Makalah Aik

download Makalah Aik

of 23

Transcript of Makalah Aik

BAB IPENDAHULUANI. LATAR BELAKANGRisma : Toleransi antar umat beragama di Indonesia populer dengan istilah kerukunan antar umat beragama. Istilah tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh pemerintah. Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang keagamaan di indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama.Deasy :Sejak diturunkan islam telah mengajarkan prinsip-prinsip kesejahteraan bagi pemeluknya. Kesejahteraan tersebut tidak hanya ditinjau dari unsur-unsur terpenuhinya kebutuhan dasar jasmani seperti makan dan tempat tinggal namun termasuk kebutuhan rohani seperti ketenangan, kenyamanan, penghormatan, perlindungan, persamaan kedudukan dalam hukum islam dan peradilan. Prinsip-prinsip ini dapat dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya, pertama, adanya perintah Allah dan rasul-Nya tentang keadilan, persamaan hak dan kewajiban, perlindungan hukum dan jaminan keselamatan yang tertuang dalam wahyu-wahyu Allah dan hadist rasul-Nya. Kedua, praktek nabi Muhammad baik saat di Mekkah maupun di Madinah senantiasa mengarah pada terciptanya keadilan, kesetaraan, persamaan, jaminan sosial, perlindungan hak-hak pribadi dan keamanan individu dan masyarakat. Sejarah menunjukkan, nabi Muhammad berupaya sekuat mungkin menciptakan persamaan hak dan kewajiban di kalangan pengikutnya. Salah satu contoh yang penting adalah saat memerdekakan para budak seperti Bilal dan Ammar bin Yasir. Usaha ini ditujukan agar terciptanya kesamaan status antara dirinya sebagai rasul dengan orang-orang disekitarnya yang memiliki sebagai pengikut.II. Rumusan Masalah1. H2. Risma : bagaimana pandangan islam mengenai toleransi inter dan antar umat beragama ?3. H4. H5.

BAB IIISI1. Masyarakat Dambaan Islama. Salah satu masalah pokok yang banyak dibicarakan oleh Al-Quran adalah masyarakat. Walaupun Al-Quran bukan kitab ilmiah, namun didalamnya banyak sekali dibicarakan tentang masyarakat. Ini disebabkan karena fungsi utamanya adalah mendorong lahirnya perubahan-perubahan positif dalam masyarakat, atau dalam istilah Al-Quran adalah litukhrija al-nas min al-dzulumati ila al-nur. Q.S. Ibrahim 14:1 (mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang benderang). Dengan alasan yang sama dapat dipahami ketika kitab suci ini memperkenalkan sekian banyak hukum-hukum yang berkaitan dengan tegak runtuhnya suatu masyarakat. Bahkan tidak berlebihan jika Al-Quran dikatakan merupakan buku pertama yang memperkenalkan hukum-hukum kemasyarakatan. Hanya saja, ketika berbicara tentang masyarakat yang baik yang dicita-citakan Al-Quran maksudnya adalah suatu komunitas masyarakat muslim yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dijelaskan Al-Quran. Istilah masyarakat ideal / dambaan islam lebih dikenal dengan masyarakat madani, yakni masyarakat kota yang dibangun oleh Nabi Muhammad selepas hijrah ke Madinah.Karakteristik masyarakat Madani dulu (zaman Nabi Muhammad SAW) dengan masyarakat Indonesia kini memiliki kesamaan dalam berbagai segi, terutama dari asasnya, keragaman agama, suku dan budayanya. Oleh karena itu pola pembangunan masyarakat Madani Indonesia di masa depan bisa bahkan sebaiknya meruju pada model masyarakat yang dibangun oleh Rasulullah SAW.b. Term Al-Quran yang Menunjuk Masyarakat yang Ideal / Dambaan Umat Islam Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, sekalipun tidak memberikan petunjuklangsung tentang suatu masyarakat yang dicita-citakan di masa mendatang. Namun tetap memberikan petunjukmengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat yang baik. Ada beberapa Term yang digunakan Al-Quran untuk menunjukkan arti masyarakat ideal, yaitu Ummatan Wahidah, Ummatan Wasathan, Khairu Ummah, dan Baladatun Thayyibatun1. Ummatan Wahidah Kata ummah berarti sekelompok manusia / masyarakat. Sedangkan wahidah adalah bentuk muannas dari kata wahid (satu). Dalam Q.S. Al-Baqarah 2:213 dikatakan bahwa manusia dari dulu hingga kini merupakan satu umat. Allah SWT menciptakan mereka sebagai mahluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan 2. Ummatan Wasathan Dalam Q.S. Al-Baqarah 2:143 yang bermakna dasar pertengahan. Posisi pertengahan menjadikan masyarakat tersebut tidak memihak ke kiri dan ke kanan, yang dapat mengantar manusia berlaku adil 3. Khairu Ummah Berarti umat terbaik / unggul / masyarakat ideal. Dalam Q.S. Ali Imron 3:10 dijelaskan bahwa kaum muslimin adalah umat terbaik yang mengemban tugas menyuruh kepada yang maruf dan mecegah yang munkar, dan beriman kepada Allah. *) Jadi Khairu Ummah dalam pengertian diatas adalah bentuk ideal masyarakat islam yang identitasnya adalah intergritas keimanan, komitmen kontribusi positif kepada kemanusiaan secara universal dan loyalitas pada kebenaran dengan aksi amar maruf nahi munkar .4. Baladatun Thayyibatun Dalam Q.S. Saba 34:15 diartikan dengan negeri / daerah yang baik. Kata baldatun berasal dari kata balad (tempat sekumpulan manusia hidup).Dalam studi bahasa dikenal istilah makna kolokasi artinya beberapa istilah / kata yang berada dalam lingkungan yang sama. Contohnya : jika dikatan tanahnya subur, penduduknya makmur serta pemerintahananya adil, maka bayangannya adalah masyarakat yang ideal

