Kementerian Keuangan RI - Penanggung Jawab...83 94 112 Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta...
Transcript of Kementerian Keuangan RI - Penanggung Jawab...83 94 112 Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta...
Penanggung Jawab:Kepala Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Utara
Ketua:Plt. Kepala Bidang PPA II
Editor & Kontributor:Mochamad Ichsan Arditriansyah
Maharrucha ZakkaFahmi Mustafa
Aurrora Putri ApriliaMuhammad Daffa Heraldy
(0552) 2034598
Jl. Sutoyo Nomor 1 Tanjung Selor
@kanwildjpbkaltara
Contact Info
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020i
Indra SoeparjantoKepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal PerbendaharaanProvinsi Kalimantan Utara
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua. Dengan penuh rasa syukur atas rahmat Allah SWT, Kajian Fiskal Regional
Provinsi Kalimantan Utara dapat kami selesaikan tepat waktu. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami
haturkan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian Kajian Fiskal Regional
Provinsi Kalimantan Utara ini.
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah selaku
pengelola fiskal, salah satu tugasnya adalah melaksanakan penyusunan Kajian Fiskal Regional. Penyusunan
kajian tersebut merupakan aktivitas telaah makro sebagai salah satu tools yang disusun untuk dapat
membantu mengukur sejauh mana efektivitas pelaksanaan APBN dan APBD untuk mencapai target-target
pembangunan nasional dan daerah yang telah direncanakan.
Kajian Fiskal Regional Tahun 2020 disajikan secara komprehensif mengenai pencapaian target-target makro
ekonomi melalui kinerja pendapatan dan belanja yang tertuang dalam APBN dan APBD di wilayah Kalimantan
Utara. Gambaran kondisi ekonomi dan kesejahteraan, serta intervensi fiskal pemerintah tersebut diulas
KATAPENGANTAR
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020ii
dengan menggunakan analisis deskriptif dan kuantitatif atas data-data sekunder serta analisis kualitatif
(indepth-interview) dalam rangka pendalaman informasi kepada pihak-pihak terkait. Selain itu, pada Kajian
Fiskal Regional tahun 2020 ini, dilakukan analisis secara khusus terkait intervensi fiskal pemerintah dalam
rangka penanganan dampak pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Sebagai suatu hasil kajian, informasi dalam Kajian Fiskal Regional ini diharapkan dapat digunakan
oleh para pemangku kepentingan khususnya dalam peningkatan peran fiskal untuk menjaga tingkat
pertumbuhan ekonomi nasional dan regional tetap positif serta menciptakan pemerataan kesejahteraan.
Kami menyadari bahwa meskipun telah melakukan upaya maksimal, namun masih terdapat sejumlah
kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional ini, untuk itu saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan Kajian ini di masa mendatang.
Terima Kasih,
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Tanjung Selor, 28 Februari 2021
Indra SoeparjantoKepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Provinsi Kalimantan Utara
Daftar Isi
1 16 34 59Sasaran Pembangunan & Tantangan Daerah
Perkembangan danAnalisis Ekonomi Regional
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
1.1Pendahuluan
1.2Tujuan & Sasaran Pembangunan Daerah
1.3Tantangan Daerah
2.1Indikator MakroEkonomi Fundamental
2.2Indikator Kesejahteraan
2.3Efektivitas KebijakanMakro Ekonomi dan Pembangunan Regional
3.1APBN TingkatProvinsi
3.2Pendapatan Pemerintah PusatTingkat Regional
3.3Belanja Pemerintah PusatTingkat Regional
3.4Transfer Ke Daerah dan Dana Desa
3.5Analisis Cash FlowAPBN TingkatRegional
3.6Pengelolaan BLU Pusat
3.7PengelolaanManajemen InvestasiPusat
3.8Perkembangan dan Analisis BelanjaWajib (MandatorySpending) dan BelanjaInfrastruktur Pusatdi Daerah
4.1APBD TingkatProvinsi (Konsolidasi Pemda)
4.2PendapatanDaerah
4.3BelanjaDaerah
4.4Perkembangan BLUDaerah
4.5Surplus/DefisitAPBD
4.6Pembiayaan
4.7Analisis KinerjaPengelolaan KeuanganDaerah
4.8Perkembangan Belanja WajibDaerah
1
1
6
16
24
31
34
35
42
45
49
50
53
55
59
60
70
71
72
73
75
77
83 94 112
Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional Anilisis Tematik Penutup 117
4.2PendapatanDaerah
4.3BelanjaDaerah
4.4Perkembangan BLUDaerah
4.5Surplus/DefisitAPBD
4.6Pembiayaan
4.7Analisis KinerjaPengelolaan KeuanganDaerah
4.8Perkembangan Belanja WajibDaerah
5.1Laporan RealisasiAnggaran Konsolidasian
5.2PendapatanKonsolidasian
5.3Belanja Konsolidasian
5.4Surplus/DefisitKonsolidasian
6.1SektorUnggulan Daerah
6.2SektorPotensial Daerah
6.3Tantangan FiskalRegional DalamMendorong Potensi Ekonomi Daerah
7.1Pendahuluan
7.2PenyesuaianBelanja APBD
7.3Kinerja BelanjaPC-PEN di Kaltara
8.1Kesimpulan
8.2Rekomendasi
70 84
87
91
92
94
101
107
112
112
114 117
119
Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian (APBN dan APBD)
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2018.............................................. 8Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2018........................... 8Tabel 2.1 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2020............. 18Tabel 2.2 PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK.......................................................................... 19Tabel 2.3 Perkembangan Dimensi IPM Kaltara 2018-2020............................................................. 25Tabel 2.4 Garis Kemiskinan Kaltara 2018-2020................................................................................. 27Tabel 2.5 Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan 2019-2020............................... 27Tabel 2.6 Target dan Capaian Indikator Makro Ekonomi dan Pembangunan Regional Sesuai RKPD dan RKPDP Prov. Kaltara........................................................................................ 32Tabel 3.1 I-account APBN tingkat Regional Kaltara tahun 2018–2020 ........................................ 34Tabel 3.2 Target dan Realisasi Perpajakan Pusat Kaltara 2018-2020.............................................. 35Tabel 3.3 Insentif Pajak Bagi WP Terdampak Covid 19 Tahun 2020............................................. 37Tabel 3.4 Target dan Realisasi PNBP per Jenis Kaltara 2018-2020................................................. 39Tabel 3.5 Jenis PNBP Dengan Deviasi Lebih dari 100 persen......................................................... 40Tabel 3.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran Kaltara 2018-2020 42Tabel 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi 2018-2020............................... 43Tabel 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Menurut Jenisnya 2018-2020.................................. 44Tabel 3.9 Pagu dan Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Kaltara 2018-2020....... 45Tabel 3.10 Pengelolaan Aset Satker BLU di Provinsi Kaltara............................................................. 51Tabel 3.11 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM satker BLU di Provinsi Kaltara.................. 51Tabel 3.12 Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Kaltara...................................................... 51Tabel 3.13 Perbandingan efektifitas BLU Belanja Operasional dengan Pendapatan BLU............. 52Tabel 3.14 Profil dan Jenis layanan satker Pengelola PNBP di Provinsi Kaltara TA 2020............. 53Tabel 3.15 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kaltara Tahun 2020............................................................................................................................ 53Tabel 3.16 Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Pendidikan K/L Tahun 2020..................... 56Tabel 3.17 Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Kesehatan K/L Tahun 2020....................... 56Tabel 3.18 Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Infrastruktur K/L Tahun 2020.................. 57Tabel 4.1 I-Account Agregat APBD Kaltara Tahun 2018-2020....................................................... 59Tabel 4.2 Agregat Pendapatan APBD Kaltara Tahun 2018-2020.................................................... 60Tabel 4.3 Alokasi dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2018-2020......................... 61Tabel 4.4 Alokasi dan Realisasi Dana Bagi Hasil Per Jenis Tahun 2018-2020............................... 62Tabel 4.5 Alokasi dan Realisasi DAK Fisik per Daerah Tahun 2018-2020.................................... 64Tabel 4.6 Alokasi dan Realisasi Cadangan DAK Fisik Tahun 2020................................................ 65Tabel 4.7 Alokasi Cadangan DAK Fisik Gagal Salur 2020............................................................... 65Tabel 4.8 Alokasi dan Realisasi DAK Non Fisik 2018-2020............................................................ 65Tabel 4.9 Alokasi Cadangan DAK Fisik Gagal Salur 2020.............................................................. 67
Tabel 4.10 Agregat Belanja per Jenis Belanja APBD Kaltara Tahun 2018-2020............................. 70Tabel 4.11 Profil BLUD Regional Kaltara 2018-2020......................................................................... 71Tabel 4.12 Perkembangan Aset BLUD Regional Kaltara 2018-2020............................................... 71Tabel 4.13 Perkembangan Pagu dari APBD dan Pagu dari Pendapatan BLUD 2018-2020......... 72Tabel 4.14 Keseimbangan Umum APBD Kaltara Tahun 2020......................................................... 74Tabel 4.15 Realisasi PAD Kaltara Tahun 2020................................................................................... 75Tabel 4.16 Realisasi Belanja Modal Pemda Lingkup Kaltara Tahun 2020...................................... 75Tabel 4.17 Kapasitas Fiskal Daerah Kaltara Tahun 2020................................................................... 77Tabel 4.18 Indikator Pendidikan Kaltara Tahun 2018-2020............................................................. 78Tabel 4.19 Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Pendidikan Kaltara Tahun 2018-2020................................................................................................... 78Tabel 4.20 Usia Harapan Hidup Regional Kaltara 2018-2020.......................................................... 79Tabel 4.21 Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Kesehatan Kaltara Tahun 2018-2020................................................................................................... 80Tabel 4.22 Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Infrastruktur Kaltara Tahun 2018-2020................................................................................................... 81Tabel 5.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020.......................................................................... 83Tabel 5.2 Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja Di Kaltara..................................... 86Tabel 5.3 Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pusat dan Daerah Kalimantan Utara Tahun 2018-2020............................................................................... 87Tabel 5.4 Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja Konsolidasian Kalimantan Utara Tahun 2018-2020................................................................................ 89Tabel 5.5 Belanja Konsolidasian per Kapita Tahun 2018-2020....................................................... 90Tabel 5.6 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian Terhadap PDRB Kaltara Tahun 2020................. 91Tabel 5.7 Kontribusi Pemerintah dalam Pembentukan PDRB Kalimantan Utara Tahun 2018-2020................................................................................. 93Tabel 6.1 Hasil Analisis Potensi Sektor Ekonomi Provinsi Kaltara Tahun 2014-2020................................................................................................................. 95Tabel 6.2 Hasil Analisis Shift Share klasik Prov. Kaltara Tahun 2014-2020.................................. 96Tabel 6.3 Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan................................................................ 98Tabel 6.4 Hasil Analisis Metode Overlay Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014-2020........... 99Tabel 6.5 Perkembangan Kontribusi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Prov. Kaltara Tahun 2017-2020.................................................................................... 102Tabel 7.1 Agregat Penyesuaian Belanja dan Pendapatan APBD Kalimantan Utara 2020.......... 112Tabel 7.2 Realisasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara............................................................. 115Tabel 7.3 Capaian Output Belanja Bidang Kesehatan..................................................................... 115Tabel 7.4 Capaian Output Belanja Bidang Kesehatan..................................................................... 116Tabel 7.5 Capaian Output Penanganan Dampak Ekonomi............................................................ 116
Daftar Grafik
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Kalimantan Utara 2010-2020............................................................ 9Grafik 1.2 Sebaran Jumlah Kasus Konfirmasi di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara................................................................................................ 13Grafik 2.1 Perkembangan PDRB Kaltara dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kaltara dan Nasional (c to c) Tahun 2015-2020.............................................................. 16Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kaltara dan Nasional (c to c) Tahun 2015-2020................................................................................................................. 16Grafik 2.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kaltara Menurut Lapangan Usaha Utama (%) Tahun 2018-2020............................................................................................. 17Grafik 2.4 Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Nasional-Kaltara Tahun 2015-2020............................................................................................................................. 20Grafik 2.5 PDRB per Kapita per Kabupaten/Kota se-Kaltara........................................................... 21Grafik 2.6 BI7DRR, Suku Bunga Kredit, SBDK Perbankan Kaltaradan Inflasi Tahun 2020........................................................................................................................... 21Grafik 2.7 Laju Inflasi Tahunan Nasional Kaltara 20152020............................................................ 22Grafik 2.8 Inflasi Nasional dan Regional Kaltara Tahun 2020......................................................... 23Grafik 2.9 Target dan Realisasi Inflasi Kaltara 2016-2020................................................................ 23Grafik 2.10 Nilai Tukar USD Terhadap Rupiah 2019-2020 (rata-rata bulanan)............................. 24Grafik 2.11 Perkembangan Dimensi IPM Kaltara 2018-2020............................................................ 25Grafik 2.12 Tingkat Kemiskinan Kaltara 2015-2020........................................................................... 26Grafik 2.13 Tingkat Kemiskinan Menurut Perkotaan dan Pedesaan 2018-2020............................. 26Grafik 2.14 Gini Ratio Menurut Provinsi Tahun 2020........................................................................ 28Grafik 2.15 Gini Ratio Kaltara Tahun 2018-2020................................................................................. 28Grafik 2.16 Komposisi Tingkat Pengangguran Terbuka di Kaltara 2017-2020................................ 29 Grafik 2.17 Struktur Status Pekerjaan di Kaltara 2018-2020)............................................................. 29Grafik 2.18 Nilai Tukar Petani di Kaltara 2018-2020........................................................................... 30Grafik 2.19 Nilai Tukar Petani Per Subsektor 2019-2020.................................................................... 30Grafik 2.20 Nilai Tukar Nelayan di Kaltara 2018-2020....................................................................... 31Grafik 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN di Kaltara Tahun 2018-2020...................... 35Grafik 3.2 Rasio Perpajakan Pusat terhadap PDRB Kaltara 2018-2020.......................................... 36Grafik 3.3 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2020....................................... 36Grafik 3.4 Perkembangan Target dan Realisasi PNBP 2018-2020................................................... 38Grafik 3.5 Kontribusi Pajak Pusat, PNBP, dan PAD terhadap PDRB Regional 2020.................... 40Grafik 3.6 Kontribusi Perpajakan Pusat (Non Bm & BK) dan PAD per Penduduk Kaltara 2020................................................................................................ 41Grafik 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2018-2020................... 42Grafik 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran 2018-2020........... 42Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Per Jenis Belanja................................... 44Grafik 3.10 Pagu dan Realisasi DAU Serta Jumlah PNS Se-Kalimantan Tahun 2020..................... 45Grafik 3.11 Pagu dan Realisasi DBH Se-Kalimantan Tahun 2020..................................................... 46Grafik 3.12 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Se-Kalimantan Tahun 2020........................................... 46
Grafik 3.13 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Se-Kalimantan 2020............................................... 47Grafik 3.14 Pagu dan Realisasi Dana Desa Se-Kalimantan Tahun 2020........................................... 47Grafik 3.15 Pagu dan Realisasi DID Se-Kalimantan Tahun 2020...................................................... 48Grafik 3.16 Perkembangan Realisasi 2018-2020.................................................................................. 49Grafik 3.17 Penerimaan Negara Tahun 2020 Kaltara.......................................................................... 49Grafik 3.18 Arus Kas Keluar Provinsi Kaltara Tahun 2020................................................................. 50Grafik 3.19 Perkembangan Realisasi Surplus/Defisit 2018-2020....................................................... 50Grafik 3.20 Perbandingan Penyaluran KUR Kaltara 2020................................................................. 54Grafik 3.21 Perbandingan Penyaluran KUR Kaltara 2018-2020........................................................ 54Grafik 3.22 Debitur KUR Menurut Sektor Usaha di Kaltara 2020.................................................... 55Grafik 4.1 Rasio Ruang Fiskal Terhadap Pendapatan Kaltara 2020................................................. 66Grafik 4.2 Rasio PAD terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020.......................................... 68Grafik 4.3 Rasio Dana Transfer terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020......................... 68Grafik 4.4 Rasio LLPADYS terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2020.......................................... 69Grafik 4.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020........................ 73Grafik 4.6 Rasio SILPA/SIKPA terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2018-2020........................ 73Grafik 4.7 Keseimbangan Primer Kaltara Tahun 2018-2020........................................................... 74Grafik 4.8 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2020................................ 76Grafik 4.9 Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2020.............................. 76Grafik 4.10 Pagu dan Realisasi Belanja Sektor Pendidikan 2018-2020............................................. 78Grafik 4.11 Pagu dan Realisasi Belanja Sektor Kesehatan 2018-2020............................................... 79Grafik 4.12 Pagu dan Realisasi Sektor Infrastruktur 2018-2020........................................................ 81Grafik 5.1 Komposisi Pendapatan Konsolidasian Tahun 2020........................................................ 84Grafik 5.2 Komposisi Belanja Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2020.............. 85Grafik 5.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Tahun 2020...................................... 85Grafik 5.4 Rasio Pajak terhadap PDRB Kaltara Tahun 2018-2020.................................................. 86Grafik 5.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Antara Pusat dan Daerah Tahun 2020.................. 88Grafik 5.6 Komposisi Belanja Konsolidasian Tanpa Transfer Tahun 2018-2020........................... 88Grafik 5.7 Porsi Belanja Fungsi Pendidikan 2020.............................................................................. 90Grafik 5.8 Surplus/Defisit Konsolidasi Tahun 2020........................................................................... 92Grafik 6.1 Hasil Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Provinsi Kaltara Tahun 2018-2020..... 101Grafik 6.2 Perkembangan Sektor Konstruksi di Kalimantan Utara Tahun 2020 (Triwulan)....... 104Grafik 6.3 Perkembangan Penyerapan Naker Sektor Konstruksi di Kaltara (2018-2018)............ 104Grafik 6.4 Indeks Williamson Kalimantan Utara............................................................................... 105Grafik 6.5 Perkembangan Jumlah PNS dan Kontribusi PDRB 2017-2019..................................... 105Grafik 6.6 Kontribusi Pertambangan Batu bara dan Lignit Tahun 2018-2020.............................. 106Grafik 6.7 Kontribusi Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Terhadap PDRB Tahun 2018-2020................................................................................................................. 108Grafik 7.1 Persentase Rasionalisasi APBD 2020 Per Pemda Kaltara............................................... 113Grafik 7.2 Komposisi Alokasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara............................................ 114Grafik 7.3 Komposisi Alokasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara per Pemda........................ 114
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
ix
EXECUTIVE SUMMARYI. Sasaran Pembangunan, Kondisi Daerah dan Tantangan Yang Dihadapi Daerah
Sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Kalimantan Utara (Kaltara) Tahun 2016-2021 ditetapkan visi pembangunan jangka
menengah daerah provinsi Kaltara adalah Berpadu dalam Kemajemukan untuk Mewu-
judkan Kaltara 2020 yang Mandiri, Aman, dan Damai, dengan Didukung Pemerintahan
yang Bersih dan Berwibawa. Dengan penetapan visi pembangunan jangka menengah
daerah Provinsi Kaltara tersebut, Pemerintah Provinsi Kaltara selanjutnya
merumuskan misi dalam rangka mewujudkan visi yang ditetapkan. Terdapat tiga
misi yang akan dilaksanakan selama periode tahun 2016-2021 yaitu: i) mewujudkan
Provinsi Kaltara yang mandiri, ii) mewujudkan Provinsi Kaltara yang aman dan damai,
iii) mewujudkan Pemerintahan Provinsi Kaltara yang bersih dan berwibawa.
Selanjutnya, melalui Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kaltara
Tahun 2020 ditetapkan tema atau fokus pembangunan Provinsi Kaltara Ta-
hun 2020, yaitu “Memantapkan Kaltara sebagai Wilayah Perbatasan yang
Berdaya Saing”. Dalam mewujudkan tema tersebut, maka ditetapkan
5 (lima) fokus pembangunan Provinsi Kaltara tahun 2020. Kelima fokus pembangunan
Provinsi Kaltara Tahun 2020 meliputi: i) pembangunan manusia, ii) pembangunan
ekonomi, iii) pembangunan kewilayahan, iv) pembangunan infrastruktur,
v) pembangunan keamanan, ketertiban, dan tata kelola pemerintahan. Visi,
misi, dan fokus pembangunan tersebut ditetapkan guna mendukung Prioritas
Pembangunan Nasional tahun 2020 yang memiliki tema “Peningkatan Sumber Daya
Manusia Untuk Pertumbuhan Berkualitas”.
Selanjutnya memasuki kuartal kedua tahun 2020, Covid-19 telah menyebar di
seluruh daerah di Indonesia, termasuk Kaltara. Pemerintah Provinsi Kaltara secara
resmi mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama kali di wilayah ini yaitu pada
tanggal 27 Maret 2020, atau menjelang berakhirnya triwulan I 2020. Sejak saat itu
jumlah kasus Covid-19 kemudian semakin meningkat. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Kaltara, s.d. tanggal 12 Januari 2021 jumlah kasus Covid-19
di provinsi Kaltara yaitu kasus positif sebanyak 5.148 kasus, dimana 3.224 pasien
berhasil sembuh dan 68 pasien meninggal.
Executive Summary
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020 x
Menindaklanjuti kondisi dimaksud, Pemprov Kaltara mengalokasikan anggaran lewat
realokasi dan refocusing anggaran APBD senilai lebih dari Rp39 miliar dan akan
bertambah menjadi Rp60,9 miliar. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
Pemberitahuan Nomor 900/0443/BPKAD/GUB tentang Perubahan Pergub Kaltara
Nomor 48 Tahun 2019 tentang Perubahan Penjabaran APBD TA 2020 tanggal 30
Maret 2020. Selain itu, Pemprov Kaltara pun melakukan penyesuaian terhadap
RKPD Tahun 2020 dengan menetapkan Peraturan Gubernur Kalimantan Utara
Nomor 36 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Kalimantan
Utara Nomor 24 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2020.
Rencana kerja program dan kegiatan dalam perubahan RKPD Provinsi
Kaltara tahun 2020 ini pada prinsipnya tidak mengalami perubahan dalam hal
nomenklatur program dan kegiatan tetapi perubahan dilakukan untuk pergeseran
prioritas program dan kegiatan yang difokuskan pada: i) peningkatan jangkauan,
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan masyarakat, ii) peningkatan dan
pemulihan sektor perekonomian masyarakat, iii) penguatan jaring pengaman sosial
masyarakat, iv) pembangunan sarana dan prasarana bagi pelayanan kesehatan,
percepatan pemulihan ekonomi dan peningkatan kualitas SDM, v) pelaksanaan
pembangunan dengan pelibatan masyarakat lokal.
Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk tiga prioritas utama, yaitu penanganan
kesehatan berupa pengadaan alat kesehatan, obat, penanganan pasien, penyiapan
ruang isolasi, APD; penanganan dampak sosial dan ekonomi berupa bantuan untuk
pertumbuhan ekonomi; dan alokasi untuk jaringan pengaman sosial bagi warga
terdampak berupa bantuan sosial. Di samping itu, anggaran tersebut juga digunakan
untuk pencegahan dan pengamanan, termasuk biaya warga yang diisolasi.
II. Perkembangan Indikator Ekonomi dan Kesejahteraan Regional
Kinerja perekonomian Kaltara sepanjang tahun 2020 yang diukur melalui laju
pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat mengalami
kontraksi sebesar 1,11 persen, masih sedikit lebih baik jika dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi sebesar 2,07 persen. Penurunan
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
xi
kinerja ekonomi pada tahun 2020 merupakan kondisi yang tidak terhindarkan sebagai
dampak pandemi Covid-19. Secara nominal, ekonomi Kaltara berdasarkan PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2020 mencapai Rp100,54 triliun. Dengan
kinerja tersebut PDRB per kapita di Kaltara pada tahun 2020 mencapai Rp130,83
juta. Meski secara spasial kontribusi Kaltara terhadap PDRB Pulau Kalimantan masih
menjadi yang terkecil, namun tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada
periode 2020 menjadi yang tertinggi diantara provinsi lainnya serta konsisten di atas
laju pertumbuhan ekonomi nasional sejak 2017.
Struktur PDRB Kaltara tahun 2020 dari sisi pengeluaran tidak mengalami perubahan
yang signifikan dari periode tahun-tahun sebelumnya yang didominasi oleh komponen
Net Ekspor dan PMTB dengan kontribusi total komponen tersebut yang mencapai
63,75 persen terhadap PDRB. Jika mencermati tingkat pertumbuhan dari kedua
kontributor terbesar pada ekonomi Kaltara tersebut, hanya komponen Ekspor yang
mampu tumbuh positif sebesar 1,58 persen dari tahun 2019 (c-to-c). Sedangkan kinerja
komponen PMTB mengalami penurunan sebesar 3,04 persen jika dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2019 (c-to-c). Selanjutnya, untuk mengetahui kontribusi
dari sektor-sektor yang menjadi penggerak ekonomi regional, dapat dilihat melalui
PDRB sisi lapangan usaha. Pada tahun 2020, PDRB regional Kaltara masih
didominasi oleh lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian dengan nilai yang
mencapai Rp 15,66 triliun, turun sebesar 6,81 persen dari tahun sebelumnya yang
mencapai Rp16,80 persen. Penurunan kinerja lapangan usaha ini dipengaruhi oleh
produksi subsektor utama pertambangan yaitu batubara yang terkontraksi sebesar
10,21 persen dari produksi tahun 2019 akibat pandemi Covid-19. Masih terbatasnya
permintaan negara-negara tujuan ekspor yang telah memberlakukan pelonggaran
aktivitas fisik dan sosial ditengah pandemi menyebabkan produksi batubara Kaltara
sepanjang 2020 mengalami tekanan.
Kondisi perekenomian Kaltara jika dilihat dari tren pendapatan rata-rata penduduk
terus mengalami peningkatan sejak tahun 2015, bahkan pada situasi ekonomi yang
mengalami tekanan pada tahun 2020. PDRB per kapita Kaltara tahun 2020 sebesar
Rp130,83 juta tercatat meningkat sebesar 0,35 persen dari tahun 2019 yang sebesar
Rp130,07 juta. Kondisi ini disebabkan oleh PDRB ADHB Kaltara pada tahun 2020
Executive Summary
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020 xii
sebesar Rp100,54 triliun naik dari tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp96,54 triliun.
Sementara itu, laju inflasi Kaltara pada tahun 2020 tercatat sebesar 1,32 persen,
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2019 yang lalu. Tingkat inflasi
tersebut juga masih berada di bawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,68
persen. Secara m-to-m pada tahun 2020, Kaltara mengalami deflasi sebanyak 4
kali dimana pada bulan Maret tercatat deflasi terendah yang mencapai 0,46 persen
karena merupakan momen awal implementasi kebijakan pembatasan mobilitas
skala besar oleh Pemerintah sehingga salah satu komponen IHK yaitu transportasi
memberikan andil deflasi yang terbesar. Sebaliknya Inflasi yang tertinggi pada tahun
2020 di Kaltara terjadi pada bulan Juni yang tercatat meningkat sebesar 0,88 persen
dari bulan Mei. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah dari sisi moneter yang
melakukan pemangkasan suku bunga BI7DRR sehingga mampu memperbaiki tingkat
permintaan. Seiring dengan penerapan adaptasi kebiasaan baru untuk pemulihan
ekonomi, mendorong kecenderungan laju inflasi yang meningkat pada periode
semester II 2020 baik di tingkat Nasional maupun Kaltara setelah laju pada semester
I 2020 cenderung mengalami penurunan.
Dari sisi kesejahteraan masyarakat, perkembangan indikator pembangunan dalam
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kaltara secara umum tercatat turun sebesar
0,52 poin menjadi 70,63. Indikator perekonomian yang mengalami kontraksi karena
pengaruh pandemi Covid-19 tentunya juga berdampak pada penurunan angka IPM
sebagai salah satu cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan dimensi
pembentuknya, penurunan IPM Kaltara tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh
penurunan rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan dari Rp 9,34 juta
menjadi Rp8,76 juta. Ekonomi Kaltara yang terkontraksi karena dampak pandemi
Covid-19 pada tahun 2020 secara langsung mengakibatkan jumlah penduduk miskin
meningkat sebanyak 4,09 ribu orang atau 0,92 persen dari periode yang sama
pada tahun 2019, meskipun pada periode sebelumnya angka kemiskinan Kaltara
terus menunjukkan penurunan yang merupakan salah satu indikasi perbaikan taraf
kesejahteraan di Kaltara. Selanjutnya pada periode yang sama, indeks Gini Ratio
Kaltara tercatat sebesar 0,300 mengalami kenaikan sebesar 0,008 poin dari angka
gini ratio pada periode yang sama tahun 2019 serta lebih baik dari rata-rata secara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
xiii
nasional yang mencapai 0,399. Indikasi pelebaran tingkat ketimpangan ini selaras
dengan persentase penduduk miskin di Kaltara yang juga meningkat dari 6,63 persen
(September 2019) menjadi 7,41 persen (September 2020). Sementara itu kondisi
perekonomian Kaltara yang terkontraksi berdampak negatif terhadap angka Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan dari 4,49 persen pada
Agustus 2019 menjadi 4,97 persen pada Agustus 2020. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi kenaikan angka pengangguran yang merupakan dampak dari kondisi
perekonomian Kaltara yang terkontraksi.
Selain indikator-indikator di atas, tingkat kesejahteraan Kaltara tercermin pada
indeks Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Secara rata-rata,
NTP Kaltara pada tahun 2020 mencapai 102,75 meningkat signifikan dibandingkan
rata-rata tahun 2019 sebesar 100,81 dan tahun 2018 sebesar 100. Kenaikan NTP
tahun 2020 secara umum di Kaltara dipengaruhi oleh NTP Tanaman Perkebunan,
dimana komoditas utama petani subsektor ini adalah sawit dan lada yang merupakan
komoditas unggulan di Kaltara. Hal ini menunjukkan peran pemerintah baik pusat
maupun daerah melalui pengalokasian belanja program sektor pertanian pada tahun
2020 diantaranya Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, telah
mampu mendorong kenaikan tingkat kesejahteraan petani di Kaltara yang tercer-
min pada kenaikan indeks NTP. Selain tingkat kesejahteraan petani, indikator
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah juga dapat tercermin melalui pengukuran
indikator NTN. NTN Kaltara pada tahun 2020 tercatat sebesar 102,84, mengalami
penurunan dibandingkan NTN 2019 yang mencapai 104,83. Meski terjadi penurunan,
namun NTN Kaltara tahun 2020 masih lebih baik dibandingkan NTN secara nasional
yang tercatat sebesar 100,22. Penurunan angka NTN tahunan 2020 tidak terlepas
dari imbas pandemi Covid-19.
III. Perkembangan dan Pengaruh Fiskal (APBN-APBD), Sektor Unggulan dan Tan-
tangan Fiskal di Daerah
Pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh pada pendapatan dan belanja Negara.
Kondisi ekonomi Kaltara yang mengalami kontraksi mempengaruhi penerimaan
perpajakan dan PNBP. Realisasi pendapatan negara tahun 2020 hanya sebesar
Rp1,76 triliun, mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar Rp272,78 miliar
Executive Summary
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020 xiv
dibandingkan tahun 2019. Sektor perpajakan di Kaltara masih menjadi pilar utama
yang diandalkan penerimaan negara selain ditopang oleh PNBP yang berkontribusi
sebesar 10,43 persen dari total pendapatan pada postur APBN Kaltara tahun 2020.
Kinerja penyerapan anggaran pusat tahun 2020 mencapai 92,37 persen, sedikit
dibawah capaian rata-rata nasional yang sebesar 92,52 persen. Capaian persentase
realisasi penyerapan tersebut meningkat dibanding tahun 2019 yang hanya
mencapai 84,68 persen. Kenaikan persentase realisasi ini disebabkan oleh
adanya penurunan alokasi Belanja Pemerintah Pusat di Kaltara yang cukup
signifikan sebesar Rp1.105,55 miliar sehingga meningkatkan persentase nilai serapan.
Terkait penguatan desentralisasi fiskal, pada tahun 2020 alokasi TKDD di Kaltara
sebesar Rp6.763,42 miliar dan terealisasi sebesar Rp6.704,68 miliar (99,13 persen).
Beberapa komponen TKDD (DAK Non Fisik, Dana Desa, dan DID) dapat terserap
sebesar 100 persen atau lebih, sedangkan untuk DBH, DAU, dan DAK Fisik masing-
masing hanya terserap sebesar 97,84 persen; 99,78 persen; dan 96,31 persen.
Dari sisi kinerja pelaksanaan APBD, pendapatan daerah tahun 2020 ditargetkan
sebesar Rp8.393,37 miliar, menurun dibanding tahun 2019 yang diestimasikan
sebesar Rp8.507,24 miliar. Penetapan target oleh Pemda yang lebih realistis tersebut
terjawab dengan terealisasinya pendapatan daerah sebesar Rp8.072,72 miliar,
mengalami peningkatan kinerja penyerapan anggaran daerah dari 95,37 persen
menjadi 96,18 persen dibanding tahun 2019. Alokasi belanja daerah ditetapkan
sebesar Rp9.103,12 miliar, meningkat sebesar Rp252,3 miliar atau 2,85 persen dari
alokasi belanja APBD tahun 2019. Defisit APBD 2020 yang direncanakan sebesar
Rp709,75 miliar tidak terjadi, dan hanya tercatat sebesar Rp306,39 miliar dan SiLPA
2020 sebesar Rp399,75 miliar.
Dalam Laporan Keuangan Pemerintah konsolidasian (LKPK) atau Government
Financial Statistic (GFS) Kanwil DJPb Provinsi Kaltara Tahun 2020, pendapatan
konsolidasian Kaltara mencapai Rp3,13 triliun, menurun cukup signifikan sebesar
14,9 persen dibanding tahun 2019. Penurunan tersebut disebabkan oleh penerimaan
pajak yang mengalami penurunan realisasi sebesar Rp588,6 miliar atau setara 20,1
persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut diakibatkan adanya pandemi
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
xv
Covid-19 yang menyebabkan terbatasnya kegiatan perekonomian di Kaltara.
Penerimaan pajak konsolidasian masih mendominasi struktur pendapatan
konsolidasian di Kaltara, yaitu sebesar 74,65 persen. Namun demikian, di tahun 2020
komponen pendapatan selain perpajakan (PNBP, Hibah, dan Transfer) konsolidasian
mengalami peningkatan realisasi, tidak seperti perpajakan yang mengalami
penurunan nilai realisasi dibanding tahun 2019. Kenaikan ketiga komponen tersebut
tidak dapat mengimbangi penurunan yang cukup dalam pada komponen pajak.
Dari sisi belanja konsolidasian, komposisi belanja konsolidasian didominasi oleh
kelompok Belanja Operasi dibanding Belanja Modal. Belanja Operasi yang terdiri dari
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja
Tak Terduga ini mencapai 66,50 persen sehingga dapat mempersempit celah fiskal
Kaltara. Namun demikian, di tahun 2020 hampir semua kelompok belanja mengalami
penurunan. Belanja Pegawai menurun sebesar Rp40,67 miliar, termasuk Belanja
Modal yang mengalami penurunan cukup siginifikan sebesar Rp478,43 miliar.
Sebaliknya terjadi peningkatan signifikan pada Belanja Hibah sebesar Rp739 miliar.
Kondisi ini terjadi karena adanya perhelatan Pilkada serentak di wilayah Kaltara serta
adanya tambahan kebutuhan dana dalam rangka penerapan protokol kesehatan pada
pelaksanaan Pilkada serentak di masa pandemi Covid-19. Selanjutnya,
berdasarkan perhitungan data Laporan Operasional (LO) Keuangan Pemerintah
wilayah Kaltara, Belanja Pemerintah dan Investasi Pemerintah turut berkontribusi
masing-masing sebesar 6,56 persen dan 2,56 persen terhadap PDRB Kaltara,
nilai tersebut keduanya menurun dibanding tahun 2019. Penurunan kontribusi
Belanja Pemerintah tersebut mengindikasikan pertumbuhan yang melambat
untuk pembangunan di Kaltara. Selain itu, penurunan kontribusi investasi
pemerintah dimungkinkan karena adanya kebijakan rasionalisasi belanja modal
untuk mendukung pendanaan kegiatan penanganan dampak Covid-19. Kondisi ini
juga dipengaruhi oleh beberapa kendala dalam pelaksanaan belanja modal, salah
satunya adalah tertundanya pembangunan Pos Lintas Batas Negeri (PLBN) di
Nunukan karena terdapat penolakan dari warga terhadap biaya ganti rugi berdasarkan
appraisal dinas terkait serta sebagian lahan masih mengalami sengketa.
Berdasarkan penilaian terhadap sektor-sektor ekonomi yang potensial berdasarkan
Executive Summary
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020 xvi
kriteria kontribusi, kriteria pertumbuhan, dan keunggulan kompetitif wilayah Kaltara
menggunakan metode analisis overlay, sektor perekonomian di wilayah Kaltara dapat
dikelompokkan sebagai berikut: i) Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan; dan Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib merupakan sektor yang unggulan atau
dominan karena mempunyai tingkat pertumbuhan yang positif dan memberikan
kontribusi yang besar serta memiliki keunggulan kompetitif dalam PDRB Kalimantan
Utara, ii) Sektor Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya
termasuk dalam sektor yang potensial dengan memberikan tingkat pertumbuhan
yang besar/positif dan memiliki keunggulan kompetitif tetapi memiliki kontribusi yang
tidak terlalu signifikan. Sektor Pertambangan dan Penggalian termasuk dalam kriteria
ini, tetapi dengan klasifikasi yang sedikit berbeda dengan sektor yang lain. Sektor ini
memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB dan memiliki keunggulan kompetitif tetapi
tingkat pertumbuhannya mengalami perlambatan. Sektor Informasi dan Komunikasi
dan Real Estate juga merupakan sektor yang potensial dikarenakan memiliki
keunggulan kompetitif, iii) Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
dan Daur Ulang; Jasa Keuangan dan Asuransi; dan Jasa Perusahaan merupakan
sektor dengan tingkat pertumbuhan dan kontribusi kecil terhadap PDRB Kaltara.
IV. Pemanfaatan Refocusing APBD untuk Program PC-PEN di Daerah
Sejak kasus positif Covid-19 pertama kali terkonfirmasi pada Februari 2020 di dalam
negeri, Pemerintah berupaya mengantisipasi penyebaran wabah yang pertama
kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 yang tereskalasi dengan cepat.
Implikasi pandemi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara
nyata telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional, penurunan
penerimaan negara, dan peningkatan belanja negara dan pembiayaan. Untuk itu
Pemerintah menempuh langkah dengan menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun
2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam
Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
xvii
Atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020, kebijakan fiskal penanganan pandemi Covid-19
merupakan upaya sinergis antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
dengan melakukan refocusing dan realokasi Belanja pada APBN dan APBD untuk
mendanai program penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi
nasional. Dari sisi APBN, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian/Lembaga
melakukan refocusing dengan mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang
telah ada untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat mendukung percepatan penanganan
Covid-19 dan melakukan revisi serta penyesuaian anggaran secara cepat, sederhana
dan akuntabel. Sementara realokasi anggaran dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
yang secara umum kurang prioritas, dana yang masih diblokir, sisa tender dan
kegiatan yang dibatalkan, belanja perjalanan dinas, pertemuan yang menghadirkan
banyak peserta serta kegiatan yang belum ada perikatan. Adapun dari sisi APBD,
Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian postur APBD dengan melakukan
rasionalisasi target pendapatan dan pagu belanja.
Pemda se-Kalimantan Utara telah menyelesaikan proses penyesuaian postur APBD
di akhir bulan April. Dari sisi pendapatan, dari total target yang direncanakan pada
APBD awal tahun 2020 sebesar Rp8,75 triliun turun sebesar 7,52 persen atau
menjadi sebesar Rp8,09 triliun. Sementara dari sisi Belanja, pagu secara agregat yang
direncanakan sebesar Rp 9,27 triliun juga turun menjadi Rp 7,91 triliun. Lebih lanjut
dari sisi penyesuaian pendapatan, angka persentase rasionalisasi terbesar tercatat
pada komponen PAD sebesar 12,28 persen atau turun dari Rp1,09 triliun menjadi
Rp0,95 triliun. Penyesuaian APBD dengan merasionalisasi target pendapatan dan
belanja tersebut diharapkan akan mampu mendukung implementasi refocusing
Belanja dalam rangka penanganan dampak Pandemi Covid-19 di daerah. Pada
tahun 2020, kinerja Belanja Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PC-PEN) di Kaltara mendapatkan alokasi belanja dari APBD sebesar Rp501,56
miliar atau sebesar 6,33 persen terhadap total belanja APBD pada Laporan
Penyesuaian APBD Tahun 2020 se-Kaltara. Dari total tersebut, mayoritas atau
sebesar 59,91 persen digunakan untuk Belanja Bidang Kesehatan yang mencapai
Rp300,48 miliar.
Executive Summary
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020 xviii
Hingga akhir periode pelaporan, Belanja Penanganan Covid-19 di Kaltara secara
agregat terealisasi sebesar Rp413,7 miliar atau 74,07 persen dari alokasi. Persentase
realisasi tertinggi tercatat pada Belanja Bidang Kesehatan yang mencapai Rp241,6
miliar atau 72,27 persen dari alokasi. Berikutnya adalah realisasi belanja Jaring
Pengaman Sosial yang mencapai Rp102,6 miliar atau sebesar 72,91 persen dari
alokasi. Belanja Penanganan Covid-19 dengan capaian persentase realisasi yang
masih relatif rendah tercatat pada belanja untuk Pemulihan Dampak Ekonomi yang
baru mencapai 66,09 persen dari alokasi atau sebesar Rp69,09 miliar.
Realisasi program belanja PC-PEN tiap-tiap klaster di Kaltara baik dari sisi nominal
maupun capaian outputnya sampai dengan akhir tahun 2020 berada dalam kondisi
yang cukup ideal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa tantangan yang dihadapi
Pemda dalam berupaya untuk mengakselerasi penyerapan belanja Program
PC-PEN di tengah pandemi itu sendiri, diantaranya implementasi penyesuaian
regulasi agar tetap berada dalam koridor governance yang terjaga.
V. Rekomendasi Kebijakan
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia disepanjang tahun 2020 telah menyebabkan
penurunan kinerja perekonomian yang berdampak langsung pada aspek-aspek
kesejahteraan masyarakat. Pemerintah melalui instrumen fiskal baik APBN dan
APBD pada tahun 2020 telah menunjukkan upaya yang begitu besar untuk
melindungi kelompok masyarakat yang terdampak pandemi. Beberapa indikator
makro ekonomi dan kesejahteraan di Kaltara pada tahun 2020 yang mampu tumbuh
cukup baik ditengah pandemi, dipengaruhi oleh kinerja pelaksanaan APBN dan
APBD di Kaltara yang terealisasi dengan baik. Namun demikian, sejalan dengan
upaya untuk mewujudkan visi dan misi Kaltara sebagaimana tertuang dalam RPJMD
Kaltara, masih diperlukan beberapa langkah perbaikan untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan APBN dan APBD melalui sinergi kebijakan pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah di Kaltara.
Dari sisi pemda, optimalisasi belanja modal perlu untuk terus didorong pemanfaatannya
agar percepatan penyediaan infrastruktur yang memadai segera terpenuhi,
sehingga dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan di
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020
Executive Summary
xix
Kaltara. Selain itu, dampak pandemi Covid-19 yang diperkirakan masih akan
berlanjut, memerlukan upaya-upaya yang strategis dari pemda untuk menggali
sumber-sumber pendapatan baru yang potensial yang diiringi dengan peningkatan
kualitas belanja (spending better).
Dari sisi pemerintah pusat, dukungan regulasi pelaksanaan anggaran pusat di daerah
maupun TKDD perlu untuk dilakukan penyesuaian bagi wilayah tertentu di Kaltara
dengan karakteristik geografis yang relatif sulit serta konektivitas yang masih minim.
Upaya perbaikan kualitas pelaksanaan APBN dan APBD di Kaltara, tentunya tidak
terlepas dari sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Untuk itu,
perlu mendorong dilaksanakannya sinkronisasi belanja APBD dan APBN yang
implementatif untuk mendukung optimalisasi pencapaian program prioritas. Selain itu,
sektor UMKM sebagai salah satu penggerak ekonomi di Kaltara, belum seluruhnya
terfasilitasi oleh kredit program sehingga upaya pemanfaatan Sistem Informasi
Kredit Program dan Kerjasama penyaluran Pembiayaan Ultra Mikro diharapkan
dapat memperluas cakupan UMKM yang terfasilitasi kredit program.
BAB ISASARAN PEMBANGUNAN DAN TANTANGAN DAERAH
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20201
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
1.1 PENDAHULUAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah
adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Oleh sebab itu, untuk mendukung
penyelenggaraan pemerintahan yang baik maka harus disertai dengan unsur pendanaan
yang berasal dari penghimpunan pendapatan maupun dari pengalokasian anggaran
belanja baik pada APBN maupun APBD. Sesuai dengan Undang-Undang Keuangan
Negara Nomor 17 Tahun 2003, pemegang kekuasaan tertinggi pengelolaan keuangan
negara adalah Presiden, sedangkan di daerah adalah Gubernur/Bupati/Walikota, oleh
karena itu dalam tataran implementasi kebijakan fiskal di daerah, maka diperlukan sinergi
dan harmonisasi kebijakan serta pengelolaan keuangan pusat dan daerah agar tujuan
dan sasaran pembangunan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya, kebijakan fiskal sebagai alat pemerintah untuk mencapai sasaran
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat merupakan tanggung jawab pusat dan
daerah dalam memastikan efektifitasnya. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai alat
alokasi, distribusi, dan stabilisasi, maka kebijakan fiskal yang efektif diharapkan mampu
meningkatkan perbaikan dan kualitas indikator-indikator ekonomi makro dan
kesejahteraan di daerah. Oleh karena itu, kebijakan fiskal yang efektif dapat terlihat dari
perbaikan-perbaikan indikator makro ekonomi dan indikator-indikator kesejahteraan.
