MAKALAH

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, dan mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejalan dengan visi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) tersebut, maka diharapkan Program Keluarga Berencana Nasional akan memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk, untuk memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak, dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan melainkan setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (BKKBN, 2009). 1

description

AKDR

Transcript of MAKALAH

Page 1: MAKALAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju,

dan mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,

bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sejalan dengan visi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

tersebut, maka diharapkan Program Keluarga Berencana Nasional akan

memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas

penduduk, untuk memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai

akses informasi dan pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang

tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak, dengan demikian

diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan melainkan setiap

kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (BKKBN, 2009).

Metode kontrasepsi AKDR dapat menjadi pilihan utama untuk

menjarangkan kehamilan dengan periode usia akseptor antara 20-35 tahun,

dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.

Metode kontrasepsi ini sangat efektif karena memiliki kelebihan yaitu

efektifitas dan reversibilitas yang tinggi, dapat dipercaya, murah harganya,

dan mudah dalam pelaksanaannya serta kegagalan yang disebabkan karena

kesalahan akseptor relatif kecil (BKKBN, 2009).

1

Page 2: MAKALAH

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran

tentang kontrasepsi AKDR sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan kami sebagai mahasiswa kebidanan.

2

Page 3: MAKALAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik, dipasang

langsung di dalam rahim untuk mencegah terjadinya kehamilan, (Hartanto,

2010).

AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat

dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung

hormon dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai

benang (Handayani, 2010).

AKDR adalah suatu usahah pencegahan kehamilan dengan

menggulungkan secarik kertas yang terbuat dari secarik kertas, diikat

dengan benang lalu dimasukkan kedalam rongga rahim (Handayani, 2010).

AKDR adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan kedalam

rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai

oleh semua wanita usia reproduktif (Handayani, 2010).

AKDR atau spiral adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim

wanita untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2010).

AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi modern yang telah

dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif

fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha

kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur berimplantasi

dalam uterus (Hidayati, 2009).

3

Page 4: MAKALAH

Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang

digunakan dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai

benda asing dalam rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat.

Tembaga yang terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam

rahim yang menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu

melakukan pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif

dalam mencegah kehamilan (Hidayati , 2009).

B. Jenis-Jenis

1. AKDR Non-hormonal

Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu

berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari

generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai

generasi plastik (polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak.

a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT,

Cu-7.Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon,

dan Graten Ber Ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal

1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T

220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T

380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun),

ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD

4

Page 5: MAKALAH

angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat

halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti

tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal.

2) Un Medicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T

Coil, Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop

dapat dibiarkan in-utero unuk selama-lamanya sampai

menopause, sepanjang tidak ada keluhanan persoalan bagi

akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini

dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis

Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T

1) Panjang 36 mm, labar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor

warna hitam.

2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan

65 µg progesteron setiap hari.

3) Tabung insersinya berbentuk lengkung.

4) Daya kerja 18 bulan.

5) Tekhnik insersi: Plunging (modified withdrawal)

b. LNG 20

1) Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel, dengan pelepasan 20µg

per hari.

2) Sedang diteliti di Finlandia.

5

Page 6: MAKALAH

3) Angka kegagalan /kehamilan angka terendah: <0,5 per 100

wanita per tahun.

4) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan

perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,

karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang

sangat sedikit (Handayani, 2010).

C. Cara Kerja

Sampai saat ini mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan

pasti. Beberapa ahli berpendapat bahwa AKDR dalam kavum uteri

menimbulkan peradangan pada endometrium yang dapat menghancurkan

blastokist dan sperma. Jenis AKDR yang paling efektif adalah ion logam

tembaga (Wiknjosastro, 2008). Menurut Saifudin (2006), cara kerja AKDR

secara umum adalah:

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.

2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

3. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

Rincian mekanisme kerja AKDR adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti,

ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang

menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan leukosit yang

dapat melarutkan blastokist atau sperma.

6

Page 7: MAKALAH

2. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada

pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokist tidak dapat hidup

dalam uterus.

3. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering

adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat

menghalangi nidasi.

4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat dalam tuba fallopii.

5. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir serviks

sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati kavum uteri.

6. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual

terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan

memepengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.

Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan suksual terjadi)

dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih

mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau

penyerangan sel telur yang telah dibuahi.

7. Dari penelitian-penelitian terakhir, didangka bahwa IUD juga mencegah

spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilitas). Ini terbukti dari

penelitian di Chili: a.Diambil ovum dari 14 wanita pemakai IUD dan 20

wanita tanpa menggunakanan kontrasepsi. Semua wanita telah

melakukan senggama sekitar waktu ovulasi.; b.Ternyata ovum dari

wanita akseptor IUD tidak ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilitas

maupun perkembangan embrionik normal, sedangkan setengah jumlah

7

Page 8: MAKALAH

ovum pada wanita ynag tidak menggunakan kontrasepsi menunjukkan

tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik normal.;

c.Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain bekerja dengan

cara mencegah terjadinya fertilisasi.

8. Untuk IUD yang mengandung Cu: a.Antagonisme kationic yang

spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carboniyc anhydrase

yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana Cu

menghambat reaksi carboniyc anhydrase sehingga tidak memungkinkan

terjadinya implantasi dan juga mugkin menghambat aktivasi alkali

phosphatase.; b.Mengganggu pengambilan estrogen endogeneuse oleh

mukosa uterus.; c.Menganggu jumlah DNA dalm sel Endometrium.;

d.Mengganggu metabolisme glikogen.

9. Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron. a.Gangguan proses

pematangan proliferatif sekretoir sehingga timbul penekenan terhadap

endometrium dan terganggunya proses implantasi endometrium tetap

berada dalam fase decidual/progestational.; b.Lendir serviks yang

menjadi lebih kental/tebal karena pengaruh progestin

(Handayani:2010).

