Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

11
ANILISIS TREATY of AMITY and COORPERATION (TAC) 1. Pengertian Traktat Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Macam-macam traktat adalah: a. Traktat multilateral yaitu perjanjian yang dibuat/dibentuk oleh lebih dari dua negara. Traktat ini bersifat terbuka, b. Traktat bilateral yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara. Sifat traktat bilateral adalah tertutup karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan. Pembuatan traktat, biasanya melalui tahap-tahap berikut ini: a. Penetapan isi perjanjian dalam bentuk konsep yang dibuat atau disampaikan oleh delegasi Negara yang bersangkutan. b. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat masing-masing. c. Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala negara masing-masing sehingga sejak saat itu traktat dinyatakan berlaku di seluruh wilayah negara. d. Pengumuman, yaitu penukaran piagam perjanjian. Setelah diratifikasi oleh DPR dan kepala negara traktat tersebut menjadi undang-undang dan merupakan sumber hukum formal yang berlaku. 2. Gambaran Umum Treaty of Amity and Cooperation (TAC) adalah sebuah traktat damai antar negara – negara ASEAN yang dirumuskan di Bali 24 Februari 1976 oleh presiden atau perdana menteri beberapa negara anggota ASEAN yakni Lee Kuan Yew (Singapura), Ferdinand Marcos (Filipina), Datuk Hussein Onn (Malaysia), Kukrit Pramoj (Thailand), dan Soeharto (Indonesia). Negara – negara anggota ASEAN yang lainnya kemudian mengaksesi traktat tersebut ketika atau sebelum mereka bergabung dengan ASEAN. TAC adalah norma kunci yang mengatur hubungan antar negara dan instrumen diplomatik dalam penyelesaian masalah di kawasan ASEAN. Pada awalnya, traktat ini hanya berlaku bagi negara – negara anggota ASEAN, namun kemudian setelah adanya amandemen dalam bentuk protokol pada tanggal 15 Desember 1987, traktat ini

description

Treaty

Transcript of Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

Page 1: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

ANILISIS TREATY of AMITY and COORPERATION (TAC)

1. Pengertian Traktat

Traktat adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Macam-macam traktat adalah:

a. Traktat multilateral yaitu perjanjian yang dibuat/dibentuk oleh lebih dari dua negara. Traktat ini bersifat terbuka,

b. Traktat bilateral yaitu perjanjian yang dibuat oleh dua negara. Sifat traktat bilateral adalah tertutup karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan.

Pembuatan traktat, biasanya melalui tahap-tahap berikut ini:a. Penetapan isi perjanjian dalam bentuk konsep yang dibuat atau disampaikan oleh delegasi

Negara yang bersangkutan.b. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat masing-masing.c. Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala negara masing-masing sehingga sejak saat itu

traktat dinyatakan berlaku di seluruh wilayah negara.d. Pengumuman, yaitu penukaran piagam perjanjian. Setelah diratifikasi oleh DPR dan

kepala negara traktat tersebut menjadi undang-undang dan merupakan sumber hukum formal yang berlaku.

2. Gambaran Umum

Treaty of Amity and Cooperation (TAC) adalah sebuah traktat damai antar negara – negara ASEAN yang dirumuskan di Bali 24 Februari 1976 oleh presiden atau perdana menteri beberapa negara anggota ASEAN yakni Lee Kuan Yew (Singapura), Ferdinand Marcos (Filipina), Datuk Hussein Onn (Malaysia), Kukrit Pramoj (Thailand), dan Soeharto (Indonesia). Negara – negara anggota ASEAN yang lainnya kemudian mengaksesi traktat tersebut ketika atau sebelum mereka bergabung dengan ASEAN.

TAC adalah norma kunci yang mengatur hubungan antar negara dan instrumen diplomatik dalam penyelesaian masalah di kawasan ASEAN. Pada awalnya, traktat ini hanya berlaku bagi negara – negara anggota ASEAN, namun kemudian setelah adanya amandemen dalam bentuk protokol pada tanggal 15 Desember 1987, traktat ini kemudian menjadi terbuka untuk diaksesi oleh negara – negara di luar ASEAN. Lalu, berdasarkan amandemen ke dua pada tanggal 25 Juli 1998 ditetapkan bahwa pengaksesian traktat tersebut oleh negara – negara di luar ASEAN harus berdasarkan persetujuan seluruh negara anggota ASEAN.

