Makalah Aids

42
ASUHAN KEPE SITI ANN SALAS AU SRI HAND SILVIA JU SRI MELF SELLA G SUSI HAN SARAH R TIARA RA TIARA TR TRIANDI TAMMY TIARA AR UNI FAKU ERAWATAN PADA PASIEN DEN HIV/AIDS Kelompok 11 : NISA Z.N. (220110080145) AULADI (220110080138) DINI PERTIWI (220110080105) JUNIANTY (220110080097) LFA DAMANIK (220110080079) GITA A (220110080052) NIFAH (220110080035) RIDASHA F (220110080013) RACHMAWATI (220110080118) RI P (220110080108) INI (220110080095) (220110080053) ARUM KESUMA (220110080050) IVERSITAS PADJADJARAN ULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009 NGAN

description

makalah Aids

Transcript of Makalah Aids

Page 1: Makalah Aids

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

SITI ANNISA Z.N.

SALAS AULADI

SRI HANDINI PERTIWI

SILVIA JUNIANTY

SRI MELFA DAMANIK

SELLA GITA A

SUSI HANIFAH

SARAH RIDASHA F

TIARA RACHMAWATI

TIARA TRI P

TRIANDINI

TAMMY

TIARA ARUM KESUMA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIV/AIDS

Kelompok 11 :

SITI ANNISA Z.N. (220110080145)

SALAS AULADI (220110080138)

SRI HANDINI PERTIWI (220110080105)

SILVIA JUNIANTY (220110080097)

RI MELFA DAMANIK (220110080079)

SELLA GITA A (220110080052)

SUSI HANIFAH (220110080035)

SARAH RIDASHA F (220110080013)

TIARA RACHMAWATI (220110080118)

TIARA TRI P (220110080108)

TRIANDINI (220110080095)

(220110080053)

IARA ARUM KESUMA (220110080050)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

JATINANGOR

2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

Page 2: Makalah Aids

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat-Nya kepada kelompok penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai HIV

AIDS.

Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata

kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya terutama kepada tutor kelompok 11 dalam mata kuliah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Pada akhirnya, penyusun mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun

khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jatinagor, Oktober 2009

Penulis

Page 3: Makalah Aids

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome,

AIDS), Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pertengahan tahun 1981

pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik di Los Angles, Amerika

Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah penderita

dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerika Serikat lainnya.

Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang terlihat

pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penanganan dan

pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan

masyarakat.

Pada awalnya penyebab AIDS belum diketahui secara pasti. Namun, banyak

pihak yang menduga bahwa strain virus yang asli berasal dari monyet dan simpanse di

Afrika. Para ahli telah menemukan sejenis virus yang mirip pada seekor monyet Afrika

Barat. Menurut hipotesa yang menarik tetapi belum dapat dibuktikan, para ahli menduga

bahwa virus itu mulanya masuk ke dalam tubuh manusia sebagai akibat sampingan dari

percobaan-percobaan malaria mulai tahun-tahun 1920-an hingga 1950-an. Pada percobaan-

percobaan tersebut, manusia disutik dengan darah dari monyet dan simpanse yang

kemungkinan mengandung virus yang ternyata kelak menjadi HIV. Tujuan dari eksperimen

ini sebenarnya adalah untuk melihat apakah parasit malaria di dalam tubuh binatang-

binatang tersebut akan dapt juga menulari tubuh manusia.

Dokter-dokter 1980-an juga mulai mengamati adanya penderiat di kalangan pria

muda dengan jenis kanker sel darah yang langka yaitu sarcoma, demikian pula PCP. Pasien-

pasien ini dan mereka yang pernah ditangani oleh Gottlieb memiliki satu persamaan yaitu

semuanya gay. Oleh karena itulah syndrome tanpa nama itu diberi julukan ”gay plague”

atau “gay cancer”. Penyakit yang tadinya dianggap sebagai sampar gay atau gay plague

ternyata dapat menyerang heteroseksual, terutama orang-orang yang menggunakan jarum

suntik, mitra seksnya, bayi dari ibu terinfeksi dan penderita hemofilia(yang mendapat

transfusi darah tercemar HIV). Jelas bahwa virus ini tidak mengenal apakah tubuh yang

Page 4: Makalah Aids

diserangnya milik seorang gay, heteroseks atau bayi baru lahir (AIDS & PMS dan

Perkosaan hlm 28-30). Pada akhir tahun 1983 para peneliti menemukan suatu jenis

retrovirus yang mulanya diberi nama Lympadenopati associated virus. Kemudian pada

bulan Mei tahun 1986 disepakati menggunakan satu nama yaitu Human Immunodeficiency.

I. 2. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan membahas lebih dalam

tentang AIDS (Aqcuired Immune Deficiency Syndrome). Selain itu, makalah ini juga

ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Sistem Immunologi dan

Hematologi.

I.3. Rumusan Masalah

Kasus pemicu

AIDS

Tn. A usia 35 tahun, TB 170 cm, BB saat ini 50 kg, mengeluh lemah. Lems tidak

bergairah, diare dalam 40 hari, sering mendadak mengidap flue yang terasa seperti flu berat

sampai suatu ketika hanya karena flue tersebut tuan A nyaris pingsan, hasil pemeriksaan

laboratorium didapatkan nilai ELISA western blot (+), neutropenia, anemia normositik

normokrom, limfosit CD4 +

200 sel/µl.

Pertanyaan :

1. Jelaskan tentang konsep penyakit pada kasus di atas!

2. Jelaskan klasifikasi klinis pasien untuk kondisi penyakit tersebut!

3. Jelaskan aspek pengkajian Keperawatan yang diperlukan untuk menghadapi pasien diatas!

4. Sebutkan diagnose Keperawatan (sesuai dengan taxonomy NANDA) untuk kondisi pasien

dengan penyakit tersebut!

5. Universal Precaution

6. Sebutkan prinsip etik dan legal untuk mengatasi pasien SLE!

Page 5: Makalah Aids

I.4. Tinjauan Teori

AIDS merupakan salah satu kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia

pada awal abad ke 21. Hal ini disebabkan karena penyakit ini, menyebabkan angka

kematian yang sangat tinggi, jumlah penderita yang semakin meningkat dalam waktu

singkat dan sampai sekarang belum dapat ditanggulangi dengan tuntas.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala

penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh seseorang

yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV menyebabkan

menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur secara efektif yang

menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap berbagai

jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan oleh tubuh.

Page 6: Makalah Aids

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CARA KERJA VIRUS HIV AIDS

Virus HIV-1 berbentuk bulat, berdiameter 80-100 nm dan berisi electron yang

padat, inti berbentuk kerucut yang dikelilingi oleh suatu selaput lipid yang berasal dari

membrane sel inang. Dinding HIV merupakan membrane yang terdiri dari dua lapis lipid

(lipid bilayer). Pada membrane bagian luar atau dinding HIV terdapat glikoprotein(gp)

yaitu gp120 dan gp41. Gp120 terdapat pada permukaan HIV yang dapat berikatan dengan

sel yang memiliki reseptor permukaan CD4, sedangkan gp41 adalah glikoprotein

transmembrane yang mengikat gp120. Pada membrane bagian dalam terdapat protein (p)

yaitu p17 yang merupakan kerangka atau matriks HIV.

