Makalah
description
Transcript of Makalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-
sama dan melakukan suatu sasaran tertentu, sedangkan pengendalian diartikan
sebagai mengekang dan menguasai. Jadi sistem pengendali proses adalah sistem
pengendalian suatu parameter dari berbagai macam proses.
Era modernisasi ikut berimbas terhadap modernisasi alat baik di industri kecil
maupun di industri besar. Peralatan di sebuah industri yang dulunya digerakkan
manual oleh manusia kini mulai terotomatisasi yakni dikendalikan secara otomatis
oleh mesin itu sendiri. Proses otomatisasi mesin dikenal dengan istilah sistem
kontrol atau ada juga yang menyebut sistem pengendalian. Pentingnya
mempelajari sistem pengendalian ini erat kaitannya dengan mengefisiensikan dan
mengoptimalkan kerja mesin agar mampu kita atur sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
Perancangan dan pengoperasian yang sukses dari sebuah pabrik memerlukan
pemiliahan instrumentasi dan peralatan control yang optimum dan keahlian
menginstal, memonitor dan memelihara peralatan tersebut. Teknisi dan ahli teknik
memerlukan training dalam bidang instrumentasi dan control, terutama dengan
semakin majunya teknologi pengendalian dan elektronika saat ini. Untuk itu
penulis menulis makalah ini agar dapat mengetahui mode pengendalian yang akan
digunakan saat proses.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui macam-macam mode pengendalian
2. Mengetahui perbedaan metode tidak kontinyu dan metode kontinyu
3. Mengetahui proses kerja mode pengendalian
2
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam mode pengendalian?
2. Apa perbedaan antara metode pengendalian tidak kontinyu dan kontinyu?
3. Bagaimana proses yang terjadi pada mode pengendalian?
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini didasarkan pada sumber-sumber yang yang
terpercaya yang diambil dengan mengakses situs-situs internet dan beberapa
buku atau silabus yang ada.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendahuluan
Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang
membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem
yang diharapkan. Jadi harus ada yang dikendalikan, yang merupakan suatu sistem
fisis, yang biasa disebut dengan kendalian (plant).
Masukan dan keluaran merupakan variabel atau besaran fisis. Keluaran
merupakan hal yang dihasilkan oleh kendalian artinya yang dikendalikan
sedangkan masukan adalah yang mempengaruhi kendalian yang mengatur
keluaran. Kedua dimensi masukan dan keluaran tidak harus sama.
Pada sistem kendali dikenal sistem lup terbuka (open loop system) dan
sistem lup tertutup (closed loop system). Sistem kendali lup terbuka atau umpan
maju (feed forward control) umumnya mempergunakan pengatur (controller)
serta aktuator kendali (control actuator) yang berguna untuk memperoleh respon
sistem yang baik. Sistem kendali ini keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh
controller. Suatu keadaan apakah plant benar-benar telah mencapai target seperti
yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat mempengaruhi kinerja
kontroler.
Gambar 1. Sistem pengendalian lup terbuka
Pada sistem kendali yang lain, yakni sistem kendali lup tertutup (closed
loop system) memanfaatkan variabel yang sebanding dengan selisih respon yang
terjadi terhadap respon yang diinginkan. Sistem seperti ini juga sering dikenal
dengan sistem kendali umpan balik. Aplikasi sistem umpan balik banyak
4
dipergunakan untuk sistem kemudi kapal laut dan pesawat terbang. Perangkat
sehari-hari yang juga menerapkan sistem ini adalah penyetelan temperatur pada
almari es, oven, tungku, dan pemanas air.
Gambar 2. Sistem pengendalian lup tertutup
Dengan sistem kendali gambar 2, kita bisa ilustrasikan apabila keluaran
aktual telah sama dengan referensi atau masukan maka input kontroler akan
bernilai nol. Nilai ini artinya kontroler tidak lagi memberikan sinyal aktuasi
kepada plant, karena target akhir perintah gerak telah diperoleh. Sistem kendali
loop terbuka dan tertutup tersebut merupakan bentuk sederhana yang nantinya
akan mendasari semua sistem pengaturan yang lebih kompleks dan rumit.
