Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

49
Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 1

Transcript of Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Page 1: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 1

Page 2: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 2

ANALISIS STANDAR ISI

MATA PELAJARAN IPS

MAKALAH

Disusun untuk disampaikan dalam Kegiatan Workshop

“Reaffirmed Social Studies as the Integrated Science”

Oleh:

1. Didi Pramono NIM 0301512007

2. Moh. Saiful Fatwa NIM 0301512010

3. Noviani Achmad Putri NIM 0301512011

4. Agung Nugroho NIM 0301512024

5. Doni Harfiyanto NIM 0301512033

6. Siti Nurindah Sari NIM 0301512041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 3: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 3

RANGKUMAN EKSEKUTIF

A. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMP/MTS

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMP/MTs menghasilkan

permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek. Standar Kompetensi dan

kompetensi dasar lebih banyak dipahami sebagai materi yang harus diberikan di

sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut yang disesuaikan dengan kondisi

sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada pembelajaran guru lebih

berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi dan lebih banyak berdasar pada

buku teks, bukan pada dokumen standar isi.

Melihat alokasi Jam Pelajaran untuk mapel IPS tingkat SMP dapat

dikatakan ideal dalam pembagian jam pelajaran IPS jika dibanding dengan mapel-

mapel lain, khususnya rumpun mapel Matematika dan IPA. Alokasi Jam Pelajaran

mapel IPS empat jam per minggu, alokasi ini sama dengan mapel Matematika,

IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Namun jika dibandingkan dengan

materi mapel IPS, alokasi waktu untuk mapel IPS kurang proporsional. Materi

mapel IPS yang mencakup Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi, cukup

banyak.

Terdapat sebaran materi yang tidak merata yang semestinya proporsi

sebaran materi Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi merata pada setiap

semester dan kelas. Dalam penerapannya, pada Standar Isi ditentukan bahwa

substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu”

dan “IPS Terpadu” (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi). Di

beberapa sekolah, mapel IPS diajarkan secara parsial, materi Sosiologi diajarkan

oleh guru dengan latar belakang pendidikan Sosiologi, materi Sejarah diajarkan

oleh guru dengan latar belakang pendidikan Sejarah. Hal ini jelas melanggar

dokumen Standar Isi, IPS tidak lagi diajarkan secara terpadu.

Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) banyak sekali menggunakan kata kerja operasional

mendeskripsikan dan mengidentifikasi. Peserta didik hanya dituntut untuk bisa

mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru akan

memberikan pengalaman belajar yang optimal.

Page 4: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 4

Muatan materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya, materi pada

kelas VIII Semester 2. Standar kompetensi “memahami kegiatan perekonomian di

Indonesia”, Ketidakruntutan penyampaian materi juga dapat ditemui pada SK dan

KD kelas IX Semester 1. Standar kompetensi menyebutkan “memahami kondisi

perkembangan negara di dunia. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan

Tujuan Pendidikan Nasional. Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK

dan KD dapat dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan

nasional. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak

yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran

(Hamid Hasan, 2008: 110).

Konsep dalam IPS juga tidak jelas apakah konsep Kurikulum IPS terpadu,

korelasi, atau terpisah-pisah. Walaupun diberi nama IPS terpadu akan tetapi dalam

kenyataannya SK dan KD tetap terpisah-pisah antara Sejarah, Ekonomi, Geografi,

dan Sosiologi, sehingga materi yang tercantum dalam SK dan KD tidak berurutan.

Beban belajar juga mencakup pemberian penugasan, baik penugasan

terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur. Waktu untuk penugasan

terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik

SMP/MTs maksimal 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata

pelajaran bersangkutan (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

B. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMA/MA

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA/MA menghasilkan

permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam hal kajian

naskah atau dokumen, yaitu sebagai berikut: Pertama, Struktur Kurikulum dan

Beban Belajar dari masing-masing kelas yaitu Kelas X pada mata pelajaran

sejarah dan geografi dengan alokasi waktu hanya 1 jam pelajaran saja. Hal ini tentu

sangat menyulitkan di dalam pengelolaannya. Oleh sebab itulah mata pelajaran

sejarah dan geografi di kelas X direkomendasikan untuk ditambah masing-masing

dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Kelas XI dan XII Program IPA:

mata pelajaran sejarah pada program ini diberi alokasi waktu hanya 1 jam saja,

untuk itu mata pelajaran tersebut pada program ini direkomendasikan juga untuk

Page 5: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 5

ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Kelas XI dan XII

Program IPS: Mata pelajaran ekonomi pada program ini direkomendasikan

ditambah dari 4 jam menjadi 5 jam. Adanya materi akuntasi dan ekonomi

lingkungan sebagai core program IPS menyebabkan mata pelajaran ini harus

memiliki waktu yang cukup agar kompetensi yang disyaratkan tercapai. Kedua,

Dokumen Kurikulum dari masing-masing jenjang yaitu terkait dengan a) Sequens:

Terdapat sequens materi yang tidak berurutan, baik SK dan KD tingkat SD, SMP

dan SMA. Sequens untuk SMA nampak tidak jelas dalam mata pelajaran Sejarah

di Jurusan IPA dan Bahasa sebaiknya disamakan dengan sequens pada jurusan IPS.

Hal ini penting agar ada penyeragaman materi sebab misi pelajaran sejarah adalah

membangun jati diri bangsa dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan; b) Materi

(content): Pada umumnya materi mata pelajaran IPS dan alokasi waktu yang

disediakan kurang proporsional. Waktu yang diberikan sangat singkat sedangkan

materi yang harus diberikan cukup banyak. Ketiga, Penyusunan Program Silabus

dan RPP: Guru dalam menyusun Silabus dan RPP belum banyak memperlihatkan

kekhasan pada satuan pendidikannya sesuai dengan tuntutan pada kurikulum

KTSP. Keempat, Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD): masih banyak yang

menggunakannya kata kerja operasional berunsur tidak aktif terhadap pembelajaran

di kelas. Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut untuk

bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru akan

memberikan pengalaman belajar yang optimal. Kelima, Muatan Materi dalam

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD: Materi-materi yang

tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai, dikembangkan dari yang

mudah/sederhana menuju materi yang kompleks. Namun banyak ditemui dalam

penjabaran materi SK dan KD tidak runtut dari hal yang umum ke khusus

melainkan terpencar-pecar penyebarannya. Keenam, Keterkaitan Antara Materi

Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional: Sistem Pendidikan Nasional,

Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-aturan lain tentang pendidikan bermuara

pada Tujuan Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

Page 6: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 6

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Seyogyanya pengembangan kurikulum juga mengacu pada tujuan

pendidikan nasional. Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD

dapat dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional.

Hampir seluruh materi dalam IPS memberi pengaruh terhadap perkembangan

individu untuk menjadi warga negara atau masyarakat yang mempunyai potensi

seprti diatas. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar

tidak yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran.

Page 7: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional diarahkan dapat mengembangkan kemampuan bangsa

Indonesia dan mengembangkan potensi agar menjadi manusia beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang bermutu

mengacu pada kriteria minimal sistem pendidikan yang berlaku di seluruh wilayah

hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam

Satandar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan untuk

menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Terdapat

delapan kriteria mutu pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan yaitu standar

isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan (Mulyasa, 2009:21).

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk

mencapai kompetensi kelulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran (Mulyasa, 2009:21). Standar

isi dituangkan dalam peraturan pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 22

tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,

kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan/akademik. Kerangka

dasar yang dimuat pada standar isi terdapat lima kelompok mata pelajaran antara

lain mata pelajaran agama dan akhlak mulia, mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian, mata pelajaran Ilmu pengetahuan, dan teknologi, mata pelajaran

estetika, dan mata pelajaran jasmani olahraga kesehatan, pada mata pelajaran ilmu

pengetahuan terdapat beberapa macam ilmu pengetahuan salah satunya adalah ilmu

pengetahuan sosial atau disingkat dengan IPS dan pendidiakan ilmu penegtahuan

sosial.

Page 8: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 8

Ilmu pengetahuan sosial adalah seperangkat peristiwa, fakta, konsep,

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial (Akbar, 2010:84). Mata pelajaran IPS

(ilmu pengetahuan sosial pada jenjang SD/MI) memuat materi mengenai sejarah,

geografi, ekonomi. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS (ilmu pengetahuan

sosial) memuat materi mengenai sejarah, geografi, sosiologi, dan ekonomi. Pada

jenjang SMA/MA mata pelajaran IPS (ilmu pengetahuan sosial) memuat materi

mengenai sejarah, sosiologi, geografi, dan ekonomi. Pembelajaran bidang studi IPS

di sekolah-sekolah pada tahun 1950-an tidak terdengar keluh kesah dari kalangan

guru IPS (Ilmu pengetahuan sosial) maupun para siswa jurusan IPS di SMA

(sekolah Menengah Atas) mengenai betapa tersudutnya posisi peserta didik yang

memilih jurusan IPS dalam dunia kerja. Guru IPS juga cukup leluasa melakukan

kegiatan belajar mengajar mata pelajaran IPS di sekolah-sekolah dalam kedudukan

sebagai guru kelas, namum pada tahun 1970 sampai sekarang ketika setiap sekolah

dituntut harus memiliki jurusan antara lain jurusan Bahasa, jurusan IPA dan

jurusan IPS. Pada peserta didik yang memilih jurusan IPS di sekolahnya muncul

perasaan rendah diri, pada peserta didik yang terpaksa memilih jurusan IPS. Peserta

didik yang memilih jurusan IPS tidak mempunyai persaaan bangga ketika menjadi

siswa jurusan IPS, karena melihat kenyatan bahwa siswa yang memilih jurusan

IPA bisa meneruskan belajar di perguruan tinggi pada fakultas-fakultas manapun,

sementara pada siswa yang memilh jurusan IPS tidak bisa meneruskan belajar di

perguruan tinggi pada fakultas-fakultas teknik maupun kedokteran, kebidanan yang

berbasis ilmu-ilmu pasti alam. Guru yang mengajar bidang studi IPS juga memiliki

perasaan rendah diri dan frustasi karena melihat betapa rendahnya minat siswa

untuk belajar ilmu pengetahuan sosial. Kebanyakan para siswa beranggapan belajar

ilmu pengetahuan sosial itu membosan hanya penuh dengan hafalan dan teori-teori

saja, untuk itu siswa tidak berminat untuk belajar bidang studi IPS apabila dilihat

dari bidang studi IPS yang memuat materi menganai sejarah, sosiologi, geografi

dan ekonomi. Para guru yang mengajar bidang studi IPS juga mengeluh karena

sedikit minat siswa yang mau mengikuti belajar tambahan berupa les mata

pelajaran IPS.