Tidak terlepas dari hal tersebut, maka hal pertama yang harus menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan fiskal yang efektif dan efisien adalah daerah harus memetakan
terlebih dahulu tantangan-tantangan daerah yang dihadapi baik dari sisi ekonomi,
sosio-kependudukan, serta tantangan wilayahnya, sehingga intervensi kebijakan fiskal
melalui program prioritas dapat secara langsung menjawab tantangan daerah yang
dihadapi.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH
1.2.1 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran
visi, misi, dan program Gubernur terpilih yang menjadi pedoman pelaksanaan
pembangunan dalam lima tahun pemerintahan. Sesuai ketentuan yang berlaku
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20202
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) melalui Perda Provinsi Kalimantan
Utara Nomor 2 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 menetapkan visi pembangunan jangka
menengah daerah provinsi Kaltara adalah “Berpadu dalam Kemajemukan untuk
Mewujudkan Kaltara 2020 yang Mandiri, Aman, dan Damai, dengan Didukung
Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa”. Dengan penetapan visi pembangunan
jangka menengah daerah provinsi Kaltara tersebut, Pemerintah Provinsi selanjutnya
merumuskan misi dalam rangka mewujudkan visi yang ditetapkan. Terdapat
tiga misi yang akan dilaksanakan selama periode tahun 2016-2021 yaitu:
1. Mewujudkan Provinsi Kalimantan Utara yang Mandiri
2. Mewujudkan Provinsi Kalimantan Utara yang Aman dan Damai
3. Mewujudkan Pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara yang Bersih dan Berwibawa
Berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan Pemerintah Provinsi Kaltara, maka
ditetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam kurun waktu lima tahun (2016-
2021). Rumusan tujuan dari ketiga misi RPJMD Provinsi Kaltara adalah sebagai berikut:
a. Tujuan untuk melaksanakan misi Mewujudkan Provinsi Kaltara yang Mandiri
diarahkan untuk terwujudnya kondisi penting dalam rangka mencapai visi kemandirian
daerah. Selanjutnya penjabaran misi yang harus dilakukan antara lain: meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan perekonomian rakyat yang berkelanjutan,
dan meningkatkan daya saing sumber daya manusia yang berkualitas
b. Tujuan untuk melaksanakan misi Mewujudkan Provinsi Kaltara yang Aman dan Damai
dijabarkan ke dalam upaya-upaya yang menjaga kedaulatan NKRI dan penega-
kan hukum. Kemudian dirumuskan beberapa hal yang harus dilakukan untuk
terlaksananya misi tersebut antara lain: menjaga kedaulatan Negara, membangun
daerah perbatasan yang aman, dan mewujudkan penegakan hukum.
c. Tujuan untuk melaksanakan misi Mewujudkan Pemerintahan Provinsi Kaltara
yang Bersih dan Berwibawa dalam rangka penjabarannya perlu dilakukan
dua hal utama, yang pertama adalah mewujudkan pemerintahan yang bersih,
transparan, dan akuntabel, kemudian yang kedua adalah mewujudkan pelayanan
publik yang prima.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20203
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Selanjutnya dari tujuan yang masih kualitatif diuraikan menjadi berbagai sasaran yang
lebih jelas indikator pencapaiannya. Sesuai dengan RPJMD Provinsi Kaltara 2016-2021,
pembangunan kunci dari Provinsi Kaltara yang pertama adalah pada
pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang akan berpengaruh terhadap
beberapa tujuan dan sasaran pada RPJMD. Selain itu, pembangunan kunci berikutnya
adalah pada pembangunan infrastruktur jalan baik di wilayah perbatasan maupun jalan
yang akan digunakan sebagai konektivitas dengan daerah tetangga. Kemudian
pembangunan jaringan/broadband pada wilayah-wilayah yang selama ini belum
dijangkau, dan juga peningkatan kualitas pelayanan publik diselaraskan dengan
kemajuan teknologi yang tentunya diharapkan dapat berjalan beriringan dengan tujuan
mewujudkan Good Corporate Governance (GCG). Terakhir terkait dengan penegakan
hukum serta menjaga kedaulatan NKRI yang dimulai dari wilayah perbatasan.
Sehingga dapat ditarik hipotesa awal pembangunan kunci pada Provinsi Kaltara berfokus
pada pembangunan infrastruktur dan SDM yang dimulai dari wilayah perbatasan.
1.2.2 Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJMD, yang
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, serta
rencana kerja dan pendanaan untuk satu tahun, yang berpedoman pada Rencana Kerja
Pemerintah dan program strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Dokumen ini menjadi dasar Kebijakan Umum APBD (KUA) dan penentuan Prioritas dan
Pagu Anggaran Sementara (PPAS).
Menunjuk pada Peraturan Gubernur (Pergub) Kaltara Nomor 24 Tahun 2019 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kaltara Tahun 2020 ditetapkan tema
atau fokus pembangunan Provinsi Kaltara Tahun 2020, yaitu “Memantapkan Kaltara
sebagai Wilayah Perbatasan yang Berdaya Saing”. Tema ini menjadi pondasi
bagi pelaksanaan pembangunan Tahun 2020. Dalam mewujudkan tema tersebut,
maka ditetapkan 5 (lima) fokus pembangunan Provinsi Kaltara Tahun 2020. Penentuan
fokus pembangunan mempertimbangkan isu pembangunan RPJMD Provinsi Kaltara
2016-2021, dan isu nasional terkait rancangan pembangunan jangka menengah
nasional 2020-2024. Kelima fokus pembangunan Provinsi Kaltara Tahun 2020 meliputi:
1. Pembangunan Manusia
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20204
2. Pembangunan Ekonomi
3. Pembangunan Kewilayahan
4. Pembangunan Infrastruktur
5. Pembangunan Keamanan, Ketertiban, dan Tata Kelola Pemerintahan
Tema atau fokus pembangunan tersebut dicapai dengan beberapa prioritas
pembangunan. Prioritas pembangunan daerah adalah fokus penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai sasaran
RPJMD. Fokus pembangunan Provinsi Kaltara Tahun 2020 dilaksanakan dengan 17
prioritas pembangunan daerah, meliputi:
1. Percepatan penanggulangan kemiskinan dan kemandirian Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
2. Peningkatan pelayanan Pendidikan
3. Peningkatan pelayanan kesehatan
4. Pengarusutamaan gender dalam pembangunan
5. Pengarusutamaan gender dalam pembangunan
6. Percepatan pembangunan desa secara terpadu
7. Pembangunan ekonomi berkelanjutan
8. Pengembangan usaha kecil, koperasi, dan industri kecil dan menengah (IKM)
9. Peningkatan ketahanan pangan daerah
10. Peningkatan daya tarik berinvestasi
11. Peningkatan pelayanan infrastruktur wilayah yang terintegrasi dengan tata ruang
12. Peningkatan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
13. Peningkatan pencegahan dan penanganan gangguan keamanan dan kebencanaan
secara terpadu
14. Fasilitasi perwujudan wilayah perbatasan yang tertib dan tentram
15. Reformasi birokrasi dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan daerah
16. Penerapan perencanaan dan penganggaran pembangunan yang terpadu
17. Peningkatan sistem pelayanan yang prima
Sasaran dan prioritas pembangunan tahun 2020 yang telah disebutkan di atas selain
untuk mewujudkan sasaran pembangunan RPJMD Provinsi Kaltara Tahun 2016-2021,
juga untuk mendukung prioritas pembangunan nasional tahun 2020 yang memiliki tema
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20205
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
“Peningkatan Sumber Daya Manusia Untuk Pertumbuhan Berkualitas”. Hal ini bertujuan
agar terwujud sinergi pembangunan antara pusat dan daerah guna mendukung
pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan 5 (lima) prioritas pembangunan nasional tahun
2020, maka pembangunan Kaltara diarahkan pada 4 (empat) fokus prioritas berdasarkan
pada urgensi permasalahan pembangunan daerah dan prioritas nasional pada tahun
2020. Fokus prioritas tersebut merupakan bentuk pelaksanaan dari beberapa
prioritas pembangunan Kaltara 2016-2021 yang berkorelasi dengan prioritas nasional
Tahun 2020. Keempat fokus prioritas pembangunan Kaltara dalam rangka mendukung
5 (lima) prioritas nasional tahun 2020, yaitu:
1. Pengurangan jumlah masyarakat berpenghasilan rendah dan peningkatan layanan
Pendidikan dan kesehatan bagi peningkatan kualitas SDM.
2. Pembangunan infrastruktur fisik dan ekonomi wilayah untuk meningkatkan
konektivitas daerah.
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam kerangka ekonomi hijau dan mendorong
industri kreatif serta pengembangan sumber daya energi terbarukan.
4. Peningkatan pelayanan publik yang transparan dan akuntabel meliputi layanan
perizinan, kependudukan, administrasi pemerintahan dalam wilayah yang aman dan
memiliki kepastian hukum didukung oleh aparatur yang profesional.
Dengan ditetapkannya prioritas pembangunan daerah Provinsi Kaltara sebagaimana
dijelaskan di atas, selanjutnya program pembangunan daerah yang merupakan program
strategis dan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah. Program pembangunan daerah
tersebut dijabarkan kembali menjadi kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah
berupa serangkaian aktivitas pembangunan untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam rangka mencapai hasil (outcome) dari suatu program.
Pendanaan Daerah tahun 2020 telah direncanakan oleh Pemerintah Provinsi Kaltara
sejumlah 361 program dan 1.291 kegiatan sesuai tusi Perangkat Daerah dengan
total pagu belanja sebesar Rp 1,675 triliun yang dilaksanakan oleh 32 (tiga puluh dua)
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) termasuk cabang dinas dan UPTD pada
beberapa SKPD.
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20206
1.3 TANTANGAN DAERAH
1.3.1 Tantangan Ekonomi Daerah
Tantangan dan prospek perekonomian Provinsi Kaltara pada tahun 2019 dan tahun
2020 akan dipengaruhi tantangan dan prospek pada tataran nasional dan
internasional, maupun lingkungan regional Kalimantan sendiri. Laporan bertajuk
Indonesia Economic Quarterly yang dirilis Bank Dunia menyatakan beberapa risiko
eksternal memberikan risiko penurunan yang signifikan antara lain perubahan besar
dalam kebijakan perdagangan di antara negara-negara maju, Bank Dunia dalam
laporannya dari dalam negeri beberapa risiko terhadap prospek pertumbuhan ekonomi
Indonesia adalah meningkatnya inflasi di dalam negeri.
Berdasarkan asumsi makro Kaltara dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)
Provinsi Kaltara dengan melihat kondisi terkini ekonomi global dan domestik serta
mempertimbangkan risiko serta dinamika ekonomi ke depan, KPwBI Provinsi Kaliman-
tan Utara memperkirakan pertumbuhan ekonomi Kaltara pada tahun 2020 berada pada
level 7,00 – 7,40 (yoy) dengan tingkat inflasi sebesar 3,40 – 3,80 persen (yoy). Lapa-
ngan usaha konstruksi akan menjadi sumber utama pertumbuhan Ekonomi Kaltara
di 2020 didorong oleh berlanjutnya realisasi pembangunan PSN Kawasan lndustri
Tanah Kuning, PLTA Sungai Kayan tahapan berikutnya, dan Pembangunan Kota Baru
Mandiri (KBM), serta infrastruktur strategis lainnya. Pada lapangan usaha pertanian,
meningkatnya kapasitas produksi terutama pada komoditas perkebunan dan perikanan
akan menjadi sumber peningkatan lapangan usaha pertanian. Kemudian peningkatan
produksi Tandan Buah Segar (TBS) akan mendorong Lapangan Usaha (LU) industri
pengolahan untuk tumbuh lebih baik. Proyeksi World Bank dalam Commodity Market
Outlook (CMO) periode Oktober 2018 menunjukkan bahwa harga Crude Palm Oil (CPO)
global diperkirakan meningkat sepanjang tahun 2019 - 2021. Merujuk proyeksi IMF dalam
World Economic Outlook (WEO), ekonomi dunia diproyeksikan tumbuh sebesar 3,6
persen (yoy) pada tahun 2020, membaik dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2019
sebesar 3,5 persen (yoy). Prakiraan pertumbuhan ini dapat mendorong volume
perdagangan dunia untuk tumbuh dan berdampak positif terhadap kinerja perdagangan
komoditas utama Kalimantan Utara. Masih merujuk pada WEO IMF, beberapa negara
tujuan ekspor Kalimantan Utara diperkirakan akan mengalami akselerasi pertumbuhan
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20207
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
pada tahun 2020. India sebagai salah satu mitra dagang utama batu bara diperkirakan
tumbuh sebesar 7,7 persen, meningkat dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2019
sebesar 7,5 persen. Hal ini menjadi sinyal baik, karena pertumbuhan ekonomi negara
tersebut dapat mendorong pertumbuhan volume perdagangan dari Kalimantan Utara. Di
sisi harga, capaian inflasi Kaltara tahun 2020 bersumber dari semakin terkendalinya
kelompok administered prices yang disebabkan oleh penyesuaian harga Tarif Batas Atas
(TBA) seiring dengan stabilnya harga bahan bakar. Di samping itu, inflasi pada kelompok
volatile food diperkirakan masih stabil dan terkendali seiring dengan optimalisasi
peran TPID dalam melakukan pengendalian. Di sisi lain, tidak naiknya tarif cukai rokok
pada tahun 2019 diperkirakan akan menjadi upside risk inflasi pada tahun 2020.
Sedangkan potensi-potensi untuk menyokong geliat perekonomian regional Kalimantan
Utara bersumber dari beberapa lapangan usaha, yaitu dari lapangan usaha konstruksi,
yang ditopang oleh percepatan pembangunan proyek Kawasan Industri dan Pelabuhan
Internasional (KIPI) Tanah Kuning, PLTA Kayan, lanjutan pembangunan jalan per-
batasan baik yang didanai APBN melalui Kementerian PUPR maupun yang didanai
APBD. Kemudian dari sektor Pertanian perlu dimanfaatkan opportunity yang tersedia
dengan adanya penghentian pelarangan impor Crude Palm Oil (CPO) oleh negara-
negara mitra dagang Kalimantan Utara, dapat dimanfaatkan kesempatan tersebut
dengan menggenjot perbaikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO sejalan
dengan beroperasinya pabrik-pabrik baru di Kabupaten Nunukan yang didukung
meningkatnya demand atas TBS.
1.3.2 Tantangan Sosial Kependudukan
Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi sumber daya manusia yang dibutuhkan
dalam proses pembangunan, di samping itu sebagai penerima manfaat pembangunan.
Dalam konteks pengembangan wilayah, penduduk sebagai potensi SDM berperan untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah secara berke-
lanjutan. Dengan kata lain penduduk berperan sebagai subjek dan objek pembangunan.
Namun, penduduk juga dapat menjadi tantangan dan beban pembangunan.
Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah
penduduk sehingga akan diketahui kebutuhan dasar penduduk seperti fasilitas
pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah penduduk Provinsi
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20208
Kalimantan Utara dari tahun 2013 sampai tahun 2018 selalu mengalami peningkatan.
Jumlah penduduk terbanyak di Kalimantan Utara tahun 2018 ada di Kota Tarakan dengan
jumlah 253.026 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit ada di Kabupaten Tana
Tidung dengan jumlah 25.084 jiwa.Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2018
Kependudukan merupakan salah satu elemen dasar dalam suatu wilayah, sehingga
perkiraan mengenai kependudukan menurut berbagai karakteristik, jumlah, dan komposisi
penduduk pada suatu wilayah sebagai input dari pembangunan yang sangat penting
bagi perencanaan pembangunan karena dapat dijadikan pertimbangan atas dasar
demand terhadap barang/jasa pelayanan serta kebutuhan akan lahan di masa yang
akan datang. Untuk memotret hal tersebut dapat terlihat pada tabel berikut.
Sumber : RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020
Tabel 1.2 Kepadatan Penduduk Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2013-2018
Sumber : RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020
Sesuai tabel 1.3, Kota Tarakan tercatat sebagai wilayah yang kepadatan penduduknya
tertinggi per tahun 2018, karena merupakan salah satu pusat perkembangan ekonomi
di Kaltara. Sarana prasarana di Kota Tarakan relatif lebih lengkap dibandingkan dengan
wilayah lain di Kaltara sehingga menjadi salah satu faktor daya tarik bagi penduduk untuk
memilih tinggal di Kota Tarakan walaupun luas wilayahnya sangat sempit
dibandingkan wilayah lain. Hal ini pula yang perlu menjadi perhatian Pemerintah
Provinsi Kalimantan Utara untuk segera melakukan tindakan dalam melakukan
pemerataan persebaran jumlah maupun kepadatan penduduknya di seluruh wilayah
agar ke depannya dapat mengurangi tekanan penduduk di suatu daerah.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 20209
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Selanjutnya, sesuai hasil sensus
penduduk 2020 Provinsi Kalimantan
Utara yang dirilis oleh BPS Provinsi
Kalimantan Utara tercatat penduduk
Provinsi Kalimantan Utara pada bulan
September 2020 sebanyak 701.814 jiwa.
Terjadi penambahan sebesar 177.158
jiwa bila dibandingkan sensus penduduk
pada tahun 2010 atau dengan kata lain
jumlah penduduk di Kaltara terus
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,86 persen per tahun. Terjadi
penurunan laju pertumbuhan penduduk mencapai 5,19 persen bila dibandingkan dengan
tahun 2000-2010. Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Provinsi
Kalimantan Utara mencapai 69,95 persen. Sementara persentase penduduk lansia
di Provinsi Kalimantan Utara mencapai 3,39 persen. Terjadi peningkatan persentase
penduduk lansia sebesar 2,41 persen bila dibandingkan dengan tahun 2010. Rasio Jenis
Kelamin Provinsi di Kalimantan Utara mencapai 112. Artinya, dari 100 orang perempuan,
terdapat 112 orang penduduk laki-laki di Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini menunjukkan
bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Bila
dilihat menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara, sebesar 34,59 persen total
penduduk Provinsi Kalimantan Utara terkonsentrasi di Kota Tarakan, yaitu mencapai
242.786 jiwa.
Sebagaimana dibahas pada awal subbab ini, bahwa penduduk memiliki peran sebagai
subjek maupun objek dalam pembangunan dan perekonomian suatu wilayah. Dalam
hal ini penduduk sebagai subjek adalah pada lapangan kerja/usaha selaku pengusaha
maupun pekerja. Mata pencaharian utama penduduk Provinsi Kalimantan Utara adalah
pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Untuk mengetahui potensi
sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja, dapat dilihat dari proporsi pekerja
menurut lapangan kerja/usaha. Berdasarkan “Statistik Daerah Provinsi Kalimantan Utara
2020” yang disusun oleh BPS Provinsi Kalimantan Utara dinyatakan bahwa besaran
Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020
Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Kalimantan Utara 2010-2020
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202010
persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja pada sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan mencapai 30,54 persen pada Agustus 2019. Selain ketiga
sektor tersebut, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil
dan Sepeda Motor, dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib menyerap tenaga kerja cukup tinggi yaitu masing-masing sebesar 15,41
persen dan 10,38 persen. Sementara itu, sektor yang paling rendah dalam menyerap
tenaga kerja adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur
Ulang sebesar 0,25 persen.
1.3.3 Tantangan Geografi Wilayah
Provinsi Kalimantan Utara yang merupakan provinsi termuda di Indonesia memiliki
wilayah berupa daratan seluas ± 75.467,70 km2 dan berdasarkan batas kewenangannya
diketahui memiliki wilayah berupa lautan seluas ± 11.579 km2. Secara geografis, wilayah
Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan negara Malaysia bagian Sabah di sebelah
utara, sebelah timur berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah selatan berbatasan
dengan Provinsi Kalimantan Timur, dan di sebelah barat berbatasan dengan negara
Malaysia bagian Serawak. Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dengan wilayah
terluas di Provinsi Kalimantan Utara (56 persen dari total luas wilayah), sedangkan daerah
yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kota Tarakan yang hanya 1 persen dari total luas
wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Kondisi geografis Provinsi Kalimantan Utara sendiri
selain berupa pegunungan juga merupakan daerah kepulauan. Pulau-pulau kecil
tersebar hampir di seluruh daerah administratif dari Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Tana Tidung, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan. Pulau-pulau tersebut berjumlah
161 pulau dengan luas total mencapai ± 3.597 km2, dan untuk pulau-pulau besar antara
lain Pulau Tarakan dengan luas ± 249 km2, Pulau Sebatik ± 245 km2, Pulau Nunukan
± 233 km2, dan Pulau Tanah Merah ± 352 km2.
Atas dasar data-data geografis di atas, Provinsi Kalimantan Utara dinilai memiliki potensi
Sumber Daya Air yang sangat besar karena terdapat banyak sungai-sungai besar, mata
air yang banyak, dan rawa yang luas. Hal ini dapat bermanfaat bagi kesejahteraan dan
kehidupan penduduk Provinsi Kalimantan Utara, karena selain dijadikan sebagai media
transportasi air bagi masyarakat Sumber Daya Air pun sebagai sumber mata pencaharian
nelayan-nelayan tradisional maupun petani-petani tambak.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202011
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Namun dengan luasnya perairan di Provinsi Kalimantan Utara menyebabkan
perekonomian akan terpusat di permukiman penduduk yang mengelompok hanya pada
daerah daratan datar yang berkarakteristik perkotaan yang terjangkau moda transportasi
darat dan juga daerah sempadan sungai yang bergantung pada moda transportasi air.
Sedangkan untuk permukiman yang berada di wilayah pedesaan pada wilayah pegunung-
an/hutan akan terjadi disparitas perekonomian yang cukup tinggi dibanding wilayah
daratan datar, hal ini disebabkan harga komoditi akan lebih tinggi cenderung mahal
karena proses distribusi yang tergolong sulit dan membutuhkan biaya yang besar.
Dari kondisi geografis yang dimiliki Provinsi Kalimantan Utara tersebut di atas, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Utara menentukan arah perkembangan perkonomian nya berdasar-
kan karakteristik wilayah, yaitu:
a. Kota Tarakan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Aglomerasi perekonomian Provinsi
Kalimantan Utara akan terpusat/dipusatkan pada Kota Tarakan, dimana posisi Kota
Tarakan sebagai hub perdagangan di Provinsi Kalimantan Utara. Selain sebagai
hub perdagangan, Kota Tarakan pun memiliki sektor lain yang dapat menggeliatkan
perekonomian, yaitu sektor perhotelan dan restoran.
b. Tanjung Selor (masih berstatus wilayah dari Kabupaten Bulungan) sebagai pusat
pemerintahan berstatus kota. Penunjukan Tanjung Selor sebagai pusat pemerintah-
an yang berfungsi sebagai service city bagi wilayah sekitarnya yang cenderung jauh
dari pusat kegiatan ekonomi di Kota Tarakan.
c. Daerah perbatasan kawasan pedalaman sebagai garis pertahanan yang memiliki
ketahanan ekonomi yang cukup kuat. Posisi Provinsi Kalimantan Utara yang
berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga cocok dijadikan sebagai basis
pengembangan pertahanan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan dan
ancaman ketahanan maupun kedaulatan nasional.
d. Kawasan pedalaman sebagai basis produksi pertambangan, perkebunan dan
kehutanan dalam rangka penguatan ketahanan pangan. Industri pengolahan yang
masih minim di Provinsi Kalimantan Utara perlu didorong secara sporadis agar dapat
lebih mandiri dalam perekonomian dengan diolahnya hasil-hasil sumber daya alam
yang dimiliki baik hasil pertambangan, perkebunan, dan kehutanan.
e. Kawasan pesisir sebagai basis produksi pertanian, perikanan, dan perdagangan.
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202012
Kawasan pesisir didukung dengan kondisi geografis yang mayoritas berada di daratan
akan lebih cepat potensi perkembangannya, sehingga dari sektor pertanian dan
perikanan yang menjadi unggulan Provinsi Kalimantan Utara dari hasil buminya
akan ditopang dengan distribusi yang cenderung mudah dijangkau sehingga akan
mendorong kegiatan perdagangan di wilayah pesisir tersebut.
f. Heart of Borneo (HoB) sebagai kawasan konservasi. Penetapan sebagian kawasan
hutan di Provinsi Kalimantan Utara sebagai HoB memberikan implikasi pengendalian
dimana kawasan hutan di dalamnya sebagai kawasan konservasi yang harus
dikendalikan pemanfaaatannya. Pemanfaatan kawasan konservasi diharapkan dapat
dijadikan bagian dari agenda internasional dalam penelitian keanekaragaman flora
fauna dan kekayaan alam di dalamnya, ataupun sebagai ajang promosi Provinsi
Kalimantan Utara dalam memperkenalkan konservasi hutan tropis di wilayah
Kabupaten Malinau (Taman Nasional Kayan Mentarang), dan juga dimanfaatkan
sebagai ecotourism.
1.3.4 Tantangan Daerah Sebagai Dampak Covid-19
Memasuki awal tahun 2020, Pemerintah dan masyarakat global harus menghadapi
tantangan baru berupa pandemi Covid-19 yang meluas hingga ke tanah air dan seluruh
pelosok daerah. Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat dan luas menyebabkan
sebagian besar daerah harus melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar/Mikro
(PSBB/M). Dampak pandemi Covid-19 tidak saja membahayakan kesehatan namun
juga berpotensi membahayakan kondisi sosial masyarakat, perekonomian nasional
dan daerah, dan stabilitas sistem keuangan. Terjadinya pelemahan di berbagai sektor
perekonomian karena adanya PSBB/M akan berdampak terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat, menjadikan hal ini sebagai kondisi yang extraordinary sehingga memerlukan
penanganan dan langkah kebijakan yang extraordinary namun tetap akuntabel.
Dampak-dampak tersebut dirasakan oleh seluruh daerah di Indonesia, termasuk
Kalimantan Utara (disingkat Kaltara), meskipun tidak separah di daerah lain. Penurunan
aktivitas masyarakat, penurunan jumlah penumpang transportasi umum, penurunan
jumlah wisatawan khususnya mancanegara, penurunan tingkat okupansi hotel, dan
dampak-dampak lainnya juga dialami di wilayah Kaltara.
Covid-19 telah menyebar di seluruh daerah di Indonesia, termasuk Kaltara. Pemerintah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202013
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Provinsi Kaltara secara resmi mengumumkan kasus positif Covid-19 pertama kali di
wilayah ini yaitu pada tanggal 27 Maret 2020, atau menjelang berakhirnya triwulan I
2020. Sejak saat itu jumlah kasus Covid-19 kemudian semakin meningkat. Berdasarkan
data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara, s.d. tanggal 12 Januari 2021 jumlah
kasus Covid-19 di Provinsi Kaltara, yaitu kasus positif sebanyak 5.148 kasus, dimana
3.224 pasien berhasil sembuh dan 68 pasien meninggal.
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara
Grafik 1.2 Sebaran Jumlah Kasus Konfirmasi di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Utara
Berdasarkan grafik 1.2 dapat diketahui bahwa seluruh wilayah kabupaten/kota di Provinsi
Kaltara telah terdampak kasus Covid-19. Kota Tarakan menjadi daerah terbanyak
kasus konfirmasi dengan 2.765 kasus, diikuti oleh Kab. Bulungan sebanyak 1.227
kasus, Kab. Nunukan sebanyak 746 kasus, Kab. Malinau sebanyak 317 kasus, dan
terakhir Kab. Tana Tidung sebanyak 93 kasus. Hal ini wajar mengingat Kota Tarakan
menjadi pusat transportasi di Provinsi Kaltara yang menjadi pintu masuk ke provinsi ini.
Pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota telah
melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas di
Kaltara, mulai dari pemberlakuan kebijakan social/physical distancing, work & school
from home, penyediaan tempat karantina di setiap daerah, penjagaan ketat di tempat-
tempat keramaian, serta khusus Kota Tarakan diberlakukan PSBB sebanyak 2 kali. Upaya
ini telah berhasil menekan angka penyebaran Covid-19, namun demikian pemerintah
daerah harus tetap waspada mengingat tren jumlah kasus konfirmasi kembali
meningkat.
Menindaklanjuti hal tersebut di atas, sebagaimana informasi pada situs coronainfo.kaltara-
prov.go.id., Pemda Provinsi Kalimantan Utara mengalokasikan anggaran melalui realo-
kasi dan refocusing anggaran APBD senilai lebih dari Rp39 miliar dan akan bertambah
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202014
menjadi Rp60,9 miliar. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pemberitahuan Nomor
900/0443/BPKAD/GUB tentang Perubahan Pergub Kaltara Nomor 48 Tahun 2019 tentang
Perubahan Penjabaran APBD TA 2020 tanggal 30 Maret 2020.
Selain itu, Pemda Provinsi Kalimantan Utara pun melakukan penyesuaian terhadap
RKPD Tahun 2020 dengan menetapkan Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
36 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor
24 Tahun 2019 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Utara
Tahun 2020.
Rencana kerja program dan kegiatan dalam perubahan RKPD Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2020 pada prinsipnya tidak mengalami perubahan dalam hal nomenklatur
program dan kegiatan, tetapi perubahan dilakukan untuk pergeseran prioritas program
dan kegiatan yang difokuskan pada:
1. Peningkatan jangkauan, kualitas dan kuantitas pelayanan Kesehatan masyarakat
2. Peningkatan dan pemulihan sektor perekonomian masyarakat
3. Penguatan jaring pengaman sosial masyarakat
4. Pembangunan sarana dan prasarana bagi pelayanan kesehatan, percepatan
pemulihan ekonomi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
5. Pelaksanaan pembangunan dengan pelibatan masyarakat lokal.
Pemetaan program dan kegiatan dalam perubahan RKPD tahun 2020 dilakukan dengan
memperhatikan kebijakan dalam hal pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
pelaksanaan mandatory spending, dan kebijakan nasional yang tertuang dalam regulasi
yang ada.
Anggaran digunakan untuk tiga prioritas utama, pertama untuk penanganan kesehatan be-
rupa pengadaan alat kesehatan, obat, penanganan pasien, penyiapan ruang isolasi, APD.
Kedua, untuk penanganan dampak sosial dan ekonomi berupa bantuan untuk penumbu-
han ekonomi. Ketiga, untuk jaring pengaman sosial bagi warga terdampak berupa bantuan
sosial. Di samping itu anggaran dialokasikan untuk pencegahan dan pengamanan, ter-
masuk biaya warga yang diisolasi.
Pemerintah daerah di Kaltara memberikan prioritas yang tinggi pada penanganan
Kesehatan. Hal ini terlihat dari besarnya alokasi pada sektor prioritas tersebut,
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202015
Bab I Sasaran Pembangunan dan Tantangan Daerah
yaitu sekitar 66,75 persen dari keseluruhan anggaran yang dialokasikan untuk
penanganan Covid-19. Pemda merasa perlu melakukan berbagai terobosan dalam
menangani kesehatan seperti pengadaan alat PCR, dan juga kegiatan-kegiatan seperti
testing, tracing, dan treatment bagi masyarakat. Selain itu, pemda juga aktif melakukan
beragam kegiatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) seperti BPBD bekerja sama dengan unit lain yang terkait, aktif melaksanakan
instruksi Gubernur Kalimantan Utara sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur
No. 33 Tahun 2020 tentang Pedoman Adaptasi Kebiasaan Baru dan Penerapan Disiplin.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan, antara lain sosialisasi, razia, dan penegakan
sanksi disiplin bagi yang melanggar.
Pada sektor Jaring Pengaman Sosial (Social Safety Net), pemerintah daerah khususnya
Pemprov Kalimantan Utara melaksanakan beberapa program seperti Bansos yang Tidak
Terencana yang menyasar 26.245 KK. Selain itu juga diberikan hibah kepada
masyarakat untuk klaim rumah sakit dalam rangka penanganan Covid-19. Pemda juga
melaksanakan program bantuan sembako kepada kelompok masyarakat yang tidak
mendapatkan alokasi bantuan dari pemerintah pusat yang meliputi PKH, BPNT, dan
BST. Kelompok masyarakat ini disasar karena biasanya tidak masuk dalam Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) setempat.
Pada sektor Pemulihan Ekonomi, Pemda khususnya Pemprov Kalimantan Utara
melaksanakan beberapa program yang menyasar sektor UMKM, Perikanan, Pertanian
serta sektor lain yang langsung berhubungan dengan kebutuhan ekonomi masyarakat.
Kegiatan yang dilaksanakan seperti Hibah kepada UMKM, Subsidi Ongkos Angkut (SOA)
Penumpang dan Barang, Penanggulangan Kemiskinan Bidang Perikanan Tangkap,
dan Bantuan Sarana Prasarana Pemberdayaan Ekonomi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil,
serta program-program lainnya untuk pemulihan ekonomi masyarakat Kaltara.
Kebijakan yang kemudian diturunkan menjadi program 3 sektor prioritas sangat
diharapkan dapat membantu pemulihan perekonomian di Kaltara.
BAB IIPERKEMBANGAN DAN
ANALISIS EKONOMI
REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202016
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
2.1. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL
2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul
dari seluruh sektor perekonomian di daerah tersebut. Tujuan perhitungan PDRB untuk
memberikan informasi yang dapat menggambarkan kinerja perekonomian daerah,
membantu pembuatan kebijakan daerah atau perencanaan, dan evaluasi hasil
pembangunan.
a. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)
Ekonomi Kaltara sepanjang tahun 2020 yang diukur melalui laju pertumbuhan
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tercatat mengalami kontraksi
sebesar 1,11 persen, masih sedikit lebih baik jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi
nasional yang terkontraksi sebesar 2,07 persen. Penurunan kinerja ekonomi pada
tahun 2020 merupakan kondisi yang tidak terhindarkan sebagai dampak pandemi
Covid-19. Secara nominal, ekonomi Kaltara berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku tahun 2020 mencapai Rp 100,54 triliun. Dengan kinerja tersebut PDRB
per kapita di Kaltara pada tahun 2020 mencapai Rp130,83 juta. Meski secara
spasial kontribusi Kaltara terhadap PDRB Pulau Kalimantan masih menjadi yang
terkecil, namun tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai pada periode 2020
menjadi yang tertinggi diantara provinsi lainnya serta konsisten di atas laju
pertumbuhan ekonomi nasional sejak 2017.
Laju pertumbuhan ekonomi di regional Kaltara tahun 2020, masih berada dibawah
target pertumbuhan ekonomi yang telah mengalami penyesuaian pada RKPD
Perubahan tahun 2020 yaitu dalam kisaran 4,8 - 5,2 persen.
Grafik 2.1 Perkembangan PDRB Kaltara dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kaltara dan Nasional (c to c) Tahun 2015-2020
Grafik 2.2 Laju Pertumbuhan dan Distribusi Ekonomi Kalimantan (c to c) Tahun 2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202017
Dari sisi Lapangan Usaha, meskipun Lapangan
Usaha dengan pangsa terbesar, yaitu
Pertambangan dan Penggalian masih
mengalami tekanan, namun kinerja positif
sebagian besar Lapangan Usaha mampu
menahan kontraksi perekonomian yang lebih
dalam. Dilihat dari sumber pertumbuhannya,
laju pertumbuhan ekonomi Kaltara tahun
2020 ditopang oleh andil positif Lapangan
Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
yang mencapai 0,73 persen. Kinerja positif
Lapangan Usaha ini didorong oleh peningkatan produksi Padi dan Jagung serta
kegiatan perkebunan Kelapa Sawit yang mulai pulih pada akhir tahun 2020. Selain
itu, Lapangan Usaha yang turut berkontribusi menahan laju kontraksi perekonomian
Kaltara yang lebih dalam adalah Informasi dan Komunikasi dengan andil 0,20 persen,
Jasa Pendidikan dengan andil 0,15 persen serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
dengan andil 0,11 persen. Pertambangan dan Penggalian yang meski tumbuh
melambat, namun tetap memberi andil positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Kaltara di tahun 2020. Masih rendahnya Harga Batubara Acuan di tahun
2020 menyebabkan penurunan produksi batu bara sebagai komoditas utama
Kaltara sehingga menahan laju pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan
Penggalian.
Dari sisi pengeluaran, perekonomian Kaltara tahun 2020 masih ditopang kinerja
komponen ekspor yang tetap tumbuh positif ditengah komponen lain yang mengalami
kontraksi. Nilai ekspor Kaltara pada periode pelaporan masih mengalami peningkatan
meskipun mengalami perlambatan. Di sisi lain, upaya pemerintah untuk menekan
laju penyebaran Covid-19 melalui pembatasan aktivitas fisik dan sosial terutama
pada semester I 2020 menyebabkan kinerja komponen PMTB terkontraksi paling
dalam sepanjang tahun 2020.
Grafik 2.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kaltara Menurut Lapangan Usaha Utama (%) Tahun 2018-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202018
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
b. Nominal PDRB
1) PDRB Menurut Pengeluaran
Struktur PDRB Kaltara tahun 2020 dari sisi pengeluaran tidak mengalami perubahan
yang signifikan dari periode tahun-tahun sebelumnya yang didominasi oleh
komponen Net Ekspor dan PMTB dengan kontribusi total komponen tersebut yang
mencapai 63,75 persen terhadap PDRB. Jika mencermati tingkat pertumbuhan
dari kedua kontributor terbesar pada ekonomi Kaltara tersebut, hanya komponen
Ekspor yang mampu tumbuh positif sebesar 1,58 persen dari tahun 2019 (c-to-c).
Sedangkan kinerja komponen PMTB mengalami penurunan sebesar 3,04 persen
jika dibandingkan dengan capaian pada tahun 2019 (c-to-c).Tabel 2.1
Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun 2020 (Miliar Rp)
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Meskipun tumbuh tipis secara kumulatif sepanjang tahun 2020, kinerja Ekspor
mampu menopang ekonomi Kaltara sehingga terhindar dari kontraksi yang lebih
dalam. Kinerja positif komponen Ekspor ditengah pandemi Covid-19, dipengaruhi
oleh adanya pelonggaran kebijakan PSBB menjelang akhir triwulan II 2020,
sehingga mampu memicu pulihnya aktivitas ekspor seiring dengan permintaan
negara-negara tujuan Ekspor yang juga mulai membaik. Komoditas utama ekspor
Kaltara masih bersumber dari barang tambang terutama batu bara.
Laju pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah yang turun dari 3,48 persen
pada tahun 2019 menjadi minus 1,87 persen di tahun 2020, dipengaruhi oleh
langkah penyesuaian kebijakan fiskal Pemerintah agar APBN dan APBD tetap
berkesinambungan dan menjadi instrumen penting dalam mendorong penanganan
dan pemulihan dampak pandemi Covid-19. Target pendapatan dalam APBN/
APBD 2020 mengalami penyesuaian sebagai respon terhadap tantangan
perekonomian yang mengalami tekanan. Namun disaat yang sama Pemerintah
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202019
melakukan refocusing dan realokasi Belanja pada 3 (tiga) prioritas, yaitu Belanja
Sektor Kesehatan, Perlindungan Sosial, dan Pemulihan Ekonomi.
2) PDRB Menurut Lapangan Usaha
Untuk mengetahui kontribusi dari sektor-sektor yang menjadi penggerak ekonomi
regional, dapat dilihat melalui PDRB sisi lapangan usaha. Pada tahun 2020,
PDRB regional Kaltara masih didominasi oleh lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian dengan nilai yang mencapai Rp 15,66 triliun turun sebesar 6,81 persen
dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp16,80 triliun. Penurunan kinerja
lapangan usaha ini dipengaruhi oleh produksi subsektor utama pertambangan
yaitu batu bara yang terkontraksi sebesar 10,21 persen dari produksi tahun 2019
akibat pandemi Covid-19. Masih terbatasnya permintaan negara-negara tujuan
ekspor yang telah memberlakukan pelonggaran aktivitas fisik dan sosial ditengah
pandemi menyebabkan produksi batu bara Kaltara sepanjang 2020 mengalami
tekanan.Tabel 2.2
PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK (Triliun Rp)
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Berbeda halnya dengan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian yang
mengalami tekanan cukup dalam pada tahun 2020, lapangan usaha terbesar
kedua di Kaltara yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mampu tumbuh positif
sebesar 4,27 persen dari Rp10,47 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 10,92 triliun
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202020
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
pada tahun 2020. Kinerja positif lapangan usaha ini bersumber dari subsektor
produksi perkebunan tahunan yang tumbuh sebesar 12,23 persen dari tahun
2019, dengan komoditas utamanya adalah kelapa sawit. Melihat potensinya yang
berhasil tumbuh positif sepanjang tahun 2020 di tengah Pandemi, lapangan usaha
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tentunya memerlukan perhatian yang lebih
fokus terutama dari pemerintah daerah agar ke depan dapat menjadi sektor
unggulan yang menggantikan basis ekonomi Kaltara dari Sumber Daya Alam
yang tidak terbarukan.
Lapangan usaha dengan kontribusi terbesar berikutnya di Kaltara adalah Lapangan
Usaha Konstruksi yang juga tumbuh positif sebesar 0,25 persen dari kinerja tahun
2019, disusul kemudian Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor yang tumbuh sebesar 0,42 persen dari tahun 2019.
Sejumlah kebijakan pemerintah untuk mendukung pemulihan para pelaku usaha
utamanya UMKM yang terdampak pandemi Covid-19 melalui program Subsidi
Bunga Pembiayaan serta Insentif Perpajakan turut mendorong lapangan usaha
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mencatatkan
kinerja yang menggembirakan.
c. PDRB PerkapitaGrafik 2.4 Perkembangan PDRB Perkapita ADHB Nasional-Kaltara Tahun 2015-2020
Tren pendapatan rata-rata penduduk di
Kaltara terus mengalami peningkatan
sejak tahun 2015, bahkan pada situasi
ekonomi yang mengalami tekanan pada
tahun 2020. PDRB per kapita Kaltara
tahun 2020 sebesar Rp130,83 juta
tercatat meningkat sebesar 0,35 persen
dari tahun 2019 yang sebesar Rp130,07
juta. Kondisi ini disebabkan oleh PDRB ADHB Kaltara pada tahun 2020 sebesar
Rp100,54 triliun, naik dari tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp96,54 triliun. Tren
kenaikan pada PDRB perkapita di Kaltara tahun 2020 berbanding terbalik dengan
kondisi nasional yang turun sebesar 3,72 persen. Penurunan PDB per kapita nasional
tersebut tentunya dipengaruhi nilai PDB tahun 2020 yang terkontraksi dibandingkan
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202021
tahun 2019. Pada periode 2015-2020, PDRB per kapita di Kaltara senantiasa tercatat
lebih tinggi dibandingkan nasional dengan selisih rata-rata yang mencapai Rp 61,98
juta. Hal ini cukup wajar mengingat jumlah penduduk di Kaltara yang berdasarkan hasil
sensus penduduk tahun 2020 masih tercatat sebagai yang terendah di Indonesia
sebesar 701.814 jiwa.
Angka PDRB per kapita di masing-masing
kabupaten/kota seluruhnya juga
mengalami kenaikan pada periode 2015-
2019. Pendapatan per kapita tertinggi
dalam kurun waktu tersebut masih
tercatat di Kabupaten Tana Tidung, yang
pada tahun 2019 rata-rata pendapatan
penduduk di kabupaten tersebut mencapai Rp200,02 juta atau meningkat sebesar
Rp7,14 juta dari tahun 2018. Rata-rata pendapatan penduduk di Kabupaten Tana
Tidung yang terlihat cukup timpang dengan kabupaten-kota lainnya di Kaltara, lebih
dikarenakan jumlah penduduk di Kabupaten Tana Tidung merupakan yang terkecil
di Kaltara.
2.1.2 Suku Bunga
Sepanjang tahun 2020, Pemerintah
bersama Bank Indonesia bersinergi
melalui sejumlah kebijakan
extraordinary dalam menghadapi
dampak pandemi Covid-19 yang
dapat membahayakan stabilitas
ekonomi dan keuangan negara.
Pemerintah melalui kebijakan fiskal dengan APBN sebagai instrumen utama ditopang
oleh kebijakan dari sisi moneter yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang salah satunya
adalah penyesuaian tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.
Sebagai respon atas ancaman krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19,
Bank Indonesia selaku otoritas moneter melakukan pemangkasan suku bunga acuan
Grafik 2.5 PDRB per Kapita Per Kabupaten/Kota se-Kaltara (Juta Rp)
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Grafik 2.6 BI7DRR, Suku Bunga Kredit, SBDK Perbankan Kaltara dan Inflasi Tahun 2020
Sumber: BPS dan KPwBI Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202022
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Inflasi Kaltara pada tahun 2020
tercatat sebesar 1,32 persen, lebih
rendah dibandingkan dengan tingkat
inflasi tahun 2019 yang lalu. Tingkat
inflasi tersebut juga masih berada
di bawah inflasi nasional yang tercatat
sebesar 1,68 persen. Tingkat inflasi
yang tercatat di tahun 2020 baik
secara nasional maupun regional
Kaltara merupakan yang terendah
sejak tahun 2015.
sepanjang tahun 2020. Pemangkasan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia tercatat
sebanyak 5 kali, sehingga suku bunga acuan pada bulan Januari yang tercatat sebesar
5 persen menjadi hanya sebesar 3,75 persen atau turun sebanyak 125 basis poin.
Pemangkasan tersebut dilakukan untuk menstimulus perekonomian yang mengalami
tekanan akibat demand dan supply yang menurun sekaligus mengendalikan inflasi sesuai
kisaran targetnya yaitu sebesar 3 persen (±1).
Meskipun belum dapat mengembalikan tingkat inflasi ke level target, kebijakan
pemangkasan suku bunga BI7DRR terlihat mampu memperbaiki tingkat permintaan yang
tercermin dari kecenderungan laju inflasi yang meningkat pada periode semester II 2020
baik ditingkat Nasional maupun Kaltara setelah laju pada semester I 2020 cenderung
mengalami penurunan.
Kebijakan untuk menurunkan BI7DRR juga diharapkan mampu menopang sisi supply
melalui ekspansi penyaluran kredit oleh perbankan. Oleh karena itu, penurunan BI7DRR
seyogyanya juga diikuti oleh penurunan tingkat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) oleh
perbankan. Melihat tren SBDK perbankan Kaltara pada tahun 2020, terlihat kesesuaian
hingga akhir triwulan III 2020, namun terjadi kondisi yang berkebalikan pada triwulan
akhir 2020 dimana SBDK perbankan Kaltara mengalami kenaikan pada bulan Oktober
dan kembali turun pada bulan November dan Desember.
2.1.3 InflasiGrafik 2.7 Laju Inflasi Tahunan Nasional Kaltara 2015-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202023
Secara m-to-m pada tahun 2020, Kaltara mengalami deflasi sebanyak 4 kali, pada
bulan Maret tercatat deflasi terendah yang mencapai 0,46 persen karena merupakan
momen awal implementasi kebijakan pembatasan mobilitas skala besar oleh Pemerintah
sehingga salah satu komponen IHK yaitu transportasi memberikan andil deflasi yang
terbesar. Sebaliknya, inflasi yang tertinggi pada tahun 2020 di Kaltara terjadi pada bulan
Juni yang tercatat meningkat sebesar 0,88 persen dari bulan Mei. Tren kenaikan inflasi
pada bulan Juni memiliki kesamaan dengan laju inflasi tingkat nasional, namun tercatat
lebih rendah dari Kaltara. Meski masih terbatas, aktivitas ekonomi dan sosial yang mulai
dilonggarkan pada akhir semester I 2020 seiring dengan penerapan adaptasi kebiasaan
baru untuk pemulihan ekonomi mendorong laju inflasi pada bulan Juni mengalami
peningkatan.
Grafik 2.8 Inflasi Nasional dan Regional Kaltara Tahun 2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Merujuk pada RPJMD Provinsi Kalimantan
Utara tahun 2016-2021 serta RKPD
Perubahan tahun 2020, tingkat pencapaian
inflasi dalam kurun waktu 2016-2020 cukup
terkendali di bawah asumsi yang sudah
ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi
Kalimantan Utara.
Melalui penguatan empat pilar strategi
yang mencakup keterjangkauan harga,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif, pengendalian inflasi
oleh Tim PengendaIi Inflasi Daerah Kaltara pada masa pandemi berjalan cukup efektif.
Grafik 2.9 Target dan Realisasi Inflasi Kaltara 2016-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202024
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
2.1.4 Nilai Tukar
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sepanjang tahun 2020 secara
rata-rata adalah Rp14.582 per USD, mengalami pelemahan dibanding rata-rata
pergerakan nilai tukar tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp14.148 per USD. Pergerakan
rupiah secara rata-rata bulanan di tahun 2020 mengalami tekanan yang cukup dalam
pada saat memasuki akhir triwulan I hingga awal triwulan II, dimana nilai tukar rupiah
per USD terdepresiasi menjadi Rp15.867 pada bulan April lebih tinggi dari asumsi makro
dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020 Tentang Perubahan Penjabaran APBN T.A. 2020
yang ditetapkan sebesar Rp15.300.
Grafik 2.10 Nilai Tukar USD Terhadap Rupiah 2019-2020 (rata-rata bulanan)
Nilai tukar Rupiah terhadap USD mengalami penguatan dari bulan Mei hingga Juni dan
kembali terdepresiasi ketika memasuki triwulan III namun dengan nilai tukar rata-rata
bulanan yang tidak setinggi triwulan I. Nilai tukar Rupiah akhirnya kembali menguat
sepanjang triwulan IV dan mengalami apresiasi tertinggi pada diakhir tahun sebesar
Rp14.165, meski belum kembali ke posisi awal tahun 2020.