Hubungan antara masukan (input) dengan keluaran (output) menggambarkan
korelasi antara sebab dan akibat proses yang berkaitan. Masukan juga sering
diartikan tanggapan keluaran yang diharapkan.
Untuk mendalami lebih lanjut mengenai sistem kendali tentunya
diperlukan pemahaman yang cukup tentang hal-hal yang berhubungan dengan
sistem kontrol. Mode pengendalian berdasarkan gerakan dibagi menjadi 2 yaitu,
mode pengendalian tidak kontinyu dan mode pengendalian kontinyu.
2.2 Pengendalian Tidak Kontinyu
Mode pengendali tidak kontinyu juga diklasifikasikan dalam dua kelas
yaitu manual dan otomatis. Mode pengendali tidak kontinyu secara manual yang
berperan disini adalah manusia (MAN) yang akan melakukan evaluasi dan
menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila harga dari pengukuran
5
(control point) tidak sama denga harga yang telah ditetapkan (set point)
sedangkan pada pengendali tidak kontinyu otomatis, harga kontrol point tersebut
diberikan kepada kontroler yang kemudian mengevaluasi dan menentukan
tindakan yang perlu dilakukan agar harga control point tersebut mendekati atau
sama dengan harga set point.
Pengendali tidak kontinyu melakukan evaluasi berdasarkan error dari kontrol
point terhadap set point. Perbedaan harga kontrol point terhadap set point tersebut
atau error kemudian dikeluarkan sebagai output dari kontroller ke element kontrol
akhir dalam bentuk % output. Disini dikenal persen error skala penuh, yaitu
persentase error terhadap skala penuh range pengendalian.
% error = (cp – Sp ) / ( range pengendalian ) x100 %
Contoh apabila diketahui set point adaah 50 % dan kontrol point adalah 45 %
untuk range pengendalian dari 0 % - 100 %, maka error adalah :
% error = (45 % - 50 % ) / (100 % - 0 %) x 100 %
= 5 %
Pada pengendali tidak kontinyu % P ( % output) hanya berupa dua harga,
0% dan 100 % dengan ketentuan sebagai berikut :
%P adalah 0% pada saat % EP > 0
%P adalah 100% pada saat % EP < 0
Dengan ketentuan diatas maka apabila Cp < Sp maka output akan menjadi
100%. Dalam pemanasan maka pemanas (heater) akan hidup. Apabia Cp >Sp
maka output akan menjadi 0%.
Bentuk diagram pengendalian akan berupa kotak-kotak bersusun,
menyatakan daerah hidup dan daerah matinya aliran listrik pemanas.
6
2.2.1 Pengendalian Manual
Sistem Pengendalian Manual adalah sistem pengendalian dengan subyek
adalah makhluk hidup, contohnya oleh manusia. Biasanya sistem ini dipakai pada
beberapa proses-proses yang tidak banyak mengalami perubahan beban ( load )
atau pada proses yang tidak kritis. Sistem pengendalian dimana faktor manusia
sangat dominan dalam aksi pengendalian yang dilakukan pada sistem tersebut.
Peran manusia sangat dominan dalam menjalankan perintah, sehingga hasil
pengendalian akan dipengaruhi pelakunya. Pada sistem kendali manual ini juga
termasuk dalam kategori sistem kendali jerat tertutup. Tangan berfungsi untuk
mengatur permukaan fluida dalam tangki. Permukaan fluida dalam tangki
bertindak sebagai masukan, sedangkan penglihatan bertindak sebagai sensor.
Operator berperan membandingkan tinggi sesungguhnya saat itu dengan tinggi
permukaan fluida yang dikehendaki, dan kemudian bertindak untuk membuka
atau menutup katup sebagai aktuator guna mempertahankan keadaan permukaan
yang diinginkan.
