Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

27
FARMAKOLOGI I ABSORPSI, DISTRIBUSI, MEKANISME DAN ELIMINASI OBAT (ADME OBAT) Disusun oleh : SRI MONIKA TARIGAN JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2009 1

Transcript of Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

Page 1: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

ABSORPSI, DISTRIBUSI, MEKANISME

DAN ELIMINASI OBAT (ADME OBAT)

Disusun oleh :

SRI MONIKA TARIGAN

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2009

1

Page 2: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Farmakologi

I ”Absorpsi, Distribusi, Mekanisme dan Eliminasi Obat (ADME OBAT) ”. Dimana, tugas ini

diambil dari sumber yang membahas tentang dinamika obat.

Tugas ini dibuat untuk melengkapi nilai mata kuliah dan syarat dalam mengikuti

Perkuliahan Farmakologi I.

Selama penyusunan sampai berakhirnya tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak terutama dosen pengajar yaitu Ibu Dra. Refdanita M.Si, Apt.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan mungkin kesalahan dari tugas

yang penulis buat ini. Untuk itu kritik dan saran sangatlah penulis harapkan. Dan akhirnya

semoga tugas ini bermanfaat.

Jakarta, April 2009

Penulis

2

Page 3: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Biasa dalam ilmu ini dipelajari:

1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit 2. Kemungkinan penyembuhan

3. Penelitian obat-obat baru

4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.

Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.

Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di

keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme

(biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan

secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi

dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.

3

Page 4: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

  Tubuh kita punya banyak enzim yang dapat berinteraksi dengan berbagai molekul, termasuk obat, yang berpotensi menjadi racun atau nutrien. Namun, setiap individu juga memiliki gen berbeda dan produk proteinnya menentukan kemampuan individu merespons obat.

Obat yang masuk dalam tubuh - entah lewat cara oral, irup, suntik, atau serap lewat pori-pori kulit - akan melalui beberapa tahap sebelum mencapai sasaran. Setelah diserap, protein menjemput dan mengantarkan obat ke dalam suatu sel, misal sel hati. Di sini mereka mengalami modifikasi oleh sejumlah enzim metabolik (pembongkar-penyusun); bisa diaktifkan atau diurai. Pada manusia bentuk enzim itu berlainan akibat perbedaan dari genetic. Bisa jadi seseorang punya enzim sangat aktif sedangkan milik orang lain malah tidak terlalu aktif.

Perbedaan genetik itu mempengaruhi perjalanan obat dalam tubuh yang meliputi absorbsi, metabolik, pergerakan menuju molekul sasaran, perubahan struktur yang diharapkan atau tidak diharapkan dari molekul sasaran, degradasi obat, dan pengeluaran hasil degradasi itu. Maka, tidak aneh bila reaksi setiap individu terhadap obat bisa berbeda-beda. The Journal of the American Medical Association (1998) melaporkan, 2,2 juta pasien setiap tahun mengalami ketidakcocokan obat, dan 106.000 di antaranya meninggal.

II. Permasalahan :

- Bagaimana perjalanan obat di tubuh.

- Bagaimana proses absorpsi, distribusi, mekanisme dan eliminasi obat dalam tubuh.

- Faktor-faktor yang mempengaruhi ADME.

III. Manfaat

- Mengetahui perjalanan obat di tubuh.

- Mengetahui efek-efek dari proses ADME dan

- Mengetahui foktor apa saja yang menjadi pendorong dan penghambat dari ADME

4

Page 5: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan termasuk produk biologi (vaksin, imunosera, antigen, hormone, enzim, produk darah, produk hasil fermentasi = antibody monoclonal dan produk hasil rekombinan DNA) dan kontrasepsi yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.

Inti dari obat ini adalah senyawa kimia sintetik dan produk biologi dan kontrasepsi (senyawa sintetik kimia dan hormone), tidak termasuk di dalamnya obat tradisional (OT=berasal dari herbal maupun binatang), produk fitofarmaka (obat herbal yg terstandarisasi dan teruji preklinik dan klinik) dan jamu.

ilmu farmakokinetika, yakni ilmu tentang nasib obat di dalam badan. Obat masuk ke

tubuh kita akan mengalami berbagai peristiwa yakni : absorpsi, distribusi, mekanisme dan

eliminasi.