Pada saat sekarang kurikulum sering diartikan dalam artian sempit yaitu

pengaturan mengenai mata pelajaran. Oleh karena itu ketika kurikulum akan

Page 9: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 9

dikembangkan maka yang dipermasalahkan adalah kedudukan suatu mata

pelajaran. Tantangan yang diidentifikasi adalah kekurangan pemahaman atau

penguasaan terhadap materi pelajaran dari suatu mata pelajaran tertentu. Para

pengembang kurikulum berdialog untuk menyelesaikan berapa jam pelajaran untuk

mata pelajaran matematika, IPA, IPS, dan sebagainya. Pertanyaan mengenai

manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya ketika deliberasi dilakukan

untuk menentukan konten kurikulum. Kiranya tidak terlalu slah jika dikatakan

bahwa tujuan pendidikan hanyalah pernyataan yang tertulis secara hukum tanpa

punya kekuatan apapun. Para pengembang kurikulum tidak mengkaji ini ketika

menentukan posisi mata pelajaran ataupun menentukan model kurikulum. Penilaian

hasil belajar tidak juga mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan

mata pelajaran. Tujuan mata pelajaran tidak dikembangkan dari tujuan pendidikan

nasional (Hasan, 2008: 103).

Dokumen Standar Isi menjadi fokus evaluasi kurikulum. Berbagai ketetapan

yang tertuang pada dokumen Standar Isi perlu dikaji dan dievaluasi untuk melihat

kesesuaiannya dengan perkembangan masyarakat, berbagai teori pendidikan, dan

kurikulum. Evaluasi terhadap Standar Isi harus mampu mengungkapkan

konsistensi internal antara berbagai ketetapan seperti pengelompokan mata

pelajaran sebagai indikator dari ide pendidikan dan kurikulum, pikiran tentang

struktur kurikulum, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang ditetapkan

dengan pengelompokan mata pelajaran dan struktur kurikulum, beban belajar dan

kalender pendidikan. Oleh karena itu, kajian evaluasi kurikulum terhadap dokumen

Standar Isi adalah suatu yang penting (Hasan, 2008: 103).

Disinilah peran strategis mahasiswa dari Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK), untuk melakukan evaluasi dan dilanjutkan dengan

memberikan solusi atas berbagai temuan masalah dalam Standar Isi. Makalah ini

mengupas kelemahan-kelemahan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi, baik dari segi dokumen maupun penerapannya di lapangan.

Tidak berhenti disitu, ide-ide kreatif juga merupakan lahan garapan yang termuat

dalam makalah ini.

Page 10: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 10

B. Rumusan Masalah

1. Apa kelemahan-kelemahan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang

Standar Isi?

2. Bagaimana upaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi?

C. Tujuan

1. Menganalisis kelemahan-kelemahan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi.

2. Memberikan solusi untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait,

sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan

kurikulum masa depan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan arahan dan masukan bagi para pengembang kurikulum,

khususnya mata pelajaran IPS.

b. Memberikan acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah

dasar dan menengah.

Page 11: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 11

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang

dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi lulusan, kompetensi bahan kajian,

kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh

peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat

kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan

pendidikan, dan kalender akademik.

Struktur kurikulum untuk pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri dari: a) kelompok mata pelajaran

agama dan akhlak mulia; b) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian; c) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; d)

kelompok mata pelajaran estetika; dan e) kelompok mata pelajaran jasmani, olah

raga, dan kesehatan. Beban belajar berisi: a) konsep penyelenggaraan pendidikan

menggunakan sistem paket dan sistem kredit semester; b) alokasi waktu kegiatan

tatap muka per jam, per minggu, dan per tahun pada masing-masing satuan

pendidikan; dan c) jenis penugasan dan proporsi pemberian penugasan dalam

pembelajaran.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang

disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dan

penyusunannya berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. Kalender

pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik

dalam satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif

belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

B. Ilmu pengetahuan Sosial

IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari

konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi,

Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001 : 9). Materi pelajaran IPS merupakan

Page 12: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 12

penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema

tertentu. Misalkan materi tentang Pasar, maka harus ditampilkan kapan atau

bagaimana proses berdirinya (Sejarah), dimana pasar itu berdiri (Geografi),

bagaimana hubungan antara orang-orang yang berada di pasar (Sosiologi),

bagaimana kebiasaan-kebiasaan orang menjual atau membeli di pasar

(Antropologi) dan berapa atau jenis-jenis barang yang diperjualbelikan (Ekonomi).

IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat

baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Interaksi antar individu dalam

ruang lingkup lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga,

rukun tetangga atau rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi,

negara dan dunia. Karakteristik tujuan IPS menurut Bruce Joyce (dalam Naskah

Kebijakan Kurikulum IPS, 2007 :14-15) memiliki tiga katagori yaitu :

1. Pendidikan kemanusiaan.

2. Pendidikan kewarganegaraan.

3. Pendidikan intelektual.

Pendidikan kemanusiaan memiliki arti bahwa IPS harus membantu anak

memahami pengalamannya dan menemukan arti atau makna dalam kehidupannya.

Dalam tujuan pertama ini terkandung unsur pendidikan nilai. Guru dapat

menyajikan materi IPS dalam tujuan ini misalkan dalam materi lingkungan

keluarga,. ditanyakan kepada siswa mengenai pekerjaan apa yang ia lakukan di

keluarga dan mengapa ia melakukan pekerjaan tersebut. Siswa mungkin akan

menjawab dari pengalamannya sebagai anak yang paling besar harus membimbing

adik-adiknya. Ia melakukan hal tersebut misalkan karena timbulnya rasa tanggung

jawab.

Pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus

dipersiapkan untuk berpartisipasi secara efektif dalam dinamika kehidupan

masyarakat. Siswa memiliki kesadaran untuk meningkatkan prestasinya sebagai

bentuk tanggung jawab warga negara yang setia pada negara. Pendidikan nilai

dalam tujuan ini lebih ditekankan pada kewarganegaraan. Materi yang disajikan,

misalnya ketika berbicara tentang lingkungan sekolah, maka anak diminta untuk

belajar dengan baik. Mereka adalah generasi penerus yang akan menggantikan

generasi sekarang.

Page 13: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 13

Pendidikan intelektual mengandung arti bahwa anak membutuhkan untuk

memperoleh ide-ide yang analitis dan alat-alat untuk memecahkan masalah yang

dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial. Dalam memecahkan masalah anak

akan dihadapkan pada upaya mengambil keputusan sendiri. Dengan peningkatan

kematangan, anak harus belajar untuk menjawab pertanyaan dengan benar dan

menguji ide-ide kritis dalam situasi sosial. Misalnya, dalam materi tentang pasar,

siswa dihadapkan pada masalah tentang mana yang lebih baik belanja di pasar

tradisional atau swalayan apabila ibunya ingin membeli sayuran. Dalam

pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tersebut siswa akan dihadapkan

berbagai pertimbangan, seperti jarak pasar dari rumah, ongkos yang digunakan,

perbandingan harga sayuran di pasar tradisional dan swalayan, dan lain-lain.

Jack R. Fraenkel (dalam Naskah Kebijakan Kurikulum IPS, 2007 :14-15)

membagi tujuan IPS dalam empat kategori yaitu :

1. Pengetahuan

2. Keterampilan

3. Sikap

4. Nilai

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah

informasi dan ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu siswa untuk belajar lebih

banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Misalnya, siswa dikenalkan

dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam, lingkungan buatan,

keluarga, tetangga, dan lain-lain. Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-

kemampuan tertentu sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehnya.

Beberapa keterampilan yang ada dalam IPS adalah :

a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan,

mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi,

membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.

b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,

berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis

besar, membuat grafik dan membuat catatan.

c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu

hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah,

Page 14: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 14

menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima,

menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.

d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan kontribusi

dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang

disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah yang

lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain, dan

mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.

Sikap adalah kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan-

keyakinan, interes, pandangan-pandangan, dan kecenderungan tertentu. Sedangkan

nilai adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam,

mendukung ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.

C. Kurikulum KTSP

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan Bab 1 Pasal 1 Ayat (15) Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) adalah “kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.” KTSP merupakan

penyempurnaan dari kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang

disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah

(Muslich 2007, hlm. 17).

Komponen dan Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

diaantaranya:

1. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari unsur-unsur yang

disebut sebagai komponen kurikulum. Komponen tersebut merupakan satu

kesatuan yang saling berhubungan dan mendukung yang merupakan dasar

utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Sebagaimana Panduan Penyusunan

KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), KTSP

ada empat komponen, yaitu (1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, (2)

struktur dan muatan KTSP, (3) kalender pendidikan, dan (4) silabus dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP (dikutip dari panduan penyusunan

KTSP lengkap 2008, hlm. 148-151).

Page 15: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 15

Dengan adanya keempat komponen KTSP tersebut, maka tingkat satuan

pendidikan atau sekolah, seperti kepala sekolah dan guru diberikan kewenangan

untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi sekolahnya

berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah. Karena masing-masing sekolah

dipandang lebih mengetahui tentang kondisi nyata satuan pendidikannya.

2. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman

muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan

dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan

beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang

dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan

kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

D. Jurnal Penelitian

Penelitian Edy Sutrisna, 2012 tentang Strategi guru dalam pembelajaran

IPS (Studi eksploratif pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP wilayah kabupaten

Pati), menyimpulkan bahwa Pemberlakuan KTSP sebagai kurikulum yang berbasis

pada kompetensi menuntut diterapkannya strategi dan metode pembelajaran yang

mampu mengantarkan peserta didik mencapai sejumlah kompetensi tertentu. IPS

sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan mulia, yaitu mempersiapkan peserta

didik menjadi warga negara yang baik, seharusnya diajarkan kepada siswa melalui

strategi dan metode yang tepat dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media

pembelajaran. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih

cenderung menggunakan strategi pembelajaran ekspositori; penggunaan sumber

dan media pembelajaran yang kurang variatif; dan pendekatan terpadu dalam

pembelajaran IPS tidak dapat direalisasi oleh para guru karena berbagai kendala.

Penelitian Sutimah dan Prof. Ace Suryadi,M.Sc.,Ph.D tentang Dampak

Implementasi Standar Isi dan Standar Proses terhadap hasil UASBN tahun

2009/2010 pada Sekolah Dasar di Jambi, menyimpulkan bahwa standar isi dan

Page 16: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 16

standar proses mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan

terhadap hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional. Ujung tombak dalam

mengimplementasikan standar isi dan standar proses adalah guru, karena guru

merupakan elemen yang terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kerangka

dasar dan struktur kurikulum harus dipahami, sehingga guru akan dengan mudah

untuk melaksanakan perencanaan pembelajaran. Apabila perencanaan

pembelajaran dilakukan secara tepat, maka proses pembelajaran dan evaluasi dapat

berjalan dengan baik. Untuk menunjang hal tersebut peran pengawas dan kepala

sekolah sangat dibutuhkan untuk memantau dan mensupervisi serta memberikan

arahan dan bimbingan kepada guru, sehingga hasil evaluasi belajar siswa (UASBN)

dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Penelitian Yer J. Thao, Department of Curriculum and Instruction,

Graduate School of Education, Portland State University, Portland, USA tentang

Bicultural Literacy Curriculum yang menyimpulkan bahwa this article examines

the literacy issues in public school in the United States, and points out that current

programs do not have a meaningful cultural connection to bicultural and bilingual

students. The findings indicate that literacy must become part of bicultural and

bilingual students’ reality in order to empower them. The pedagogical content of

literacy must acknowledge bicultural and bilingual students’ culture so they can

make connections to learning literacy. In order to help bicultural and bilingual

students acquire the necessary academic skills to succeed on high-stakes tests that

are demanded by No Child Left Behind Law, public schools need to infuse home

culture literacy as part of literacy programs and practices.