Gambar 3. Sistem pengendalian level cairan secara manual
2.2.2 Pengendalian Otomatis
Sistem Pengendalian Otomatis adalah sistem pengendalian dimana
subyeknya digantikan oleh suatu alat yang disebut controller. Dimana tugas untuk
membuka dan menutup valve tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi atas
perintah controller. (Gunterus, 1994). Sistem pengendalian dimana faktor
7
manusia tidak dominan dalam aksi pengendalian yang dilakukan pada sistem
tersebut. Peran manusia digantikan oleh sistem kontroler yang telah diprogram
secara otomatis sesuai fungsinya sehingga bisa memerankan seperti yang
dilakukan manusia. Di dunia industri modern banyak sekali sistem kendali yang
memanfaatkan kontrol otomatis apalagi untuk industri yang bergerak pada bidang
yang prosesnya membahayakan keselamatan jiwa manusia.
Gambar 4. Sistem pengendalian level cairan secara otomatis
Mode on/off
Pengendali yang paling dasar adalah mode on-off atau sering disebut
metode dua posisi. Jenis pengendali on-off ini merupakan contoh dari mode
pengendali tidak terus menerus (diskontinyu). Mode ini paling sederhana, murah
dan seringkali bisa dipakai untuk mengendalikan proses-proses yang
penyimpanannya dapat ditoleransi. Keluaran pengendali hanya memiliki dua
kemungkinan nilai, yaitu nilai maksimum (100%) dan nilai minimum (0%).
Sebagai contoh adalah pengendali temperature ruangan dengan memakai AC,
setrika listrik menggunakan sakelar temperature.
Tipe pengendali ON-OFF merupakan cara sederhana untuk
mengimplementasikan kontrol otomatis menggunakan aktuator dua posisi
controller dengan open-close position atau berdasarkan terminology biasa,
ON-OFF position. Aksi pengendali dapat terlihat seperti berikut ini :
0 per e < -D
Xi = 1 per e < D
8
Xi = -1 per e > D
Dimana : Xi = sinyal controller output pada waktu i
E = nilai perbedaan aliran (error), e = Y' – SP
D = hysterisis pada controller
Xi-1 = nilai sinyal pada waktu tertentu ( 0 atau 1)
Perubahan dari level terbuka “ke level tertutup” atau sebaliknya,
secara normal membutuhkan waktu tertentu, T sesuai dengan motorized
valve. Dalam kasus software ON-OFF, untuk mengeset semua parameter,
contohnya :
SP = Set point (%)
D = Hysterisis (%)
T = Open / closes time
G = Gain
Gambar Pengendali On-Off
u(t) = U1 untuk e(t) > 0
= U2 untuk e(t) < 0
Umumnya : U2 = 0 atau -U1.
Pada pengendalian ON-OFF, penggerak (actuator) hanya berada
pada dua keadaan posisi ON (hidup) atau posisi OFF (mati). Pada keadaan
ini, katup akan terbuka apabila level air berada dibawah dari level yang
9
diinginkan (set-point) atau katup penutup apabila level air melebihi dari set
point. Disini akan terdapat batasan level (level threshold) yang
berhubungan dengan set point, apabila batasan ini dilampaui karena level
bertambah atau berkurang, katup juga berubah posisinya, hal ini akan
menimbulkan perubahan posisi katup disekitar batasan level, yang timbul
pada pengoperasian normal. Ketika level sedikit di bawah set point, katup
akan terbuka sehingga level melebihi set point dengan cepat, kemudian
katup menutup dan level berkurang kembali dan seterusnya berulang-
ulang.
Untuk mengatasi masalah ini dan mencegah ausnya penggerak
(katup), ada baiknya diberikan dua batasan level yang diatur secar simetris
diatas dan dibawah set point.
Batasan atas dilampaui apabila level meningkat, katup akan
menutup.