Kerja suatu obat merupakan hasil dari banyak sekali proses dan kebanyakan proses

sangat rumit. Umunya ini didasari suatu rangkaian reaksi, yang dibagi dalam tiga fase :

- Fase farmaseutik

- Fase farmakokinetika

- Fase farmakodinamika

5

Page 6: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

Fase farmaseutik meliputi hancurnya bentuk sediaan obat dan melarutnya bahan obat, di

mana kebanyakan bentuk sediaan obat padat yang digunakan. Karena itu fase ini terutama

ditentukan oleh sifat-sifat galenik obat.

Fase farmakokinetika merupakan bagian proses invasi dan proses eliminasi (evasi), invasi

adalah proses yang berlangsung pada pengambilan suatu bahan obat ke dalam organisme dan

proses eliminasi adalah proses yang menyebabkan penurunan konsentrasi obat dalam organisme.

Organisme merupakan sistem terbuka atau sistem aliran karena senantiasa berlangsung

pertukaran bahan dan pertukaran energy dengan sekitarnya. Apabila kesetimbangan tercapai

antara pemasukan dan pengeluaran maka sistem dikatakan mencapai kesetimbangan aliran.

Fase farmakodinamika merupakan interaksi obat reseptor dan juga proses-proses yang

terlibat dimana akhir dari efek farmakologi terjadi.

Kerja obat tidak hanya tergantung dari sifat farmakodinamika bahan obat, tetapi juga

tergantung pada :

Bentuk sediaan dan bahan pembantu yang digunakan.

Jenis dan tempat pemberian

Keterabsorpsian dan kecepatan absorpsi, distribusi dalam organism.

Ikatan dan lokalisasi dalam jaringan

Biotransformasi dan

Keterekskresian dan kecepatan ekskresi.

Apabila obat yang diberikan diinginkan kerja yang cepat maka harus dipilih suatu cara

pemberian, yang pada cara ini periode laten antara waktu pemberian dan munculnya kerja

singkat dengan meniadakan absorpsi (penyuntikan intravasal, inhalasi), sebaliknya jika

diinginkan kerja yang tertunda, maka bentuk-bentuk pemberian yang melalui absorpsi,

sedangkan jika kerja obat terarah pada atau dalam daerah tubuh tertentu (topical).

Pada pemberian obat harus diperhatikan juga keadaan pasien dan umur pasien, misalnya

pada keadaan tidak sadar, obat tidak boleh diberikan secara oral, karena terdapat bahaya

6

Page 7: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

pernapasan akibat tak adanya reflex menelan. Demikin juga untuk pasien yang keadaan

lambungnya terbatas maka pemberian secara oral kurang cocok. Selain itu hindari penyuntikan

pada pasien yang ketakutan dan anak-anak.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Fisiologi Obat bagi Tubuh Manusia

Obat merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup setiap

manusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai bagaimana

obat itu diabsorpsi, didistribusikan, mengalami biotransformasi dan akhirnya harus ada yang

diekskresikan.

3.2. Absorpsi Obat Dalam Tubuh

Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut

kelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harus

mencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus

metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.

Hal ini penting, karena terdapat beberapa jenis obat tidak semua yang diabsorpsi dari

tempat pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik, namun akan dimetabolisme oleh enzim

di dinding usus pada pemberian oral atau dihati pada lintasan pertamanya melalui organ-

organ tersebut.

Adapun faktor- faktor yang dapat mempengaruhi bioavaibilitas obat pada pemberian

7

Page 8: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

oral, antara lain :

• Faktor Obat

Sifat- sifat fisikokimia seperti stabilitas pH lambung, stabilitas terhadap enzim

pencernaan serta stabilitas terhadap flora usus, dan bagaimana formulasi obat seperti keadaan

fisik obat baik ukuran partikel maupun bentuk kristsal/ bubuk dll.

• Faktor Penderita

Bagaimana pH saluran cerna, fungsi empedu, kecepatan pengosongan lambung

dari mulai motilitas usus, adanya sisa makanan, bentuk tubuh, aktivitas fisik sampai dengan

stress yang dialami pasien.