Fluktuasi nilai tukar Rupiah tentunya berpengaruh terhadap kondisi Ekspor dan Impor
suatu wilayah. Nilai Rupiah yang terdepresiasi pada bulan Februari hingga April
mendorong kinerja Ekspor Kaltara tercatat masih tumbuh positif hingga negara-negara
tujuan ekspor komoditas utama Kaltara memberlakukan lockdown sejak bulan Maret
2020.
2.2. INDIKATOR KESEJAHTERAAN
Tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun di daerah
adalah untuk mewujudkan keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata. Untuk itu, selain indikator ekonomi,
informasi terkait indikator pembangunan suatu regional tertentu juga diperlukan untuk
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202025
mengukur dampak dan efektivitas kebijakan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan.
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan sebagai ukuran yang
menggambarkan meningkatnya kualitas hidup masyarakat yang tercermin ke dalam 3
aspek, yaitu akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pendapatan yang layak.Tabel 2.3
Perkembangan Dimensi IPM Kaltara 2018-2019
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Tren kenaikan angka IPM Kaltara terhenti pada tahun 2020 yang tercatat turun sebesar
0,52 poin menjadi 70,63. Indikator perekonomian yang mengalami kontraksi karena
pengaruh pandemi Covid-19 tentunya juga berdampak pada penurunan angka IPM
sebagai salah satu cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan dimensi
pembentuknya, penurunan IPM Kaltara tahun 2020 sangat dipengaruhi oleh penurunan
rata-rata pengeluaran per kapita yang disesuaikan dari Rp 9,34 juta menjadi Rp8,76 juta.
Grafik 2.11 Perkembangan Dimensi IPM Kaltara 2018-2019
Meskipun ekonomi Kaltara memiliki kontribusi yang terkecil terhadap PDRB Pulau
Kalimantan, namun angka IPM Kaltara tidak mencatatkan hal yang sama. IPM Kaltara
dalam 5 tahun terakhir tercatat lebih tinggi dibandingkan IPM Kalbar yang memiliki kontribusi
terbesar kedua terhadap PDRB Pulau Kalimantan. Dari 5 provinsi di Pulau Kalimantan,
tercatat hanya IPM tahun 2020 di Kalsel, Kalbar, dan Kalteng yang mengalami peningkatan
dari tahun 2019 serta sejalan dengan peningkatan IPM secara nasional. Secara spasial
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202026
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
di regional Kaltara, angka IPM tahun 2020 di seluruh kabupaten/kota mengalami
penurunan dengan komposisi yang masih sama dengan tahun 2019, dengan IPM tertinggi
berada di Kota Tarakan, sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Nunukan.
Meski secara umum mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh kinerja perekonomian
yang terkontraksi akibat pandemi Covid-19, IPM Tahun 2020 di Kaltara masih berada
pada level tinggi. Kondisi ini didukung oleh komponen UHH dan HLS yang tetap mampu
tumbuh positif di tengah pandemi sekaligus mengindikasikan upaya Pemerintah melalui
instrumen Belanja Sektor Pendidikan dan Kesehatan pada APBN/APBD menunjukkan
pengaruh positif.
2.2.2 Tingkat KemiskinanGrafik 2.12 Tingkat Kemiskinan Kaltara 2015-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Persentase angka kemiskinan merupakan
cerminan keberhasilan pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat di suatu
daerah. Ekonomi Kaltara yang
terkontraksi karena dampak pandemi
Covid-19 pada tahun 2020 secara
langsung mengakibatkan jumlah
penduduk miskin meningkat sebanyak 4,09 ribu orang atau 0,92 persen dari periode
yang sama pada pada tahun 2019. Tingkat kemiskinan di Kaltara pada posisi September
2020 sebesar 7,41 persen tercatat lebih rendah dibandingkan tingkat kemiskinan secara
nasional yang mencapai 10,19 persen namun menjadi yang tertinggi sejak Maret 2015.
Berdasarkan daerah tempat tinggal,
tingkat kemiskinan di Kaltara dalam 3
tahun terakhir masih berpusat di
wilayah pedesaan. Hal ini sekaligus
mencerminkan bahwa masih terjadi
disparitas kesejahteraan yang cukup
tinggi antara wilayah perkotaan dengan
pedesaan di Kaltara. Selain itu, persentase
kenaikan tingkat kemiskinan di desa
pada September 2020 dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar
Grafik 2.13 Tingkat Kemiskinan Menurut Perkotaan dan Pedesaan 2018-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202027
1,07 persen juga lebih tinggi dari perkotaan yang tercatat sebesar 0,88 persen.
Disisi lain, garis kemiskinan mengalami
kenaikan bahkan tercatat lebih tinggi
dibandingkan 2 (dua) tahun sebelumnya,
disebabkan oleh kenaikan sejumlah harga
komoditi pokok masyarakat baik dari kelompok
makanan maupun non makanan. Komoditas
makanan menjadi penyumbang terbesar garis
kemiskinan baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan masing-masing sebesar 73,6
persen dan 72,5 persen. Kenaikan garis kemiskinan, menjadi salah satu faktor penye-
bab naiknya jumlah penduduk miskin apabila disaat yang sama pengeluaran per kapita
masyarakat mengalami kondisi sebaliknya. Tabel 2.5Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan 2019-2020
Tabel 2.4Garis Kemiskinan Kaltara 2018-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Selain memperhatikan jumlah dan
tingkat kemiskinan, pengukuran
kemiskinan juga perlu melihat
pergerakan kondisi Kedalaman
dan Keparahan dari kemiskinan.
Pada periode September 2019 –
September 2020, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang menunjukkan
rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan,
secara total mengalami penurunan dari 1,12 menjadi 0,589. Sejalan dengan indeks
P1, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami penurunan dari 0,269 menjadi
0,186.
Meskipun jumlah dan persentase kemiskinan mengalami peningkatan pada tahun 2020,
namun Indeks P1 dan P2 menunjukkan kondisi sebaliknya. Hal ini mengindikasikan
upaya pemerintah dalam merespon dampak pandemi Covid-19 melalui stimulus fiskal
dalam bentuk perlindungan sosial terimplementasi secara efektif untuk melindungi daya
beli serta pemenuhan kebutuhan pokok kelompok masyarakat miskin dan terdampak
Covid-19.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202028
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Tingkat ketimpangan atau kesenjangan
pendapatan antar penduduk di Kaltara
yang tercermin melalui Gini Ratio pada
September 2020 sebesar 0,300,
mengalami kenaikan sebesar 0,008 poin
dari angka Gini Ratio pada periode
yang sama tahun 2019 serta lebih baik
dari rata-rata secara nasional yang
mencapai 0,399. Indikasi pelebaran tingkat ketimpangan ini selaras dengan persentase
penduduk miskin di Kaltara yang juga meningkat dari 6,63 persen (September 2019)
menjadi 7,41 persen (September 2020).
Jika dilihat berdasarkan sebaran wilayahnya dalam 3 tahun terakhir, kesenjangan
distribusi pendapatan di Kaltara dominan terjadi pada masyarakat di perkotaan. Selain
itu, Gini Ratio di Kaltara berdasarkan wilayah yang turun tipis baik di perkotaan
maupun di perdesaan, tidak diikuti oleh Gini Ratio gabungan antara perkotaan
dan pedesaan yang justru mengalami kenaikan pada periode pelaporan.
2.2.3 Tingkat Ketimpangan (Gini Ratio)
Gini Ratio merupakan salah satu indikator untuk
mengukur tingkat distribusi pendapatan
masyarakat, dimana semakin tinggi koefisien
Gini Ratio (mendekati 1) menunjukkan
ketimpangan yang besar antara penduduk.
Dalam kondisi ideal, ekonomi di suatu wilayah
yang tumbuh tinggi berdampak terhadap
penurunan koefisien Gini Ratio (mendekati
0). Hal tersebut menunjukkan bahwa
hasil pembangunan dinikmati oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Grafik 2.14 Gini Ratio Menurut Provinsi Tahun 2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Grafik 2.15 Gini Ratio Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202029
2.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran
Perekonomian Kaltara yang terkontraksi sepanjang tahun 2020 berdampak negatif pada
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang mengalami kenaikan dari 4,49 persen pada
Agustus 2019 menjadi 4,97 persen pada Agustus 2020. Hal ini berarti terjadi kenaikan
angka pengangguran yang mencapai 2.228 orang dari Agustus 2019 sehingga total
pengangguran di Kaltara pada Agustus 2020 tercatat sebanyak 17.290 orang, dimana
TPT di perkotaan lebih tinggi 2,01 persen dibandingkan pedesaan.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sepanjang tahun 2020 menyebabkan sebanyak 71.455
orang penduduk usia kerja Kaltara terdampak, dimana 3.160 orang menjadi Pengang-
guran, 1.141 orang Bukan Angkatan Kerja, 4,267 orang Sementara tidak bekerja, dan
yang paling dominan sebanyak 62.887 orang Bekerja dengan pengurangan jam kerja.
Grafik 2.16 Komposisi Tingkat Pengangguran Terbuka di Kaltara 2017-2020
Pada tingkat nasional, angka TPT di Kaltara masih berada di bawah TPT nasional yang
mencapai 7,07 persen. Sedangkan secara spasial di regional Kaltara, angka TPT tertinggi
dicatatkan Kota Tarakan sebesar 5,86 persen, lebih tinggi dari rata-rata TPT Provinsi
Kaltara tahun 2020. Sebaliknya, Kabupaten Nunukan tetap menjadi daerah dengan TPT
yang terendah di Kaltara sebesar 4,14 persen. Adapun di Kabupaten Malinau, tercatat
sebagai daerah dengan laju peningkatan TPT yang tertinggi dari 3,99 persen (Agustus
2019) melonjak menjadi 5,08 persen (Agustus 2020).
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Grafik 2.17 Struktur Status Pekerjaan di Kaltara 2018-2020 (%)
Komposisi status pekerjaan di Kaltara pada tahun
2020 mengalami perubahan dibandingkan 2
tahun sebelumnya, dimana Pekerja Informal
mendominasi sebesar 50,93 persen
dibandingkan Pekerja Fomal sebesar 49,07
persen. Meningkatnya pekerja di sektor Informal
pada tahun 2020 dipengaruhi oleh jumlah pekerja Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202030
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
pada lapangan usaha Pertanian dan lapangan usaha Perdagangan yang tetap tumbuh
ditengah pandemi Covid-19 masing-masing sebesar 0,16 persen dan 2,17 persen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan Kaltara pada periode
pelaporan antara lain, efektivitas penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional
utamanya dari sisi supply sebagai bantalan bagi kelompok masyarakat yang terdampak
Covid-19 berupa Subsidi Bunga Pembiayaan UMKM, BPUM, Kartu Prakerja,
Pelaksanaan Program Padat Karya.
2.2.5 Nilai Tukar Petani
Nilai tukar petani merupakan rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan
indeks harga yang dibayar petani dan menjadi salah satu indikator untuk mengukur
tingkat kesejahteraan petani.
Grafik 2.18 Nilai Tukar Petani di Kaltara 2018-2020 (%)
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Grafik 2.19 Nilai Tukar Petani Per Subsektor 2019-2020 (%)
Secara rata-rata, NTP Kaltara pada tahun 2020 mencapai 102,75, meningkat signifikan
dibandingkan pada tahun 2019 sebesar 100,81 dan tahun 2018 sebesar 100. Dalam skala
nasional, NTP Kaltara baik bulanan maupun tahunan 2020 tercatat lebih tinggi dibandingkan
NTP di tingkat nasional. Pola pergerakan NTP secara bulanan pada semester I 2020 di
Kaltara mengalami penurunan hingga pada bulan Juni tercatat NTP yang terendah
sepanjang tahun 2020. Pola pergerakan NTP tersebut mengalami perbedaan
dibandingkan periode yang sama 2 tahun sebelumnya yang cenderung meningkat dari
awal tahun hingga menjelang akhir semester I. Kenaikan NTP tahun 2020 secara
umum dipengaruhi oleh NTP Tanaman Perkebunan yang tumbuh tinggi sebesar 16,31
persen dibandingkan tahun 2019, dimana komoditas utama petani subsektor ini adalah
sawit dan lada. Selain itu dari sisi nilai indeks, NTP Tanaman Perkebunan juga tercatat
sebagai yang tertinggi diantara subsektor lainnya yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2019, kecuali pada subsektor Tanaman Pangan.
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202031
Sepanjang tahun 2020, NTP di Kaltara yang senantiasa tercatat lebih dari 100
menunjukkan petani mengalami surplus atau penerimaan lebih besar dari pengeluaran
biaya produksi dan konsumsinya. Peran pemerintah baik pusat maupun daerah melalui
pengalokasian belanja program sektor pertanian pada tahun 2020 diantaranya Program
Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, telah mampu mendorong kenaikan
tingkat kesejahteraan petani di Kaltara yang tercermin pada kenaikan indeks NTP.
2.2.6 Nilai Tukar Nelayan (NTN)
Selain tingkat kesejahteraan petani, indikator kesejahteraan masyarakat disuatu wilayah
juga dapat tercermin melalui pengukuran indikator Nilai Tukar Nelayan (NTN). NTN
merupakan rasio antara indeks harga yang diterima nelayan dengan indeks harga
yang dibayar nelayan sehingga dapat menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari
produk perikanan tangkap yang dihasilkan oleh nelayan dengan barang dan jasa yang
dikonsumsi maupun untuk biaya untuk menghasilkan produk perikanan tangkap. Grafik 2.20 Nilai Tukar Nelayan di Kaltara 2018-2020 (%)
NTN Kaltara pada tahun 2020 tercatat sebesar 102,84, mengalami penurunan
dibandingkan NTN 2019 yang mencapai 104,83. NTN secara bulanan juga menunjukkan
hal yang sama hampir di sepanjang tahun kecuali pada bulan Januari. Meski terjadi
penurunan, namun NTN Kaltara tahun 2020 masih lebih baik dibandingkan NTN
secara nasional yang tercatat sebesar 100,22. Penurunan angka NTN tahunan 2020 tidak
terlepas dari imbas pandemi Covid-19. Meskipun terjadi penurunan, namun NTN bulanan
selama tahun 2020 yang stabil di atas 100, menunjukkan bahwa nelayan masih mengalami
surplus, dimana pendapatan yang diterima lebih besar dibandingkan pengeluaran
untuk konsumsi dan produksi.
2.3 EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL
Menjelang akhir triwulan I 2020 sejak wabah Covid-19 mulai menyebar di wilayah
Sumber: BPS Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202032
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Indonesia, pemerintah merespon kondisi tersebut dengan cepat melalui penerbitan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 Tentang
Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Covid-19 Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan. Upaya
tersebut merupakan langkah extraordinary dalam rangka pengelolaan keuangan
negara dimana Pemerintah melakukan revisi postur APBN 2020 sebanyak 2 (dua) kali
seiring dengan penyesuaian target asumsi makro dan indikator kesejahteraan tahun
2020 untuk merespon dampak pandemi Covid-19. Melalui refocusing dan
realokasi anggaran, instrumen fiskal Pemerintah dalam rangka penanganan
pandemi Covid-19 berfokus pada Belanja Sektor Kesehatan, Perlindungan Sosial, dan
Pemulihan Ekonomi.
Selaras dengan upaya percepatan penanganan Covid-19 ditingkat pusat, maka dalam
Perppu Nomor 1 Tahun 2020 juga mengamanatkan kepada pemerintah daerah agar
penggunaan APBD diprioritaskan untuk mendanai kegiatan penanganan dampak
pandemi Covid-19 (belanja bidang kesehatan, penyediaan jaring Pengamanan sosial,
dan penanganan dampak ekonomi). Oleh karena itu, sepanjang tahun 2020 pemerintah
daerah diberi kelonggaran untuk melakukan perubahan penjabaran APBD sesuai
dengan kebutuhan daerah dalam merealisasikan target-target makro ekonomi dan
indikator kesejahteraan regional sebagaimana ditetapkan dalam Perubahan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah. Untuk mengakomodir program penananganan Pandemi
Covid-19, dilakukan penyesuaian APBD melalui rasionalisasi target pendapatan dan
pagu belanja. Tabel 2.6
Target dan Capaian Indikator Makro Ekonomi dan Pembangunan Regional Sesuai RKPD dan RKPDP Provinsi Kaltara
Sumber: RKPDP Kaltara, BPS Kaltara (diolah)
Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202033
Jika dibandingkan dengan target yang tertuang dalam RKPDP Tahun 2020, seluruh
indikator makro ekonomi dan kesejahteraan tidak terealisasi sesuai rencana. Namun
demikian, pencapaian pada beberapa indikator yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat
Kemiskinan, dan Tingkat Pengangguran mampu mencatatkan kondisi yang lebih
baik dari pencapaian secara nasional. Kondisi ini tentunya mengindikasikan bahwa
kebijakan makro ekonomi dan pembangunan regional melalui instrumen fiskal baik
APBN dan APBD di Kaltara, dapat dikatakan cukup efektif terutama dalam meredam
dampak Pandemi Covid-19 yang lebih buruk terhadap indikator-indikator makro ekonomi
dan kesejahteraan.
Sebagai instrumen utama yang berfungsi untuk melindungi kesehatan masyarakat
dan memulihkan perekonomian, pelaksanaan APBN dan APBD di Kaltara berhasil
menjaga tingkat deviasi pencapaian indikator makro ekonomi dan
kesejahteraan terhadap target yang ingin dicapai tidak terlampau tinggi.
Untuk melihat lebih dalam terkait kinerja fiskal pemerintah serta efektivitasnya terhadap
sasaran pembangunan dan perekonomian di Kaltara akan dibahas pada bab-bab
selanjutnya.
BAB IIIPERKEMBANGAN DAN
ANALISIS PELAKSANAAN
APBN TINGKAT
REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202034
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.1 APBN TINGKAT REGIONALTabel 3.1
I-Account APBN tingkat Regional Kaltara tahun 2018 – 2020 (Miliar Rp)
Alokasi belanja APBN tahun 2020 di Kaltara sebesar Rp9.837,27 miliar, terdiri dari
Rp3.073,85 miliar Belanja Pemerintah Pusat dan Rp6.763,42 miliar Transfer ke Daerah
dan Dana Desa. Realisasi pendapatan di tahun 2020 tercatat sebesar Rp1.769,51 miliar,
bersumber dari Penerimaan Perpajakan sebesar Rp1.584,96 miliar dan Penerimaan
PNBP Rp184,54 miliar. Secara nominal penerimaan perpajakan dan penerimaan PNBP
mengalami penurunan yang cukup siginifikan dibandingkan tahun 2019, masing-masing
mengalami penurunan sebesar Rp237,23 miliar dan Rp35,55 miliar dibandingkan
tahun 2019.
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Aplikasi Simtrada, Kanwil DJP Kaltim, Kanwil DJBC Kalbagtim*) Target pajak tahun 2018 dan 2019 tidak termasuk target pajak pada Kab. Bulungan, Kab. Malinau, dan Kab. Tana Tidung
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202035
Pada sisi realisasi Belanja Negara, pada tahun 2020 realisasi Belanja Negara di Provinsi
Kalimantan Utara mencapai Rp9,84 triliun atau sebesar 97,02 persen dari total pagu.
Jika dilihat dari sisi persentase, realisasi Belanja Negara tahun 2020 mengalami
kenaikan dibanding tahun 2019. Namun, dari sisi nominal realisasi mengalami penurunan
yang cukup signifikan sebesar Rp888,74 miliar dari tahun 2019. Turunnya realisasi
pendapatan dan belanja negara turut serta menurunkan tingkat defisit tahun 2020 yang
tercatat sebesar Rp7,77 triliun, menurun sebesar Rp615,95 miliar dari tahun 2019.
3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL
3.2.1. Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat RegionalTabel 3.2
Target dan Realisasi Perpajakan Pusat Kaltara 2018-2020 (miliar Rp)
Dilihat dari segi nominal, kinerja perpajakan regional Kaltara di tahun 2019 mengalami
penurunan jika dibandingkan dari tahun 2019. Realisasi penerimaan di tahun ini tercatat
sebesar Rp1.584,96 miliar, terdiri dari Rp1.533,10 miliar pajak dalam negeri dan Rp51,86
miliar pajak perdagangan internasional.
Peneriman pajak secara nominal utamanya berasal dari penerimaan Pajak Penghasilan
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Baik dilihat dari segi nominal maupun
dari segi persentase, capaian terkecil terdapat pada jenis Pajak Lainnya yang hanya
terealisasi sebesar Rp11,22 miliar atau 94,53 persen dari target yang ditetapkan.
Grafik 3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN di Kaltara Tahun 2018-2020 (triliun rupiah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Aplikasi Simtrada, Kanwil DJP Kaltim, Kanwil DJBC Kalbagtim
Sumber: Kanwil DJP Kaltim dan Kanwil DJBC Kalbagtim*) Target pajak tahun 2018 dan 2019 tidak termasuk target pajak pada Kab. Bulungan, Kab. Malinau, dan Kab. Tana Tidung
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202036
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Pada sektor Bea dan Cukai, penerimaan bea masuk dan bea keluar menunjukkan kinerja
yang lebih baik dibandingkan tahun 2019, baik dari sisi persentase maupun dari sisi
nominal. Walaupun terjadi pembatasan kegiatan ekspor dan impor selama pandemi
Covid-19, realisasi penerimaan bea masuk dan bea keluar tercatat sebesar Rp51,86
miliar atau 131,96 persen dari target yang ditetapkan, mengalami peningkatan sebesar
Rp28 miliar dibandingkan tahun 2019 dan tercatat sebagai penerimaan tertinggi
selama 3 tahun terakhir. Perbaikan kinerja ini didukung oleh realisasi bea keluar yang
tumbuh tinggi dikarenakan adanya kenaikan harga komoditas Crude Palm Oil (CPO)
sehingga permintaannya meningkat dan menjadi salah satu pendorong komponen
kinerja ekspor Kaltara tetap tumbuh positif3.
a. Analisis Pajak terhadap PDRB (Tax Ratio)Rasio perpajakan regional Kaltara tahun 2020
adalah sebesar 1,58 persen dari PDRB,
mengalami penurunan yang cukup dalam
dibandingkan tahun 2019. Penurunan tax ratio
tersebut disebabkan oleh kondisi yang
bertolak belakang antara penerimaan pajak
dan PDRB. Secara nominal, penerimaan pajak tahun 2020 mengalami penurunan
sebesar Rp237,23 miliar dari tahun 2019, sedangkan PDRB Kaltara mengalami
peningkatan sebesar Rp4,0 triliun dari tahun 2019. Kondisi tersebut secara otomatis
menjadikan tax ratio di tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup dalam
dibandingkan tahun 2019.
b. Analisis Perbandingan Data Realisasi Pendapatan Pajak antara DJPb dengan DJP dan DJBC
Berdasarkan data dari pihak Ditjen Pajak
dan Ditjen Bea dan Cukai, penerimaan
perpajakan regional Kaltara di tahun
2020 adalah sebesar Rp1,58 triliun,
sedangkan berdasarkan data Ditjen
Perbendaharaan mencapai Rp2,05
triliun. Terdapat perbedaan jumlah data
3 Yusuf Imam Santoso, “Kenaikan Harga CPO Hingga Batu Bara Bikin Penerimaan Bea Keluar Moncer”, diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/kenaikan-harga-cpo-hingga-batubara-bikin-penerimaan-bea-keluar-moncer, pada tanggal 22 Februari 2021, pukul 17.54 WITA
Grafik 3.2 Rasio Perpajakan Pusat Terhadap PDRB Kaltara 2018-2020
Sumber: BPS Prov. Kaltara, Kanwil DJP Kaltim, Kanwil DJBC Kalbagtim (diolah)
Grafik 3.3 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Kanwil DJP Kaltim, Kanwil DJBC Kalbagtim
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202037
penerimaan yang cukup signifikan antara dua sumber data tersebut, hampir seluruh
jenis penerimaan pajak tercatat lebih besar di Ditjen Perbendaharaan. Selisih ini
disebabkan oleh perbedaan sistem pencatatan, dimana Ditjen Pajak mencatat
penerimaan berdasarkan Wajib Pajak dan Wajib Setor yang NPWP-nya terdaftar
di kantor-kantor pelayanan di regional Kaltara baik yang disetor di wilayah Kaltara
maupun di luar wilayah Kaltara, sedangkan Ditjen Perbendaharaan mencatat pener-
imaan yang penyetorannya dilakukan pada Bank Persepsi regional Kaltara. Untuk
sektor penerimaan kepabeanan tidak terdapat selisih data antara Ditjen Bea Cukai
dan Ditjen Perbendaharaan.
c. Analisis Pemberian Insentif Fiskal Bagi Pelaku Usaha
Pada tahun 2020, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dalam rangka
mendukung keberlangsungan dunia usaha akibat terdampak pandemi Covid-19. Di
Kaltara, insentif fiskal tersebut diberikan dalam bentuk PPh pasal 21 yang ditanggung
pemerintah (DTP), PPh UMKM DTP, pembebasan PPh pasal 22 impor, pengurangan
angsuran PPh pasal 25, dan pengembalian pendahuluan PPN yang dapat dilihat
realisasinya pada tabel 3.3.
Hingga akhir tahun 2020, total insentif
Perpajakan di Kaltara mencapai Rp76,5
miliar dan memfasilitasi 588 WP. Jika
dilihat dari masing-masing jenis insentif,
pada insentif PPh pasal 21 DTP paling banyak diberikan pada sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar Rp1,94 miliar, insentif PPh UMKM DTP paling banyak diberikan
pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan
Sepeda Motor sebesar Rp916,78 juta, insentif Pembebasan PPh pasal 22 impor paling
banyak diberikan pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp5,01 miliar,
insentif pengurangan angsuran PPh pasal 25 paling banyak diberikan pada sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp6,6 miliar, dan insentif Pengembalian
Pendahuluan PPN paling banyak pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
sebesar Rp21,93 miliar. Dilihat dari keseluruhan jenis insentif, sektor Pertambangan
dan Penggalian mendapatkan alokasi terbesar di hampir seluruh jenis insentif.
Tabel 3.3Insentif Pajak Bagi WP Terdampak Covid-19 Tahun 2020
Sumber: Kanwil DJP Kaltim (data lebih detail terdapat di lampiran)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202038
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Hal ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meredam dampak Covid-19
yang sangat berpengaruh pada sektor ini akibat terjadinya penurunan permintaan
seiring dengan diberlakukannya lockdown di berbagai negara mitra ekspor Kaltara4.
Berdasarkan konfirmasi dari Kantor Wilayah Ditjen Pajak Provinsi Kalimantan Timur
dan Utara, dalam pengimplementasian insentif pajak ini terdapat beberapa kendala
dan tantangan yang harus dihadapi. Tantangan dan kendala tersebut antara lain
kurangnya kemampuan wajib pajak dalam memanfaatkan teknologi, terutama yang
bergerak di bidang UMKM, serta keengganan wajib pajak untuk memanfaatkan
insentif walaupun sudah dilaksanakan sosialisasi terkait insentif tersebut.
3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Tingkat RegionalSelain bersumber dari penerimaan Perpajakan,
salah satu instrumen yang menopang pendapatan
negara berasal dari Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). Di Kaltara, PNBP berkontribusi
sebesar 10,43 persen dari total pendapatan pada
postur APBN tahun 2020. Realisasi PNBP di
Kaltara tahun 2020 tercatat sebesar
Rp184,54 miliar, mengalami penurunan sebesar Rp35,55 miliar atau 16 persen dari
tahun 2019.
a. Perkembangan PNBP Menurut Jenis dan Fungsi
Menurut jenisnya, penyumbang PNBP terbesar berasal dari PNBP Lainnya, yaitu
sebesar Rp161,31 miliar atau sebesar 87,41 persen dari total penerimaan PNBP
di Kaltara. Sedangkan menurut fungsinya, sumber PNBP yang berkontribusi besar
terhadap penerimaan PNBP di Kaltara adalah PNBP fungsional Pendapatan Jasa
Transport, Komunikasi, dan Informatika yang tercatat sebesar Rp67,69 miliar, dan
menduduki realisasi tertinggi selama 3 tahun terakhir.
4 Agung Riyanto, “Triwulan II, Perekonomian Kaltara Masih Melambat”, diakses dari https://korankaltara.com/
triwulan-ii-perekonomian-kaltara-masih-melambat/, pada tanggal 22 Februari 2021, pukul 15.00 WITA
Grafik 3.4 Perkembangan Target dan Realisasi PNBP 2018-2020 (Miliar Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202039
Tabel 3.4 Target dan Realisasi PNBP per Jenis Kaltara 2018-2020 (Juta Rp)
b. Analisis Penerimaan PNBP dan Potensi Wilayah
Menurut fungsinya, sumber PNBP yang berkontribusi besar terhadap penerimaan
PNBP di Kaltara adalah PNBP fungsional Pendapatan Jasa Transport, Komunikasi, dan
Informatika. Pendapatan PNBP fungsional ini didominasi oleh Pendapatan Jasa
Kepelabuhanan yaitu sebesar Rp49,14 miliar atau sebesar 72,6 persen dari total
penerimaan PNBP Jasa Transport, Komunikasi, dan Informatika. Sebesar Rp36,87
miliar atau 75,05 persen dari total Pendapatan Jasa Kepelabuhan bersumber dari
pendapatan atas layanan yang dikelola oleh Kantor Kesyahbandaran Dan Otoritas
Pelabuhan Tarakan. Hal ini menandakan posisi strategis pelabuhan di Kota Tarakan
sehingga menjadi penyangga utama aktivitas lalu lintas perdagangan serta arus
penumpang di wilayah Kaltara dengan wilayah lain baik domestik maupun luar negeri.
Selain itu, sesuai dengan kondisi geografis Kalimantan Utara yang mayoritas
kabupaten dan kotanya dipisahkan oleh sungai dan laut, sehingga masih sangat
bergantung pada jasa transportasi air untuk mendatangkan barang maupun untuk
mobilisasi penduduk, pendapatan ini juga ditopang oleh layanan Unit Penyelenggara
Pelabuhan yang ada di Kabupaten lain di Kaltara. Seiring dengan tingginya penerimaan
PNBP jenis ini, belanja pemerintah dan pembangunan di Kaltara selama 3 tahun
terakhir diprioritaskan pada sektor ini dengan harapan sarana dan prasarana yang
dibangun dapat meningkatkan konektivitas antar wilayah untuk mempercepat
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202040
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
pembangunan dan pengembangan wilayah Kaltara.
c. Analisis Deviasi PNBP
Realisasi anggaran yang proporsional terjadi ketika deviasi antara perencanaan dan
realisasi masih dalam batas toleransi yang telah ditentukan, yaitu sebesar 5 persen.
Deviasi yang tinggi menandakan bahwa kurangnya kualitas perencanaan yang dibuat
oleh masing-masing K/L.Tabel 3.5
Jenis PNBP Dengan Deviasi Lebih dari 100 persen
Dari 14 jenis PNBP fungsional, terdapat 5 jenis PNBP yang deviasinya melebihi
100 persen. Dua jenis tidak tercantum target penerimaannya, dan 3 jenis lainnya
mendapatkan realisasi yang jauh melebihi target. Dua jenis PNBP yang tidak
dicantumkan target penerimaannya adalah PNBP Pendapatan Lain-lain dan PNBP
Iuran dan Denda. PNBP jenis Iuran dan Denda bersumber dari Denda Penyelesaian
Pekerjaan Pemerintah, sedangkan PNBP Pendapatan Lain-Lain bersumber dari
Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu.
d. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi RegionalUntuk mengetahui kontribusi kemampuan fiskal pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi regional, dilakukan perbandingan antara penerimaan daerah yang bersumber
dari Pajak, PNBP, dan PAD dengan PDRB regional.
Pada grafik 3.5, terlihat bahwa rasio
pendapatan terbesar berasal dari perpajakan
(pusat) dengan rasio sebesar 1,52 persen,
lebih tinggi dibandingkan rasio Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yang berada di angka
0,99 persen. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kontributor terbesar
pertumbuhan ekonomi Kaltara berasal dari perpajakan (pusat), yang kontribusinya
melebihi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Grafik 3.5 Kontribusi Pajak Pusat, PNBP, dan PAD terhadap PDRB Regional 2020
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Kanwil DJP Kaltim, LRA Prov. Kaltara Un-audited 2020
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202041
c. Analisis Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan
Untuk mengetahui kontribusi populasi terhadap pendapatan pusat dan daerah,
dilakukan perbandingan antara pendapatan daerah yang bersumber dari pajak (pusat)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan jumlah penduduk di wilayah Kaltara.
Pada grafik 3.6 terlihat secara keseluruhan
kontribusi populasi terhadap pajak pusat di
Kaltara sebesar Rp2,18 juta, dan kontribusi
terhadap PAD sebesar Rp581 ribu.
Kontribusi populasi tertinggi berada di Kota
Tarakan dengan nilai sebesar Rp2,92 juta,
yang berarti setiap 1 penduduk di Kota
Tarakan berkontribusi sebesar Rp2,92 juta
pada penerimaan pajak nasional di Kota Tarakan. Kontribusi pajak di Kota Tarakan
pada tahun 2020 meningkat dibandingkan tahun 2019 yang hanya sebesar 2,60 juta,
dan berada di atas rata-rata kontribusi populasi terhadap pajak secara keseluruhan.
Kontribusi populasi terhadap PAD tertinggi terdapat di Kabupaten Bulungan dengan
nilai sebesar Rp920 ribu per penduduk, mengalami penurunan dibandingkan tahun
2019 yang tercatat sebesar Rp933 ribu per penduduk. Jika dianalisis lebih mendalam,
sebaran penduduk di suatu wilayah berperan dalam peningkatan pajak pusat. Semakin
banyak penduduk di suatu daerah, maka pajak yang diterima juga semakin meningkat.
Berbeda dengan PAD yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh sebaran penduduk di
tiap daerah.
3.2.3 Penerimaan Hibah
Pada tahun 2020 terdapat beberapa K/L di Kaltara yang menerima hibah langsung dalam
negeri yang bersumber dari pemerintah daerah, yaitu Kementerian Pertahanan, POLRI,
KPU, dan Bawaslu. Hal ini sehubungan dengan dilaksanakannya Pilkada serentak pada
bulan Desember 2020 lalu. Namun pencatatan penerimaan hibah langsung tersebut
dicatat sebagai penerimaan pusat pada K/L masing-masing sehingga tidak tercatat
pada postur APBN Kaltara. Setelah hibah dicatat sebagai penerimaan di tingkat
pusat, satker di daerah yang menerima hibah kemudian mengajukan revisi DIPA untuk
ditambahkan dan digunakan sebagai belanja masing-masing satuan kerja.
Grafik 3.6 Kontribusi Perpajakan Pusat (Non BM&BK) dan PAD per Penduduk Kaltara 2020
Sumber: Kanwil DJP Kaltim, BPS Prov. Kaltara, LRA Prov. Kaltara Un-audited 2020
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202042
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.3 BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONALBelanja Pemerintah Pusat di Kaltara tahun
2020 telah direalisasikan sebesar Rp2.839,19
miliar atau sebesar 92,37 persen dari total
pagu sebesar Rp3.073,85, secara persentase
meningkat dibandingkan realisasi tahun
2019 namun masih di bawah penyerapan
nasional yang berada di angka 92,52 persen.
Kenaikan persentase realisasi ini disebabkan oleh adanya penurunan alokasi Belanja
Pemerintah Pusat di Kaltara yang cukup signifikan sebesar Rp1.105,55 miliar sehingga
meningkatkan persentase nilai serapan.
3.3.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran/Kementerian/Lembaga)
Berdasarkan organisasinya, APBN Provinsi Kaltara terbagi pada 38 Kementerian/
Lembaga dan 1 (satu) Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN). Total
pagu yang dialokasikan untuk Belanja Pemerintah Pusat pada Kementerian/
Lembaga di wilayah Kaltara mencapai Rp4.367,72 miliar, dengan komposisi Rp3.073,85
miliar Belanja Kementerian/Lembaga dan Rp1.293,37 miliar Belanja BA-BUN.
Berikut disajikan tabel dan grafik perkembangan alokasi dan realisasi per Kementerian/
Lembaga terbesar di Kaltara.Tabel 3.6
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran Kaltara 2018-2020 (Miliar Rp)
Grafik 3.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat 2018-2020 (Miliar (Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Grafik 3.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran 2018-2020
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202043
Alokasi terbesar masih sama seperti 2 tahun terakhir, yakni terdapat di Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Dilihat dari segi persentase
realisasinya, Kementerian PUPR telah menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun
2019, namun secara nominal realisasi masih menunjukkan angka yang lebih rendah
dibandingkan tahun 2019. Di tahun 2020 ini juga terdapat perubahan pagu yang cukup
siginifikan pada Komisi Pemilihan Umum (KPU). Selama 2 tahun terakhir, KPU tidak
termasuk ke dalam 5 K/L dengan alokasi pagu terbesar. Namun di tahun 2020, KPU
menggeser posisi Kementerian Agama dan masuk ke dalam 5 K/L dengan alokasi pagu
terbesar. Hal ini sejalan dengan diadakannya Pilkada serentak pada Desember 2020
sehingga di tahun 2020 ini KPU mendapatkan penambahan pagu yang cukup signifikan
walaupun jika dilihat dari segi realisasinya hanya mencapai angka 62,61 persen.
3.3.2 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi
Berdasarkan fungsinya, Belanja Pemerintah Pusat diklasifikasikan kedalam 11 fungsi
yang disajikan dalam tabel berikut.Tabel 3.7
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi 2018-2020 (Miliar Rp)
Berdasarkan tabel 3.7, dapat terlihat selama 3 tahun berturut-turut alokasi terbesar
konsisten pada fungsi Ekonomi, dan pada tahun 2020 fungsi Ekonomi mendapatkan
alokasi sebesar Rp1.053,06 miliar atau 37,09 persen dari total keseluruhan pagu belanja.
Pagu belanja terbesar pada fungsi Ekonomi berada pada Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang memiliki pagu sebesar Rp696,42 miliar dan telah di
realisasikan sebesar Rp680,81 miliar. Realisasi tersebut telah diwujudkan dalam berbagai
proyek, seperti peningkatan kapasitas jalan, rehabilitasi jaringan irigasi permukaan,
rawa, dan tambak, pengendalian banjir, serta pengelolaan danau, air, dan tambak.
Berdasarkan analisis yang lebih mendalam, besarnya alokasi fungsi Ekonomi selama 3
tahun terakhir lebih disebabkan karena fokus terbesar pemerintah pusat untuk daerah
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202044
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
ini adalah pada sub fungsi Transportasi. Alokasi sub fungsi Transportasi di Kaltara
mencapai Rp865,21 miliar dan telah direalisasikan sebesar Rp842,01 miliar, dengan
output terbesarnya berupa pembangunan jalan serta peningkatan layanan lalu lintas
dan angkutan laut yang merupakan program prioritas nasional. Dipilihnya sub fungsi
Transportasi ini disebabkan oleh kondisi geografis dan konektivitas antar wilayah di
Kaltara yang perlu dikembangkan agar laju distribusi barang dan jasa serta mobilisasi
penduduk dapat dipercepat untuk meningkatkan perekonomian di Kaltara.
3.3.3 Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis BelanjaTabel 3.8
Perkembangan Pagu dan Realisasi Menurut Jenisnya 2018-2020 (Miliar Rp)
Tahun 2020, belanja yang memperoleh alokasi terbesar di Kaltara adalah belanja barang.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang proporsi terbesarnya terdapat pada
belanja modal, pada tahun 2020 alokasi belanja barang memiliki proporsi 39,99 persen
dari total pagu. Dibandingkan dengan tahun 2019, seluruh komposisi jenis belanja
mengalami penurunan alokasi yang cukup signifikan. Penurunan terbesar terdapat pada
jenis belanja modal, yaitu sebesar Rp993,67 miliar. Sebelum diterbitkannya Perpres
No. 54 Tahun 2020 dan Perpres No. 72 Tahun 2020, prioritas belanja di Kaltara masih
pada jenis belanja modal. Pergeseran ini disebabkan oleh adanya beberapa perubahan
pada postur APBN 2020 dalam rangka refocusing anggaran untuk penanganan
pandemi Covid-19.Terlihat pada grafik 3.9, secara keseluruhan
kinerja realisasi belanja tahun 2020 tercatat
pada angka 92,37 persen, mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2019. Jika
dilihat secara lebih detail, dalam komponen
belanja barang terdapat akun belanja baru, yaitu
belanja dalam rangka penanganan pandemi
Covid-19 dengan alokasi sebesar Rp43,95 miliar atau sebesar 3,5 persen dari total
alokasi belanja barang.
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Grafik 3.9 Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat Per Jenis Belanja (Miliar Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202045
3.4. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA
Dana Transfer ke Daerah dalam bentuk Dana Perimbangan merupakan dampak dari
desentralisasi dan pemerataan dalam hal pergeseran fiskal. Pada tahun 2020, alokasi
Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa di Kaltara sebesar Rp6.763,42 miliar, mengalami
penurunan sebesar Rp386,96 miliar dibandingkan tahun 2019. Tabel 3.9
Pagu dan Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Kaltara 2018-2020 (miliar Rp)
3.4.1. Dana Transfer Umum
a. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. DAU
untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar.
Tahun 2020, Provinsi Kalimantan Utara
mendapatkan alokasi DAU sebesar
Rp3.736,44 miliar, mengalami penurunan
sebesar Rp136,62 miliar dibandingkan tahun
2019. Jika dibandingkan dengan provinsi
lain di Pulau Kalimantan, Provinsi Kaltara
mendapatkan alokasi DAU dengan nominal
terendah. Hal ini dikarenakan Provinsi Kaltara merupakan provinsi termuda di Indonesia
yang memiliki jumlah ASN relatif sedikit dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan
sehingga berpengaruh terhadap angka alokasi dasar.
b. Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH dialokasikan
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Grafik 3.10 Pagu dan Realisasi DAU, serta Jumlah PNS se-Kalimantan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202046
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
berdasarkan persentase seluruh pendapatan Pusat (Pajak Pusat dan SDA) yang
dipungut oleh pemerintah daerah, dan dikembalikan lagi sesuai dengan
persentase penghitungan dan dapat digunakan oleh daerah sesuai dengan prioritas
daerah masing-masing.
Tahun 2020 Provinsi Kaltara mendapatkan
alokasi DBH sebesar Rp1.277,57 miliar,
mengalami penurunan sebesar Rp409,29
miliar dari tahun 2019. Penurunan
terbesar DBH terdapat pada jenis DBH
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang
mengalami penurunan sebesar Rp244,81
miliar, seiring dengan menurunnya alokasi Dana Bagi Hasil PBB tingkat nasional sebesar
Rp8,82 triliun. Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan, Provinsi
Kaltara mendapatkan alokasi terendah kedua di atas Provinsi Kalbar. Sementara
provinsi dengan alokasi DBH tertinggi adalah Provinsi Kaltim karena Provinsi
Kaltim merupakan salah satu wilayah penghasil batu bara terbesar di Indonesia.
3.4.2 Dana Transfer Khusus
a. Dana Alokasi Khusus Fisik
Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) merupakan Dana Transfer dari Pemerintah
Pusat untuk belanja modal fisik di daerah dalam rangka membantu terciptanya
fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan dasar di setiap daerah. Usulan DAK
fisik tersebut berasal dari tiap-tiap daerah (kabupaten/kota) yang diharapkan
lebih tepat sasaran mengenai sarana/prasarana yang dibutuhkan di daerah tertentu.
Pada tahun 2020, Provinsi Kaltara mendapat
alokasi DAK Fisik sebesar Rp647,51 miliar dan
terserap sebesar 96,31 persen. Serapan
sebesar Rp623,61 miliar tersebut dialokasikan
sesuai dengan program prioritas nasional,
antara lain yang terbesar pada Pembangunan
Jalan (infrastruktur), Pembangunan Sarana
Kesehatan, dan Sarana Pendidikan. Jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Grafik 3.11 Pagu dan Realisasi DBH Se-Kalimantan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Grafik 3.12 Pagu dan Realisasi DAK Fisik Se-Kalimantan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202047
Pulau Kalimantan, Provinsi Kaltara mendapatkan alokasi DAK Fisik paling rendah.
b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik
Dana Alokasi Khusus Non Fisik (DAK Non Fisik) merupakan Dana Transfer dari
Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan kegiatan non
fisik yang menjadi keperluan daerah yang harus sejalan dengan prioritas nasional,
seperti Dana BOS, Tunjangan Guru Daerah, BOK, BOKB, dan lain-lain.
Tahun 2020, Provinsi Kaltara mendapat
alokasi dana sebesar Rp457,07 miliar dan
terserap melebihi pagu sebesar Rp458,16
miliar. Provinsi Kaltara merupakan daerah
di Pulau Kalimantan yang mendapatkan
alokasi paling rendah. Hal ini disebabkan
oleh minimnya pelaku atau personil yang
menangani pada bidang pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana.
DAK Non Fisik ini dapat dijadikan pemerintah daerah sebagai instrumen
pendukung kesejahteraan masyarakat dan perbaikan kualitas penduduk
di Kaltara, namun dibutuhkan pula tenaga khusus yang berkecimpung
di masing-masing bidang agar hasil yang didapatkan akan maksimal.
3.4.3. Dana Desa
Dana Desa merupakan dana transfer dari Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah
yang mulai diprogramkan sejak tahun 2015. Dana transfer ini digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
Pada tahun 2020, Provinsi Kaltara mendapat
alokasi Dana Desa sebesar Rp482,62 miliar dan
telah disalurkan 100 persen untuk 447 Desa di
wilayah Kaltara. Jika dibandingkan dengan
provinsi lainnya, Provinsi Kaltara mendapatkan
alokasi Dana Desa terendah di Pulau
Kalimantan. Khusus pada tahun 2020, prioritas
penggunaan Dana Desa diarahkan untuk percepatan pencapaian aksi SDGs Desa
Grafik 3.13 Pagu dan Realisasi DAK Non Fisik Se-Kalimantan 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Grafik 3.14 Pagu dan Realisasi Dana Desa Se-Kalimantan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202048
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
melalui Pemulihan Ekonomi Nasional, Program Prioritas Nasional, dan Adaptasi
Kebiasaan Baru Desa. Di tahun 2020 ini juga terdapat penyaluran Bantuan Langsung
Tunai (BLT) Desa sebagai salah satu bentuk jaring pengaman sosial untuk mengurangi
dampak pandemi Covid-19 yang dananya berasal dari Dana Desa. Penyaluran BLT
Desa ini diperuntukkan bagi keluarga miskin yang berdomisili di desa bersangkutan,
dan tidak termasuk penerima PKH, Kartu Sembako, Kartu Prakerja, Bansos Tunai, dan
Program Bansos Pemerintah lain. Sampai dengan akhir tahun 2020, BLT Desa telah
tersalur sebesar Rp65,75 miliar untuk 23.736 KPM di lingkup wilayah Kaltara.
