MAKALAH Andragogi

37
BAB I PENDAHULUAN Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dirasakannya belajar sebagai suatu kebutuhan yang vital karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menimbulkan berbagai perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan tuntutan hidup, kehidupan dan penghidupan yang senantiasa berubah. Dengan demikian belajar merupakan suatu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H, 2011) Pendidikan merupakan salah satu proses yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan bersifat sepanjang hayat dan hanya akan berhenti ketika seseorang telah dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal tersebut maka muncullah salah satu jenis pendidikan yang kita sebut sebagai pendidikan orang dewasa. (Yulianto. I, 2011)

Transcript of MAKALAH Andragogi

Page 1: MAKALAH Andragogi

BAB I

PENDAHULUAN

Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam

usahanya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dirasakannya belajar sebagai suatu

kebutuhan yang vital karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang menimbulkan berbagai perubahan yang melanda segenap aspek

kehidupan dan penghidupan manusia. Tanpa belajar, manusia akan mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan tuntutan hidup,

kehidupan dan penghidupan yang senantiasa berubah. Dengan demikian belajar

merupakan suatu kebutuhan yang dirasakan sebagai suatu keharusan untuk

dipenuhi sepanjang usia manusia, sejak lahir hingga akhir hayatnya. (Malik. H,

2011)

Pendidikan merupakan salah satu proses yang memiliki peranan penting

dalam kehidupan manusia. Pendidikan bersifat sepanjang hayat dan hanya akan

berhenti ketika seseorang telah dijemput oleh kematian. Berangkat dari hal

tersebut maka muncullah salah satu jenis pendidikan yang kita sebut sebagai

pendidikan orang dewasa. (Yulianto. I, 2011)

Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat

perhatian adalah megenai konsep pendidikan untuk orang dewasa, tidak

selamanya kita berbicara dan mengulas seputar peserta didik yang berusia muda

(Andragogi). Pada kenyataannya, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus

mendapat pendidikan baik pendidikan formal maupun non-formal. Masalah yang

sering muncul dalam pembelajaran orang dewasa adalah bagaimana kiat dan

strategi mengajar orang dewasa yang tentunya memiliki keunikan tersendiri,

dalam hal ini orang dewasa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak

dapat diperlakukan seperti peserta didik biasa yang sedang duduk di bangku

sekolah tradisional. Oleh sebab itu, kita harus memahami bahwa orang dewasa

pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, bergerak dari ketergantungan

Page 2: MAKALAH Andragogi

menuju kearah kemandirian atau pengarahan diri sendiri. (Nursalam dan Efendi.

F, 2008)

Sejak tahun 1920 pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan

diorganisasikan secara sistematis. Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu

proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara

berkelanjutan sepanjang hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan

bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya.

Pendidikan orang dewasa (Andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak

(Paedagogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan

peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk

pengarahan diri sendiri untuk memecahkan masalah. (Suprijanto, 2009)

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu

saja mempunyai arti penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi

orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang

dewasa semacam itu tumbuh dari teori yang dikenal dengan nama andragogi.

Andragogi merupakan ilmu yang memiliki dimensi luas dan mendalam akan teori

belajar dan cara mengajar.

Secara singkat andragogi memberikan dukungan dasar yang esensial bagi

kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha

pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki

pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau

pemahaman orang dewasa sebagai peserta didik. Dengan menggunakan teori

andragogi, kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka

pembangunan dan realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat

diperoleh. Hal ini juga harus didukung oleh konsep teoritis atau penggunaan

teknologi yang dapat di pertanggungjawabkan. (Nursalam dan Efendi. F, 2008)

Page 3: MAKALAH Andragogi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Andragogi berasal dari bahasa Yunani, andros (berarti orang dewasa) dan

agogus (berarti memimpin). Menurut Kartini, Kartono (1997) dalam Nursalam

dan Efendi, Andragogi adalah Ilmu membentuk manusia, yaitu membentuk

kepribadia seutuhnya agar mereka mampu mandiri ditengah lingkungan

sosialnya.