3.3. Distribusi Obat Dalam Tubuh

Setelah diabsorpsi obat akan didistribusi keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah,

karena selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat

fisikokimianya.

Distribusi obat dapat dibedakan menjadi 2 fase berdasarkan penyebaran didalam

tubuh, yaitu :

a. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang perfusinya

sangat baik, seperti jantung, hati, ginjal dan otak.

b. Distribusi fase kedua jauh lebih luas lagi, yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak

sebaik organ pada fase pertama, misalnya pada otot, visera, kulit dan jaringan lemak.

Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat

harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai celah

antar sel maupun vesikel pinositotik.

Apabila obat mencapai pembuluh darah, obat akan ditranspor lebih lanjut bersama

dalam aliran darah dalam sistem sirkulasi. Akibat landaian konsentrasi darah terhadap

jaringan, bahan obat mencoba untuk meninggalkan pembuluh darah dan terdistribusi dalam

organisme keseluruhan. Penetrasi dari pembuluh darah ke dalam jaringan dan dengan

demikian distribusinya, seperti halnya absorbsi, bergantung pada banyak peubah.

8

Page 9: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

Khususnya ukuran molekul, ikatan pada protein plasma dan protein jaringan, kelarutan dan

sifat kimia. Selanjutnya bergantung pada pasokan darah dari organ dan jaringan masing-

masing, ketelapan membran dan perbedaan pH antara plasma dan jaringan.

1. Ruang Distribusi

Berdasarkan fungsinya, organisme dapat dibagi dalam ruang distribusi yang

berbeda (kompartemen). Ruang Intasel dan ruang ekstrasel, dalam ruang intrasel (sekitar

75%dari bobot badan) termasuk cairan intrasel dan komponen sel yang padat, ruang

ekstrasel (sekitar 22% dari bobot badan) dibagi lagi atas :

Air plasma : air plasma (sekitar 4% dari bobot badan) meliputi cairan intravasal.

Ruang usus : ruang usus (sekitar 16-20% dari bobot badan) meliputi cairan yang

mudah berdifusi dalam intestinum serta cairan yang sukar berdifusi dalam jaringan

ikat tebal dari kulit, otot, persendian dan tulang.

Cairan transsel : cairan transsel (sekitar 1.5% dari bobot badan)

Angka-angka yang diberikan hanya berlaku untuk orang dewasa usia pertengahan.

Pada bayi misalnya, bagian cairan pada bobot badan pada hakekatnya lebih tinggi.

Bergantung pada sifat fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam berbagai

ruang distribusi, dibedakan 3 jenis bahan obat :

Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.

Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang eksternal sisa.

Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.

Distribusi bahan obat lain antara ruang plasma dan ruang usus dipengaruhi oeh

struktur kapiler dalam daerah atau organ masing-masing. Pertukaran mudah terjadi pada

tempat endotel kapiler dan membran basal menunjukkan ruang (misalnya hati, limpa).

Demikian juga yang baik dilewati ialah kapiler yang memiliki ruang endotel disekelilingi

membran. Sebaliknya, yang sukar ialah penetrasi dalam daerah kapiler dengan endotel

dan membran basal tanpa ruang dan selain itu penetrasinya sangat terbatas, apabila pada

9

Page 10: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

kaliper terdapat sel-sel lain. Kapiler otak misalnya, dikelilingi rapat dengan sel-sel glia

dan dalam darah pleksus khorioidea, yaitu tempat terbentuknya cairan serebrospinalis,

kapiler ke ruang cairan dilapisi oleh selapis tunggal epitel. Akibatnya ialah pembatasan

permeasi. Ini disebut sawar darah otakdan sawar darah cairan otak. Bahan-bahan yang

larut dalam lemak dapat melewati sawar dengan baik, sebaliknya bahan-bahan yang tak

larut dalam lemak sukar melewatinya, sejauh tak terdapat mekanisme transpor aktif,

seperti misalnya pada asam amino.

Pada proses meradang, ketelapan naik seperti dalam jaringan-jaringan lain,

sehingga bahan yang dalam keadaan normal tidak dapat berdifusi melalui sawar darah

otak menembus ke dalam sistem saraf pusat.

