Makalah aksiologi henry kurniawan

17

Click here to load reader

Transcript of Makalah aksiologi henry kurniawan

Page 1: Makalah aksiologi henry kurniawan

I. PENDAHULUAN

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan

ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara cepat dan

mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban

manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia

seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah

kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa

merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan,

komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk

membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.

Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan

penyelamat manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu

pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya,

pembuatan bom yang pada awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun

kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan

malapetaka bagi umat manusia itu sendiri. Disinilah ilmu harus di letakkan

proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian. Sebab, jika

ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan

malapetaka.

Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan

diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi

yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari si

ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan

pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika

keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang

ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab

akademis, dan tanggung jawab moral.

Dalam kajian aksiologi ilmu membicarakan untuk apa dan untuk siapa.

Tulisan ini membicarakan Definisi Aksiologi, Ilmu dan moral, dan Tanggung

jawab sosial ilmuwan.

1

Page 2: Makalah aksiologi henry kurniawan

II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Aksiologi

Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan

logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19)

aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian

tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi

adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di

peroleh. Jadi aksiologi adalah suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan

bagaimana suatu ilmu digunakan.

Dari definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa

permasalahan utama mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang

dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang

dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika

dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan

bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat

dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi

baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi

yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang

pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan

fenomena di sekelilingnya.

II.2 Teori tentang Nilai

1. Kebebasan Nilai dan Keterikatan Nilai

Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata melahirkan

sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa

kita sebut sebagai netralitas pengetahuan (value free). Sebaliknya ada jenis

pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal

sebagai value baound. Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas

pengetahuan dan pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai?

2

Page 3: Makalah aksiologi henry kurniawan

Bagi ilmuwan yang menganut faham bebas nilai kemajuan perkembangan

ilmu pengetahuan akan lebih cepat terjadi. Karena ketiadaan hambatan dalam

melakukan penelitian. Baik dalam memilih objek penelitian, cara yang digunakan

maupun penggunaan produk penelitian. Sedangkan bagi ilmuwan penganut faham

nilai terikat, perkembangan pengetahuan akan terjadi sebaliknya. karena

dibatasinya objek penelitian, cara, dan penggunaan oleh nilai.

Kendati demikian paham pengetahuan yang disandarkan pada teori bebas

nilai ternyata melahirkan sebuah permasalahan baru. Dari yang tadinya

menciptakan pengetahuan sebagai sarana membantu manusia, ternyata kemudian

penemuannya tersebut justru menambah masalah bagi manusia. Meminjam istilah

carl Gustav Jung “bukan lagi Goethe yang melahirkan Faust melainkan Faust-lah

yang melahirkan Goethe”.

2. Hakikat Nilai

Berikut adalah beberapa contoh dari hakikat nilai dilihat dari anggapan

atau pendapatnya:

a. Nilai berasal dari kehendak, Voluntarisme.

b. Nilai berasal dari kesenangan, Hedonisme

c. Nilai berasal dari kepentingan.

d. Nilai berasal dari hal yang lebih disukai (preference).

e. Nilai berasal dari kehendak rasio murni.

3. Kriteria Nilai

Standar pengujian nilai dipengaruhi aspek psikologis dan logis.

a. Kaum hedonist menemukan standar nilai dalam kuantitas kesenangan yang

dijabarkan oleh individu atau masyarakat.

b. Kaum idealis mengakui sistem objektif norma rasional sebagai kriteria.

c. Kaum naturalis menemukan ketahanan biologis sebagai tolok ukur.

3

Page 4: Makalah aksiologi henry kurniawan

4. Status Metafisik Nilai

a. Subjektivisme adalah nilai semata-mata tergantung pengalaman manusia.

b. Objektivisme logis adalah nilai merupakan hakikat logis atau subsistensi,

bebas dari keberadaannya yang dikenal.

c. Objektivisme metafisik adalah nilai merupakan sesuatu yang ideal bersifat

integral, objektif, dan komponen aktif dari kenyataan metafisik. (mis:

theisme).

5. Karakteristik Nilai

a. Bersifat abstrak; merupakan kualitas

b. Inheren pada objek

c. Bipolaritas yaiatu baik/buruk, indah/jelek, benar/salah.

d. Bersifat hirarkhis; Nilai kesenangan, nilai vital, nilai kerohanian, nilai

kekudusan.

2.3 Pengetahuan

Segala sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan

pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek

tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari

pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lain

seperti seni dan agama.

Secara aksiologi pengetahuan yang dimiliki manusia yang berupa ilmu itu

digunakan untuk kepentingan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan

manusia yang terus bertambah seiring dengan perkembangan zaman.

