MAKALAH
-
Upload
semy-simbala -
Category
Documents
-
view
65 -
download
6
description
Transcript of MAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,
dan mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sejalan dengan visi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
tersebut, maka diharapkan Program Keluarga Berencana Nasional akan
memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas
penduduk, untuk memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai
akses informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang
tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak, dengan demikian
diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan melainkan setiap
kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (BKKBN, 2009).
Metode kontrasepsi AKDR dapat menjadi pilihan utama untuk
menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor antara 20-35 tahun,
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
Metode kontrasepsi ini sangat efektif karena memiliki kelebihan yaitu
efektifitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat dipercaya, murah harganya,
dan mudah dalam pelaksanaannya serta kegagalan yang disebabkan karena
kesalahan akseptor relatif kecil (BKKBN, 2009).
1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
tentang kontrasepsi AKDR sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami sebagai mahasiswa kebidanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik, dipasang
langsung di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan, (Hartanto,
2010).
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat
dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung
hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai
benang (Handayani, 2010).
AKDR adalah suatu usahah pencegahan kehamilan dengan
menggulungkan secarik kertas yang terbuat dari secarik kertas, diikat
dengan benang lalu dimasukkan kedalam rongga rahim (Handayani, 2010).
AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam
rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai
oleh semua wanita usia reproduktif (Handayani, 2010).
AKDR atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim
wanita untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).
AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi
dalam uterus (Hidayati, 2009).
3
Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang
digunakan dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai
benda asing dalam rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat.
Tembaga yang terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam
rahim yang menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu
melakukan pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif
dalam mencegah kehamilan (Hidayati , 2009).
B. Jenis-Jenis
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari
generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:
1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT,
Cu-7.Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon,
dan Graten Ber Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T
220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T
380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun),
ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD
4
angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat
halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti
tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal.
2) Un Medicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T
Coil, Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop
dapat dibiarkan in-utero unuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhanan persoalan bagi
akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini
dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis
Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
2. IUD yang mengandung hormonal
a. Progestasert –T = Alza T
1) Panjang 36 mm, labar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor
warna hitam.
2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65 µg progesteron setiap hari.
3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.
4) Daya kerja 18 bulan.
5) Tekhnik insersi: Plunging (modified withdrawal)
b. LNG 20
1) Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel, dengan pelepasan 20µg
per hari.
2) Sedang diteliti di Finlandia.
5
3) Angka kegagalan /kehamilan angka terendah: <0,5 per 100
wanita per tahun.
4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,
karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang
sangat sedikit (Handayani, 2010).
C. Cara Kerja
Sampai saat ini mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan
pasti. Beberapa ahli berpendapat bahwa AKDR dalam kavum uteri
menimbulkan peradangan pada endometrium yang dapat menghancurkan
blastokist dan sperma. Jenis AKDR yang paling efektif adalah ion logam
tembaga (Wiknjosastro, 2008). Menurut Saifudin (2006), cara kerja AKDR
secara umum adalah:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Rincian mekanisme kerja AKDR adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang
menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan leukosit yang
dapat melarutkan blastokist atau sperma.
6
2. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokist tidak dapat hidup
dalam uterus.
3. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering
adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat dalam tuba fallopii.
5. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir serviks
sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati kavum uteri.
6. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
memepengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.
Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan suksual terjadi)
dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih
mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau
penyerangan sel telur yang telah dibuahi.
7. Dari penelitian-penelitian terakhir, didangka bahwa IUD juga mencegah
spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilitas). Ini terbukti dari
penelitian di Chili: a.Diambil ovum dari 14 wanita pemakai IUD dan 20
wanita tanpa menggunakanan kontrasepsi. Semua wanita telah
melakukan senggama sekitar waktu ovulasi.; b.Ternyata ovum dari
wanita akseptor IUD tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilitas
maupun perkembangan embrionik normal, sedangkan setengah jumlah
7
ovum pada wanita ynag tidak menggunakan kontrasepsi menunjukkan
tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik normal.;
c.Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan
cara mencegah terjadinya fertilisasi.