3.4.4. Dana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan KeistimewaanDana Insentif Daerah, Otonomi Khusus, dan
Keistimewaan (DID, Otsus) merupakan dana
transfer dari Pemerintah Pusat yang disalurkan
ke pemerintah daerah untuk daerah-daerah
tertentu. Dana Otonomi Khusus disalurkan untuk
daerah yang dinilai memiliki kesenjangan
ekonomi cukup tinggi dibandingkan dengan
daerah lain (Papua dan Papua Barat), Dana Keistimewaan disalurkan untuk daerah
istimewa di Indonesia (DIY dan NAD), serta Dana Insentif Daerah disalurkan untuk
daerah yang berkinerja baik, dilihat dari segi pengelolaan keuangan daerahnya maupun
dari segi pelayanan publik dan inovasi daerah. Pada tahun 2020, Provinsi Kalimantan
Utara mendapatkan alokasi DID sebesar Rp162,21 miliar, dan telah direalisasikan 100
persen. Walaupun Provinsi Kalimantan Utara mendapat alokasi terendah dibandingkan
provinsi lain di Pulau Kalimantan, namun hal ini merupakan suatu kemajuan setelah
pada tahun 2019 Provinsi Kalimantan Utara tidak mendapatkan alokasi DID. Hal ini
merupakan bentuk penghargaan untuk Provinsi Kalimantan Utara yang diberikan atas
kinerja ketepatan waktu pelaporan, rata-rata nilai Ujian Nasional, angka partisipasi murni,
persalinan di fasilitas kesehatan, akses sanitasi layak, dan inovasi pelayanan publik.
Selain itu, inovasi Provinsi Kalimantan Utara yang bernama Sipelandukilat (Sistem
Pelayanan Administrasi Kependudukan di Wilayah Perbatasan dan Pedalaman) yang
digagas dan dijalankan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) juga
termasuk ke dalam Top 45 dalam Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP). Inovasi
ini dinilai sangat berhasil dan sangat berguna, karena dijalankan dengan sistem jemput
Grafik 3.15 Pagu dan Realisasi DID Se- Kalimantan Tahun 2020
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202049
bola atau mendatangi langsung ke masyarakat yang berada di daerah tak terjangkau3.
3.5 Analisis Cash FlowArus kas Pemerintah menyajikan mengenai
penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas
Pemerintah Pusat selama periode tertentu.
Pada tahun 2020 defisit cash flow pemerintah
di Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp7,77
triliun. Total penerimaan kas masuk (cash
inflow) sebesar Rp1,77 triliun, sedangkan total
kas keluar (cash outflow) sebesar Rp9,54 triliun. Angka defisit kas yang terjadi pada tahun
2020 mengalami penurunan dengan angka defisit pada tahun 2019. Bila ditelusuri
lebih dalam, baik dari sisi pendapatan maupun belanja mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2019.
3.5.1 Arus Kas Masuk (Penerimaan Negara)Arus Kas Masuk (cash in flow) merupakan semua
penerimaan Pemerintah Pusat dari pemerintah daerah
yang meliputi Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak. Komponen Penerimaan Pajak
masih mendominasi terhadap total penerimaan
Pemerintah Pusat yang dihimpun dari regional
Kaltara. Pada tahun 2020, Penerimaan Negara di Provinsi Kaltara mencapai Rp1,77 triliun.
Angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan Penerimaan Negara pada
tahun 2019. Penurunan tersebut dikarenakan kinerja realisasi Perpajakan dan PNBP
yang turun signifikan dibandingkan tahun 2019 masing-masing sebesar 13,02 persen
Dan 29,3 persen seiring dengan kondisi perekonomian yang terkontraksi akibat adanya
pandemi Covid-19. Hal ini dipengaruhi oleh adanya pembatasan mobilitas masyarakat
sebagai implikasi penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
3 Lim, “Lagi, Kaltara Mendapat Hadiah Dana Insentif”, diakses dari https://kaltara.prokal.co/read/news/31137-lagi-kaltara-mendapat-hadiah-dana-insentif, pada tanggal 22 Februari pukul 15.41 WITA
Grafik 3.16 Perkembangan Realisasi 2018-2020
Sumber: LRA Pemda se-Kaltara
Grafik 3.17 Penerimaan Negara Tahun 2020 Kaltara (Miliar Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202050
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.5.2 Arus Kas Keluar (Belanja dan TKDD)Arus Kas Keluar (cash outflow) merupakan semua
Belanja Negara yang dilakukan Pemerintah Pusat
ke suatu provinsi, meliputi Belanja Pemerintah Pusat
(BPP) dan Transfer ke Daerah serta Dana Desa
(TKDD). Komponen belanja yang mendominasi
pada tahun 2020 di wilayah Kaltara adalah komponen
TKDD yang memiliki besaran Rp6,7 triliun atau
70,25 persen dari total belanja. Sedangkan komponen BPP memberi andil sebesar
Rp2,8 triliun atau 29,75 persen dari total belanja. Kontribusi belanja TKDD di Kaltara
dengan jumlah yang cukup besar mengindikasikan peran strategis alokasi TKDD untuk
menopang pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Provinsi Kaltara.
3.5.3 Surplus/Defisit
Pada pembahasan subbab sebelumnya (3.5.1 dan 3.5.2) terlihat bahwa di Kaltara pada
tahun 2020 mengalami defisit sebesar Rp7,77 triliun. Hal ini masih cukup wajar karena
Provinsi Kaltara merupakan provinsi termuda di Indonesia, sehingga membutuhkan
peranan Pemerintah Pusat melalui alokasi TKDD serta insentif fiskal lainnya.
Dalam proses pembangunan dan pengembangan
wilayah, regional Kaltara masih dalam upaya
menggali potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
serta masih membutuhkan dukungan Belanja
yang bersifat produktif utamanya dalam memenuhi
infrastruktur layanan kebutuhan dasar bagi
masyarakat. Defisit APBN yang terjadi, menunjukkan adanya subsidi silang pendapatan
dari daerah lain untuk membiayai pelaksanaan APBN di regional Kaltara.
3.6 PENGELOLAAN BLU PUSAT
Terdapat satu satker yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Utara, yang
bergerak disektor Perhubungan yaitu Bandar Udara Juwata di Tarakan.
Grafik 3.18 Arus Kas Keluar Provinsi Kaltara Tahun 2020 (Miliar Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN
Grafik 3.19 Perkembangan Realisasi Surplus/Defisit 2018-2020
Sumber: Aplikasi OMSPAN
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202051
3.6.1 Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP, dan RM BLU PusatTabel 3.10
Pengelolaan Aset Satker BLU di Provinsi Kaltara
Satker Bandara Juwata menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU (PPK-BLU) sesuai
SK menteri Keuangan Nomor 60/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017. Hal ini
dikarenakan adanya akumulasi penyusutan pada beberapa aset baik aset tetap
maupun aset tidak berwujud. Selain itu, penurunan juga disebabkan Penghapusan
atas Bangunan Gedung Terminal/Pelabuhan/Bandara Permanen sebanyak 1
(satu) unit. Pada tahun 2020 penyerapan belanja yang bersumber dari Rupiah
Murni (RM) mencapai 99,10 persen, sedangkan yang bersumber Pendapatan
BLU terealisasi 88,30 persen. Sampai dengan periode pelaporan, melalui penerbitan
SP3BLU telah disahkan Belanja sebesar Rp23,18 miliar sedangkan Pendapatan sebesar
Rp24,91 miliar.Tabel 3.11
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM satker BLU di Provinsi Kaltara (Miliar Rp)
3.6.2 Kemandirian BLUDalam kurun waktu 2017-2020
menerapkan PPK-BLU, tingkat
kemandirian dari Bandara Juwata
menunjukkan perkembangan yang
kurang signifikan. Dilihat dari perbandingan pagu DIPA yang bersumber dari RM dan
BLU terlihat bahwa Bandara Juwata memiliki rasio ketergantungan terhadap APBN-
RM yang cukup besar. Rasio pagu BLU Bandara Juwata mengalami penurunan baik
dari sisi persentase maupun nominal bila dibandingkan dengan rasio pada tahun
2019. Pada tahun 2019, pagu BLU mencapai 29,7 persen dan mengalami tren
penurunan hingga pada tahun 2020 menjadi 26,88 persen. Penurunan signifikan
yang terjadi pada tahun 2020, dikarenakan adanya pembatasan mobilitas/pergerakan
masyarakat sebagai upaya pencegahan meluasnya pandemi Covid-19. Selain itu, ketatnya
persyaratan pada saat akan melakukan perjalanan via udara (Tes Rapid Antigen dan Tes
Swab PCR) juga menjadi pemicu menurunnya pendapatan dari Bandara Juwata.
Sumber: Laporan Keuangan Bandara Juwata
Sumber: Laporan Keuangan Bandara Juwata, Aplikasi MONEV PA
Tabel 3.12Tingkat Kemandirian BLU Pusat di Provinsi Kaltara (Miliar Rp)
Sumber: Laporan Keuangan Bandara Juwata, Aplikasi OMSPAN
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202052
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.6.3 Efektivitas BLU
Efektivitas BLU digunakan untuk mengukur perputaran Aset Tetap, yaitu dengan
membandingkan PNBP dan Aset BLU. Pendapatan dari Bandar Udara Juwata pada
tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar Rp17,47 miliar bila
dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2019. Apabila dilihat dari sisi nilai aset,
Bandara Juwata mengalami penurunan bila dibandingkan dengan jumlah aset pada tahun
2019 dengan pengurangan sebesar Rp21,14 miliar. Penurunan pendapatan serta
menurunnya aset Bandara Juwata menggambarkan BLU Bandara Juwata memiliki
efektivitas yang rendah dalam mengelola aset yang ada untuk meningkatkan pendapatan
yang diperoleh BLU tersebut.Selain dari pergerakan aset
tiap tahun, efektifitas BLU juga
dapat dilihat dari perbandingan
antara belanja operasional dengan
pendapatan dari satker BLU tersebut. Belanja operasional dari Bandara Juwata pada
tahun 2020 mencapai Rp80,64 miliar dengan total penerimaan yang bersumber dari
kegiatan operasional satker tersebut sebesar Rp24,91 miliar. Sehingga didapatkan
koefisien keefektifan dan kemandirian BLU sebesar 30,90 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa satker Bandara Juwata belum termasuk sebagai BLU
yang mandiri karena sebesar 69,10 persen kegiatan operasional sehari-harinya masih
ditopang dari alokasi Pemerintah Pusat dalam DIPA yang bersumber dari RM. Koefisien
keefektifandari Bandara Juwata menunjukan perkembangan yang kurang memuaskan
bila dibandingkan dengan angka pada tahun 2019. Angka koefisien keefektifan Bandara
Juwata di tahun 2019 mencapai 54,60 persen mengalami penurunan pada tahun
2020 menjadi 30,90 persen. Penurunan angka koefisien kefektifan Bandara Juwata
menunjukkan dampak signifikan akibat adanya pembatasan mobilitas/pergerakan
masyarakat pada masa pembelakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
3.6.4 Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP
Pada tahun 2020, terdapat 47 satuan kerja yang mengelola dana PNBP di wilayah
Kaltara. Dari keseluruhan satker pengelola dana PNBP di wilayah Provinsi Kalimantan
Utara, berikut ini adalah 10 satker pengelola PNBP dengan pagu terbesar dan berpotensi
menjadi BLU di wilayah Kalimantan Utara.
Tabel 3.13Perbandingan efektifitas BLU Belanja Operasional dengan
Pendapatan BLU
Sumber: Aplikasi MonevPA (diolah)
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202053
3.14Profil dan Jenis layanan satker Pengelola PNBP di Provinsi Kaltara TA 2020
3.6.5 Potensi Satker PNBP Menjadi BLU
Untuk memperoleh izin menerapkan PPK-BLU, terdapat persyaratan substantif yang
harus dipenuhi satker sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum yang diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012.
Di Provinsi Kaltara, satker PNBP yang berpotensi menjadi satker BLU adalah sebagai
berikut :Tabel 3.15
Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP di Provinsi Kaltara Tahun 2020
Dari kedua satker tersebut terlihat bahwa Universitas Borneo Tarakan lebih memili-
ki koefiesian yang tinggi dalam hal penggunaan PNBP untuk kegiatan operasional di
TA 2020. Hal itu merupakan salah satu indikasi sebagai satker yang berpotensi untuk
menjadi satker BLU. Perbandingan pagu PNBP dengan RM juga dapat sebagai salah
satu penilaian untuk menjadi satker BLU. Sehingga fleksibilitas dalam menggunakan
penerimaan lebih tinggi dan dapat meningkatkan pelayanan BLU tersebut. Selain itu,
Universitas Borneo Tarakan juga memiliki pagu PNBP yang tebesar bila dibandingkan
dengan seluruh satker PNBP regional Kaltara.
3.7 Pengelolaan Manajemen Investasi Pusat
Pada tahun 2020, pengelolaan manajemen investasi pusat hanya terdiri dari Penyaluran
Kredit Program dalam hal ini adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Pembiayaan Ultra
Mikro (UMi).
Sumber: Aplikasi MonevPA (diolah)
Sumber: Aplikasi MonevPA (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202054
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.7.1 Kredit ProgramPemerintah menerapkan perubahan-
perubahan terhadap kebijakan pembiayaan
bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) untuk mendorong peningkatan dan
perluasan akses UMKM utamanya yang
produktif kepada pembiayaan Lembaga
Keuangan. KUR merupakan kredit/
pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang
produktif dan layak namun belum memiliki
agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. KUR terdiri atas KUR Mikro,
KUR Ritel, dan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sedangkan
Pembiayaan UMi adalah Pembiayaan bagi para pelaku usaha ultra mikro yang belum dapat
mengakses KUR.Berdasarkan data yang diperoleh dari SIKP, diketahui
jumlah KUR yang disalurkan oleh Bank Penyalur
sepanjang tahun 2020 di wilayah Kaltara mencapai
Rp392,32 Miliar dengan jumlah debitur sebanyak
6.980 orang/badan usaha. Apabila dibandingkan
dengan tahun sebelumnya mengalami peningkatan
baik dalam nilai akad maupun jumlah debitur. Upaya
pemerintah melalui program PEN berupa kebijakan perlakuan khusus KUR di masa
pandemi Covid-19, turut mendorong penyaluran KUR ditahun 2020 mampu tumbuh
positif dibandingkan tahun 2019. Namun demikian, perluasan akses KUR di wilayah
Kaltara masih berpotensi untuk ditingkatkan, mengingat tingkat penyaluran KUR di
Kaltara masih berkontribusi relatif rendah yaitu sebesar 0,21 persen.
Dilihat dari skemanya, KUR Kecil memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap
total penyaluran di regional Kaltara dengan andil yang mencapai 58,96 persen. Namun
apabila ditinjau dari sisi jumlah debitur, KUR dengan skema Mikro lebih dominan dengan
jumlah debitur sebanyak 4.994 debitur atau memiliki andil sebesar 71,54 persen.
Terdapat skema baru yang dikeluarkan pada tahun 2020, yaitu Super MIkro (Supermi)
Sumber: Aplikasi SIKP
Grafik 3.20 Penyaluran KUR Kaltara 2020
Sumber: Aplikasi SIKP
Grafik 3.21 Penyaluran KUR Kaltara 2018-2020
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202055
yang mencatatkan penyaluran sebesar Rp7,18 miliar yang diakses oleh 747 debitur.
Penyaluran pembiayaan UMi di regional Kaltara mencapai Rp243,03 juta dan
memfasilitasi sebanyak 32 pelaku usaha ultra mikro. Angka ini mengalami penurunan
yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan penyaluran pada tahun 2019 yang
mencapai Rp578,3 juta untuk 85 debitur.Berdasarkan grafik 3.24, sektor yang
mendominasi dalam penyaluran
KUR di regional Kaltara adalah sektor
Perdagangan Besar dan Eceran.
Jumlah debitur pada sektor ini
mencapai 3.499 debitur atau 50,13
persen dari seluruh debitur KUR di
Kaltara. Lalu diikuti dengan sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan dengan
persentase sebesar 16,93 persen dari total jumlah debitur.
Peran serta dari pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Perindustrian, Koperasi dan
UMKM sangat dibutuhkan dalam pendataan UMKM yang berada dalam wilayah kerjanya
untuk kemudian diajukan sebagai calon debitur potensial penerima KUR maupun
Pembiayaan UMi. Dengan semakin banyak pelaku UMKM yang terfasilitasi Kredit
Program diharapkan dapat memajukan usaha mereka, dan secara makro akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ketersediaan lapangan
pekerjaan di Provinsi Kaltara.
3.8 Perkembangan dan Analisis Belanja Wajib (Mandatory Spending) dan Belanja
Infrastruktur Pusat Di Daerah
Perkembangan belanja wajib (mandatory spending) dalam pelaksanaan APBN di
wilayah Kalimantan Utara terdiri dari belanja di bidang Kesehatan, Pendidikan dan
pembangunan infrastruktur terkait layanan dasar kepada masyarakat. Belanja wajib ini
bertujuan untuk mengurangi masalah ketimpangan sosial dan ekonomi di suatu daerah
yang dialokasi melalui Belanja Pemerintah Pusat dan Transfer Ke Daerah dan Dana
Desa (TKDD). Dalam sub bab ini informasi perkembangan dan analisis alokasi belanja
wajib spesifik yang berasal Belanja Pemerintah Pusat yang dikelola oleh instansi vertikal
Kementerian/Lembaga di Kaltara.
Grafik 3.22 Debitur KUR Menurut Sektor Usaha di Kaltara 2020
Sumber: Aplikasi SIKP
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202056
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
3.8.1 Mandatory Spending Daerah
a. Belanja Sektor Pendidikan
Alokasi belanja pada bidang pendidikan di Kaltara tahun 2020 tercatat sebesar
Rp19,49 miliar, dimana realisasinya s.d. 31 Desember 2020 mencapai Rp54,5 miliar
atau 97,23 persen dari pagu.Tabel 3.16
Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Pendidikan K/L Tahun 2020 (Juta Rp)
Realisasi anggaran bidang pendidikan cenderung tinggi yaitu mencapai 97,23 persen,
jauh di atas target sebesar 90 persen. Besaran nominal realisasi terbesar tercatat pada
output BOS Kemenag dengan besaran Rp8,08 miliar atau 97,20 persen dari alokasi.
Kemudian diikuti dengan output Insentif Tenaga Pengajar Non PNS dengan besaran
Rp5,11 miliar. Apabila dirinci, komponen Insentif Tenaga Pengajar Non PNS terdiri dari
Tunjangan Profesi, Tunjangan Khusus, dan Tunjangan Insentif yang diberikan kepada
guru Non PNS atau tenaga honorer. Capaian Output pada Insentif Tenaga Pengajar
Non PNS hanya mencapai angka 46,43 persen. Hal ini dikarenakan petunjuk teknis
terkait pengisian Progres Capaian Output (PCO) belum diterbitkan oleh kementerian
terkait sehingga Satker belum dapat melakukan update data capaian output pada
aplikasi MONEV PA.
b. Belanja Sektor Kesehatan
Output strategis di bidang kesehatan di Kalimantan Utara pada tahun 2020 mendapat
alokasi pagu sebesar Rp258,55 juta, dengan realisasi s.d. 31 Desember 2020
sebesar Rp257,09 miliar (99,43 persen). Rincian pagu dan realisasi output strategis
kesehatan serta capaian outputnya ditampilkan pada tabel berikut.Tabel 3.17
Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Kesehatan K/L Tahun 2020 (Miliar Rupiah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Aplikasi MONEV PA
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Aplikasi MONEV PA
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202057
Output Strategis bidang kesehatan pada tahun 2020 mengalami perubahan dan
anggaran yang digelontorkan mengalami sedikit kenaikan bila dibandingkan dengan
anggaran tahun 2019. Nominal penyaluran tertinggi tercatat pada output Pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi baru Lahir dengan besaran Rp130,33 (99,37 persen).
Capaian output pada belanja bidang kesehatan seluruhnya mencapai angka 100
persen.
3.8.2 Belanja Infrastruktur
Output strategis di bidang Infrastruktur di Kalimantan Utara pada tahun 2020 mendapat
alokasi pagu sebesar Rp798,22 miliar, dengan realisasi s.d. 31 Desember 2020 sebesar
Rp784,56 miliar (98,29 persen). Rincian pagu dan realisasi output strategis infrastruktur
serta capaian outputnya ditampilkan pada tabel berikut.Tabel 3.18
Realisasi Capaian Output Strategis Bidang Infrastruktur K/L Tahun 2020 (Miliar Rupiah)
Untuk menunjukkan keseimbangan pembangunan Fisik dan SDM dalam APBN, maka
alokasi Belanja Pemerintah pada bidang infrastruktur tetap mendapatkan perhatian.
Sumber: Aplikasi OMSPAN, Aplikasi MONEV PA
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202058
Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN Tingkat Regional
Anggaran Bidang Infrastruktur pada APBN 2020 salah satunya diarahkan untuk
mendukung penguatan konektivitas dan penyediaan Perumahan. Karakteristik wilayah
Kaltara sebagai Daerah Otonomi Baru sekaligus wilayah perbatasan, tentunya
melatarbelakangi regional ini menjadi salah satu prioritas pemerintah dalam rangka
mengejar ketertinggalan infrastruktur dari daerah lain. Meskipun pada tahun 2020 alokasi
belanja bidang Infrastruktur di Kaltara mengalami penurunan dari tahun 2019. Besaran
alokasi belanja bidang Infrastruktur Kaltara yang mencapai Rp798,22 miliar terealisasi
dengan tingkat persentase yang cenderung tinggi yaitu sebesar 98,29 persen dan
tercatat melampaui target sebesar 90 persen. Persentase tingkat penyerapan tersebut
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 82,30 persen pada tahun 2019 menjadi
98,29 persen di tahun 2020. Hal ini merupakan dampak kebijakan pemerintah untuk
mendorong peningkatan realisasi belanja secara cepat dalam rangka penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi melalui relaksasi syarat penyaluran belanja yang
salah satunya adalah dispensasi penyampaian Rencana Penarikan Dana (RPD) harian.
Berdasarkan tabel 3.19 terdapat beberapa angka yang tidak normal terutama pada
capaian output pada Pembangunan Jembatan serta beberapa output-output lainnya
yang tercatat sebesar 0 persen sedangkan dana yang tersalur cenderung tinggi di atas
90 persen. Berdasarkan hasil konfirmasi dengan KPPN Tanjung Selor selaku mitra
kerja dari satker terkait, hal tersebut dikarenakan belum dilakukannya revisi penyesuaian
capaian output oleh satker terkait sehingga capaian output baik pada aplikasi MEBE
maupun OMSPAN hanya mencapai 0 persen. Terkecuali pada output Embung Air Baku
yang dibangun, angka capaian output sebesar 0 persen dikarenakan pelaksanaan
penilaian progres capaian output dilakukan secara periodik sehingga hingga batas akhir
pembuatan kajian ini pihak satker belum dapat melakukan penilaian output.
Pelaksanaan belanja wajib (Mandatory Spending) regional Kaltara bukan hanya
bersumber dari APBN saja, tetapi dana APBD juga memiliki peran dalam pelaksanaan
belanja wajib yang terdiri dari belanja bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur
dalam rangka pemenuhan layanan dasar kepada masyarakat serta mengurangi masalah
ketimpangan sosial dan ekonomi di suatu daerah. Rincian dari pelaksanaan belanja
wajib yang bersumber dari APBD pemda lingkup Kaltara akan dijelaskan pada bab
berikutnya yaitu, Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD.
BAB IVPERKEMBANGAN
DAN ANALISIS
PELAKSANAAN
APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202059
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
4.1 APBD TINGKAT PROVINSI
Sebagai salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) juga memiliki peran penting dalam pemulihan
ekonomi regional Kaltara yang terkontraksi sebagai imbas pandemi Covid-19. Peran
strategis APBD tersebut diwujudkan dalam bentuk kebijakan politik anggaran yang
pro terhadap peningkatan industri ataupun juga penyerapan tenaga kerja. Menurut
data BPS, konsumsi pemerintah mempunyai andil sebesar Rp3.795,71 triliun atau
6,25 persen terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Utara, artinya penyerapan APBN
dan APBD dapat mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi regional Kalimantan
Utara. Secara agregat APBD regional kaltara, yang terdiri dari 6 (enam) Pemda yaitu 1
(satu) Pemerintah Provinsi dan 5 (lima) Pemerintah Kabupaten/Kota, dapat dilihat pada
i-account sebagai berikut.Tabel 4.1
I-Account Agregat APBD Kaltara Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202060
Rencana pendapatan APBD Kaltara 2020 diestimasikan sebesar Rp8,39 triliun atau
menurun 1,34 Persen dibanding tahun 2019. Penurunan terjadi pada komponen
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan transfer bila dibandingkan dengan
data pada tahun 2019. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) melampaui target dan
mencapai Rp997,02 miliar (106,3 persen), sedangkan realisasi pendapatan transfer
Rp6,59 triliun (94,99 persen). Sementara itu dari sisi alokasi belanja, APBD Kaltara
2020 mengalami kenaikan sebesar Rp252,3 miliar atau 2,85 persen dari alokasi belanja
tahun 2019.
APBD Kaltara mengalami defisit sebesar Rp306,4 miliar dan SILPA sebesar Rp399,75
miliar. Apabila dianalisis lebih jauh, kondisi defisit secara agregat tersebut kemungkinan
terjadi karena kebijakan pemerintah daerah untuk menggenjot sisi belanja sebagai langkah
pemerintah daerah setempat untuk menekan dampak yang disebabkan oleh Pandemi
Covid-19. Merujuk pada i-account di atas sampai dengan tahun 2020, alokasi dana transfer
di Kaltara menjadi sumber pendapatan daerah yang paling utama dalam rangka
melaksanakan pembangunan daerahnya. Hal ini ditunjukkan dengan sangat besarnya
proporsi komponen pendapatan transfer bila dibandingkan dengan PAD terhadap total
pendapatan dari Pemda regional Kaltara.
4.2 PENDAPATAN DAERAHTabel 4.2
Agregat Pendapatan APBD Kaltara Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202061
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Secara nominal realisasi pendapatan APBD di regional Kaltara tahun 2020 mengalami
penurunan sebesar 1,34 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apabila
dilihat dari sisi persentase realisasi pendapatan terhadap estimasi pendapatan mengalami
peningkatan dari 95,73 persen di 2019 menjadi 96,18 persen di 2020. Total pendapatan
yang diterima oleh seluruh Pemda baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota mencapai
Rp8,07 triliun atau 96,18 persen dari estimasi pendapatan.
Apabila ditinjau lebih rinci, hampir semua realisasi komponen pendapatan daerah regional
Kaltara mengalami penurunan bila dibandingkan dengan realisasi pendapatan pada
tahun 2019. Penurunan realisasi terbesar terjadi pada komponen pendapatan transfer
sebesar Rp390,52 miliar. Berbanding terbalik dengan mayoritas komponen pendapatan
ABPD yang mengalami penurunan, komponen Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang
Sah justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar Rp380,93 miliar atau
mengalami kenaikan 378,36 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019 yang hanya
sebesar Rp100,68 miliar.
4.2.1 Dana Transfer/Perimbangan
Dana Transfer ke Daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan, dana otonomi khusus,
dan dana penyesuaian.
4.2.1.1 Dana Transfer Umum
a. Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Umum merupakan salah satu transfer dana Pemerintah kepada
pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block
Grant yang berarti penggunaan diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas
dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah.Tabel 4.3
Alokasi dan Realisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202062
Berdasarkan tabel 4.3, regional Kaltara mendapatkan alokasi DAU sebesar
Rp3.736,44 miliar, mengalami penurunan sebesar Rp136,62 miliar atau 3,53 persen
bila dibandingkan dengan alokasi pada tahun 2019. Penurunan alokasi tersebut
merupakan respon fiskal Pemerintah Pusat dalam rangka mendukung pendanaan
penanganan Covid-19 secara terpusat dan terkoordinasi, dimana alokasi DAU
disesuaikan berdasarkan kapasitas fiskal masing-masing pemda. Besaran realisasi
DAU pada tahun 2020 mencapai Rp 3.728,06 atau 99,78 persen dari alokasi.
b. Dana Bagi Hasil (DBH)
Dana Bagi Hasil (DBH) merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan
bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan vertikal antara pusat dan daerah dengan
memperhatikan potensi daerah penghasil. Penyaluran DBH berdasarkan realisasi
penerimaan tahun anggaran berjalan (Pasal 23 UU 33/2004).
Struktur DBH terbagi menjadi 2 (dua), yaitu DBH Pajak dan DBH Sumber Daya
Alam. DBH Pajak sendiri terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak Penghasilan,
dan Cukai Hasil Tembakau (CHT). Sedagkan DBH sumber daya alam meliputi
kehutanan, mineral dan batu bara (Minerba), minyak bumi dan gas bumi, pengusahaan
panas bumi dan perikanan. Berikut ini besaran data DBH di wilayah Kaltara.Tabel 4.4
Alokasi dan Realisasi Dana Bagi Hasil Per Jenis Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
Pada tabel 4.4 dapat diketahui untuk wilayah Kaltara DBH SDA Mineral dan Batubara
merupakan pendapatan DBH terbesar dengan kontribusi terhadap total pendapatan
DBH mencapai 48,91 persen pada tahun 2019 dan mengalami peningkatan menjadi
53,68 persen pada tahun 2020. Walaupun nominal realisasi mengalami penurunan
sebesar Rp69,4 miliar atau setara 9,37 persen, namun secara persentase terhadap
alokasi terdapat kenaikan yang dipengaruhi oleh kebijakan relaksasi penyaluran
DBH untuk mendukung kegiatan penanganan dampak pandemi Covid-19 di daerah.
Sumber: Aplikasi SIMTRADA
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202063
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
4.2.1.2 DanaTransfer Khusus
a. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
Dana Alokasi Khusus Fisik (DAK Fisik) adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai Kegiatan khusus
fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Menurut
kegunaannya, DAK Fisik dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu DAK Fisik Reguler, DAK
Fisik Penugasan dan DAK Fisik Afirmasi, dan terdiri dalam 16 bidang yaitu pendidikan,
kesehatan dan keluarga berencana, perumahan dan permukiman, industri kecil
dan menengah, pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, jalan, air minum,
sanitasi, irigasi, pasar, lingkungan hidup dan kehutanan, transportasi perdesaan,
transportasi laut, dan sosial. pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana, pe-
rumahan dan permukiman, industri kecil dan menengah, pertanian, kelautan dan
perikanan, pariwisata, jalan, air minum, sanitasi, irigasi, pasar, lingkungan hidup
dan kehutanan, transportasi perdesaan, transportasi laut, dan sosial.
Seiring dengan meluasnya dampak Pandemi Covid-19, Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Keuangan menerbitkan PMK Nomor 76/PMK.07/2020 tentang
Pengelolaan Cadangan Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020. Hal
tersebut memberikan dampak meningkatnya alokasi DAK Fisik di Kaltara secara
agregat. Tujuan dari masing-masing DAK Fisik tersebut adalah sebagai berikut:
1. DAK Fisik Reguler, diarahkan untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan
masyarakat melalui pemenuhan pelayanan dasar dan pemerataan ekonomi.
2. DAK Fisik Penugasan, diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas
nasional yang menjadi kewenangan daerah dengan lingkup kegiatan spesifik
dan lokasi prioritas tertentu.
3. DAK Fisik Afirmasi, diarahkan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur
dan pelayanan dasar pada lokasi prioritas yang termasuk kategori daerah
perbatasan, kepulauan, tertinggal dan transmigrasi (Area/Spatial Based).
4. Cadangan DAK Fisik, Dana Alokasi Khusus Fisik yang dialokasikan sebagai
bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional akibat dampak pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202064
Tabel 4.5Alokasi dan Realisasi DAK Fisik per Daerah Tahun 2018-2020 (miliar Rp)
Wilayah Kaltara pada tahun 2020 mendapatkan alokasi DAK Fisik yang terdiri dari 3
jenis dan 92 Bidang dengan besaran nilai Rp612,72 miliar. Alokasi tersebut hingga
akhir Desember 2020 tersalurkan sebesar Rp595,81 miliar atau sebesar 97,23
persen. Penyaluran DAK Fisik pada periode ini mengalami peningkatan secara
persentase dari alokasi yang tersedia dibandingkan tahun 2019 diseluruh pemda
di regional Kaltara.
Di awal tahun 2020, ketentuan penyaluran DAK Fisik berpedoman pada PMK Nomor
130/PMK.07/2020 Tentang Pengelolaan DAK Fisik dimana mekanisme penyaluran
dilakukan secara bertahap dan sekaligus. Penyaluran secara sekaligus dapat
dilakukan atas alokasi DAK Fisik dengan nilai sampai dengan Rp1.000.000.000
serta berdasarkan rekomendasi. Untuk penyaluran bertahap terdapat 70 bidang/
subbidang, sekaligus rekomendasi terdapat 26 bidang/subbidang, sedangkan untuk
penyaluran sekaligus terdapat 7 (tujuh) bidang/subbidang. Sebagai respon atas
dampak pandemi Covid-19, pada bulan Agustus tahun 2020, Pemerintah menetapkan
PMK Nomor 101/PMK.07/2020 tentang Penyaluran dan Penggunaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 untuk Mendukung Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional
yang mengatur relaksasi syarat penyaluran DAK Fisik agar segera dapat
mendukung kegiatan penanganan dampak pandemi Covid-19 di daerah.
Seiring dengan terjadinya pandemi Covid-19, Pemerintah menerbitkan Perpres
72 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 54 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara TA 2020
untuk menjaga kualitas dan kesinambungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2020 dalam rangka pemenuhan kebutuhan penanganan
pandemi Covid-19. Dengan terbitnya Perpres tersebut, ditindak lanjuti Kementerian
Keuangan dengan menerbitkan PMK Nomor 77/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202065
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Cadangan Dana Alokasi Khusus Fisik Tahun Anggaran 2020. Hal tersebut
memberikan dampak meningkatnya alokasi DAK Fisik di Kalimantan Utara secara
agregat.Tabel 4.6
Alokasi dan Realisasi Cadangan DAK Fisik Tahun 2020
Pada periode pelaporan, alokasi DAK Fisik di Kaltara telah disalurkan seluruhnya
pada 6 (enam) pemda di wilayah Kaltara. Namun, pada penyaluran Cadangan DAK
Fisik masih terdapat 3 bidang yang mengalami gagal salur yaitu bidang pertanian,
bidang perumahan dan permukiman, serta bidang sanitasi di Kabupaten Tana Tidung.
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan pihak Pemkab Tana Tidung, alokasi yang gagal
salur tersebut dikarenakan pelaksanaan kegiatan dari 3 bidang tersebut memerlukan
pembiayaan yang menggunakan Dana pendamping kegiatan DAK sehingga
Pemkab Tana Tidung diharuskan untuk menganggarkan kembali dengan penetapan
APBD Perubahan Kabupaten Tana Tidung. Sampai dengan batas waktu yang telah
ditetapkan (30 September 2020) Pemkab Tana Tidung tidak dapat mengunggah
dokumen persyaratan salur DAK Fisik sehingga untuk 3 bidang Cadangan DAK
Fisik tersebut tidak dapat disalurkan.Tabel 4.7
Alokasi Cadangan DAK Fisik Gagal Salur 2020
b. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik
Dana Alokasi Khusus Non Fisik (DAK Non Fisik) adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai Kegiatan
khusus non fisik yang merupakan urusan daerah. Tabel 4.8
Alokasi dan Realisasi DAK Non Fisik 2018-2020 (Miliar Rp)
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Sumber: Aplikasi OMSPAN (diolah)
Sumber: Aplikasi SIMTRADA (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202066
Kinerja penyaluran Dana dan Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus serta
Dana Tambahan Penghasilan Guru PNS pada tahun 2020 mencapai Rp162,65
miliar sehingga melampaui alokasinya yang tercatat sebesar Rp159,37 miliar.
Penyaluran TPG dan Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus yang
melampaui alokasi berasal dari Pemkab Malinau sebesar 105,83 persen dari alokasi
dan Pemkab Nunukan sebesar 102,21 persen dari alokasi. Sedangkan kelebihan
penyaluran pada Dana Tambahan Penghasilan Guru PNS berasal dari penyaluran
pada Pemprov Kaltara dan Pemkab Malinau masing-masing sebesar 128,88 persen
dan 115,13 persen dari alokasi. Kelebihan penyaluran pada jenis DAK Non Fisik
tersebut disebabkan adanya penyaluran Dana Cadangan sebagai konsekuensi
penghentian penyaluran di Tahun 2019 karena dana di RKUD masih mencukupi
untuk dibayarkan.
Pada tahun 2020 DAK Non Fisik mengalami penurunan alokasi sebesar 1,04 persen
atau sebesar Rp4,81 miliar. Dari keseluruhan jenis DAK Non Fisik hanya BOS,
BOK, dan BOKB yang mengalami peningkatan alokasi. Kenaikan realisasi terbesar
terjadi pada akun Dana BOK dan BOKB dengan kenaikan sebesar Rp45,76 miliar
atau mengalami growth sebesar 71,93 persen. Peningkatan Dana BOK dan BOKB
sesuai dengan prioritas Pemerintah dalam mengantisipasi dampak yang disebabkan
oleh Covid-19.
4.2.1.3 Analisis Ruang FiskalRuang fiskal merupakan pengurangan antara
total pendapatan dengan dana alokasi yang
bersifat earmarked (DAK, hibah, dana
penyesuaian dan otsus, dan dana darurat) dan
belanja wajib (belanja pegawai dan belanja
barang yang mengikat). Ruang fiskal
mencerminkan ketersediaan ruang gerak
pemerintah daerah untuk menyediakan alokasi belanja sesuai arah pembangunan
Keterangan:6541: Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD (TPG) dan Tunjangan Khusus Guru PNSD di Daerah Khusus6542: Dana Tambahan Penghasilan Guru PNS6543: Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)6547: Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana(BOKB)6548: Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Ketenagakerjaan, dan Kependudukan6549: Dana Bantuan Operasional Penyelanggaraan-Pendidikan Anak Usia Dini
Grafik 4.1 Rasio Ruang Fiskal terhadap Pendapatan Kaltara 2020
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202067
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
tanpa mengganggu solvabilitas fiskal atau harus mengorbankan belanja wajib berupa
belanja pegawai.
Secara rata-rata, rasio ruang fiskal tahun 2020 untuk Provinsi Kaltara adalah 49,34
Persen. Rasio ruang fiskal tertinggi tercatat pada Pemprov Kaltara sebesar 61,2 persen.
Rasio terendah tercatat pada Pemkot Tarakan yang hanya mencapai 40,82 persen.
Rendahnya rasio ruang fiskal pada Pemkot Tarakan mengindikasikan APBD lebih banyak
dibebani untuk membiayai belanja wajib. Hal tersebut dapat berpengaruh pada alokasi
belanja untuk membiayai pembangunan karena kekhawatiran terganggunya solvabilitas
fiskal. Sedangkan untuk Pemprov Kaltara yang mencatatkan rasio ruang fiskal tinggi,
ruang fiskal yang relatif besar ini disebabkan oleh relatif kecilnya porsi belanja pegawai
(≤ 30%). Rasio ruang fiskal yang relatif tinggi di Kaltara mengindikasikan adanya upaya
seluruh Pemda untuk memprioritaskan belanja APBD pada sektor-sektor yang dapat
menstimulus perekonomian regional. Selain itu, adanya kewajiban Pemda di tahun
2020 untuk melakukan rasionalisasi belanja pegawai dalam rangka mendukung
pendanaan kegiatan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi turut mendorong
angka rasio ruang fiskal berada pada kondisi yang cukup ideal.
4.2.1.4 Analisis Komparatif Dana Transfer/Perimbangan Tren Alokasi Dana
Transfer Terhadap Indikator FiskalTabel 4.9
Alokasi Cadangan DAK Fisik Gagal Salur 2020
Peningkatan alokasi dana transfer yang diikuti dengan pengoptimalan fungsi
desentralisasi fiskal pada Pemerintah Daerah diharapkan dapat membawakan multiplier
effect bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan kualitas layanan publik oleh Pemda.
Alokasi dana transfer regional Kaltara tahun 2020 sebesar Rp6,94 triliun,
tercatat mengalami penurunan sebesar 6,44 persen dampak pengalihan pendanaan
penanganan dampak pandemi Covid-19 secara terpusat. Meskipun mengalami
penurunan, penggunaan alokasi dana transfer tetap difokuskan sebagai instrumen
Sumber: BPS Prov. Kaltara, LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202068
utama untuk melindungi masyarakat yang rentan terimbas dampak pandemi
Covid-19 di daerah. Berdasarkan tabel 4.9, beberapa indikator fiskal seperti Laju
Pertumbuhan Ekonomi, PDRB, dan Indeks Pembangunan Manusia mengalami
penurunan sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka dan Jumlah Penduduk Miskin
semakin meningkat. Hanya Gini Ratio yang masih stagnan bila dibandingkan dengan
data pada tahun 2019. Penurunan kinerja pada beberapa indikator fiskal ini merupakan
dampak yang disebabkan oleh Pandemi Covid-19 yang diumumkan kasus pertamanya
oleh Pemerintah pada bulan Maret 2020. Namun demikian, sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya bahwa peran dari dana transfer yang cukup besar dalam
memberikan stimulus bagi perekonomian di masa pandemi, berpengaruh positif
terhadap laju pertumbuhan ekonomi regional Kaltara yang meskipun mengalami
kontraksi namun masih relatif lebih baik dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi
nasional dan provinsi lain di Pulau Kalimantan.
4.2.2 Pendapatan Asli Daerah
4.2.2.1 Rasio Kemandirian Daerah
Rasio PAD terhadap pendapatan menunjukkan tingkat kemandirian keuangan suatu
daerah dalam rangka menjalankan tugas-tugas kepemerintahannya. Kontribusi PAD
terhadap total pendapatan di masing-masing pemda menunjukkan angka yang cukup
bervariasi. Kontribusi PAD yang cukup besar tercatat pada Pemprov Kaltara, yang
dipengaruhi oleh tingginya kontribusi pendapatan dari pajak kendaraan bermotor yang
memang hanya dikelola oleh Pemprov Kaltara.
Di tingkat Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Kaltara yang mencatatkan rasio kontribusi
PAD terhadap pendapatannya tertinggi adalah Pemkab Bulungan. Kontribusi PAD atas
Pendapatan yang cukup tinggi pada Pemkab Bulungan tersebut masih disumbangkan
Grafik 4.2 Rasio PAD terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020
Grafik 4.3 Rasio Dana Transfer terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202069
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
oleh penerimaan komponen Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
seiring dengan masih tingginya transaksi jual/beli tanah dan/atau gedung bangunan
di wilayah administrasi Pemkab Bulungan yang didorong oleh rencana pembentukan
Daerah Otonomi Baru Kota Tanjung Selor.
Selain dari sisi PAD, tingkat kemandirian daerah dapat juga dilihat dari sisi pendapatan
transfer yang diterima oleh pemda terkait. Pada periode 2019-2020, rata-rata rasio dana
transfer terhadap pendapatan daerah di Kaltara berada di atas 70 persen pada seluruh
Pemda. Angka rasio yang tercatat pada tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2019 seiring dengan menurunnya alokasi TKDD tahun 2020 sebagai respon fiskal
Pemerintah melalui refocusing dan realokasi anggaran untuk penanganan pandemi
Covid-19. Rasio dana transfer terhadap pendapatan daerah yang cukup tinggi di Kaltara
mengindikasikan pembiayaan belanja daerah masih bergantung pada pemerintah pusat,
sehingga langkah-langkah intensifikasi PAD melalui optimalisasi potensi-potensi sumber
daya yang dimiliki baik yang telah atau akan dilakukan Pemda, tentunya akan mampu
meningkatkan kemampuan fiskal Pemda untuk mendanai program prioritas yang dapat
mendorong tumbuhnya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kaltara.
4.2.3 Pendapatan Lain-LainSelain dari komponen PAD dan pendapatan
transfer, sumber pendapatan daerah juga berasal
dari Lain-lain PAD Yang Sah (LLPADYS)
Mayoritas sumber pendapatan Komponen
LLPADYS berasal dari Pendapatan BLUD.
Permintaan layanan kesehatan oleh masyarat
yang meningkat dimasa pandemi, mendorong
tumbuhnya realisasi pendapatan BLUD di Kaltara. Berbeda dengan pemda lainnya
di Kaltara, rasio LLPADYS terhadap pendapatan daerah tahun 2020 di Tana Tidung
dan Tarakan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019. Hal ini dipengaruhi
oleh sumber pendapatan terbesar komponen LLPADYS pada kedua pemda tersebut
tidak berasal dari pendapatan BLUD karena belum terdapat OPD yang menerapkan
PPK BLU. Pendapatan atas jasa yang diperoleh unit penyelenggara kesehatan pada
Pemda Tana Tidung dan Tarakan tercatat pada komponen PAD yaitu retribusi daerah.
Grafik 4.4 Rasio LLPADYS terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202070
4.3 BELANJA DAERAH
4.3.1 Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis BelanjaTabel 4.10
Agregat Belanja per Jenis Belanja APBD Kaltara Tahun 2018-2020 (juta Rp)
Anggaran belanja yang dialokasikan oleh Pemda lingkup Provinsi Kaltara pada tahun
2020 secara agregat meningkat sebesar 2,85 persen dari anggaran belanja tahun 2019.
Berdasarkan tabel 4.10, kenaikan yang sangat signifikan terjadi pada komponen belanja
tidak terduga dengan kenaikan 1.321,07 persen bila dibandingkan dengan alokasi
pada tahun 2019. Sebaliknya, komponen belanja modal mengalami penurunan alokasi
ditengah upaya pemerintah pusat mendorong pembangunan infrastruktur yang
dicantumkan kedalam salah satu 5 prioritas nasional pada tahun 2020. Hal tersebut
terjadi dikarenakan adanya Pandemi Covid-19 yang mengharuskan pemerintah untuk
mengambil langkah yang cepat dan extraordinary dalam menangani dampak yang
ditimbulkan oleh Pandemi Covid-19. Langkah tersebut Salah satunya, melakukan
refocusing penggunaan alokasi belanja yang diutamakan untuk belanja kesehatan serta
penanganan dampak Pandemi Covid-19 yang dapat membahayakan perekonomian
dan/atau stabilitas sistem keuangan.
Total Belanja dan Transfer APBD Pemda lingkup Kaltara pada tahun 2020 adalah sebesar
Rp8,38 triliun dengan rincian Rp7,19 triliun untuk belanja dan Rp1,19 triliun untuk transfer.
Total belanja dan transfer ini meningkat bila dibanding tahun 2019. Porsi terbesar belanja
APBD di tahun 2020 tercatat pada Belanja Operasi sebesar Rp 5,47 triliun atau 76,08
persen dari total belanja, sedangkan belanja modal hanya tercatat sebesar Rp 1,64 triliun
atau 22,67 persen dari total belanja.
Sampai dengan akhir tahun 2020 tingkat penyerapan belanja APBD mencapai 92,05
persen, meningkat signifikan dibandingkan penyerapan di tahun 2019 yang tercatat
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202071
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
sebesar 87,93 persen. Kondisi ini tentunya sangat dipengaruhi oleh upaya seluruh pemda
untuk menjadikan APBD sebagai instrumen utama dalam rangka pengendalian Covid-19
serta menstimulus ekonomi daerah agar dapat segera pulih. Pada jenis belanja Bantuan
Sosial (Bansos) meskipun tingkat penyerapannya masih belum ideal yaitu sebesar 57,28
persen dari alokasi, namun nominal realisasinya yang meningkat signifikan dibandingkan
tahun 2018 dan 2019 menunjukkan peran penting insentif perlindungan sosial untuk
mengurangi tekanan dampak Covid-19 bagi masyarakat yang rentan di Kaltara. Untuk
memberikan gambaran yang lebih komprehensif terkait belanja APBD di Provinsi Kaltara,
kami akan bahas lebih rinci pada subbab berikutnya yaitu, subbab Analisis Kinerja
Pengelolaan Keuangan Daerah.
