Makalah Agama Hari Suci

27
MAKALAH HARI-HARI SUCI AGAMA HINDU DISUSUN OLEH: NI NYOMAN TRISKA SATYARINI X SOS 2

description

Makalah Agama Hari Suci

Transcript of Makalah Agama Hari Suci

MAKALAH

HARI-HARI SUCI AGAMA HINDU

DISUSUN OLEH:

NI NYOMAN TRISKA SATYARINI

X SOS 2

SMA NEGERI 5 MATARAM

JL. UDAYANA NO.2A MATARAM

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan Puji Syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang

Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara NugrahanNya lah makalah yang berjudul “Hari-

Hari Suci Agama Hindu “ ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa isi makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermamfaat dan berguna untuk para pembaca.

Om Santih, Santih, Santih Om

Mataram, 27 November 2013

Ni Nyoman Triska Satyarini

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….i

Daftar isi………………………………………………………………ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar belakang……………………………………………………

1.2 Rumusan masalah…………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hari suci berdasarkan sasih…………………………………………..

2.2 Hari suci berdasarkan wuku………………………………………….

Kesimpulan…………………………………………………………..

Daftar pustaka………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hari besar keagamaan diperingati berdasarkan pergerakan bumi/bulan/matahari maupun adanya

peristiwa yang dipercaya memiliki nilai spiritual/kesakralan tertentu untuk meningkatkan kualitas prilaku

sehari-hari. Memaknai hari raya keagamaan kita berusaha menekan angka-angka negatif dalam

kehidupan sehari-hari.

Umat Hindu memiliki hari-hari suci yang berdasarkan sasih dan pawukon.

1.2 Rumusan masalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HARI SUCI YANG DIRAYAKAN BERDASARKAN PERHITUNGAN

SASIH

1. Purnama, Bulan dalam keadaan penuh terlihat dari bumi (nemu gelap). Berkaitan dengan

purnama yang dianggap baik adalah Tigolas (penanggal ketiga belas), Purwani

(penanggal keempat belas). Purnama adalah penanggal kelima belas.

2. Tilem, bulan mati, dimana bulan pada puncaknya tidak terlihat. Tilem adalah pengelong

ping lima belas. Purnama ke purnama memakan waktu 30 hari (atau sebaliknya ).

Purnama ketilem memakan waktu 15 hari (atau sebaliknya ).

3. Purwaning tilem kepitu yaitu hari Siwa Ratri.

Siwa ratri ,berasal dari kata Siwa dan Ratri . Siwa adalah Sang Hyang Siwa ,

sedangkan Ratri berarti malam . Jadi Siwa ratri adalah malam Siwa karena pada saat ini

Dewa Siwa beryoga . Siwa ratri dilaksanakan setiap Purwaning Tilem Sasih Kapitu

( sehari sebelum tilem sasih kapitu / Palguna ). Diceritakan ada seorang pemburu yang

bernama lubdaka yang tinggal disebuah desa terpencil . setiap hari pekerjaannya berburu

binatang. Setiap hari pula ia melakukan Himsa Karma ( Menyakiti dan membunuh

binatang ). Pada suatu hari ia melakukuan perburuan ke tengah hutan,namun ia tak

mendapatkan seekor binatang. Lubdaka tidak putus asa dan terus menyelundup ke tengah

hutan hingga sore hari. Karena hari semakin gelap ia memutuskan untuk menginap di

hutan tersebut.  Agar tidak dimakan atau diganggu binatang buas ia naik keatas pohon

BILA yang kebetulan tumbuh dipinggir kolam yang dahannya menjulur di atas kolam

tersebut. Untuk mengghilangkan rasa kantuk ia memetik satu persatu daun pohon itu dan

dijatuhkan ke dalam kolam ( 108 daun ). Tanpa disadari munjulah sebuah lingga di

tengah kolam tersebut sebagai tempat berstananya Dewa Siwa melaksanakan

tapa,brata,  yoga, semedhi.