Ruang intrasel dipisahkan oleh membran sel lipofil menjadi ruang usus dan ruang

plasma. Karena itu juga hanya zat yang lipofil dapat menembus sel dan organelnya,

dengan kekecualian bahan yang ditranspor secara aktif.

2. Ikatan Protein

Faktor penting lain untuk distribusi obat ialah ikatan pada protein terutama

protein plasma, protein jaringan dan sel darah merah. Sesuai dengan struktur kimia

protein dapat terlibat ikatan ion, ikatan jembatan hidrogen dan ikatan dipol-dipol serta

interaksi hidrofob. Kemungkinan terjadi ikatan yang berbeda-beda menjelaskan juga

mengapa senyawa yang amat beragam diikat pada protein.

Kecuali ikatan pada reseptor, ikatan pada protein relatif tidak khas untuk

senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh, walaupun begitu ikatan ini terjadi terutama

pada tempat ikatan dengan afinitas tinggi yang jumlahnya relatif kecil. pada albumin

serum manusia dapat dibuktikan dua tempat ikatan yang berbeda (tempat ikatan I dan II).

Beberapa bahan obat terikat selektif hanya pada satu dari kedua tempat ikatan (misalnya

natikoagulansia jenis dikumarol pada tempat ikatan I, benzodiazepin pada tempat ikatan

II) sedangkan yang lain terikat pada kedua tempat ikatan. Pada senyawa basa misalnya

propanolol, lidokain, disopiramid, petidin atau antidepresiva trisiklik, alfa glikoprotein

asam membantu juga pembentukan ikatan protein plasma.10

Page 11: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

Untuk senyawa tubuh sendiri seringkali terdapat protein transpor spesifik dari

fraksi globulin. Ikatan protein adalah bolak-balik. Ikatan tak bolak-balik (kovalen)

misalnya reaksi sitostatika yang mengalkilasi protein, tidak termasuk dalam ikatan

protein.

Makin besar afinitas bahan yang bersangkutan, pada protein, makin kuat ikatan

protein.Sejauh tetapan afinitas terhadap berbagai protein, misalnya terhadap protein

plasma dan protein jaringan, berbeda, maka kesetimbangan distribusi juga dipengaruhi :

kesetimbangan akan bergeser ke protein dengan tetapan afinitas yang lebih besar.

Selajutnya ikatan protein selain bergantung kepada sifat-sifat bahan berkhasiat, ia

bergantung juga kepada harga pH plasma serta bergantung kepada umur. Contohnya pada

keadaan asidosis, barbiturat yang terikat pada protein menurun. Pada bayi baru lahir,

ikatan protein lebih rendah daripada ikatan protein dewasa (dengan akibat meningkatnya

kepekaan bayi baru lahir).

Ikatan protein mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja dan eliminasi bahan

obat sebagai berikut : bagian obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi

dan umumnya tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. Tanpa memperhatikan

kekecualian, ini berarti bahwa hanya bentuk bebas yang mencapai tempat kerja yang

sesungguhnya dan karena itu dapat berkhasiat. Dipihak lain bagian yang terikat

merupakan bentuk cadangan yang tidak aktif. Pada penurunan konsentrasi bentuk bebas

(misalnya akibat biotransformasi dan aliminasi), molekul obat dibebaskan dari cadangan

ini untuk mengatur kembali kesetimbangan. Apabila dalam darah tedapat beberapa obat

dalam waktu yang bersamaan, maka terdapat kemungkinan persaingan terhadap tempat

ikatan dan dengan demikian sebaliknya terjadi pengaruh terhadap intensitas kerja dan

lama kerja, terutama jika besarnya bagian yang terikat lebih dari sama dengan 80%.

Selanjutnya harus dipikirkan bahwa obat dapat juga mengusir senyawa tubuh sendiri,

misalnya bilirubin atau glikokortikoid dari ikatannya pada protein plasma dan

menyebabkan bagian yang tidak terikat meningkat.