Andragogi adalah seni atau ilmu untuk membantu otrang dewasa dalam

belajar. (Soenarno, 2008)

Menurut UNESCO (Suprijanto, 2009) Pendidikan orang dewasa adalah

keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkatan,

metode, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun meggantikan

pendidikan semula disekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja,

yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat

mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,

meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatka

prubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan

pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan social, ekonomi, dan

budaya yang seimbang dan bebas.

Secara harfiah andragogi dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan

mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang

dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting

adalah kegiatan belajar dari peserta didik bukan kegiatan mengajar dosen

(Nursalam dan Efendi. F, 2008)

B. Karakteristik Peserta Didik Dewasa

Supaya dalam memberikan pengajaran yang optimal maka kita perlu

memahami karakter dari peserta didik dewasa seperti yang jelaskan di bawah

ini:

Page 4: MAKALAH Andragogi

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.

2. Orang dewasa lebih suka menerima saran dari pada di gurui

3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi

mereka dan menjadi kebutuhannya

4. Orang dewasa lebih suka di hargai dari pada diberi hukuman atau

disalahkan

5. Orang dewasa pernah mengalami putus sekolah mempunyai

kecenderungan untuk menilai lebih rendah belajarnya

6. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa menunjukkan tahap

pemahamannya

7. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama

8. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik,

adil, dan masuk akal

9. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya.

Oleh karena itu, mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang

lain

10. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis

11. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan

menjalin hubungan dekat dengan teman baru (Nursalam dan Effendi F,

2008)

C. Teori Belajar Orang Dewasa dan Tokohnya

1. Carl Rogers

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “

Student-Centered Learning” yang intinya yaitu: (1) kita tidak bisa

mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya; (2)

Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat

memperkuat/menumbuhkan “self”nya; (3) Manusia tidak bisa belajar

kalau berada di bawah tekanan (4) Pendidikan akan membelajarkan

peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta

didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir.

Page 5: MAKALAH Andragogi

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah: (1)

meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang

melaksanakan peran sebagai orang dewasa; (2) meraka yang mempunyai

konsep diri sebagai orang dewasa.

Menurut Biehler (1971: 509-513) dan jarvis (1983: 106-108) Carl

Rogers adalah seorang ahli ilmu jiwa humanistik yang menganjurkan

perluasan penggunaan teknik psikoterapi dalam bidang pembelajaran.

Menurut pendapatnya, peserta belajar dan fasilitator hendaknya memiliki

pemahaman yang mendalam mengenai diri mereka melalui kelompok

yang lebih intensif. Pendekatan ini lebih dikenal dengan istilah latihan

sensitivitas: kelompok, group, workshop intensif, hubungan masyarakat.

Menurut Rogers, latihan sensitivitas dimaksudkan untuk membantu

peserta belajar berbagai rasa dalam penjajagan sikap dan hubungan

interpersonal di antara mereka. Rogers menanamkan sistem tersebut

sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Pembelajaran

yang berpusat pada peserta belajar pada hakekatnya merupakan versi

terakhir dari metode penemuan (discovery method).

Rogers mengemukakan adanya tiga unsur yang penting dalam

belajar berpengalaman (experimental learning), yaitu:

a. Peserta belajar hendaknya dihadapkan pada masalah nyata yang ingin

ditemukan pemecahannya.

b. Apabila kesadaran akan masalah telah terbentuk, maka terbentuk

pulalah sikap terhadap masalah tersebut.

c. Adanya sumber belajar, baik berupa manusia maupun berbentuk

bahan tertulis atau tercetak.

Page 6: MAKALAH Andragogi

Teori belajar berpengalaman dari Carl Rogers, Javis mengemukakan

bahwa teori tersebut mengandung nilai keterlibatan personal, intelektual

dan afektif yang tinggi, didasarkan atas prakarsa sendiri (self Initiated).