Page 17: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 17

BAB III

PEMBAHASAN

A. ANALISIS KAJIAN STANDAR ISI JENJANG SD/MI

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SD menghasilkan permasalahan-

permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam kajian naskah atau

dokumen, diantaranya:

1. Struktur Kurikulum

Berdasarkan analisis terhadap dokumen kerangka dasar dan struktur

kurikulum SD/MI ditemukan ketentuan yaitu pada butir c tertulis : ”Pembelajaran

pada kelas I s.d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik sedangkan pada kelas

IV s.d VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.” Kelas III merupakan

awal untuk pelaksanaan pendekatan mata pelajaran di kelas IV, maka pelaksanaan

pembelajaran tematik di kelas III lebih diorientasikan kepada penguatan dasar dasar

mata pelajaran sebagai persiapan untuk pendekatan mata pelajaran secara utuh di

kelas IV. Hal ini dimungkinkan karena materi pokok bahan ajar kelas III sudah

lebih tinggi untuk dikembangkan melalui tematik (litbang, 2007:11).

2. Alokasi waktu

Berdasarkan analisis terhadap dokumen Standar isi SD/MI Dalam

pembagian waktu, mata pelajaran IPS kurang sesuai atau kurang proporsional

dengan materi IPS yang ada. Dengan waktu yang cukup singkat sedangkan

materi yang harus diberikan cukup banyak. Hal ini akan mengakibatkan guru

dalam menyampaikan hanya ingin menghabiskan materi saja,

mengesampingkan paham atau tidaknya peserta didik. Dalam mata pelajaran

IPS antara materi dengan alokasi waktu hendaknya proporsional, mengingat

banyaknya ruang lingkup materi sehingga perlu ditambah alokasi waktunya,

sebaliknya apabila alokasi waktu tetap seperti apa yang ada sekarang perlu

adanya penyederhanaan ruang lingkup materi.

3. Muatan materi dalam SK, KD

Materi-materi yang ada pada SK KD hendaklah berkesesuaian antara KD

yang satu dengan yang lainnya, dalam arti dapat disusun dari tahap yang mudah

kemudian menuju ke yang sulit atau dapat pula bertahap berurutan sesuai tema.

Page 18: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 18

Akan tetapi pada kenyataannya terdapat ketidak runtutuan. Berikut dapat dilihat

beberapa contoh urutan KD yang kurang sesuai urutannya. Misalnya pada SD

Kelas 3 Semester 2 dimana urutannya yang semula menguraikan KD nomor 2.3

“jual beli di lingkungan rumah dan sekolah”, baru kemudian pada KD

selanjutnya dibahas KD nomor 2.4 “sejarah uang.” Alangkah lebih runtut jika

menempatkan “sejarah uang” pada KD nomor 2.3 baru kemudian “jual beli

dilingkungan rumah dan sekolah” pada KD nomor 2.4. Karena dengan begini

peserta didik akan lebih mengetahui bagaimana asal usul sejarah uang dengan

memahami kegunaan, nilai uang, lalu mengetahui contoh-contohnya dengan

kegiatan jual beli disekitar sekolah maupun rumah. Selain itu terdapat sebaran

materi yang tidak merata, yang seharusnya sebaran materinya seimbang terdiri

dari sejarah, geografi, ekonomi pada setiap kelas. Akan tetapi contohnya pada

SD kelas V sebagian besar materinya adalah sejarah.

4. Kaitan materi dengan tujuan nasional pendidikan

Tujuan pendidikan sekolah dasar adalah memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupan sebagai

pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk

melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama. Materi yang

disampaikan ditujukan hanya untuk kemampuan yang dipersyaratkan oleh

disiplin ilmu saja.

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SD selanjutnya dpat dikaji

dalam hal pelaksanaan di lapangan, hasil kajian tersebut diantaranya:

a. Keragaman Pelaksanaan

Terdapat beragam pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah, khususnya

keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Ada sekolah yang

melaksanakan sekaligus semua jenjang yaitu di SD langsung dilaksanakan dari

kelas 1 sampai dengan kelas 6 (litbang, 2007:17), ada pula yang berjenjang

dimulai dari kelas dua maupun kelas tiga sampai kelas 6.

b. Struktur Kurikulum

Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di kelas I s.d III tidak berjalan sesuai

dengan ketentuan Standar Isi, karena guru-guru mengalami kesulitan dalam

menyusun silabus sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Page 19: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 19

Dasar (KD) yang ditetapkan dalam Standar Isi. Selain itu guru-guru mengalami

kesulitan dalam mengalokasikan waktu yang harus dipergunakan dalam

seminggu, karena tidak ada ketentuan alokasi waktu untuk setiap tema yang

ditetapkan. Hal ini disebabkan guru-guru belum memahami esensi dan praktek

pembelajaran tematik (litbang, 2007:12)

c. Beban belajar

Beban belajar untuk kegiatan tatap muka per minggu bagi kelas IV

sampai dengan kelas VI dirasakan kurang, karena perlu penambahan alokasi

jam belajar untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Diusulkan agar

jumlah jam tatap muka untuk kelas IV s.d VI menambah lama belajar per jam

pelajaran dari 35 menit menjadi 40 menit tanpa menambah beban belajar

tatap muka per minggu.

B. Analisis Kajian Standar Isi Jenjang SMP/MTS

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMP/MTs menghasilkan

permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek, diantaranya:

1. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan

menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum

yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip:

a) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya; b) beragam dan terpadu; c) tanggap terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; d) relevan dengan

kebutuhan kehidupan; e) menyeluruh dan berkesinambungan; f) belajar

sepanjang hayat; g) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan

daerah (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi).

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di atas bukanlah hal yang

bersifat anti kritik, konsep ideal selalu dipertentangkan dengan fakta di

lapangan. Masalah pertama dapat dijumpai pada prinsip poin (a), yang bisa juga

dikaitkan dengan prinsip poin (b) dan (d). Kasus yang terjadi di daerah

perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat menggugurkan dua point di atas.

Page 20: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 20

Daerah perbatasan terdiri dari populasi penduduk yang berasal dari dua

daerah/dua suku yang berbeda, Jawa dan Sunda. Bahkan bisa jadi suatu daerah

di Jawa Tengah perbatasan mayoritas penduduknya adalah Suku Sunda, sebut

saja di Kabupaten Brebes khususnya kecamatan Salem, Bantarkawung, dan

Buaran. Masalah terjadi ketika muatan lokal yang diberikan di sekolah justru

adalah Bahasa Jawa. Masyarakat yang mayoritas Suku Sunda akan mengalami

kesusahan ketika belajar Bahasa Jawa. Kehidupan sehari-hari mereka

menggunakan bahasa ibu, yakni Bahasa Sunda. Secara administratif mereka

memang termasuk penduduk Jawa Tengah, namun secara budaya mereka adalah

orang Sunda. Dengan demikian, apakah kurikulum telah disusun berdasarkan

pada potensi peserta didik, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta

didik dan lingkungannya? Dan, apakah kurikulum telah disusun secara

seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah? Serta, apakah

kurikulum telah dikembangkan secara relevan dengan kebutuhan kehidupan?

Hamid Hasan (2008: 110) menyatakan bahwa ide untuk kurikulum (dalam hal

ini KTSP) harus pula memperhatikan kebutuhan daerah, keunggulan dan

kelemahan yang ada di sekitar sekolah baik dalam bidang sosial, budaya,

ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, kehidupan keagamaan, dan aspek

kehidupan lainnya. Ditambahkan juga oleh Hamid Hasan (2008: 112) bahwa

prinsip pengembangan kurikulum itu merupakan aplikasi dari prinsip

pendidikan yang menghendai agar pendidikan berdasarkan akar budaya dan

tidak mencabut peserta didik dari lingkungan sosial-budayanya.

Yer J. Thao (2011) menambahkan bahwa:

“Literacy has a very important role in the public school to give power to

bicultural and bilingual students, so they can maintain a sense of

cultural, language, and identity balance between their home culture and

the dominant culture. Bicultural and bilingual students have struggled to

make a connection through public school literacy programs that have

been washed to remove cultural identity”.

Secara garis besar, Yer J. Thao menghendaki bahwa dalam penyusunan

kurikulum juga harus memperhatikan budaya masyarakat setempat. Kurikulum

diharapkan dapat menjadi sarana untuk melestarikan jiwa berbudaya (sense of

culture) yang seimbang antara budaya lokal dan budaya arus utama. Penguasaan

Page 21: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 21

yang baik terhadap budaya masyarakat menjadikan peserta didik memiliki daya

juang untuk melawan budaya-budaya asing yang mengikis budaya lokal.

Standar Kompetensi dan kompetensi dasar lebih banyak dipahami

sebagai materi yang harus diberikan di sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut

yang disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada

pembelajaran guru lebih berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi. Hal

ini terjadi disebabkan penyampaian materi IPS di sekolah lebih banyak berdasar

pada buku teks, bukan pada dokumen standar isi. Sehingga KTSP yang

dikembangkan di sekolah belum menggambarkan KTSP yang memiliki ciri khas

sekolah atau daerah tersebut. Sebab buku-buku teks yang digunakan lebih

banyak memaparkan materi yang masih bersifat umum yang bisa berlaku pada

semua sekolah atau daerah (Depdiknas, 2007).

Selain itu, poin (c) juga merupakan wacana yang perlu dikritisi dan di

evaluasi ulang. Kecenderungan di lapangan adalah beberapa guru dengan

tingkat usia lanjut kurang dapat mengikuti perkembangan teknologi, ditambah

dengan kapabilitas sekolah untuk menyediakan pembelajaran berbasis IT yang

tidak merata. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum merupakan konsep ideal

yang masih memerlukan upaya serius dalam upaya mewujudkannya. Hal ini

juga didukung oleh penelitian Edy Sutrisna, 2012 tentang Strategi guru dalam

pembelajaran IPS (Studi eksploratif pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP

wilayah kabupaten Pati), menyimpulkan bahwa Pemberlakuan KTSP sebagai

kurikulum yang berbasis pada kompetensi menuntut diterapkannya strategi dan

metode pembelajaran yang mampu mengantarkan peserta didik mencapai

sejumlah kompetensi tertentu. IPS sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan

mulia, yaitu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik,

seharusnya diajarkan kepada siswa melalui strategi dan metode yang tepat

dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran. Hasil kajian

menunjukkan bahwa sebagian besar guru masih cenderung menggunakan

strategi pembelajaran ekspositori; penggunaan sumber dan media pembelajaran

yang kurang variatif; dan pendekatan terpadu dalam pembelajaran IPS tidak

dapat direalisasi oleh para guru karena berbagai kendala. Hal inilah yang

mengakibatkan pembelajaran IPS untuk beberapa orang mengatakan

Page 22: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 22

membosankan sehingga perlu setrategi-setrategi khusus mengelola pembelajaran

IPS sehingga dapat bervariatif lagi.

2. Struktur Kurikulum

Alokasi Jam Pelajaran untuk mapel IPS tingkat SMP dapat dikatakan

ideal, ideal dalam arti proporsi pembagian jam pelajaran IPS jika dibanding

dengan mapel-mapel lain, khususnya rumpul mapel Matematika dan IPA.

