil survei

PERC yang dirilis baru-baru ini dikontekskan dengan realitas Indonesia akhir-akhir ini,

sesungguhnya tidak ada yang dilebih-lebihkan. Korupsi begitu menggurita, mulai pemegang

kebijakan hingga implementasi di tingkat yang paling bawah.

Sementara gebrakan pembenahan sektor pelayanan publik dengan berbagai inovasi untuk 

memudahkan dan mempermurah biaya pelayanan terus dikampanyekan. Ending-nya adalah

  bagaimana mengurangi korupsi di sektor pelayanan publik. Namun, semua itu belum benar-

  benar dirasakan semua lapisan masyarakat, dan inovasi pelayanan publik tersebut belum

menyentuh masalah-masalah vital yang dibutuhkan masyarakat, kinerja pelayanan di dunia

kepolisian belum beranjak ke arah yang dicita-citakan, dunia kejaksaan dan kehakiman

(pengadilan) juga masih jauh dari memadai sebagai tempat mencari keadilan, bahkan perlakuan

di lembaga pemasyarakatan juga sarat dengan mafia korupsi.

Dunia pendidikan kita hancur karena gagal menumbuhkan sikap kejujuran. Ujian negara

yang mengejar nilai kuantitatif sering mendorong dunia pendidikan menghalalkan segala cara,

yang penting nilainya bagus dan lulus terbanyak. Jadi, yang ujian sekarang itu bukan para siswa

melainkan para kepala sekolah, guru, dan orang tua. Itu adalah awal pertumbuhan korupsi di jiwa

 bangsa Indonesia. Program-program prorakyat, baik yang disalurkan lewat departemen maupunlangsung ke masyarakat, di sana sini mengalami penyunatan yang tidak bisa diatasi lewat

 penegakan hukum. Semua dilakukan dengan tanpa beban dan rasa berdosa. Sebaliknya, pihak-

  pihak yang ingin memperbaiki situasi dengan mengurangi tingkat korupsi akan dipinggirkan.

Kasus buaya vs cicak menandakan bahwa kelompok-kelompok yang ingin memperbaiki situasi

akan mengalami kendala, tantangan, dan bahkan ancaman yang serius sehingga eksistensinya

sewaktu-waktu bisa terancam. Oleh karena itu, semua penyelenggara negara sepertinya sama-

sama mau berjamaah korupsi agar tidak dikeluarkan dari habitatnya. Itulah yang menjadikan

korupsi semakin hari malah menggurita di Indonesia.

Oleh karena itu, sebagaimana disebutkan di atas, bangsa Indonesia sudah berada pada

titik yang sangat urgen sebelum hancurnya perekonomian dan kehidupan masyarakat karena

korupsi. Masalah ini harus segera dicari jalan keluarnya, termasuk pertimbangan pemberlakuan

Page 11: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 11/13

 

11

hukuman mati bagi para pelaku tindak pidana korupsi yang kalau memang bisa memberantas

korupsi, karena secara legalitas, pidana mati tidak bertentangan dengan undang-undang.

Page 12: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 12/13

 

12 

BAB III

SIMPULAN

3.1 Simpulan

Hukuman mati bagi koruptor di Indonesia disambut pro dan kontra dari masyarakat

Indonesia. Menurut orang-orang yang mendukung hukuman mati mutlak ada demi efek jera.

 Namun masih ada hukuman lain yang bisa memberi efek jera menurut orang-orang yang tidak 

mendukung. Banyak pertimbangan mengenai HAM dan agama yang membuat keputusan

hukuman mati ini menjadi sebuah kontroversi. Bangsa Indonesia sudah berada pada titik yang

sangat urgen sebelum hancurnya perekonomian dan kehidupan masyarakat karena korupsi.

Masalah ini harus segera dicari jalan keluarnya, termasuk pertimbangan pemberlakuan hukuman

mati bagi para pelaku tindak pidana korupsi yang kalau memang bisa memberantas korupsi,

karena secara legalitas, pidana mati tidak bertentangan dengan undang-undang.

Page 13: makalah b

5/13/2018 makalah b - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-b-55a7508182cc5 13/13

 

13 

DAFTAR PUSTAKA

Al Faruqi, Jabir. 2010. ³Sempurnalah Korupsi di Indonesia´, Juni.

http://antikorupsi.org/indo/content/view/16577/7/. (November 2011) 

Masykur, Shohib. 2011. ³Hukuman Mati bagi Koruptor tidak Langgar HAM dan UUD´,  Detik 

 News, Oktober. http://www.detiknews.com/ berita. (November 2011) 

Ramadhani, Fitri. 2011. ³Hukuman Mati bukan Solusi Mencegah Korupsi´, TO: DAY  , Maret.

http://www.today.co.id. (November 2011) 

Utami, Dessy SW. 2010. ³Kontroversi Hukuman Mati´, Mei. http://desi1212.blogspot.com/.

(November 2011)