c. Ciri-Ciri Masyarakat Ideal dalam Al-Quran1. Beriman Masyarakat ideal / dambaan umat islam menurut Al-Quran adalah sebuah masyarakat yang ditopang oleh keimanan yang kokoh kepada Allah SWT disebutkan dalam Q.S Ali Imron 3:110Bahwa iman yang dimaksud adalah keimanan yang diajarkan Al-Quran. Diajarkan objek keimanan yang harus diimani oleh seorang muslim yaitu Allah SWT, para malaikat, kitab Allah, para rasul-Nya, hari akhir dan qadha qadar-Nya. 2. Amar Maruf Artinya adalah memerintah / mengajak pada kebaikan, baik dalam bertutur kata, bertindak dan berperilaku. 3. Nahi Munkar Segala sesuatu yang dipandang buruk, baik menurut syariat maupun norma akal yang sehat. Adapun ciri khusus masyarakat ideal dalam Al-Quran adalah sebagai berikut :1. Adanya kemauan untuk hidup lebih baik 2. Berlaku jujur dan adil dalam masyarakat pluralistik 3. Marhamah dan menabut kerahmatan 4. Ada kesalehan pribadi dan sosial 5. Toleran terhadap sesama dalam perbedaan 6. Memiliki budaya kritik membangun

2. Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama Dalam Islama. Konsep ToleransiKata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti bertahan atau memikul. Toleran disini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat (Siagian, 1993:115). Dengan demikian, toleransi menunjuk pada adanya suatu kerelaan untuk menerima kenyataan adanya orang lain yang berbeda.Dalam bahasa arab toleransi disebut tasamuh yang berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan dan memudahkan. Dari kata tasamuh tersebut dapat diartikan agar diantara mereka yang berbeda pendapat hendaknya bisa saling memberikan tempat bagi pendapatnya dan tidak saling menjegal satu sama lain.Toleransi diartikan memberikan tempat kepada pendapat yang berbeda. Pada saat bersamaan sikap menghargai pendapat yang berbeda itu disertai dengan sikap menahan diri atau sabar. Oleh karena itu, diantara orang yang berbeda pendapat harus memperlihatkan sikap yang sama, yaitu saling menghargai dengan sikap yang sabar. Jadi, toleransi dapat diartikan sebagai sikap menenggang, membiarkan, dan membolehkan, baik berupa pendirian, kepercayaan, dan kelakuan yang dimiliki seseorang atas yang lainnya. Dengan kata lain toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain. Toleransi tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepeercayaan atau prinsip yang dianutnya. Dalam toleransi sebaiknya tercermin sikap yang kuat atau istiqomah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.Toleransi antar umat beragama di Indonesia populer dengan istilah kerukunan antar umat beragama. Istilah tersebut merupakan istilah resmi yang dipakai oleh pemerintah. Kerukunan hidup umat beragama merupakan salah satu tujuan pembangunan bidang keagamaan di indonesia. Gagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama. Adapun sebab musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat beragama, dan antara umat beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari berbagai aspek sebagai berikut : 1. Sifat dari masing-masing agama yang mengandung tugas dakwah atau missi.2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormatu bahkan memandang rendah agama lain.4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah.6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat(Depag, 1980:38)

b. Kemerdekaan Beragama (Freedom Of Religious)Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah 256 Allah berfirman :256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui[162] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Menurut riwayat Ibnu Jurair dari Said yang bersumber dari Ibnu Abbas, asbabun nuzul ayat diatas adalah :Hushain dari Golongan Anshar suku Bani Salim yang mempunyai dua orang anak yangberagama Nasrani, sedang dia sendiri beragama Islam. Ia bertanva kepada Nabi saw. :"Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena mereka tidak taat kepadaku, dan tetap ingin beragama Nasrani?", maka turunlah ayat diatas.