Sampai tahun 2009 ada 27 negara yang telah terikat dalam TAC, 10 dari negara – negara anggota ASEAN, dan 17 negara di luar ASEAN. Negara – negara tersebut antara lain :

Page 2: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

Daftar Negara Penanda Tangan Treaty of Amity and Cooperation (TAC)

Negara Tanggal

Indonesia 24 February 1976

Malaysia 24 February 1976

Philippines 24 February 1976

Singapore 24 February 1976

Thailand 24 February 1976

Brunei Darussalam 7 Januari 1984

Papua New Guinea July 5, 1989

Laos 29 Juni 1992

Vietnam 22 Juli 1992

Cambodia 23 Januari 1995

Myanmar 27 Juli 1995

People’s Republic of China 8 Oktober 2003

India 8 Oktober 2003

Japan 2 Juli 2004

Pakistan 2 Juli 2004

South Korea 27 November 2004

Russia 29 November 2004

New Zealand 25 Juli 2005

Mongolia 28 Juli 2005

Australia 10 Desember 2005

France 20 Juli 2006

East Timor 13 January 2007

Page 3: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

Bangladesh 1 Agustus 2007

Sri Lanka 1 Agustus 2007

`North Korea 24 Juli 2008

European Union 23 Juli 2009

United States 23 Juli 2009

2. Tujuan dan Prinsip

Tujuan dari TAC, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Bab 1 adalah :“To promote perpetual peace, everlasting amity and cooperation among their peoples which would contribute to their strength, solidarity, and closer relationship.”

Dalam hubungan antara satu dengan yang lainnya, negara – negara peserta harus berdasarkan prinsip – prinsip dasar, sebagaimana yang tercantum di bawah ini :

1. Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan, integritas wilayah, dan identitas nasional segala bangsa.

2. Hak setiap negara untuk memimpin eksistensi negaranya bebas dari campur tangan, subversi, ataupun paksaan dari pihak luar.

3. prinsip tidak campur tangan dalam hubungan internal satu dengan yang lainnya.

4. penyelesaian perbedaan atau sengketa dengan cara damai.

5. penolakan terhadap ancaman atau penggunaan kekerasan.

6. Kerjasama efektif antar sesama negara peserta.

3. Implikasi Bagi Negara Peserta

TAC adalah instrumen diplomatik regional yang dapat memperkuat peranan ASEAN dalam menjaga perdamaian regional dan keamanan. Prinsip – prinsip yang terkandung di dalam TAC telah menjadi kode etik dalam menangani isu – isu regional. Tujuan dan prinsip – prinsip TAC juga telah didukung oleh Resolusi PBB No. A/RES/47/53 pada bulan Oktober 1992. Oleh karena itu, pengaksesian TAC oleh negara – negara selain anggota ASEAN dapat membantu dalam membangun kepercayaan antar bangsa dan mempromosikan perdamaian dan keamanan region. Sebagaimana tercantum dalam Hanoi Plan of Action 1998, ASEAN akan mendorong dan memfasilitasi pengaksesian oleh negara – negara rekan dialog dan negara – negara lainnya yang tertarik pada TAC dengan harapan agar dalam perkembangannya, TAC dapat menjadi kode etik yang mengatur hubungan antara negara – negara ASEAN dan kawasan lainnya.

Page 4: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

1. Hak dan Tanggung jawab

Dalam hubungannya dengan hak dan tanggung jawab negara – negara peserta, tidak ada perbedaan besar yang muncul akibat status negara anggota ASEAN ataupun bukan. Baik negara – negara anggota ASEAN maupun negara bukan anggota ASEAN yang mengaksesi TAC memiliki hak dan tanggungjawab yang hampir sama. Pengeculiannya hanya satu, negara – negara anggota ASEAN berhak menyetujui pengaksesian baru TAC oleh negara yang bukan anggota ASEAN dan dapat berpartisipasi dalam High Council.

Pasal 14 – 16 TAC menyediakan kerangka atas penyelesaian damai atas sebuah sengketa melalui mekanisme High Council, yang dapat memberikan rekomendasi terhadap permasalahan yang membutuhkan perhatian. High council merupakan perpanjangan tangan dari negara – negara peserta untuk bertanggung jawab atas keberadaan permasalahan atau situasi yang kemungkinan besar dapat mengganggu harmoni perdamaian kawasan.