Perbuatan Lubdaka telah diketahui oleh Dewa Siwa. Karena ia telah mengikuti

tapa, yoga, semadhinya Dewa Siwa., maka Dewa Siwa menghadihainya pengampunan

dosa,kelak jika ia meninggal rohnya akan diterima di alam Siwa ( Siwa Loka ).

 Keesokan harinya ia pulang kerumah tanpa membawa hewan buronan satu pun

dan apa yan dialaminya di hutan ia ceritakan kepada istri dan sanak keluarganya. Hari

berganti hari, tahun berganti tahun terlewati akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal dunia.

Rohnya Lubdaka kemudian disambut oleh Cikra Bala Dewa Yamadipati, untuk disiksa di

neraka sesuai dengan perbuuatanya setiap hari membunuh hewan dan penuh dosa. Tak

lama kemudian datanglah prajurit Dewa Siwa untuk menjemput rohnya Lubdaka untuk

diantar menghadap dewa Siwa di Siwa Loka. Maka terjadilah perdebatan antara Cikra

Bala Dewa Yamadipati dengan prajurit Dewa Siwa. Akhirnya setelah dijelaskan oleh

Dewa Siwa karma baiknya Lubdaka pada waktu Siwa Ratri melaksanakan tapa, brata,

yoga, semadhi maka Cikra Bala Dewa Yamadipati mengalah, kemudian rohnya diantar

ke Siwa Loka ( sorga ) oleh prajurit dewa Siwa. Demikianlah riwayat Lubdaka walaupun

sering berbuat dosa, namun kalau tekun melakukan tapa, yoga, brata dan semadhi

terutama pada saat Siwa Ratri maka dosa-dosanya dapat dilebur oleh Dewa Siwa.

4. Tilem Sasih Kesange yaitu pelaksanaan tawur agung dalam rangka menyambut hari raya

Nyepi.

5. Penanggal satu sasih kedase adalah pelaksanaan Hari raya Nyepi

Hari raya Nyepi adalah hari raya untuk menyambut tahun baru Saka.

Rangkaian upacara untuk  Hari Raya Nyepi :

a.      Panglong 13 Sasih Kasanga

Umat Hindu melaksanakan upaangcara Melasti / Mekiis ke sumber mata air (laut), yang

bertujuan untuk “ ngayudang malaning gumi, angamet tirtha amertha “ . artinya menghayutkan

segala kotoran buana agung dan buana alit kemudia memohon tirtha amertha ( tirtha kehidupan )

b.      Tilem Sasih Kasanga

Melaksanakan Budha yadnya mulai dari tingkat keluarga sampai tingkat propinsi. Setelah

melaksanakan upacara tersebut sore harinya ( sandhikala ) diadakan upacara ngerupuk dan

mengarak ogoh-ogoh sebagai simbois wujud Bhuta Yadnya. Mengarak ogoh-ogoh bertujuan

untuk nyomnya Bhuta Kala agar sifat-sifatny yang negatif berubah menjadi dewa agar membantu

menylamatkanumat manusia.

c.       Tanggal Apisan ( tanggal satu ) sasih kadasa

Adalah tahun baru Saka ( hari suci nyepi ). Umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian

yaitu :

1.      Amati Geni artinya tiidak menyalakan api

2.      Amati Karya artinya tidak bekerja

3.      Amati Lelungan artinya tidak berpergian

4.      Amati Lelanguan artinya tidak mengumbar nafsu ( tidak mendengarkan radio, tape,TV,dan

kegiatan yang menyenangkan lainnya )

d.      Ngembak Geni

Sehari setelah hari suci Nyepi,umat Hindu saling kunjung-mengunjungi sanak keluarga

e.      Dharma Santi

Setelah hari ngembak geni. Mengenai pelaksanaan Dharma Santi ini disesuaikan dengan

kemempuan dan desa,kala,patra( tempat,waktu dan keadaan )

Disamping itu penentuan hari berdasarkan sasih/masa dapat dibedakan atas dua bagiaan

yaitu:

a. Lahru sasih/ masa adalah musim kemarau/panas.

b. Rengreng masa/sasih adalah musim penghujan.