8. Untuk IUD yang mengandung Cu: a.Antagonisme kationic yang
spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carboniyc anhydrase
yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu
menghambat reaksi carboniyc anhydrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinya implantasi dan juga mugkin menghambat aktivasi alkali
phosphatase.; b.Mengganggu pengambilan estrogen endogeneuse oleh
mukosa uterus.; c.Menganggu jumlah DNA dalm sel Endometrium.;
d.Mengganggu metabolisme glikogen.
9. Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron. a.Gangguan proses
pematangan proliferatif sekretoir sehingga timbul penekenan terhadap
endometrium dan terganggunya proses implantasi endometrium tetap
berada dalam fase decidual/progestational.; b.Lendir serviks yang
menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin
(Handayani:2010).
D. Angka Kegagalan AKDR
Munurut Hartanto (2010), sebagai alat kontrasep AKDR memiliki
kelemahan antara lain :
1. Belum ada AKDR yang 100% efektif.
2. 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun.
8
3. Angka kegagalan untuk setiap jenis Lippes loop First Generation Cu
dua kehamilan per 100 wanita per tahun.
4. Angka kegagalan untuk Second Generation Cu adalah 1 kehamilan per
100 wanita per tahun dan 1-4 kehamilan per 100 wanita setelah 6
tahun pemakaian.
Efektivitas AKDR menurut Suparyanto antara lain :
1. Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate)
yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa: Ekspulsi spontan,
terjadinya kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-
alasan medis atau pribadi.
2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada : a.IUD-nya:
Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau progesteron. b.Akseptor (1).
Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, makin rendah
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 2). Paritas : makin
muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD. 3). Frekuensi senggama.
3. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan). (Handayani:2010)
E. Keuntungan-Keuntungan AKDR
Hartanto (2010) menyimpulkan beberapa keuntungan AKDR antara
lain :
9
1. Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post-partum maupun
post-abortus.
2. Kehilangan darah haid lebih sedikit.
3. Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita
dengan paritas rendah.
4. Ukuran tabung inserter lebih kecil
Arum dan Sujiyatini (2008) juga mengungkapkan bahwa AKDR
memiliki keuntungan-keuntungan yaitu :
1. Sebagai kotrasepsi, efektifitasnya tinggi.
2. Sangat efektif 0.6 – 0.8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).
3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak
perlu diganti).
5. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
7. Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak perlu takut
untuk hamil.
8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
9. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume Air Susu Ibu (ASI).
10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
10
11. Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
13. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
F. Kerugian
Secara garis besar Arum dan Sujiyatini (2008), mengungkapkan
bahwa AKDR sebagai alat kontrasepsi juga memiliki beberapa kerugian
juga kekurangana yaitu :
1. Terjadi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan).
2. Haid menjadi lebih lama dan banyak.
3. Terjadi perdarahan (spotting antara menstruasi).
4. Saat haid lebih sedikit.
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008), AKDR juga dapat
menimbulkan beberapa efek samping antara lain :
1. Perdarahan : Umumnya pada saat pemasangan AKDR dapat terjadi
perdarahan sedikit-demi sedikit namun cepat berhenti.
2. Rasa nyeri dan kejang di perut : Biasanya rasa nyeri terjadi segera
setelah pemasangan AKDR
3. Gangguan pada suami dan ekspulsi : Suami kadangkala dapat
merasakan adanya benang saat bersanggama.
11
G. Yang dapat menggunakan AKDR
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan AKDR menurut
Arum dan Sujiyatini (2008) antara lain :
1. Ibu usia produktif;
2. Keadaan nulipara;
3. Ibu yang menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang;
4. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi;
5. Ibu pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya;
6. Ibu yang mengalami abortus dan tidak terlihat adanya tanda infeksi;
7. Resiko rendah dari IMS;
8. Tidak menghendaki metode hormonal;
9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil;
10. Ibu dengan penyakit seperti tekanan darah tinggi, tumor jinak payudara,
kanker payudara, jantung, pusing-pusing, sakit kepala, varises, stroke
diabetes, malaria, skistosomiasi, epilepsi, TBC non-pelvik;
11. Ibu perokok;
12. Sedang memakai antibiotika atau obat anti kejang;
13. Gemuk ataupun kurus.
H. Yang Tidak dapat menggunakan
Keadaan ibu yang tidak dapat menggunakan AKDR menurut Arum dan
Sujiyatini (2008) yaitu :
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
2. Perdarahan pervaginam yang tidak di ketahui penyebabnya
12
3. Sedang menderita Infeksi Menular Seksual (IMS)
4. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim.