Kerukunan hidup umat beragama di Indonesia sendiri adalah program pemerintah sesuai dengan GBHN tahun 1999 dan Propenas 2000 tentang sasaran pembangunan bidang agama. Kerukunan hidup di Indonesia tidak termasuk aqidah atau keimanan menurut ajaran agama yang dianut oleh warga negara Indonesia yaitu Islam, Kristen,Hindu, dan Budha. Setiap umat beragama diberi kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan keimanan dan kepercayaan masing-masing.

c. Persamaan Derajat Manusia (Equality)Manusia secara keseluruhannya adalah makhluk Allah, yang diciptakan-Nya dari asal yang satu yaitu Nabi Adam as., hanya ketaqwaan yang membedakan manusia disisi-Nya, sebagaimana firman Allah(QS. An Nisa:1):1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamudari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari padakeduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. danbertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu salingmeminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. SesungguhnyaAllah selalu menjaga dan mengawasi kamu.[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulangrusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa Yakni tanah yang daripadanya Adam a.s. diciptakan.[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu ataumemintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah.

d. Toleransi Beragama (Tolerance Of Religious)Toleransi beragama dalam Islam ditegakkan atas dasar kemerdekaan beragama, persamaan dan keadilan. Rasulullah saw, telah meletakkan toleransi beragama sebagai salah satu prinsip dari Negara Islam yang didirikannya setelah hijrah, ke Madinah (Yatsrib). Tiga agama besar saat itu Yahudi, Nasrani dan Majusi (Zaroaster) telah mendapat pengakuan hak-haknya dari pemerintahan Islam saat itu. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Kafirun 1-6 :

1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6.untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."

Indonesia merupakan sebuah negara dengan berbagai macam keanekaragaman. Baik itu suku,budaya, adat, ras maupun agama. Di Indonesia terdapat 5 agama besar, yakni: Islam, Kristen,Katolik, Hindu, Budha. Yang mana islam memiliki dominasi tertinggi. Sehingga negara ini banyak mengikuti hukum islam.Dari firman Allah didalam QS.Ali Imran:110 : 110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

e. Menjalin Ukhuwah Islamiyah

1. Sesama orang beriman adalah bersaudaraFirman Allah: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itudamaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlahterhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Q.S. Al-Hujurat ayat 10)

2. Sesama orang beriman dilarang saling bermusuhanDan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu bersatu karena nikmat Allah, sebagai orang-orang yang bersaudara; dan sebelumnya kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S. Ali Imran ayat 103).3. Hablum minallaah dan Hablum minannaasMereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia/hablum minannaas, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu, karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.(Q.S. Ali Imran 112).

4. Berlaku sopan terhadap sesama orang berimana. Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), Dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah (sopanlah) kamu terhadap orang-orang yang beriman (Q.S. Al-Hijr ayat 88).b. Dan rendahkanlah dirimu (sopanlah) terhadap orang-orang yang mengikutimu,yaitu orang-orang yang beriman (Q.S. Asy-Syuaraa 215)

5. Berlaku lemah lembut terhadap orang beriman dan suka bermusyawarahMaka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu *). kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran ayat 159).*) Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusanpolitik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

6. Berkasih sayang terhadap orang beriman dan berlaku tegas terhadap orangKafirMuhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras/tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (orang mukmin). kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati para penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar (Q.S. Al-Fath ayat 29).

7. Sillaturrahim dan rekonsiliasi (perdamaian)Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan *), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.(Q.S. Ar-Radu ayat 21). *) Yaitu Mengadakan hubungan silaturahim dan tali persaudaraan.

8. Orang yang amat takut kepada Allah adalah ulama/ahli ilmu (ulama billaah)a. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q.S. Faathir 28).b. Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan *) jika kamu tidak mengetahui (Q.S. An-Nahl ayat 43).*) ahli ilmu pengetahuan; ahli zikirc. Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak ada ilmu bagimuSesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintapertanggungan jawabnya (Q.S. Al-Isra ayat 36).