Inti virus berisi:

1. Kapsin protein p24 yang terbesar

2. Nukleokapsid protein p7/p9

3. Dua salinan genom RNA

4. Ketiga enzim virus(protease , reverse transcriptase dan integrase)

Protein p24 paling cepat mendeteksi antigen virus dan karena itu digunakan untuk

diagnosis infeksi HIV pada tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay).

Struktur Genom HIV

Genom HIV terdiri dari RNA rantai tunggal berukuran 9,8 kb dengan region yang

identik pada kedua ujungnya (long terminal repeat) yang mengandung gen regulasi.

Bagian lain genom terdiri dari tiga gen yang mengode protein structural virus env

mengkode pembentukan glikoprotein selubung gp120 dan gp41; gag mengode sintesis

protein pada inti HIV yaitu p24; dan pol mengode pembentukan enzim reverse

transcriptase, integrase dan protease.

Enam gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenitas

penyakit secara in vivo, yakni gen tat, rev, nef, vpr, vpu, dan vif . tat adalah gen yang

mempercepat replikasi virus; gen rev mengode protein rev yang mengubah siklus

replikasi untuk memperoduksi seluruh partikel virus; gen nef berperan dalam virulensi

Page 7: Makalah Aids

HIV; gen vpr memfasilitasi transport DNA HIV ke dalam sel inang; gen vpu

mempengaruhi pelepasan virus; dan gen vif menentukan infektifitas virus di luar sel

inang. Long terminal repeat (LTR) merupakan promoter bagi gen HIV yang berinteraksi

dengan protein pengatur replikasi virus.

Patogenesis

HIV secara selektif akan menginfeksi sel yang berperan membentuk antibody

pada system imunitas seluler yaitu limfosit T4 yang mempunyai reseptor permukaan CD4

yang dapat berperan sebagai reseptor untuk virus tersebut. Selain sel limfosit T4, ada sel

lain yang juga mempunyai CD4 antigen pada membrannya, yaitu monosit/makrofag, dan

beberap sel homopoesis di dalam sum-sum tulang. Virus yang masuk ke dalam limfosit

T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya

menghancurkan sel limfosit itu sendiri yang menyebabkan system kekebalan tubuh

menjadi lumpuh.

HIV sebagai virus RNA mempunyai enzim transcriptase yang membentuk virus

DNA pada kejadian infeksi. Virus DNA yang terbentuk ini masuk ke dalam inti sel target

dan berintegrasi dengan DNA dan menjadi provirus. DNA provirus yang telah

berintegrasi dengan sel DNA host (sel limfosit T4) akan ikut mengalami poliferasi sel.

Setiap hasil replikasi DNA ini selanjutnya akan menghasilkan virus RNA, enzim reverse

transcriptase dan protein virus.

B. KLASIFIKASI

Ada dua jenis HIV yang diketahui ada:

a. HIV-1

HIV-1 adalah virus yang pada awalnya ditemukan dan disebut LAV.Hal ini lebih

mematikan, relatif mudah menular, dan merupakan penyebab sebagian besar infeksi

HIV secara global.

b. HIV-2.

HIV-2 kurang ditularkan dan terbatas pada sebagian besar di Afrika barat.

Page 8: Makalah Aids

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS

(kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita

AIDS.

a. Kategori Klinis A

Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human

Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam

kategori klinis B dan C

1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.

2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized

Limpanodenophaty )

3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang

menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.

b. Kategori Klinis B

Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

1. Angiomatosis Baksilaris

2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap

terapi

3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )

4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.

5. Leukoplakial yang berambut

6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu

dermaton saraf.

7. Idiopatik Trombositopenik Purpura

8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

c. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus

2. Kanker serviks inpasif

3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata

4. Kriptokokosis ekstrapulmoner

5. Kriptosporidosis internal kronis

Page 9: Makalah Aids

6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )

7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )

8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )

10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )

11. Isoproasis intestinal yang kronis

12. Sarkoma Kaposi

13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak

14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner

15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )

16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner

17. Pneumonia Pneumocystic Cranii

18. Pneumonia Rekuren

19. Leukoenselophaty multifokal progresiva

20. Septikemia salmonella yang rekuren

21. Toksoplamosis otak

22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

C. LATAR BELAKANG VIRUS HIV AIDS

1. Masa inkubasi virus

Masa inkubasi penyakit ini yaitu mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala

penyakit sangat lama (5 tahunsampai 10 tahun) dan karena infeksi HIV dianggap

seumur hidup maka resiko terjadinya penyakit akan berlanjut selama hidup pengidap

virus HIV.

2. Masa bertahan hidup

Seseorang yang terserang virus AIDS menjadi membawa virus tersebut selama

hidupnya. Orang tersebut bisa bertahan hidup hingga 9 bulan.

Sindrom immunnodefisiensi didapat (Acquired Immunodeficiency Syndrome,

AIDS) pertama-tama menarik perhatian bidang kesehatan masyarakat pada tahun 1981.1

AIDS adalah penyakit defisiensi imunitas seluler, yang pada penderitanya tidak dapat

Page 10: Makalah Aids

ditemukan penyebab defisiensi tersebut.2 AIDS menyebabkan infeksi oportunistik

dan/atau neoplasma yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang sebelumnya dalam

keadaan sehat. Menurut Smeltzer3

AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi

saat sistem imun dilemahkan oleh virus HIV.

Human Immunedeficiency Virus (HIV) tergolong ke dalam kelompok retrovirus

dengan materi genetik dalam asam ribonukleat (RNA) , menyebabkan AIDS dapat

membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama dalam sistem imun.

Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya

yang sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV.4

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV.

Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh

Dapatan.

Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan

Immune : Sistem kekebalan tubuh

Deficiency : Kekurangan

Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang

dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.

Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan

menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya

tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang

berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler

dan Brenda G.Bare )

AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan

ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan

imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan

dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and

Prevention ).

Page 11: Makalah Aids

AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah

melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel

limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan

kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan

AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker

yang dideritanya.

HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap

virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan

tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut

rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada

luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga

vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah,

seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan

ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-

hari seperti berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui

closet umum, karena virus ini sangat rapuh.

Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing

orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala,

walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin

rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.

Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang

mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

D. VAKSIN HIV AIDS

vaksin Penyakit HIV/AIDS ditemukan dibangkok -Thailand. Penemuan Vaksin Ini

dihasilkan oleh Hasil studi Vaksin Ekperimental yang diujicobalkan kepada 16.000

warga thailand. Dari ujijoba tersebut Vaksin HIV itu ternyata terbukti mengurangi resiko

terinfeksinya seseorang terhadap HIV.

Page 12: Makalah Aids

Penelitian vaksin ini menggabungkan canary pox vaccine ALVAC produksi Sanofi-

Aventis Perancis dengan AIDSVAX yang aslinya dibuat VaxGen Inc (lisensinya

dipegang oleh organisasi nonprofit Global Solutions for Infectious Diseases).

Vaksin itu berbasis HIV strain B dan E yang dominan di Thailand. Dalam percobaan

sebelumnya, kedua vaksin itu kurang efektif jika sendiri-sendiri. Hasil studi terakhir

menunjukkan vaksin itu 31,2 persen efektif mengurangi risiko tertular HIV.

Menurut olonel Jerome Kim, US Military HIV Research Program, hal ini merupakan

demonstrasi pertama vaksin HIV yang mampu memberikan perlindungan terhadap

infeksi HIVt. hal ini merupakan kemajuan sains sangat penting. Studi ini memberikan

harapan kemungkinan pembuatan vaksin yang efektif secara global.