11

Page 12: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

3.4. Biotransformasi Obat Dalam Tubuh

Biotransformasi atau lebih dikenal dengan metabolisme obat, adalah proses

perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada

proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air dan

kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Enzim yang

berperan dalam biotransformasi obat dibedakan berdasar letak dalam sel, yaitu Enzim

Mikrosom terdapat dalam reticulum endoplasma halus dan Enzim Non Mikrosom. Kedua

Enzim Mikroson dan Enzim Non Mikrosom, aktifitasnya ditentukan oleh faktor genetic,

sehingga kecepatan metabolisme obat antar individu bervariasi.

3.5. Ekskresi Obat Dalam Tubuh

Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk

metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar lebih

cepat diekskresi daripada obat larut lemak, kecuali yang melalui paru. Ginjal merupakan

organ ekskresi yang terpenting dan ekskresi disini resultante dari 3 proses, yaitu filtrasi di

glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan reabsorpsi pasif di tubuli proksimal dan

distal.

Ginjal merupakan organ yang penting dalam tubuh dan berfungsi membuang

sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudian

dikeluarkan dari dalam tubuh.

Ekskresi ginjal dari obat aktif dapat juga dipengaruhi oleh terapi obat yang

menyertainya. Ekskresi ginjal dari beberapa obat asam lemah atau basa lemah dapat

dipengaruhi oleh obat lain yang mempengaruhi pH urin. Ini disebabkan perubahan ionisasi

dari obat tersebut. Hampir semua obat disaring di glomerulus, apabila obat dalam bentuk

larut lemak akan diserap kembali secara difusi pasif. Jika diharapkan untuk ekskresi, maka

penting untuk pencegahan penyerapan kembali dari tubulus. Dapat dilakukan dengan

mengatur pH urin, obat diusahakan dalam bentuk ion, sehingga obat akan terjebak di dalam

urin. Sehingga asam lemah biasanya lebih cepat diekskresi dalam urin alkalis, basa lemah

12

Page 13: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

biasanya diekskresi di dalam urin asam.

1. Ekskresi

Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan

dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasi

obat melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat

mengalami reabsorpsi dan eliminasi dalam feses. Jalur ekskresi jumlah obat sedikit adalah

melalui air ludah dan air susu merupakan suatu rute yang menimbulkan masalah bagi bayi

disusui. Zat yang menguap seperti anestesi berjalan melalui epitel paru-paru.

2. Eliminasi Obat melalui Ginjal

Setiap manusia mempunyai dua ginjal dan berfungsi untuk memindahkan semua

zat yang bersifat toksis terhadap badan manusia dari aliran darah. Zat-zat ini diubah dan

masuk ke dalam urine yang berarti dikeluarkan dari badan. Eliminasi obat melalui ginjal

merupakan kejadian yang kompleks, dan mengakibatkan terjadinya beberapa proses yaitu :

a) filtrasi glomerulus

b) sekresi tubuli aktif

c) reabsorpsi pasif

jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-obat

yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut yang dapat

menimbulkan efek toksik.

Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak ginjal

(aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik sehingga timbul efek

toksik.

Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk

sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.

13

Page 14: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan menyebabkan klirens

penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.

Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens ginjal.

Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat asam lemah,

sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa

lemah.

Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan ammonium

klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi ammonium klorida akan

mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari

pseudoefedrin juga meningkat.

3. Eliminasi melalui empedu, air ludah dan air susu

Banyak obat diangkut secara aktif oleh sel-sel hati melalui darah masuk ke dalam

empedu dan selanjutnya berjalan masuk ke dalam usus. Bila obat larut dalam lipid, maka

obat dapat direabsorpsi oleh usus dan akan mengalami siklus enterohepatik. Bila obat sangat

larut dalam obat akan tetap tinggal di usus dan diekskresikan melalui feses. Adanya siklus

enterohepatik dapat memperpanjang umur hidup obat di dalam badan.

Beberapa obat dapat tampak dalam air ludah dan dapat menimbulkan rasa tidak

enak serta mengiritasi jaringan di mulut. Kepindahan obat dalam dari darah ke air ludah

tergantung pada kelarutan obat dalam lipid, ikatan obat dengan protein plasma.