9. Larangan menggunjing dan meremehkan orang lain dengan panggilan jelekHai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri *) dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman **) dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (Q.S. Al-Hujurat ayat 11).*) Jangan mencela dirimu sendiri. Maksudnya ialah mencela antara sesama mukminkarena orang-orang mukmin seperti satu tubuh.**) Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan sebagainya.

10. Menyantuni orang tua, kerabat, anak yatim, fakir miskin, dan ibnu sabila. Mereka bertanya tentang apa yang seharusnya mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya (Q.S. Al-Baqarah ayat 215).b. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh *), dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S. An-Nisa ayat 36).*) Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.c. Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At-Taubat ayat 60).Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu) (Q.S. Ali Imran ayat 28).Hadits:Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar maruf dan nahi mungkar. (HR.Tirmidzi)

3. Kesejahteraan Sosiala. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan Sosial didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan individu dan masyarakat yang sesuai dengan standar kelayakan hidup yang dipersepsi masyarakat. Namun tingkat kelayakan hidup tersebut dipahami relatif berbeda oleh manusia dalam berbagai kalangan dan latar belakang budaya, mengingat tingkat kelayakan tersebut ditentukan oleh persepsi normatif suatu masyarakat terhadap kondisi sosial, material dan psikologis tertentu. Dewasa ini negara-negara yang tergabung sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa telah men yepakati bahwa garis kesejahteraann sosial minimal yan g dijadikan acuan bersama dalam bentuk Human Development Indext (HDI) yang selanjutnya sejak tahun 1990-an dimonitor perkembangannya dan dilaporkan secara berkala dalam Human Development Report (HDR).

Terdapat beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mencapai taraf kesejahteraan mereka, antara lain dengan menin gkatkan pembangunan ekonomi dan peciptaan lapangan k erja, pembagunan bidang pendidikan, jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan Sosial dipahami sebagai hak dasar manusia yang bersif at universal (Universal Basic Human Right), sehingga setiap orang secara inclusive(tidak membedakan jenis kelamin, suku, bangsa, agama, warna kulit, kemampuan fisik dan psikologis) berhak atas suatu tingkat kesejahteraan yang sesuai den gan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, usaha-usaha pemeliharaan tingkat kesejahteraan dapat dipandang sebagai usaha pemenuhan hak-hak asasi manusia.

Kesejahteraan sosial dalam arti luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Beberapa ahli membagi definisi kesejahteraan sosial kepada beberapa bagian yaitu: kesejahteraan sosial sebagai keadaan (kondisi), sebagai ilmu dan sebagai kegiatan dan gerakan. Salah satu pengertian Kesejahteraan Sosial yang dikemukakan adalah: keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Di dalamnya tercakup unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat seperti pendapatan, jaminan sosial, kesehatan, perumahan, pendidikan rekreasi budaya dan lainnya.