2.4 Ilmu

Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan

penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Ilmu merupakan keseluruhan bentuk upaya kemanusiaan untuk

mengetahui sesuatu dengan memperhatikan objek (ontologi), cara (epistemologi),

4

Page 5: Makalah aksiologi henry kurniawan

dan kegunaannnya (aksiologi). Berangkat dari tiga kerangka tersebut, dengan

memanfaatkan kemampuan akal untuk memahami fenomena alam semesta

(keseluruhan ciptaan atau makhluk Allah) sebagai objek pemahaman yang pada

akhirnya hasil pemahaman tersebut dipergunakan untuk memberikan nilai

manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan.

Adapaun kegunaan ilmu itu adalah sebagai berikut :

1) Mencapai nilai kebenaran (ilmiah)

2) Memahami aneka kejadian

3) Meramalkan peristiwa yang akan terjadi

4) Menguasai alam untuk memanfaatkannya.

Dalam perkembangannnya ilmu mengalami dua tahap (Jujun S.Suriasumantri,

1996), sebagai berikut :

1. Tahap pengembangan konsep.

2. Tahap penerapan konsep.

Dalam tahap pengembangan konsep, ilmu dipelajari secara metafisik,

ilmuan melakukan penelitian-penelitian dalam rangka mempelajari alam

sebagaimana adanya. Pada tahap ini ilmu bersifat kontemplatif, yaitu ilmu

bertujuan mempelajari gejala-gejala alam untuk tujuan pengertian dan

pemahaman.

Dalam tahap pengembangan konsep tujuan kegiatan keilmuan bukannya

demi kemajuan ilmu itu sendiri, melainkan untuk memecahkan masalah-masalah

praktis dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi manusia. Atau dengan

kata lain dalam tahap ini ilmu bersifat manipulatif, dimana faktor-faktor yang

terkait dengan gejala-gejala alam tersebut dimanipulasi untuk dikontrol dan

diarahkan proses yang terjadi demi pemecahan persoalan-persoalan praktis yang

dihadapi manusia.

Hasil-hasil kegiatan keilmuan dalam tahap ini dialih ragamkan

(ditransformasikan) menjadi bahan, atau piranti,atau prosedur, atau teknik

pelaksanaan sesuatu proses pengalolaan atau produksi yang nantinya akan

5

Page 6: Makalah aksiologi henry kurniawan

menghasilkan sesuatu yang kita sebut teknologi. Jadi bisa dikatakan teknologi

dikembangkan pada tahap ini. Kearah mana dan terhadap apa teknologi

digunakan, amat tergantung pada kepentingan si penguasa teknologi itu dan nilai-

nilai moral etikanya.

2.5 Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan

objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.

Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang

melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat

individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif,

apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi

tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan

berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan

mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan

diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu

faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah

terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris

dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.

Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas

melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya

tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya be rhasil

dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat

pada nilai subjektif

2.6 Ilmu dan Moral

6

Page 7: Makalah aksiologi henry kurniawan

Sejak saat pertumbuhannya, ilmu sudah terkait dengan

masalah moral. Ketika Copernicus (1473-1543) mengajukan

teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa

“bumi yang berputar mengelilingi matahari“ dan bukan

sebaliknya seperti yang dinyatakan dalam ajaran agama maka

timbulah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada

ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Secara metafisik ilmu

ingin mempelajari alam sebagaimana adanya (netralitas ilmu),

sedangkan di pihak lain terdapat keinginan agar ilmu

mendasarkan kepada pernyataan-pernyataan (nilai-nilai) yang

terdapat dalam ajaran-ajaran di luar bidang keilmuan (nilai

moral), seperti agama.

Sejak dalam tahap-tahap pertumbuhannya ilmu sudah

dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan

untuk menguasai alam melainkan juga untuk memerangi sesama

manusia. Berbagai macam senjata pembunuh berhasil

dikembangkan dan berbagai teknik penyiksaan diciptakan. Ilmu

bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia

mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan

hidup itu sendiri (Jujun.S.Sumantri,1996).

Masalah normal tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia

untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan

kebenaran dan terlebih – lebih lagi untuk mempertahankan

kebenaran, diperlukan keberanian moral.

Menghadapi kenyataan seperti ini, ilmuwan abad 20 tidak

boleh tinggal diam, si pemilik ilmu ini harus mempunyai sikap.

Ilmuwan harus mampu menilai antara yang baik dan yang buruk,

yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan

mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa landasan moral

7

Page 8: Makalah aksiologi henry kurniawan

maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan

prostitusi intelektual.

2.7 Tanggung jawab sosial ilmuwan

Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang

dikomunikasikan dan dikaji secara terbuka oleh masyarakat.

Penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan

penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Seorang Ilmuwan

mempunyai tanggung jawab sosial, karena fungsinya selaku

ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuwan secara

individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk

keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

demi kemaslahatan bersama.