4.4 Perkembangan BLU Daerah
4.4.1 Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah
Sampai dengan akhir tahun 2020, terdapat 5 (lima) BLUD yang ada di wilayah Provinsi
Kaltara dan seluruhnya bergerak di bidang layanan kesehatan berbentuk RSUD. Jumlah
RSUD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU di Provinsi Kaltara dikelola
oleh 5 (lima) Pemda yaitu, Pemprov Kaltara, Pemkab Bulungan, Pemkab Malinau,
Pemkab Nunukan, dan Pemkot Tarakan. Selain dari 5 pemda tersebut, Pemkab Tana
Tidung juga sudah menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU pada salah satu
fasyankes dan sampai dengan disusunnya kajian ini berdasarkan informasi yang diterima
masih dalam proses untuk peningkatan tipe/jenis instansi menjadi RSUD sebagai satker
BLUD.Tabel 4.11
Profil BLUD Regional Kaltara 2018-2020 (Juta Rp)
4.4.2 Perkembangan Pengelolaan Aset, Pagu dari APBD dan Pagu dari Pendapatan BLU
Tabel 4.12Perkembangan Aset BLUD Regional Kaltara 2018-2020 (Juta Rp)
Sumber: RSUD BLUD se-Kaltara
Sumber: RSUD BLUD se-Kaltara
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202072
Berdasarkan tabel 4.12, hanya RSUD Malinau yang mengalami penurunan aset bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan tersebut diasumsikan karena
pencatatan penyusutan pada sistem akuntansinya. Selain itu, penyusutan yang
mengurangi nilai aset tercatat tidak hanya penyusutan selama tahun 2020 saja melainkan
juga merupakan akumulasi penyusutan dari tahun-tahun sebelumnya yang belum
tercatat. Sedangkan peningkatan aset pada 4 (empat) RSUD lainnya dikarenakan adanya
pengadaan alat-alat kesehatan penanganan Covid-19 serta penambahan ruangan
isolasi bagi pasien positif Covid-19. Peningkatan nilai aset dapat juga dipengaruhi oleh
belanja yang mengakibatkan penambahan masa manfaat suatu aset, seperti renovasi
gedung, pemeliharaan alat kesehatan, dan sebagainya.
Selaras dengan kebijakan pemerintah terkait realokasi belanja pemerintah yang
difokuskan pada belanja Kesehatan dalam rangka penanganan dampak Covid-19.
Terlihat pada tabel 4.13 dana yang bersumber dari APBD mengalami peningkatan pada
hampir semua BLUD kecuali RSUD dr. H. Soemarno S. Bulungan.Tabel 4.13
Perkembangan Pagu dari APBD dan Pagu dari Pendapatan BLUD 2018-2020 (Juta Rp)
4.4.3 Analisis Legal
Penerapan pola pengelolaan BLU di semua BLUD di Kaltara sudah berlandaskan pada
peraturan kepala daerah. Pengaturan terkait SDM, Tata Kelola dan Pengendalian telah
ditetapkan, baik berupa peraturan kepala daerah ataupun peraturan yang diterbitkan
oleh pemimpin BLUD. Meskipun demikian, masih terdapat BLUD yang baru terbentuk
pada tahun 2020 yaitu RSU Kota Tarakan dimana implementasi pola pengelolaan
keuangan BLU tentunya masih akan terus melakukan pemenuhan terhadap aspek-
aspek legal.
4.5 Surplus/Defisit APBD
4.5.1 Perkembangan Surplus/Defisit APBD
4.5.1.1 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Pendapatan
Secara agregat, pada tahun 2020 regional Kalimantan Utara mengalami kondisi defisit
Sumber: RSUD BLUD se-Kaltara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202073
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
sebesar Rp306,39 miliar. Berbeda dengan tahun 2019, dimana mayoritas daerah
mengalami kondisi surplus, pada tahun 2020 mayoritas daerah justru mengalami defisit.
Rasio surplus hanya tercatat di Pemkab Malinau
dan Pemkab Nunukan pada tahun 2020. Daerah
dengan defisit terbesar tercatat pada Pemprov
Kaltara dengan defisit sebesar Rp251,6 miliar.
Kondisi defisit pada mayoritas pemda
regional Kaltara merupakan imbas dari
menurunnya seluruh komponen pendapatan
daerah, namun disaat yang sama realisasi belanja meningkat signifikan sebagai upaya
percepatan penanganan dampak pandemi Covid-19 dan stimulus pemulihan ekonomi
daerah.
4.6 Pembiayaan
4.6.1 Pembiayaan Daerah
4.6.1.1 Rasio SiLPA/SiKPA terhadap Belanja
Rasio ini diperlukan untuk mengetahui proporsi
belanja atau kegiatan yang tidak digunakan
dengan efektif oleh pemerintah daerah. SiLPA
lingkup Provinsi Kaltara pada tahun 2020
mencapai Rp399,75 miliar atau naik sebesar
45,34 persen dibandingkan tahun 2019. Apabila
dirinci per pemda, 6 (enam) pemda atau seluruh
pemda di Kaltara memiliki SILPA di tahun 2020. Faktor penyebab terjadinya SiLPA
dapat terjadi sejak proses penganggaran hingga pelaksanaan anggaran. Dari sisi
penganggaran, SiLPA terjadi karena kesenjangan anggaran (budgetary slack) baik di
sisi pendapatan yang terlalu rendah maupun belanja yang terlalu tinggi. Pada kasus ini,
penerimaan pembiayaan yang direncakan lebih besar sehingga terjadi SiLPA Positif pada
mayoritas pemda regional Kaltara. Lain halnya dengan Pemkab Malinau dan Pemkab
Nunukan dimana surplus sebagai pos utama yang berkontribusi terhadap munculnya
SiLPA.
Pada tahun 2020, rata-rata rasio di Provinsi Kaltara mengalami penurunan yang cukup
Grafik 4.5 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Grafik 4.6 Rasio SILPA/SIKPA terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202074
signifikan dari sebesar 10.3 persen menjadi 5,8 persen di tahun 2020. Penurunan rasio
SiLPA secara agregat pada tahun 2020 mengindikasikan semakin bagusnya kualitas
perencanaan pemerintah daerah dan/atau penyerapan belanja yang dilakukan
pemerintah daerah semakin optimal.
4.6.1.2 Keseimbangan Primer [Pendapatan - (Belanja-Belanja Bunga)]
Pada tahun 2020 keseimbangan primer yang terendah tercatat pada Pemkot Tarakan.
Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan pada realisasi belanja yang tidak diimbangi
dengan peningkatan pada sisi pendapatan sehingga masih belum mampu menutupi
seluruh belanja.Dapat dilihat pada Grafik 4.9 bahwa pada tahun
2020 hampir seluruh Pemda di Provinsi
Kaltara kecuali Pemkot Tarakan menunjukkan
keseimbangan primer positif. Terlihat dari grafik
4.9 Pemkab Nunukan membentuk tren
peningkatan keseimbangan primer sejak tahun
2018. Hal tersebut dikarenakan adanya
peningkatan realisasi pendapatan dari Pemkab Nunukan sejak tahun 2018 hingga tahun
2020. Tercatat peningkatan realisasi pendapatan yang paling signifikan pada komponen
Pendapatan Asli Daerah terutama pada pos Pajak Daerah dan LLPADYS.
4.6.1.3 Keseimbangan Umum
Keseimbangan umum digunakan untuk mengetahui kebijakan fiskal yang diterapkan
Pemerintah Daerah bersifat Ekspansif atau Kontraktif. Apabila Surplus, maka hal itu
menunjukan terdapat sumber pendapatan yang dapat digerakan dari ekonomi dan
APBD memiliki kapasitas untuk menghambat inflasi dan mengurangi defisit berjalan. Tabel 4.14
Keseimbangan Umum APBD Kaltara Tahun 2020 (Rp)
Dalam hal surplus, maka kebijakan bersifat kontraktif. Dan sebaliknya, apabila defisit,
maka kebijakan bersifat ekspansif untuk menggerakan ekonomi, mengatasi resesi
Grafik 4.7 Keseimbangan Primer Kaltara Tahun 2018-2020 (Miliar Rp)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202075
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
ekonomi, namun harus dicermati bahwa defisit yang tidak terkendali dapat menyebabkan
default terhadap pembayaran utang dalam menutup defisit.
4.7 Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah
4.7.1 Analisis Horizontal dan Vertikal
4.7.1.1 Analisis Horizontal
Analisis horizontal merupakan analisis untuk membandingkan angka-angka dalam
satu laporan realisasi antar pemda dalam satu regional (Provinsi). Kinerja realisasi PAD
berdasarkan tabel 4.15 menunjukkan capaian yang menggembirakan pada sebagian
besar Pemda di Kaltara, bahkan terdapat 4 (empat) Pemda dengan capaian realisasi
yang melebihi 100 persen dari target yang ditetapkan. Capaian tertinggi tercatat di
Kabupaten Bulungan yang mencapai 137,40 persen, berbanding terbalik dengan
realisasi pada Kabupaten Tana Tidung yang hanya mencapai 46,16 persen.
Selanjutnya, kinerja pemda realisasi belanja modal yang tersaji pada tabel 4.16,
menunjukkan capaian tingkat penyerapan pada tahun 2020 yang relatif ideal dan
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2019. Terdapat 3 (tiga) Pemda yang
konsisten dalam peningkatan capaian realisasi belanja modal dari tahun ke tahun,
yaitu Pemprov Kaltara, Pemkab Bulungan, dan Pemkab Tana Tidung. Untuk Pemkab
Bulungan serapan belanja modal dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 selalu
di atas 90 persen. Sedangkan tingkat penyerapan tahun 2020 sebesar 88,65 persen
pada Pemkot Tarakan, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan
periode 2018-2019 yang selalu dibawah 70 persen. Pemkot Tarakan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan pada capaian realisasi pada tahun 2020 sebesar
88,65 persen dimana capaian pada tahun 2018 dan 2019 selalu dibawah 70 persen.
4.7.1.2 Analisis Vertikal
a. Rasio Belanja Modal tehadap Total Belanja
Secara agregat, rasio belanja modal terhadap total belanja tahun 2020 di Provinsi
Tabel 4.15Realisasi PAD Kaltara Tahun 2020 (Rp)
Tabel 4.16Realisasi Belanja Modal Pemda Lingkup Kaltara Tahun 2020 (Rp)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202076
Kaltara sebesar 22,8 persen, naik dari 23,2 persen pada 2019. Dari 6 (enam) Pemda
lingkup Kaltara, hanya Pemprov Kaltara, Pemkot Tarakan, dan Pemkab Tana Tidung
yang rasio belanja modal terhadap total belanja mampu melebihi rasio agregat
regional Kaltara. Sedangkan Pemkab Bulungan, Pemkab Malinau, dan Pemkab
Nunukan besaran dari rasio belanja modal terhadap total belanja nya masih dibawah
rasio agregat regional Kaltara. Rasio belanja modal terhadap total belanja yang
tertinggi tercatat di Pemkab Tana Tidung yang mencapai 28,4 persen. Sedangkan
rasio yang terendah tercatat pada Pemkab Malinau yang hanya 13,6 persen.
Sebagai catatan, besaran belanja modal
APBD yang terealisasi di tahun 2020
sebenarnya tidak sepenuhnya untuk
membiayai pembangunan di tahun 2020.
Hal tersebut dikarenakan di beberapa
pemda APBD tahun 2020-nya juga
digunakan untuk membayar hutang biaya
pembangunan di tahun-tahun sebelumnya. Perkembangan rasio belanja modal
mengalami perbaikan dalam 3 tahun terakhir, menunjukkan upaya pemda di Kaltara
untuk meningkatkan alokasi belanja pada sektor-sektor produktif dan mempunyai
daya ungkit yang lebih besar bagi perekonomian Kaltara. Penurunan rasio ditahun
2020, merupakan dampak penyesuaian APBD dalam rangka penanganan dampak
pandemi Covid-19 melalui rasionalisasi Belanja Modal hingga 50 persen.
b. Rasio Belanja Pegawai terhadap Total BelanjaSecara agregat, rasio belanja pegawai
terhadap total belanja tahun 2020 di
Kaltara tercatat sebesar 35,45 persen. Rasio
belanja pegawai terhadap total belanja di
tahun 2020 yang tergolong sangat tinggi
tercatat di Pemkab Malinau (43,88%). Angka
tersebut mencerminakan bahwa hampir
dari setengah belanja APBD hanya dipergunakan untuk membiayai penghasilan
pegawai kota tersebut. Selanjutnya diikuti Pemkab Nunukan dengan besaran rasio
Grafik 4.8 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2020 (Triliun Rp)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Grafik 4.9 Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kaltara Tahun 2020 (Triliun Rp)
Sumber: LRA Un-audited Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202077
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
43,07 persen dari total belanjannya. Sedangkan rasio terendah tercatat pada
Pemprov Kaltara dimana belanja pegawaihanya 23,74 persen. Rasio Belanja Pegawai
pada Pemprov Kaltara merupakan kondisi ideal yang semestinya dapat menjadi
benchmarking bagi kabupaten/kota lainnya di Kaltara.
4.7.2 Analisis Kapasitas Fiskal Daerah
Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120/PMK.07/2020 tentang Peta
Kapasitas Fiskal Daerah yang ditetapkan pada tanggal 31 Agustus 2020 memberikan
informasi yang memadai mengenai Kapasitas Fiskal seluruh Pemerintah Daerah.
Mengutip dari PMK tersebut, Kapasitas Fiskal Daerah adalah kemampuan keuangan
masing-masing daerah yang dicerminkan melalui pendapatan daerah dikurangi
dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan dan belanja tertentu.
Berdasarkan tabel 4.17, secara keseluruhan,
Indeks Kapasitas Fiskal Daerah di wilayah
Provinsi Kaltara terdapat tiga Pemda yang masuk
pada kategori “Sedang”, yaitu Kabupaten
Bulungan, Kabupaten Malinau, dan Kota Tarakan.
Sedangkan lainnya berada pada kategori
“Rendah” bahkan “Sangat Rendah”. Pengukuran
indeks kapasitas fiskal daerah dibagi dalam 2
(dua) kategori, yaitu kategori Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Peta kapasitas
fiskal dapat digunakan untuk pertimbangan dalam penetapan daerah penerima hibah,
penentuan besaran dana pendamping oleh pemerintah daerah, dan/atau penggunaan
lain sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4.8 Perkembangan Belanja Wajib Daerah
4.8.1 Belanja Daerah Sektor Pendidikan
Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Pasal 31 ayat (4) dan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 49 ayat (1), alokasi anggaran untuk belanja Pendidikan minimal sebesar
20 persen dari APBD.
Berdasarkan grafik 4.13, terlihat pada tahun 2020 baik alokasi maupun realisasi belanja
Tabel 4.17Kapasitas Fiskal Daerah Kaltara Tahun 2020
Sumber: PMK Nomor 120/PMK.07/2020 (diolah)Keterangan:1.Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Provinsi • 0,277 ≤ IKFD < 0,546 (Rendah)2.Indeks Kapasitas Fiskal Daerah Kota/Kabupaten • IKFD < 0,517 (Sangat Rendah) • 0,517 ≤ IKFD < 0,747 (Rendah) • 0,747 ≤ IKFD < 1,168 (Sedang)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202078
sektor Pendidikan mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2019.
Penurunan alokasi belanja sektor Pendidikan
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
dikarenakan adanya realokasi anggaran
belanja yang difokuskan pada peningkatan
alokasi belanja kesehatan sebagai langkah
pemerintah dalam penanganan dan
pencegahan pandemi Covid-19. Apabila ditinjau
dari segi persentase alokasi belanja pendidikan terhadap APBD, regional Kaltara dari
tahun ke tahun memiliki alokasi belanja yang berada dibawah 20 persen dari APBD.
Apabila ditinjau dari perkembangan beberapa
indikator Pendidikan di regional Kaltara, sektor
pendidikan Kaltara menunjukkan
perkembangan yang progresif dari tahun ke
tahun seperti yang disajikan dalam tabel 4.18.Tabel 4.19
Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Pendidikan Kaltara Tahun 2018-2020 (Miliar Rp)
Apabila ditinjau lebih spesifik menurut sumber pendanaan belanja sektor pendidikan,
pada APBD, belanja sektor pendidikan tahun 2020 yang bersumber dari DAK Fisik
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2019. Alokasi DAK
Fisik bidang Pendidikan tahun 2020 di Kaltara menghasilkan sejumlah output diantaranya
Pembangunan Ruang Kelas Baru sebanyak 90 Unit, Rehabilitasi Ruang Kelas sebanyak
108 Unit, Pembangunan Perpustakaan Beserta Perabotnya sebanyak 1 Unit,
Pengembangan Bahan Perpustakaan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota sebanyak
1 Unit, Pembangunan Rumah Dinas Guru sebanyak 24 Unit, serta Penyediaan Sarana
dan Prasarana Belajar Lainnya.
Grafik 4.10 Pagu dan Realisasi Belanja Sektor Pendidikan 2018-2020 (Triliun Rp)
Sumber: LRA Per-fungsi Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Tabel 4.18Indikator Pendidikan Kaltara Tahun 2018-2020
Sumber: Dinas Pendidkan Provinsi Kaltara
Sumber: Aplikasi SIMTRADA dan OM SPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202079
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Selain dari DAK Fisik, alokasi DAK Non Fisik untuk sektor Pendidikan ditujukan untuk
meningkatkan kualitas guru melalui sertifikasi dan pemberian Tunjangan Profesi Guru,
serta peningkatan efektivitas BOS menunjukkan capaian realisasi penyaluran yang lebih
baik dibanding tahun 2019 walaupun dari segi alokasi mengalami sedikit penurunan.
Adapun belanja pendidikan yang bersumber dari Dana Desa mengalami penurunan
yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2019. Hal tersebut disebabkan
oleh kebijakan Refocusing Penggunaan Dana Desa yang diutamakan pada penyaluran
Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa sebagai jaring pengaman sosial di desa yang
ditujukan kepada keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang terdampak dari pandemi
Covid-19.
4.8.2 Belanja Daerah Sektor Kesehatan
Pada sektor kesehatan, telah diatur pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan yang menginstruksikan besar anggaran kesehatan Pemda dialokasikan
minimal 10 persen dari APBD. Hal ini ditunjukan pada grafik 4.14 bahwa
proporsi belanja kesehatan pemda terhadap APBD regional Kaltara dari tahun
ke tahun menunjukan peningkatan. Proporsi belanja kesehatan pemda regional
Kaltara juga telah memenuhi ketentuan yang daitur dalam Undang-Undang.
Peningkatan pada alokasi belanja kesehatan searah dengan fokus pemerintah
dalam menekan penyebaran pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari alokasi belanja
sektor kesehatan yang mengalami peningkatan pada tahun 2020 dari Rp1,15 triliun
di tahun 2019 menjadi Rp1,23 triliun di tahun 2020 Dampak dari peningkatan alokasi
belanja sektor kesehatan dapat dilihat dari perkembangan indikator Usia Harapan
Hidup yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Grafik 4.11 Pagu dan Realisasi Belanja Sektor Kesehatan 2018-2020 (Triliun Rp)
Sumber: LRA Per-fungsi Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kaltara
Tabel 4.20Usia Harapan Hidup Regional Kaltara 2018-
2020
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202080
Tabel 4.21Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Kesehatan Kaltara Tahun 2018-2020 (Miliar Rp)
Apabila ditinjau lebih spesifik menurut sumber pendanaan belanja sektor kesehatan,
pada APBD alokasi DAK Fisik serta DAK Non Fisik bidang kesehatan tahun 2020
mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan tahun 2019. Beberapa output
yang dihasilkan dari pelaksanaan DAK Fisik bidang Kesehatan pada tahun
2020 antara lain: Pengadaan Alat Kesehatan sebanyak 50 Unit, Rehabilitasi
Labkesda sebanyak 3 Unit, Penyediaan Obat dan BMHP sebanyak 8 Paket,
Pengadaan Alat Kesehatan Ruang Isolasi Covid-19 sebanyak 100 Unit, serta
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan lainnya. Selain dari DAK Fisik, alokasi
DAK Non Fisik pada bidang kesehatan juga mengalami kenaikan dengan target
peningkatan efektivitas BOK dan BOKB. Selain DAK Fisik, alokasi DAK Non Fisik bidang
kesehatan tahun 2020 juga difokuskan untuk kegiatan penanganan Covid-19.
Dalam upaya mengurangi dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan pandemi
Covid-19, pemerintah mengalokasikan cadangan DAK Fisik dimana prioritas
pelaksanaannya ditujukan untuk memberdayakan tenaga kerja dan bahan baku lokal.
Terdapat alokasi Cadangan DAK Fisik pada sektor Kesehatan di Kabupaten Tana Tidung,
namun sampai dengan akhir tahun 2020 tidak dapat disalurkan dikarenakan adanya
permasalahan administratif dalam proses revisi alokasi dalam Daftar Pelaksanaan
Anggaran (DPA) OPD teknis pelaksana kegiatan.
Sumber: Aplikasi SIMTRADA dan OM SPAN (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202081
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Sementara belanja sektor kesehatan yang bersumber dari Dana Desa juga mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2019. Hal tersebut juga disebabkan oleh kebijakan
refocusing penggunaan Dana Desa yang diutamakan pada penyaluran Bantuan
Langsung Tunai (BLT) Desa sebagai jaring pengaman sosial di desa yang ditujukan
kepada keluarga miskin atau tidak mampu di desa yang terdampak pandemi Covid-19.
4.8.3 Belanja Infrastruktur DaerahPenyesuaian pada postur APBD Tahun 2020
melalui rasionalisasi pendapatan dan belanja
dalam rangka mendukung pelaksanaan
kebijakan refocusing dan realokasi anggaran
dalam rangka pencegahan dan penanganan
Covid-19 di daerah. Komponen belanja modal
yang dirasionalisasi hingga mencapai 50
persen sebagaimana ketentuan, berdampak
pada alokasi belanja infrastruktur yang mengalami penurunan dari Rp1,41 triliun di tahun
2019 menjadi Rp1,20 triliun di tahun 2020.Tabel 4.22
Alokasi dan Realisasi Capaian Output TKDD Bidang Infrastruktur Kaltara Tahun 2018-2020 (Miliar Rp)
Grafik 4.12 Pagu dan Realisasi Belanja Sektor Infrastruktur 2018-2020 (Triliun Rp)
Sumber: LRA Per-fungsi Provinsi, Kabupaten, Kota se-Kaltara (diolah)
Sumber: Aplikasi SIMTRADA dan OM SPAN (diolah)
Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202082
Apabila ditinjau lebih dalam pada belanja infrastruktur tahun 2020 yang bersumber dari
salah satu unsur TKDD, yaitu DAK Fisik yang alokasinya mengalami penurunan hingga
47,12 persen atau sebesar Rp145,18 miliar dari tahun 2019. Guna mendukung program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui PMK 76/PMK.07/2020 dialokasikan
Cadangan DAK Fisik, dimana regional Kaltara mendapatkan alokasi untuk sektor
infrastruktur sebesar Rp14,78 miliar.
Apabila ditinjau lebih dalam pada belanja infrastruktur tahun 2020 yang bersumber dari
salah satu unsur TKDD yaitu DAK Fisik, alokasinya mengalami penurunan hingga
47,12 persen atau sebesar Rp145,18 miliar dari tahun 2019. Guna mendukung program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) melalui PMK 76/PMK.07/2020 dialokasikan
Cadangan DAK Fisik, dimana regional Kaltara mendapatkan alokasi untuk sektor
infrastruktur sebesar Rp14,78 miliar.
Belanja infrastruktur tahun 2020 yang bersumber dari Dana Desa, secara agregat juga
mengalami penurunan yang signifikan hingga Rp156,69 miliar atau 60,66 persen. Hal
tersebut juga dikarenakan kebijakan refocusing penggunaan Dana Desa yang
diutamakan pada belanja perlindungan sosial berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Desa.
BAB VPERKEMBANGAN
ANALISIS ANGGARAN
KONSOLIDASIAN
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202083
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
LAPORAN REALISASI ANGGARAN KONSOLIDASIAN
Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan yang disusun
berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Konsolidasian dalam periode tertentu. LKPK yang disusun
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kaltara pada periode 2020
menunjukkan kondisi Pendapatan Konsolidasian (gabungan antara APBN dan APBD)
Prov. Kaltara sebesar Rp3,13 triliun dan Belanja Konsolidasian sebesar Rp10,93 triliun.Tabel 5.1
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2020 (Juta Rp)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Utara
Dari sisi pendapatan konsolidasian, realisasi yang tercatat pada tahun 2020 mengalami
penurunan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 14,9 persen. Penurunan tersebut
disumbangkan oleh penerimaan pajak yang mengalami penurunan realisasi sebesar
Rp588,6 miliar atau setara 20,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut
diakibatkan adanya pandemi Covid-19 yang menyebabkan terbatasnya kegiatan
perekonomian di Kaltara. Porsi belanja terbesar terdapat pada Belanja Pemerintah
sebesar Rp10,03 triliun dari keseluruhan Belanja Konsolidasian yang berjumlah
Rp10,93 miliar. Meskipun merupakan penyumbang terbesar belanja konsolidasian,
namun Belanja Pemerintah tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan dengan
periode tahun 2019. Belanja tersebut sebagian besar berasal dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang, dan Belanja Modal.
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202084
Meskipun terjadi penurunan nilai
pendapatan konsolidasian, namun
untuk komponen PBNP, Hibah,
dan Transfer mengalami kenaikan.
Kenaikan ketiga komponen tersebut
tidak dapat mengimbangi penurunan
yang terjadi pada komponen Pajak
disebabkan dalamnya penurunan pajak pada periode tersebut. Komponen pendapatan
yang mengalami kenaikan paling besar ialah komponen Hibah, kemudian diikuti oleh
Transfer, dan PBNP dengan total kenaikan sebesar Rp38,84 miliar. Sedangkan untuk
komponen Pajak mengalami penurunan sebesar Rp588,64 miliar. Penurunan pajak
dalam negeri sebagian besar diakibatkan dari penurunan penerimaan hampir pada
semua komponen pajak. Penyumbang terbesar penurunan tersebut ialah Pajak
Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) sebesar Rp148,77 miliar dan juga Pajak Penghasilan
Pasal 23 (PPh 23) sebesar Rp100,86 miliar.
Pendapatan perpajakan pada tahun 2020 sebagian besar berasal dari Pemerintah Pusat,
yaitu sebesar Rp1.869 miliar dari total penerimaan pajak yang sebesar Rp2.399 miliar atau
5.1 PENDAPATAN KONSOLIDASIAN
Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh
pendapatan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode
pelaporan yang sama, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).
Total pendapatan konsolidasian tingkat wilayah Provinsi Kaltara mengalami penurunan
dari Rp3.683,3 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp3.133,5 miliar di tahun 2020.
5.1.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Pendapatan Konsolidasian Provinsi Kaltara pada tahun 2020 mengalami penurunan
sebesar 14,09 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut berbanding
lurus dengan keadaan perekonomian Provinsi Kalimantan Utara yang mengalami
kontraksi sebesar 1,11 persen (c-to-c) dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Kontribusi pendapatan konsolidasian pada tahun 2020, masih menempatkan kelompok
perpajakan sebagai kontributor terbesar, diikuti PNBP, Hibah, dan Transfer. Untuk lebih
detailnya terlihat dari grafik berikut.
Grafik 5.1 Komposisi Pendapatan Konsolidasian Tahun 2020
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Utara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202085
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
sharing untuk Pemerintah Pusat sebesar 79,89 persen dan pemerintah daerah sebesar
20,11 persen. Berikut komposisi pendapatan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah
daerah pada tahun 2020.
Kontribusi terbesar pajak Pemerintah Pusat
berasal dari Pajak Dalam Negeri, yaitu
sebesar Rp1.817 miliar atau 97,22 persen.
Penyumbang terbesar Pajak Dalam Negeri
berasal PPN DN sebesar Rp599,1 miliar
atau setara 32,06 persen dan PPh 21
sebesar Rp485 miliar atau setara dengan 25,96 persen dari keseluruhan penerimaan
perpajakan Pemerintah Pusat. Kondisi yang sebaliknya terjadi pada PNBP dan hibah
konsolidasian, kontribusi pemerintah daerah lebih dominan. Bahkan untuk pendapatan
hibah dan transfer keseluruhannya bersumber dari Pemda. Untuk PNBP Pemerintah
Pusat dan pemerintah daerah memiliki sharing masing-masing sebesar 16,5 persen
dan 83,5 persen. Komponen PNBP Pemda sebagian besar merupakan kontribusi
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (LPADYS) dengan besaran Rp464,74 miliar
atau setara 49,75 persen.
Sementara pajak Perdagangan Internasional
seluruhnya bersumber dari Pemerintah
Pusat. Pada saat perekonomian Kaltara
mengalami kontraksi 1,11 persen, Pajak
Perdagangan Internasional tetap
mengalami pertumbuhan yang positif
dibandingkan periode sebelumnya.
Pertumbuhannya mencapai 103,1 persen
atau menjadi Rp51,87 miliar. Penyumbang
terbesar Pajak Perdagangan Internasional ialah Pendapatan Bea Masuk dengan
proporsi Rp26,26 miliar atau setara 50,63 persen. Hal tersebut sejalan dengan
pertumbuhan pada Sektor Impor Barang dan Jasa yang mengalami pertumbuhan
sebesar 3,06 persen (c-to-c) yang merupakan sektor pertumbuhan tertinggi di Kaltara.
Grafik 5.2 Komposisi BelanjaPemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Tahun 2020 (Miliar Rp)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Grafik 5.3 Perbandingan Penerimaan Perpajakan Pusat dan Daerah Terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Tahun 2020 (miliar Rp)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202086
5.1.2 Rasio Pajak
Rasio Pajak Konsolidasian dihitung dari perbandingan pajak konsolidasian terhadap
PDRB di wilayah Kaltara pada tahun 2020, mengalami penurunan menjadi 3,85 persen
dibanding tahun 2019 yang sebesar 4,77 persen. Penurunan rasio perpajakan sejalan
dengan laju pertumbuhan PDRB yang mengalami kontraksi. Berikut grafik perkembangan
rasio perpajakan terhadap PDRB.Berdasarkan grafik 5.4, selama tiga tahun
terakhir kenaikan PDRB ADHK diikuti pula
oleh kenaikan penerimaan perpajakan,
demikian pula penurunan PDRB ADHK
akan diikuti pula dengan dengan penurunan
penerimaan perpajakan.
Perkembangan rasio pajak konsolidasian terhadap PDRB ADHK di wilayah Kaltara
pada tahun 2020 mencapai 3,85 persen, jauh lebih rendah dibanding rasio pajak
nasional yang berkisar 8,63 persen dari PDB.
Penurunan terbesar penerimaan pajak terjadi pada jenis pajak PPh 21. Kondisi ini
dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 yang berdampak pada sektor ketenagakerjaan,
mengingat jenis pajak PPh 21 dipotong/dipungut atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima oleh pegawai, bukan
pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya. Tabel 5.2
Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja Di Kaltara
Berdasarkan tabel 5.2, terlihat komposisi tenaga kerja yang terdampak Covid-19
sebanyak 71.455 orang memengaruhi penerimaan PPh 21. Selain itu, pada tahun 2020
kebijakan pemerintah dalam rangka PEN melalui pemberian insentif perpajakan
untuk menstimulus aktivitas dunia usaha berupa PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP)
berimplikasi terhadap realisasi penerimaan PPh 21.
Grafik 5.4 Rasio Pajak terhadap PDRB Kaltara Tahun 2018-2020 (Miliar)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202087
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
5.1.3 Analisis Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Perubahan Realisasi Pendapatan
Konsolidasian
Pada tahun 2020 PDRB (ADHK) Provinsi Kaltara mencapai Rp60,74 miliar atau
mengalami kontraksi sebesar 1,11 persen dari periode sebelumnya (c-to-c). Demikian
pula dengan pendapatan pajak konsolidasian di regional Kaltara pada periode yang
sama, tercatat mengalami penurunan yang signifikan sebesar Rp588,64 miliar atau
sebesar 20,11 persen dari tahun 2019.Tabel 5.3
Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pusat dan Daerah Kaltara Tahun 2018-2020 ( Rp)
Pendapatan PNBP dan Hibah juga mengalami pertumbuhan positif dengan persentase
yang cukup besar mencapai 5,14 persen. Kenaikan tersebut paling besar disumbangkan
oleh komponen LLPADYS (Pemprov) dengan capaian sebesar Rp227,31 miliar.
5.2 BELANJA KONSOLIDASIAN
Belanja Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh belanja
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah dalam suatu wilayah pada satu periode
pelaporan, dan telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi). Total
realisasi Belanja Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah di wilayah Kaltara
pada tahun 2020 mengalami penurunan sebesar 1,9 persen dari realisasi tahun 2019.
Nominal realisasi pada tahun 2020 menurun dari sebesar Rp11.142,17 miliar menjadi
Rp10.930,55 miliar.
5.2.1 Analisis Proporsi dan Perbandingan
Dalam 3 tahun terakhir, lebih dari separuh total realisasi belanja konsolidasian terserap
pada sektor belanja operasional. Pada tahun 2020, realisasi belanja operasional
mengalami peningkatan menjadi Rp7.269,25 miliar sehingga meningkatkan kontribusi
belanja dan transfer terhadap total belanja konsolidasian dari 63,27 persen pada tahun
2019 menjadi 66,50 persen pada tahun 2020. Sementara porsi belanja produktif atau
belanja modal mengalami penurunan yang signifikan mencapai Rp478,43 miliar atau
15,15 persen.
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202088
Pada tahun 2020, Porsi belanja yang
bersumber dari pemda senantiasa lebih
dominan dari belanja Pemerintah Pusat.
Hal ini dapat dilihat dari belanja pemda
yang memiliki proporsi 71,70 persen atau
meningkat dari sebelumnya yang hanya
sebesar 65,38 persen dari keseluruhan
belanja konsolidasi. Belanja Pemerintah
Pusat pada tahun 2020 berfokus pada belanja barang. Hal ini tercermin dari grafik 5.5,
yang menggambarkan belanja barang berkontribusi sebesar 38,28 persen dibandingkan
belanja modal yang berkontribusi sebesar 36,73 persen terhadap seluruh belanja
konsolidasian.
Meningkatnya kontribusi belanja barang tersebut, sesuai dengan kebijakan Menteri
Keuangan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Salah satu langkah
yang diambil adalah dengan melakukan percepatan penyerapan untuk menjaga
pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah berperan penting dalam
menstimulus roda perekonomian dimana Belanja barang memiliki dampak yang lebih
besar dan lebih cepat dalam mendorong pertumbuhan perekonomian perekonomian
dibanding belanja modal atau belanja pegawai.
5.2.3 Analisis PerubahanTren belanja dalam periode 2019-2020,
berdasarkan kontribusi jenis belanja terhadap
total belanja mengalami mengalami beberapa
perubahan. Pada tahun 2020 hampir semua
belanja mengalami penurunan realisasi,
kecuali belanja subsidi, hibah, dan belanja tak
terduga. Belanja pegawai masih memberikan
kontribusi paling besar terhadap total belanja konsolidasian, ditunjukkan dengan
peningkatan kontribusi belanja pegawai sebesar 0,5 persen. Demikian pula dengan
kontribusi belanja hibah yang mengalami peningkatan signifikan sebesar 79,6 persen,
berbanding terbalik dengan kontribusi belanja modal yang menurun sebesar 13,6 persen.
Grafik 5.5 Komposisi Belanja Konsolidasian Antara Pusat dan Daerah Tahun 2020 (miliar)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Grafik 5.6 Komposisi Belanja Konsolidasian Tanpa Transfer Tahun 2018-2020
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202089
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Peningkatan signifikan pada kontribusi belanja hibah terjadi karena adanya perhelatan
Pilkada serentak di wilayah Kaltara serta adanya tambahan kebutuhan dana dalam rangka
penerapan protokol kesehatan pada pelaksanaan Pilkada serentak di masa pandemi
Covid-19.Meskipun belanja pegawai merupakan penyumbang terbesar bagi total belanja,
namun pada tahun 2020 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
Penurunan belanja pegawai mencapai Rp40,67 miliar atau setara 1,23 persen.
Hampir semua belanja mengalami penurunan, kecuali belanja subsidi, hibah, dan belanja
tak terduga. Belanja hibah pada periode tersebut mengalami kenaikan paling besar
dengan capaian Rp739 miliar atau naik sebesar Rp320,1 miliar setara dengan 7,36
persen. Kenaikan ini seiring dengan adanya kegiatan pemilihan kepala daerah di
Kalimantan Utara. Kenaikan belanja hibah tersebut terjadi salahsatunya diakibatkan
adanya keperluan tambahan dana untuk protokol saat pilkada dilakukan.
5.2.4 Analisis Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja
KonsolidasianTabel 5.4
Rasio Belanja Operasi Konsolidasian Terhadap Total Belanja Konsolidasian Kalimantan Utara Tahun 2018-2020
Rasio belanja operasi konsolidasian selama tiga tahun terakhir selalu mengalami
peningkatan dari 62.80 persen di tahun 2018, meningkat menjadi 63.27 persen di tahun
2019, terakhir menjadi sebesar 66,5 persen pada tahun 2020. Semakin meningkatnya
rasio belanja operasi, menunjukkan alokasi belanja yang terdiri dari semua belanja
selain belanja modal dan belanja tak terduga untuk mendukung jalannya pemerintahan
senantiasa meningkat di wilayah Kaltara. Pada tahun 2020 belanja operasi digunakan
sebagai salah satu instrumen pemerintah dalam menghadapi pandemi Covid-19 karena
belanja operasi memberikan dampak lebih besar dan cepat untuk pertumbuhan
perekonomian dalam jangka waktu pendek. Namun sebaiknya pada masa yang akan
datang setelah keadaan normal kembali, perlu lebih memfokuskan belanja modal pada
sektor-sektor produktif yang memiliki daya ungkit besar terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202090
5.2.5 Rasio Belanja Konsolidasian per Kapita
Rasio belanja konsolidasian per kapita pada tahun 2020 secara agregat mengalami
kenaikan dari Rp81.581.731 menjadi Rp84.544.748 atau 3,63 persen dibandingkan
tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah di Kaltara membelanjakan
anggarannya bagi setiap penduduk sebesar Rp16.908.950 untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Tabel 5.5
Belanja Konsolidasian per Kapita
Berdasarkan data tabel 5.5, sebagian besar kabupaten/kota di Kaltara mengalami
kenaikan pertumbuhan belanja perkapita, kecuali untuk wilayah Kota Tarakan dan
Kabupaten Malinau. Kabupaten Tana Tidung merupakan daerah dengan rasio tertinggi,
yaitu sebesar Rp29,91 juta. Tingginya rasio ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk di
Kabupaten Tana Tidung yang hanya mencapai 27.923 jiwa dan jumlah tersebut
merupakan jumlah penduduk terkecil untuk wilayah kota/kabupaten di Kaltara.
Hal sebaliknya terjadi di Kota Tarakan dengan rasio hanya sebesar Rp6,07 juta,
yang memiliki penduduk sebanyak 258.608 jiwa atau hampir 10 kali lipat jumlah
penduduk Kabupaten Tana Tidung .
5.2.6 Rasio Belanja PendidikanBelanja pada fungsi pendidikan untuk
pemda/pemkot di Kaltara mengalami
penurunan dari Rp1.451,91 miliar pada tahun
2019 menjadi Rp1.430,63 miliar pada tahun
2020. Kota Tarakan merupakan daerah
dengan porsi belanja fungsi pendidikan
terbesar terhadap total belanja konsolidasi.
Sebaliknya Kabupaten Tana Tidung
merupakan daerah dengan persentase belanja fungsi pendidikan terkecil.
Belanja pendidikan di Kaltara hampir semua mengalami penurunan, kecuali Kota Tarakan
yang mengalami peningkatan alokasi pada tahun 2020 sebesar Rp42,35 miliar. Demikian
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Grafik 5.7 Porsi Belaja Fungsi Pendidikan
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202091
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
pula untuk proporsi belanja pendidikan Kota Tarakan memiliki porsi paling besar
mencapai 27,42 persen dari sebelumnya hanya 15,75 persen. Peningkatan yang sangat
pesat tersebut merupakan indikator arah kebijakan Pemkot Tarakan untuk mendukung
program pendidikan. Kenaikan porsi belanja pendidikan berbanding lurus dengan kenaikan
rata-rata lama sekolah (RLS) dari tahun 2019 sebesar 9,96 meningkat 1 basis poin
pada tahun 2020 menjadi 9,97. Demikian pula dengan harapan lama sekolah (HLS)
yang meningkat 29 basis poin dari sebesar 13,73 pada tahun 2019 menjadi sebesar
14,02 pada tahun 2020. Hal tersebut mendorong pertumbuhan HLS di Kaltara
menjadi positif 0,09 tahun. RLS dan HLS merupakan salah satu komponen yang
digunakan untuk perhitungan IPM. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan
capaian IPM Kota Tarakan yang juga mengalami penurunan dari 76,09 menjadi 75,83
pada tahun 2020. Meskipun demikian, kebijakan yang diambil Pemkot Tarakan untuk
meningkatkan porsi belanja pendidikan merupakan kebijakan yang efektif untuk menjaga
pertumbuhan IPM agar tidak mengalami penurunan yang semakin dalam.
5.3 SURPLUS/DEFISIT
5.3.1 Komposisi Surplus/Defisit Konsolidasian dan Rasio
Surplus/Defisit adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan daerah dan belanja
daerah dalam tahun anggaran yang sama. Pada tahun 2020, defisit konsolidasian
pemerintah di regional Kaltara mencapai Rp7.797,06 miliar. Penyumbang terbesar
defisit tersebut berasal dari APBN di wilayah Kaltara yang mencapai Rp7.490,67
miliar. Besarnya defisit Pemerintah Pusat tersebut karena APBN berperan
sebagai fungsi distribusi. Penerimaan perpajakan bagian Pemerintah Pusat dicatat dalam
APBN tidak dirinci per daerah, kemudian seluruh penerimaan tersebut didistribusi
ke seluruh Pemerintah Daerah dalam bentuk belanja transfer ke daerah. Agregat
APBD Pemda se-Kaltara defisit sebesar Rp306,39 miliar. sehingga rasio defisit
konsolidasian terhadap PDRB di Kaltara minus 7,27 persen.
Defisit pada tahun 2020 meningkat dibandingkan
tahun 2019 yang hanya sebesar Rp7.088,97.
Meningkatnya defisit ini merupakan salah satu
kebijakan perekonomian yang pemerintah
gunakan dalam menghadapi pandemi Covid-19Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Tabel 5.6 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian Terhadap
PDRB Kaltara Tahun 2020 (miliar)
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202092
karena belanja pemerintah tersebut dioptimalisasikan untuk menjaga pertumbuhan
ekonomi.
5.3.2 Perbandingan Rasio Surplus/Defisit Antar Kabupaten/Kota
Defisit konsolidasian tertinggi terjadi di
Pemprov Kaltara sebesar Rp2.501 miliar,
sedangkan yang terendah tercatat di
Pemkab Tana Tidung dengan defisit
sebesar Rp37,4 miliar. Kondisi anomali terjadi
di Kota Tarakan, yang tercatat mengalami
surplus APBN sebesar Rp664 miliar
pada akhir tahun 2020. Surplus APBN tersebut
dikarenakan realisasi pajak pusat hanya tercatat di Kota Tarakan, mengingat dua
Kantor Pelayanan Pajak yang ada di Kaltara (KPP Tarakan dan KPP Tanjung Redeb)
berkedudukan di Kota Tarakan, sehingga kode lokasi pada penerimaan pajak pusat ha-
nya tercatat di Kota Tarakan karena realisasi pajak pusat di KPP hanya terjadi di Kota
Tarakan.
5.4 ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO
Belanja pemerintah pada tahun 2020 tercatat sebesar Rp6.327,1 miliar, turun dari
realisasi belanja di tahun lalu yang mencapai Rp6.333,1 miliar. Demikian pula
dari sisi kontribusi belanja pemerintah dalam pembentukan PDRB mengalami
penurunan dari sebesar 6,56 persen pada tahun 2019 menjadi sebesar 6,29 persen pada
tahun 2020. Kondisi ini menggambarkan penurunan belanja pemerintah berbanding lurus
dengan laju PDRB di Kaltara serta mengindikasikan adanya petumbuhan yang melambat
untuk pembangunan di Kaltara. Menurunnya tingkat partisipasi pemerintah di dalam
pembangunan perekonomian Kaltara juga berdampak langsung terhadap perekonomian
Kaltara yang mengalami kontraksi pada periode pelaporan.
Grafik 5.8 Grafik Surplus/Defisit Konsolidasi Tahun 2020 (Miliar Rp)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202093
Bab V Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian
Tabel 5.7 Tabel Kontribusi Pemerintah dalam Pembentukan PDRB Kalimantan Utara Tahun 2018-2020 (Rp)
Sumber: LKPK Kanwil DJPb Provinsi Kaltara dan BPS Prov. Kaltara
Selanjutnya, dari sisi kontribusi investasi pemerintah tidak jauh berbeda dengan
kontribusi belanja pemerintah dalam pembentukan PDRB. Kontribusi investasi pemerintah
juga terus mengalami penurunan, pada tahun 2019 investasi pemerintah berkontribusi
sebesar 3,16 persen, turun menjadi sebesar 2,56 persen pada tahun 2020. Kondisi ini
dimungkinkan karena adanya kebijakan rasionalisasi belanja modal untuk mendukung
pendanaan kegiatan penanganan dampak Covid-19.
Selain itu, terdapat beberapa kendala yang memengaruhi hal tersebut, salah satunya
adalah tertundanya pembangunan Pos Lintas Batas Negeri di Nunukan karena terdapat
penolakan dari warga terhadap biaya ganti rugi berdasarkan appraisal dinas terkait serta
sebagian lahan masih mengalami sengketa, dan terdapat alokasi belanja modal yang
bersumber dari dana PNBP untuk pelaksanaan pekerjaan fisik di Kementerian Hukum
dan HAM tidak terserap optimal karena Maksimum Pencairan (MP) PNBP yang terbit
belum mencukupi kebutuhan anggaran satker.
BAB VIKEUNGGULAN DAN
POTENSI EKONOMI
SERTA TANTANGAN
FISKAL
REGIONAL
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202094
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
6.1 SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL DI KALIMANTAN UTARA BERDASARKAN ANALISIS LQ, SHIFT-SHARE, MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP), OVERLAY, DAN TIPOLOGI KLASSEN
Kegiatan ekonomi yang bervariasi mendorong setiap daerah kabupaten atau kota
untuk mengembangkan potensi ekonominya. Oleh karena itu pembangunan daerah
dilakukan secara terpadu dan sinergis agar pembangunan yang berlangsung sesuai
dengan prioritas dan potensi daerah. Struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah
akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam menentukan upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya (Sjafrizal,
2008). Setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, untuk mampu meningkatkan
perekonomian daerah dan dapat mengelola dengan baik maka setiap daerah/wilayah
harus memilih sektor ekonomi unggulan/potensi (Devi, 2014).
Salah satu indikator untuk menggambarkan tingkat kemakmuran suatu daerah ada-
lah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku ataupun atas
dasar harga konstan. Perubahan setiap sektor usaha terhadap struktur PDRB dapat
memberikan gambaran keadaan perekonomian di wilayah Kaltara. Dari keadaan
tersebut dapat diketahui keunggulan dan potensi yang dimiliki oleh Kaltara untuk
mencapai tujuan pembangunan. Dengan mengetahui keunggulan dan potensi yang di-
miliki maka kesempatan daerah tersebut untuk bersaing yang lebih tinggi.
Sektor perekonomian unggulan dan potensial di Kaltara dapat diketahui melalui analisis
data PDRB Kaltara dan PDB Nasional per lapangan usaha. Untuk melakukan analisis
diperlukan metode tertentu sebagai suatu alat analisis. Hal tersebut akan menjadi sangat
krusial jika analisis dilakukan hanya dengan satu alat (metode). Oleh karena itu, dalam
rangka melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial dalam suatu wilayah akan
menggunakan beberapa metode analisis, antara lain analisis Location Quotient (LQ),
Shift Share (SS), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), metode overlay, dan tipologi Klassen.