Batasan bawah dilampaui apabila level berkurang, katup akan
terbuka.
Interval antara level yang dikehendaki dengan salah satu batas level
dinamakan HISTERISIS. Semakin besar histerisis, semakin rendah
tekanan pada actuator.
R
Gambar. Pengendali dua posisi pada proses pengendalian tinggi air.
R
10
Mekanisme pengendali ini mudah difahami bila ditinjau pengatur
tinggi air dalam tangki. Air dalam tangki secara terus menerus dikeluarkan
dengan laju tetap. Apabila permukaan air turun melebihi titik acuan R,
maka sensor tinggi air akan memberi sinyal bahwa terjadi penurunan
permukaan air melebihi batas. Sinyal ini masuk ke pengendali dan
pengendali memerintah pompa untuk bekerja. Dengan bekerjanya pompa,
air akan masuk ke tangki dan permukaan air akan naik kembali. Pada saat
tinggi air tepat mencapai R pompa berhenti.Akibat terjadi pengosongan
tangki, dan proses di atas berulang lagi. Dengan demikian pompa akan
selalu mati-hidup secara periodic seiring dengan perubahan tinggi
permukaan air. Peristiwa ini disebut cycling atau osilasi.
Pengendali dua posisi mencatu energi atau massa ke dalam proses
dengan bentuk pulsa-pulsa, sehingga menimbulkan osilasi atau cycling
pada variabel proses. Amplitudo cycling bergantung pada tiga factor,
yaitu:
• Konstanta waktu proses
• Waktu mati, dan
• Besarnya perubahan beban.
Amplitudo osilasi menjadi kecil jika konstanta waktu proses besar,
waktu mati pendek, atau perubahan beban proses kecil.
Untuk mencegah osilasi terlalu cepat pada pengendalian on-off dua
posisi, perlu dibuat lebih dari satu batas yaitu batas atas (BA) dan batas
bawah (BB). Adapun langkah pengerjaan pengendalian on-off dengan
hysterisis :
Dibuat lebih dari satu batas atas (BA) dan batas bawah (BB)
Batas atas adalah batas tertinggi variabel proses saat naik.
Batas bawah adalah batas terbawah variabel proses saat turun.
Lebar celah antara
BA dan BB disebut celah diferensial (differential gap), daerah
netral, atau histerisis.
11
Fungsi celah diferensial adalah untuk memperlambat periode-
periode cycling.
Fungsi Pengendali otomatik:
1. Membandingkan output plant (nilai aktual) dengan input referensi
(nilai diinginkan),
2. Menentukan simpangan sinyal,
3. Mengeluarkan sinyal kontrol untuk menghilangkan/mengurangi
simpangan tsb.
Karakteristik pengendali :
Hanya memiliki dua nilai keluaran, maksimum (100%) atau minimum
(0%).
Selalu terjadi cycling (perubahan periodic pada nilai PV)
Cocok dipakai untuk respon PV yang lambat
Tidak cocok jika terdapat waktu mati.
Implementasi fisik sederhana dan murah
Terdapat efek histerisis dalam implementasi praktisnya.
Dapat menimbulkan efek cycling (osilasi disekitar nilai set point).
Differential gap: adakalanya digunakan untuk menghindari terlalu
seringnya terjadi mekanisme on-off.
Aplikasi : Sistem skala besar dengan laju proses lambat (sistem
pendingin/pemanas ruangan).
Contoh implementasi: Katup yang digerakkan oleh solenoid.