Selama ibu menyusui bayi sedapat mungkin menghindari penggunaan obat karena

dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi bayi akibat pemindahan obat dari ibu ke bayi

yang menyusu ibunya. Hampir semua obat yang terdapat dalam darah ibu yang menyusui

terdapat juga pada air susu. Kadarnya dalam lipid, ionisasi dan besarnya ikatan obat dengan

protein plasma. Meskipun jumlah obat dalam air susu ibu relatif kecil, oleh karena fungsi

hepar dan ginjal bayi belum bekerja penuh akan mengakibatkan inaktivasi metabolisme dan

eliminasi obat dan berakibat timbulnya efek yang tak dikehendaki bayi seperti, diazepam,

antrakinon.

14

Page 15: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

4. Eliminasi Obat melalui Bernafas dan Sekresi Lainnya

Zat-zat yang mudah menguap seperti anestetik inhalasi, Halotan akan segera

berdifusi melintasi perintang lipoid darah membran alveoli dan dieliminasi melalui nafas.

Penggunaan anestesi dalam paru-paru kadar obatnya menurun dibanding dalam darah.

Karena obat-obat tersebut sangat larut dalam lemak, maka dia segera dan sangat cepat

kembali melalui ke dalam paru-paru dari peredaran darah dan selanjutnya keluar melalui

nafas dan menimbulkan anestesi.

Obat atau metabolitnya dapat pula berada dalam sekresi lain, meskipun kadarnya

adalah sangat rendah. Rute eliminasi lain adalah melalui berkeringat dari kulit atau sebagai

zat yang terikat dalam sel kulit dan rambut.

15

Page 16: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

BAB IV

KESIMPULAN

Obat merupakan kumpulan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup setiap manusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu diabsorpsi, didistribusikan, mengalami biotransformasi dan akhirnya harus ada yang diekskresikan.

Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses. Pada klinik pemberian obat yang terpenting harus mencapai bioavaibilitas yang menggambarkan kecepatan dan kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.

Distribusi obat dari sirkulasi ke Susunan Saraf Pusat sulit terjadi, karena obat harus menembus Sawar Darah Otak, karena endotel kapiler otak tidak mempunyai celah antar sel maupun vesikel pinositotik

Bergantung pada sifat fisiko kimianya, berdasaran distribusi ke dalam berbagai ruang

distribusi, dibedakan 3 jenis bahan obat :

Obat yang hanya terdistribusi dalam plasma.

Obat yang terdistribusi dalam plasma dan ruang eksternal sisa.

Obat yang terdistribusi dalam ruang ekstrasel dan juga dalam ruang intrasel.

16

Page 17: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

Mekanisme kerja obat yaitu proses-proses biokimia ataupun biofisika yang mendasari aktivitas obat didalam tubuh. Karena efek yang ditimbulkan oleh suatu obat dalam organism bergantung kepada konsentrasi pada tempat kerja dan dengan demikian pada suatu dosis harus diperhatikan sejauh dosis tertentu bergantung pada bobot badan, maka dosis harus diberikan dengan tepat.

Mekanisme kerja obat adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar atau lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak, sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal.

Organ yang paling penting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan dalam struktur tidak berubah atau sebagai metabolit. Jalan lain yang utama adalah eliminasi obat melalui sistem empedu masuk ke dalam usus kecil, obat atau metabolitnya dapat mengalami reabsorpsi dan eliminasi dalam feses.

17

Page 18: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Ernest Mutschler. Dinamika Obat edisi V. Penerbit ITB. 1999.

2. Ganiswara, G, Sulistia. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 1995. hal : 2-12.

3. Biomedik Farmakologi, http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id

4. http://www.drugs.com/drug_information.html

5. Farmakokinetika Klinik (Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat), Dion Arga

Anggayasta 068114013 dan Bernadus Tatag Prasetya 068114075

6. Mutschler, E., 1985, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, 88-93, Penerbit ITB,

Bandung

7. Sulistia, dkk, 2007, Famakologi dan Terapi, 862-872, UI Press, Jakarta

18

Page 19: Makalah 9 - Absorpsi, Distribusi Mekanisme Dan Eliminas

FARMAKOLOGI I

19