2. Persahabatan

Sesuai dengan tujuan dan prinsip – prinsip yang terkandung di dalamnya, TAC berfungsi sebagai tuntunan bagi negara – negara pesertanya dalam hal mengembangkan dan mempererat ikatan persahabatan tradisional, budaya, dan sejarah, bertetangga yang baik, dan kerjasama berlandaskan atas asas itikad baik. Dengan ikut serta dalam traktat ini, para negara peserta wajib mendorong dan memfasilitasi hubungan antar rakyat mereka.

3. Kerjasama

TAC menyarankan kepada negara – negara pesertanya untuk menjalin kerjasama aktif dalam bidang ekonomi, sosial, teknis, keilmiahan, dan administrasi. TAC mengakui bahwa kerjasama di bidang – bidang tersebut dapat memainkan peran utama dalam membina kekuatan, solidaritas, dan hubungan yang dekat antara negara – negara dalam kawasan. Bagaimana pun, TAC bukanlah aturan yang bersifat menentukan dan tidak menimbulkan kewajiban dalam hal kerjasama ekonomi.

Meskipun kerjasama tersebut bersifat sukarela, kerjasama ekonomi ASEAN semakin kuat dengan keberadaan TAC. Beberapa strategi regional muncul dalam program kerjasama ASEAN seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Investment Area (AIA), dan ASEAN Industrial Cooperation (AICO).

4. Pacific Settlement of Disputes

Pacific Settlement of Disputes adalah metode penyelesaian sengketa secara damai yang diatur dalam TAC. Metode ini memberikan tanggung jawab bagi tiap negara peserta untuk mencegah timbulnya sengketa yang dapat mengancam kedamaian dan harmoni kawasan.

Berdasarkan prosedur regional, negara – negara peserta harus mendirikan sebuah badan tambahan yang bernama High Council yang terdiri dari Perwakilan pada tingkat menteri dari tiap

Page 5: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

– tiap negara peserta. Bila sengketa yang terjadi tidak dapat diselesaikan melalui negosiasi, High Council bertanggung jawab untuk memberikan rekomendasi pada pihak – pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan perselisihannya melalui jalur yang paling sesuai seperti good offices, mediasi, permintaan keterangan, atau pun konsiliasi. High Council dapat menawarkan jasa atau pun membuat persetujuan dengan para pihak yang bersengketa untuk menjadi komite dari proses mediasi, permintaan keterangan, atau pun konsiliasi.

4. Perkembangan

TAC tidak dapat dilepaskan dari upaya ASEAN untuk menciptakan kestabilan dan perdamaian Asia Tenggara, sebagaimana diserukan oleh Deklarasi Bangkok 1967 dan deklarasi ZOPFAN 1971. Pada prinsipnya ada dua masalah pokok yang diatur oleh dokumen-dokumen tersebut: (1) tentang hubungan internal diantara negara-negar Asia Tenggara; dan (2) hubungan antara negara-negara Asia Tenggara dengan kekuatan eksternal. Dari kedua masalah pokok tersebut ASEAN menegaskan bahwa keamanan dan kestabilan kawasan Asia Tenggara hanya dapat dicapai melalui kerjasama semua negara di  kawasan dengan menekankan pentingnya pembangunan ekonomi, sosial dan budaya di masing-masing negara sebagai dasar pembentukan ketahanan regional Asia Tenggara. Selain itu bersamaan dengan ini, ASEAN menyatakan keingginannya untuk bebas dari keterlibatan persaingan dan konflik-konflik negara-negara di luar Asia Tenggara.

TAC yang ditandatangani di Bali 1976 mentransformasikan prinsip-prinsip dan aspirasi ASEAN yang dicantumkan dalam Deklarasi Bangkok dan ZOPFAN ke dalam suatu bentuk perjanjian (treaty) internasional yang mengikat dan menjadikannya sebagai rule of the game atau yang lebih dikenal sebagai code of conduct dalam interaksi intra ASEAN. Ini mencakup antara lain: saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan identitas nasional; hak setiap negara untuk bebas dari campur tangan kekuatan eksternal, subversi, dan paksaan; tidak saling mencampuri urusan dalam negeri, menyelesaikan perbedaan dan sengketa secara damai; tidak menggunakan ancaman atau kekuatan, dan mengembangkan kerjasama regional diantara negara-negara Asia Tenggara. Karena telah berbentuk suatu perjanjian (treaty), TAC tidak semata-mata merupakan pernyataan politik, melainkan telah berubah menjadi instrumen legal dari ZOPFAN 1971 dan Deklarasi Bangkok 1967 (Kusumaatmadja, 1994 : 57).