Analisis LQ dilakukan bertujuan untuk mengetahui sektor usaha unggulan dalam
keunggulan komparatif dan juga digunakan untuk memahami potensi salah satu sektor
suatu wilayah terhadap sektor yang sama terhadap wilayah yang lebih luas.
Berdasarkan data PDRB Kaltara dan PDB Nasional per lapangan usaha dalam periode
tahun 2014 sampai dengan tahun 2020, diperoleh hasil analisis sektor unggulan dan
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202095
potensial di Provinsi Kalimantan Utara sebagaimana tampak pada tabel berikut.Tabel 6.1
Hasil Analisis Potensi Sektor Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014-2020
Sumber: Data PDB dan PDRB BPS (diolah)Keterangan :1. Data sumber berasal dari PDRB Kaltara dan PDB Nasional tahun 2014-2020.2. Jika nilai LQ>1, hal tersebut berarti sektor atau sub sektor usaha bersangkutan merupakan sektor basis dan memiliki keunggulan komparatif.
Dari tabel 6.1 terlihat beberapa kategori lapangan usaha memiliki nilai LQ lebih besar
dari 1 (satu) dan nilai tersebut relatif stabil dalam 7 (tujuh) tahun terakhir, memiliki
pengertian bahwa selama ini sektor tersebut merupakan basis perekonomian di
Kaltara. Lapangan usaha yang menjadi basis perekonomian di Kaltara relatif stabil
antara lain, yaitu 1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; 2. Sektor Pertamban-
gan dan Penggalian; 3. Sektor Konstruksi; 4. Sektor Transportasi dan Pergudangan;
dan 5. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Se-
lain hal tersebut, dapat juga diketahui lapangan usaha yang memiliki potensi yang baik
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202096
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
untuk dikembangkan dan ditingkatkan di masa mendatang, meskipun pada saat ini
belum menjadi basis ekonomi.
Analisis Shift Share (SS) digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi
daerah dengan perekonomian nasional dan juga untuk mengetahui keunggulan
kompetitif dan spesialisasi sektor lapangan usaha di Kaltara. Berdasarkan data PDRB
Kaltara dan PDB Nasional per lapangan usaha dalam periode tahun 2014 sampai dengan
tahun 2020, diperoleh hasil analisis SS pendekatan klasik di Provinsi Kalimantan Utara
sebagaimana pada tabel berikut.Tabel 6.2
Hasil Analisis Shift Share klasik Prov. Kaltara Tahun 2014-2020 (Juta Rp)
Dengan menggunakan pendekatan analisis SS (klasik) dapat diketahui secara
keseluruhan bahwa sektor lapangan usaha di Kaltara memiliki nilai komponen
pertumbuhan nasional (Nij) yang memiliki nilai positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pertumbuhan sektor-sektor tersebut secara positif dipengaruhi oleh pertumbuhan
nasional. Secara tidak langsung hal tersebut menggambarkan bahwa kebijakan
Sumber: Data PDB dan PDRB BPS (diolah)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202097
fiskal dan moneter nasional memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan sektor
lapangan usaha di Kaltara.
Komponen pertumbuhan proporsional (Mij) pada tahun 2020 mengalami sedikit
perubahan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada tahun 2020 pertumbuhan
sektor regional lebih banyak mengalami perlambatan dibandingkan dengan sektor
serupa di tingkat nasional. Sektor lapangan usaha yang mengalami perlambatan
pertumbuhan ialah sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, dan sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang berdampak
terhadap perubahan prioritas pembangunan pemerintah dari pembangunan fisik menjadi
jaringan pengamanan sosial dan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
yang diambil oleh pemda di wilayah Kaltara.
Komponen keunggulan kompetitif (Cij) sebagian besar menunjukkan nilai yang positif.
Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersebut memiliki keunggulan komparatif
dibandingkan wilayah lain di Indonesia, begitu juga sebaliknya apabila komponen
keunggulan memiliki nilai minus maka hal tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut
tidak memiliki keunggulan komparatif. Namun, terdapat beberapa sektor lapangan usaha
yang mengalami perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu
sektor Informasi dan Komunikasi serta sektor Real Estate. Meskipun sektor Informasi
dan Komunikasi mengalami pertumbuhan prosporsional (Mij) yang positif pada tahun
2020, tetapi hal tersebut tidak berdampak langsung terhadap keunggulan kompetitif
dibandingkan dengan sektor yang sama untuk wilayah yang lain di Indonesia.
Nilai pergeseran bersih (Dij) pada tahun 2020 untuk semua sektor menunjukkan angka
yang positif. Hal tersebut mengindikasikan pergerakan keseluruhan sektor yang
progresif.
Analisis MRP dilakukan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi terutama struktur
ekonomi wilayah Kalimantan Utara yang menekankan pada kriteria pertumbuhan baik
secara eksternal (nasional) maupun intemal (wilayah Kalimantan Utara). Pendekatan
analisis MRP dibagi menjadi 2 (dua), yaitu rasio pertumbuhan wilayah referensi
Nasional (RPr) dan rasio pertumbuhan wilayah studi Kaltara (RPs).
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202098
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Hasil analisis MRP diklasifikasikan menjadi empat:
1. Klasifikasi 1, yaitu nilai RPs (+) dan RPr (+) berarti mempunyai pertumbuhan yang
menonjol baik pada tingkat wilayah referensi (Nasional) maupun pada tingkat wilayah
Kaltara. Kegiatan ini selanjutnya disebut sebagai dominan pertumbuhan.
2. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (+) berarti pada tingkat wilayah referensi
Nasional pertumbuhannya tidak menonjol, akan tetapi pada wilayah studi Kaltara
pertumbuhan kegiatan tersebut menonjol. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang
potensial untuk dikembangkan di wilayah studi Kaltara
3. Klasifikasi 3, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (-) berarti pada tingkat wilayah referensi
(Nasional) mempunyai pertumbuhan yang menonjol namun pada wilayah studi
Kaltara belum menonjol.
4. Klasifikasi 4, yaitu RPr (-) dan RPs (-) berarti baik pada tingkat wilayah referensi
(Nasional) maupun wilayah studi Kaltara mempunyai pertumbuhan yang rendah.Tabel 6.3
Hasil Perhitungan Model Rasio Pertumbuhan
Sumber: Data PDB dan PDRB BPS (diolah)Keterangan :1. Jika nilai >1, maka rasio pertumbuhan menunjukkan tanda positif (+)2. Jika nilai >1, maka rasio pertumbuhan menunjukkan tanda positif (-)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 202099
Pada tabel 6.3 menunjukkan bahwa lapangan usaha Konstruksi; Jasa Pendidikan; Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Jasa Lainnya merupakan kegiatan yang dominan
pertumbuhan yang artinya kegiatan tersebut pada tingkat Nasional maupun wilayah
Kaltara mempunyai pertumbuhan menonjol (klasifikasi I).
Lapangan usaha yang potensial untuk dikembangkan (klasifikasi II) di wilayah Kaltara
ialah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik
dan Gas; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; dan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, yang mana sektor
tersebut diharapkan akan potensial peranannya dalam memberikan kontribusi
pertumbuhan Provinsi Kalimantan Utara. Sedangkan untuk sektor-sektor seperti
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Informasi dan
Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; dan Jasa Perusahaan
pertumbuhannya rendah di wilayah Kalimantan Utara, dan tinggi di tingkat Nasional
yang mengindikasikan kegiatan sektoral tersebut kurang potensial untuk dikembangkan
(klasifikasi III) di wilayah Kalimantan Utara.
Lapangan usaha yang masuk klasifikasi IV ialah lapangan usaha Pertambangan dan
Penggalian. Sektor tersebut meskipun penyumbang terbesar terhadap PDRB, tetapi
persentase proporsi terhadap PDRB selalu mengalami penurunan dalam 3 (tiga) tahun
terakhir, begitu pula untuk pertumbuhan sektornya pada tahun 2020 juga mengalami
penurunan mencapai -6.81 persen.
Metode Overlay dengan menggunakan analisis LQ, MRP, dan Shift Share mempunyai
penilaian terhadap sektor-sektor ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria kontribusi,
kriteria pertumbuhan, dan keunggulan kompetitif wilayah Kaltara. Berikut
hasil analisis overlay dari penggunaan ketiga alat analisis.Tabel 6.4
Hasil Analisis Metode Overlay Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2014-2020
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020100
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Sumber: Data PDB dan PDRB BPS (diolah)Keterangan :1. Jika nilai +++, maka sektor tersebut merupakan sektor unggulan2. Jika nilai ++/+, maka sektor tersebut merupakan sektor potensial3. Jika nilai ---, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor potensial
Berdasarkan tabel 6.4 hasil perhitungan analisis overlay untuk wilayah Kalimantan
Utara dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; Transportasi dan
Pergudangan; dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib merupakan sektor yang unggulan atau dominan karena mempunyai tingkat
pertumbuhan yang positif dan memberikan kontribusi yang besar serta memiliki
keunggulan kompetitif dalam PDRB Kalimantan Utara.
2. Sektor industri pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Perdagangan Besar dan
Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya
termasuk dalam sektor yang potensial dengan memberikan tingkat pertumbuhan
yang besar/positif dan memiliki keunggulan kompetitif tetapi memiliki kontribusi
yang tidak terlalu signifikan. Sektor Pertambangan dan Penggalian termasuk dalam
kriteria ini, tetapi dengan klasifikasi yang sedikit berbeda dengan sektor yang lain.
Sektor ini memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB dan memiliki keunggulan
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020101
Berdasarkan grafik 6.1 dapat diketahui
sebagian besar sektor ekonomi yang
potensial di wilayah Kalimantan Utara
berada pada sektor maju dan berkem-
bang yang diwakili oleh kuadran 3 (tiga)
yang mencapai 7 sektor, yaitu Industri
Pengolahan; Pengadaan Listrik dan
Gas; Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Jasa Pendidikan; Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan Jasa Lainnya. Sektor maju dan tumbuh cepat
yang diwakili oleh kuadran 1 (satu) terdapat 5 (lima) sektor yang terdiri atas, Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Konstruksi; Transportasi
dan Pergudangan; dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib. Dan yang terakhir sektor yang relatif tertinggal diwakili kuadran 3 (tiga), yaitu
sektor Informasi dan Komunikasi serta sektor Real Estate. Dengan banyaknya sektor
yang maju dan berkembang di Kalimantan Utara memberikan ruang yang sangat luas
untuk mengembangkan/meningkatkan perekonomian.
6.2 SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSIAL DI KALIMANTAN UTARA
Pada subbab ini akan dibahas lebih detail tentang sektor unggulan, yaitu sektor
kompetitif tetapi tingkat pertumbuhannya mengalami perlambatan. Sektor Informasi
dan Komunikasi dan Real Estate juga merupakan sektor yang potensial
dikarenakan memiliki keunggulan kompetitif.
3. Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Jasa
Keuangan dan Asuransi; dan Jasa Perusahaan merupakan sektor dengan
tingkat pertumbuhan dan kontribusi kecil terhadap PDRB Kaltara.
Analisis berikutnya adalah dengan menggunakan scatter plot tipologi Klassen.
Penggunaan analisis ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis sektor atau komoditas
unggulan atau prioritas suatu daerah berdasrakan laju pertumbuhan dan kontribusi
PDRB sektoral.
Sumber: Data PDB dan PDRB BPS (diolah)Keterangan :1. Kuadran 1, sektor maju dan tumbuh pesat2. Kuadran 2, sektor maju namun tertekan3. Kuadran 3, sektor maju dan masih berkembang4. Kuadran 4, sektor relatif tertinggal
Grafik 6.1 Hasil Analisis Pertumbuhan dan Kontribusi Provinsi Kaltara Tahun 2018-2020
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020102
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; dan Administrasi Pemerintahan;
dan Pertahanan dan Jaminan Sosial sedangkan sektor potensial hanya akan dibahas
sektor Pertambangan dan Penggalian sebagai penopang terbesar PDRB untuk wilayah
Kaltara.
6.2.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Berdasarkan hasil analisis overlay dan tipologi Klassen, sektor Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan merupakan sektor unggulan yang maju dan tumbuh pesat. Pertumbuhan
ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara cenderung bersumber dari kegiatan
perekonomian di sektor primer. Sektor primer yang sangat mempengaruhi perekonomian
Provinsi Kaltara adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta sektor Per-
tambangan dan Penggalian.
Pada tahun 2020 kedua sektor ini memiliki kontribusi paling besar terhadap PDRB
Kaltara dengan besaran mencapai Rp36,59 triliun atau 43.77 persen. Sektor Pertani-
an, Kehutanan, dan Perikanan menyumbang sebesar 17.98 persen, sedangkan sektor
Pertambangan dan Penggalian sebesar 25.79 persen pada periode yang sama.
Meskipun masuk dalam kuadran I, pemerintah daerah dapat untuk lebih mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya. Salah satunya dengan pemanfaatan lahan yang belum produktif.
Berdasarkan data yang ada mempunyai luas lahan lading/huma dan lahan sementara
tidak diusahakan di Kalimantan Utara yang mencapai luasan 38,615 hektar dan 121,542
hektar sedangkan lahan pertanian dan perkebunan di Provinsi Kaltara yang sudah
diusahakan/digunakan secara aktif sebesar 14,333 hektar dan 36,460 hektar.
Salah satu multiplier effect yang diharapkan dari optimalisasi tersebut dapat mening-
katkan penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Utara. Berikut tabel kontribusi sektoral
dengan penyerapan tenaga kerja.Tabel 6.5
Perkembangan Kontribusi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Prov. Kaltara Tahun 2017-2020
Berdasarkan tabel 6.5, selama 4 tahun terakhir sektor ini selalu mengalami pertumbuhan
baik dari besaran PDRB maupun penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2020 sektor ini
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020103
mengalami kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar 3,79 persen atau menyerap tenaga
kerja sebanyak 103.368 tenaga kerja dan sektor ini merupakan menyerap tenaga kerja
terbesar di Kalimantan Utara dengan kontribusi sebesar 31,28 persen terhadap seluruh
tenaga kerja di Kalimantan Utara. Hal ini menjadi modal untuk mempertahankan dan
meningkatkan keunggulan sektor basis tersebut di masa mendatang.
6.2.2 Sektor Konstruksi
Sektor Konstruksi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis di Kaltara.
Sebagai daerah provinsi termuda yang sedang gencar melakukan pembangunan
infrastruktur, konstruksi menjadi penyumbang terbesar ketiga PDRB. Kontribusi
sektoral terhadap PDRB pada tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 0,99 poin
menjadi 13,01 persen. Kontribusi tersebut tentu akan semakin mempercepat
pembangunan infrastruktur secara otomatis dan juga akan mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi daerah/negara. Sedangkan rerata pertumbuhan
sektor ini selama 6 tahun terakhir ialah 6,79 persen. Meskipun rerata pertumbuhan sektoral
tersebut relatif tinggi, tetapi pada tahun 2020 terjadi pelambatan pertumbuhan yang
cukup signifikan dari 12,02 persen pada tahun 2019 menjadi hanya 0,25 persen pada
tahun 2020. Hal tersebut tidak memengaruhi peran sektoral konstruksi sebagai salah
satu kontributor penyumbang besar terhadap PDRB Kaltara.
Data tersebut menunjukkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor unggulan dan
potensial untuk Provinsi Kalimantan Utara. Hal ini diperkuat dengan penggunaan analisis
Tipologi Klassen yang menunjukkan sektor ini merupakan sektor maju dan tumbuh
pesat yang terklasifikasi pada kuadran I. Sektor konstruksi merupakan salah satu basis
perekonomian daerah yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB (LQ>I) dan
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan wilayah lain di Indonesia (Cij +). Selain itu,
hasil analisis menggambarkan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kaltara lebih besar
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional (PDB) begitu pula dengan kon-
tribusi sektor ini terhadap PDRB Kaltara lebih besar dibandingkan PDB. Hal ini dapat
diartikan bahwa sektor Konstruksi di Kalimantan Utara merupakan sektor yang potensial
karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar
dibandingkan kinerja secara nasional.
Namun terjadinya pandemi Covid-19 memberikan dampak terhadap pertumbuhan sektor
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020104
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
konstruksi. Hal tersebut diakibatkan adanya kebijakan pemda terkait pembatasan
interaksi sosial dan perkumpulan manusia di tempat umum sehingga menyebabkan
berbagai pekerjaan termasuk pekerjaan konstruksi berhenti dan tertunda sementara.
Mengingat perannya yang sangat penting untuk menggerakkan perekonomian negara,
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah mengambil berbagai kebijakan dan
perubahan agar sektor konstruksi tetap berjalan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan
sektor Konstruksi pada tahun 2020 pada grafik berikut.Berdasarkan grafik 6.2, pertumbuhan
sektoral pada tahun 2020 (q to q) yang selalu
meningkat (kecuali pada triwulan II/
pada awal terjadinya pandemi Covid-19).
Pembangunan pada sektor konstruksi akan
memberikan sebuah multiplier effect kepada
suatu perekonomian nasional. Konstruksi
adalah sektor yang penggunaan tenaga
kerjanya cukup intensif khususnya di negara berkembang, dan output dari sektor
konstruksi sangat bergantung pada kinerja tenaga kerja. Berikut grafik penyerapan tena-
ga kerja sektor Konstruksi dari tahun 2018 – 2020.
Selama 3 tahun terakhir pertumbuhan PDRB
sektor Konstruksi berbanding lurus dengan
peningkatan penyerapan tenaga kerja di
Kaltara. Dengan jumlah tenaga kerja
sebesar 19.666, sektor ini menyumbang
tenaga kerja sebesar 5,95 persen dari total
tenaga kerja. Sektor kontruksi di Kaltara masih
tetap potensial di tahun ini dan beberapa tahun ke depan. Hal itu disebabkan salah
satu prioritas pembangunan wilayah Kaltara meningkatnya pembangunan infrastruktur,
utilitas dan fasilitas yang merata (RPJMD Kalimantan Utara). Dengan kondisi geografis
yang ada, pemerintah mengutamakan pembangunan infrastruktur yang terpadu (darat,
sungai, laut, dan udara). Selain itu juga memeratakan pembangunan fasilitas fisik,
sosial, ekonomi dan pengelolaan di seluruh wilayah terlebih di daerah perbatasan dan
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)
Grafik 6.2 Perkembangan Sektor Konstruksi di Kalimantan Utara Tahun 2020 (Triwulan)
Grafik 6.3 Perkembangan Penyerapan Naker Sektor Konstruksi di Kaltara (2018-2020)
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020105
terpencil. Bahkan pemerataan pembangunan untuk wilayah Kalimantan Utara dari tahun
2014 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini diperkuat dengan meng-
gunakan alat analisis Indeks Williamson.Berdasarkan grafik 6.4, ketimpangan
pembangunan antar wilayah di Kaltara semakin
rendah, dari tahun 2014 yang indeksnya 0,2382
menjadi 0,1417 pada tahun 2019. Hal ini
mengindikasikan pemerataan pembangunan
di Kaltara lebih baik dari tahun ke tahun.
Infrastruktur merupakan faktor penting dalam
pembangunan perekonomian. Keberadaan
infrastruktur dalam perekonomian akan
mendorong peningkatan produktivitas faktor-faktor produksi, memperlancar mobilitas
penduduk, barang dan jasa, juga memperlancar perdagangan antar daerah. Ketersediaan
infrastruktur akan meningkatkan output ekonomi dalam jangka pendek dan akan mening-
katkan produktivitas dalam jangka panjang (Permana, 2010; Stupak, 2018).
6.2.3 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib terdiri dari
kegiatan yang termasuk dalam administrasi pemerintahan, kebijakan ekonomi dan
sosial, hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan negara, serta jaminan sosial
wajib (KBLI, 2017). Nilai PDRB dari sektor tersebut diperoleh dari penjumlahan seluruh
belanja pegawai dari kegiatan administrasi pemerintahan dan pertahanan ditambah
dengan penyusutan. Jumlah pegawai pemerintah di Kaltara menjadi indeks tertimbang
yang berpengaruh terhadap fluktuasi kontribusi PDRB dari sektor dimaksud.Di tahun 2020, kontribusi sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan
Sosial Wajib terhadap total PDRB (ADHK) di
Kaltara mengalami kenaikan sebanyak 0.19
basis poin menjadi 2,63 persen. Pada tahun
2019 terjadi kenaikan jumlah PNS didorong
oleh dibentuknya Instansi Polda Kalimantan
Utara. Dibandingkan tahun 2019 sektor ini
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)*) Data tahun 2020 belum dirilis oleh BPS
Grafik 6.4 Indeks Williamson
Keterangan :a. IW< 0,3, ketimpangan ekonomi wilayah rendah b. IW, 0,3-0,5, ketimpangan ekonomi wilayah sedang c. IW.> 0,5, ketimpangan ekonomi wilayah tinggi
Grafik 6.5 Perkembangan Jumlah PNS dan Kontribusi PDRB 2017-2019
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)*) Data tahun 2020 sampai dengan laporan ini dibuat belum dirilis oleh BPS
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020106
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
mengalami tumbuh melambat 5,61 basis poin menjadi 1,07. Sedangkan pada tahun
2021 diperkirakan akan meningkat, hal itu dikarenakan masih akan bertambahnya PNS
baru sebagai dampak adanya pembukaan perkantoran perwakilan di wilayah Kalimantan
Utara. Namun demikian, seharusnya ketergantungan ekonomi kepada sektor
administrasi pemerintahan perlu dikurangi.
6.2.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Lapangan usaha sektor Pertambangan dan Penggalian mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis di Kaltara. Sektor ini merupakan penopang utama
perekonomian di Kalimantan Utara dengan menyumbang Rp25.584,9 miliar atau
berkontribusi sebesar 25,45 persen terhadap PDRB (ADHB) Kaltara. Meskipun pada
tahun 2020 mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB, namun sektor ini tetap
menjadi penyumbang utama terhadap besaran PDRB.
Dengan penggunaan analisis Tipologi Klassen, sektor ini merupakan sektor maju dan
tumbuh cepat yang terwakilkan pada kuadran I. Sektor Pertambangan dan Penggalian
merupakan salah satu basis perekonomian daerah yang memberikan kontribusi besar
terhadap PDRB (LQ>I) dan memiliki keunggulan komparatif dibandingkan wilayah
lain di Indonesia (Cij +). Selain itu, hasil analisis menggambarkan laju pertumbuhan
ekonomi (PDRB) Kaltara lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
nasional (PDB) begitu pula dengan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kaltara lebih
besar dibandingkan PDB. Hal ini dapat diartikan bahwa sektor Pertambangan dan
Penggalian di Kaltara merupakan sektor yang potensial karena memiliki kinerja laju
pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang lebih besar dibandingkan kinerja nasional.
Salah satu penyumbang terbesar sektor
ini ialah pertambangan batubara dan lignit.
Dari tahun 2018 pertambangan batubara
dan lignit selalu mengalami fluktuatif. Berdasarkan grafik 6.6, selama 3 tahun
besaran PDRB sektoral sangat dipengaruhi
oleh kontribusi subsektor pertambangan
batubara dan lignit. Meskipun dari sisi harga, batubara cenderung mengalami penurunan
sejak tahun 2018 tetapi subsektor tersebut tetap menjadi penopang utama PDRB Kaltara.
Grafik 6.6 Kontribusi Pertambangan Batubara dan Lignit Tahun 2018-2020
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020107
Pada awal tahun 2020, harga batubara acuan dipatok pada angka 92,41 USD per ton dan
terus menurun hingga mencapai nilai 65,93 USD per juta ton bahkan sempat menyentuh
level terendah pada bulan September 49,42 USD. Harga batubara acuan rata-rata pada
tahun 2020 berada pada nilai 58,17 USD, mengalami penurunan sebesar 10,03 persen dari
periode sebelumnya. Penurunan harga batubara acuan ini terjadi karena adanya
penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor khususnya China karena adanya pan-
demi Covid-19.
Untuk kedepannya, sektor Pertambangan dan Penggalian masih akan menjadi
penopang utama PDRB Kaltara. Selain itu untuk potret Ekspor Kaltara tahun 2021 juga
masih akan didominasi hasil tambang, khususnya dari komoditas batubara. Hal tersebut
didasarkan pada hasil statisik beberapa tahun terakhir, hasil tambang berkontribusi
lebih dari 70 persen ekspor Kaltara. Bahkan untuk tahun 2021, sektor ini akan
menambah dominasi nilai ekspor karena adanya penambahan kuota produksi batubara.
Semakin besarnya kontribusi sektor ini terhadap PDRB, seharusnya perlu diantisipasi
oleh pemerintah daerah karena hasil tambang merupakan sumber daya alam yang tidak
bisa diperbarui lagi. Sehingga apabila sudah habis, maka kinerja ekspor Kalimantan
Utara akan menurun drastis. Perlu disiapkan produk ekspor alternatif untuk mengganti
peran batu bara di masa mendatang dengan komoditi dari sektor lain.
6.3 TANTANGAN FISKAL REGIONAL
Komoditas pertanian sangat penting dan strategis karena menyangkut kebutuhan dasar
manusia. Menurut teori Piramida Maslow, kebutuhan fisiologis manusia termasuk pangan
merupakan kebutuhan paling mendasar yang harus dipenuhi. Dengan meningkatnya
jumlah populasi di dunia yang tidak diimbangi dengan kenaikan penyediaan bahan
pangan karena produktivitas pertanian pangan yang meningkat lebih lambat
mengakibatkan ketahanan pangan global berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Kondisi ini menyebabkan harga komoditas pertanian di dunia terus meningkat.
Harga komoditas yang fluktuatif dan cenderung meningkat akhir-akhir ini sangat
dipengaruhi oleh harga internasional, dimana lonjakan harga pangan dunia saat ini sudah
berada di posisi tertinggi dalam 3 tahun terakhir. Berdasarkan data FAO food prices index
yang dihitung dari rata-rata tertimbang 55 jenis komoditas perdagangan internasional
menunjukkan indeks rata-rata pada tahun 2020 sebesar 98,0 atau naik sebesar 3.0 dari
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020108
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2020 tercatat indeks tertinggi sebesar 108,3
yang terjadi pada Desember.
Meski demikian, dalam beberapa tahun terakhir, kinerja produksi padi relatif stabil dengan
berbagai upaya khusus percepatan swasembada pangan yang melalui berbagai program
terobosan kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka optimalisasi lahan dan
penambahan luas tanam, perbaikan infrastruktur dan penyediaan bantuan sarana
usaha tani. Sementara itu, volatilitas harga komoditas memberikan dampak terhadap
kuantitas produksi dan ekspor pada kelompok perkebunan khususnya pada komoditas
kelapa sawit, karet, dan kakao
6.3.1 Tantangan Fiskal Pemerintah Pusat
Salah satu sektor penting yang mendukung tercapainya kedaulatan pangan ialah
sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB), penyerapan tenaga kerja, penciptaan kesempatan kerja/berusaha, peningkatan
pendapatan masyarakat, dan sumber perolehan devisa.Target pemerintah di bidang
pertanian ialah mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern. Dalam
kenyataannya, produksi komoditas pertanian tidak selalu konsisten meningkat, melainkan
berfluktuasi, bahkan sebagian di antaranya menunjukkan tren menurun. Berikut ini
kontribusi sektor Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan terhadap PDB Indonesia
tahun 2018-2020.
Kondisi yang ingin dicapai dalam terjaganya
ketahanan pangan nasional adalah stabilnya
pasokan pangan, akses pangan mudah dan
murah serta distribusi pangan yang lancar.
Melalui dukungan pembangunan dan
perbaikan infrastruktur pertanian dapat
mendorong produktivitas pertanian
sehingga menjamin ketersediaan pasokan.
Sementara itu, dengan terselesaikannya proyek-proyek infrastruktur perhubungan juga
diharapkan dapat mendukung terciptanya sistem logistik yang lebih efisien sehingga
dapat mendukung stabilitas harga hingga ke tingkat daerah. Dukungan pembangunan
Grafik 6.7 Kontribusi Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Terhadap PDB Tahun 2018-2020
Sumber: BPS Prov. Kaltara (diolah)
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020109
dan perbaikan infrastruktur pertanian dapat mendorong produktivitas pertanian sehingga
menjamin ketersediaan pasokan. Sementara itu, dengan terselesaikannya proyek-
proyek infrastruktur perhubungan juga diharapkan dapat mendukung terciptanya
sistem logistik yang lebih efisien sehingga dapat mendukung stabilitas harga hingga
ke tingkat daerah. Di sisi lain, perubahan iklim memberi ancaman bagi produktivitas
perekonomian, khususnya di sektor primer seperti pertanian dan perikanan (ekosistem
kelautan). Hal tersebut berpotensi menciptakan gangguan pasokan sehingga mendorong
kenaikan harga komoditas pertanian dan perikanan yang merupakan bagian penting
dari ketahanan pangan.
Selain kebijakan tersebut, pemerintah juga melanjutkan kebijakan pupuk bersubsidi
untuk tahun 2020. Bahkan untuk mendukung kebijakan tersebut, pemerintah
meningkatkan subsidinya menjadi Rp29,7 triliun atau setara 8.949.303 ton pupuk.
Sedangkan untuk penetapan alokasi pupuk bersubsidi per provinsi didasarkan pada
beberapa hal, antara lain rata-rata realisasi penyaluran selama 5 tahun terakhir, serta
data sistem elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK) 2020.
6.3.2 Tantangan Fiskal Pemerintah Daerah
Pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Kalimantan Utara masih cenderung bersumber
dari kegiatan perekonomian di sektor primer. Sektor primer yang sangat mempengaruhi
perekonomian Prov. Kaltara adalah sektor pertanian; dan pertambangan dan penggalian.
Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang berbasis pada sumber daya alam yang
tidak terbarukan. Perluasan dan pengembangannya juga rentan merusak lingkungan
dan mengakibatkan bencana. Selain itu, kegiatan pengolahan yang dapat memberikan
nilai tambah kepada hasil sektor tersebut masih sangat terbatas. Saat ini kegiatan
perekonomian di sektor tersebut belum memiliki forward linkage ke sektor industri.
Artinya, produk kedua sektor tersebut sebagian besar masih dijual sebagai bahan mentah
atau tidak terolah. Seperti produk sektor pertanian masih diserap dalam bentuk
konsumsi langsung oleh masyarakat lokal.
Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh Kaltara dalam mendukung
program pemerintah terkait dengan kedaulatan pangan. Pertama, belum optimalnya
pemanfaatan lahan potensial yang produktif pertanian di Kaltara, sehingga
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020110
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
hasil produksi menjadi terbatas. Hal tersebut dipengaruhi karena kurangnya
infrastruktur yang tersedia dalam mendukung peningkatan produktivitas. Baik itu,
infrastruktur pengairan (bendungan, embung, ataupun jaringan irigasi) maupun
infrastruktur jalan/transportasi yang digunakan untuk mobilitas barang/orang. Masih
terdapat beberapa daerah di Kaltara yang memiliki akses jalan kurang memadai/
memiiliki konektivitas yang rendah. Hal tersebut berdampak terhadap proses
distribusi hasil atau bahan pertanian yang terhambat selain itu juga menyebabkan
bertambahnya waktu yang diperlukan untuk melakukan pendistribusian barang/hasil
pertanian, padahal hasil pertanian cenderung tidak bertahan lama. Faktor lain yang
memengaruhi ialah lahan potensial yang tersedia untuk pertanian belum semuanya
dibuka dengan baik dan statusnya kepemilikannya masih banyak yang belum jelas.
Kedua, kurang tersedianya sarana produksi pertanian. Salah satu permasalahannya
ialah ketersediaan bibit unggul sebagai inputan utama dalam menghasilkan produk
pertanian yang berkualitas. Disamping itu, minimnya ketersediaan pupuk, obat obatan
juga menjadi tantangan petani dalam bertanam di Provinsi Kaltara.
Ketiga, terbatasnya sumber daya manusia di bidang pertanian. Sebagian besar
tenaga kerja yang bergerak di sektor pertanian merupakan para transmigran. Rendahnya
sumber daya manusia di bidang pertanian bukan hanya bersumber dari tenaga kerja,
namun juga jumlah tenaga penyuluh pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas,
lalu keberadaan kelompok tani, gapoktan yang belum terorganisir dengan baik, dan
kelembagaan swadaya masyarakat yang bergerak di bidang agrobisnis dan agroindustri
masih kurang. Hal ini terlihat dari keberadaan agroindustri yang lingkupnya baru berskala
industri rumah tangga.
Keempat, belum berkembangnya hilirisasi komoditas pertanian. Sebagian besar
hasil produk pertanian belum dapat memberikan nilai tambah ekonomi. Hal tersebut
disebabkan karena penjualan produk pertanian merupakan penjualan langsung
(mentah) tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Baru sebagian kecil yang melakukan
pengolahan produk pertanian menjadi produk jadi.
6.3.3 Sinkronisasi Kebijakan Fiskal Pusat-Daerah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan ekonomi
Bab VI Keunggulan dan Potensi Ekonomi Serta Tantangan Fiskal Regional
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020111
nasional sehingga harus mendapatkan prioritas. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun PDRB, penyerapan tenaga kerja,
penciptaan kesempatan kerja/berusaha yang masih tinggi. Sinkronisasi kebijakan
perencanaan dan pengangggaran antara pusat dan daerah terkait dengan kedaulatan
pangan selaras antara kebijakan pusat dan daerah.
Pembangunan pertanian di Kalimantan Utara diharapkan dapat mengembangkan
perekononomian yang berdaya saing, yaitu dengan dengan meningkatkan nilai tambah
ekonomi berbasis unggulan. Hal tersebut dilakukan dengan menentukan arah kebijakan
pembangunan pertanian, antara lain:
a. Meningkatkan produksi pertanian dalam arti luas secara adil dan berkelanjutan
yang mendukung kesejahteraan masyarakat.
b. Memperkuat perwujudan ketahanan dan kedaulatan pangan.
c. Memperkuat kelembagaan petani.
d. Mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
e. Meningkatkan penerapan teknologi yang tepat untuk pengembangan sektor
unggulan.
Selain itu pembangunan pertanian di Kaltara bertujuan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan ekonomi hijau (green economy). Hal
tersebut dilaksanakan dengan peningkatan ketersediaan infrastruktur pengairan
(jaringan irigasi) dan sarana produksi pertanian. Selain infrastruktur pengairan, Pemda
juga memberikan prioritas pembangunan konektivitas antar daerah di Kaltara,
antara lain pembangunan infrastruktur yang terpadu (darat, sungai, laut, dan udara) dan
pemerataan pembangunan fasilitas fisik, sosial, ekonomi dan pengelolaan di seluruh
wilayah terlebih di daerah perbatasan dan terpencil.
BAB VIIANALISIS TEMATIK
“ Refocusing APBD Untuk Mendanai Program
Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (PC-PEN) di Daerah”
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020112
Bab VII Analisis Tematik
7.1 Pendahuluan
Sejak kasus positif Covid-19 pertama kali terkonfirmasi pada Februari 2020 di dalam
negeri, Pemerintah berupaya menempuh berbagai langkah extraordinary untuk
mengendalikan penyebaran wabah penyakit yang tetapkan oleh WHO sebagai pandemi
pada Bulan Maret 2020. Dari sisi kebijakan fiskal dan keuangan negara, Pemerintah
menempuh langkah dengan menerbitkan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan
Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2020, kebijakan fiskal penanganan pandemi Covid-19
merupakan upaya sinergis antara Pemerintah Pusat dengan Pemda dengan melakukan
refocusing dan realokasi Belanja pada APBN dan APBD untuk mendanai program
penanganan dampak pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Dari sisi
APBN, Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian/Lembaga melakukan refocusing
dengan mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-
kegiatan yang bersifat mendukung percepatan penanganan Covid-19 dan melakukan
revisi serta penyesuaian anggaran secara cepat, sederhana dan akuntabel. Sementara
realokasi anggaran dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang secara umum kurang
prioritas, dana yang masih diblokir, sisa tender dan kegiatan yang dibatalkan, belanja
perjalanan dinas, pertemuan yang menghadirkan banyak peserta serta kegiatan yang
belum ada perikatan. Adapun dari sisi APBD, Pemda melakukan penyesuaian postur
APBD dengan melakukan rasionalisasi target pendapatan dan pagu belanja.
7.2 Penyesuaian Belanja APBDBerpedoman pada Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan Nomor
177/KMK.07/2020 Tentang Percepatan
Penyesuaian Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah Tahun 2020 Dalam Rangka
Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), Serta Pengamanan Daya Beli
Tabel 7.1Agregat Penyesuaian Belanja dan Pendapatan
APBD Kalimantan Utara 2020
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Bab VII Analisis Tematik
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020113
Masyarakat Dan Perekonomian Nasional, pemerintah daerah diminta untuk melakukan
penyesuaian pada postur APBD sebagai langkah strategis di daerah dalam rangka
mencegah, menangani dan mengantisipasi dampak pandemi Covid-19 yang
diperkirakan akan mempengaruhi realisasi penerimaan negara dan pendapatan daerah
secara signifikan. Besaran alokasi belanja dan pendapatan APBD dalam sub bab ini
mengacu pada Laporan Penyesuaian APBD Pemda se-Kaltara sebagaimana diatur
dalam PMK Nomor 35/PMK.07/2020, sehingga terdapat perbedaan besaran alokasi
dengan postur APBD pada BAB IV Perkembangan Analisis dan Pelaksanaan APBD
yang mengacu pada LRA APBD Pemda per 31 Desember 2020.
Pemda se-Kaltara telah menyelesaikan proses penyesuaian postur APBD di akhir
bulan April. Dari sisi pendapatan, dari total target yang direncanakan pada
APBD awal tahun 2020 sebesar Rp8,75 triliun turun sebesar 7,52 persen atau
menjadi sebesar Rp8,09 triliun. Sementara dari sisi Belanja, pagu secara agregat yang
direncanakan sebesar Rp 9,27 triliun juga turun menjadi Rp 7,91 triliun.
Lebih lanjut dari sisi penyesuaian pendapatan, angka persentase rasionalisasi terbesar
tercatat pada komponen PAD sebesar 12,28 persen atau turun dari Rp1,09 triliun
menjadi Rp0,95 triliun. Persentase rasionalisasi PAD tertinggi berasal dari APBD Kota
Tarakan yang tercatat sebesar 45 persen dari target sebelumnya, dimana target Pajak
Perhotelan dan Pajak Restoran mengalami rasionalisasi yang paling dalam. Hal ini
merupakan respon kebijakan fiskal Pemkot Tarakan seiring dengan menurunnya
secara drastis tingkat hunian hotel dan penjualan restoran yang memang menjadi salah
satu sektor ekonomi esensial di Tarakan. Sementara dari komponen belanja, hal yang
menjadi perhatian adalah persentase rasionalisasi Belanja Modal pada Kabupaten
Nunukan yang mencapai 89 persen dari alokasi sebelumnya atau turun sebesar
Grafik 7.1 Persentase Rasionalisasi APBD 2020 Per Pemda Kaltara
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020114
Bab VII Analisis Tematik
Rp250,3 miliar, sehingga tercatat melampaui batas minimal rasionalisasi belanja modal
yang diatur dalam SKB Mendagri dan Menkeu sebesar 50 persen. Penyesuaian APBD
dengan merasionalisasi target pendapatan dan belanja tersebut diharapkan akan mampu
mendukung implementasi refocusing Belanja dalam rangka penanganan dampak
pandemi Covid-19 di daerah.
7.3 Kinerja Belanja Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PC-PEN) di Kalimantan Utara
Pemerintah daerah mengutamakan penggunaan alokasi belanja hasil penyesuaian
pendapatan dan belanja dalam APBD tahun 2020 untuk mendukung langkah-
langkah percepatan penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PC-PEN) melalui 3 (tiga) sektor prioritas yaitu Belanja Bidang Kesehatan, jaring
pengaman sosial, dan Pemulihan Dampak Ekonomi di daerah.
7.3.1 Pagu dan RealisasiPada tahun 2020, agregat alokasi Belanja APBD
untuk program PC-PEN di wilayah Kaltara mencapai
Rp501,56 miliar atau sebesar 6,33 persen terhadap
total belanja APBD pada Laporan Penyesuaian
APBD Tahun 2020 se-Kalimantan Utara. Dari
total tersebut, mayoritas atau sebesar 59,91
persen digunakan untuk Belanja Bidang Kesehatan yang mencapai Rp300,48 miliar.
Grafik 7.2 Komposisi Alokasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara
Grafik 7.3 Komposisi Alokasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara per Pemda (Miliar Rp)
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)Jika dilihat per Pemda, rata-rata alokasi belanja PC-PEN mencapai 8,22 persen dari total
belanja APBD tahun 2020 yang telah mengalami penyesuaian di masing-masing pemda.
Secara nominal, alokasi belanja program PC-PEN yang terbesar di Kaltara tercatat
pada Provinsi Kaltara yang mencapai Rp136,21 miliar. Sebaliknya, pada Kabupaten
Bulungan tercatat alokasi yang terkecil dengan nominal sebesar Rp59,5 miliar. Belanja
Bidang Kesehatan merupakan fokus yang paling dominan hampir di seluruh Pemda.
Bab VII Analisis Tematik
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020115
Tabel 7.2Realisasi Belanja Penanganan Covid-19 Kaltara (Miliar Rp)
Hingga akhir periode pelaporan, Belanja Penanganan Covid-19 di Kaltara secara
agregat terealisasi sebesar Rp413,7 miliar atau 74,07 persen dari alokasi. Persentase
realisasi tertinggi tercatat pada Belanja Bidang Kesehatan yang mencapai Rp241,6
miliar atau 72,27 persen dari alokasi. Berikutnya adalah realisasi belanja Jaring
Pengaman Sosial yang mencapai Rp102,6 miliar atau sebesar 72,91 persen dari alokasi.
Belanja Penanganan Covid-19 dengan capaian persentase realisasi yang masih
relatif rendah tercatat pada belanja untuk Pemulihan Dampak Ekonomi yang baru
mencapai 66,09 persen dari alokasi atau sebesar Rp69,09 miliar.
7.3.2 Capaian Output
Pemanfaatan hasil penyesuaian APBD 2020 melalui program PC-PEN adalah respon
fiskal Pemda melalui instrumen Belanja yang difokuskan pada kegiatan Bidang
Kesehatan, Penyediaan Jaring Pengaman Sosial, dan Penanganan Dampak Ekonomi.
Untuk belanja Bidang Kesehatan di wilayah Kaltara, sampai dengan akhir tahun 2020
mayoritas pemanfaatannya digunakan untuk mendanai pembayaran Insentif Tenaga
Kesehatan, pengadaan alat-alat kesehatan dirumah sakit, bahan medis dan obat-
obatan, penyediaan ruang isolasi Covid-19, serta penyediaan jaminan pelayanan
Kesehatan. Adapun capaian output untuk kegiatan-kegiatan dengan nominal alokasi
yang terbesar pada belanja bidang kesehatan di Kaltara disajikan pada tabel berikut.Tabel 7.3
Capaian Output Belanja Bidang Kesehatan
Adapun stimulus APBD untuk penyediaan Jaring Pengaman Sosial di wilayah Kaltara,
sampai dengan akhir tahun 2020 mayoritas pemanfaatannya berupa Bantuan Langsung
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020116
Bab VII Analisis Tematik
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Tunai (BLT) untuk keluarga miskin, Bantuan Sembako, dan BLT untuk mahasiswa/
pelajar. Adapun capaian output untuk kegiatan-kegiatan dengan nominal alokasi yang
terbesar pada belanja Jaring Pengaman Sosial di Kaltara disajikan pada tabel berikut. Tabel 7.4
Capaian Output Belanja Bidang Kesehatan
Untuk klaster berikutnya yaitu Penanganan Dampak Ekonomi, sampai dengan akhir
tahun 2020 di Kaltara, dimanfaatkan untuk mendanai program bantuan permodalan
UMKM dan stimulus ekonomi pelaku usaha, Subsidi Ongkos Angkut Penumpang dan
Barang, serta kegiatan yang pelaksanaannya mengutamakan penggunaan tenaga kerja
lokal (Padat Karya Tunai). Adapun capaian output untuk kegiatan-kegiatan dengan
nominal alokasi yang terbesar pada belanja Pemulihan Dampak Ekonomi di Kaltara
disajikan pada tabel berikut.Tabel 7.5
Capaian Output Penanganan Dampak Ekonomi
Sumber: BPKAD se-Kaltara (diolah)
Realisasi program belanja PC-PEN tiap-tiap klaster di Kaltara baik dari sisi nominal
maupun capaian outputnya sampai dengan akhir tahun 2020 berada dalam kondisi
yang cukup ideal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa tantangan yang dihadapi
Pemda dalam berupaya untuk mengakselerasi penyerapan belanja Program PC-PEN
di tengah pandemi itu sendiri, diantaranya implementasi penyesuaian regulasi agar
tetap berada dalam koridor governance yang terjaga.
Sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, capaian indikator makro
ekonomi serta pembangunan di Kaltara tahun 2020 yang masih dalam taraf cukup
baik di tingkat kawasan maupun nasional, menunjukkan dampak positif dari stimulus
belanja APBD khusus penyaluran program belanja PC-PEN.
BAB VIIIPENUTUP
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020117
Bab VIII Penutup
8.1 KESIMPULAN
1. Pandemi Covid-19 menyebabkan kinerja perekonomian di Kaltara pada tahun 2020
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan
ekonomi tercatat mengalami kontraksi sebesar 1,11 persen, lebih rendah dibandingkan
Nasional yang mengalami kontraksi sebesar 2,07 persen. Demikian pula dengan
tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali, yaitu 1,32 persen bahkan berada di
bawah tingkat inflasi nasional yang sebesar 1,68 persen sehingga berdampak terhadap
kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mengalami penurunan terlalu dalam.
2. Indikator Kesejahteraan di Kaltara menunjukkan penurunan, IPM mengalami
penurunan sebesar 0,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penduduk miskin
mengalami peningkatan sebesar 0,9 ribu orang (per September 2020) dibandingkan
dengan periode Maret tahun 2020. Begitu pula dengan tingkat pengangguran
mengalami kenaikan menjadi 17.290 orang (per Agustus 2020). Sedangkan
NTP dan NTN mengalami pertumbuhan yang positif dengan nilai indeks yang
menunjukkan surplus masing-masing sebesar 102,75 persen dan 102,84 persen.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan makro ekonomi dan
pembangunan regional melalui instrumen fiskal baik APBN dan APBD di Kaltara,
dapat dikatakan cukup efektif terutama dalam meredam dampak pandemi Covid-19
yang lebih buruk terhadap indikator-indikator makro ekonomi dan kesejahteraan
3. Pelaksanaan anggaran 2020 (Pemerintah Pusat) mencatatkan realisasi pendapatan
sebesar Rp1.769,5 atau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya, demikian pula
pada sektor belanja terjadi penurunan realisasi. Penurunan belanja terbesar terjadi
pada belanja modal dengan besaran mencapai Rp570,3 miliar sebagai dampak
adanya penyesuaian alokasi belanja modal sebagai upaya untuk mendukung
pendanaan kegiatan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
4. Pada level pemerintah daerah (APBD), realisasi pendapatan berada di bawah
target yang ditetapkan sebelumnya. Penurunan ini terjadi baik dari sisi nominal dan
persentase terhadap target. Penurunan terbesar terjadi pada komponen Pendapatan
Belanja Transfer dengan besaran mencapai Rp390,5 miliar. Realisasi Belanja
mengalami hal sebaliknya, dimana terjadi kenaikan baik secara nominal
Bab VIII Penutup
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020118
maupun secara persentase terhadap pagu. Kenaikan terbesar terjadi pada
komponen Belanja Operasi dengan besaran mencapai Rp342,8 miliar.