Sasih/masa perbandingannya dengan bulan masehi sebagai berikut:

1. Sasih Sarwanja atau Sasih Kasa – Bulan Juli.

2. Sasih Badrawada atau Sasih Karo – Bulan agustus.

3. Sasih Asuji Atau Sasih Ketiga – Bulan September.

4. Sasih Kartika atau Sasih Kapat – Bulan Oktober.

5. Sasih Margasira atau Sasih Kelima – Bulan Nopember.

6. Sasih Posya atau Sash Kenem – Bulan Desember.

7. Sasih Magha atau sasih kepitu – Bulan Januari.

8. Sasih Phalguna atau Sasih Kawulu – Bulan Februari.

9. Sasih Caitra atau Sasih Kesange – Bulan Maret.

10. Sasih Waisaka atau Sasih Kedasa – Bulan April.

11. Sasih Jyesta atau Sasih Desta – Bulan Mei.

12. Sasih Ashada atau Sasih Sada – Bulan Juni.

Pengaruh peredaran atau perputaran alam terhadap kehidupan di alam tercermin pada

baik buruknya hari seperti tersebut diatas.

- Lahru masa adalah musim panas atau kemarauyaitu berlangsung antara sasih waisaka,

sasih kedasa sampai sasih ketiga (sekitar bulan april sampai bulan september).

- Rengreng masa adalah musim hujan yang berlangsung antara sasih kapat sampai sasih

kesanga (sekitar bulan Oktober sampai bulan Maret).

Sasih masa yang ditetapkan sebagai hari suci / hari besar agama Hindu serta makna yang

terkandung didalamnya yaitu:

a. Sasih kedasa ditetapkan sebagai awal tahun baru caka, tepatnya penanggal satu yang

disebut hari Nyepi(Hari raya Hindu yang diakui oleh pemerintah menjadi Hari libur

Nasional).Satu hari sebelum nyepi yakni pada Tilem Sasih Kesanga dilaksanakan Tawur

kesanga ditiap perempatandesa. Sasih kesanga merupakan sasih puncak dan sasih

penutup tahun caka.

b. Sasih kapat diyakini sebagai sasih/bulan yang penuh berkah (sasih mule dayuh)yang

ditandai dengan mulai turunnya hujan, tanaman mulai subur, tanaman

berbunga/berbuah(musim semi). Pada Purnama Kapat sering dipakai sebagai hari

suci/penting untuk upacara yadnya dan melakukan punia.

c. Sasih kapitu tepatnya pada pangelong keempat belas (Catur Dasi/Kresne Paksa) atau

purwaning Tilem Kapitu yang dirayakan sebagai hari Payogan Sanghayang Siwa. Pada

pustaka Siwaratri Kalpa dikisahkan perjalanan Lubdaka samapai menembus Siwaloka.

Sasih Kapitu merupakan dimana pada malamnya gelap dan puncaknya pada

pangelong keempat belas, hal ini disimbulkan sebagai tujuh kegelapan yang menyelimuti

jiwa manusia . Barang siapa yang berasil mengatasi kegelapan/ kebodohan, pejalanannya

pasti akan sukses dalam mengarungi kehidupan.

Sasih / bulan yang baik dipakai sebagai dewasa ayu melaksanakan yadnya antara lain :

a. Sasih Kedasa : Dewa Yadnya, Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.

b. Sasih Kapat : Dewa Yadnya, Manusa Yadnya dan Rsi Yadnya.

c. Sasih Kenem, Sasih Kapitu, Sasih Kesanga : Bhuta Yadnya.

