Makalah APBD

42
STRUKTUR ANGGARAN BELANJA DAN PENDAPATAN DAERAH Diususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah Disusun oleh : 1. Eka Dhia Atikah 7211413014 2. Dian Astuti 7211413015 3. Munawaroh 7211413018 4. Siti Nur Endah 7211413056 5. Ninda Putri Anandita 7211413063 JURUSAN AKUNTANSI

description

makalah apbd

Transcript of Makalah APBD

Page 1: Makalah APBD

STRUKTUR ANGGARAN BELANJA DAN

PENDAPATAN DAERAH

Diususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah

Disusun oleh :

1. Eka Dhia Atikah 7211413014

2. Dian Astuti 7211413015

3. Munawaroh 7211413018

4. Siti Nur Endah 7211413056

5. Ninda Putri Anandita 7211413063

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: Makalah APBD

A. DEFINISI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).

Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola

dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka

pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang

berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat

dalam APBD.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan

semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun

anggaran tertentu. Pemungutan semua penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi

target yang ditetapkan dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan

ikatan yang membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan

sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD merupakan

dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi dasar pula bagi kegiatan

pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.

Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1

Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga

pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan

berdasarkan kerangka waktu tersebut.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang

mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi

biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD

merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap

sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang

telah ditetapkan. Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan

merupakan batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak

boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran

Page 3: Makalah APBD

pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam

jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat

pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia

anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.

B. FUNGSI-FUNGSI ANGGARAN DAERAH

Berdasarkan  ketentuan dalam Pasal 3 ayat (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Fungsi APBD adalah sebagai berikut  :

1. Fungsi Otorisasi: Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan

pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi Perencanaan: Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen

dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan: Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai

apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi: Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran

dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perekonomian.

5. Fungsi Distribusi: Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan

rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi Stabilisasi: Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi

alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

C. PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN DAERAH

Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan Anggaran

Daerah yang berlaku juga dalam pengelolaan Anggaran Negara / Daerah

sebagaimana bunyi penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, yaitu:

Page 4: Makalah APBD

1. Kesatuan : Azas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja

Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Universalitas : Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan

ditampilkan secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Tahun : Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun

tertentu.

4. Spesialitas : Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci

secara jelas peruntukannya.

5. Akrual : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani untuk

pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan anggaran untuk

penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun sebenarnya belum dibayar

atau belum diterima pada kas

6. Kas : Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada

saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke Kas Daerah

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15 dan 16 dalam

UU Nomor 17 Tahun 2003, dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.

Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual

belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

D. PERATURAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

1. Struktur Anggaran

Tabel 1. Perbedaan Struktur Anggaran pada Kepmendagri 29/2002 dan

Permendagri 13/2006

Perbedaan Kepmendagri 29/2002 Permendagri 13/2006

Klasifikasi Belanja Berdasarkan bidang-

bidang kewenangan

pemerintah

Berdasarkan urusan-

urusan pemerintahan

Page 5: Makalah APBD

daerah,seperti:

- organisasi,

- kelompok,

- jenis,

- obyek,

- rincian obyek belanja

daerah,seperti:

-organisasi,

- program,

- kegiatan kelompok,

- jenis,

- obyek,

- rincian obyek belanja

Pemisahan belanja

aparatur dan belanja

pelayanan publik

Pemisahan tegas Tercermin dalam

program dan kegiatan

Pengelompokkan belanja BAU, BOP & BM Belanja langsung dan

tidak langsung

E. STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

1. Pendapatan Daerah

2. Belanja Daerah

3. Pembiayaan

Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus

anggaran, tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit anggaran.

Jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplus atau jumlah defisit anggaran.

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening

Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan

hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh

Daerah.

Pendapatan daerah terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:

1) pajak daerah;

2) retribusi daerah;

Page 6: Makalah APBD

3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

4) lain-lain PAD yang sah, terdiri dari :

(1) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

(2) hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang

tidak dipisahkan;

(3) jasa giro;

(4) pendapatan bunga;

(5) tuntutan ganti rugi;

(6) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

dan

(7) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

b. Dana Perimbangan; terdiri dari:

1) Dana Bagi Hasil

2) Dana Alokasi Umum (DAU), dan

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

1) Hibah (Uang, barang, dan/atau jasa yang berasal dari pemerintah,

masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negeri yang tidak

mengikat)

2) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam

3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya

4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh

pemerintah

5) Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya

2. Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah

yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu

Page 7: Makalah APBD

tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan

urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Urusan wajib

adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar

kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sedangkan

urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi

keunggulan daerah. Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan

untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan

dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta

mengembangkan sistem jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat

diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal

berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Struktur belanja terdiri atas :

a. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri atas :

1) Belanja pegawai, digunakan untuk menganggarkan belanja penghasilan

pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan tunjangan kepala daerah

dan wakil kepala daerah serta gaji pokok dan tunjangan pegawai negeri

sipil, tambahan penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.

2) Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga

utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding)

berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan

jangka panjang.

3) Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan subsidi kepada

masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit, dalam rangka

mendukung kemampuan daya beli masyarakat untuk meningkatkan

Page 8: Makalah APBD

kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarat. Lembaga penerima

belanja subsidu menyampaikan laporan pertanggungjawaban

penggunaan dana subsidu kepada kepala daerah.

4) Belanja hibah, untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam bentuk

uang, barang dan/atau jasa kepada pihak-pihak tertentu yang tidak

mengikat secara terus-menerus yang terlebih dahulu dituangkan dalam

suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima

hibah, dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat,

peningkatan layanan dasar umum, peningkatan partisipasi dalam rangka

penyelenggaran pembangunan daerah.

5) Belanja bantuan sosial, untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam

bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang tidak berulang

dan selektif untuk meneuhi instrumen keadilan dan pemerataan yang

bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Termasuk

bantuan untuk PARPOL.

6) Belanja bagi hasil, untuk menganggarkan dana bagi hasil kepada yang

bersumber dari pendapatan provinsi yang dibagihasilkan kepada

kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang dibagihasilkan

kepada pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

7) Belanja bantuan keuangan, untuk menganggarkan bantuan keuangan

yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,

pemerintah desa, dan pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya

dalam rangka pemerataan kemampuan keuangan.

8) Belanja tak terduga, untuk menganggarkan belanja atas kegiata yang

sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti

penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak

diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan

penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.

Page 9: Makalah APBD

b. Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri atas :

1) Belanja pegawai

2) Belanja barang dan jasa, digunakan untuk menganggarkan belanja

barang yang nilai manfaatnya kutang dari 12 bulan dan/atau pemakaian

jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan.

3) Belanja modal, digunakan untuk menganggarkan belanja yang

digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset teatap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan.

Struktur belanja berdasarkan Kepemendagri 29/2002 berbeda dengan Permendagri

13/2006. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Perbedaan Struktur Belanja Kepemendagri 29/2002 dan Permendagri

13/2006

Page 10: Makalah APBD

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, terdiri atas :

a. Penerimaan pembiayaan mencakup:

1) Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) tahun anggaran sebelumnya

2) pencairan dana cadangan

3) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

4) penerimaan pinjaman

5) penerimaan kembali pemberian pinjaman

b. Pengeluaran pembiayaan mencakup:

1) Pembentukan dana cadangan

2) penyertaan modal pemerintah daerah

3) pembayaran pokok utang

4) pemberian pinjaman

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap

pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit

anggaran.

F. SURPLUS/(DEFISIT) APBD

Surplus/(Defisit) APBD merupakan selisih antara anggaran pendapatan daerah

dan anggaran belanja daerah.

Tabel 2. Perbedaan Surplus dan Defisit APBD

Jenis Kondisi Tindakan

Surplus

anggaran

Bila anggaran

pendapatan daerah

diperkirakan lebih besar

dari anggaran belanja

daerah

Digunakan untuk pembayaran utang yang

jatuh tempo, penyertaan modal (investasi)

daerah, pemberian pinjaman kepada

pemerintah pusat/pemerintah daerah lain,

dan/atau pendanaan belanja peningkatan

Page 11: Makalah APBD

jaminan sosial

Defisit

anggaran

Bila anggaran

pendapatan

diperkirakan leih kecil

dari anggaran belanja

daerah

Ditetapkan sumber-sumber pembiayaan

untuk menutup defisit, meliputi sisa lebih

perhitungan anggaran tahun sebelumnya,

pencairan dana cadangan, hasil penjualan

kekayaan daerah yang dipisahkan,

penerimaan pinjaman, penerimaan kembali

pemberian pinjaman, atau piutang daerah

G. KODE REKENING

Kode rekening untuk mata anggaran berdasarkan Kepmendagri 29/2002 dan

Permendagri 13/2006 dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Bagan Kode Rekening

Page 12: Makalah APBD

H. PENYUSUNAN APBD

1) Siklus Anggaran

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu)

tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31

Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan

pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan, pemerintah melaksanakan kegiatan keuangan dalam siklus

pengelolaan anggaran yang secara garis besar dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.Siklus Anggaran

Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah

dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan

bernegara. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. Dalam menyusun APBD,

penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian atas tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah

Page 13: Makalah APBD

yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan peraturan

perundang-undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.