5. Realisasi Pendapatan Negara Konsolidasian tahun 2020 menunjukkan penurunan
sebesar Rp549,8 miliar. Penurunan tersebut sebagian besar diakibatkan dari turunnya
penerimaan perpajakan sebagai dampak dari adanya pendemi Covid-19. Hal
yang sama terjadi pada realisasi Belanja Negara Konsolidasian yang mengalami
penurunan sebesar Rp211,6 miliar. Penurunan terbesar terjadi pada pada komponen
belanja modal dikarenakan adanya penyesuaian pada pagu belanja modal.
6. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; dan Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial; Pertambangan dan Penggalian; dan
Transportasi dan Pergudangan merupakan sektor unggulan untuk meningkatkan
kinerja perekonomian di wilayah Kaltara. Dengan mempertimbangkan besaran
kontribusi dan laju pertumbuhan, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang maju
dan tumbuh pesat. Pada periode ini telah dilakukan sinkronisasi kebijakan fiskal
Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah guna mendorong pertumbuhan sektoral
dalam rangka meningkatkan kinerja perekonomian.
7. Tantangan fiskal yang dihadapi Kaltara adalah ketergantungan terhadap kegiatan
perekonomian di sektor primer. Sektor tersebut merupakan sektor yang berbasis
pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Sehingga perluasan dan
pengembangannya akan rentan terhadap lingkungan hidup. Untuk itu, kebijakan
fiskal yang sinergis antara pusat dan daerah perlu ditingkatkan untuk mendukung
transformasi ekonomi Kaltara melalui program prioritas yang berorientasi pada
peningkatan kinerja sektor pertanian, konstruksi dan perdagangan (UMKM).
8. Belanja Penanganan Covid-19 (PC-PEN) dibagi menjadi 3 (tiga) sektor, yaitu bidang
kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Realisasi belanja
mencapai Rp413,7 miliar atau setara 74,1 persen dari alokasi. Realisasi belanja
PC-PEN berada dalam kondisi cukup ideal.
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020119
Bab VIII Penutup
8.2 REKOMENDASI
Berdasarkan kajian yang dilakukan dan sesuai dengan kesimpulan di atas, dalam rangka
menjaga dan meningkatkan stabilitas makroekonomi di daerah dalam upaya peningkatan
kesejahteraan rakyat, dapat disampaikan beberapa rekomendasi yaitu:
1. Kebijakan di Pemerintah Daerah
a. Mendorong optimalisasi pemanfaatan belanja modal, terutama terkait dengan
pembangunan infrastruktur/konektivitas antar daerah di Kaltara. Keberadaan
infrastruktur yang memadai akan berkontribusi pada kelancaran produksi maupun
distribusi barang dan jasa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan pemerataan ekonomi di Kaltara
b. Sebagai langkah antisipasi dampak pandemi Covid-19 yang diperkirakan masih
akan berlanjut dan tentunya memberi tekanan pada APBN yang dapat berakibat
pada menurunnya alokasi TKDD, perlu upaya-upaya yang strategis untuk
menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensial yang diiringi dengan
peningkatan kualitas belanja (spending better).
2. Kebijakan di Pemerintah Pusat
a. Agar pencapaian output dan outcome dari program strategis pemerintah pusat
melalui alokasi TKDD yang bersifat earmark di Kaltara dengan karakteristik
wilayah perbatasan, perlu dukungan melalui pengaturan khusus dalam rangka
pengelolaan alokasi TKDD tersebut oleh Pemda di Kaltara.
b. Mendorong Kementerian/Lembaga untuk meningkatkan koordinasi dengan pemda
dalam rangka memfasilitasi pelaksanaan anggaran pusat di daerah maupun
TKDD untuk meminimalisir kendala teknis dan operasional yang dihadapi pemda.
3. Kebijakan di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
a. Mewujudkan pelaksanaan sinkronisasi belanja APBD dan APBN yang
implementatif untuk mendukung optimalisasi pencapaian program prioritas
melalui :
• Penyelerasan program penyaluran Bantuan Sosial sebagai intsrumen untuk
melindungi masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.
• Penguatan sinergitas untuk mendorong efektivitas pelaksanaan pro-
gram pembangunan sektor pertanian Kaltara sebagai upaya peningkatan
Bab VIII Penutup
Kajian Fiskal Regional Provinsi Kalimantan Utara 2020120
ketahanan pangan serta mampu menjadi daerah penyuplai di masa
mendatang.
b. Meningkatkan optimalisasi penyaluran kredit program di Kaltara melalui
pemanfataan Sistem Informasi Kredit Program dan kerjasama penyaluran
Pembiayaan Ultra Mikro agar dapat memperluas cakupan UMKM yang
terfasilitasi kredit program sehingga dapat menjadi salah satu penggerak
perekonomian Kaltara.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden. 2019. Nomor 78 Tahun 2019. Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020. Jakarta
_________________ 2020. Nomor 54 Tahun 2020. Perubahan Postur Dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran (APBN) 2020. Jakarta
_________________ 2020. Nomor 72 Tahun 2020. Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020 tentang Postur Dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran (APBN) 2020. Jakarta.
Peraturan Menteri Keuangan. 2020. Nomor 35/PMK.07/2020. Pengelolaan Trasfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran Dalam Rangka Penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional. Jakarta.
_________________ 2020. Nomor 76/PMK.07/2020. Pengelolaan Cadangan Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2020. Jakarta
Keputusan Kementerian Pertanian. 2020. Nomor 259/Kpts/RC.020/M/05/2020. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2020-2024. Jakarta
Badan Pusat Statistik 2016. Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Agustus 2016, Berita Resmi Statistik No.97/11/64/Th. XIX, 7 November 2016
_________________ 2017. Direktori Perusahaan Konstruksi Provinsi Kalimantan Utara 2016, Publikasi Statistik No. 65530.1701, Februari 2017
_________________ 2017. Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Agustus 2017, Berita Resmi Statistik No. 93/11/64/Th. XX, 6 November 2017
_________________ 2018. Direktori Perusahaan Konstruksi Provinsi Kalimantan Utara 2017, Publikasi Statistik No. 65530.1801, Maret 2018
_________________ 2018. Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Agustus 2018, Berita Resmi Statistik No. 96/11/64/Th. XXI, 5 November 2018
_________________ 2019. Direktori Perusahaan Kontruksi Provinsi Kalimantan Utara 2018, Publikasi Statistik No. 65530.1901, 15 Maret 2019
_________________ 2019. Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Agustus 2019, Berita Resmi Statistik No. 46/11/65/Th. V, 5 November 2019
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Januari 2020. Berita Resmi Statistik No. 05/02/65/Th. VI, 3 Februari 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Februari 2020. Berita Resmi Statistik No. 11/03/65/Th. VI, 2 Maret 2020
_________________ 2020. Direktori Perusahaan Kontruksi Provinsi Kalimantan Utara 2019, Publikasi Statistik No. 65530.2001, 13 Maret 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Maret 2020. Berita Resmi Statistik No. 17/04/65/Th. VI, 1 April 2020
_________________ 2020. Provinsi Kalimantan Utara Dalam Angka 2020, Publikasi Statistik No. 65560.2004, April 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan April 2020. Berita Resmi Statistik No. 21/05/65/Th. VI, 4 Mei 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2020, Berita Resmi Statistik No. 39/05/Th.XXIII, 5 Mei 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Utara Triwulan I-2020, Berita Resmi Statistik No. 26/05/65/Th.VI, 5 Mei 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Mei 2020. Berita Resmi Statistik No. 27/06/65/Th. VI, 2 Juni 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Juni 2020. Berita Resmi Statistik No. 31/07/65/Th. VI, 1 Juli 2020
_________________ 2020. Statistik Transportasi Provinsi Kalimantan Utara, Publikasi Statistik No. 65540.2003, Juli 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Juli 2020. Berita Resmi Statistik No. 36/08/65/Th. VI, 3 Agustus 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2020, Berita Resmi Statistik No. 64/08/Th.XXIII, 5 Agustus 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Utara Triwulan II-2020, Berita Resmi Statistik No. 41/08/65/Th. VI, 5 Agustus 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Agustus 2020. Berita Resmi Statistik No. 42/09/65/Th. VI, 1 September 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan September 2020. Berita Resmi Statistik No. 46/10/65/Th. VI, 1 Oktober 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Oktober 2020. Berita Resmi Statistik No. 50/11/65/Th. VI, 2 November 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2020, Berita Resmi Statistik No. 85/11/Th.XXIII, 5 November 2020
_________________ 2020. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Utara Triwulan III-2020, Berita Resmi Statistik No. 55/11/65/Th. VI, 5 November 2020
_________________ 2020. Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Utara Agustus 2020, Berita Resmi Statistik No. 56/11/65/Th. VI, 5 November 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan November 2020. Berita Resmi Statistik No. 57/12/65/Th. VI, 1 Desember 2020
_________________ 2020. Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Provinsi Kalimantan Utara Bulan Desember 2020. Berita Resmi Statistik No. 61/01/65/Th. VII, 4 Januari 2021
_________________ 2021. Hasil Sensus Penduduk 2020 Provinsi Kalimantan Utara, Berita Resmi Statistik No.67/01/65/Th.VII, 21 Januari 2021
_________________ 2021. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2020, Berita Resmi Statistik No.13/02/Th. XXIV, 5 Februari 2021
_________________ 2021. Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Utara Triwulan IV-2020, Berita Resmi Statistik No. 72/02/65/Th.VII, 5 Februari 2021
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara. 2020. Laporan Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara November 2020. Bank Indonesia
Kementerian Keuangan. 2020. APBN Kita, Kinerja dan Fakta. Jakarta.
Kementerian Keuangan. 2019. Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2020. Jakarta
Badan Kepegawaian Negara. 2020. Buku Statistik PNS Edisi Juni 2020
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta. Niaga Swadaya.
Kusdiana, Didik dan Candra Wulan. (2007). Analisis Daya Saing Ekspor Sektor Unggulan di Jawa Barat. Jurnal Trikonomika Fakultas Ekonomi UNPAS
Wati, Rahayu Mustika. 2019. Analisis Location Qoutient dan Shift Share Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Pekalongan Tahun 2013-2017. 9(2): 1-14.
Monica, Clara Ayu, Taufiq, Marwa dan Anna, Yulianita. 2017. Analisis potensi daerah sebagai upaya meningkatkan perekonomian daerah di Sumatera Bagian Selatan. 15(1): 60-18.
Hajeri, Yurisinthae, Erlinda dan Eva, Dolorosa. 2015. Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten Kubu Raya. 4(2): 253-226.
Iswanto, Denny. 2015. Ketimpangan Pendapatan Antar Kabupaten/Kota dan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Timur. 4(1): 1-26.
Food and Agriculture Organization of the United Nation. 2020. FAO Food Price Index, http://www.fao.org/worldfoodsituation/foodpricesindex/en/. Diakses pada 20 februari 2020 pukul 20.00.
Olivia, Grace. 2019. “Tren penerimaan pajak bumi dan bangunan kian melambat, ini sebabnya”, https://nasional.kontan.co.id/news/tren-penerimaan-pajak-bumi-dan-bangunan-kian-melambat-ini-sebabnya. diakses pada 10 Februari 2020 pukul 13.00.
_________________ 2021. “Daya dorong belanja barang pemerintah paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi”, https://nasional.kontan.co.id/news/daya-dorong-belanja-barang-pemerintah-paling-besar-terhadap-pertumbuhan-ekonomi. diakses pada 12 Februari 2020 pukul 14.00.
Lampiran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN TINGKAT WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA
TAHUN ANGGARAN 2020
URAIAN PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH DAERAH KONSOLIDASI JUMLAH
KONSOLIDASIAN A. Pendapatan Provinsi dan Hibah
I. Penerimaan Perpajakan 1.868.647.554.113 470.473.864.874 - -
2.339.121.418.987
1. Pajak Dalam Negeri 1.816.782.452.993 470.473.864.874
2.287.256.317.867 2. Pajak Perdagangan Internasional
51.865.101.120 -
51.865.101.120
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
184.541.213.137 7.314.503.006.559 6.704.678.268.246
- 794.365.951.450
1. Penerimaan Sumber Daya Alam
- -
-
2. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Dipisahkan
- 31.394.485.435
31.394.485.435
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya
161.313.071.030 30.409.923.036
191.722.994.066
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah
- 464.739.289.853 -
464.739.289.853
5. Pendapatan Transfer - 6.312.806.386.043
6.309.672.916.600 - 3.133.469.443
6. Lain Pendapatan Daerah yang Sah
- 407.639.325.520 395.005.351.646
- 12.633.973.874
7. Pendapatan Hibah - 67.513.596.672 67.513.596.672
8. Pendapatan BLU 23.228.142.107 - 23.228.142.107
Jumlah Pendapatan, Hibah dan Transfer (A.I + A.II) 2.053.188.767.250 7.784.976.871.433
6.704.678.268.246 -
3.133.487.370.437
B. Belanja dan Transfer
I. Belanja Pemerintah Pusat/Daerah
2.839.185.195.068 7.193.901.019.605 - - 10.033.086.214.673
1. Belanja Pegawai 709.095.442.230 2.550.365.608.102
3.259.461.050.332
2. Belanja Barang 1.086.287.597.284 2.134.373.913.600
3.220.661.510.884
3. Belanja Modal 1.042.714.168.071 1.637.050.915.897
2.679.765.083.968 4. Belanja Pembayaran Bunga Utang
- -
-
5. Belanja Subsidi - 35.087.047.322 35.087.047.322
6. Belanja Hibah - 738.697.863.483
738.697.863.483
7. Belanja Bantuan Sosial 1.087.987.483 14.249.734.405 15.337.721.888
8. Belanja Tak Derduga - 84.075.936.797 84.075.936.797
9. Belanja Lain-lain - - -
II. Transfer 6.704.678.268.246 897.461.330.769 - 6.704.678.268.246
897.461.330.769 II.1. Transfer Pemerintah
Pusat ke Pemerintah Daerah 6.704.678.268.246 - 6.704.678.268.246 -
II.2. Transfer Antar Pemerintah Daerah
- 897.461.330.769 - - 897.461.330.769
Jumlah Belanja dan Transfer (B.I + B.II) 9.543.863.463.314 8.091.362.350.374 - 6.704.678.268.246
10.930.547.545.442
C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (7.490.674.696.064) (306.385.478.941)
6.704.678.268.246 6.704.678.268.246
(7.797.060.175.005)
D. Pembiayaan I. Penerimaan Pembiayaan
Daerah - 775.827.743.448 - -
775.827.743.448 II. Pengeluaran Pembiayaan
Daerah - 69.692.080.068 - - 69.692.080.068
Jumlah Pembiayaan (D.I + D.II) - 706.135.663.380 - -
706.135.663.380
E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran-(D+C)
(7.490.674.696.064) 399.750.184.439 6.704.678.268.246
6.704.678.268.246 (7.090.924.511.625)
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH TINGKAT WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA
RINCIAN ANGKA PER KABUPATEN 3500 3501 3502 3503 3504 3551
Nama Akun Provinsi Kalimantan Utara Kabupaten Bulungan Kabupaten Nunukan Kabupaten Malinau Kabupaten Tana
Tidung Kota Tarakan
A Pendapatan Pemerintah Daerah I Pendapatan Asli Daerah 1 Pendapatan Pajak Daerah 348.949.836.778,00
Jumlah Pendapatan Pajak Daerah 348.949.836.778,00 35.224.884.278,87 28.343.639.055,31 10.103.027.404,00
3.440.103.869,12
44.412.373.489,08
2 Pendapatan Retribusi Daerah 4.856.242.203,00 468.000,00
Jumlah Pendapatan Retribusi Daerah 4.856.242.203,00 8.729.716.394,50 3.933.426.986,00 1.444.868.069,00 972.295.144,00
10.473.374.239,70
3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 7.455.831.909,73
Jumlah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
7.455.831.909,73 10.739.852.281,36 2.994.239.146,08 3.250.680.716,62 4.029.893.627,19
2.923.987.753,67
4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 227.308.478.042,85
Jumlah Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 227.308.478.042,85 85.121.635.990,08 97.924.380.521,28 43.456.552.444,77
3.523.602.355,40
7.404.640.498,84
II Pendapatan Transfer 1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1.788.785.787.701,00 815.198.141.826,00 882.266.056.906,00 1.147.461.770.413,00
616.746.577.283,00
701.496.403.326,00
2 Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Jumlah Pendapatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 47.482.275.000,00 163.123.494.145,00 38.854.741.000,00
21.601.351.000,00
72.493.053.000,00
14.163.265.000,00
3 Transfer Pemerintah Daerah Lainnya/Provinsi Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah
Lainnya/Provinsi - 49.523.527.506,09 54.288.081.841,91 43.149.023.138,12
18.884.969.007,16
54.525.124.541,51
4 Transfer Bantuan Keuangan Jumlah Pendapatan Transfer Bantuan Keuangan - 16.719.438.631,36 19.419.209.199,97 9.713.509.370,34 4.303.661.247,96 13.891.681.550,37
III Lain-lain Pendapatan yang Sah
1 Pendapatan Hibah 25.648.440.000,00
Jumlah Pendapatan Hibah 336.000.000,00 27.524.440.000,00 9.905.144.841,73 2.935.000.000,00 - 26.813.011.830,11
2 Pendapatan dari Dana Darurat
Jumlah Pendapatan Dana Darurat - - - - -
-
3 Pendapatan Lainnya
Jumlah Pendapatan Lain-lain - - 254.408.964.000,00 157.973.035.000,00
1.718.193.250,00
-
B Belanja Pemerintah Daerah I Belanja Operasi
1 Belanja Pegawai 567.086.139.979,69
Jumlah Belanja Pegawai 567.086.139.979,69 415.365.642.233,00 450.785.440.725,00 480.189.954.990,00
237.692.671.167,00
399.245.759.007,69
2 Belanja Barang dan Jasa 727.302.590.988,24 -
Jumlah Belanja Barang dan Jasa 727.302.590.988,24 340.739.469.508,70 327.812.104.433,86 336.955.340.731,00
192.764.087.887,00
208.800.320.051,04
3 Belanja Bunga
Jumlah Belanja Bunga - - - - -
-
4 Subsidi 21.188.660.225,92 12.016.469.096,03 1.881.918.000,00
Jumlah Belanja Subsidi 21.188.660.225,92 - 12.016.469.096,03 1.881.918.000,00 -
-
5 Hibah 389.760.351.725,68
Jumlah Belanja Hibah 389.760.351.725,68 96.529.004.816,00 57.650.623.737,00 83.449.745.169,00
30.841.402.613,00
80.466.735.421,91
6 Bantuan Sosial 7.524.143.719,00
Jumlah Belanja Bantuan Sosial 7.524.143.719,00 300.000.000,00 235.000.000,00 3.909.543.425,00 456.120.000,00
1.824.927.261,00
II Belanja Modal 1 Belanja Modal Tanah 57.360.558.808,00
Jumlah Belanja Modal Tanah 57.360.558.808,00 - 257.425.000,00 78.305.181,00
237.765.760,00
12.410.981.300,00
2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 187.202.130.781,66
Jumlah Belanja Modal Peralatan dan Mesin 187.202.130.781,66 34.026.675.789,00 72.117.988.753,46 23.030.030.689,00
33.037.046.032,00
21.266.648.834,00
3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 265.446.856.203,54
Jumlah Belanja Modal Gedung dan Bangunan 265.446.856.203,54 36.992.412.142,00 42.534.282.320,13 50.237.623.670,00
96.463.004.181,00
110.503.135.843,00
4 Belanja Modal Jalan, Iringasi dan Jaringan 151.910.691.099,00
Jumlah Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan 151.910.691.099,00 112.864.641.379,31 59.851.622.428,78 74.974.715.067,00
52.927.195.781,00
114.617.050.124,00
5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 7.303.014.313,00
Jumlah Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 7.303.014.313,00 894.271.720,00 100.005.829,00 - 211.293.724,00
26.730.000,00
6 Belanja Modal Konstruksi dalam Pengerjaan
Jumlah Belanja Modal Konstruksi Dalam Pengerjaan - - - - -
-
7 Belanja Modal Aset Lainnya 6.940.840.389,00 315.802.900,00 731.264.127,00
651.995.000,00
Jumlah Belanja Modal Aset Lainnya 6.940.840.389,00 315.802.900,00 - 731.264.127,00
-
651.995.000,00
8 Belanja BLUD 9.526.910.727,70
Jumlah Belanja Modal BLUD - - 9.526.910.727,70 - -
-
III Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga 22.798.170.370,58 13.598.022.339,00 38.892.325.734,00 8.787.418.353,29
Jumlah Belanja Tak Terduga - 22.798.170.370,58 13.598.022.339,00 38.892.325.734,00
-
8.787.418.353,29
C Transfer Pemerintah Daerah I Transfer/Bagi Hasil ke Desa
Jumlah Transfer Bagi Hasil ke Desa 223.698.123.321,77 4.895.872.000,00 - - -
-
II Transfer Bantuan Keuangan 1 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Transfer Bantuan Keuangan ke Pemeritah Daerah Lainnya 64.047.500.000,00 - - -
-
-
2 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 159.210.720.000,00 323.180.085.718,66 313.710.773.000,00
95.622.336.600,00
Jumlah Transfer Belanja Bantuan Keuangan ke Desa - 159.210.720.000,00 323.180.085.718,66 313.710.773.000,00 95.622.336.600,00 -
3 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 841.543.450,00
Jumlah Transfer Bantuan Keuangan Lainnya - - - - 841.543.450,00 -
4 Transfer Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota
Jumlah Transfer Dana Otonomi Khusus Kabupaten/Kota - - - -
-
-
E Pembiayaan Pemerintah Daerah
I Penerimaan Pembiayaan Daerah 1 Penggunaan SiLPA 353.939.781.977,55 58.035.320.458,88 30.827.997.380,97 89.844.672.500,90 52.495.737.528,98 160.831.703.932,43
2 Pencairan Dana Cadangan 3 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4 Pinjaman Dalam Negeri
Jumlah Pinjaman Dalam Negeri - - 29.852.529.668,00 - -
-
5 Penerimaan Kembali Piutang
Jumlah Penerimaan Kembali Piutang - - - - -
-
6 Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya
Jumlah Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya - - - -
-
-
7 Pinjaman Luar Negeri 8 Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya II Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1 Pembentukan Dana Cadangan 2 Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
18.305.100.000,00
Jumlah Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 1.500.000.000,00 2.000.000.000,00 3.000.000.000,00 3.000.000.000,00
-
18.305.100.000,00
3 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Jumlah Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - - 41.886.980.068,00 - - -
4 Pemberian Pinjaman Daerah Jumlah Pemberian Pinjaman Daerah - - - - - -
5 Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya Jumlah Pengeluaran Investasi Non Permanen
Lainnya - - - - -
-
6 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat Tingkat Wilayah Provinsi Kalimantan Utara
RINCIAN ANGKA PER KABUPATEN NAMA KABUPATEN
Nama Akun Prov. Kalimantan
Utara Kab. Bulungan Kab. Nunukan Kab. Malinau Kab. Tana Tidung Kota Tarakan
A. Pendapatan
I. Penerimaan Perpajakan
1. Pajak Dalam Negeri 0
0
0
0
0
1.816.782.452.993
2. Pajak Perdagangan Internasional 0
0
20.898.281.000
0
0
30.966.820.120
Jumlah Penerimaan Perpajakan 0
0
20.898.281.000
0
0
1.847.749.273.113
II. Penerimaan Negara Bukan Pajak
1. Penerimaan Sumber Daya Alam 0
0
0
0
0
0
2. Pendapatan Bagian Laba Bumn/Kekayaan Negara Dipisahkan 0
0
0
0
0
0
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya I 0
0
0
0
0
0
4. Pendapatan BLU 0
0
0
0
0
23.228.142.107
5. Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya II 1.108.675.845
34.601.851.363
9.166.808.725
3.049.264.289
13.783.763
113.372.687.045
Jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.108.675.845
34.601.851.363
9.166.808.725
3.049.264.289
13.783.763
136.600.829.152
Jumlah Pendapatan (A.I + A.II) 1.108.675.845
34.601.851.363
30.065.089.725
3.049.264.289
13.783.763
1.984.350.102.265
B. Belanja
I. Belanja Pemerintah Pusat per Wilayah
1. Belanja Pegawai 6.153.372.752
294.166.233.552
104.122.248.927
50.473.909.111
5.384.153.901
248.795.523.987
2. Belanja Barang 113.945.349.635
501.414.783.143
111.068.718.148
61.714.094.746
12.365.258.667
285.779.392.945
3. Belanja Modal 282.943.094.460
625.045.399.370
28.895.942.703
29.532.068.800
531.707.500
75.765.955.238
4. Belanja Subsidi 0
0
0
0
0
0
5. Belanja Hibah 0
0
0
0
0
0
6. Belanja Bantuan Sosial 301.000.000
107.000.000
30.000.000
649.987.483
0
0
7. Belanja Lain-lain 0
0
0
0
0
0
Jumlah Belanja Pemerintah Pusat per Wilayah 403.342.816.847
1.420.733.416.065
244.116.909.778
142.370.060.140
18.281.120.068
610.340.872.170
II. Transfer ke Daerah
1. Transfer Dana Perimbangan
Jumlah Belanja Transfer Dana Perimbangan 0
0
0
0
0
0
Jumlah Transfer Ke Daerah 0
0
0
0
0
0
Jumlah Belanja Negara (B.I + B. II) 403.342.816.847
1.420.733.416.065
244.116.909.778
142.370.060.140
18.281.120.068
610.340.872.170
C. Surplus (Defisit) Anggaran (A - B) (402.234.141.002)
(1.386.131.564.702)
(214.051.820.053)
(139.320.795.851)
(18.267.336.305)
1.374.009.230.095
D. Pembiayaan
I. Pembiayaan Dalam Negeri (Neto) 0 0 0 0 0 0
I. Pembiayaan Dalam Negeri (Neto)
E. Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran- SiLPA (SiKPA) (D - C) (402.234.141.002)
(1.386.131.564.702)
(214.051.820.053)
(139.320.795.851)
(18.267.336.305)
1.374.009.230.095
GFS YEARBOOK QUESTIONNAIRE STATEMENT I
STATEMENT OF GOVERNMENT OPERATIONS NFPS
Consolidated Nonfinancial Public
Sector Accounting method: Non Cash
TRANSACTIONS AFFECTING NET WORTH: 1 Revenue 13.352.438.014.829,3 11 Taxes 2.339.084.546.527,4 12 Social contributions 13 Grants 344.268.028.816,8 14 Other revenue 10.669.085.439.485,1 2 Expense 8.925.869.642.552,3 21 Compensation of employees 3.259.461.050.332,4 22 Use of goods and services 3.052.288.056.041,8 23 Consumption of fixed capital 0,0 24 Interest 0,0 25 Subsidies 35.087.047.322,0 26 Grants 2.040.894.088.872,3 27 Social benefits 15.337.721.888,0 28 Other expense 522.801.678.095,8 GOB Gross operating balance (1-2+23+NOBz) 4.426.568.372.277,0 NOB Net operating balance (1-2+NOBz) 4.426.568.372.277,0
TRANSACTIONS IN NONFINANCIAL ASSETS: 31 Net Acquisition of Nonfinancial Assets 2.679.765.083.967,6 311 Fixed assets 2.572.571.390.493,6 312 Change in inventories 0,0 313 Valuables 0,0 314 Nonproduced assets 107.193.693.474,0
NLB Net lending / borrowing (1-2+NOBz-31) 1.746.803.288.309,4 TRANSACTIONS IN FINANCIAL ASSETS AND LIABILITIES (FINANCING): 32 Net acquisition of financial assets 1.734.768.837.909,4 321 Domestic 1.734.768.837.909,4 322 Foreign 0,0 33 Net incurrence of liabilities -12.034.450.400,0 331 Domestic -12.034.450.400,0 332 Foreign 0,0
Lapangan Usaha
PDB Indonesia (Miliar) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1.129.052.700.000.000
1.171.445.800.000.000
1.210.955.500.000.000
1.257.875.500.000.000
1.307.300.000.000.000
1.354.400.000.000.000
1.378.100.000.000.000
B. Pertambangan dan Penggalian
794.489.500.000.000
767.327.200.000.000
774.593.100.000.000
779.678.400.000.000
796.500.000.000.000
806.200.000.000.000
790.500.000.000.000
C. Industri Pengolahan
1.854.256.700.000.000
1.934.533.200.000.000
2.016.876.900.000.000
2.103.466.100.000.000
2.193.400.000.000.000
2.276.700.000.000.000
2.209.900.000.000.000 D. Pengadaan Listrik dan Gas
94.047.200.000.000
94.894.800.000.000
100.009.900.000.000
101.551.300.000.000
107.100.000.000.000
111.500.000.000.000
108.800.000.000.000
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6.882.500.000.000
7.369.000.000.000
7.634.600.000.000
7.986.100.000.000
8.400.000.000.000
9.000.000.000.000
9.500.000.000.000
F. Konstruksi
826.615.600.000.000
879.163.900.000.000
925.040.300.000.000
987.924.900.000.000
1.048.100.000.000.000
1.108.400.000.000.000
1.072.300.000.000.000 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.177.297.500.000.000
1.207.164.500.000.000
1.255.760.800.000.000
1.311.762.500.000.000
1.376.900.000.000.000
1.440.300.000.000.000
1.386.700.000.000.000
H. Transportasi dan Pergudangan
326.933.000.000.000
348.855.900.000.000
374.843.400.000.000
406.679.400.000.000
435.300.000.000.000
463.200.000.000.000
393.500.000.000.000
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
257.815.500.000.000
268.922.400.000.000
282.823.400.000.000
298.079.400.000.000
315.100.000.000.000
333.300.000.000.000
299.300.000.000.000
J. Informasi dan Komunikasi
384.475.600.000.000
421.769.800.000.000
459.208.100.000.000
503.420.800.000.000
538.800.000.000.000
589.500.000.000.000
651.900.000.000.000 K. Jasa Keuangan dan Asuransi
319.825.500.000.000
347.269.000.000.000
378.279.400.000.000
398.959.300.000.000
415.600.000.000.000
443.100.000.000.000
457.500.000.000.000
L. Real Estate
256.440.200.000.000
266.979.600.000.000
279.500.500.000.000
289.730.400.000.000
299.600.000.000.000
316.900.000.000.000
324.300.000.000.000
M,N. Jasa Perusahaan
137.795.300.000.000
148.395.500.000.000
159.321.700.000.000
172.763.800.000.000
187.700.000.000.000
206.900.000.000.000
195.700.000.000.000 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
296.329.700.000.000
310.054.600.000.000
319.965.000.000.000
326.570.700.000.000
349.300.000.000.000
365.500.000.000.000
365.400.000.000.000
P. Jasa Pendidikan
263.685.000.000.000
283.020.100.000.000
293.887.600.000.000
304.762.100.000.000
321.100.000.000.000
341.400.000.000.000
350.300.000.000.000 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
91.357.100.000.000
97.465.800.000.000
102.490.200.000.000
109.504.100.000.000
117.300.000.000.000
127.500.000.000.000
142.300.000.000.000
R,S,T,U. Jasa Lainnya
134.070.100.000.000
144.904.200.000.000
156.507.500.000.000
170.177.300.000.000
185.400.000.000.000
205.000.000.000.000
196.600.000.000.000 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
8.351.368.700.000.000
8.699.535.300.000.000
9.097.697.900.000.000
9.530.892.100.000.000
10.002.900.000.000.000
10.498.800.000.000.000
10.332.600.000.000.000
Lapangan Usaha
PDRB Kaltara (Miliar) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.021.340.200.000
8.574.016.300.000 9.021.730.700.000 9.420.028.300.000 9.941.200.000.000
10.475.600.000.000 10.922.800.000.000
B. Pertambangan dan Penggalian 15.345.733.700.000
14.941.856.700.000 14.415.640.800.000 15.443.864.400.000 15.987.500.000.000
16.809.300.000.000 15.664.200.000.000
C. Industri Pengolahan 4.459.054.200.000
4.732.387.700.000 5.029.555.500.000 5.308.102.000.000 5.371.000.000.000
5.629.900.000.000 5.413.400.000.000 D. Pengadaan Listrik dan Gas 22.594.600.000
28.847.000.000 31.172.000.000 33.912.900.000 37.700.000.000
39.800.000.000 44.300.000.000
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 31.727.300.000
32.486.700.000 34.500.300.000 37.005.100.000 39.500.000.000
40.600.000.000 42.900.000.000
F. Konstruksi 5.507.373.500.000
5.709.650.300.000 6.190.778.900.000 6.570.561.900.000 7.039.500.000.000
7.885.300.000.000 7.905.200.000.000 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.815.744.800.000
4.956.086.000.000 5.290.697.600.000 5.736.806.200.000 6.213.500.000.000
6.768.300.000.000 6.796.600.000.000
H. Transportasi dan Pergudangan 2.694.262.800.000
2.921.587.800.000 3.091.050.700.000 3.425.858.300.000 3.705.100.000.000
3.963.800.000.000 3.824.800.000.000
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 572.312.000.000
611.176.500.000 660.672.900.000 746.481.700.000 831.400.000.000
897.200.000.000 857.300.000.000
J. Informasi dan Komunikasi 1.149.747.100.000
1.308.795.200.000 1.412.687.000.000 1.547.971.200.000 1.679.900.000.000
1.817.700.000.000 1.937.700.000.000
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 513.521.800.000
554.558.900.000 584.752.900.000 608.296.300.000 657.500.000.000
692.800.000.000 696.300.000.000
L. Real Estate 461.330.800.000
481.979.900.000 488.910.400.000 512.189.200.000 541.100.000.000
570.900.000.000 575.200.000.000
M,N. Jasa Perusahaan 143.028.200.000
140.640.000.000 134.478.900.000 139.210.900.000 143.700.000.000
147.000.000.000 145.900.000.000 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.274.599.500.000
2.415.145.400.000 2.603.751.300.000 2.780.612.900.000 2.934.400.000.000
3.130.400.000.000 3.163.800.000.000
P. Jasa Pendidikan 1.035.169.600.000
1.140.884.100.000 1.214.671.900.000 1.306.139.800.000 1.371.300.000.000
1.504.000.000.000 1.597.200.000.000 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 422.384.000.000
500.383.300.000 564.176.000.000 599.693.300.000 627.800.000.000
684.700.000.000 753.500.000.000
R,S,T,U. Jasa Lainnya 226.430.600.000
265.263.200.000 295.509.700.000 317.772.800.000 336.800.000.000
365.400.000.000 401.800.000.000 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 47.696.354.700.000
49.315.745.000.000 51.064.737.500.000 54.534.507.200.000 57.458.900.000.000
61.422.700.000.000 60.742.900.000.000
Subkategori Lapangan Usaha PDRB KABUPATEN BULUNGAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.065.934,34 2.172.512,60 2.355.195,00 2.500.399,00 2.637.891,50 2.865.138,60 B. Pertambangan dan Penggalian 4.963.837,03 4.070.095,50 3.760.946,00 4.428.989,00 4.826.352,60 4.902.859,30 C. Industri Pengolahan 1.674.445,63 1.824.457,40 1.944.131,00 2.147.957,00 2.354.687,70 2.544.839,70 D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.657,50 3.993,70 4.599,00 5.595,00 6.209,80 6.892,80
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7.043,95 7.583,40 8.159,00 9.575,00 11.228,20
12.096,50 F. Konstruksi 1.116.338,82 1.352.327,40 1.583.478,00 1.716.962,00 1.943.266,50 2.331.259,60
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 795.504,50 911.536,80 1.027.214,00 1.160.399,00 1.303.793,50
1.491.182,10 H. Transportasi dan Pergudangan 482.832,69 527.457,60 573.266,00 639.716,00 740.819,70 836.813,30 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 134.648,59 160.618,90 179.123,00 209.399,00 243.220,40 272.892,20 J. Informasi dan Komunikasi 247.434,20 272.335,30 298.705,00 339.349,00 376.899,90 443.304,60 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 89.261,65 104.314,20 115.253,00 119.760,00 139.070,70 151.486,80 L. Real Estate 119.436,11 139.288,20 147.515,00 159.748,00 172.688,70 187.952,10 M,N. Jasa Perusahaan 14.182,51 15.821,40 16.139,00 17.533,00 18.767,30 20.174,10
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 653.273,23 827.084,30 945.395,00 1.058.358,00 1.162.730,40
1.281.797,30 P. Jasa Pendidikan 347.916,37 409.258,40 460.539,00 507.235,00 559.491,10 619.296,60 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 71.256,27 89.681,30 106.344,00 116.619,00 128.191,80 145.765,60 R,S,T,U. Jasa Lainnya 68.161,85 87.215,20 108.740,00 123.265,00 132.986,70 150.841,60 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 12.854.165,25 12.975.581,60 13.634.741,00 15.260.860,00 16.758.296,40 18.264.592,70
Subkategori Lapangan Usaha PDRB KABUPATEN MALINAU
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 870.691,50 914.741,66 999.146,79 1.033.618,53 1.072.431,50 1.164.059,00 B. Pertambangan dan Penggalian 3.131.055,59 3.278.029,45 3.280.388,16 4.151.544,89 4.620.074,70 5.324.300,20 C. Industri Pengolahan 194.726,23 210.760,24 227.101,09 243.386,93 259.425,80 276.857,50 D. Pengadaan Listrik dan Gas 1.492,98 2.218,00 2.605,60 2.958,92 3.263,10 3.882,90
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.976,10 4.202,53 5.242,78 5.715,99 6.331,90
7.232,50 F. Konstruksi 1.025.050,33 1.064.552,02 1.193.620,32 1.317.035,98 1.461.610,10 1.716.803,90
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 244.508,14 265.826,92 305.239,56 341.685,85 386.472,60
444.164,10 H. Transportasi dan Pergudangan 211.525,35 220.084,95 234.005,79 260.462,65 300.678,00 336.507,20 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 108.732,07 118.605,25 124.356,15 145.024,64 171.917,80 194.946,00 J. Informasi dan Komunikasi 20.750,71 22.342,07 24.112,94 26.909,42 30.491,80 34.948,40 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 12.778,47 15.330,10 16.741,24 18.385,07 20.976,80 22.792,50 L. Real Estate 16.018,78 17.593,41 18.084,75 19.856,18 22.194,20 24.674,20 M,N. Jasa Perusahaan 11.968,66 12.204,50 12.401,49 13.313,22 14.310,60 15.944,40
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 528.079,13 519.371,32 559.480,21 606.311,20 649.503,60
699.680,30 P. Jasa Pendidikan 129.755,96 159.121,69 182.194,60 196.462,14 214.446,70 236.664,90 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 75.790,34 89.176,55 98.811,27 108.393,77 119.900,70 135.089,50 R,S,T,U. Jasa Lainnya 3.937,77 4.431,26 5.105,45 5.896,80 6.690,70 7.536,70 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6.590.838,11 6.918.591,93 7.288.638,20 8.496.962,17 9.360.720,70 10.646.084,00
Subkategori Lapangan Usaha PDRB KOTA TARAKAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.445.017,30 2.729.411,40 2.866.549,14 3.135.723,29 3.488.773,50 3.954.541,24 B. Pertambangan dan Penggalian 1.407.933,00 1.328.716,90 1.212.728,57 1.321.261,73 1.465.194,33 1.639.691,89 C. Industri Pengolahan 2.589.079,70 2.800.198,30 3.104.829,09 3.537.863,66 3.774.738,27 4.122.275,00 D. Pengadaan Listrik dan Gas 12.455,50 15.988,40 21.200,00 26.882,58 30.763,14 33.532,93
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 18.127,90 19.505,30 20.441,63 23.352,72 26.013,45
27.208,41 F. Konstruksi 2.880.641,60 3.159.530,90 3.637.590,17 4.317.886,53 5.106.432,08 6.270.954,14
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.866.693,20 4.455.353,90 5.110.815,64 5.892.237,71 6.848.228,65
7.978.820,19 H. Transportasi dan Pergudangan 2.460.919,30 2.926.049,20 3.327.898,14 4.016.949,73 4.566.569,80 5.127.296,06 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 421.017,20 470.292,20 543.893,23 639.426,68 738.818,58 842.299,68 J. Informasi dan Komunikasi 712.339,70 792.107,70 900.929,31 1.047.502,92 1.184.929,71 1.342.528,00 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 506.773,60 549.851,90 616.688,42 668.640,66 752.309,88 815.923,70 L. Real Estate 242.578,90 264.591,20 279.599,73 305.774,67 343.047,68 381.342,18 M,N. Jasa Perusahaan 131.474,70 136.073,50 136.253,02 150.263,77 160.624,63 168.346,26
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 893.891,10 976.795,50 1.147.781,50 1.261.943,48 1.348.387,85
1.484.309,31 P. Jasa Pendidikan 531.311,50 608.822,80 718.263,16 831.571,15 911.911,91 1.051.274,95 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 310.468,50 406.746,60 505.814,41 557.584,20 611.587,04 697.877,67 R,S,T,U. Jasa Lainnya 141.827,20 184.534,20 235.123,02 274.409,62 307.055,72 351.489,07 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 19.572.550,00 21.824.569,70 24.386.398,17 28.009.275,10 31.665.386,22 36.289.710,68
Subkategori Lapangan Usaha PDRB TANA TIDUNG
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.261.383,22 1.375.876,81 1.524.290,78 1.539.673,36 1.615.621,03 1.776.628,61 B. Pertambangan dan Penggalian 1.233.121,63 1.136.397,98 1.061.298,65 1.427.187,77 1.618.282,94 1.852.320,72 C. Industri Pengolahan 82.055,04 90.469,08 100.762,12 108.622,93 114.083,25 122.342,30 D. Pengadaan Listrik dan Gas 303,89 471,63 634,90 716,19 783,63 1.051,62
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 457,94 495,57 573,64 620,36 678,64
728,64 F. Konstruksi 563.344,67 612.948,60 698.742,10 767.915,10 858.522,82 959.753,08
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 153.119,41 173.251,60 199.271,21 229.529,65 250.835,41
276.299,44 H. Transportasi dan Pergudangan 28.121,31 31.012,93 32.140,30 35.352,21 38.999,59 42.589,03 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.417,83 8.160,80 9.004,77 10.052,29 11.208,23 12.277,27 J. Informasi dan Komunikasi 1.333,23 1.442,59 1.499,14 1.610,23 1.716,21 2.014,33 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3.545,79 3.801,43 4.303,84 4.697,77 5.263,46 5.544,10 L. Real Estate 24.107,83 26.384,30 27.688,32 29.741,22 32.812,78 35.633,51 M,N. Jasa Perusahaan 690,85 747,51 772,30 805,23 846,35 891,96
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 368.965,54 422.524,88 463.346,64 503.750,04 538.877,51
589.203,18 P. Jasa Pendidikan 51.709,64 58.120,80 64.763,69 70.161,30 75.429,94 82.590,18 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.374,17 2.593,05 2.855,46 3.045,68 3.261,87 3.626,57 R,S,T,U. Jasa Lainnya 14.146,45 15.604,35 17.782,82 19.408,70 19.797,20 22.199,22 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 3.796.198,41 3.960.303,92 4.209.730,69 4.752.890,03 5.187.020,87 5.785.693,75
Subkategori Lapangan Usaha PDRB NUNUKAN
2014 2015 2016 2017 2018 2019
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.147.511,70 3.249.515,90 3.778.207,60 4.321.541,70 4.891.696,40 5.554.072,30
B. Pertambangan dan Penggalian 7.960.065,30 7.441.393,10 7.311.094,10 9.535.926,50 10.827.101,10 12.063.225,30
C. Industri Pengolahan 1.190.262,40 1.292.477,30 1.388.350,90 1.566.662,10 1.654.775,80 1.813.693,90
D. Pengadaan Listrik dan Gas 2.446,20 3.750,50 4.356,30 5.044,30 5.651,00 6.611,50
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.266,00 6.617,40 7.252,50 8.326,20 9.072,00 9.599,70
F. Konstruksi 1.008.847,00 1.065.343,10 1.218.109,60 1.428.128,50 1.683.095,00 1.995.461,30
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 737.568,00 830.733,90 963.026,60 1.121.953,50 1.249.316,00 1.420.604,40
H. Transportasi dan Pergudangan 294.441,30 331.151,50 358.312,00 404.421,00 458.106,00 520.956,30
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 134.363,60 149.594,70 167.557,70 198.260,00 231.824,30 259.461,20
J. Informasi dan Komunikasi 231.160,60 255.117,10 287.134,70 333.995,00 376.693,00 434.803,40
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 49.629,40 55.345,10 63.170,80 69.285,20 74.474,10 81.622,90
L. Real Estate 73.121,50 77.370,00 81.871,00 88.526,70 98.040,80 108.347,10
M,N. Jasa Perusahaan 5.989,60 6.370,20 6.222,70 6.928,40 7.173,50 7.431,40
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 419.203,80 464.742,20 527.134,80 573.264,00 623.551,70 688.750,50
P. Jasa Pendidikan 188.791,10 221.835,20 259.603,60 288.568,60 309.851,10 343.915,10
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2.893,20 3.591,10 4.301,00 5.005,20 5.577,60 6.137,40
R,S,T,U. Jasa Lainnya 50.222,40 62.983,40 76.288,60 85.061,40 91.066,60 104.408,40
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 15.502.783,00 15.517.931,80 16.501.994,40 20.040.898,40 22.597.065,90 25.420.102,10
SEKTOR
PDB Indonesia
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.129.052.700.000.000 1.171.445.800.000.000 1.210.955.500.000.000 1.257.875.500.000.000 1.307.300.000.000.000 1.354.400.000.000.000 1.378.100.000.000.000
B. Pertambangan dan Penggalian 794.489.500.000.000 767.327.200.000.000 774.593.100.000.000 779.678.400.000.000 796.500.000.000.000 806.200.000.000.000 790.500.000.000.000