b. Kesejahteraan Sosial dalam Islam : Dimensi Wahyu dan Realitas Sosial

Demikian tegasnya Islam menganjurkan terciptanya kesejahteraan sosial dalam masyarakat sampai-sampai menjadikannya salah satu prinsip dasar ajaran Islam. Salah satu bentuk perhatian Allah tersebut dengan memberikan jaminan bahwa Islam. Salah satu bentuk perhatian Allah tersebut dengan memberikan jaminan bahwa mendatangkan kebaikan, kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh alam. Dalam al-Qur`an Allah berfirman yang artinya : Tidaklah Kami utus engkau Muhammad kecuali untuk semua manusia. Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya Kami utus engkau Muhammad untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam Rasulullah adalah rahmat, bukan saja kedatangannya membawa ajaran tetapi juga sosok dan kepribadiannya adalah rahmat yang dianugerahkan Allah kepada beliau Kepribadiannya dibentuk sehingga bukan hanya pengetahuan yang Allah limpahkan kepadanya melalui wahyu-wahyu al-Qur`an akan tetapi juga qalbunya disinari bahkan totalitas wujud pribadinya merupakan rahmat bagi seluruh alam. Rasulullah sendiri mengakui dirinya sebagai Rahmatun Muhdab yang berarti Rahmat yang dihadiahkan Allah kepada seluruh alam. Tidak ada ditemukan dalam al-Qur`an seorangpun yan g dijuluki dengan rahmat kecuali rasulullah dan tidak ada juga satu makhlukpun yang dijuluki dengan rahmat kecuali Muhammad saw dan tidak ada satupun makhluk yang disifati dengan sifat Allah ar-Rahim kecuali dia seorang. Islam datang membawa persamaan hak tanpa membedakan antara satu suku dengan suku yang lain dan tidak memuliakan satu bangsa di atas bangsa lainnya. Tidak ada perbedaan manusia yang didasarkan pada ukuran-ukuran fisik belaka seperti warna kulit, bangsa, kedudukan, pangkat, jabatan dan lainnya. Sebaliknya dengan keberagaman tersebut Islam menginginkan terjalinnya bagunanan kehidupan di kalangan umat manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah yang artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu bersuku-suku dan berbang sa-bangsa agar kamu saling mengenal ,Ayat ini menekankan tentang pandangana Allah yang tidak memandang manusia dari asalnya melainkan dari sifat-sifat ketaqwaannya. Hadits rasulullah menyebutkan, Sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk tubuh kamu, keindahan wajahmu, melainkan menilai dari kebersihan hati dan kebenaran perilaku kamu .Uraian-uraian di atas menunjukkan Islam secara normatif mengajarkan kepada pemeluknya agar beru aya menata kehidupan sosial yang baik. Menghindari terjadinya pembedaan manusia berdasarkan kasta-kasta dalam setiap level kehidupan. Dalam tataran praktis yang terekam dalam jejak historis umat Islam telah berupaya semaksimal agar kesejahteraan sosial tersebut dapat terujud dalam semua dimensi kehidupan. Bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dan hambatan dalam mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut merupakan hal lain yang perlu dibenahi dan ditingkatkan.

4. Pandangan Islam Terhadap Beberapa Persoalan Sosiala. Pandangan Islam Tentang Kemiskinan

Salah satu bentuk penganiayaan manusia terhadap dirinya yang melahirkan kemiskinan adalah pandangan yang keliru tentang kemiskinan. Karena itu, langkah yang pertama yang dilaksanakan Al-Quran adalah meluruskan persepsi yang keliru itu.Seperti kita ketahui, sementara orang berpandangan bahwa kemiskinan adalah sarana penyucian diri, pandangan ini bahkan masih dianut oleh sebagian masyarakat hingga kini. Dalam konteks penjelasan pandangan Al-Quran tentang kemiskinan ditemukan sekian banyak ayat-ayat Al-Quran yang memuji kecukupan, bahkan Al-Quran menganjurkan untuk memperoleh kelebihan.Apabila telah selesai shalat (Jumat) maka bertebaranlah di bumi dan carilah fadhl (kelebihan) (QS Al-Jumah (62);10).Sejak dini pula kitab suci ini mengingatkan Nabi Muhammad Saw tentang betapa besar anugrah Allah kepada beliau, yang antara lain menjadikannya kecukupan (kaya).Bukankah Allah telah mendapatimu miskin kemudian Dia menganugerahkan kepadamu kecukupan? (QS. Al Dhuha (93):8).Seandainya kecukupan atau kekayaan tidak terpuji, niscaya tidak akan dikemukakan oleh ayat diatas.Berupaya untuk memperoleh kelebihan, bahkan dibenarkan oleh Allah walau pada musim ibadah haji sekalipun.Tidak ada dosa bagi kamu untuk mencari fadhl (kelebihan) dari Allah (di musim haji) (QS. Al-Baqarah(2):198). Di sisi lain, Al-Quran mengecam mereka yang mengharamkan hiasan duniawi yang diciptakan Allah bagi umat manusia (QS Al-A'raf [7]: 32), dan menyatakan bahwa Allah menjanjikan ampunan dan anugerah yang berlebih, sedang setan menjanjikan kefakiran (QS Al-Baqarah [2]: 268).Tak mengherankan jika dalam literatur keagamaan ditemukan ungkapan, hampir saja kekafiran itu menjadi kekufuran karena Nabi Saw sering berdoa, Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefakiran (HR Abu Dawd) dan Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekurangan dan kehinaan, dan Aku berlindung pu1a dari menganiaya dan dianinya (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim).Meskipun demikian, Islam tidak menjadikan banyaknya harta sebagai tolok ukur kekayaan, tetapi Islam mengajarkan sifat qann'ah, namun itu bukan berarti menerima apa adanya, karena seseorang tidak dapat menyandang sifat qana'ah kecuali setelah melalui lima tahap:a. Menginginkan kepemilikan sesuatu.b. Berusaha sehingga memiliki sesuatu itu, dan mampu menggunakan apa yang diinginkannya itu.c. Mengabaikan yang telah dimiliki dan diinginkan itu secara suka rela dan senang hatid. Menyerahkannya kepada orang lain, dan merasa puas dengan apa yang dimiliki sebelumnya.Dalam rangka mengentaskan kemiskinan, Al-Quran menganjurkan banyak cara yang harus ditempuh, yang secara garis besar dapat dibagi pada tiga hal pokok.1. Kewajiban setiap individu.Kerja dan usaha merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan oleh Kitab Suci Al-Quran, karena hal inilah yang sejalan dengan naluri manusia, sekaligus juga merupakan kehormatan dan harga dirinya. Yaitu apabila engkau telah menyelesaikan satu pekerjaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (pekerjaan yang lain, agar jangan menganggu), dan hanya kepada Tuhanmu sajalah hendaknya kamu mengharap (QS Alam Nasyrah [94]: 7-8).Rasulullah Saw juga pernah bersabda: salah seorang di antara kamu mengambil tali, kemudian membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya lalu dijualnya, sehingga ditutup Allah air mukanya, itu lebih baik daripada meminta-minta kepada orang, baik ia diberi maupun ditolak (HR Bukhari).Apabila di tempat seseorang berdomisili, tidak ditemukan lapangan pekerjaan, Al-Quran menganjurkan kepada orang tersebut untuk berhijrah mencari tempat lain, dan ketika itu pasti dia bertemu di bumi ini, tempat perlindungan yang banyak dan keluasan, dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapat di muka bumi tempat yang luas lagi rezeki yang banyak (QS Al-Nisa' [4]: 100).