Vaksin itu diujicobakan Sejak awal 2003, kepada sukarelawan yang terdiri dari

perempuan dan laki-laki berusia 18-30 tahun dan tidak terinfeksi HIV. Mereka berlokasi

di dua provinsi di Thailand, di dekat Bangkok yang mempunyai tingkat risiko tinggi

terinfeksi HIV .

Setengah dari sukarelawan mendapatkan vaksin itu dan sebagian lagi memakai plasebo

(tidak mengandung vaksin). Sebanyak 51 orang dari total 8.197 orang yang mendapat

vaksin terinfeksi HIV. Adapun kelompok plasebo, dari total 8.198, sebanyak 74 orang

terinfeksi. Jadi ada selisih 23 orang atau sekitar 15 %.

Penemuan Vaksin ini dinilai beberapa pihak belum sempurna, masih perlu tahap-tahap

selanjutnya untuk meneympurnakan formulasi dari vaksin ini, agar dapat mendapatkan

izin licensi obat

E. HOMEOSTATIS TUBUH

Respon tubuh terhadap perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 3 fase (1)Alarm reaction

(reaksi peringatan), pada fase ini tubuh dapat mengatasi stressor (perubahan) dengan

baik.(2).The Stage of resisten (reaksi pertahanan), reaksi terhadap stresor sudah

melampaui tahap kemampuan tubuh. Pada keadaan ini sudah dapat timbul gejala psikis

dan somatic.(3).Stage of Exhaustion (reaksi kelelahan). Pada fase ini gejala-psikosomatik

tampak jelas. .

Page 13: Makalah Aids

BAB III

PEMBAHASAN

A. ISTILAH-ISTILAH KHUSUS

1. Elisa Western Blot (Enzym Linked Immunosorbent ASSAY) adalah Tes mendeteksi

antibody yang dibuat tubuh terhadap virus HIV . Menunjukan virus terdapat pada

darah.

2. Neutropenia adalah

3. Anemia normositik normokrom adalah hemolisis, bisa juga terjadi karena terapi

zidofudin (untuk menahan replitasi virus), gangguan pada sumsum tulang belakang.

4. Limfosit CD4+ adalah

• sel yang mencakup monosit, reseptor pembentuk antibody (T helper, monosit,

makrofag), paling banyak diantara monosit dan makrofag.

• Penentu klasifikasi AIDS paling parah.

B. KONSEP PENYAKIT

• AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.

Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom Cacat Kekebalan

Tubuh Dapatan

• Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang

dengan HIV /AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.

Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama kelamaan akan

menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.

• AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya

tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak lahir).

• AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang

berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C.

Smetzler dan Brenda G.Bare)

• AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan

ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan

Page 14: Makalah Aids

imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian

dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi. (Center for Disease Control and

Prevention)

Gejala AIDS

Gejala Mayor :

• BB menurun atau gagal tubuh

• Diare > 1 bulan (kronis/berulang)

• Demam > 1bulan (kronis/berulang)

• Infeksi saluran nafas bawah yang parah atau menetap

Gejala Minor :

• Lymfadenopati generalisata atau hepatosplenomegali

• Kandidiasis oral

• Infeksi THT yang berulang

• Batuk kronis

• Dermatitis generalisata

• Encefalit

C. ETIOLOGI

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.

Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen

viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang

kuat terhadap limfosit T.

Faktor Resiko

• Pria dengan homoseksual

• Pria dengan biseksual

• Pengguna IV drug

• Transfuse darah

• Pasangan heteroseksual dengan pasien infeksi HIV

• Anak yang lahir dengan ibu yang terinfeksi

Page 15: Makalah Aids

→ Diketahui bahwa virus dibawa dalam limfosit yang terdapat pada sperma memasuki

tubuh melalui mucosa yang rusak, melalui ASI, kerusakan permukaan kulit.

→ Ditularkan dari orang ke orang melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,

semen, cairan vagina dan air susu ibu.

D. MANIFESTASI KLINIS

• Manifestasi klinis AIDS menyebar luas dan pada dasarnya mengenai setiap sistem

organ

• Pneumonia disebabkan oleh protozoa pneumocystis carini (paling sering ditemukan

pada AIDS) sangat jarang mempengaruhi orang sehat. Gejala: sesak nafas, batuk-

batuk, nyeri dada, demam – tdk teratasi dapat gagal nafas (hipoksemia berat,

sianosis, takipnea dan perubahan status mental)

• Gagal nafas dapat terjadi 2 – 3 hari

• TBC

• Nafsu makan menurun, mual, muntah

• Diare merupakan masalah pada klien AIDS → 50% – 90%

• Kandidiasis oral – infeksi jamur

• Bercak putih dalam rongga mulut → tidak diobati dapat ke esophagus dan lambung

• Wasthing syndrome → penurunan BB/ kaheksia (malnutrisi akibat penyakit kronis,

diare, anoreksia, amlabsorbsi gastrointestinal)

• Kanker: klien AIDS insiden lebih tinggi → mungkin adanya stimulasi HIV terhadap

sel kanker yang sedang tumbuh atau berkaitan dangan defesiensi kekebalan →

mengubah sel yang rentang menjadi sel maligna

• Sarcoma kaposis → kelainan maligna berhubungan dengan HIV (paling sering

ditemukan) → penyakit yang melibatkan endotel pembuluh darah dan limfe.

Secara khas ditemukan sebagai lesi pada kulit sebagian tungkai terutama pada pria.

Ini berjalan lambat dan sudah diobati. Lokasi dan ukuran lesi dapat menyebabkan

statis aliran vena, limfedema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak intergritas

kulit dan meningkatkan ketidak nyamanan serta kerentanan terhadap infeksi.

Page 16: Makalah Aids

• Diperkirakan 80 % klien AIDS mengalami kalianan neurologis → gangguan pada

saraf pusat, perifer dan otonom. Respon umum pada sistem saraf pusat mencakup

inflamasi, atropi, demielinisasi, degenerasi dan nekrosis.

• Herpes zoster → pembentukan vesikel yang nyeri pada kulit.

• Dermatitis seboroik→ruam yang difus, bersisik yang mengenai kulit kepala dan

wajah.

• Pada wanita: kandidiasis vagina → dapat merupakan tanda pertama yang

menunjukkan HIV pada wanita.

E. KOMPLIKASI

a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis

Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan

berat badan, keletihan dan cacat.

b. Neurologik

- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency

Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan

motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,

ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,

malaise, demam, paralise, total / parsial.

-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik

endokarditis.

- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci

Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan

sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat

badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.

- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.

Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

Page 17: Makalah Aids

- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang

sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal

dan siare.

d. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,

pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas

pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,

reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa

terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan

efek nyeri.