2.2 HARI SUCI YANG DIRAYAKAN BERDASARKAN PEHITUNGAN

WUKU

1. Hari Soma Pon, Wuku Sinta disebut Hari Soma Ribek

Hari ini merupakan Payogan Bhatara Sri. Pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara Sri

sebagai sakti dari Bhatara Wisnu. Tujuanya adalah memohon panugrahan berupa

kemakmuran. Pada hari ini umat Hindu sebaiknya pendalaman tentang ajaran-ajaran

kerohanian.

2. Hari Anggara Wage, Wuku Sinta disebut Hari Sabuh Mas

Hari suci ini adalah merupakan hari suci pemujaan ditujukan kehadapan Bhatara

Mahadewa dengan menggunakan sedana berupa emas, manik-manik ataupun kekayaan.

Maknanya adalah agar setiap umat senantiasa menampilkan prilaku dan kepribadian baik

setiap hari.

3. Hari Budha Kliwon Wuku Sinta disebut Pagerwesi.

Hari ini merupakan payogan Bhatara Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang

Pramesti Guru. Beliau disertai oleh Dewa yang lainya, menciptakan dan mengembangkan

kelestarian kehidupan didunia ini. Para umat hendaknya melakukan pemujaan kehadapan

Sang Hyang Pramesti Guru, memohon pelestarian kehidupan yang abadi. Pemujaan

dituntun oleh Sulinggih atau Pendeta, setelah mengadakan pemujaan umat hendaknya

melaksanakan yoga samadhi.

4. Hari Saniscara Kliwon Wuku Landep, disebut Tumpek Landep.

Hari ini adalah merupakan hari pujawali Bhatara Siwa, dan payogan Ida Sang Hyang

Pasupati, umat Hindu hendaknya melakukan pemujaan kehadapan Beliau agar berkenan

menganugrahkan ketajaman pikiran serta ketangguhan dalam menghadapi perjuangan

hidup ini.

5. Hari Redite Umanis Wuku Ukir.

Hari ini merupakan Pujawali Bhatara Guru. Umat sedharma hendaknya melakukan

persembahyangan memuja Ida Bhatara Guru, memohon bimbingan agar dianugrahi

pencerahan rohani sehingga kehidupan ini tentram.

6. Hari Anggara Kliwon Wuku Kulantri, disebut Anggara Kasih.

Hari ini merupakan Pujawali Bhatara Mahadewa. Umat sedharma hendaknya

melaksanakan persembahyangan, memohon kehadapan Bhatara Maha Dewa agar di

anugrahi kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup ini.

7. Hari Saniscara Kliwon Wuku Wariga.

Hari ini merupakan pujawali Ida Sang Hyang Sangkara. Beliau yang menciptakan dan

melestarikan semua tumbuh-tumbuhan yang dapat memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan kehidupan yang abadi dunia ini. Upacara ini dilaksanakan dengan tujuan

agar semua tumbuh-tumbuhan dapat hidup dengan subur dan memberi buah serta

buah-buahan yang bermutu terhadap kehidupan didunia ini. Umat diharapkan melakukan

persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Sangkara agar pikiran dapat tumbuh dan

berkembang dengan suci, baik dan benar.

8. Hari Wraspati Wuku Sungsang disebut Sugihan Jawa.

Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunnya para Dewa dah Roh-Roh

pembersihan dan penyucian Bhuana Agung atau Alam Semesta, dilanjutkan dengan

mengadakan persembahyangan memuja Ida Sang Hyang Widhi, para Dewa dan Roh Suci

memohon keselamatan Alam Semesta. Umat juga diharapkan melaksanakan yoga

Samadhi memohon keselamatan menyongsong kemenangan Dharma melawan Adharma.