Alokasi Jam Pelajaran mapel IPS empat jam per minggu, alokasi ini sama

dengan mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Namun

jika dibandingkan dengan materi mapel IPS, alokasi waktu untuk mapel IPS

kurang proporsional. Materi mapel IPS yang mencakup Sosiologi, Ekonomi,

Sejarah, dan Geografi, cukup banyak.

Selain alokasi waktu yang tidak proporsional, terdapat juga sebaran

materi yang tidak merata. Semestinya proporsi sebaran materi Sejarah, Geografi,

Ekonomi, dan Sosiologi merata pada setiap semester dan kelas. Misalnya IPS

SMP, pada kelas VII semester 1 materi Sejarah sangat sedikit, hanya ada dalam

satu KD dan itupun berada dalam SK yang lebih cocok untuk Geografi.

Permasalahan juga muncul dalam penerapannya, dalam Standar Isi ditentukan

bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan “IPA

Terpadu” dan “IPS Terpadu” (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi). IPS terpadu terdiri dari beberapa ilmu sosial, diantaranya Sosiologi,

Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Di beberapa sekolah, mapel IPS diajarkan

secara parsial, materi Sosiologi diajarkan oleh guru dengan latar belakang

pendidikan Sosiologi, materi Sejarah diajarkan oleh guru dengan latar belakang

pendidikan Sejarah. Hal ini jelas melanggar dokumen Standar Isi, IPS tidak lagi

diajarkan secara terpadu. Salah satu penyebabnya adalah masih minimnya guru

dengan latar pendidikan sarjana pendidikan IPS, sehingga pembelajaran IPS

harus diampu oleh guru dari masing-masing bidang.

IPS di SMP diorganisasikan menjadi IPS Terpadu, sehingga berimplikasi

pada tugas guru yang mengajar. Dalam hal bagaimana guru IPS di SMP

mengajar terjadi keragaman. Ada sekolah yang mengajarkan IPS di SMP

dipegang oleh satu orang. Konsekuensinya, guru tersebut harus`mengajar

sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Pelaksanaan seperti itu beralasan

Page 23: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 23

bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang satu, bukan mata

pelajaran yang dipisah-pisahkan walaupun materinya bersumber dari sejarah,

ekonomi, geografi dan sosiologi. Selain itu ada pula SMP yang mengajarkan

IPS, dipegang oleh beberapa orang guru sesuai dengan disiplinnya, yaitu

sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Jadi pelaksanaan pengajaran IPS

dibagi ke dalam empat bidang studi. Alasan pelaksanaan yang demikian pertama

untuk pemerataan guru mata pelajaran (sejarah, ekonomi, geografi dan

sosiologi), kedua pentingnya profesionalisme penguasaan materi oleh guru.

Mata pelajaran apabila diajarkan oleh guru yang bukan disiplinnya akan menjadi

kurang berkualitas, misalnya sejarah diajarkan oleh guru yang berlatar belakang

pendidikan geografi atau sebaliknya (Depdiknas, 2007).

3. Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD)

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang

SMP/MTs banyak sekali menggunakan kata kerja operasional mendeskripsikan

dan mengidentifikasi. Kata “mendeskripsikan” berarti menjelaskan,

memaparkan, menggambarkan, atau menerangkan. Dalam konteks ini berarti

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat memahami

kemudian menjelaskan kepada orang lain tentang materi yang telah

diperolehnya. Kata “mengidentifikasi” berarti mengenali, menentukan, atau

menetapkan ciri/karakteristik atas suatu hal. Dalam konteks ini berarti peserta

didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat mengenali suatu hal,

fenomena, benda-benda tertentu, dan lain sebagainya.

Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut

untuk bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru

akan memberikan pengalaman belajar yang optimal. Tes yang digunakan pun

masih banyak mengukur aspek kognitif pada jenjang yang lebih rendah

misalnya kemampuan untuk menyebutkan. Penggunaan bentuk tes yang

demikian disebabkan oleh pemahaman yang salah tentang materi IPS. Materi

IPS dipahami sebagai materi yang hapalan saja, sehingga tes yang digunakan

pun lebih menekankan pada hapalan (Depdiknas, 2007). Selain itu pembelajaran

yang berlangsung juga tidak memenuhi konsep PAIKEM, karena bisa jadi

Page 24: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 24

pembelajaran yang diselenggarakan guru akan terjebak pada model

pembelajaran ceramah dengan minim variasi. Ditambah IPS merupakan mapel

memiliki muatan materi yang banyak. Guru akan terfokus pada bagaimana

menyelesaikan penyampaian materi pada peserta didik dengan jatah waktu yang

telah dialokasikan selama masa studi tertentu.

Kondisi tersebut di atas diperparah dengan orientasi guru yang hanya

mengacu pada buku teks, kurikulum hanya wacana sepintas lalu yang diabaikan

begitu saja dalam pelaksanaan pembelajaran. Buku teks dianggap sudah

mewakili kurikulum, sehingga guru merasa tidak perlu mengkaji lebih dalam

tentang isi dan amanat kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena seharusnya

guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan kurikulum. Perlu

diwaspadai mengenai sistem “kejar tayang” yang kadang dilakukan oleh

beberapa guru, karena ini memungkinkan terjadinya pengabaian terhadap

penangkapan peserta didik atas materi yang disampaikan.

4. Muatan Materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD)

Materi-materi yang tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai,

dikembangkan dari yang mudah/sederhana menuju materi yang kompleks.

Namun ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya,

semisal materi pada kelas VIII Semester 2. Standar kompetensi menyebutkan

“memahami kegiatan perekonomian di Indonesia”, kompetensi dasarnya terdiri

dari: a) Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai

sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya

penanggulangannya; b) Mendeskripsikan pelaku-pelaku ekonomi dalam sistem

perekonomian Indonesia; c) Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian

nasional; dan d) Mendeskripsikan permintaan dan penawaran serta terbentuknya

harga pasar. Perrtanyaan yang muncul, lalu bagian mana yang tidak runtut? Mari

kita cermati poin (a), (c), dan (d). Materi tentang pajak merupakan materi

tingkat lanjut dari kegiatan perekonomian, jika dibandingkan dengan materi

mengenai permintaan dan penawaran. Permintaan dan penawaran merupakan

dasar dalam kegiatan perekonomian, yaitu kegiatan yang terjadi dalam pasar.

Seyogyanya materi permintaan dan penawaran diajarkan terlebih dahulu,

Page 25: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 25

kemudian secara berturut-turut diajarkan materi tentang pelaku-pelaku ekonomi,

pajak, dan permasalahan angkatan kerja dan upaya penanggulangannya.

Ketidak runtutan penyampaian materi juga dapat ditemui pada SK dan

KD kelas IX Semester 1. Standar kompetensi menyebutkan “memahami kondisi

perkembangan negara di dunia”, kompetensi dasarnya terdiri dari: a)

mengidentifikasi ciri-ciri negara berkembang dan negara maju; b)

mendeskripsikan Perang Dunia II (termasuk pendudukan Jepang) serta

pengaruhnya terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia. Secara

kasat mata dapat dikatakan bahwa materi pada poin (a) dan (b) tidak runtut,

semestinya poin (b) diajarkan terlebih dahulu dari pada poin (a). Logikanya,

konsep negara berkembang dan negara maju salah satunya disebabkan oleh

Perang Dunia II. Perang Dunia II memberikan dampak multi dimensional

terhadap kehidupan, salah satunya bidang ekonomi. Negara-negara yang kalah

perang kemudian menjadi pailit. Di bidang politik, pasca Perang Dunia II

banyak negara-negara terjajah yang melakukan nasionalisasi/merdeka, karena

negara penjajah kalah dalam Perang Dunia II. Kondisi demikian dimanfaatkan

negara terjajah untuk melakukan perjuangan kemerdekaan secara lebih intensif.

Negara yang baru merdeka merupakan negara-negara yang dapat dikategorikan

negara berkembang.

Lebih lanjut dijabarkan dalam naskah akademik tentang kajian kebijakan

kurikulum mapel IPS (2007), bahwa urutan yang digunakan dalam IPS SMP

tidak jelas konsepnya apakah konsep Kurikulum IPS terpadu, korelasi, atau

terpisah-pisah. Walaupun diberi nama IPS terpadu akan tetapi dalam

kenyataannya SK dan KD tetap terpisah-pisah antara Sejarah, Ekonomi,

Geografi, dan Sosiologi, sehingga materi yang tercantum dalam SK dan KD

tidak berurutan. Ada upaya untuk memadukan dalam suatu tema yang diuraikan

dalam KD yang beragam, misalnya KD tersebut ada aspek sejarah dan Geografi.

Tetapi cara memadukan KD tersebut kurang tepat. Misalnya pada kelas VII

semester 1 KD nomor 1.1. Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi,

proses pembentukan, dan dampaknya terhadap kehidupan dan nomor 1.2.

Mendeskripsikan kehidupan pada masa pra-aksara di Indonesia. Kedua KD

tersebut tidak saling terkait. Jika melihat SK nomor 1, materi lebih dekat dengan

Page 26: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 26

Geografi sedangkan KD nomor 1.2. berisi materi Sejarah. Pada sisi lain ada SK

yang hanya Sejarah, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Seperti pada Kelas VII

semester 2, SK nomor 4, 5, dan 6. Standar kompetensi nomor 4 berisi materi

Geografi, SK nomor 5 berisi materi Sejarah dan SK nomor 6 berisi materi

Ekonomi.

5. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-

aturan lain tentang pendidikan bermuara pada Tujuan Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seyogyanya pengembangan

kurikulum juga mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD dapat

dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional. Yang

perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak yang

mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran (Hamid

Hasan, 2008: 110).

6. Beban Belajar

Dalam penyelenggaraan pendidikan dikenal istilah sistem paket dan

sistem kredit semester (SKS). Penyelenggaraan pendidikan SMP/MTs memang

belum dikenai kewajiban untuk menerapkan SKS, namun boleh dan bisa saja

menerapkan SKS jika SMP/MTs bersangkutan sudah dapat dikategorikan

sebagai sekolah Mandiri, Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), atau

Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa

banyak sekolah yang sudah menyandang predikat RSBI atau SBI yang belum

siap menyelenggarakan pendidikan dengan sistem SKS.

Beban belajar juga mencakup pemberian penugasan, baik penugasan

terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur. Waktu untuk penugasan

terstruktur maupun penugasan mandiri tidak terstruktur bagi peserta didik

SMP/MTs maksimal 50% dari jumlah waktu kegiatan tatap muka dari mata

pelajaran bersangkutan (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar

Page 27: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 27

Isi). Sekali lagi, ini merupakan konsep ideal yang perlu konsistensi dalam

penerapannya.

C. ANALISIS KAJIAN STANDAR ISI JENJANG SMA/MA

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA/MA menghasilkan

permasalahan-permasalahan dalam beberapa aspek salah satunya dalam hal kajian

naskah atau dokumen, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Kurikulum dan Beban Belajar

Struktur program merupakan bagian penting dalam sebuah proses

pembelajaran karena dari sanalah dapat terbentuk sistem kegiatan belajar

mengajar yang diharapkan dapat berhasil secara maksimal. Berdasarkan kajian

yang dilakukan terhadap struktur program SMA, terdapat beberapa temuan.

a. Kelas X

Pada kelas X, terdapat mata pelajaran yang waktunya sangat sempit ,

yaitu mata pelajaran sejarah dan geografi dengan alokasi waktu hanya 1 jam

pelajaran saja. Hal ini tentu sangat menyulitkan di dalam pengelolaannya.