F. PATOFISIOLOGI

Kontak dengan darah kontak seks kontak ibu bayi

HIV masuk ke dalam tubuh

Netrofil HIV berikatan Lim T, monosit, makrofag

neutropenia Hiv berdifusi dengan CD4+

Inti virus masuk ke dalam sitoplasma enzim reverse

RNA virus DNA transcriptase

oleh integrase endunuklease Integrasi DNA virus + Prot. Pada T4 (provirus)

RNA genom dilepas mRNA ditranslasi

Ke sitoplasma Prot. Virus

Tunas virus

Infeksi sel T lain Virion HIV baru terbentuk (di limfoid)

KURANG PENGETAHUAN AIDS

Respon imun

Page 18: Makalah Aids

Humoral Seluler

Sel B dihasilkan antibody spesifik APC aktifkan CD4+

Diferensiasi dlam plasma terinfeksi virus (sel T helper)

pengaruh ikatan IGM & IGG IL-2 interferon gamma IL-12

pda tes ELISA Lawan CD4+ yg terinfeksi CD8 rangsangan aktivitas

mudahnya CD4+ pembentukan INTOLE-

transmisi penularan sel B RANSI

isolasi sosial Tidak mengintensifkan AKTIVI-

GANGGUAN HARGA DIRI Sistem imun TAS

Sistem kekebalan tubuh

Sel rentan rentan infeksi

Mutasi gen pengeluaran mediator aktifkan flora normal

Pembelahan sel berlebihan kimia RESIKO INFEKSI

Picu sel kanker sitokinin (OPORTUNISTIK)

pirogenindogen

set suhu oleh hipotalamus onterior

demam

RESIKO GANGGUAN THERMOREGULASI

Menginfeksi paru-paru

eksudat

gangguan jalan nafas inhalasi & ekhalasi terganggu

suplay O2 metabolisme sel RESIKO BERSIHAN JALAN NAFAS

difusi O2 terganggu ATP TAK EFEKTIF

hipoksia kelemahan

sesak nafas INTOLERANSI

RESIKO POLA NAFAS AKTIVITAS

TAK EFEKTIF

Saluran pencernaan

Mukosa teriritasi bakteri mudah masuk

Pelepasan as.amino imun tidak ada

Page 19: Makalah Aids

Metabolisme protein peristaltik

BB < dari normal absorpsi air absorpsi nutrisi

RESIKO GANGGUAN diare

KEBUTUHAN NUTRISI GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN & ELEKTROLIT

G. ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Nama : Tn. A

Usia : 35 tahun

Jenis kelamin :Laki-laki

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 170 cm

Diagnosa medis : Acquired imuno deficiency sindrome (AIDS)

Keluhan utama : lemah, lemas tidak bergairah, diare selama 40 hari

Riwayat kesehatan : sering mendadak mengidap flu yang terasa seperti flu

berat sampai suatu ketika nyaris pingsan hanya karena flu.

Pemeriksaan lab : ELISA Western Blot (+)

Neutropenia

Anemia normositik normokrom

Limfosit CD4+ 180 sel/µL

Analisa data

Data menyimpang Etiologi Masalah keperawatan

DO: -

DS: klien mengaku diare

selama 40 hari

Infeksi bakter � Tidak ada

pertahanan tubuh �

peristaltic � � absorpsi air �

� Diare

Defisit volume cairan

berhubungan dengan diare.

DO: -

DS: -

Virus menempel pada CD4�

CD4� � kekebalan � �

Virus menginfeksi paru �

Resiko Bersihan jalan nafas

tak efektif

Page 20: Makalah Aids

eksudat

DO: -

DS: -

Mukosa teriritasi �

Pelepasan asam amino �

Hipermetabolisme protein

Resiko ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan

DO: -

DS: klien mengeluh lemah,

lemas tidak bergairah

Suplai oksigen � �

metabolisme sel � � ATP �

Kelelahan

DO: -

DS: -

HIV � dinyatakan + �

diketahui publik

Isolasi sosial

DO: -

DS: -

Infeksi bakter � Tidak ada

pertahanan tubuh

Resiko infeksi

DO: -

DS: -

Isolasi sosial � merasa

diasingkan

Gangguan harga diri

b. Diagnosa keperawatan

� Resiko Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan secret

paru

� Defisit volume cairan berhubungan dengan diare berhubungan dengan diare berat

yang ditandai klien mengaku diare selama 40 hari

� Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

hipermetabolisme protein

� Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energy

metabolisme

� Resiko infeksi

� Resiko Isolasi social berhubungan dengan perubahan status kesehatan

� Resiko Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan status keshatan

c. Intervensi

Diagnosa Rencana tindakan

tujuan Intervensi rasional

1. Resiko Bersihan

jalan nafas tak

1. jalan nafas bersih - Kaji status respiratorius,

mencakup frekuensi,

Memudahkan intervensi

Page 21: Makalah Aids

efektif irama, penggunaan otot-

otot aksesorius dan suara

pernapasan.

- Lakukan pengambilan

specimen sutum untuk

dianalisis.

- Terapi pulmoner

dilakukan sedikitnya

setiap dua jam sekali

- Berikan bantuan dalam

merubah posisi.

- Berikan kesempatan

istirahat yang cukup.

- Berikan oksigen yang

sudah dilembabkan untuk

tindakan pengisapan

lender (suctioning)

Memudahkan

pemeriksaan pasien

untuk mencegah stasis

sekresi dan

meningkatkan bersihan

jalan napas.

Memudahkan

pengeluaran sekret

Meningkatkan

pertahanan tubuh

untuk mempertahankan

ventilasi yang

memadai.

2. Defisit volume

cairan

berhubungan

dengan diare.

1. Mengganti

volume cairan

yang hilang

2. Menghentikan

diare

- Monitor vital sign.

- Monitor status nutrisi.

- Berikan cairan IV.

Memudahkan intervensi

mempertahankan cairan

intake dan output yang

adekuat.

Page 22: Makalah Aids

- Monitor pemasukan

cairan dan makanan dan

hitung intake kalori

cairan.

Mengontrol status

nutrisi

3. Resiko

Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

1. Mempertahank

an berat badan

- Kaji adanya alergi

makanan.

- Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan.

- Monitor jumlah nutrisi

dan kandungan kalori.

- Anjurkan pasien unutk

meningkatkan Fe, protein,

dan vitamin C.

- Monitor adanya

penurunan berat badan.

mengidentifikasi

defisiensi, memudahkan

intervensi.

membantu dalam

rencana diet untuk

memenuhi kebutuhan

individual

mengawasi masukkan

kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi

makanan

mengawasi penurunan

berat badan atau

efektivitas intervensi

nutrisi

mengawasi efektivitas

nutrisi

mempertahankan posisi

yang cukup

Page 23: Makalah Aids

- Monitor mual dan

muntah.

- Jadwalkan pengobatan

dan tindakan tidak selama

jam makan.

4. Intoleransi

aktivitas

1. mampu melakukan

aktivitas sesuai yang

diinginkan

- Pantau kemampuan pasien

untuk bergerak

(ambulasi), dan ADL

pasien.

- Susun rencana rutinitas

harian.

- Kolaborasi untuk

pengungkapan penyebab

mudah lelah.

Mengawasi identifikasi

dan mempermudah

intervensi

menjaga keseimbangan

antara aktivitas dan

istirahat yang mungkin

diperlukan.

menentukan strategi

menghadapinya.

5. Resiko infeksi 1. mencegah

terjadinya infeksi

- Kepada pasien dan orang

yang merawatnya diminta

untuk memantau tanda-

tanda infeksi ; seperti

gejala demam/panas,

menggigil, keringat

malam, batuk dengan atau

tanpa produksi sputum,

napas yang pendek,

Mengidentifikasi resiko

infeksi

Page 24: Makalah Aids

kesulitan bernapas, rasa

sakit pada mulut atau

kesulitan menelan,

bercak-bercak putih pada

rongga mulut, penurunan

berat badan,

pembengkakan kelenjar

limfe, mual, muntah, diare

persisten, sering

berkemih, sulit untuk

mulai dan nyeri saat

berkemih, sakit kepala,

perubahan visual dan

penurunan daya ingat,

kemerahan, pembngkakan

atau pengeluaran secret

pada kulit, lesi vaskuler

pada wajah, bibir atau

daerah perianal.