5. Diketahui menderita TBC pelvic.
6. Kanker alat genital
7. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.
I. Waktu Pemasangan AKDR yang baik
Hutahaean (2010), menjelaskan bahwa waktu yang baik dapat dipilih untuk
pemasangan AKDR yaitu :
1. Bersamaan dengan menstruasi
2. Segera setelah bersih menstruasi
3. Pada masa akhir puerperium
4. Tiga bulan pasca persalinan
5. Bersamaan dengan seksio sesarea
6. Bersamaan dengan abortus dan kuretase
7. Hari kedua atau ketiga pasca persalinan
J. Langkah-langkah pemasangan AKDR
Langkah 1
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan
klien mengajukan pertanyaan.
2. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada
beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti apabila akan diberitahu
bila sampai pada langkah tersebut.
3. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.
13
Langkah 2
1. Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus,
pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar
bartholini dan kelenjar skene.
2. Lakukan pemereiksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan
vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.
3. Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi uterus,
konsistensi dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri
goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada kavum douglasi.
Lagkah 3
Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk
memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah
Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea
atau klamidia.
Langkah 4
Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan sterilnya.
Langkah 5
Tenakulum untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.
Langkah 6
Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman
kavum uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh
(no touch) dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.
14
Langkah 7
1. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman
kavum uteri.
2. Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan
sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina
berada dalam satu garis lurus.
3. Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi
AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher
biru dalam arah horizontal.
4. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter
sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan
dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
5. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan,
sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong.
Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak
kavum uteri).
6. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung
inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati
sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan
AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin dalam
kavum uteri.
15
7. Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu
benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm,
potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo yang tajam.
8. Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas jepitan
tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.
Langkah 8
Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas
sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.
Langkah 9
Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah
selesai dipakai.
Langkah 10
1. Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR (dengan
model bila tersedia).
2. Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah pemasangan
AKDR.
K. Langkah-langkah pencabutan AKDR
Langkah 1
Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien
untuk bertanya.
Langkah 2
Memasukkan spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.
16
Langkah 3
Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.
Langkah 4
1. Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.
Meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu
mungkin timbul sakit tapi itu normal.
2. Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan
klem lurus atau lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi tingkat
tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik
dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut
AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung
AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik
keluar.
3. Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada
kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila
tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat
pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang atau
AKDR itu sendiri
4. Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami
kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelan-pelan
sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari
pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis
17
servikalis yang sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit
serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan
dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga besar
(YBPSP, 2006).
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
AKDR merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dalam rahim
sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai benda asing dalam
rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat. Tembaga yang
terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam rahim yang
menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan
pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif dalam
mencegah kehamilan. Macam- macam kontrasepsi AKDR yaitu :
1. AKDR Non-hormonal
2. IUD yang mengandung hormonal
Dalam pemakaian AKDR sebaiknya calon akseptor memahami
keuntungan dan kerugian kontrasepsi AKDR dan efek samping serta cara
kerja AKDR melalui penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Saat
klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam
penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Penyusun berharap para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah
ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abied, 2011. AKDR. Online : http://www.masbied.com.
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Rineka Cipta. Jakarta
Arum, D.N.S., Sujiyatini, 2008., Panduan Lengkap KB Terkini, PenerbitMitra Cendekia, Jogyakarta.
Hartanto, H., 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Hutahaean, S., 2010. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Trans Info Media Jakarta.
Saifudin, 2006. Metode Kontrasepsi AKDR. Online http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-intra-uterune-divice.html
Sudiono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wiknjosastro, H., 2008. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
20