Peranan fasilitator dalam belajar berpengalaman ialah sekedar membantu

memudahkan peserta belajar menemukan kebutuhan belajar yang

bermakna baginya.

Kegiatan pembelajaran yang dirancang secara sistematis, tahap demi

tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah

dinyatakan secara eksplisit dan dapat diukur, kondisi belajar yang diatur

dan ditentukan, serta pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk

siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa

(Roger dalam Snelbecker, 1974). Hal tersebut tidak sejalan dengan teori

humanistik. Menurut teori ini, agar belajar bermakna bagi siswa,

diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa

akan mengalami belajar eksperensial (experiential learning)

(Budiningsih A, 2005).

2. Robert M. Gagne

Gagne mengemukakan yang terpenting bagi pendidikan orang

dewasa terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar. Menurutnya ada

delapan hierarki tipe belajar seperti diuraikan sebagai berikut:

a. Belajar Berisyarat; belajar berisyarat dapat pada tingkatan mana saja

dari hierarki sebagai suatu bentuk: Classical Conditioning. Tipe

belajar ini dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa dalam

bentuk sikap dan prasangka.

b. Belajar Stimulus Respon; belajar stimulus respon adalah sama dengan

Operant Conditioning, yang responnya berbentuk ganjaran. Dua tipe

berikutnya adalah rangkaian motorik dan verbal, berbeda pada

tingkatan yang sama dalam hierarki.

c. Rangkaian motorik tidak lain dari belajar keterampilan, sedangkan

Page 7: MAKALAH Andragogi

d. Rangkaian verbal adalah belajar dengan cara menghafal (rote

learning).

e. Diskriminasi Berganda; dalam belajar diskriminasi ganda, memasuki

kawasan keterampilan intelektual berupa kemampuan membedakan

antara beberapa jenis gejala yang serupa. Dengan tipe belajar ini,

peserta belajar diharapkan memiliki kemampuan untuk menetapkan

mana di antara tipe tersebut yang tepat untuk sesuatu situasi khusus.

f. Belajar Konsep; adalah kemampuan berpikir abstrak yang mulai

dipelajari pada masa remaja (adolesence). Belajar konsep merupakan

salah satu unsur yang membedakan antara pendidikan orang dewasa

dibandingkan dengan pendidikan anak-anak dilihat dari tingkatan

pemikiran tentang konsep.

g. Belajar Aturan; merupakan kemampuan merespon terhadap

keseluruhan isyarat, merupakan tipe belajar yang penting dalam

pendidikan orang dewasa. Belajar pemecahan masalah merupakan

tingkat tertinggi dalam tipe belajar menurut hierarki Gagne.

h. Pemecahan Masalah; Tipe pemecahan masalah bertujuan untuk

menemukan jawaban terhadap situasi problematik.

3. Paulo Freire

Paulo Freire adalah seorang pendidik di negara Brazilia yang

gagasannya tentang pendidikan orang dewasa. Menurut Flaire,

pendidikan dapat dirancang untuk percaya pada kemampuan diri pribadi

(self affirmation) yang pada akhirnya menghasilkan kemerdekaan diri. Ia

terkenal dengan gagasannya yang disebut dengan conscientization yang

terdapat tiga prinsip:

a. Tak seorang pun yang dapat mengajar siapapun juga,

b.  Tak seorang pun yang belajar sendiri,

Page 8: MAKALAH Andragogi

c. Orang-orang harus belajar bersama-sama, bertindak di dalam dan pada

dunia mereka.

Gagasan ini memberikan kesempatan kepada orang dewasa untuk

melakukan analisis kritis mengenali lingkungannya, untuk memperdalam

persepsi diri mereka dalam hubungannya dengan lingkungannya dan

untuk membina kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam hal

kreativitas kapablitasnya untuk melakukan tindakan. Fasilitator dan

peserta belajar hendaknya bersama-sama bertanggung jawab terhadap

berlangsungnya proses pengembangan fasilitator dan peserta belajar.