- Pantau hasil laboratorium

yang menunjukkan

infeksi.

- Penyuluhan pasien

mencakup strategi

pencegahan infeksi.

Memudahkan intervensi

Mencegah infeksi

secara mandiri

6. Resiko Isolasi

sosial

1. peningkatan rasa

percaya diri

- Lakukan penilaian tingkat

interaksi social pasien.

- Lakukan tindakan

Mengurangi perasaan

negative pasien

Membantu

Page 25: Makalah Aids

pengendalian infeksi

dirumah sakit atau

dirumah untuk

memberikan kontribusi

atas emosi pasien.

- Perawat harus memahami

dan menerima penderita

AIDS dan keluarga serta

pasangan seksualnya.

- Berikan informasi tentang

cara melindungi diri

sendiri dan orang lain

memantapkan

partisipasi pada

hubungan sosial

megurangi faktor-faktor

yang turut membuat

pasien meras terisolasi.

membantu pasien agar

tidak menghindar

kontak social.

7. Gangguan harga

diri

1. meningkatkan harga

diri klien

- Periksa keadaan status

mental pasien.

- Bantu pasien dan keluarga

untuk memahami dan

mengatasi semua

perubahan yang terjadi

dalam proses berpikir.

- penempatan lonceng dan

tombol pemanggil yang

mudah dijangkau.

Mengidentifikasi dan

memudahkan intervensi

Mengurangi perasaan

negative pasien

melindungi pasien dari

cedera,

Page 26: Makalah Aids

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium digunakan untuk menegakkan diagnosa infeksi HIV/AIDS

berdasarkan tes yang dapat mendeteksi adanya antigen dan antibody HIV. Ketika HIV

memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan membentuk antibody sebagai respon tubuh

terhadap infeksi. Sehingga apabila pada darah seseorang terdapat antibody HIV, maka

seseorang tersebut adalah terinfeksi. Kebanyakan orang membentuk antibody HIV antara

6-2 minggu dari waktu infeksi. Dan pada kasusu yang jarang dapat mencapai waktu 6

bulan. Melakukan tes HIV dalam waktu kurang dari 3 bulan sejak terinfeksi dapat

menghasilkan hasil yang meragukan karena pada waktu tersebut kemungkinan orang

yang terinfeksi belum membentuk antibody terhadap HIV. Waktu antara seseorang

terinfeksi dan pembentukan antibody HIV disebut window period. Pada masa ini tidak

ditemukan antibody HIV pada tubuh mereka. Tetapi pada window period dapat

menularkan virus HIV pada orang lain walaupun hasil tes HIV negative karena orang

tersebut memiliki HIV dengan level yang tinggi pada darah, cairan-cairan seksual

ataupun ASI. Di Amerika Serikat dilakukan kombinasi dua tes antibody HIV. Apabila

antibody HIV dideteksi pada tes awal (ELISA), lalu dilakukan tes kedua yaitu Western

Blot untuk mengukur antigen yang berikatan dengan antibody.

• Test ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

ELISA merupakan komponen integral dari laboratorium klinik. Tingkat sensitifitas

yang tinggi dan minimnya pengunaan radioisotop menyebabkan tes ini luas digunakan

untuk mendeteksi antigen dan antibody secara kualitatif dan kuantitatif. Jika

digunakan dengan baik, tes ini mempunyai sensitifitas > 98%. Dasar pemeriksaan ini

adalah mereaksikan antigen HIV dengan serum. Apabila di dalam serum terdapat

antibody HIV, akan terjadi ikatan antigen-antibody. Serum ditambahkan anti IgG yang

bertanda peroksidase. Terjadi ikatan antigen-antibody dengan anti IgG peroksidase.

Peroksidase yang terikat akan memecah substrat yang ditambah sehingga

menghasilkan perubahan warna yang akan dibaca dengan spektrofotometer. Njika

Page 27: Makalah Aids

terdeteksi antibody virus di dalam jumlah besar akan memperlihatkan warna yang

lebih tua.

Bila tes anibody berdasrkan ELISA digunakan untuk skrining populasi dengan

prevalensi infeksi HIV yang rendah(misalnya donor darah), hasil yang positif dalam

sampel serum harus dikonfirmasi dengan tes ulang. Hal ini untuk mencegah hasil

pemeriksaan yang positif palsu atau negative palsu. Oleh karena itu, pemeriksaan

ELISA diulang dua kali, dan jika menunjukkan hasil positif, dilakukan pemeriksaan

yang lebih spesifik untuk konfirmasi.

• Tes Western Blot

Tes Western Blot merupakan cara pemeriksaan yang lebih spesifik, dimana antibody

terhadap protein HIV dari berat molekul tertentu dapat terdeteksi. Tes ini

menggunakan kombinasi dari elektroforesis dan tes ELISA sehingga dapat

menentukan respon terhadap berbagi protein spesifik.

Cara pemeriksaan, HIV yang telah dimurnikan kemudian dielektroforesis dam gel

poliakrilamid. Hasil pemisahan berabagi antigen HIV dipindahkan ke kertas

nitoroselulosa yang kemudian dipotong menjadi potongan-potongan kecil dan

diinkubasi dengan serum yang diperiksa. Adanya antigen HIV akan menghasilkan

pita-pita pada berat molekul yang sesuai.

Tes Western Blot paling sering digunakan untuk konfirmasi dari tes skrining

serologic reaktif untuk antibody HIV. Tes ini dianggap positif untuk HIV-1 bila

mengandung pada pita-pita pada berta molekul yang sesuai untuk protein inti virus

(p24) atau glikoprotein selubung gp41, gp120 atau gp160. kemampuan untuk

mengenali reaktifitas spesifik terhadap protein tertentu menyebabkan tes ini

mempunyai tingkat spesifitas yang tinggi.

• PCR (Polymerase Chain Reaction)

Tes ini digunakan untuk mendeteksi materi genetic virus pada darah. Pemeriksaan ini

sangat akurat dan dapat mendeteksi infeksi virus HIV secara dini. Tes PCR dapat

mendeteksi virus 14 hari setelah infeksi.

Dalam penelitian infeksi HIV digunakan 2 bentuk PCR, yaitu PCR DNA dan PCR

RNA. PCR RNA telah digunakan, terutama untuk memantau perubahan kadar genom

Page 28: Makalah Aids

HIV yang terdapat dalam plasma. Pengujian PCR ini menggunakan metode enzimatik

untuk mengaplifikasi RNA HIV sehingga dengan cara hibridisasi dapat dideteksi. Tes

berbasis molekuler ini merupakan cara yang sangat sensitif.

Pengujian PCR DNA dikerjakan dengan mengadakan campuran reaksi dalam tabung

mikro yang kemudian diletakkan pada blok pemanas yang telah deprogram pada seri

temperature yang diinginkan. Pada dasarnya target DNA diekstraksi dari spesimen dan

secara spesifik membelah dalam tabung sampai diperoleh jumlah yang cukup yang

akan digunakan untuk deteksi hibridisasi.