2. Kewajiban orang lain/masyarakat.Dalam hal ini, Al-Quran walaupun menganjurkan sumbangan sukarela dan menekankan keinsafan pribadi, namun dalam beberapa hal Kitab Suci ini menekankan hak dan kewajiban, baik melalui kewajiban zakat, yang merupakan hak delapan kelompok yang ditetapkan (QS Al-Tawbah [9]: 60) maupun melalui sedekah wajib yang merupakan hak bagi yang meminta atau yang tidak, namun membutuhkan bantuan.Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan perintah Allah SWT dan bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang. Zakat ditunaikan oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akhirat, dan terkadang ditinggalkan oleh mereka yang kurang yakin terhadap akhirat. Zakat bukan sekedar kemurahan seseorang kepada seseorang yang lain, melainkan suatu sistem tata social yang dikelola oleh negara melalui lembaga tersendiri. Lembaga ini mengatur semua mekanismenya, mulai dari pengumpulannya dari para wajib zakat dan pendistribusiannya kepada yang berhak. Zakat merupakan salah satu upaya yang digunakan untuk membina masyarakat muslim.Dan Al-Quran datang dengan konsep kewajiban memberi nafkah kepada keluarga, atau dengan istilah lain jaminan antar satu rumpun keluarga sehingga setiap keluarga harus saling menjamin dan mencukupi. Orang-orang yang berhubungan kerabat itu sebagian lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) (QS Al-Anfal [8]: 75). Dan berikanlah kepada keluarga dekat haknya, juga kepada orang miskin, dan orang yang berada dalam perjalanan.(QS Al-Isra' [17]: 26). Dalam harta mereka ada hak untuk (orang miskin yang meminta) dan yang tidak berkecukupan (walaupun tidak meminta) (QS Al-Dzariyat [51]: 19). 3. Kewajiban pemerintah.Pemerintah juga berkewajiban mencukupi setiap kebutuhan warga negara, melalui sumber-sumber dana yang sah. Yang terpenting di antaranya adalah pajak, baik dalam bentuk pajak perorangan, tanah, atau perdagangan, maupun pajak tambahan lainnya yang ditetapkan pemerintah bila sumber-sumber tersebut di atas belum mencukupi.Al-Quran mewajibkan kepada setiap Muslim untuk berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang tidak memiliki kemampuan material, maka paling sedikit partisipasinya diharapkan dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk berpartisipasi aktif.