4. Jack Mezirow

Mezirow adalah Teacher College Universitas Columbia, beliau

mengemukakan: “Belajar dalam kelompok pada umumnya merupakan

alat yang paling efektif untuk menimbulkan perubahan dalam sikap dan

perilaku individu”.

Mezirow berpendapat bahwa pendidikan sebagai suatu kekuatan

pembebasan individu dari belenggu dominasi budaya penjajah, namun ia

melihat kemerdekaan dari perspektif yang lebih bersifat psikologis, dan

kegiatan belajar sebagai suatu metode yang dapat digunakan untuk

mengubah realita masyarakat.

Keinginan belajar terjadi sebagai akibat dari refleksi pengalaman,

dan ia menyatakan adanya perbedaan tingkatan refleksi, menetapkan

perbedaan refleksi dan menetapkan tujuh tingkatan refleksi yang

mungkin terjadi dalam masa kedewasaan, yaitu:

b. Refleksivitas: kesadaran akan persepsi khusus, arti dan perilaku

c. Refleksivitas Afektif: kesadaran akan bagaimana individu merasa

tentang apa yang dirasakan, dipikirkan atau dilakukan.

Page 9: MAKALAH Andragogi

d. Refleksivitas Diskriminasi: menilai kemanjuran (efficacy) persepsi,

dll.

e. Refleksivitas Pertimbangan: membuat dan menjadikan sadar akan

nilai pertimbangan yang dikemukakan.

f. Refleksivitas Konseptual: menilai kememadaian konsep yang

digunakan untuk pertimbangan.

g. Refleksivitas Psikis: pengenalan kebiasaan membuat penilaian

perasaan mengenai dasar informasi terbatas.

h. Refleksivitas Teoritis: kesadaran akan mengapa satu himpunan

perspektif lebih atau kurang memadai untuk menjelaskan pengalaman

personal.

5. Malcolm Knowles

Knowles terkenal dengan teori andragoginya, oleh karena itu

dianggap Bapak Teori Andragogi meskipun bukan dia yang pertama kali

menggunakan istilah tersebut. Andragogi berasal dari akar kata “aner”

yang artinya orang (man) untuk membedakannya dengan “paed” yang

artinya anak. Andragogi adalah seni dan ilmu yang digunakan untuk

membantu orang dewasa belajar. Knowles (1970)

andragogi-concepts/mengembangkan konsep andragogi atas empat

asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi. Keempat asumsi pokok itu

adalah sebagai berikut:

Asumsi Pertama, seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya

bergerak dari ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri

sendiri. Atau secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak konsep

dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya

sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa

membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat

mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia

Page 10: MAKALAH Andragogi

tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul

reaksi tidak senang atau menolak.

Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang akan

mengumpulkan sejumlah besar pengalaman dimana hal ini menyebabkan

dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, dan pada waktu yang sama

memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh

karena itu, dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan

teknik transmital seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan

lebih-lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental-

technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratori, simulasi,

pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai.

Asumsi ketiga, bahwa pendidikan itu secara langsung atau tidak

langsung, secara implisit atau eksplisit, pasti memainkan peranan besar

dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan

eksistensinya di tengah masayarakat. Karena itu, sekolah dan pendidikan

menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi maupun

disintegrasi sosial di tengah masyarakat. Sejalan dengan itu, kita

berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk

belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan

biologisnya, tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas

perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan perkataan

lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan

perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah

sebagai pekerja, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lain-lain.

Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik,

tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran

sosialnya.