TAC meletakkan fondasi bagi regionalisme ASEAN dimana negara – negara anggota ASEAN tidak mencampuri urusan dalam negeri – negara anggota lainnya dan menjunjung tinggi integritas territorial serta kedaulatan negara anggota ASEAN. Akan tetapi, TAC secara implisit lebih berfungsi sebagai suatu mekanisme pencegahan konflik dibandingkan suatu mekanisme resolusi konflik sehingga upaya pencegahan konflik selalu bersifat informal yang sebabkan oleh keberadaan prinsip non-interference and non-use of force di antara negara-negara ASEAN. Dalam perkembangannya TAC telah menjadi suatu instrumen preventive diplomacy (PD)

Page 6: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

dibanding suatu resolusi konflik. PD sendiri memiliki definisi yang kontroversial namun secara umum merupakan upaya-upaya negara melalui jalur politik dan diplomatik dalam melakukan pencegahan konflik serta upaya untuk meminimalisir dampak dari suatu konflik yang telah terjadi.

Kenyataan tentang perselisihan perbatasan antara negara-negara anggota ASEAN yang menjadi penandatangan TAC selama ini adalah bukti dari efektifitas implementasi TAC dalam proses resolusi konflik dan perselisihan di Asia Tenggara. Sebagai contoh hingga kini, setiap negara di Asia Tenggara memiliki perselisihan atau sengketa wilayah dengan Malaysia.

Hal ini menyebabkan terjadinya kesulitan bagi negara-negara ASEAN untuk bersikap obyektif sesuai dengan arahan TAC, terutama dalam hal pembentukan High Council yang terdiri dari negara-negara penandatangan untuk menyelesaikan perselisihan atau konflik. Keadaan ini kemudian berubah menjadi penghambat terbesar terhadap upaya penyelesaian konflik perbatasan di Asia Tenggara.

Melihat realita dari efektifitas Treaty of Amity and Co-operation dalam proses resolusi konflik perbatasan di Asia Tenggara dapat disimpulkan dua hal, yaitu mekanisme resolusi konflik yang ada sekarang di ASEAN, TAC lebih bersifat sebagai mekanisme pencegahan konflik dan mekanisme ini akan terus seperti itu hingga adanya suatu pengaplikasian sanksi ataupun tekanan dengan maksud dan tujuan menciptakan kawasan Asia Tenggara yang lebih stabil dan harmonis. Dalam arti lain, dibutuhkan suatu perubahan pemikiran tradisionalis dalam upaya resolusi konflik dalam kerangka ASEAN.

Yang kedua berkaitan dengan implementasi Treaty of Amity and Co-operation itu sendiri dibutuhkan keterlibatan dan pertimbangan dari faktor-faktor keamanan non-konvensional. Dalam hal ini fokus dari aplikasi dan penerapan TAC dalam melakukan resolusi konflik perbatasan tidak hanya dilandasi oleh faktor-faktor keamanan konvensional namun faktor-faktor keamanan non-konvensional seperti dampak dari konflik perbatasan antara dua atau lebih negara ASEAN terhadap lingkungan hidup, ekonomi, serta masyarakat dari negara-negara tersebut.

5. Analisa Protokol 1 dan 2 TAC

1. Protokol 1, berisi 3 klausul yang terdiri dari 2 perubahan pasal, dan 1 penambahan pasal, yakni :

1. Perubahan pasal 18 TAC, menjadi :

“Traktat ini harus ditandatangani oleh Republik Indonesia, Malaysia, Republik Filipina, Republik Singapura, dan Kerajaan Thailand. Traktat ini harus diratifikasi berdasarkan prosedur konstitusional oleh tiap negara penandatangan.”

Page 7: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

“Traktat ini harus terbuka untuk aksesi oleh negara lain selain di Asia Tenggara.” 