Berbagai persiapan yang harus dilakukan guru, termasuk memberikan

apersepsi kepada siswa dalam sebuah mata pelajaran sungguh tidak

memungkinkan bila hanya dialokasikan dengan 1 jam pelajaran (45 menit).

Mata pelajaran sejarah tidak hanya menginformasikan berbagai fakta dan

kejadian semata. Mata pelajaran ini menuntut siswa selalu mengkaji

informasi/fakta/kejadian secara cerdas dan arif sehingga menghasilkan

kesimpulan dari materi tersebut secara proporsional. Penanaman nilai-nilai

sejarah pada siswa juga harus diberikan mata pelajaran ini melalui KBM

yang variatif dan bermakna. Oleh sebab itulah mata pelajaran sejarah di

kelas ini direkomendasikan untuk ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2

jam pelajaran.

Mata pelajaran geografi juga direkomendasikan untuk menambah

jumlah jam pelajaran dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Selain

persiapan yang harus dilakukann guru dalam sebuah pembelajaran, materi

geografi juga sangat kompleks. Kondisi geografis Indonesia yang sangat

unik menyebabkan kajian geografi menjadi sesuatu yang harus didiskusikan

Page 28: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 28

antara siswa dan guru secara komprehensif sehingga hasil pembelajaran ini

membuat siswa memahami,menghargai, dan mencintai negara mereka.

Peristiwa alam yang banyak terjadi di Indonesia seperti tsunami, gempa

bumi, banjir, gunung meletus, dan longsor mengharuskan mata pelajaran

geografi memberikan informasi kepada siswa dan mendiskusikannya.

b. Kelas XI dan XII Program IPA

Mata pelajaran sejarah pada program ini diberi alokasi waktu hanya 1

jam saja. Untuk itu, mata pelajaran ini pada program ini direkomendasikan

juga untuk ditambah dari 1 jam pelajaran menjadi 2 jam pelajaran. Program

IPA yang berorientasi pada sains bukan berarti tidak memerlukan mata

pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah pada program IPA atau pada

program lainnya tidak boleh dipandang sebagai sebuah kajian materi yang

hanya menambah beban siswa, melainkan harus menjadi alat perekat bangsa

sebab melalui sejarahlah seseorang atau suatu bangsa dapat belajar dari

kesalahan atau mengacu pada sebuah keberhasilan. Hal yang harus

dilakukan adalah bagaimana menjadikan pelajaran ini sebagai sebuah

pembelajaran yang variatif dan bermakna bagi anak.

c. Kelas XI dan XII Program IPS

Mata pelajaran ekonomi pada program ini direkomendasikan

ditambah dari 4 jam menjadi 5 jam. Adanya materi akuntasi dan ekonomi

lingkungan sebagai core program IPS menyebabkan mata pelajaran ini harus

memiliki waktu yang cukup agar kompetensi yang disyaratkan tercapai.

2. Dokumen Kurikulum

Standar isi Mata Pelajaran IPS yang memuat Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar terdapat dua masalah yaitu sequens dan isi atau content.

a. Sequens

Sequens yang digunakan tidak jelas konsepnya apakah menggunakan

pendekatan kronologis, kausalitas, tematis, dan lainnya. Ketidakjelasan

penggunaan konsep sequens berdampak pada materi yang tidak jelas

urutannya, apakah diurut berdasarkan keluasan ruang lingkup materi, unsur

kronologi waktu atau yang lainnya. Terdapat sequens materi yang tidak

berurutan, baik SK dan KD tingkat SD, SMP dan SMA. Berikut ini beberapa

Page 29: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 29

contoh urutan SK dan KD yang tidak jelas urutannya. Sequens untuk SMA

nampak tidak jelas dalam mata pelajaran Sejarah di Jurusan IPA dan Bahasa

sebaiknya disamakan dengan sequens pada jurusan IPS. Hal ini penting agar

ada penyeragaman materi sebab misi pelajaran sejarah adalah membangun

jati diri bangsa dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan.

b. Materi (content)

Pada umumnya materi mata pelajaran IPS dan alokasi waktu yang

disediakan kurang proporsional. Waktu yang diberikan sangat singkat

sedangkan materi yang harus diberikan cukup banyak. Misalnya jumlah mata

pelajaran sejarah di Program IPA SMA hanya satu jam sementara materi

yang harus diberikan cukup banyak. Begitu pula pelajaran Geografi pada

kelas 1 hanya diberikan waktu 1 jam. Begitu pula dalam mata pelajaran

Ekonomi, KD pada mata pelajaran ekonomi kelas XII IPS terlalu padat. Pada

Kelas X materi pelajaran ekonomi terlalu banyak, alokasi jamnya tidak

cukup.

3. Penyusunan Program Silabus dan RPP

Guru dalam menyusun Silabus dan RPP belum banyak memperlihatkan

kekhasan pada satuan pendidikannya. Tuntutan KTSP yang harus

memperlihatkan situasi dan kondisi sekolah atau daerah semestinya menjadi

bahan dalam materi pelajaran. Hal ini terjadi dikarenakan perumusan indikator

dan tujuan belum dirumuskan sendiri oleh guru. Ada kecenderungan, guru-guru

membuat indikator mengcopy dari buku teks yang mencantumkan indikator dari

masing-masing materi yang akan disampaikan. Selain itu guru harus bisa

membedakan rumusan indikator dan tujuan, sehingga tidak rancu dalam

merumuskan silabus dan RPP. Pemahaman terhadap perbedaan indikator dan

rumusan tujuan, ada perbedaan antara guru dan pengawas di lapangan. Hal ini

dapat menyulitkan guru dalam merumuskan Silabus dan Indikator, karena

kedudukan pengawas sebagai penilai kinerja guru.

4. Penggunaan Kata Kerja Operasional dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD)

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang

SMA/MA banyak sekali menggunakan kata kerja operasional mendeskripsikan

Page 30: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 30

dan mengidentifikasi. Kata “mendeskripsikan” berarti menjelaskan,

memaparkan, menggambarkan, atau menerangkan. Dalam konteks ini berarti

peserta didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat memahami

kemudian menjelaskan kepada orang lain tentang materi yang telah

diperolehnya. Kata “mengidentifikasi” berarti mengenali, menentukan, atau

menetapkan ciri/karakteristik atas suatu hal. Dalam konteks ini berarti peserta

didik setelah mengikuti pembelajaran diharapkan dapat mengenali suatu hal,

fenomena, benda-benda tertentu, dan lain sebagainya.

Implikasinya bagi pembelajaran adalah peserta didik hanya dituntut

untuk bisa mendeskripsikan dan mengidentifikasi, tanpa ada praktek yang justru

akan memberikan pengalaman belajar yang optimal. Berdasarkan hasil analisis

penggunaan kata operasional pada mata pelajaran IPS tingkat SMA masih

sangat sedikit sekali penggunaan kata kerja operasional yang dapat

mengakibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Penggunaan kata kerja

operasionla yang dapat melibatkan siswa aktif pada mata pelajaran Sosiologi

dari kelas X-XII terdapat tiga indikator yang dapat membuat siswa aktif. Pada

mata pelajaran Ekonomi kata kerja operasional yang digunakan cukup banyak

untuk membuat siswa aktif terutama dalam bab pembahasan memahami

penyususnan siklus akutansi persahaan jasa, hampir semua menggunakan kata

kerja operasional melakukan yang dapat berakibta aktif terhdap kegiatan

pembelajaran. Pada mapel sejarah hampir secara keseluruhan masih

menggunakan kata kerja menganalisis dan mendeskripsikan sehingga kurang

sekali melibatkan siswa katif dalam pembelajaran. Pada mata pelajaran

Antropologi sudah ada beberapa kata kerja operasional yang membuat siswa

aktif diantaranya dengan kata kerja operasional melakukan, menunjukkan sikap,

melakukan studi etnografi, dan mengkomunikasikan hasil studi. Pada mata

pelajaran Geografi masih terhitung sedikit kata kerja yang membuat siswa aktif

yaitu hanya kata kerja operasional yang muncul mempraktikkan pada SK

mempraktikkan ketrampilan dasar membuat peta.

Page 31: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 31

5. Muatan Materi dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD)

Materi-materi yang tertuang dalam SK dan KD sarat akan nilai-nilai,

dikembangkan dari yang mudah/sederhana menuju materi yang kompleks.

Namun ditemui beberapa materi yang tidak runtut dalam penyusunannya,

misalnya pada mata pelajaran Sosiologi pada indikator di SK 1 dan SK 2. Pada

indikator SK 2 menerangkan bahwa tentang sosialisasi, harusnya lebih dahulu

diletakkan sebelum indikator nilai dan norma, karena terjadinya sosialisasi

pertama kali terjadi di dalam kelurga sehingga perlu disampaikan sebelam

individu terjun ke masyarakat dan berinteraksi ke lingkungan masyarakat.

6. Keterkaitan Antara Materi Pelajaran dengan Tujuan Pendidikan Nasional

Sistem Pendidikan Nasional, Standar Nasional Pendidikan, dan aturan-

aturan lain tentang pendidikan bermuara pada Tujuan Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Seyogyanya pengembangan

kurikulum juga mengacu pada tujuan pendidikan nasional.

Materi-materi pelajaran yang tercantum dalam SK dan KD dapat

dikatakan sudah menuju pada perwujudan tujuan pendidikan nasional. Hampir

seluruh materi dalam IPS memberi pengaruh terhadap perkembangan individu

untuk menjadi warga negara atau masyarakat yang mempunyai potensi seprti

diatas. Yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penilaian hasil belajar tidak

yang mempedulikan tujuan pendidikan nasional tetapi tujuan mata pelajaran

(Hamid Hasan, 2008: 110).

Analisis terhadap Standar Isi pada jenjang SMA selanjutnya dpat dikaji

dalam hal pelaksanaan di lapangan, hasil kajian tersebut diantaranya:

a. Pemahaman Standar Isi

Secara teoretis sebagaimana tercantum dalam Permendiknas No. 22

bahwa standar isi merupakan cakupan lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian sekolah atau satuan

Page 32: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 32

pendidikan diminta untuk menjabarkan materi sebagaimana yang ada dalam

standar isi disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman standar isi di

lapangan terdapat dua bentuk pelaksanaan. Bentuk pertama yaitu Standar

Kompetensi dan kompetensi dasar lebih banyak dipahami sebagai materi

yang harus diberikan di sekolah tanpa pengembangan lebih lanjut yang

disesuaikan dengan kondisi sekolah. Pemahaman seperti itu berakibat pada

pembelajaran guru lebih berorientasi pada materi, bukan pada kompetensi.

Hal ini terjadi disebabkan penyampaian materi IPS di sekolah lebih banyak

berdasar pada buku teks, bukan pada dokumen standar isi. Sehingga KTSP

yang dikembangkan di sekolah belum menggambarkan KTSP yang memiliki

ciri khas sekolah atau daerah tersebut. Sebab buku-buku teks yang digunakan

lebih banyak memaparkan materi yang masih bersifat umum yang bisa

berlaku pada semua sekolah atau daerah.