Asumsi keempat, bahwa anak-anak sudah dikondisikan untuk

memiliki orientasi belajar yang berpusat pada mata pelajaran (subject

Page 11: MAKALAH Andragogi

centered orientation) karena belajar bagi anak seolah-olah merupakan

keharusan yang dipaksakan dari luar. Sedang orang dewasa

berkecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada

pemecahan masalah kehidupan (problem-centered-orientation). Hal ini

dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan

untuk menghadapi masalah hidupnya. Kempat asumsi dasar itulah yang

dipakai sebagai pembandingan antara konsep pedagogi dan andragogi

Lebih rinci Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar

bagi orang dewasa dengan belajar bagi anak-anak dilihat dari segi

perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles, ada empat asumsi

utama yang membedakan antara andragogi dan pedagogi, yaitu:

a. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa membutuhkan kebebesan

yang lebih bersifat pengarahan diri.

b. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman

c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang

permasalahan yang kini mereka hadapi dan anggap relevan.

Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar, orang dewasa

orientasinya berpusat pada masalah dan kurang kemungkinannya

berpusat pada subjek. Knowles membedakan orientasi belajar antara

anak-anak dengan orang dewasa, dilihat dari segi perspektif waktu yang

selanjutnya mengakibatkan terjadinya perbedaan manfaat yang mereka

harapkan dari belajar. Anak-anak berkecenderungan belajar untuk

memiliki kemampuan yang kelak dibutuhkan untuk melanjutkan

pelajaran ke sekolah lanjutan/ perguruan tinggi, yang memungkinkan

mereka memasuki alam kehidupan yang bahagia dan produktif dalam

masa kedewasaan. Orang dewasa cenderung memilih kegiatan belajar

yang dapat segera diaplikasikan, baik pengetahuan maupun keterampilan

yang dipelajari. Bagi orang dewasa, pendidikan orang dewasa pada

Page 12: MAKALAH Andragogi

hakekatnya adalah proses peningkatan kemampuan untuk menanggulangi

masalah kehidupan yang dialami sekarang. (Malik H, 2011)

D. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Menurut Soenarno (2008), Pertumbuan orang dewasa dimulai

pertengahan masa remaja (adolescence) sampai dewasa, di mana setiap

individu tidak hanya memiliki kecenderungan tumbuh kearah menggerakkan

diri sendiri tetapi secara aktual dia menginginkan orang lain memandang

dirinya sebagai prihadi yang mandiri yang memiliki identitas diri. Dengan

begitu orang dewasa tidak menginginkan orang memandangnya apalagi

memperlakukan dirinya seperti anak-anak. Dia mengharapkan pengakuan

orang lain akan otonomi dirinya, dan dijamin kelentramannya untuk menjaga

identitas dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan akan usaha orang lain

untuk menekan, memaksa, dan manipulasi tingkah laku yang ditujukan

terhadap dirinya.

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi

menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk

menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya

sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang dewasa

tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya

sendiri untuk menjadi dirinya sendiri, istilah Rogers dalam Knowles (1979),

kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau

penemuan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan prosess

of becoining a person. Bukan proses pembentukan atau process of being

shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang

lain; atau kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar merupakan proses

untuk mencapai aktualiasi diri (self-uchuslizatiun).

Menurut Knowles (1970) (Ridwan, 2009), mengembangkan konsep

andragogi berdasarkan lima pokok asumsi sebagai berikut:

1. Konsep Diri

Page 13: MAKALAH Andragogi

Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang

bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah

pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri

dan mandiri. Dengan kata lain, secara umum konsep diri anakanak masih

tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri.

Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan

sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self

Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).

Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan

kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dan

menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan

diri sendiri dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan

timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan

menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan.

2. Peranan Pengalaman

Sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan

berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang

individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-

getirnya kehidupan. Pengalaman tersebut merupakan sumber belajar yang

demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut

memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman

baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang

dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang

dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih

mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini

dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar

Berdasarkan Pengalaman).

3. Kesiapan Belajar

Bahwa setiap individu akan semakin menjadi matang sesuai dengan

perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan

atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak

Page 14: MAKALAH Andragogi

ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan

sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik

atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa belajar sesuatu karena

tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi masalah dalam

peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.