C. Industri Pengolahan 1.854.256.700.000.000 1.934.533.200.000.000 2.016.876.900.000.000 2.103.466.100.000.000 2.193.400.000.000.000 2.276.700.000.000.000 2.209.900.000.000.000
D. Pengadaan Listrik dan Gas 94.047.200.000.000 94.894.800.000.000 100.009.900.000.000 101.551.300.000.000 107.100.000.000.000 111.500.000.000.000 108.800.000.000.000
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
6.882.500.000.000 7.369.000.000.000 7.634.600.000.000 7.986.100.000.000 8.400.000.000.000 9.000.000.000.000 9.500.000.000.000
F. Konstruksi 826.615.600.000.000 879.163.900.000.000 925.040.300.000.000 987.924.900.000.000 1.048.100.000.000.000 1.108.400.000.000.000 1.072.300.000.000.000
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.177.297.500.000.000 1.207.164.500.000.000 1.255.760.800.000.000 1.311.762.500.000.000 1.376.900.000.000.000 1.440.300.000.000.000 1.386.700.000.000.000
H. Transportasi dan Pergudangan 326.933.000.000.000 348.855.900.000.000 374.843.400.000.000 406.679.400.000.000 435.300.000.000.000 463.200.000.000.000 393.500.000.000.000
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 257.815.500.000.000 268.922.400.000.000 282.823.400.000.000 298.079.400.000.000 315.100.000.000.000 333.300.000.000.000 299.300.000.000.000
J. Informasi dan Komunikasi 384.475.600.000.000 421.769.800.000.000 459.208.100.000.000 503.420.800.000.000 538.800.000.000.000 589.500.000.000.000 651.900.000.000.000
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 319.825.500.000.000 347.269.000.000.000 378.279.400.000.000 398.959.300.000.000 415.600.000.000.000 443.100.000.000.000 457.500.000.000.000
L. Real Estate 256.440.200.000.000 266.979.600.000.000 279.500.500.000.000 289.730.400.000.000 299.600.000.000.000 316.900.000.000.000 324.300.000.000.000
M,N. Jasa Perusahaan 137.795.300.000.000 148.395.500.000.000 159.321.700.000.000 172.763.800.000.000 187.700.000.000.000 206.900.000.000.000 195.700.000.000.000
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
296.329.700.000.000 310.054.600.000.000 319.965.000.000.000 326.570.700.000.000 349.300.000.000.000 365.500.000.000.000 365.400.000.000.000
P. Jasa Pendidikan 263.685.000.000.000 283.020.100.000.000 293.887.600.000.000 304.762.100.000.000 321.100.000.000.000 341.400.000.000.000 350.300.000.000.000
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 91.357.100.000.000 97.465.800.000.000 102.490.200.000.000 109.504.100.000.000 117.300.000.000.000 127.500.000.000.000 142.300.000.000.000
R,S,T,U. Jasa Lainnya 134.070.100.000.000 144.904.200.000.000 156.507.500.000.000 170.177.300.000.000 185.400.000.000.000 205.000.000.000.000 196.600.000.000.000
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 8.351.368.700.000.000 8.699.535.300.000.000 9.097.697.900.000.000 9.530.892.100.000.000 10.002.900.000.000.000 10.498.800.000.000.000 10.332.600.000.000.000
SEKTOR
PDRB Kaltara
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.021.340.200.000 8.574.016.300.000 9.021.730.700.000 9.420.028.300.000 9.941.200.000.000 10.475.600.000.000 10.922.800.000.000
B. Pertambangan dan Penggalian 15.345.733.700.000 14.941.856.700.000 14.415.640.800.000 15.443.864.400.000 15.987.500.000.000 16.809.300.000.000 15.664.200.000.000
C. Industri Pengolahan 4.459.054.200.000 4.732.387.700.000 5.029.555.500.000 5.308.102.000.000 5.371.000.000.000 5.629.900.000.000 5.413.400.000.000
D. Pengadaan Listrik dan Gas 22.594.600.000 28.847.000.000 31.172.000.000 33.912.900.000 37.700.000.000 39.800.000.000 44.300.000.000
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
31.727.300.000 32.486.700.000 34.500.300.000 37.005.100.000 39.500.000.000 40.600.000.000 42.900.000.000
F. Konstruksi 5.507.373.500.000 5.709.650.300.000 6.190.778.900.000 6.570.561.900.000 7.039.500.000.000 7.885.300.000.000 7.905.200.000.000
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.815.744.800.000 4.956.086.000.000 5.290.697.600.000 5.736.806.200.000 6.213.500.000.000 6.768.300.000.000 6.796.600.000.000
H. Transportasi dan Pergudangan 2.694.262.800.000 2.921.587.800.000 3.091.050.700.000 3.425.858.300.000 3.705.100.000.000 3.963.800.000.000 3.824.800.000.000
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 572.312.000.000 611.176.500.000 660.672.900.000 746.481.700.000 831.400.000.000 897.200.000.000 857.300.000.000
J. Informasi dan Komunikasi 1.149.747.100.000 1.308.795.200.000 1.412.687.000.000 1.547.971.200.000 1.679.900.000.000 1.817.700.000.000 1.937.700.000.000
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 513.521.800.000 554.558.900.000 584.752.900.000 608.296.300.000 657.500.000.000 692.800.000.000 696.300.000.000
L. Real Estate 461.330.800.000 481.979.900.000 488.910.400.000 512.189.200.000 541.100.000.000 570.900.000.000 575.200.000.000
M,N. Jasa Perusahaan 143.028.200.000 140.640.000.000 134.478.900.000 139.210.900.000 143.700.000.000 147.000.000.000 145.900.000.000
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.274.599.500.000 2.415.145.400.000 2.603.751.300.000 2.780.612.900.000 2.934.400.000.000 3.130.400.000.000 3.163.800.000.000
P. Jasa Pendidikan 1.035.169.600.000 1.140.884.100.000 1.214.671.900.000 1.306.139.800.000 1.371.300.000.000 1.504.000.000.000 1.597.200.000.000
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 422.384.000.000 500.383.300.000 564.176.000.000 599.693.300.000 627.800.000.000 684.700.000.000 753.500.000.000
R,S,T,U. Jasa Lainnya 226.430.600.000 265.263.200.000 295.509.700.000 317.772.800.000 336.800.000.000 365.400.000.000 401.800.000.000
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 47.696.354.700.000 49.315.745.000.000 51.064.737.500.000 54.534.507.200.000 57.458.900.000.000 61.422.700.000.000 60.742.900.000.000
LOCATION QUOTIENT (LQ)
SEKTOR
LOCATION QUOTIENT (LQ) Rata-rata (2014-
2020) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,24 1,29 1,33 1,31 1,32 1,32 1,35 1,31 B. Pertambangan dan Penggalian 3,38 3,44 3,32 3,46 3,49 3,56 3,37 3,43 C. Industri Pengolahan 0,42 0,43 0,44 0,44 0,43 0,42 0,42 0,43 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,05 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 0,06 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,81 0,78 0,81 0,81 0,82 0,77 0,77 0,79 F. Konstruksi 1,17 1,15 1,19 1,16 1,17 1,22 1,25 1,19 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,72 0,72 0,75 0,76 0,79 0,80 0,83 0,77 H. Transportasi dan Pergudangan 1,44 1,48 1,47 1,47 1,48 1,46 1,65 1,49 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,39 0,40 0,42 0,44 0,46 0,46 0,49 0,44 J. Informasi dan Komunikasi 0,52 0,55 0,55 0,54 0,54 0,53 0,51 0,53 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,28 0,28 0,28 0,27 0,28 0,27 0,26 0,27 L. Real Estate 0,31 0,32 0,31 0,31 0,31 0,31 0,30 0,31 M,N. Jasa Perusahaan 0,18 0,17 0,15 0,14 0,13 0,12 0,13 0,15 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,34 1,37 1,45 1,49 1,46 1,46 1,47 1,44 P. Jasa Pendidikan 0,69 0,71 0,74 0,75 0,74 0,75 0,78 0,74 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,81 0,91 0,98 0,96 0,93 0,92 0,90 0,91 R,S,T,U. Jasa Lainnya 0,30 0,32 0,34 0,33 0,32 0,30 0,35 0,32
MODEL RASIO PERTUMBUHAN (MRP)
SEKTOR RPr RPs
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,64 0,93 B. Pertambangan dan Penggalian -4,13 -0,02 C. Industri Pengolahan 1,12 0,81 D. Pengadaan Listrik dan Gas 6,12 0,66 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,93 1,60 F. Konstruksi 1,46 1,25 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,31 0,75 H. Transportasi dan Pergudangan 2,06 0,86 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,09 0,68 J. Informasi dan Komunikasi 0,99 2,93 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,83 1,81 L. Real Estate 0,93 1,12 M,N. Jasa Perusahaan 0,05 1,77 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,68 0,98 P. Jasa Pendidikan 1,65 1,38 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,41 2,35 R,S,T,U. Jasa Lainnya 1,66 1,97
SHIFT SHARE – NATIONAL SHARE….(1)
SEKTOR
2014-2015 2015-2016 2016-2017
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
(a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a) (a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a) (a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.021,34 1,04 8.355,75 334,41 8.574,02 1,05 8.966,43 392,42 9.021,73 1,05 9.451,31 429,58
B. Pertambangan dan Penggalian 15.345,73 1,04 15.985,49 639,76 14.941,86 1,05 15.625,72 683,86 14.415,64 1,05 15.102,05 686,41
C. Industri Pengolahan 4.459,05 1,04 4.644,95 185,90 4.732,39 1,05 4.948,98 216,59 5.029,56 1,05 5.269,04 239,49
D. Pengadaan Listrik dan Gas 22,59 1,04 23,54 0,94 28,85 1,05 30,17 1,32 31,17 1,05 32,66 1,48
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 31,73 1,04 33,05 1,32 32,49 1,05 33,97 1,49 34,50 1,05 36,14 1,64
F. Konstruksi 5.507,37 1,04 5.736,97 229,60 5.709,65 1,05 5.970,97 261,32 6.190,78 1,05 6.485,56 294,78
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.815,74 1,04 5.016,51 200,77 4.956,09 1,05 5.182,92 226,83 5.290,70 1,05 5.542,62 251,92
H. Transportasi dan Pergudangan 2.694,26 1,04 2.806,59 112,32 2.921,59 1,05 3.055,30 133,72 3.091,05 1,05 3.238,23 147,18
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 572,31 1,04 596,17 23,86 611,18 1,05 639,15 27,97 660,67 1,05 692,13 31,46
J. Informasi dan Komunikasi 1.149,75 1,04 1.197,68 47,93 1.308,80 1,05 1.368,70 59,90 1.412,69 1,05 1.479,95 67,27
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 513,52 1,04 534,93 21,41 554,56 1,05 579,94 25,38 584,75 1,05 612,60 27,84
L. Real Estate 461,33 1,04 480,56 19,23 481,98 1,05 504,04 22,06 488,91 1,05 512,19 23,28
M,N. Jasa Perusahaan 143,03 1,04 148,99 5,96 140,64 1,05 147,08 6,44 134,48 1,05 140,88 6,40
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.274,60 1,04 2.369,43 94,83 2.415,15 1,05 2.525,68 110,54 2.603,75 1,05 2.727,73 123,98
P. Jasa Pendidikan 1.035,17 1,04 1.078,33 43,16 1.140,88 1,05 1.193,10 52,22 1.214,67 1,05 1.272,51 57,84
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 422,38 1,04 439,99 17,61 500,38 1,05 523,28 22,90 564,18 1,05 591,04 26,86
R,S,T,U. Jasa Lainnya 226,43 1,04 355,49 16,93 265,26 1,05 355,49 16,93 295,51 1,05 355,49 16,93
JUMLAH 47.696,35 17,71 49.804,42 1.995,94 49.315,75 17,78 51.650,93 2.261,88 51.064,74 17,81 53.542,13 2.434,35
SHIFT SHARE – NATIONAL SHARE….(2)
SEKTOR
2017-2018 2018-2019 2019-2020
Rata-rata
(2014-
2020)
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,t/
E N,t-n
(a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a) (a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a) (a) (b) (c) = (a)x(b) (d) = (c) - (a)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
9.420,03 1,05 9.886,55 466,52 9.941,20 1,05 10.434,04 492,84 10.475,60 0,98 10.309,77 -165,83 324,99
B. Pertambangan dan Penggalian 15.443,86 1,05 16.208,71 764,84 15.987,50 1,05 16.780,09 792,59 16.809,30 0,98 16.543,20 -266,10 550,23
C. Industri Pengolahan 5.308,10 1,05 5.570,98 262,88 5.371,00 1,05 5.637,27 266,27 5.629,90 0,98 5.540,78 -89,12 180,33
D. Pengadaan Listrik dan Gas 33,91 1,05 35,59 1,68 37,70 1,05 39,57 1,87 39,80 0,98 39,17 -0,63 1,11
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 37,01 1,05 38,84 1,83 39,50 1,05 41,46 1,96 40,60 0,98 39,96 -0,64 1,27
F. Konstruksi 6.570,56 1,05 6.895,96 325,40 7.039,50 1,05 7.388,49 348,99 7.885,30 0,98 7.760,47 -124,83 222,54
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.736,81 1,05 6.020,92 284,11 6.213,50 1,05 6.521,54 308,04 6.768,30 0,98 6.661,16 -107,14 194,09
H. Transportasi dan Pergudangan 3.425,86 1,05 3.595,52 169,66 3.705,10 1,05 3.888,78 183,68 3.963,80 0,98 3.901,05 -62,75 113,97
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 746,48 1,05 783,45 36,97 831,40 1,05 872,62 41,22 897,20 0,98 883,00 -14,20 24,55
J. Informasi dan Komunikasi 1.547,97 1,05 1.624,63 76,66 1.679,90 1,05 1.763,18 83,28 1.817,70 0,98 1.788,93 -28,77 51,04
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 608,30 1,05 638,42 30,13 657,50 1,05 690,10 32,60 692,80 0,98 681,83 -10,97 21,06
L. Real Estate 512,19 1,05 537,55 25,37 541,10 1,05 567,93 26,83 570,90 0,98 561,86 -9,04 17,95
M,N. Jasa Perusahaan 139,21 1,05 146,11 6,89 143,70 1,05 150,82 7,12 147,00 0,98 144,67 -2,33 5,08
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2.780,61 1,05 2.918,32 137,71 2.934,40 1,05 3.079,87 145,47 3.130,40 0,98 3.080,84 -49,56 93,83
P. Jasa Pendidikan 1.306,14 1,05 1.370,83 64,69 1.371,30 1,05 1.439,28 67,98 1.504,00 0,98 1.480,19 -23,81 43,68
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 599,69 1,05 629,39 29,70 627,80 1,05 658,92 31,12 684,70 0,98 673,86 -10,84 19,56
R,S,T,U. Jasa Lainnya 317,77 1,05 355,49 16,93 336,80 1,05 355,49 16,93 365,40 0,98 355,49 16,93 16,93
JUMLAH 47.696,35 17,71 49.804,42 1.995,94 49.315,75 17,78 51.650,93 2.261,88 51.064,74 17,81 53.542,13 2.434,35
SHIFT SHARE - PROPORTIONAL SHIFT….(1)
SEKTOR
2014-2015 2015-2016 2016-2017
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
(a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d) (a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d) (a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
8.021,34 1,04 1,04 - 0,00 - 33,23 8.574,02 1,03 1,05 - 0,01 - 103,24 9.021,73 1,04 1,05 - 0,01 - 63,35
B. Pertambangan dan Penggalian 15.345,73 0,97 1,04 - 0,08 - 1.164,41 14.941,86 1,01 1,05 - 0,04 - 542,38 14.415,64 1,01 1,05 - 0,04 - 565,14
C. Industri Pengolahan 4.459,05 1,04 1,04 0,00 7,15 4.732,39 1,04 1,05 - 0,00 - 15,16 5.029,56 1,04 1,05 - 0,00 - 14,26
D. Pengadaan Listrik dan Gas 22,59 1,01 1,04 - 0,03 - 0,74 28,85 1,05 1,05 0,01 0,23 31,17 1,02 1,05 - 0,03 - 0,95
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
31,73
1,07
1,04
0,03
0,92
32,49
1,04
1,05 - 0,01 - 0,32 34,50 1,05 1,05 0,00 0,01
F. Konstruksi 5.507,37 1,06 1,04 0,02 120,50 5.709,65 1,05 1,05 0,01 36,62 6.190,78 1,07 1,05 0,02 137,51
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.815,74 1,03 1,04 - 0,02 - 78,60 4.956,09 1,04 1,05 - 0,01 - 27,32 5.290,70 1,04 1,05 - 0,00 - 6,20
H. Transportasi dan Pergudangan
2.694,26 1,07 1,04 0,03 68,34 2.921,59 1,07 1,05 0,03 83,92 3.091,05 1,08 1,05 0,04 121,06
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
572,31 1,04 1,04 0,00 0,80 611,18 1,05 1,05 0,01 3,62 660,67 1,05 1,05 0,01 5,40
J. Informasi dan Komunikasi 1.149,75 1,10 1,04 0,06 63,59 1.308,80 1,09 1,05 0,04 56,27 1.412,69 1,10 1,05 0,05 71,36
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
513,52 1,09 1,04 0,04 22,66 554,56 1,09 1,05 0,04 24,14 584,75 1,05 1,05 0,01 5,20
L. Real Estate 461,33 1,04 1,04 - 0,00 - 0,27 481,98 1,05 1,05 0,00 0,54 488,91 1,04 1,05 -0,01 -4,48
M,N. Jasa Perusahaan 143,03 1,08 1,04 0,04 5,04 140,64 1,07 1,05 0,03 3,92 134,48 1,08 1,05 0,04 5,19
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.274,60 1,05 1,04 0,00 10,52 2.415,15 1,03 1,05 - 0,01 - 33,34 2.603,75 1,02 1,05 -0,03 -65,41
P. Jasa Pendidikan 1.035,17 1,07 1,04 0,03 32,75 1.140,88 1,04 1,05 - 0,01 - 8,41 1.214,67 1,04 1,05 -0,01 -10,65
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
422,38 1,07 1,04 0,03 10,63 500,38 1,05 1,05 0,01 2,89 564,18 1,07 1,05 0,02 12,79
R,S,T,U. Jasa Lainnya 226,43 1,08 1,04 0,04 8,86 265,26 1,08 1,05 0,03 9,10 295,51 1,09 1,05 0,04 12,29
JUMLAH 47.696,35 17,89 17,71 0,18 - 925,47 49.315,75 17,89 17,78 0,11 - 508,89 51.064,74 17,89 17,78 0,11 - 359,64
SHIFT SHARE - PROPORTIONAL SHIFT….(2)
SEKTOR
2017-2018 2018-2019 2019-2020 Rata-
rata
(2014-
2020)
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
E r,i,t-n E N,i,t/
E N,i,t-n
E N,t/
E N,t-n
(a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d) (a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d) (a) (b) (c) (d)=(b)-(c) (e)=(a)x(d)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
9.420,03 1,04 1,05 -0,01 -61,01 9.941,20 1,04 1,05 -0,01 - 96,83 10.475,60
1,02 1,05 -0,03 -296,14 -108,97
B. Pertambangan dan Penggalian 15.443,86 1,02 1,05 -0,02 -373,64 15.987,50 1,01 1,05 -0,03 - 537,02 16.809,30 0,98 1,05 -0,07 -1.096,68 -713,21
C. Industri Pengolahan 5.308,10 1,04 1,05 -0,00 -15,99 5.371,00 1,04 1,05 -0,01 - 41,84 5.629,90 0,97 1,05 -0,08 -422,86 -83,83
D. Pengadaan Listrik dan Gas 33,91 1,05 1,05 0,01 0,30 37,70 1,04 1,05 -0,00 - 0,18 39,80 0,98 1,05 -0,07 -2,79 -0,69
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
37,01 1,05 1,05 0,01 0,22 39,50 1,07 1,05 0,03 1,01 40,60 1,06 1,05 0,01 0,40 0,37
F. Konstruksi 6.570,56 1,06 1,05 0,02 99,49 7.039,50 1,06 1,05 0,01 82,82 7.885,30 0,97 1,05 -0,08 -617,72 -23,46
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
5.736,81 1,05 1,05 0,00 22,31 6.213,50 1,05 1,05 0,00 1,72 6.768,30 0,96 1,05 -0,08 -561,65 -108,29
H. Transportasi dan Pergudangan
3.425,86 1,07 1,05 0,02 84,30 3.705,10 1,06 1,05 0,02 67,90 3.963,80 0,85 1,05 -0,20 -777,87 -58,72
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
746,48 1,06 1,05 0,01 8,46 831,40 1,06 1,05 0,01 9,97 897,20 0,90 1,05 -0,15 -132,59 -17,39
J. Informasi dan Komunikasi 1.547,97 1,07 1,05 0,02 37,94 1.679,90 1,09 1,05 0,05 81,19 1.817,70 1,11 1,05 0,06 109,21 69,93
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
608,30 1,04 1,05 -0,00 -2,47 657,50 1,07 1,05 0,02 13,41 692,80 1,03 1,05 -0,01 -9,19 8,96
L. Real Estate 512,19 1,03 1,05 -0,01 -5,99 541,10 1,06 1,05 0,01 6,48 570,90 1,02 1,05 -0,02 -12,80 -2,75
M,N. Jasa Perusahaan 139,21 1,09 1,05 0,04 5,66 143,70 1,10 1,05 0,06 8,12 147,00 0,95 1,05 -0,10 -14,69 2,21
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.780,61 1,07 1,05 0,02 66,27 2.934,40 1,05 1,05 0,00 1,79 3.130,40 1,00 1,05 -0,05 -144,13 -27,38
P. Jasa Pendidikan 1.306,14 1,05 1,05 0,01 10,24 1.371,30 1,06 1,05 0,02 23,93 1.504,00 1,03 1,05 -0,02 -29,63 3,04
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
599,69 1,07 1,05 0,03 15,25 627,80 1,09 1,05 0,04 25,86 684,70 1,12 1,05 0,07 48,14 19,26
R,S,T,U. Jasa Lainnya 317,77 1,09 1,05 0,04 13,88 336,80 1,11 1,05 0,06 20,19 365,40 0,96 1,05 -0,09 -31,70 5,44
JUMLAH 54.534,51 17,96 17,78 0,19 - 94,77 57.458,90 18,05 17,78 0,27 -331,47 61.422,70 16,89 17,78 -0,89 -3.992,66
SHIFT SHARE – DIFFERENTIAL SHIFT….(1)
SEKTOR
2014-2015 2015-2016 2016-2017
E r,i,t E N,i,t/
E N,i,t-n E r,i,t-n E r,i,t
E N,i,t/
E N,i,t-n E r,i,t-n E r,i,t
E N,i,t/
E N,i,t-n E r,i,t-n
(a) (b) (c) (d)=(b)x(c) (e)=(a)-(d) (a) (b) (c) (d)=(b)x(c) (e)=(a)-(d) (a) (b) (c) (d)=(b)x(c) (e)=(a)-(d)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 8.574,02 1,04 8.021,34 8.322,52 251,49 9.021,73 1,03 8.574,02 8.863,19 158,54 9.420,03 1,04 9.021,73 9.371,29 48,74
B. Pertambangan dan Penggalian
14.941,86 0,97 15.345,73 14.821,09 120,77 14.415,64 1,01 14.941,86 15.083,34 -667,70 15.443,86 1,01 14.415,64 14.510,28 933,58
C. Industri Pengolahan 4.732,39 1,04 4.459,05 4.652,10 80,29 5.029,56 1,04 4.732,39 4.933,82 95,73 5.308,10 1,04 5.029,56 5.245,49 62,62
D. Pengadaan Listrik dan Gas
28,85 1,01 22,59 22,80 6,05 31,17 1,05 28,85 30,40 0,77 33,91 1,02 31,17 31,65 2,26
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
32,49 1,07 31,73 33,97 -1,48 34,50 1,04 32,49 33,66 0,84 37,01 1,05 34,50 36,09 0,92
F. Konstruksi 5.709,65 1,06 5.507,37 5.857,48 -147,83 6.190,78 1,05 5.709,65 6.007,59 183,19 6.570,56 1,07 6.190,78 6.611,63 -41,07
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.956,09 1,03 4.815,74 4.937,92 18,17 5.290,70 1,04 4.956,09 5.155,60 135,10 5.736,81 1,04 5.290,70 5.526,64 210,17
H. Transportasi dan Pergudangan 2.921,59 1,07 2.694,26 2.874,93 46,66 3.091,05 1,07 2.921,59 3.139,23 -48,18 3.425,86 1,08 3.091,05 3.353,58 72,28
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
611,18 1,04 572,31 596,97 14,21 660,67 1,05 611,18 642,77 17,90 746,48 1,05 660,67 696,31 50,17
J. Informasi dan Komunikasi
1.308,80 1,10 1.149,75 1.261,27 47,52 1.412,69 1,09 1.308,80 1.424,97 -12,28 1.547,97 1,10 1.412,69 1.548,70 -0,73
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 554,56 1,09 513,52 557,59 -3,03 584,75 1,09 554,56 604,08 -19,33 608,30 1,05 584,75 616,72 -8,42
L. Real Estate 481,98 1,04 461,33 480,29 1,69 488,91 1,05 481,98 504,58 -15,67 512,19 1,04 488,91 506,80 5,38
M,N. Jasa Perusahaan 140,64 1,08 143,03 154,03 -13,39 134,48 1,07 140,64 151,00 -16,52 139,21 1,08 134,48 145,82 -6,61
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.415,15 1,05 2.274,60 2.379,95 35,19 2.603,75 1,03 2.415,15 2.492,34 111,41 2.780,61 1,02 2.603,75 2.657,51 123,11
P. Jasa Pendidikan 1.140,88 1,07 1.035,17 1.111,07 29,81 1.214,67 1,04 1.140,88 1.184,69 29,98 1.306,14 1,04 1.214,67 1.259,62 46,52
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 500,38 1,07 422,38 450,63 49,76 564,18 1,05 500,38 526,18 38,00 599,69 1,07 564,18 602,79 -3,09
R,S,T,U. Jasa Lainnya 265,26 1,08 226,43 244,73 20,53 295,51 1,08 265,26 286,50 9,01 317,77 1,09 295,51 321,32 -3,55
JUMLAH 49.315,75 17,89 47.696,35 48759,33299 556,41 51.064,74 17,89 49.315,75 51063,95259 0,78 54.534,51 17,89 51.064,74 53042,23771 1.492,27
SHIFT SHARE – DIFFERENTIAL SHIFT….(2)
SEKTOR
2017-2018 2018-2019 2019-2020
E r,i,t E N,i,t/
E N,i,t-n
E r,i,t-n
E r,i,t E N,i,t/E
N,i,t-n
E r,i,t-n
E r,i,t E
N,i,t/E
N,i,t-n
E r,i,t-n
(a) (b) (c) (d)=(b)x(c) (e)=(a)-(d) (a) (b) (c) (d)=(b)x(c) (e)=(a)-
(d)
(a) (b) (c) (d)=(b)x(c)
(e)=(a)-
(d)
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 9.941,20 1,04 9.420,03 9.790,16 151,04 10.475,60 1,04 9.941,20 10.299,37 176,23 10.922,80 1,02 10.475,60 10.658,91 263,89
B. Pertambangan dan Penggalian
15.987,50 1,02 15.443,86 15.777,07 210,43 16.809,30 1,01 15.987,50 16.182,20 627,10 15.664,20 0,98 16.809,30 16.481,95 - 17,75
C. Industri Pengolahan 5.371,00 1,04 5.308,10 5.535,05 - 164,05 5.629,90 1,04 5.371,00 5.574,98 54,92 5.413,40 0,97 5.629,90 5.464,71 - 51,31
D. Pengadaan Listrik dan Gas
37,70 1,05 33,91 35,77 1,93 39,80 1,04 37,70 39,25 0,55 44,30 0,98 39,80 38,84 5,46
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
39,50 1,05 37,01 38,92 0,58 40,60 1,07 39,50 42,32 - 1,72 42,90 1,06 40,60 42,86 0,04
F. Konstruksi 7.039,50 1,06 6.570,56 6.970,78 68,72 7.885,30 1,06 7.039,50 7.444,50 440,80 7.905,20 0,97 7.885,30 7.628,48 276,72
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
6.213,50 1,05 5.736,81 6.021,68 191,82 6.768,30 1,05 6.213,50 6.499,60 268,70 6.796,60 0,96 6.768,30 6.516,42 280,18
H. Transportasi dan Pergudangan 3.705,10 1,07 3.425,86 3.666,96 38,14 3.963,80 1,06 3.705,10 3.942,57 21,23 3.824,80 0,85 3.963,80 3.367,35 457,45
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
831,40 1,06 746,48 789,11 42,29 897,20 1,06 831,40 879,42 17,78 857,30 0,90 897,20 805,68 51,62
J. Informasi dan Komunikasi
1.679,90 1,07 1.547,97 1.656,76 23,14 1.817,70 1,09 1.679,90 1.837,98 - 20,28 1.937,70 1,11 1.817,70 2.010,11 - 72,41
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 657,50 1,04 608,30 633,67 23,83 692,80 1,07 657,50 701,01 - 8,21 696,30 1,03 692,80 715,31 - 19,01
L. Real Estate 541,10 1,03 512,19 529,64 11,46 570,90 1,06 541,10 572,35 - 1,45 575,20 1,02 570,90 584,23 - 9,03
M,N. Jasa Perusahaan 143,70 1,09 139,21 151,25 - 7,55 147,00 1,10 143,70 158,40 - 11,40 145,90 0,95 147,00 139,04 6,86
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.934,40 1,07 2.780,61 2.974,14 - 39,74 3.130,40 1,05 2.934,40 3.070,49 59,91 3.163,80 1,00 3.130,40 3.129,54 34,26
P. Jasa Pendidikan 1.371,30 1,05 1.306,14 1.376,16 - 4,86 1.504,00 1,06 1.371,30 1.457,99 46,01 1.597,20 1,03 1.504,00 1.543,21 53,99
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 627,80 1,07 599,69 642,39 - 14,59 684,70 1,09 627,80 682,39 2,31 753,50 1,12 684,70 764,18 - 10,68
R,S,T,U. Jasa Lainnya 336,80 1,09 317,77 346,20 -9,40 365,40 1,11 336,80 372,41 - 7,01 401,80 0,96 365,40 350,43 51,37
JUMLAH 57.458,90 17,96 54.534,51 56935,68439 523,22 61.422,70 18,05 57.458,90 59757,2234 1.665,48 60.742,90 16,89 61.422,70 60241,24796 501,65
KLASSEN…(1)
SEKTOR
PERTUMBUHAN NASIONAL Rata-
rata
(2014-
2010)
PERTUMBUHAN KALTARA Rata-rata
(2014-
2010)
Rata-rata
Kontribusi
Nasional
(2014-
2010)
Rata-rata
Kontribusi
Kaltara
(2014-
2010)
Gi - G Si - S 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2015 2016 2017 2018 2019 2020
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,75 3,37 3,87 3,93 3,60 1,75 3,38 6,89 5,22 4,41 5,53 5,38 4,27 5,28 13,24 17,37 1,90 4,12 B. Pertambangan dan Penggalian -3,42 0,95 0,66 2,16 1,22 - 1,95 - 0,06 -2,63 -3,52 7,13 3,52 5,14 -6,81 0,47 8,28 28,41 0,54 20,13 C. Industri Pengolahan 4,33 4,26 4,29 4,28 3,80 - 2,93 3,00 6,13 6,28 5,54 1,18 4,82 -3,85 3,35 21,93 9,40 0,35 -12,53 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,90 5,39 1,54 5,46 4,11 - 2,42 2,50 27,67 8,06 8,79 11,17 5,57 11,31 12,09 1,08 0,06 9,60 -1,02 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
7,07 3,60 4,60 5,18 7,14 5,56 5,53 2,39 6,20 7,26 6,74 2,78 5,67 5,17 0,09 0,07 -0,35 -0,02
F. Konstruksi 6,36 5,22 6,80 6,09 5,75 - 3,26 4,49 3,67 8,43 6,13 7,14 12,02 0,25 6,27 10,29 12,25 1,78 1,95 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
2,54 4,03 4,46 4,97 4,60 -3,72 2,81 2,91 6,75 8,43 8,31 8,93 0,42 5,96 13,77 10,62 3,15 -3,15
H. Transportasi dan Pergudangan 6,71 7,45 8,49 7,04 6,41 - 5,05 3,51 8,44 5,80 10,83 8,15 6,98 -3,51 6,12 4,13 6,18 2,61 2,05 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,31 5,17 5,39 5,71 5,78 - 0,20 2,69 6,79 8,10 12,99 11,38 7,91 -4,45 7,12 3,09 1,35 4,43 -1,74
J. Informasi dan Komunikasi 9,70 8,88 9,63 7,03 9,41 10,59 9,20 13,83 7,94 9,58 8,52 8,20 6,60 9,11 5,34 2,84 -0,09 -2,50 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 8,58 8,93 5,47 4,17 6,62 3,25 6,17 7,99 5,44 4,03 8,09 5,37 0,51 5,24 4,15 1,13 -0,93 -3,02 L. Real Estate 4,11 4,69 3,66 3,41 5,77 2,34 4,00 4,48 1,44 4,76 5,64 5,51 0,75 3,76 3,06 0,95 -0,23 -2,11 M,N. Jasa Perusahaan 7,69 7,36 8,44 8,65 10,23 - 5,41 6,16 -1,67 -4,38 3,52 3,22 2,30 -0,75 0,37 1,82 0,26 -5,79 -1,56 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
4,63 3,20 2,06 6,96 4,64 - 0,03 3,58 6,18 7,81 6,79 5,53 6,68 1,07 5,68 3,51 5,05 2,10 1,54
P. Jasa Pendidikan 7,33 3,84 3,70 5,36 6,32 2,61 4,86 10,21 6,47 7,53 4,99 9,68 6,20 7,51 3,24 2,40 2,65 -0,85 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,69 5,16 6,84 7,12 8,70 11,61 7,68 18,47 12,75 6,30 4,69 9,06 10,05 10,22 1,18 1,09 2,53 -0,10 R,S,T,U. Jasa Lainnya 8,08 8,01 8,73 8,95 10,57 - 4,10 6,71 17,15 11,40 7,53 5,99 8,49 9,96 10,09 1,79 0,58 3,38 -1,22 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,17 4,58 4,76 4,95 4,96 - 1,58 3,64 3,40 3,55 6,79 5,36 6,90 -1,11 4,15 1,15 1,00
PPh Pasal 21 DTP
SEKTOR NILAI
INDUSTRI PENGOLAHAN 603.055.486 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 11.817.739 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 63.648.286 JASA PENDIDIKAN 31.036.156 JASA PERSEWAAN, KETENAGAKERJAAN, AGEN PERJALANAN DAN PENUNJANG USAHA LAINNYA 11.052.132 KEBUDAYAAN, HIBURAN DAN REKREASI 24.444.000 KONSTRUKSI 142.859.722 PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN 67.776.656 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 28.454.975 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 134.044.292 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 1.938.914.791 PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 578.157.222 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 306.667.570 TOTAL 3.941.929.027
PPh UMKM DTP
SEKTOR NILAI
INDUSTRI PENGOLAHAN 142.577.150 INFORMASI DAN KOMUNIKASI 1.142.720 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 1.314.585 JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA; KEGIATAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA OLEH RUMAH TANGGA YANG DIGUNAKAN SENDIRI UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN
5.263.415
JASA PERSEWAAN, KETENAGAKERJAAN, AGEN PERJALANAN DAN PENUNJANG USAHA LAINNYA 23.923.617
JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS 700.620 KEBUDAYAAN, HIBURAN DAN REKREASI 1.994.325 KEGIATAN JASA LAINNYA 48.418.264 KONSTRUKSI 89.654.044 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 65.172.541 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 916.776.446
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 102.214.838 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 79.253.249 TOTAL 1.478.405.814
Pembebasan PPh Pasal 22 Impor SEKTOR NILAI
INDUSTRI PENGOLAHAN 408.346.000 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 5.068.185.000 TOTAL 5.476.531.000
Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
SEKTOR NILAI
INDUSTRI PENGOLAHAN 2.640.173.108 JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 8.681.704 JASA KEUANGAN DAN ASURANSI 3.306.310 JASA PROFESIONAL, ILMIAH DAN TEKNIS 33.742.000 KEGIATAN JASA LAINNYA 10.314.035 KONSTRUKSI 693.439.502 PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM 240.798.876 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 2.556.326.166 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 6.643.095.192 PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 4.782.944.285 TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 799.799.415 TOTAL 18.412.620.593
Pengembalian Pendahuluan PPN
SEKTOR NILAI
INDUSTRI PENGOLAHAN 14.321.918.776 KONSTRUKSI 1.603.915.997 PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN 907.446.355 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR 4.860.398.570 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3.609.916.216 PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 21.934.073.389 TOTAL 47.237.669.303
REALISASI PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN 2018-2020 LINGKUP KALIMANTAN UTARA PER KAB/KOTA
TA 2018
No WILAYAH JENIS PAJAK TOTAL PPh PPN PPnBM PBB Pajak Lainnya 1 Kota Tarakan 355,037,550,088 283,396,040,908 167,350,261 59,381,345,614 7,349,004,676 705,331,291,547 2 Kab. Bulungan 183,926,892,714 104,036,711,719 167,175,724 54,814,354,964 4,547,731,690 347,492,866,811 3 Kab. Nunukan 197,998,312,071 120,755,416,520 95,318,208 67,185,932,377 22,679,311 386,057,658,487 4 Kab. Malinau 81,992,762,630 (38,196,528,260) 34,590,809 41,773,360,101 3,820,382 85,608,005,662 5 Kab. Tana Tidung 21,307,061,910 18,588,127,030 8,057,302 9,833,647,972 100,000 49,736,994,214
Total 840,262,579,413 488,579,767,917 472,492,304 232,988,641,028 11,923,336,059 1,574,226,816,721 TA 2019
No WILAYAH JENIS PAJAK TOTAL PPh PPN PPnBM PBB Pajak Lainnya
1 Kota Tarakan 499,590,564,453 292,353,052,191 27,823,958 62,550,119,128 7,876,630,700 862,398,190,430 2 Kab. Bulungan 229,845,898,978 128,205,558,930 33,889,378 58,752,387,675 4,735,670,772 421,573,405,733 3 Kab. Nunukan 191,615,411,738 78,497,180,029 87,208,678 53,065,459,213 10,401,429 323,275,661,087 4 Kab. Malinau 94,183,797,663 17,065,502,615 82,770,062 32,379,579,866 722,800 143,712,373,006 5 Kab. Tana Tidung 19,591,438,149 4,981,679,007 30,210,471 22,771,704,194 - 47,375,031,821
Total 1,034,827,110,981 521,102,972,772 261,902,547 229,519,250,076 12,623,425,701 1,798,334,662,077
TA 2020
No WILAYAH JENIS PAJAK
TOTAL PPh PPN PPnBM PBB Pajak Lainnya
1 Kota Tarakan 374,835,961,332 261,842,117,350 730,741,073 63,752,494,055 6,741,667,914 707,902,981,724 2 Kab. Bulungan 191,269,351,270 91,916,285,808 351,963,322 57,017,420,631 4,447,194,499 345,002,215,530 3 Kab. Nunukan 119,210,509,413 102,059,972,765 152,450,593 53,597,248,159 30,129,000 275,050,309,930 4 Kab. Malinau 77,268,227,742 25,807,336,769 (15,311,701) 35,991,787,831 1,200,000 139,053,240,641 5 Kab. Tana Tidung 21,808,635,498 9,537,200,819 125,536,813 34,619,548,076 - 66,090,921,206
Total 784,392,685,255 491,162,913,511 1,345,380,100 244,978,498,752 11,220,191,413 1,533,099,669,031
REALISASI PENERIMAAN BEA DAN CUKAI WILAYAH KALTARA TA 2020 (RIBU RUPIAH)
No KPPBC
Bea Masuk (ribu rupiah) Bea Keluar C u k a i Total (BM+BK+Cukai) P a j a k
Target Realisasi
Target Realisasi
Target Realisasi
Target Realisasi Pajak Dalam Rangka Impor PPh Psl 22
Ekspor PPN
HT/DN Total Pajak
Penerimaan % Penerimaan % Penerimaan % Penerimaan % PPN PPnBM PPH
1 Tarakan
10,496,287.00 12,848,185.12 122.41
13,143,984.00 18,118,635.00
137.85 - -
- 23,640,271.00 30,966,820.12
130.99 16,558,235.38 - 4,773,438.00 110,862,206.64 - 132,193,880.01
2 Nunukan
11,585,213.00 13,811,528.00 119.22
4,080,400.00 7,086,753.00
173.68 - -
- 15,665,613.00 20,898,281.00
133.40 17,596,365.00 - 4,498,109.00 7,352,353.00 - 29,446,827.00
Jumlah
22,081,500.00 26,659,713.12 120.73
17,224,384.00 25,205,388.00
146.34 - -
- 39,305,884.00 51,865,101.12
131.95 34,154,600.38 - 9,271,547.00 118,214,559.64 - 161,640,707.01
Menimbang :a.
Mengingat
SALII[AIT
GUBERJ{I'R' I(ALIMAIITAI{ I'TARA
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARANOMOR 24 TAHUN 2AL9
TENTANG
RENCANA KERJA PEMERiNTAH DAERAHPROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2O2A
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KALIMANTAN UTARA.
trahrva sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun2AA Fasal 1 butir 29, Rencana PembangunanTahunan Daerah yang selanjutnya disebut RencanaI{erja Pemerintah Daerah -vang seianjutnv-a disingkatRKPD adalah dokun:len perencanaan Daerah untukperiode t {satu} tahun;Lrahrq,a sesuai Undang-Undang Nomor 23 Tahun2At4 Pasal 264 a_yat (2), RKPD seLragaimanadimaksud pada huruf a di.tetapkan denganPeraturan Kepala Daerah;hahrr,a hprriacetlran narfimlranGafl aehaoaimanau! uhbq:r4a.la^u
dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlumenetapkan Peraturan Gubernur tentang RencanaKerja Pemerintah Daerah Provinsi l{alimantan UtaraTahun 2A2O.
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tenta"ngPembentukan Peraturan Perundang-undangan(Lembaran Negara Repubiik Indonesia Tahun 2O1lNomor 82, Tambahan Lembaran Negara RepublikI-,{^*^-;^ \T^-^- trO?.4\.rttUvrrt,Jrd rlvrlrU, \tLJ I | |
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol2 tentangPembentukan Provinsi Kalimantan Utara {LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2A12 Nomor 229);
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2AU tentangPemerintahan Daerah {l,embaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2A14 Nomor 244, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),sebagaimana teiah diubatr beberapa kaii terakhirdengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
ti.
2.
3.
4.
Nomor 23 Tahun 2A14 tentang PemerintahanDaerah {Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5679);
Peraturan Pemerintah Nomor 1,2 Tahun 2019tentang Pengeiolaan Keuangan Daerah (LembaranNegara Republik Tahun 2Al9 Nomor 42, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6322i;Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2A06 Tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaera.h, sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011 Tentang Perubahan KeduaAtas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2A06 tentang Pedoman PengelolaanI/otttnft-n r)caeoL /Do-i+^ 1\T-^^-^ D^.^,.1-Ill-r\Ludr.lr5ari uuLralr iLrUtjL<-r irU6citi:i l\tjiJi.jUiii\Indonesia Tahun 7ALL Nomor 31O);
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun2015 Tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah{Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015Nomor 2036), sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun2OlB tentang Perubahan Atas Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor B0 Tahun 2015 tentangD^-1-a-+,,1,^* D-^.{,,1. LL,1.,,* n^^-^1^ /D^-i+^ I\l^-^*^r ullruullr-uAdlt r ruuuh tluhurrt uoLLtdtr luLt tLct ltl-Ecr,t<jLRepubiik Indonesia Tahun 2Ol9 Nomor 157lr;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendaliandan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata CaraEvaluasi Rancangan Peraturan Dae::ah TentangRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah danRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,Serta Tata Cara Perubahan Rencana PembangunanI^-^l-^ D^-;^^- r'\^^-^L D^-^^'^^ f)^*1-^-^rJcl-lI6nCr t dl.Uctrr5 urt\;r <ltt, t\LllLCtrlCr r ftIrLJcrirBLtilailrJangka Menengah Daerah, dan Rencana KerjaPemerintah Daerah {Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2A17 Nomor 1312);
Peraturan l\"{enteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun2019 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Ker.jaPemerintah Daerah Tahun 2A2A (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2Ol9 Nomor 611);
5.
6.
t.
a(J.
Peraturan Daerah Provinsi Kaiimantan Utara Nomor11 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas peraturanDaerah Nomor 2 Tahun 2Arc tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Daerah provinsiKalimantan Utara Tahun 2Arc-2A21 {LembaranDaerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah provinsiKalimantan iitara Tahun 2018 Nomor 1);
Peraturan Gubernur Kalimantan Utara Nomor 68Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PeraturanGubernur Kalimantan Utara Nomor 9 Tahun z}rcTentang Rencana Straiegis Perangkat DaerahProvinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2A21 (BeritaDaerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2018Nomor 68).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG RENCANA KERJAPEMERINTAH DAERAH FROVINSI KALIIVIANTAN UTARATAHUN 2020,
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Provinsi Kaiimantan Utara.2. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Utara.3. Kabupaten/Kota adalah KabupatenlKota di Provinsi Kalimantan Utara.4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Gubernur dan Dervan
Perw-akilan Rakyat Daerah daiam penyelenggaraan Urusan Pemerintahanyang menjadi kervenangan Daerah.
5. Pembangunan Daerah adalah pcrubahan )ang diiakukan secara terus-menerus dan terencana oleh seluruh komponen di Daerah untukmewujudkan visi Daerah.
6. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang berisisatu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daSra yangdisediakan untuk mencapai hasil -vang terukur sesuai dengan misi.
7. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu ataulebih unit kerja pada Perangkat Daerah sebagai bagian dari pencapaiansasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekr-rmpulantindakan pcngcrahan sumi:.^r da5,a, baik bcrupa personal, barang modaltermasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kornbinasi dari beberapaatau kesemua jenis sumber daya, sebagai masukan (input) untukmenghasiikan keluaran (output) dalam bentuk barang dan jasa.
9.
10.
8.
9.
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah yang selanjutnya disebutRencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutn3,a disingkat RKPDadalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun'Rencana Kerja Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Utara yangselanjutn5za disebut Renja-PD, adaiah dokumen perencanaan PerangkatDaerah untuk periode 1 isatu) tahun.
10. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ProvinsiKalimantan Utara iang selanSutnya disingkat KUA adalah dokumen yangmemuat kebijakan Lridang pendapatan, belanja, dan pembiayaan sertaasumsi yang mendasarinS,-a untuk periode 1 (satui tahun.
1 1. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang seianjutn3ra disingkat PPASadalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yangdiberikan kepada Perangkat Daerah untuk setiap program sebagai acuandalam penlrusunarr rencana kerja dan anggaran satuan kerja PerangkatDaerah.
D^^^1 .)I aoflr z
RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2O2A dimaksudkan untuk:a. Sekragai pedoman dalam menetapkan Renja-PD Tahun 2424.b. Sebagai pedoman penyempurnaalr rancangan akhir RKPD
Kabupaten lKata.c. Sebagai pedoman dalam menyusun KUA-PPAS APBD Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2A20.d. Digunakan sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah.
BAB IIPENYUSUNAN
Pasai 3
RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2A2O merupakan penjabaran dariRencana PemLrangunan Jangka Menengah Daerah yang mernuat rancangankerangka ekonomi Daerah, prioritas pemi:angunan Daerah, serta rencanakerja dan pendanaan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang disusundengan berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah dan program strategisnasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat"
BAB iIISISTEMATIKA
Pasal 4
(1) Sistematika RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2A2A adalah berikut:^ D^t- r D^*.]^L,,1,,^-.cL. L)etU I TEIILIdI lLllLld.llt
b. Bab 1l Gambaran Umum Kondisi Daerah;c. Bab IiI Kerangka Ekonomi Daerah dan Keuangan Daerah;d. Bab IV Sasaran dan Prioritas Pembangunan Daerah;e. Bab V Arah Kei:ijakan Pembangunan Kabupaten/Kota;
f. Bab VI Rencana Kerja dan Pendanaan Daerah;g. Bab VII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.h. Bab VIII Penutup.
(2) Rincian lebih lanjut mengenai RKPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun2O2A seLragaimana dimaksud pada ayat (1i, tercantum daiam lampiranyang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Guber:nur ini.
BAB VIKETENTUAN PENUTUP
Pasai 5
Peraturan Gubernur ini mulaj berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanGubernur ini dengan penempatann.va dalam Berita Daerah ProvinsiKalimantan Utara.
Ditetapkan di Tanjung Seiorpada tanggal 26 Juni 2019
GUBERNUR KALIMANTAN UTARA,
ttd
IRIANTO LAMBRIE
Diundangkan di Tanjung Seiorpada tanggal 26 Juni 2019
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI I{ALI [\{AII{TAIY UTARA,
ttd
SURIANSYAH
BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2AT9 NOMOR 24
Salinan sesuai dengan aslinyaSekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Utara
a.n. KepalaBirgHukumu.b. Kasubbag Pera]u/ran Kepala Daerah
syah, S.H.,M.H.NIP. 19790711 2AA7A1 1 006