Bentuk kedua, sekolah yang mencoba memahami standar isi sebagai

kompetensi yang harus dikembangkan di sekolah. Materi yang ada di dalam

dokumen KTSP hanyalah merupakan materi standar yang harus

dikembangkan oleh guru atau satuan pendidikan. Dalam pengembangannya

ini melihat kekhasan dari satuan pendidikannya atau daerahnya. Model

pengembangan seperti ini berarti sekolah telah mengembangkan KTSP

sebagaimana yang dikehendaki.

b. Keragaman Pelaksanaan

Pelaksanaan KTSP di sekolah-sekolah terdapat keragaman, khususnya

keragaman dalam pelaksanaan di setiap jenjang. Ada sekolah yang

melaksanakan sekaligus semua jenjang yaitu di SD langsung dilaksanakan

dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 ; di SMP dari kelas VII sampai dengan

kelas IX; dan di SMA dari kelas X sampai dengan kelas XII. Selain itu ada

pula sekolah-sekolah yang melaksaakan secara berjenjang perkelas, misalnya

di SMP pada tahun 2006 dilaksanakan hanya di kelas VII dan di kelas VIII

pada tahun 2007 sedangkan di kelas IX baru akan dilaksanakan pada tahun

2008. Begitu pula halnya di SMA, pelaksanaan di kelas X pada tahun 2006,

kelas XI tahun 2007, dan kelas XII baru tahun 2008.

Page 33: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 33

Keragaman pelaksanaan tersebut memiliki berbagai alasan. Sekolah

yang melaksanakan KTSP secara keseluruhan pada semua jenjang beralasan

agar kurikulum yang dilaksanakan di sekolah tersebut seragam dan merasa

siap untuk melaksanakannya. Sedangkan sekolah yang melaksanakan secara

berjenjang dengan alasan mengkuti peraturan sebagaimana diatur dalam

Permendiknas no. 23 yang mengatakan pelaksanaan KTSP dilakukan secara

berjenjang dan membolehkan bagi sekolah yang siap untuk melaksanakan di

seluruh jenjang. Alasan lainnya adalah ketidaksiapan sekolah-sekolah

tersebut untuk melaksanakan KTSP secara menyeluruh pada semua jenjang.

c. Sosialisasi KTSP belum merata

Berdasarkan temuan di lapangan khususnya ketika dilakukan berbagai

pelatihan yang berkenaan dengan pelaksanaan KTSP baik yang dilaksanakan

oleh Dinas Pendidikan (Propinsi/Kabupaten/Kota) maupun oleh Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) di berbagai daerah, tidak jarang ditemukan

guru yang belum paham tentang KTSP. Bila ditelusuri kegiatan sosialisasi ini

berawal dari beberapa orang guru dari berbagai daerah diundang oleh BSNP.

Kemudian mereka dijadikan penatar KTSP untuk tingkat nasional dan

daerah. Informasi itu diestafetkan kembali di tingkat propinsi sampai daerah.

Di daerah tidak seluruh guru dapat mengikuti kegiatan sosialisasi.

Kalaupun ada, baru pada tataran MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)

bagi mereka yang aktif di MGMP. Sebenarnya estafet informasi itu sudah

baik, namun tatkala mereka kembali ke sekolah masing-masing, guru yang

diharapkan jadi mediator untuk guru-gurunya di sekolah tidak dan atau

kurang memberikan informasi yang telah didapatnya itu. Pada akhirnya tidak

sedikit sekolah mengundang para pejabat terkait diundang, mulai dari Kepala

Sekolah, Subdin Dikdasmen, Pengawas, dan Pakar Kurikulum untuk

menjelaskan tentang dokumen KTSP. Tetapi kegiatan ini hanya dilaksanakan

oleh sekolah yang memiliki dana. Bagi sekolah yang tidak memiliki dana,

jelas KTSP hanya sebatas yang mereka dengar sehingga pehamanan pada

KTSP sangat minim. Demikian juga dengan pedoman petunjuk teknis KTSP

yang belum disosialisasikan menambah kaburnya implementasi kurikulum.

Pada akhirnya tidak seluruh sekolah sudah menerapkan KTSP.

Page 34: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 34

d. Tugas Guru Mengajar

Guru yang mengajar IPS di SMA mengikuti pada pengorganisasian

materi kurikulum IPS. Pengajaran IPS di SMA dalam implementasi

penugasan guru tidak terjadi perubahan sebagaimana halnya di SMP, karena

pengorganisasian materi IPS di SMA sudah terpisah-pisah secara disiplin.

Jadi ada guru yang secara khusus`mengajar sejarah, ekonomi, geografi dan

sosiologi.

e. Guru masih berorientasi pada buku teks, tidak mengacu pada dokumen

kurikulum

Dokumen kurikulum (KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP melalui

dinas pendidikan, baik tingkat pusat dan daerah telah menyebar ke berbagai

sekolah sebagai pelaksana dan pengembang kurikulum. Berbagai media, cara

dan sarana untuk menyebarkan kurikulum itu telah ditempuh oleh BSNP,

seperti workshop, pelatihan, seminar, dan lain sebagainya. Sasaran dari

penggunaan berbagai media dan kegiatan itu diharapkan agar pelaksana

kurikulum (guru) memahami dan melaksanakan proses belajar mengajar yang

mengacu pada kurikulum. Tetapi berdasarkan penemuan di lapangan ketika

melakukan pelatihan-pelatihan yang berkenaan dengan PBM, masih banyak

guru dalam PBM tidak mengacu pada kurikulum. Mereka lebih memilih pada

buku teks yang dianggap sudah menjabarkan kurikulum. Untuk itu tidak

jarang guru yang tahu kurikulum hanya pada batas wacana, bukan pada

dokumen kurikulum yang sebenarnya. Buku teks menjadi sarana yang

memadai dalam menjabarkan kurikulum. Kondisi ini jelas salah, karena

seharusnya guru sendiri yang harus menjabarkan dan mengembangkan

kurikulum.

D. RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI DAN SBI)

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar

Nasional (SSN) yang menyiapakan peserta didik berdasarkan Standar Nasional

pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasionjal sehingga diharapkan

lulusanya memiliki kemampuan daya saing internasional. Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional merupakan sekolah /madrasah yang sudah memenuhi

Page 35: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 35

seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar

pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-Operation

and Development dan/atau negara maju lainnya yng memeliki daya saing di forum

internasional. Tujuan program RSBI meliputi:

1. Tujuan Umum

a. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat tujuan

Nasional dalam pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No. 20

tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP

(Standar Nasional Pendidikan), dan UU No 17 Tahun 2007 tentang rencana

Pembangunan jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala

prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Ke-1 tahun

2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap

pelayanan pendidikan.

b. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas

bertaraf nasional pelayanan pendidikan.

c. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.

2. Tujuan Khusus

Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam

Standar Kompetensi lulusan yang dipercaya dengan Standar Kompetensi

Lulusan berciri internasional. RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya

Indonesia, karena kurikulumnya ditujukan untuk pencapaiana indikator kinerja

kunci minimal sebagai berikut:

a. Menerapkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

b. Menerapakan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK.

c. Memenuhi Standar Isi.

d. Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.

RSBI dalam melaksanakan kurikulum dan proses pembelajaran

menggunakan asas-asas sebagai berikut:

1. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadaptasi

pada kurikulum sekolah di negara lain.

2. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahsa Inggris, secara

terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran 2 bahasa ini

Page 36: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 36

dapat dilaksanakan dengan 2 kategori yaitu Subtactive Bilingualism (beri

penjelasan oleh penulis) dan Additive Billingualism yang menekankan

pendekatan dua bahasa.

3. Pengajaran dengan pendekatan dual language menekankan perbedaan adanya

bahasa akademik dan bahasa sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat

dialokasikan berdasarkan subjek maupun waktu (beri penjelasan oleh penulis).

4. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif

(intelektual), aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.

5. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (multiple Intelligence) termasuk

Emotional Intelligence dan Spritula Intellegence ke dalam kurikulum.

6. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi,

nilai dan sikap serta perilaku (kepribadian)

7. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, keatif dan analitis, memiliki

kemampuan belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan

dalam belajar penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip “understanding by

design” yang menekankan pemahaman jangka panjang “(enduring

Understanding)’. Pemahaman (Understanding) dilihat dari 6 aspek yaitu:

Explain, Interperet, Apply, Perspective, Empathy, self knowledge

8. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan

kredit semester

9. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA, dan SMK

10. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication

Technology (ICT) yang terrintegrasi dalam setiap mata pelajaran

Kurikulum, Proses Pembelajaran, dan Penilaian SBI Selain memenuhi

Standar Isi, memenuhi SKL, dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), serta menerapkan sistem satuan kredit semester di SMP/MTs,

model kurrikulum SBI ini memenuhi:

1. Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;

2. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama

pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan

Page 37: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 37

3. Menerapkan standar kelulusan sekolah/madrasah yang lebih tinggi dari Standar

Kompetensi Lulusan.

Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik yang memenuhi Standar Proses. Selain itu,

proses pembelajaran ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan

sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi

sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur,

kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa

inovator;

2. Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara

anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan;

3. Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;

4. Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan

menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya,

kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia; dan

5. Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan

matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.

Dalam proses pembelajaran selain menggunakan bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris, juga bisa menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan

dalam forum internasional, seperti bahasa Perancis, Spanyol, Jepang, Arab, dan

China. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai bentuk

akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau proses,

kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan yang

memenuhi Standar Penilaian. Selain itu, proses penilaian diperkaya penilaian

kinerja pendidikan dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota

OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan. Pada awalnya sekolah bertaraf internasional diterapkan agar

tercipta para siswa yang memiliki daya saing internasional dan dunia pendidikan

Page 38: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 38

memiliki standar system pendidikan yang sama dan bisa bersaing dengan Negara

lain.

Pentahapan atau fase dalam pengembangan Program rintisan SMA bertaraf

internasional. Tahap pengembangan rintisan SMA berataraf Internasional ada 3

tahap, yaitu:

1. Tahap Pengembangan (3 Tahun Pertama)

No Komponen Profil yang diharapkan

1 Standar isi dan

Kompetensi

lulusan

a. Standar Isi

b. Kompetensi

lulusan

Mengembangkan KTSP dalam bahasa Indonesia dan bahasa

inggris

Melakukan adaptasi dengan kurikulum sekolah salah satu

Negara maju dengan kondisi dan kesiapan sekolah

Hasil pemetaan kurikulum dioperasikan dalam KTSP,

silabus, Rpp, perangkat pembelajaran, media dan sumber

ajar, an perangkat pendudukung internasional

Merintis kemitraan dengan sekolah atau lembaga sertifikasi

pendidikan internasional

Minimal merumuskan SKL sesui standar nasional

Pendidikan (SNP) dan yang tertuang dalam permen diknas

No. 23 tahun 2006

Menambah komponen SKL yang telah ada dengan

mengadaptasi/mengadopsi SKL yang bercirikan

internasional

2. Tahapan Pemberdayaan (2 Tahun, Tahun Ke-4 dan Ke-5)

No Komponen Profil yang diharapkan

1 Kurikulum Sekolah melaksanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang

sudah dikembangkan pada tahap pendampingan

Sekolah melakukan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan

untuk keperluan penyempurnaan

Sekolah merealisaikan program kemitraan dengan sekolah

Page 39: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 39

mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga sertifikasi

pendidikan internasional

3. Tahap Mandiri (Tahun ke-6)

No

1 Kurikulum Sekolah dapat secara mandiri melaksanakan kurikulum program

SMA bertaraf internasional (SMABI) yang dikembangkan pada

tahap sebelumnya

Stereotype sekolah bertaraf internasional saat ini, sekolah dengan level

internasional memiliki kekhasan sendiri bagi setiap orang yang diantaranya adalah:

a. Biaya sekolah yang mahal

Sekolah dengan taraf internasional dilambangkan dengan sekolah yang

mahal karena sekolah-sekolah ini membutuhhkan ssarana yang membutuhkan

biaya besar seperti untuk alat bantu pengajaran yang canggih dan berkualitas.