Diagnosis awal infeksi HIV pada bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV sulit

dilakukan karena adanya antibody maternal membuat tes-tes serologik tidak bersifat

informatif. Pengujian PCR dapat memperkuat adanya genom HIV dalam serum atau

sel sehingga bermanfaat dalam diagnosis. Uji ini mempunyai sensitifitas 93,2% dan

spesifitas 94,9%.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV sertamalignasi, penghentian

replikasi virus lewat preparat antivirus dan penguatan serta pemulihansystem

immune melalui penggunaan preparat immunomodulator. Misalnya :

a. Untuk infeksi umum biasanya digunakan trimetopirin-sulfametoksasol (preparat

antibakteri) untuk mengatasi berbagai organism yang menyebabkan infeksi

b. Untuk diare digunakan terapi oktreotid asetat yaitu analog sintetik

somastostatin.

c. Penggunaan pentamidin suatu obat anti protozoa untuk melawan PCP.

Kombinasi trimetoprin oral dan dapson terbukti juga sangat afektif untuk PCP

yang ringan hingga sedang.

d. Refabutin ternyata efektif untuk mencegah MAC(mycobacterium Avium

Complex) pada penderita infeksi HIV dengan jumlah sel CD4+ sebesar 200

sel/mL atau kurang.

e. Terapi primer yang mutakhir untuk meningitis triptokokus adalam amfoterisin

B IV dengan atau tanpa flusitosin .

Page 29: Makalah Aids

f. Penggunaan gansiklovir untuk mengobati retinitis CMV (cytomegalovirus).

Tapi karena gansiklofir tidak mematikan virus hanya mengendalikan

pertumbuhannya, maka obat ini harus diberikan sepanjang sisa usia pasien.

Selain itu ada juga yang menggunakan foskarnet, sebuah preparat yang bisa

digunakan untuk mengobat CMV. Ini digunakan dengan cara disuntikkan

intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3 minggu. Reaksi merugikan yang

biasanya timbul akibat penggunaan foskarnet adalah agagl ginjal, dan gangguan

keseimbangan elektrolit.

g. Asiklofir dan foskarnat kini juga digunakan untuk mengobati ensefalitis yang

disebabkan oleh herpes simplek atau herpes zoster.

h. Pirimetamin dan sulfadiazine atau klindamisin digunakan untuk pengobatan

maupun terapi supresif seumur hidup bagi infeksi toxoplasmosis gondii.

2. Penatalaksanaan diare kronik

Terapi dengan oktreotid asetat (sandostatin) yaitu suatu analog sintetik

somastostatin ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik.

Konsentrasi receptor somastostatin yang tinggi ditemukan dalam trakstus

gastrointestinal maupun jaringan lainnya. Somastatin akan menghambat banyak

fungsi fisiologi yang mencakup motilitas gastrointestinal dan sekresi intestinal air

serta elektrolit.

3. Penatalaksanaan syndrome Pelisutan

Mencakup penanganan penyebab yang mendasari infeksi opurtunis sistemik

maupun gastrointestinal. Malnutrisi sendiri akan memperbesar risiko infesi dan

dapat pula meningkatkan insiden infeksi opurtunis. Terapi nutrisi harus disatukan

dalam keseluruhan rencana penatalaksanaan dan harus disesuaikan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi pasien. Terapi utrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral dan

pemberian makanan lewat sonde hingga dukungan nutrisi parental ila diperlukan.

Jumlah kalori yang butuhkan harus dihitung bagi semua penderita AIDS yang

mengalami penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya. Pnghitungan ini

dilakukan untuk mengevaluasi status nutrisi pasien dan memulai terapi nutrisi yang

tepat.

Page 30: Makalah Aids

Advera merupakan suplemen nutrisi yang dibuat khusus untuk penderita infeksi

HIV dan penyakit AIDS. Megastrol asetat (Megace) yaitu suatu preparat sintetik

progesterone oral yang digunakan untuk pengobatan payudara akan menggalakkan

kenaikan berat badan yang signifikan dan mnghambat sintesis sitokin IL-1.

J. OBAT-OBATAN

Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah dengan pengobatan ARV

(antiretroviral) dan obat-obat baru lainnya masih dalam tahap penelitian.

Jenis obat-obat antiretroviral :

• Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus pada sel host) dan fusion

inhibitors (mencegah fusi membran luar virus dengan membran sel hos). Obat ini

adalah obat baru yang sedang diteliti pada manusia.

• Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah salinan RNA virus ke dalam

DNA sel hos. Beberapa obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah golongan

Nukes dan Non-Nukes.

• Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim integrase yang berfungsi

menyambung potongan-potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian obat ini

pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).

• Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim protease yang berfungsi memotong

DNA menjadi potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini sekarang telah

beredar di pasaran (Saquinavir, Ritonavir, Lopinavir, dll.).

• Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh melalui kurir (messenger) kimia,

termasuk interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini masih dalam penelitian

tahap lanjut pada manusia.

• Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode genetik HIV yang mengikat

pada virus untuk mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih dalam percobaan.

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi

DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu

pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang

membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

Page 31: Makalah Aids

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA

virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses

pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses

pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus

yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat

enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di

dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan

virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses

pembentukan virus baru secara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan

penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk

protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus

yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak

aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada

tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein

pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan

menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks

virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.

K. PENULARAN

HIV dapat menular melalui :

1. Hubungan seks yang tidak terlindung baik melalui vagina, anal maupun oral dengan

pasangan yang mengidap HIV/AIDS.

2. Tranfusi darah yang mengandung HIV/AIDS

3. Jarum suntik, alat tusuk lainnya (akupunktur, tindik, tatto), pisau cukur, sikat gigi

bekas dipakai orang yang mengidap HIV/AIDS

4. Pemindahan virus dari ibu hamil pengidap HIV/AIDS kepada janin dan ASI

HIV tidak menular dengan :

1. Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, asal tidak berhubungan seksual

Page 32: Makalah Aids

2. Jabat tangan, mengobrol, memeluk, berciuman pipi, bersonggolan badan dengan

penderita HIV/AIDS

3. Penderita HIV/AIDS bersin, batuk, berkeringat, mengeluarkan air mata

4. Digigit serangga, nyamuk dan binatang peliharaan

5. Berenang bersama-sama di kolam renang

6. Menggunakan toilet bersama-sama

7. Makan dan minum bersama

L. PENCEGAHAN

Tindakan-tindakan untuk mencegah penularan HIV AIDS jika anda belum terinfeksi HIV

AIDS.

• Pahami HIV AIDS dan ajarkan pada orang lain. Memahami HIV AIDS dan

bagaimana virus ini ditularkan merupakan dasar untuk melakukan tindakan

pencegahan, sebarkan pengetahuan in ke orang lain seperti keluarga, sahabat dan

kerabat.

• Ketahui status HIV AIDS patner seks anda. Berhubungan seks dengan sembarang

orang menjadikan pelaku seks bebas ini sangat riskan terinfeksi HIV, oleh karena itu

mengetahui status HIV AIDS patner seks sangatlah penting.

• Gunakan jarum suntik yang baru dan steril. Penyebaran paling cepat HIV AIDS

adalah melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian dengan orang yang

memiliki status HIV positif, penularan melalui jarum suntik sering terjadi pada IDU (

injection drug user).

• Gunakan Kondom Berkualitas. Selain membuat ejakulasi lebih lambat, penggunaan

kondom saat berhubungan seks *ya iyalah, masak pas makan pake kondom?* cukup

efektif mencegah penularan HIV AIDS melalui seks.

• Lakukan sirkumsisi / khitan. Banyak penelitian pada tahun 2006 oleh National

Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa pria yang melakukan khitan memiliki

resiko 53 % lebih kecil daripada mereka yang tidak melakukan sirkumsisi.