b. Pandangan Islam Tentang KebodohanSalah satu penyebab kebodohan adalah pembiayaan sekolah yang mahal. Dalam system Islam penyediaan layanan pendidikan adalah tanggungjawab dan kewajiban negara. Karena itu, pembiayaan pendidikan adalah kewajiban Negara, bukan dibebankan kepada rakyat peserta didik. Hal itu bisa dilihat dari sirah Rasul saw, Rasul menjadikan tebusan tawanan perang Badar yang merupakan harta milik Negara diantaranya dengan mengajari baca tulis sepuluh orang kaum muslim. Itu menunjukkan bahwa penyediaan pendidikan adalah tanggungjawab dan kewajiban Negara.Disamping itu, dalam system Islam, hubungan Pemerintah dengan rakyat adalah hubungan pengurusan dan tanggungjawab. Dalam Islam pemerintah bukan hanya menjadi regulator, tetapi bertanggungjawab penuh atas pemeliharan urusan rakyat. Rasulullah bersabda, seorang imam (khalifah/kepala Negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurusnya (HR. al-Bukhari dan Muslim).System Islam menjamin penyediaan layanan pendidikan kualitas dengan biaya murah bahkan tanpa biaya akan bisa direalisasikan. Sebab, Islam memiliki serangkaian hukum yang mengatur pengelolaan kekayaan. Negara diantaranya bisa membiayai dari harta milik Negara, seperti sumber daya yang ada di Negara tersebut (hasil tambang,minyak bumi, dll). Namun, karena dikelola secara salah, maka manfaatnya tidak dapat dirasakan.

a. Al-Quran menyuruh berfikir agar menjadi cerdas Arti al-Nadhru Memikirkan dan menyelidiki - Atau dengan pengertian lain yaitu pengetahuan yang diperoleh setelah menyelidiki. Dan secara bahasa al-Nadhru ialah membulak balikan penglihatan, dan yaitu akal untuk mengetahui dan melihat sesuatu. Kata pada umumnya digunakan untuk arti al-basharu/ penglihatan. Sedangkan kata al-nadhru dalam arti khusus, kebanyakan dalam arti al-Bashiratu/ akal. Arti al-Tafakur Fikrah ialah potensi yang dicurahkan (dalam merenung) untuk memperoleh ilmu dengan yakin. Maka perjalanan renungan potensi tersebut, sesuai dengan penglihatan akal. Kata Tafakkur, hanya bagi manmusia tidak digunakan bagi binatang, dan digunakan hanya untuk memperoleh gambaran / perasaan dalam hati. Dalam sebuah hadits Nabi disebutkan al-Maraghi ( 2, 4, hal 163 ) Arti Tadabur Tadabur ialah merenung tentang akibat akhir dari suatu perkara Tadbir ialah pertimbangan atas baik buruk / akibat perkara.b. Allah memberi alat-alat indra untuk bisa cerdas Dalam Alquran Allah SWT menyebutkan alat kecerdasan bagi mamusia, mengawalinya dengan kalimat al-sama , ini memberi arti bahwa awal kecerdasan manusia itu dari telinga, baiknya pendengaran manusia berpengaruh terhadap kecerdasan manusia, dan ketika Allah swt menjelaskan orang yang tidak berakal atau bodoh, mengawalinya dengan kalimat shummun yaitu tuli, artinya awal kebodohan adalah dari telinga, orang yang tuli sejak lahir akan menjadi bodoh, berbeda dengan orang buta sejak lahir, jika ia tidak tuli maka kemungkinan untuk menjadi pandai Kata al-Sama dalam Alquran bermana al-Isma yaitu pendengaran, dan disebut dengan lafadh yang mufrad tidak dengan jamak seperti kata al-abshar dan al-afidah, karena ia bentuk mashdar pada asalnya ( Shawi: 2, 98 ). Dan dalam ayat lain al-Baqarah: 7, disebut dengan lafadh mufrad dengan arti jamak, sama seperti kalimat dengan mufrad tidak jamak, menurut Ibnu Zauji ( 1, 28 ) menjelaskan bahwa orang Arab menempatkan sama pada mashdar sedangkan mashdar dimufradkan, berbeda dengan abshar dan al-afidah keduanya dalam bentuk isim yang tidak menempati tempat masdar.

Berikut ini adalah pendekatan Al-Quran tentang pendidikan:1.Perintah Belajar (al-Alaq: 1-5)2.Perintah Mengajar (al-Mudatstsir: 1-7; asy-Syuara: 214-215)3.Keutamaan Ilmu dalam Pandangan Islam (Ali Imran: 18; al-Mujaadalah:11)4.Islam menuntut Ummatnya agar Cerdas (al-Alaq: 1-5; an-Nahl : 43)5.Kecerdasan yang telah diberikan Allah SWT (an-Nahl:78)6.Belajar sesuai dengan Tingkat Kecerdasan (al-Baqoroh: 286)7.Saran dan Tempat Belajar (at-Tahrim:6; Ali Imran:104; at-Taubah :122)8.Lembaga Pendidiakan klasik : rumah, mesjid, tempat pendidikan di samping mesjid/rumah guru, mesjid berasrama, tempat pendidikan tinggi yang dilengkapi fasilitas pendidikan.