Tetapi, hal tersebut mengakibatkan tidak semua anak bisa masuk sekolah ini,

yang pintar tetapi bukan dari kelas atas menjadi tidak bisa mendapatkan

pendidikan dari sekolah dengan konsep iinternasional.

b. Hanya orang kaya yang bisa masuk

Dengan biaya sekola yang mahal berarti hany aorang kaya saja yang bisa

menjadi siswa di sekolah ini. Walaupun ada yang mendapat besiswa, para siswa

dari kalangan biasa akan terpengaruh dari lingkungan yang sangat berkelas ini

dan akan mempengaruhi dalam kegiatan belajar. Bukannya focus pada pelajaran

tetapi bisa saja para siswa sibuk saling menunjukkan kekayaan orang tuanya.

c. Sarana sekolah yang nyaman

Biaya yang mahal akan berbanding lurus dengan sarana sekolah yang

nyaman sperti adanya AC, jumlah siswa yang tidak banyak sehingga kegiatan

belajar mengajar akan nyaman dan kondusif.

d. Bahasa pengantar bahasa Inggris

Ketika sekolah memiliki konsep internasional maka bahasa yang

digunakan adalah bahsa internasional yaitu bahsa inggris. Hal ini akan dianggap

para pendidik di sekolah tersebut ahli mengajar dengan bahsa internasional dan

Page 40: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 40

para siswa jago berbahasa inggris. Karena sampai saat ini bahsa internasional

terkesan membanggakan.

Sekolah bertaraf internasional menjadi sekolah penuh prestise bukan fokus

pada pendidikan, tetapi pada nilai-nilai material dan terkadang menjadi lupa akan

nilai-nilai nasional atau bahkan nilai kedaerahan karena sekolah dengan konsep ini

seperti sangat bertujuan pada ke-global-an tanpa mempedulikan nilai-nilai

tardisional. Orang-orang yang sebagian besar dari kalangan atas akan menjadi

kurang fokus pada pendidikan melainkan kebanggaan dari alamamter sekolah

tersebut.

Kelebihan Sekolah Bertaraf Internasional

Dimulai dengan pikiran orang-orang terhadap sekolah dengan taraf

internasional ini setidaknya terdapat beberapa kelebihan yaitu:

a. Tujuan

Dasar dari tujuan ini sangat bagus, membuat hasil lulusannya berdaya

saing internasional dan berpikir secara global juga tidak akan kalah saing

dengan Negara lain.

b. Sekolah menjadi kreatif

Dengan menjadikan sekolah menjadi sekolah bertaraf internasional

membuat sekolah ini harus memikirkan konsep yang diusung dengan taraf

internasional dan berdaya saing tinggi. Hal ini membuat para sekolah menjadi

kreatif untuk membentuk suatu konsep yang bertaraf internasional, entah itu

sertifikasi keterampilan yang diakui oleh beberapa Negara, kerja sama dengan

sekolah yang ada di luar negeri, perpustakaan yang lengkap dan maju, dan hal

lainnya yang bisa dibanggakan dan sesuai dengan konsep sekolah tersebut.

c. Bahasa pengantar adalah bahasa internsional

Tidak seperti sekolah dengan konsep yang sebelumnya, bahasa

pengantar ketika kegiatan belajar mengajar adalah bahasa inggris. Hal ini

membuat para siswa dapat menghadapi dunia global dan mendapat persiapan

karena terbiasa menggunakan bahasa internasional.

d. Guru yang kreatif

Dengan adanya sekolah dengan konsep internasional membuat para guru

tidak bisa tetap dengan konsep pengajaran yang dulu. Para guru harus lebih

Page 41: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 41

kreatif lagi agar sesuai dengan konsep sekolah yang ada. Para guru harus bisa

menggunakan alat bantu ajar yang canggih.

Para guru harus membuat suasana belajar tidak biasa sehingga harus

benar-benar mempersiapkan materi ajar yang akan diajarkan setiap harinya. Para

guru tidak bisa hana dengan mengajar secara terpusat dan para siswa yang

mendengarkan seharian penuh. Para guru harus melibatkan para siswanya dalam

kegiatan belajar mengajar agar siswa menjadi aktif.

e. Menggunakan alat bantu pengajaran yang canggih

Dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang canggih seperti laptop,

lcd, infocus sehingga dapat menunjang kegiatan belajar mengajar. Para siswa

dapat lebih mudah memahami dan kegiatan belajar mengjar pin menjadi tidak

membosankan. Kegiatan belajar mengajar tidak akan hanya berkutat dengan

buku dan apapn tulis tetapi aka lebih dinamis.

f. Siswa yang cerdas

Apabila sarana ini dapat digunakan dan dianfaatkan dengan benar maka

hasilnya siswa akan memiliki lingkungan yang kondusif dan emndukung untuk

mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Asalkan para siswa benar-benar

dapat menyerap semua hal-hal baik di sekolah dengan konsep internasional.

Bukannya sibk dengan nilai prestise yang ada dalam sekolah ini.

Kekurangan sekolah bertaraf internasional

Ketika ada kelebihan pasti selalu ada kekurangan seperti sekolah bertaraf

internasional ini yaitu sebagai berikut :

a. Bahasa pengantar bahsa Inggris

Bahasa pengantar yang digunakan di sekolah bertaraf internasional

adalah bahsa inggris. Hal ini dapat membuat para siswa lupa akan nilai-nilai

keIndonesiaan dan lebih bangga apabila bisa berkomunikasi dengan bahasa

asing dibandingkan bahasa Indonesia. Padahal mampu menguasai bahasa asing

belum tentu menguasai ilmu yang lainnya. Terkadang penguasaaan yangmasih

rendah tetapi kebanggaannya sudah melebihi kemampuan yang ada. Para siswa

tidak akan berkurang nilai cintanya terhadap negeri sendiri.

Page 42: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 42

b. Guru yang kurang maksimal dalam pengajaran

Para guru harus siap dan mampu untuk mengajarkan setiap pelajaran

menggunakan bahasa inggris. Hal ini belum tentu para guru bisa dengan

mudahnnya menyampaikan materi yang seharusnya diajarkan tidak sperti jika

menggunakan bahasa Indonesia.

Para guru tidak bisa dengan cepat mempelajari bahasa asing yang jarang

mereka gunakan apalagi untuk mengajar. Hal seperti ini dapat mengakibatkan

para siswa tidak bisa menangkap dengan baik isi dari pelajaran tersebut.

Mengunakan bahasa Indonesia saja sudah cukup sulit dimengerti ditambah

apabila belajar dengan menggunakan bahasa pengantar bahasa inggris.

Alasan kenapa Sekolah Bertaraf Internasional lebih baik dihentikan

Dengan stereotype yang ada dankekurangan yang muncul dari sekolah

dengan system seperti ini mengakibatkan sekolah bertaraf internasional lebih baik

dihentikan sampai semuanya benar-benar disiapkan dan sesuai target dan sasaran.

Alasannya sebagai berikut :

a. Persiapan menuju SBI yang kurang

Penelitian, persiapan yang kurang dalam membentuk sekolah ini akan

membuat pelaksanaannya pun kurang maksimal. Karena acuannya pun seperti

tidak ada sehingga para pihak yang terlibat kurang memahami dengan benra

konsep ini. Sehingga sesuatu yang kurang disiapkan tidak akan bagus hasilnya.

b. Diskriminasi sekolah

Sekolah baertaraf internasional dengan berbagai hal-hal prestise

membuat sekolah memiliki kasta dengan sekolah yang belum bisa bertaraf

internasional, yang ditakutkn adalah bukan bersaing secara kualitas pendidikan

tetapi malah bersaing secara kualitas sarana dan prsarana.

c. Persyaratan TOEFL untuk para pengajar

Karena bahasa pengantarnya adalah bahasa inggris maka para pengajat

diharuskan memiliki nilai TOEFL lebih atau sama dengan 300 sedangkan

pengaruhnya kecil bila dihubungkan dengan kemampuan mengajar dalam bahsa

inggris.

Sekolah bertaraf internasional yang seharusnya benar-benar disiapkan

sehingga tidak ada kebingungan dlam penerapannya apalagi jika sudah

Page 43: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 43

dilaksanakan setengah jalan. Banyak yang akan terbuang dengan sia-sia mulai

dari pengadaan peralatan, persiapan dari sekolah sehingga para siswa yang

menjadi kebingungan dengan system pengajaran yang ada.

Padahal sebenarnya sekolah yang tetap memegang konsep nasional dan

kedaerahan tetap bisa bersaing dengan Negara ain karena nila-nilai nsional tidak

kalah bagusnya diabndingkan nilai-nilai yang bersifatglobal. Bahkan,

sebenarnya banyak dari Negara asing yang tertarik dengan nilai-nilai

kedaerahan. Yang diperlukan adalah meningkatkan kualitas agar lebih baik lagi

dengan tetap menjunjung nilai kedaerahan, local soul, global power.

E. SOLUSI TERHADAP KAJIAN KELEMAHAN-KELEMAHAN PERMEN

NOMOR 22 TAHUN 2006 TERHADAP STANDAR ISI

Berdasarkan uraian masalah terhadap pelaksanaan standar isi IPS, maka

perlu dilakukan berbagai pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Sosialisasi KTSP

Sosialisasi KTSP hendaknya tidak hanya mengandalkan pada instansi

yang bersifat struktural seperti BSNP, Dinas Pendidikan (Propinsi, Kabupaten,

Kota), dan lain-lain. Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah lebih bersifat pro

aktif dalam melaksanakan sosialisasi. Hendaknya sekolah sendiri secara internal

melakukan sosialisasi KTSP. Sekolah dapat menggunakan guru yang telah

dilatih untuk menjadi instruktur di sekolahnya dalam pelatihan KTSP. Hal

terpenting adalah adanya kepedulian dari Kepala Sekolah untuk melakukan

pelatihan KTSP di sekolahnya. Dengan cara demikian maka sosialisasi KTSP

akan semakin merata.

2. Dokumen

Dokumen standar isi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar perlu ditata kembali. Dalam penataan tersebut harus memperhatikan

landasan-landasan kurikulum yang akan dipakai. Sequens materi harus jelas

landasan konsepnya. Misalnya pada tingkat SD diorganisasikan secara terpadu.