9. Hari Sukra Kliwon Wuku Sungsang disebut Juga Sugihan Bali.

Hari ini adalah merupakan pembersihan dan penyucian Bhuana Alit ( diri sendiri ), umat

Hindu hendaknya melaksanakan persembahyangan terhadap Ida Sang Hyang Widhi

Wasa / Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasiNya dan roh suci leluhur untuk

memohon kehadapannya kesucian lahir dan batin.

10. Hari Redite Pahing Wuku Dungulan, juga disebut sebagai Panyekeban.

Hari ini diyakini oleh umat Hindu sebagai hari turunya Sang Hyang Kala Tiga Wisesa

Yang akan menjadi Bhuta Galungan. Sang Bhuta Galungan adalah kekuatan Alam yang

hendak menggoda serta memberikan cobaan umat manusia yang akan merayakan Hari

Raya Galungan " Kemengan Dharma ". Oleh karena itu umat hendaknya melakukan

persembahyangan, memuja kebesaran Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta

manifestasiNya.

11. Hari Soma Pon Wuku Dunggulan, disebut juga hari Penyajaan.

Pada hari ini biasanya, dalam praktik kehidupan sehari-hari para umat membuat jajan

untuk persiapan yang akan dipersiapkan pada hari Galungan. Jajan yang dibuat beraneka

ragam macamwarna, jenis dan nama.

Umat hendaknya melaksanakan persembahyangan, memohon kehadapannya agar dapat

lebih sungguh-sungguh meningkatkan pengendalian dan kesucian diri sehingga berhasil

memenangkan kebenaran pada setiap langkah.

12. Hari Anggara Wage Wuku Dungulan, disebut Hari Penampahan Galungan.

Aktivitas yang lebih menonjol pada hari ini adalah acara memotong hewan (Nampah),

dilanjutkan dengan mengolah daging yang diperoleh dari tempat memotong hewan.

Olahanyang dibuat untuk perayaan Galungan.

13. Hari Budha Kliwon Wuku Dungulan, disebut Hari Raya Galungan.

Hari ini merupakan hari pujawali dan Payogan Sang Hyang Dharma. Umat Hindu

melakukan persembahyangan di tempat-tempat suci (Pura Kahyangan Jagat/Desa,

Kawitan, Padharman, Merajan/Sanggah) dan yang lainnya menurut keyakinan masing-

masing. Semua tempat diupacarakan termasuk peralatan rumah tangga.

14. Hari Redite Wage Wuku Kuningan, disebut Hari Ulihan.

Pada hari ini diyakini oleh umat Hindu, bahwa para Dewa dan Roh suci Leluhur kembali

ke PayoganNya masing-masing. Umat Hindu biasanya melaksanakan persembahyangan

kehadapannya karena Beliau telah menganugerahkan umur panjang kepada kita sekalian.

Pemujaan dan persembahyangan pada hari ini bertujuan untuk menyampaikan rasa

hormat dan bhakti serta terima kasih.

15. Hari Soma Kliwon Wuku Kuningan, Hari Pemacekan Agung.

Pada hari ini umat melaksanakan persembahyangan kepada Bhuta Galungan agar Beliau

kembali dan tidak menggoda umat manusia. Tujuannya adalah menyomyakan Sang

Bhuta Galungan beserta kekuatan-kekuatanya. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada

wuktu Sandhikala (sore) hari.

16. Hari Budha Pahing Wuku Kuningan.

Hari ini merupakan pujawali Ida Bhatara Wisnu. Umat hendaknya melaksanakan

persembahyangan ditempat-tempat suci, guna memohon anugrahNya berupa

kesejahteraan Alam Semesta beserta isinya.

17. Hari Sukra Wage Wuku Kuningan disebut Penampahan Kuningan.

Pada hari ini umat Hindu melaksanakan berbagai aktivitas dalam rangka mempersiapkan

diri untuk menyambut hari Kuningan. Persiapan yang dimaksud adalah persiapan rohani,

dengan melaksanakan pengendalian diri agar pikiran terlepas dari pengaruh-pengaruh

yang kotor.

18. Hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan, disebut Hari Raya Kuningan, atau

"Tumpek Kuningan".

Umat Hindu meyakini bahwa pada hari ini adalah kembali turunnya para Dewa diiringi

oleh para Leluhur, untuk menyaksikan persembahyangan umatnya.

19. Hari Budha Kliwon Wuku Pahang, disebut Hari Budha Kliwon Pengatwaka.

Hari ini rangkaian terakhir dari pada perayaan Galungan dalam kurun waktu enam bulan.

Pada hari ini sisa upacara selama menyambut Galungan dan Kuningan, seperti : Lamak,

gantung-gantungan, canang dan lainnya dibersihkan dan dibakar pada tempatnya masing-

masing, selanjutnya abunyaditanam.

20. Hari Budha Wage Wuku Kelawu.

Hari ini merupakan pujawali Bhatara Rambut Sedana. Umat mengadakan persembahan

kehadapan Beliau melalui pralingganya seperti emas, perak, permata dan kekayaan yang

lainnya. Juga mengadakan persembahyangan ditujukan kehadapan Bhatara Rambut

Sedana, untuk memohon AnugrahNya berbagai macam bentuk kemakmuran.

21. Hari Saniscara, Kliwon Wuku Uye, disebut Hari Tumpek Kandang.

Pada hari suci ini yang dipuja Ida Bhatara Siwa dalam manifestasiNya sebagai Sang Rare

Angon. Beliau adalah penguasa semua binatang baik kecil maupun yang besar. Pada hari

ini dilaksanakan pemujaan pada tempat suci untuk memohon keselamatan semua

binatang termasuk yang dipelihara. Secara religi para binatangpun dibuat upacara otonan,

agar para binatang itu menjadi selamat adanya.

22. Hari Sukra Wage Wuku Wayang, disebut juga Wananing Cemeng (Alapaksa).

Bedasarkan hitungan Pawukon, hari ini disebut hari pertemuan wuku Wayang dengan

wuku Sinta. Menurut kepercayaan umat hari ini dipandang leteh (kotor). Pada hari ini

pantang dilaksanakan ucara pembersihan / penyucian. Umat di Bali khususnya pada hari

ini biasanya memasang paselag (tanda silang) dihulu hati dengan sarana kapur sirih atau

memasang seselah dari daun pandan dibawah tempat tidur dan keesokan harinya dibuang

dipekarangan rumah yang dilengkapi dengancanang.

23. Hari Sabtu Kliwon Wuku Wayang, disebut Tumpek Wayang.

Hari ini merupakan pujawali Bhatara Iswara. Umat melaksanakan persembahyangan dan

pemujaan dengan sarana kesenian sebagai pralingganya seperti wayang, gong, gender,

gambang dan yang lainnya. Tujuanya adalah mengadakan pemujaan kehadapan Ida

Bhatara Iswara agar beliau memberikan manfaat yang mulai dari saluran aktifitas umat

manusia.

24. Hari Saniscara Umanis Wuku Watugunung, disebut Hari Raya Saraswati.

Hari ini merupakan pujawali Sang Hyang Aji Saraswati. Umat Hindu meyakini bahwa

hari ini merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan/Veda. Umat Hindu melakukan

persembahan dan pemujaang dengan menggunakan Pustaka (Lontar, Buku, Prasasti) dan

yang lainnya sebagai pralingga Sang Hyang Aji Saraswati. Tujuannya adalah memohon

kepadanya agar umat di Anugrahi kecerdasan serta selalu dapat berpikir positif dalam

hidup dan kehidupan ini.

Pada hari pemuajaan umat diharapkan dapat melaksanakan Bratha, seperti tidak

membaca dan menulis.