• Lakukan tes HIV secara berkala. Jika anda tergolong orang dengan resiko tinggi,

sebaiknya melakukan tes HIV secara teratur, minimal 1 tahun sekali.

Pencegahan bagi penderita yang sudah terkena infeksi :

Page 33: Makalah Aids

• Beritahu partner seks bahwa anda telah positif HIV AIDS. Pemahaman patner seks

terhadap status HIV sangatlah penting untuk antisipasi paska seks agar tidak menular

ke yang lain.

• Jika anda hamil, segera konsultasikan dengan tim medis terdekat agar mendapat

penanganan khusus.

• Hindari donor darah dan donor organ.

• Jangan biarkan orang lain memakai sikat gigi dan barang-barang pribadi lainnya,

meskipun kemungkinan tertular melalui barang-barang pribadi ini sangat kecil, tapi

tetap saja masih ada kemungkinan.

• Beritahukan status HIV AIDS anda kepada orang yang terpercaya. Selain untuk

melindungi orang lain, hal ini juga untuk memastikan bahwa anda mendapat

perawatan dari orang tersebut.

M. STADIUM AIDS

1. Stadium Pertama : HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV kedalam tubuh dan diikuti terjadinya

perubahan serologik ketika antibodi terhadap virus berubah dari negatif menjadi

positif. Rentang waktu dari masuknya HIV hingga tes antibodi positif disebut

Window Period, lamanya 1 ? 6 bulan. Pada stadium ini sudah dapat menularkan

bahkan sangat menular.

2. Stadium Dua : Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak

menunjukkan gejala sakit. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5 ? 10 tahun. Fase

ini juga menular walau penderita tampak sehat-sehat saja.

3. Stadium Tiga : Pembesaran kelenjar limfe

Fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak

hanya muncul pada satu tempat dan berlangsung lebih dari satu bulan.

4. Stadium Empat : AIDS

Keadaan ini disertai dengan adanya bermacam-macam penyakit antara lain penyakit

konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.

Page 34: Makalah Aids

N. UNIVERSAL PRECAUTION

1. Cuci tangan selama 10 menit dengan sabun dengan air yang mengalir dan

menggosokkannya sebelum menyentuh pasien serta saat kedua tangan kotor

2. Mengenakan sarung tangan berseih sebelum menyentuh membrane mukosa atau kulit

yang tidak utuh.

3. Kenekan gaun atau apron plastic ketika terdapat kemungkinan pakaian atau kulit

menjadi kotor

4. Kenakan masker ketika bekerja langsung pada kulit dengan bagian terbuka yang luas

atau ketika terdapat kemungkinan terkenanya membrane mukosa nasal dengan

substansi tubuh yang basah.

5. Buang jarum suntik bekas pakai, jangan memasang kembali tutup jarum bekas

dengan tangan, berhati-hati ketika memanipulasi alat-alat kecil seperti heparin lock.

6. Tempatkan semua sampah dan kain kotor dalam kantong yang tertutup ketat, kenakan

sarung tangan dan pakaian pelindung ketika menangani sampah .

O. KOMUNITAS dan PSIKOSOSIAL

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang

merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan

bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan,

meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik,

rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada

individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat

secara keseluruhan.

Paradigma Keperawatan Komunitas

Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu manusia,

keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai sasaran

praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.

1. Individu Sebagai Klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,

psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada

dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi, sosial,

Page 35: Makalah Aids

psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan

pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus

menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara

bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan

aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu

fokus pelayanan keperawatan yaitu :

a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki

ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam kelompoknya sendiri.

c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang diderita

salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga

tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien

Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat istiadat,

norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat mengikat

semua warga. Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan

sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah

proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.

Menurut Hendrik L. Bulum ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu

lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Lingkungan terdiri dari

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang

berkaitan dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan.

Contoh di suatu daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air

bersih. Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang

dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut saling

Page 36: Makalah Aids

berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam menentukan derajat

kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Fokus Keperawatan Komunitas

1. Aspek interpersonal: hubungan didalam keluarga. Pada kasus ini contohnya, dimana

keluarga pasien harus memberi perhatian yang lebih untuk si pasien, jangan

menjauhinya. Perawat menjelaskan pada keluarga, meskipun penyakit ini menular,

tapi si pasien harus diberikan perhatian.

2. Aspek social: hubungan keluarga dengan masyarakat sekitarnya. Teman-temannya

jangan menjauhi. Jangan membatasi pergaulan, tapi harus menjaga sikapnya.

3. Aspek procedural: melatih keterampilan dasar keluarga sehingga mampu mengatasi

perubahan yang terjadi. Misalnya menjaga asupan gizinya, memberikan pemahaman

kepada keluarga tentang flu babi dengan tapat.

4. Aspek teknis: melatih keluarga teknik teknik dasar yang mampu dilakukan keluarga

dirumah Mengajarkan batuk efektif. Pemberian obat yang teratur, jangan sampai lupa,

pengompresan saat panas. Menyediakan kamar yg dapat dimasuki cahaya.

Konsep pencegahan penyakit pada keperawatan komunitas :

1. Primer: healthy promotion dan spesifik protection

Healthy promotion: promosi kesehatan dengan melakukan penyuluhan

Spesfik protection: melakukan Vaksin

2. Sekunder: early diagnosis trethment dan disability

Early diagnosis trethment: diagnosis lebih awal dan penangan yang tepat.

Disability: mengurangi ketidakmampuan pasien.

3. Tersier: rehabilitasi pasien yang sudah sembuh.

Dalam segi aspek komunitas, pencegahan bisa dimulai dengan memberikan

Pendidikan Kesehatan dimulai sejak dini, bisa melalui keluarga, lembaga formal

seperti sekolah, dan masyarakat.

Sedangkan dalam aspek psikososial, dalam melakukan tes HIV harus bersifat:

1. Sukarela, artinya bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah

berdasarkan atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain. Ini

juga berarti bahwa dirina setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang

Page 37: Makalah Aids

tercakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes itu, serta apa saja

implikasi dari hasil positif ataupun negatif.

2. Rahasia, artinya apapun hasil tes ini nantinya (baik positif ataupun negatif) hasilnya

hanya boleh diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan. tidak boleh

diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua, pasangan, atasan atau siapapun.

Mengingat begitu pentingnya untuk memperhatikan Hak Asasi Manusiadi dalam

masalah tes HIV ini, maka untuk orang yang akan melakukan tes harus disediakan

jasa konseling, yaitu:

1. Konseling Pre-test:

Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani tes itu

diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk mengetahui rsiko dari

perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya bersikap setelah mengetahui hasil

tes. Konseling pre-test juga bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan

untuk melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila nanti hasilnya

positif.

2. Konseling Post-test:

Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya positif

ataupun negatif. Konseling ini sangat penting untuk membantu mereka yang hasilnya

HIV positif agar dapat mengetahui cara menghindari penularan pada orang lain, serta

untuk bisa mengatasi dan menjalani hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya

HIV negative, konseling post-test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara

mencegah infeksi HIV di masa datang.

Perlu diperhatikan bahwa proses konseling, testing dan hasil tes harus dirahasiakan.