13
Mode Tiga Posisi
Mode tiga posisi adalah perbaikan dari mode dua posisi atau mode
on/off yang hanya mempunyai dua posisi elemen control akhir, yaitu
maksimum dan minimum atau hidup/mati. Pada proses yang memiliki
konstanta waktu relative kecil, osilasi yang terjadi makin besar. Keadaan
ini dapat mempercepat kerukan peralatan dan sistem proses. Untuk proses
demikian lebih baik memakai pengendali tiga posisi jika waktu mati cukup
besar. Pada mode tiga posisi, controller memberikan tiga output berbeda
berdasarkan rentang error yang dapat dituliskan persamaannya sebagai
berikut :
% P = 0 %, saat Ep > + ∆𝐸𝑃
% P = 50 %, saat -∆𝐸𝑃 < Ep < +∆𝐸𝑃
% P = 100 %, saat Ep < -∆𝐸𝑃
Persamaan diatas menyatakan bahwa selama error berada diantara -
∆𝐸𝑃 hingga +∆𝐸𝑃 maka controller akan memberikan output sebesar 50 %,
baru setelah error melewati +∆𝐸𝑃 output berubah menjadi 0 % ketika error
melewati -∆𝐸𝑃 maka output menjadi 100 %. Rentang daerah netral pada
pengendali on/off menjadi rentang -∆𝐸𝑃 hingga +∆𝐸𝑃 yang berarti pada
daerah netral tersebut, controller hanya akan memberikan output sebesar
50 %. Rentang 0 %, 50 % dan 100 % akan membuat elemen control akhir
bergerak lebih cepat dibanding dari 0 % langsung ke 100 % atau dari 100
% ke 0 %.
Ya = Batas atas
Yb = Batas bawah
R = Setpoint
Gambar Keluaran pengendali tiga posisi
14
Gambar 5. Hubungan antara periode osilasi dengan error (%Ep) dan
output controller (%P)
Kelebihan pengendali tiga posisi :
• Memiliki tiga nilai keluaran, yaitu 0% - 50% - 100%.
• Hasil pengendalian lebih halus dibanding dua posisi.
Kelebihan pengendali dua posisi dan tiga posisi
Perancangan mudah,
Murah, dan
Terpercaya
Kekurangan
Terjadi fluktuasi pada variabel proses, terutama bila perubahan beban
cukup besar.
Variasi dari pengendali diskontinyu telah banyak dibuat dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerja pengendali dengan tetap memiliki
keunggulan.
15
Contoh :
Sebuah alat penukar panas dikendalikan oleh controller tiga posisi untuk
daerah 4 mA – 20 mA dan daerah pengukuran 100 K – 300 K dengan
ketentuan sebagai berikut :
Pada saat sinyal control < 10 mA, katup kontrol steam terbuka
penuh (100%) dan temperatur naik dengan laju 5 K/menit
Pada saat sinyal control berada antara 10 mA – 14 mA, katup
control steam mulai menutup (50 %) sehingga temperatur naik
perlahan 3 K/menit
Pada saat sinyal control > 14 mA, katup control steam tertutup
(0%), sehingga terjadi penurunan temperatur sebesar 2 K/menit.
Controller tersebut mempunyai control lag sebesar 2 menit,
hitunglah waktu satu periode osilasi dan gambarkan grafik %P dan
temperatur terhadap periode osilasi tersebut apabila temperatur awal
adalah 165 K.
17
Gambar 6. Grafik temperatur terhadap waktu periode
osilasi
Gambar 7. Grafik %P terhadap waktu periode osilasi
18
2.3 Pengendalian Kontinyu
Pada pengendali kontinyu keluarannya terus menerus (kontinyu), dimana
setiap menerima masukan error, pengendali memberikan keluaran pada range nilai
0% sampai 100% yang sebanding dengan error. Pengendali kontinyu yang biasa
digunakan adalah jenis proporsional (P), proporsional-integral (PI) dan
proporsional-integral-derivatif (PID). Sistem pengendalian yang berjalan secara
kontinyu, pada setiap saat respon sistem selalu ada. Pada gambar 7. Sinyal e(t)
yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang keluar dari kontroler adalah sinyal
kontinyu.