25. Hari Redite Pon Wuku Sinta, disebut Hari Banyu Pinaruh.

Pada hari ini umat melaksanakan pembersihan diri, seperti berkemas pada sumber air

pada saat matahari baru terbit dengan menggunakan air kumkuman. Setelah itu

dilaksanakan pemujaan dan persembahyangan ditempat suci, dilanjutkan memohon tirtha

dan menikmati haturan yang telah dipersembahkan.

TABEL DAFTAR HARI RAYA BERDASAR PAWUKON

N

O WUKU

SAPTA

WARA

PANCA

WARA HARI RAYA

1 SINTA REDITE PAHING BANYU PINARUH

SOMA PON SOMA RIBEK

ANGGARA WAGE SABUH MAS

BUDDHA KLIWON PAGERWESI

2 LANDEP SANISCAR

A KLIWON TUMPEK LANDEP

3 UKIR REDITE UMANIS PERSEMBAHAN

BHATARA GURU

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENG

UKIR

4 KULANTIR

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

KULANTIR

5 TOLU

6 GUMBREG

7 WARIGA SANISCAR

A KLIWON TUMPEK WARIGA

8 WARIGADEAN

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENG

WARIGADEAN

9 JULUNGWANGI

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

JULUNGWANGI

10 SUNGSANG

WRESPATI WAGE

SUGIAN JAWA/

PAREREBUAN

SUKRA KLIWON SUGIAN BALI

11 DUNGULAN

ANGGARA WAGE

PENAMPAHAN

GALUNGAN

BUDDHA KLIWON GALUNGAN

12 KUNINGAN REDITE WAGE ULIHAN

SOMA KLIWON PEMACEKAN AGUNG

SUKRA WAGE

PENAMPAHAN

KUNINGAN

SANISCAR

A KLIWON KUNINGAN

13 LANGKIR

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENG

LANGKIR

14 MEDANGSIA

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

MEDANGSIA

15 PUJUT

16 PAHANG BUDDHA KLIWON PEGATWAKAN

17 KRULUT SANISCAR KLIWON TUMPEK KRULUT

A

18 MERAKIH

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENGG

MERAKIH

19 TAMBIR

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

TAMBIR

20 MEDANGKUNGAN

21 MATAL

BUDDHA KLIWON

BUDHA KLIWON

MATAL

22 UYE SANISCAR

A KLIWON TUMPEK UYE

23 MENAIL

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENG

MENAIL

24 PRANGBAKAT

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

PRANGBAKAT

25 BALA

26 UGU

BUDDHA KLIWON

BUDHA KLIWON

UGU

27 WAYANG SANISCAR

A KLIWON TUMPEK WAYANG

28 KLAWU

BUDDHA WAGE

BUDHA CEMENG

KLAWU

SUKRA UMANIS

WEDALAN BHATARI

SRI

29 DUKUT

ANGGARA KLIWON

ANGGARA KASIH

DUKUT

30 WATUGUNUNG SANISCAR

A UMANIS SARASWATI

KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hari suci adalah hari yang sangat disucikan oleh

umat Hindu, karena berdasarkan keyakinan hari-hari itu mempunyai makna atau fungsi yang

amat penting bagi kehidupan manusia. Dengan melaksanakan hari suci keagamaan akan

memberi pengaruh terhadap manusia dan alam semesta.

Bila peringatan hari suci itu dilaksanakan secara rutin maka acara itu disebut rainan atau sehari-

hari. Sedangkan hari suci yang dirayakan secara khusus atau istimewa disebut dengan hari raya.

Klasifikasi hari suci keagamaan Hindu dibedakan menjadi 2 yaitu: Berdasarkan perhitungan

Sasih dan Pawukon.

DAFTAR PUSTAKA

http://sukes.wordpress.com/2009/06/19/hari-suci/

http://wijayamw3.blogspot.com/2013/02/hari-suci-agama-hindu.html

http://suryadistira.blogspot.com/2010/06/hari-suci-berdasarkan-pawukon-bag-1.html