4. Orientasi Belajar

Mempradugakan bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah

sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat

pada penguasaan kurikulum, sedangkan pada orang dewasa orientasi

belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi

(Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang

dewasa seolaholah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan

yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya

dengan fungsi dan peranan sosialnya.

5. Perspektif Waktu

Bagi anak-anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu

waktu hingga dia lulus dan sebagainya, sedangkan bagi orang dewasa,

belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam

waktu segera sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya

sekedar untuk dapat lulus ujian dan dapat meneruskan ke jenjang sekolah

yang lebih tinggi.

E. Metode Pembelajaran Orang Dewasa

Penetaan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan

aspek tujuan yang ingin di capai yaitu: mengacu pada garis besar program

pengajaran yang di bagi menjadi 2 jenis

1. Proses pembelajaran yang dirancang unuk mendorong orang dewasa

mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada

masa lalu yang pernah di alami. Serta mampu member wawasan baru bagi

masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah

Page 15: MAKALAH Andragogi

diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melalui tanya jawab,

wawancara, konsultasi, pelatihan kepekaan, dll.

2. Proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan transfer

pengetahuan baru, pengalaman baru, dan keterampilan baru, sehingga

dapat mendorong masing-masing individu dewasa guna meraih

semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang

menjadi kebutuhannya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh:

belajar dengan menggunakan program computer yang dibutuhkan

ditempat mereka bekerja.

Dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu

dilakukan kajian mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengn

mengintegrasikan konsep andragogi. Berikut ini uraian ringkas beberapa cirri

model pembelajaran:

Metode Belajar Hal yang dilakukan peserta didik

Hal yang dilakukan pengajar

Small Group Discussion

Membentuk kelompok 5-10 orang

Memilih bahan diskusi Mempresentasikan makalah dan

mendiskusikannya di kelas

Membuat rancangan bahan discusi dan aturan diskusi

Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada akhir sesi

Simulasi Mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan kepadanya

Mempraktikkan/mencoba berbagai model (computer) yang telah disiapkan

Merancang situasi/kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa bermain peran, model computer, atau berbagai latihan simulasi

Membahas kinerja mahasiswaDiscovery Learning

Mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan

Menyediakan data atau petunjuk (metode) untuk menelusuri suatu pengetahuan yang harus dipelajari oleh mahasiswa

Memeriksa dan member ulasan terhadap hasil belajar mandiri mahasiswa

Self-Directed Learning

Merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai belajarnya sendiri

Sebagai fasilitator

Cooperative Learning

Membahas dan mengumpulkan masalah/tugas yang diberikan dosen secara berkelompok

Merancang dan memantau proses belajar dan hasil kelompok belajar mahasiswa

Menyiapkan suatu masalah/kasus atau bentuk tugas untuk diselesaikan oleh

Page 16: MAKALAH Andragogi

mahasiswa secara berkelompokCollaborative Learning

Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas

Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan consensus kelompoknya sendiri

Merancang tugas yang bersifat open ended

Sebagai fasilitator dan motivator

Contectual Instruction

Membahas konsep (teori) berkaitan dengan situasi nyata

Melakukan studi lapangan/terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori

Menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengaitkannya dengan situasi nyata dalam kehidupan seharu-hari, kerja professional, managerial, atau entrepreneurial

Menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun ke lapangan

Project Based Learning

Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara sistematis

Menunjukkan kinerja dan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya di forum

Merancang suatu tugas (proyek) yang sistematis agar mahasiswa belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/ penggalian (inquiry) yang terstruktur dan kompleks

Merumuskan dan melakukan proses pembimbingan

Problem based learning

Belajar dengan menggali/ mencari informasi (inquiry) serta memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan masalah factual atau yang dirancang oleh dosen

Merancang tugas untuk mencapai kompetensi tertentu

Membuat petunjuk (metode) untuk mahasiwa dalam mencari pemecahan masalah yang dipilih oleh mahasiswa sendiri atau yang ditetapkan.