2) Penyusunan Rancangan APBD

Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan dana

dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan

kesesuaian antara kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya. Pengaturan

kesesuaian kewenangan dengan pendanaannya adalah sebagai berikut:

(a) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai

dari dan atas beban APBD.

(b) Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN,

(c) Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya dilimpahkan

kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD

provinsi.

(d) Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang penugasannya

dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.

Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam bentuk

uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan harus dianggarkan

dalam APBD. Penganggaran penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki

dasar hukum penganggaran. Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk

melaksanakan kewajiban pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam

peraturan perundang-undangan. Proses penyusunan rancangan APBD dapat dilihat

pada gambar 4.

Page 14: Makalah APBD

Gambar 4. Proses Penyusunan Rancangan APBD

Keterangan :

1) Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah

Daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD adalah

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pemerintah daerah

menyusun RKPD yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Renja

SKPD untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja

Pemerintah Pusat.

RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas

pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur dan

pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah

daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Secara

khusus, kewajiban daerah mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan

minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RKPD

Page 15: Makalah APBD

disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum

tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

2) Kebijakan Umum APBD

Setelah Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan, Pemerintah daerah

perlu menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon

Anggaran Sementara (PPAS) yang menjadi acuan bagi Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD.

Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan

pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri tersebut

memuat antara lain:

a. Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah

dengan pemerintah daerah;

b. Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;

c. Teknis penyusunan APBD; dan

d. Hal-hal khusus lainnya.

Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari

program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap

urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah,

alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan

asumsi yang mendasarinya. Program-program diselaraskan dengan prioritas

pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan asumsi yang

mendasari adalah pertimbangan atas perkembangan ekonomi makro dan

perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh Tim

Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

Rancangan KUA yang telah disusun, disampaikan oleh sekretaris daerah selaku

Page 16: Makalah APBD

koordinator pengelola keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada

awal bulan Juni.

Rancangan KUA disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling lambat

pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam

pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaranberikutnya. Pembahasan

dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan KUA yang

telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama

bulan Juli tahun anggaran berjalan.

3) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah

menyusun rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;

b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan

c. Menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.

Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun kepada

DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran

berjalan. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD.

Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi PPAS

paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

KUA serta PPAS yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke

dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah

dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang

bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk

menandatangani nota kepakatan KUA dan PPAS. Dalam hal kepala daerah

berhalangan tetap, penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS dilakukan

oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang.

Page 17: Makalah APBD

4) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD

menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan

RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

Rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD

mencakup:

a. PPAS  yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut rencana

pendapatan dan pembiayaan;

b. Sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja SKPD

berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan;

c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;

d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD terkait dengan

prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas, tranparansi dan akuntabilitas

penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja; dan

e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD,

format RKASKPD, analisis standar belanja dan standar satuan harga.

Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA¬SKPD

diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran berjalan.

Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, kepala SKPD menyusun RKA-

SKPD. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka

pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran

berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah

daerah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang berisi perkiraan

kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun

anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.

Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan seluruh

proses perencanaan dan penganggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan di

lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.

Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan dengan

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan

Page 18: Makalah APBD

dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang diharapkan termasuk efisiensi dalam

pencapaian hasil dan keluaran tersebut.

Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan pendekatan

kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan

penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dan terciptanya kesinambungan RKA-

SKPD, kepala SKPD mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2

(dua) tahun anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun

anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program dan kegiatan yang

belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya

untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1

(satu) tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program

dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang

ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.

Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja memperhatikan:

a. Indikator kinerja, yaitu ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program

dan kegiatan yang direncanakan.

b. Capaian atau target kinerja, yaitu ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang

berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan dari setiap

program dan kegiatan.

c. Analisis standar belanja, yaitu penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya

yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

d. Standar satuan harga, yaitu harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku

di suatu daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

e. Standar pelayanan minimal, yaitu tolok ukur kinerja dalam menentukan

capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah.

RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk masing-

masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan untuk tahun yang

direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan, belanja, dan

pembiayaan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. RKA-SKPD juga

memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya,

Page 19: Makalah APBD

prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan.

RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada PPKD untuk

dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

5) Penyiapan Raperda APBD

Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD

dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD. Pembahasan oleh

TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA,

PPA, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan

dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok

sasaran kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar

pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian,

kepala SKPD melakukan penyempurnaan. RKA-SKPD yang telah

disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD sebagai bahan

penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan lampiran

yang terdiri dari:

a. Ringkasan APBD;

b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;

c. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan,

belanja dan pembiayaan;

d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

program dan kegiatan;

e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan

negara;

f. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. Daftar piutang daerah;

Page 20: Makalah APBD

h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

j. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

k. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

l. Daftar dana cadangan daerah; dan

m. Daftar pinjaman daerah.

Bersamaan dengan penyusunan rancangan Perda APBD, disusun rancangan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Rancangan peraturan kepala

daerah tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:

a. Ringkasan penjabaran APBD;

b. Penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,

kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan

pembiayaan.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib

memuat penjelasan sebagai berikut:

a. Untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang direncanakan,

tarif pungutan/harga;

b. Untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur, harga

satuan, lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;

c. Untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber penerimaan

pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD

disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya rancangan peraturan daerah

tentang APBD sebelum disampaikan kepada DPRD disosialisasikan kepada

masyarakat. Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut

bersifat memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah

serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.

Page 21: Makalah APBD

Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD dilaksanakan oleh

sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah.

6) Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang

APBD

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD

beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu pertama bulan

Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang direncanakan untuk

mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan

kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling

lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut disertai dengan nota

keuangan. Penetapan agenda pembahasan rancangan peraturan daerah tentang

APBD untuk mendapatkan persetujuan bersama, disesuaikan dengan tata tertib

DPRD masing-masing daerah. Pembahasan rancangan peraturan daerah tersebut

berpedoman pada KUA, serta PPA yang telah disepakati bersama antara

pemerintah daerah dan DPRD. Dalam hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan

terkait dengan pembahasan program dan kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-

SKPD berkenaan kepada kepala daerah.

Apabila DPRD sampai batas waktu 1 bulan sebelum tahun anggaran

berkenaan, tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala daerah terhadap

rancangan peraturan daerah tentang APBD, maka kepala daerah melaksanakan

pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya

untuk membiayai keperluan setiap bulan. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk

keperluan setiap bulan tersebut, diprioritaskan untuk belanja yang bersifat mengikat

dan belanja yang bersifat wajib. Belanja yang bersifat mengikat merupakan belanja

yang dibutuhkan secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah

daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun

anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja barang dan jasa.

Sedangkan Belanja yang bersifat wajib adalah belanja untuk terjaminnya

Page 22: Makalah APBD

kelangsungan pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat antara lain

pendidikan dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah menyiapkan rancangan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Rancangan peraturan kepala

daerah tentang Penjabaran APBD tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri

dari:

a. Ringkasan APBD;

b. Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;

c. Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program,

kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan

pembiayaan;

d. Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program

dan kegiatan;

e. Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan

pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

f. Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. Daftar piutang daerah;

h. Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

j. Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

k. Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan

dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

l. Daftar dana cadangan daerah; dan

m. Daftar pinjaman daerah.

Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka

pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku

penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD

yang menandatangani persetujuan bersama.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD dapat dilaksanakan setelah

memperoleh pengesahan dari gubernur bagi kabupaten/kota. Sedangkan pengesahan

Page 23: Makalah APBD

rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan dengan keputusan

gubernur bagi kabupaten/kota. Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah

untuk memperoleh pengesahan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak

DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap

rancangan peraturan daerah tentang APBD. Apabila dalam batas waktu 30 (tiga

puluh) hari kerja gubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah

tentang APBD, kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerah

dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Khusus untuk pengeluaran, diatur bahwa pelampauan batas tertinggi dari

jumlah pengeluaran, hanya diperkenankan apabila ada kebijakan pemerintah untuk

kenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil serta penyediaan dana pendamping

atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak

daerah dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang-undang.

7) Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan

Peraturan

Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Rancangan peraturan daerah

Kabupaten/Kota tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan

peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh

Bupati paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Gubernur

untuk dievaluasi. Penyampaian rancangan disertai dengan:

a. Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD;

b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;

c. Risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah

tentang APBD; dan

d. Nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota

keuangan pada sidang DPRD.

Evaluasi bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan

kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur

Page 24: Makalah APBD

serta untuk meneliti sejauh mana APBD Kabupaten/Kota tidak bertentangan dengan

kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya

yang ditetapkan oleh Kabupaten/Kota bersangkutan. Untuk efektivitas pelaksanaan

evaluasi, Gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah daerah Kabupaten/Kota

yang terkait.

Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Gubernur dan disampaikan kepada

Bupati/Walikota paling lama 15 (lima betas) hari kerja terhitung sejak diterimanya

rancangan dimaksud. Apabila Gubernur menyatakan hasil evaluasi atas rancangan

peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang

penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi, Bupati/Walikota menetapkan rancangan

dimaksud menjadi peraturan daerah dan peraturan Bupati/Walikota.

Dalam hal Gubernur menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan peraturan

daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran

APBD bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, Bupati/Walikota bersama DPRD melakukan penyempurnaan

paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila

hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Bupati/Walikota dan DPRD, dan

Bupati/Walikota tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan

rancangan peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD menjadi peraturan

daerah dan peraturan Bupati/Walikota, Gubernur membatalkan peraturan daerah dan

peraturan Bupati/Walikota dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD

tahun sebelumnya.

Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan pernyataan

berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan dengan peraturan gubernur.

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan, kepala daerah harus

memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama

kepala daerah mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan daerah

tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah

tentang APBD.

Page 25: Makalah APBD

Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya, ditetapkan

dengan peraturan kepala daerah. Penyempurnaan hasil evaluasi dilakukan oleh

kepala daerah bersama dengan Badan anggaran DPRD. Hasil penyempurnaan

ditetapkan oleh pimpinan DPRD. Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar

penetapan peraturan daerah tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada sidang

paripurna berikutnya. Sidang paripurna berikutnya yakni setelah sidang paripurna

pengambilan keputusan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang

APBD. Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada kepada gubernur bagi

APBD kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan tersebut

ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang

ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementara

DPRD yang menandatangani keputusan pimpinan DPRD. Gubernur menyampaikan

hasil evaluasi yang dilakukan atas rancangan peraturan daerah kabupaten/kota

tentang APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD

kepada Menteri Dalam Negeri.

8) Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah

tentang Penjabaran APBD

Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan kepala

daerah tentang penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala

daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD

dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD tersebut dilakukan paling

lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran sebelumnya.

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan

ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala

daerah yang menetapkan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala

daerah tentang penjabaran APBD. Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah

Page 26: Makalah APBD

tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada

gubernur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

9) Perubahan APBD

Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan,

dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam rangka penyusunan

prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:

a. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit

organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja;

c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun sebelumnya harus

digunakan dalam tahun berjalan;

d. Keadaan darurat; dan

e. Keadaan luar biasa.

Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan pengeluaran

yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan

perubahan APBD, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

Keadaan darurat tersebut sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah daerah dan tidak

dapat diprediksikan sebelumnya;

b. Tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. Berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d. Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan

yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun

anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar biasa tersebut adalah

keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam

APBD mengalami kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh

persen).

Page 27: Makalah APBD

Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan

luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Realisasi pengeluaran atas

pendanaan keadaan darurat dan/atau keadaan luar biasa tersebut dicantumkan

dalam rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang

perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk mendapatkan

persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Persetujuan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tersebut selambat-

lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan

APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan

seperti halnya evaluasi dan penetapan rancangan APBD. Apabila hasil evaluasi

tersebut tidak ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan kepala daerah

tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran perubahan APBD, peraturan

daerah dan peraturan kepala daerah dimaksud dibatalkan dan sekaligus menyatakan

berlakunya pagu APBD tahun berjalan termasuk untuk pendanaan keadaan darurat.

Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD kabupaten/kota dan

peraturan bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan oleh

gubernur. Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan tentang pembatalan, Kepala

daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah tentang perubahan

APBD dan selanjutnya kepala daerah bersama DPRD mencabut peraturan daerah

dimaksud. Pencabutan peraturan daerah tersebut dilakukan dengan peraturan

daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

I. CONTOH APBD, PERUBAHAN APBD DAN REALISASI APBD KOTA

SEMARANG TAHUN 2012

Terlampir