Gambar 8. Sistem pengendalian kontinyu
20
Gambar 9. Hubungan % keluaran output terhadap sinyal kontrol
2.4 Istilah-Istilah Dalam Sistem Pengendalian
Beberapa keterangan mengenai elemen-elemen sistem pengendalian
sebagai berikut :
Proses (Process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi
tertentu. Input proses dapat bermacam- macam, yang pasti merupakan
besaran yang dimanipulasi oleh final control element atau control valve
agar variabel yang dimaksud sama dengan set point. Input proses ini juga
disebut variabel yang dimanipulasi.
Variabel yang dimanipulasi adalah input dari suatu proses yang dapat
dimanipulasi atau diubah-ubah besarnya agar process variable atau
variabel yang dikendalikan besarnya sama dengan set point.
Gangguan adalah besaran lain, selain variabel yang dimanipulasi, yang
dapat menyebabkan berubahnya variabel yang dikendalikan. Besaran ini
lazim disebut load.
Elemen Pengukur adalah bagian paling ujung suatu sistem pengukuran
(measuring system). Contoh elemen pengukur yang banyak dipakai
21
misalnya termocouple atau oriface plate. Bagian ini juga biasa disebut
sensor atau primary element.
Transmitter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing
element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh
controller.
Transducer adalah unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali
dirancukan dengan kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi
yang serupa, walaupun tidak sama benar. Transducer lebih bersifat umum,
sedangkan transmitter lebih khusus pada pemakaian dalam sistem
pengukuran.
Variabel yang dimaksud atau measured variable adalah sinyal yang
keluar dari transmitter. Besaran ini merupakan cerminan besarnya sinyal
sistem pengukuran.
Set Point adalah besar process variable yang dikehendaki. Sebuah kendali
akan selalu berusaha menyamakan variabel yang dikendalikan dengan set
point.
Error adalah selisih antara set point dikurangivariabel yang dimaksud.
Error bisa negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih kecil
dari variabel yang dimaksud, error menjadi negatif.
Controller adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap
langkah pengendalian yang membandingkan set point dengan
measurement variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu
dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil
perhitungan tadi. Controller sepenuhnya menggantikan peran manual
dalam mengendalikan sebuah proses. Controller merupakan alat
pengendali.
22
Unit Pengendali adalah bagian dari controller yang menghitung besarnya
koreksi yang diperlukan. Input control unit adalah error, dan outputnya
adalah sinyal yang keluar dari controller (manipulated variable). Unit
Pengendali memiliki fungsi transfer yang tergantung pada jenis controller.
Output unit pengendali adalah hasil penyelesaian matematik fungsi
transfer dengan memasukkan nilai error sebagai input.
Final control element, seperti tercermin dari namanya, adalah bagian
akhir dari instrumentasi sistem pengendalian. Bagian ini berfungsi untuk
mengubah measurement variable dengan cara memanipulasi besarnya
manipulated variable, berdasarkan perintah controller.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama-
sama dan melakukan suatu sasaran tertentu, sedangkan pengendalian
diartikan sebagai mengekang dan menguasai. Jadi sistem pengendali
proses adalah sistem pengendalian suatu parameter dari berbagai macam
proses.
• Sistem Pengendalian Manual adalah sistem pengendalian dengan subyek
adalah makhluk hidup, contoh oleh manusia. Biasanya sistem ini dipakai
pada beberapa proses-proses yang tidak banyak mengalami perubahan
beban ( load ) atau pada proses yang tidak kritis.
• Sistem Pengendalian Otomatis adalah sistem pengendalian dimana subyek
digantikan oleh suatu alat yang disebut controller. Dimana tugas untuk
membuka dan menutup valve tidak lagi dikerjakan oleh operator, tetapi
atas perintah controller. (Gunterus, 1994)
3.2 Saran
Mahasiswa sebaiknya dapat lebih memahami mengenai sistem
pengendalian. Pentinganya mempelajari sistem pengendalian ini erat
kaitannya dengan mengefisiensikan dan mengoptimalkan kerja mesin agar
mampu kita atur sesuai dengan apa yang kita harapkan sehingga dapat di
aplikasikan di dunia kerja.