Sedangkan pada tingkat SMP ada dua pilihan, yaitu pertama, kalau ingin

mengembangkan IPS Terpadu, maka SK dan KD yang dikembangkan harus

lebih menggunakan pendakatan tematis. Kedua, apabila disiplin pada masing-

Page 44: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 44

masing ilmu sosial masih nampak maka menggunakan model pengorganisasian

yang korelasi. Sedangkan untuk tingkat SMA pengorganisasian materi

digunakan dengan pendekatan terpisah-pisah, artinya sejarah diajarkan sebagai

sejarah, ekonomi sebagai ekonomi, sosiologi sebagai sosiologi, dan geografi

sebagai geografi. Selain pengorganisasian materi yang jelas, hal yang harus

dilakukan adalah sequens dan content harus jelas. Materi yang dicantumkan

harus disederhanakan dan proporsional. Tidak ada pengulangan materi pada

jenjang berikutnya dan tidak ada penumpukkan materi pada semester-semester

tertentu. Sequens bisa dilihat dari aspek kronologi, tingkat kesulitan, dan

keluasan materi. Mulai dari penyajian materi yang mudah, sedang hingga sulit

dipahami. Begitu pula dalam keluasan materi, mulai dari ruang lingkup yang

kecil hingga ke ruang lingkup yang meluas.

3. Penyusunan Program Silabus dan RPP

Untuk mengatasi kesulitan guru dalam merumuskan Silabus dan RPP,

hendaknya perlu dilakukan pelatihan-pelatihan mengenai bagaimana menyusun

Silabus dan RPP yang baik. Agar guru dapat menyusun Silabus dan RPP yang

baik hendaknya guru dapat mengenal dan mengidentifikasi apa yang menjadi

ciri khas sekolah dan daerahnya. Harus ada pedoman penyusunan Silabus dan

RPP baik yang bersifat umum maupun yang bersifat lokal. Pemahaman guru

terhadap kekhasan lokal perlu adanya sosialisasi dengan pihak pemda, dinas

pendidikan dan sekolah. Pemda harus`menetapkan apa yang menjadi

keunggulan lokal dari daerah tersebut yang akan dituangkan dalam program

pendidikan. Program pemda tersebut kemudian disosialisasikan kepada sekolah

melalui dinas pendidikan.

4. Struktur Program

Struktur program mata pelajaran IPS hendaknya proporsional antara

lingkup materi dengan alokasi waktu yang disediakan. Perlu ditata ulang

struktur program mata pelajaran IPS. Apabila ruang lingkup materi akan tetap

seperti sekarang maka perlu ditambah alokasi waktunya. Sebaliknya apabila

alokasi waktu tetap seperti yang tercantum sekarang maka sebaiknya ruang

lingkup materi disederhanakan. Penyederhanaan materi harus menekankan pada

materi-materi yang bersifat esensial.

Page 45: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 45

5. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mata pelajaran

IPS hendaknya lebih menekankan pada aktivitas siswa. Metode pembelajaran

yang dilakukan hendaknya yang menuntut berbagai jenjang kemampuan siswa.

Jenjang kemampuan siswa yang dituntut tidak hanya pada level yang rendah,

misalnya kemampuan menghafal. Berbagai keterampilan berpikir dapat

dikembangkan, misalnya kemampuan berpikir kritis dilakukan dengan metode

diskusi, kemampuan melakukan penelitian atau obserbasi menggunakan metode

proyek, kemampuan afektif menggunakan metode role playing atau sosio drama,

dan contoh-contoh yang lainnya. Agar guru dapat menguasai berbagai metode

mengajar maka perlu dilakukan pelatihan tentang berbagai metode mengajar

dalam mata pelajaran IPS.

6. Penilaian

Penilaian berfungsi untuk mengukur ketercapaian kompetensi, indikator

dan tujuan yang telah ditetapkan dalam silabus dan RPP. Penilaian yang

dikembangkan hendaknya tidak terbatas pada penggunaan tes saja. Guru harus

menggunakan berbagai model alat penilaian, seperti asesmen kinerja, portofolio,

dan jenis-jenis penilaian non tes. Penetapan penggunaan alat penilaian

tergantung kepada rumusan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam mata pelajaran

IPS berbagai keterampilan dapat dikembangkan, misalnya keterampilan sosial

menggunakan alat penilaian skala sikap, keterampilan penelitian menggunakan

asesmen portofolio, dan yang lainnya. Pembuatan RPP dan Silabus yang sesuai

dengan standar isi dapat menghasilkan suatu evalaluasi dalam pembelajaran

tersebut menjadi optimal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sutimah dan

Prof. Ace Suryadi,M.Sc.,Ph.D tentang Dampak Implementasi Standar Isi dan

Standar Proses terhadap hasil UASBN tahun 2009/2010 pada Sekolah Dasar di

Jambi, menyimpulkan bahwa standar isi dan standar proses mempunyai

hubungan dan pengaruh yang positif serta signifikan terhadap hasil Ujian Akhir

Sekolah Berstandar Nasional. Ujung tombak dalam mengimplementasikan

standar isi dan standar proses adalah guru, karena guru merupakan elemen yang

terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Kerangka dasar dan struktur

kurikulum harus dipahami, sehingga guru akan dengan mudah untuk

Page 46: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 46

melaksanakan perencanaan pembelajaran. Apabila perencanaan pembelajaran

dilakukan secara tepat, maka proses pembelajaran dan evaluasi dapat berjalan

dengan baik. Untuk menunjang hal tersebut peran pengawas dan kepala sekolah

sangat dibutuhkan untuk memantau dan mensupervisi serta memberikan arahan

dan bimbingan kepada guru, sehingga hasil evaluasi belajar siswa (UASBN)

dari tahun ke tahun semakin meningkat.

7. Sarana Pembelajaran

Sarana pembelajaran sangat penting dalam menunjang ketercapaian

tujuan pembelajaran. Pada umumnya sarana pembelajaran IPS sangat penting.

Untuk memecahkan hal demikian maka sebaiknya guru menggunakan sarana

pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar. Misalnya apabila sekolah tersebut

dekat dengan pasar maka gunakanlah untuk mempraktekan pelajaran ekonomi

dan sosiologi. Dalam mata pelajaran ekonomi guru dapat menugaskan kepada

siswa untuk mempraktekan bagaimana jual beli dan pertukaran barang.

Pelajaran sosiologi dapat mempraktekan materi bagaimana interaksi sosial yang

terjadi di pasar. Begitu pula apabila ada situs-situs sejarah yang dekat guru dapat

menjadikan sarana pembalajaran mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran

Geografi dapat melihat bagaimana kondisi geografis yang dekat dengan sejarah.

Misalnya apabila di dekat sekolah ada kawasan yang penuh dengan batuan-

batuan maka guru dapat menggunakan daerah tersebut untuk praktek mengenal

berbagai jenis batuan. Dengan cara penggunaan sarana yang demikian, maka

model pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih melihat kepada apa yang

dapat dilihat langsung oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Model seperti ini

dikenal dengan istilah Contextual Teaching Learning (CTL).

8. Kualifikasi Guru

Kurangnya guru yang berkualifikasi dalam mata pelajaran IPS dapat

dilakukan melalui pengangkatan guru yang sesuai dengan bidangnya. Selain itu,

guru yang ada dan berlatar belakang bukan IPS dapat diberikan semacam

pelatihan secara intensif mengenai materi IPS dan bagaimana cara

pembelajarannya. Cara seperti ini dilakukan dalam upaya meningkatkan

profesionalisme guru IPS.

Page 47: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 47

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dari hasil kajian konsep dan implementasai kurikulum IPS jenjang

pendidikan dasar dan menengah, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS sebaiknya

isinya lebih menekankan pada muatan materi kurikulum yang berlandaskan pada

konsep multikultur dan nilai-nilai humanistik. Konsep tersebut menonjolkan

prinsip keadilan sosial, pembebasan, kearifan lokal, ekonomi rakyat,

nasionalisme, dan kearifan masa lampau untuk melangkah ke masa depan.

2. Pelaksanaan kurikulum mata pelajaran IPS, masih ditemukan berbagai

permasalahan, yaitu yang berkaitan dengan isi dokumen kurikulum, utamanya

tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Selain

permasalahan dokumen kurikulum, permasalahan dalam implementasi

kurikulum terutama masalah belum optimalnya guru dalam menyusun program

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), struktur program yang

tidak seimbang antara alokasi waktu dengan jumlah Kompetensi Dasar (KD),

strategi pembelajaran yang masih satu arah, penilaian berbasis kelas yang

kurang variatif, dan sarana pembelajaran yang masih minim, serta kualifikasi

guru yang masih rendah.

B. REKOMENDASI

Berkaitan dengan kesimpulan di atas, ada beberapa rekomendasi untuk

kebijakan pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS, yaitu:

1. Jangka Pendek

a. Perlu menata ulang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

sesuai dengan proporsi dan pemerataan distribusi pada tiap jenjang serta

dipergunakan lagi lebih banyak kata kerja operasional yang dapat membuat

siswa lebih aktif lagi.

b. Perlu pelatihan dan sosialisasi untuk peningkatan kualifikasi dan kompetensi

guru di berbagai jenjang pendidikan.

Page 48: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 48

c. Perlu ada konsistensi antara pengembangan kurikulum mata pelajaran IPS

dengan penilaian hasil belajar.

d. Pemerintah diharapkan memperluas akses bagi setiap satuan pendidikan

untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran IPS yang memadai dan

berkesinambungan.

2. Jangka Panjang

Pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS harus

memiliki landasan filosofi yang jelas dengan berlandaskan aspek-aspek

multikultur, nilai-nilai humanis, prinsip keadilan dan pembebasan, serta

terjaganya kearifan lokal.

Page 49: Makalah Analisis Standar Isi Mapel IPS

Makalah | Analisis Standar Isi Mata Pelajaran IPS 49

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS.

Jakarta: 2007.

Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Krisbiyanto Jujuk. 2011. Model pembelajaraan IPS terpadu di Sekolah Menengah

Pertama Kesatrian 1 Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 Semarang. (Tesis).

Semarang: UNNES.

Mulyasa, E. 2009. Implentasi kurikulum tingkat satuan pendidikan kemandirian guru

dan kepala sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:

Diperbanyak oleh Biro Hukum dan Organisasi.

Su’ud, Abu. 2008. Revitalisasi Pendidikan IPS. Semarang: UNNES.

Suryadi A dan Sutimah. 2010. Dampak Implementasi Standar Isi dan Standar Proses

terhadap Hasil UASBN 2009/2010 pada Sekolah Dasar di Kota Jambi. Dalam

Jurnal Pendidikan. No.1. Halaman 1-11.

Sutrisno, Edy. 2012. Strategi Guru dalam Pembelajaran IPS (Studi Eksploratif

Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SMP – Wilayah Kabupaten Pati). Dalam

Jurnal Pendidikan. No.1. Halaman 1-54.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 T entang Sistem

Pendidikan Nasional.

www.artikata.com diakses pada Hari Sabtu, 8 September 2012 pukul 15.00 WIB.

Thao, Yer J. 2012. Bicultural Literacy Curriculum (1-5). Portland, USA: Creative

Education Department of Curriculum and Instruction, Graduate School of

Education Portland USA.