“Negara di luar Asia Tenggara dapat mengaksesi traktat ini berdasarkan kesepakatan oleh seluruh negara di Asia Tenggara yang menjadi penandatangan Traktat dan Brunei Darussalam.”

2. Perubahan pasal 14 TAC, menjadi :

“Untuk menyelesaikan sengketa berdasarkan prosedur regional, negara – negara peserta harus membentuk, sebuah badan perpanjangan tangan yang disebut High Council terdiri dari perwakilan pada tingkat Menteri dari tiap – tiap negara peserta, untuk mengambil tanggung jawab atas keberadaan sengketa ataupun situasi yang kira – kira dapat mengganggu kedamaian dan harmoni kawasan.”

“Bagaimanapun, pasal ini hanya berlaku bagi negara di luar Asia Tenggara yang telah mengaksesi Traktat ini hanya jika negara tersebut terlibat langsung dalam sengketa yang harus diselesaikan berdasarkan proses regional. "

3. Penambahan pasal 3 Protokol Pengamendemen TAC, bahwa protokol tersebut harus diratifikasi dan dapat mulai berlaku pada tanggal dimana instrumen ratifikasi telah didepositkan oleh negara yag paling terakhir meratifikasi.

2. Protokol 2, terdiri dari 2 pasal, 1 perubahan pasal, dan satu penambahan pasal.

1. Perubahan Pasal 18 Paragraf 3 TAC, menjadi :

"Negara di luar Asia Tenggara dapat mengaksesi traktat ini berdasarkan persetujuan dari seluruh negara Asia Tenggara, yakni, Brunei Darussalam, Kamboja, Republik Indonesia, Republik Demokratik Laos, Malaysia, Myanmar, Republik Filipina, Republik Singapura, Kerajaan Thailand, dan Republik Sosialis Vietnam.”

2. Penambahan Pasal 2 Protokol Kedua Pengamandemen TAC, bahwa protokol tersebut harus diratifikasi dan dapat mulai berlaku pada tangggal dimana instrumen ratifikasi telah didepositkan oleh negara yag paling terakhir meratifikasi.

6. Rekomendasi

Bila negara – negara peserta ingin agar TAC ini dapat berfungsi lebih dari sekedar suatu instrumen preventive diplomacy (PD) maka perlu ada upaya penambahan klausul untuk mengesampingkan prinsip “non-interference” dengan catatan bahwa permasalahan atau sengketa yang terjadi benar – benar dapat atau bahkan sudah menimbulkan ancaman bagi kedamaian dan keamanan kawasan, dan negara – negara yang sedang bersengketa terlihat unable atau unwillinguntuk segera menyelesaikan permasalahan tersebut. Klausul

Page 8: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

mengenai pengecualian prinsip “non-interference” ini harus dituliskan secara eksplisit dalam Chapter IV : Pacific Settlement of Disputes.Penyebab instrument penyelesaian sengketa dalam TAC belum secara maksimal diterapkan oleh negara-negara aksesor karena substansi dari Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asiahanya merupakan prinsip-prinsip atau norma-norma dalam menyelesaikan sengketa dan belum cukup memberikan mekansime penyelesaian sengketa secara jelas. Maka dari itu, sangat penting untuk merumuskan mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih mendetail pada Amandemen ke-3(Third Protocol). Ada baiknya Indonesia momentum sebagai Ketua ASEAN 2011 dalam upaya mendorong pemahaman bagi negara-negara ASEAN lainnya mengenai prinsip Non-Interferenceyang pada umumnya masih diartikan sempit oleh negara-negara anggota ASEAN.

Page 9: Makalah Anilisis Treaty of Amity and Coorperation

DAFTAR PUSTAKA

1. ASEAN Responses to Questions Raised by Dialogue Partners Regarding the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC)

2. Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia, Bali, 24 Februari 1976.

3. Protocol to Amending Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia.

4. Second Protocol to Amending Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia.

5. http://wikipedia.com /Treaty_of_Amity_and_Cooperation_in_Southeast_Asia.htm

6. http://r3atwork.wordpress.com/2010/08/31/efektifitas-treaty-of-amity-and-co-operation-dalam-resolusi-konflik-perbatasan-di-asia-tenggara-studi-kasus-konflik-perbatasan-kambodia-thailand-tahun-2008.htm

7. http://oseafas.wordpress.com/2010/06/25/plan-of-action-asean-security-community-prospek-kendala.htm