Di bidang etika tanggung jawab seorang ilmuan adalah bersifat objektif,

terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian

yang dianggap benar dan berani mengakui kasalahan. Ilmu menghasilkan

teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya

dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi

bencana bagi manusia. Disinilah pemanfataan pengetahuan dan teknologi

diperhatikan sebaik-baiknya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut tanggung jawab terhadap

hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa-

masa lalu, sekarang maupun apa akibatnya bagi masa depan berdasar keputusan

bebas manusia dalam kegiatannya. Penemuan-penemuan baru dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi terbukti ada yang dapat mengubah sesuatu aturan baik

alam maupun manusia. Hal ini tentu saja menuntut tanggung jawab untuk selalu

menjaga agar apa yang diwujudkannya dalam perubahan tersebut akan merupakan

perubahan yang terbaik bagi perkembangan eksistensi manusia secara utuh.

Berkaitan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses

ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, ilmuwan terbagi

8

Page 9: Makalah aksiologi henry kurniawan

dalam dua golongan pendapat (Jujun.S.Sumantri,1996), sebagai

berikut :

Golongan I

Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat

netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun

aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengatahuan dan

terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah pengetahuan itu

dipergunakan untuk tujuan yang baik, ataukah dipergunakan untuk tujuan yang

buruk.

Golongan II

Ilmuwan golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu

terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuwan,

sedangkan dalam penggunaannya, bahkan pemilihan objek

penelitian, maka kegiatan keilmuwan harus berlandaskan asas-

asas moral.

Golongan kedua mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal, yakni:

(1) Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara destruktif oleh manusia yang

dibuktikan dengan adanya dua perang dunia yang mempergunakan teknologi-

teknologi keilmuwan.

(2).Ilmu telah berkembang dengan pesat dan makin eksoterik sehingga kaum

ilmuwan lebih mengetahui tentang akibat-akibat yang mungkin terjadi bila terjadi

salah penggunaan.

(3). Ilmu telah berkembang sedemikian rupa sehingga terdapat kemungkinan

bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki

seperti kasus revolusi genetika.

Berdasarkan ketiga hal diatas maka golongan kedua berpendapat bahwa

ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan umat manusia tanpa

merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusian.

9

Page 10: Makalah aksiologi henry kurniawan

Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada

masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang

ilmuwan adalah memberikan perspektif yang benar, untung dan rugi, baik dan

buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Dengan

kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini

masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari.

Dalam hal ini, berbeda dengan menghadapi masyarakat, ilmuwan yang

elitis dan esoteric, dia harus berbicara dengan bahasa yang dapat dicerna oleh

orang awam. Untuk itu ilmuwan bukan saja mengandalkan pengetahuannya dan

daya analisisnya namun juga integritas kepribadiannya.

Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berpikir

dengan teratur dan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak dan menerima sesuatu

secara begitu saja tanpa pemikiran yang cermat. Disinilah kelebihan seorang

ilmuwan dibandingkan dengan cara berpikir orang awam. Kelebihan seorang

ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat. Inilah yang menyebabkan dia

mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti berbicara kepada masyarakat

sekiranya ia mengetahui bahwa berpikir mereka keliru, dan apa yang membuat

mereka keliru, dan yang lebih penting lagi harga apa yang harus dibayar untuk

kekeliruan itu.

Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penelitian

atau penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang

mempergunakan bangsanya sendiri. Sejarah telah mencatat para ilmuwan bangkit

dan bersikap terhadap politik pemerintahnya yang menurut anggapan mereka

melanggar asas-asas kemanusiaan. Pengetahuan merupakan kekuasaan, kekuasaan

yang dapat dipakai untuk kemasalahatan manusia atau sebaliknya dapat pula

disalah gunakan. Untuk itulah tanggung jawab ilmuwan haruslah “dipupuk” dan

berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis dan tanggung jawab

moral.

III. PENUTUP

10

Page 11: Makalah aksiologi henry kurniawan

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, aksiologi adalah

suatu teori tentang nilai yang berkaitan dengan bagaimana suatu ilmu digunakan.

Ilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat.

Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi

manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan

pengetahuan dan teknologi harus diperhatikan sebaik – baiknya. Dalam filsafat

penerapan teknologi meninjaunya dari segi aksiologi keilmuan.Seorang ilmuwan

mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat

dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Arya. 2013. Aksiologi Pengetahuan. (Online)

http://arya0809.wordpress.com/2013/01/10/aksiologi-pengetahuan/. Diakses tanggal 01 Oktober 2013.

Octaria, Dina. 2012. Aksiologi Pengetahuan. (Online)

http://dinaoctaria.wordpress.com/2012/10/14/aksiologi-pengetahuan/. Diakses pada 01 Oktober 2013.

11