P. ASPEK LEGAL ETIS

Konsep legal dan Hukum dalam Asuhan Keperawatan Pasien HIV/AIDS

Prinsip etik yang harus dipegang oleh seseorang, masyarakat, nasional, dan internasional

dalam menghadapi HIV/AIDS

1. Empati

Page 38: Makalah Aids

Ikut merasakan penderitaan sesama termasuk ODHA dengan penuh simpati, kasih

sayang dan keadilan saling menolong

2. Solidaritas

Secara bersama-sama membantu meringankan dan melawan ketidakadilan yang

diakibatkan oleh HIV/AIDS

3. Tanggung jawab

Bertanggung jawab mencegah penyebaran dan memberikan perawatan pada ODHA

(Depkes RI, 2003)

Isu Etik dan Hukum pada Konseling Pre-Post Tes HIV

Konseling Pre-Post Tes HIV

Konseling adalah proses pertolongan di mana seseorang dengan tulus ikhlas dan tujuan

yang jelas memberikan waktu, perhatian dan keahliannya untuk membantu klien

mempelajari dirinya, mengenali, dan melakukan pemecahan masalah terhadap

keterbatasan yang diberikan lingkungan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau

konseling dan tes sukarela merupakan kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan

rahasia, yang dilakukan sebelum atau sesudah tes darah di laboratorium. Tes HIV

dilakukan setelah klien terlebih dahulu memahami dan menandatangani informed

consent yaitu surat persetujuan setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan benar.

Pelayanan VCT harus dilakukan oleh petugas yang sangat terlatih dan memiliki

keterampilan konseling dan pemahaman akan HIV/AIDS. Konseling dilakukan oleh

konselor terlatih dengan modul VCT. Mereka dapat berprofesi perawat, pekerja sosial,

dokter, psikolog, psikiater, atau profesi lain.

Informed consent untuk Tes HIV/AIDS

Tes HIV adalah tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah

positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di

dalam sampel darahnya.

Page 39: Makalah Aids

Hal ini perlu dilakukan setidaknya agar seseorang bisa mengetahui secara pasti status

kesehatan dirinya, terutama menyangkut risiko dari perilakunya selama ini

Tes HIV harus bersifat :

1. Sukarela : Bahwa seseorang yang akan melakukan tes HIV haruslah berdasarkan

atas kesadarannya sendiri, bukan atas paksaan/tekanan orang lain ini juga berarti

bahwa dirinya setuju untuk di tes setelah mengetahui hal-hal apa saja yang

mencakup dalam tes itu, apa keuntungan dan kerugian dari tes HIV, serta apa saja

implikasi dari hasil positif ataupun negatif tersebut.

2. Rahasia : Apapun hasil Tes ini (baik positif maupun negatif ) hasilnya hanya boleh

diberitahu langsung kepada orang yang bersangkutan

3. Tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, baik orang tua/pasangan, atasan atau

siapapun

Aspek Etik dan Legal Tes HIV

Informed consent adalah peresetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar

penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut

(Permenkes, 1989)

Dasar dari informed consent yaitu :

a. Asas menghormati otonomi pasien setelah mendapatkan informasi yang memadai

pasien bebas dan berhak memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya

b. Kepmenkes 1239/Menkes/SK/XI/2001 pasal 16 : Dalam melaksanakan

kewenangannya perawat wajib menyampaikan informasi dan meminta persetujuan

tindakan yang akan dilakukan

c. PP No.32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 22 ayat 1 : Bagi tenaga

kesehatan dalam menjalankan tugas wajib memberikan informasi dan meminta

persetujuan

d. UU No. 23 Tahun 1992 tentang tenaga kesehatan pasal 15 ayat 2 : Tindakan medis

tertentu hanya bisa dilakukan dengan persetujuan yang bersangkutan atau keluarga

Semua tes HIV harus mendapat informed consent dari klien setelah klien diberikan

informasi yang cukup tentang tes, tujuan tes, implikasi hasil tes positif atau negatif yang

Page 40: Makalah Aids

berupa konseling prates. Dalam menjalankan fungsi perawat sebagai advokat bagi klien,

sedangkan tugas perawat dalam in formed consent telah meliputi tiga aspek penting

yaitu :

a. Persetujuan harus diberikan secara sukarela

b. Persetujuan harus diebrikan oleh individu yang mempunyai kapasitas dan

kemampuan untuk memahami

c. Persetujuan harus diberikan setelah diberikan informasi yang cukup sebagai

pertimbangan untuk membuat keputusan

Persetujuan pada tes HIV harus bersifat jelas dan khusus, maksudnya, persetujuan

diberikan terpisah dari persetujuan tindakan medis atau tindakan perawatan lain (Kelly

1997 dalam Chitty 1993). Persetujuan juga sebaiknya dalam bentuk tertulis, karena

persetujuan secara verbal memungkinkan pasien untuk menyangkal persetujuan yang

telah diberikannya di kemudian hari. Depkes Afrika pada Bulan Desember 1999

mengeluarkan kebijakan tentang perkecualian di mana informed consent untuk tes HIV

tidak diperlukan, yaitu untuk skrining HIV pada darah pendonor dimana darah ini tanpa

nama. Selain itu informed consent juga tidak diperlukan pada pemeriksaan tes inisial

(Rapid Test) pada kasus bila ada tenaga kesehatan yang terpapar darah klien yang di

curigai terinfeksi HIV, sementara klien menolak dilakukan tes HIV dan terdapat sampel

darah.

Page 41: Makalah Aids

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala

penyakit yang menunjukkan kelemahan dan kerusakan system pertahanan tubuh

seseorang yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency Virus). HIV

menyebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri, dan jamur

secara efektif yang menyebabkan timbulnya penyakit. Hal ini menyebabkan tubuh rentan

terhadap berbagai jensi tumor dan infeksi opurtunistik yang secara normal dapat dilawan

oleh tubuh. Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Michael Gottlieb pertengahan

tahun 1981 pada penderita pria homoseksual dan pecandu narkotik suntik di Los Angles,

Amerika Serikat. Sejak penemuan ini, dalam beberapa tahun dilaporkan lagi sejumlah

penderita dengan syndrom yang sama dari 46 negara bagian Amerika Serikat lainnya.

Penyebaran AIDS terjadi secara cepat ke berbagai benua. Dampak yang terlihat

pada penderita beserta keluarganya, serta belum diketahuinya cara penanganan dan

pengobatannya menyebabkan keresahan psikosial yang sangat besar di kalangan

masyarakat

4.2 SARAN

Karena HIV merupakan penyakit yang tejadi secara cepat dalam penularannya,

maka harus dilakukan berbagai macam pencegahan, diantaranya :

• Tidak berganti-ganti pasangan seksual

• Pencegahan kontak darah, misalnya pencegahan terhadap penggunaan jarum suntik

yang diulang

• Dengan formula A-B-C :

o ABSTINENSIA artinya tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah

o BE FAITHFUL artinya jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan

pasangannya saja

o CONDOM artinya pencegahan dengan menggunakan kondom.

Page 42: Makalah Aids

DAFTAR PUSTAKA

Brunner&suddart.2005.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta;EGC

Nursalam, M.Nurs (Hons) dan Ninuk Dian kurniawati, S.Kep.Ns. 2008. Asuhan

Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba medika

Smeltzer,Suzanne C.2001.Keperawatan Medikal Bedah Ed.8.Jakarta;EGC

http://pemudaindonesiabaru.blogspot.com

http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/berita/adakah_obat_untuk_hivaids_saat_ini/

http://www.dinkes-diy.org

http://www.lusa.web.id/penyakit-imunologi-hiv-aids/