c. Pandangan Islam Tentang Pengangguran

Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang menganggur dan terpeleset kejurang kemiskinan, karena ditakutkan dengan kemiskinan tersebut seseorang akan berbuat apa saja termasuk yang merugikan orang lain demi terpenuhinya kebutuhan pribadinya, ada sebuah hadist yang mengatakan kemiskinan akan mendekatkan kepada kekufuran. Namun kenyataannya, tingkat pengangguran di negara negara yang mayoritas berpenduduk muslim relatif tinggi. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang buruknya pengangguran, baik bagi individu, masyarakat ataupun negara, akan meningkatkan motivasi untuk bekerja lebih serius. Walaupun Allah telah berjanji akan menaggung rizqi kita semua, namun hal itu bukan berarti tanpa ada persyaratan yang perlu untuk dipenuhi. Syarat yang paling utama adalah kita harus berusaha untuk mencari rizqi yang dijanjikan itu, karena Allah SWT telah menciptakan sistem yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan mendapatkan rizqi dan barang siapa yang berpangku tangan maka dia akan kehilangan rizqi.Artinya, ada suatu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan rizqi tersebut.

Oleh karena itu semua potensi yang ada harus dapat dimanfaatkan untuk mencari, menciptakan dan menekuni pekerjaan. Muhammad Al Bahi, sebagaimana yang telah dikutip oleh Mursi ( 1997:34) mengatakan bahwa ada tiga unsur penting untuk menciptakan kehidupan yang positif dan produktif, yaitu:a). Mendayagunakan seluruh potensi yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita untuk bekerja, melaksanakan gagasan dan memproduksi.b). Bertawakal kepada Allah, berlindung dan memeinta pertolongan kepada-Nya ketika melakukan suatu pekerjaan.c). Percaya kepada Allah bahwa Dia mampu menolak bahaya, kesombingan dan kediktatoran yang memasuki lapangan pekerjaan.Bermalas-malasan atau menganggur akan memberikan dampak negatif langsung kepada pelakunya serta akan mendatangkan dampak tidak langsung terhadap perekonomian secara keseluruhan. Kelompok pengangguran akan menggantungkan hidupnya pada orang orang yang bekerja sehingga tingkat ketergantungan akan menjadi tinggi sedangkan tingkat pendapatan perkapita akan merosot.Untuk menghindari dampak tersebut, maka sumberdaya yang ada harus dimanfaatkan untuk melakukan suatu usaha walaupun jumlahnya terbatas.Bekerja, walaupun dengan pekerjaan yang menggunakan tenaga kasar dan termasuk pada pekerjaan sektor informal, tidak menjadi halangan karena hal itu lebih terhormat daripada meminta-minta.Dalam kaitannya dengan bidang pekerjaan yang harus dipilih, Islam mendorong umatnya untuk berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi dalm segala bentuk seperti: pertanian, pengembalaan, berburu,industri , perdagangan dan lain-lain. Islam tidak semata-mata hanya memerintahkan untuk bekerja tetapi harus bekerja dengan lebih baik (insan), penuh ketekunan dan profesional. Ihsan dalam bekerja bukanlah suatu perkara yang sepele tetapi merupakan suatu kewajiban agama yang harus dipatuhi oleh setiap muslim. Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan pekerjaan yang dilakukan secara itqan (profesional) (HR.Baihaqi).

BAB IIIPENUTUPANI. KESIMPULANa.iinb. risma : Islam selalu mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada inter agama, umat agama lain, dan suku budaya yang lain pula. Toleransi adalah hal yang utama dalam membina suatu masyarakat bahkan negara yang baik dan damai. c.deasyd. frida

II. SARANa.iinb.risma : musyawarah dan diskusi adalah ajaran Islam jika kita memiliki suatu masalah dan persoalan dalam hablumminannas, karena dengan musyawarah dan diskusi kita bisa berbagi permasalahan dan mengambil jalan keluar bersama, unsur toleransi yang baik salah satunya adalah dengan bermusyawarah dan berdiskusi jika ada suatu keganjalan dalam hidup beragama dan bermasyarakat.c.d.

DAFTAR PUSTAKAKerukunan antar umat beragama, itb, 2011Peningkatan Kualitas Kerukunan Umat Beragama,Drs. Jiffry F Kawung, S.Th, M.Si (Kepala Kantor Kemenag Kota Tomohon)Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama oleh toto suryana, UPI Jurnal pendidikan agama islam-talim vol. 9 no.2 2011