F. Kebutuhan Belajar Orang Dewasa

Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai keseluruhan proses

pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan

status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik

formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di

sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus,

pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa

mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah

pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau

keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di

suatu sisi mampu mengembangankan pribadi secara utuh dan dapat

Page 17: MAKALAH Andragogi

mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi,

dan teknologi secara bebas, seimbang, dan berkesinambungan.

Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang

ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan. Pertama untuk

mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu, dan kedua untuk

mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas

sosial dari setiap individu yang bersangkutan. Tambahan pula, bahwa

pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang

diperlukan oleh orang dewasa, baik pria maupun wanita, sesuai dengan

bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.

Dengan demikian hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan

pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke

arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di

sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar

bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama

dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah

adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak

percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan

menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan perilaku terjadi

karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta

adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang

dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi

harus dibekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam pribadinya.

Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya

mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pembaharuan

baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan.

Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses

pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu,

dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan

sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan

bagi orang lain, disebabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi orang

Page 18: MAKALAH Andragogi

dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah

kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan

lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.

Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan yang fundamental, penulis

mengacu pada teori Maslow tentang piramida kebutuhan sebagai berikut.

Gambar 1Piramida Kebutuhan menurut Teori Maslow

Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya yang paling dasar

(sandang dan pangan), sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih

tinggi sebagai penyempurnaan kebutuhan dasar tadi, yakni kebutuhan

keamanaan, penghargaan, harga diri, dan aktualisasi dirinya. Bilamana

kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan

papan belum terpenuhi, maka setiap individu belum membutuhkan atau

merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar

itu terpenuhi, maka setiap individu perlu rasa aman jauh dari rasa takut,

kecemasan, dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya, sebab

ketidakamanan hanya akan melahirkan kecemasan yang berkepanjangan.

Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh

penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di

luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan

mempunyai harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa

yang memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu

Page 19: MAKALAH Andragogi

akan sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Secara psikologis, dengan

mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan

pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan

kondisi belajar yang harus diciptakan, isi materi apa yang harus diberikan,

strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Menurut Lunandi

(1987) yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang

dipelajari pelajar, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir

yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dari suatu pertemuan

pendidikan/pelatihan, bukan apa yang dilakukan pengajar atau pelatih atau

penceramah dalam pertemuan itu.

G. Proses Belajar Mengajar Orang Dewasa

Proses belajar mengajar orang dewasa adalah suatu proses

berlangsungnya kegiatan belajar yang dilakukan oleh pelajar atau peserta

didik dan kegiatan mengajar yag dilakukan oleh pendidik atau pembimbing.

Melalui proses belajar, seorang pelajar atau peserta didik yang tadinya

tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar ini sebenarnya merupakan masalah

yang kompleks. Dikatakan demikian karena proses belajar terjadi dalam diri

seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar tanpa dapat terlihat secara

lahiriah. Oleh karena itu proses belajar tersebut disebut proses intern.

Sedangkan yang tampak dari luar adalah proses ekstern yang merupakan

pencerminan terjadinya proses intern dalam diri peserta didik. Proses ekstern

ini merupakan indikator yang menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah

terjadi proses belajar atau tidak.

Proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar

berlangsung melalui enam tahapan :

1. Motivasi

Yang dimaksud motivasi disini adalah keinginan untuk mencapai sesuatu

hal. Sedangkan motivasi jangka pendek berupa minat belajar pada saat

itu, dan motivasi belajar jangka panjang dapat berupa keinginan

mendapat nilai ujian yang baik, keinginan berprestasi dan sebagainya.

Page 20: MAKALAH Andragogi

2. Perhatian pada pelajaran

Peserta didik harus dapat memusatkan perhatiannya pada pelajaran.

Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami

hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada pembimbing,

apabila pendidik dapat menarik perhatian peserta didik maka perhatian

mereka akan tinggi.

3. Menerima dan mengingat

Setelah memerhatikan pelajaran, seorang peserta didik akan mengerti dan

menerima serta menyimpan dalam pikirannya. Tahap menerima dan

mengingat ini harus terjadi dalam diri orang yang sedang mengajar.

Beberapa factor yang memengaruhi penerimaan dan pengingatan ini

seperti:

a. Struktur

Penjelasan pendidik akan mudah diterima dan diingat oleh peserta

didik jika memiliki struktur yang jelas.

b. Makna

Jika suatu pelajaran ada hubungannya dengan pengetahuan yang telah

dimiliki peserta didik, maka pelajaran itu akan lebih bermakna, dan

akan lebih mudah diterima dan diingat.

c. Pengulangan

Pengulangan suatu pelajaran akan meningkatkan daya ingat peserta

didik

d. Interverensi

Kekalutan dalam pikiran seseorang yang sedang belajar akibat terlalu

banyak menerima pelajaran sehingga pelajaran tersebut menjadi

berdesak-desak dalam pikirannya

4. Reproduksi

Seseorang tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru

saja, tetapi ia harus dapat menemukan apa-apa yang pernah ia terima.

5. Generalisasi

Page 21: MAKALAH Andragogi

Pada tahap ini, peserta didik harus mampu menerapkan hal yang telah

dipelajari di tempat lain dan dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal yang telah dipelajari dari

situasi yang satu ke situasi yang lain.

6. Menerapkan apa yang telah diajarkan serta umpan balik

Peserta didik harus sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang

telah diajarkan.untuk meyakinkan bahwa peserta didik telah benar-benar

memahami, maka pembimbing dapat memberikan tugas atau tes yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. Pendidik berkewajiban memberikan

umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana yang salah.

Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui seberapa

jauh ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya

sendiri. Suprijanto (2009)

Page 22: MAKALAH Andragogi

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses menjadi dirinya sendiri

(process of becoming) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped)

menurut kehendak orang lain, maka kegiatan belajar harus melibatkan individu

atau client dalam proses pemikiran apa yang mereka inginkan, mencari apa yang

dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu, menentukan tindakan apa yang

harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja yang perlu

dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu. Dapat dikatakan disini tugas

pendidik pada umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan

diri mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri dan

mempertimbangkan pandangan dan interest orang lain. Dengan singkat menolong

orang lain untuk berkembang dan matang. Dalam andragogi, keterlibatan orang

dewasa dalam proses belajar jauh lebih besar, sebab sejak awal harus diadakan

suatu diagnose kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar

serta mengimplementasikannya secara bersama-sama.

Page 23: MAKALAH Andragogi

DAFTAR PUSTAKA

Soenarno, Dkk. 2008. The Dinamics of Human Recources Becoming A True HR

Specialist. Jakarta: Grasindo

Nursalam dan Efendi F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Ridwan, Wawan. 2009. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. Diakses tanggal 8

April 2011. http://bdkjakarta.kemenag.go.id/file/media/ForumPrinsip

PendidikanOrangDewasa.pdf

Smart Click. 2011. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. Diakses tanggal 8 April

2011. http://www.g-excess.com/id/prinsip-pendidikan-orang-dewasa.html

Sudrajat, Akhmad. 2009. 9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. Diakses tangal 8

April 2011. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/02/15/9-prinsip-

pendidikan-orang-dewasa/

Yulianto, Irfan. 2011. 10 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. Diakses tangal 8

April 2011. http://www.shirocoo.co.cc/2011/03/10-prinsip-pendidikan-

orang-dewasa.html

Rusliana, Ade. 2007. Teori Belajar Orang dewasa. Diakses tangal 8 April 2011.

http://blogs.unpad.ac.id/aderusliana/?p=3

Budiningsih, Asih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Malik, Halim. 2011. Teori Belajar Andragogi dan Penerapannya. Dipublikasi 23

February 2011. Diakses tanggal 15 April 2011.

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/23/ teori-belajar-andragogi-dan-

penerapannya/

Page 24: MAKALAH Andragogi