D. Angka Kegagalan AKDR

Munurut Hartanto (2010), sebagai alat kontrasep AKDR memiliki

kelemahan antara lain :

1. Belum ada AKDR yang 100% efektif.

2. 1 – 3 kehamilan per 100 wanita per tahun.

8

Page 9: MAKALAH

3. Angka kegagalan untuk setiap jenis Lippes loop First Generation Cu

dua kehamilan per 100 wanita per tahun.

4. Angka kegagalan untuk Second Generation Cu adalah 1 kehamilan per

100 wanita per tahun dan 1-4 kehamilan per 100 wanita setelah 6

tahun pemakaian.

Efektivitas AKDR menurut Suparyanto antara lain :

1. Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate)

yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa: Ekspulsi spontan,

terjadinya kehamilan dan pengangkatan/pengeluaran karena alasan-

alasan medis atau pribadi.

2. Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada : a.IUD-nya:

Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau progesteron. b.Akseptor (1).

Umur : makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, makin rendah

angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD. 2). Paritas : makin

muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi angka ekspulsi dan

pengangkatan/pengeluaran IUD. 3). Frekuensi senggama.

3. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8

kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun pertama (1 kegagalan

dalam 125-170 kehamilan). (Handayani:2010)

E. Keuntungan-Keuntungan AKDR

Hartanto (2010) menyimpulkan beberapa keuntungan AKDR antara

lain :

9

Page 10: MAKALAH

1. Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post-partum maupun

post-abortus.

2. Kehilangan darah haid lebih sedikit.

3. Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita

dengan paritas rendah.

4. Ukuran tabung inserter lebih kecil

Arum dan Sujiyatini (2008) juga mengungkapkan bahwa AKDR

memiliki keuntungan-keuntungan yaitu :

1. Sebagai kotrasepsi, efektifitasnya tinggi.

2. Sangat efektif 0.6 – 0.8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak

perlu diganti).

5. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.

6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

7. Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena tidak perlu takut

untuk hamil.

8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).

9. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume Air Susu Ibu (ASI).

10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila

tidak terjadi infeksi).

10

Page 11: MAKALAH

11. Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah haid

terakhir).

12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

13. Membantu mencegah kehamilan ektopik.

F. Kerugian

Secara garis besar Arum dan Sujiyatini (2008), mengungkapkan

bahwa AKDR sebagai alat kontrasepsi juga memiliki beberapa kerugian

juga kekurangana yaitu :

1. Terjadi perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan

akan berkurang setelah 3 bulan).

2. Haid menjadi lebih lama dan banyak.

3. Terjadi perdarahan (spotting antara menstruasi).

4. Saat haid lebih sedikit.

Sedangkan menurut Wiknjosastro (2008), AKDR juga dapat

menimbulkan beberapa efek samping antara lain :

1. Perdarahan : Umumnya pada saat pemasangan AKDR dapat terjadi

perdarahan sedikit-demi sedikit namun cepat berhenti.

2. Rasa nyeri dan kejang di perut : Biasanya rasa nyeri terjadi segera

setelah pemasangan AKDR

3. Gangguan pada suami dan ekspulsi : Suami kadangkala dapat

merasakan adanya benang saat bersanggama.

11

Page 12: MAKALAH

G. Yang dapat menggunakan AKDR

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan AKDR menurut

Arum dan Sujiyatini (2008) antara lain :

1. Ibu usia produktif;

2. Keadaan nulipara;

3. Ibu yang menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang;

4. Ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi;

5. Ibu pasca melahirkan dan tidak menyusui bayinya;

6. Ibu yang mengalami abortus dan tidak terlihat adanya tanda infeksi;

7. Resiko rendah dari IMS;

8. Tidak menghendaki metode hormonal;

9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil;

10. Ibu dengan penyakit seperti tekanan darah tinggi, tumor jinak payudara,

kanker payudara, jantung, pusing-pusing, sakit kepala, varises, stroke

diabetes, malaria, skistosomiasi, epilepsi, TBC non-pelvik;

11. Ibu perokok;

12. Sedang memakai antibiotika atau obat anti kejang;

13. Gemuk ataupun kurus.

H. Yang Tidak dapat menggunakan

Keadaan ibu yang tidak dapat menggunakan AKDR menurut Arum dan

Sujiyatini (2008) yaitu :

1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).

2. Perdarahan pervaginam yang tidak di ketahui penyebabnya

12

Page 13: MAKALAH

3. Sedang menderita Infeksi Menular Seksual (IMS)

4. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim.

5. Diketahui menderita TBC pelvic.

6. Kanker alat genital

7. Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm.

I. Waktu Pemasangan AKDR yang baik

Hutahaean (2010), menjelaskan bahwa waktu yang baik dapat dipilih untuk

pemasangan AKDR yaitu :

1. Bersamaan dengan menstruasi

2. Segera setelah bersih menstruasi

3. Pada masa akhir puerperium

4. Tiga bulan pasca persalinan

5. Bersamaan dengan seksio sesarea

6. Bersamaan dengan abortus dan kuretase

7. Hari kedua atau ketiga pasca persalinan

J. Langkah-langkah pemasangan AKDR 

Langkah 1

1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilakan

klien mengajukan pertanyaan.

2. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada

beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti apabila akan diberitahu

bila sampai pada langkah tersebut.

3. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.

13

Page 14: MAKALAH

Langkah 2

1. Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya ulkus,

pembengkakan kelenjar getah bening (bubo), pembengkakan kelenjar

bartholini dan kelenjar skene.

2. Lakukan pemereiksaan spekulum untuk memeriksa adanya cairan

vagina, servisitis, dan pemeriksaan mikroskopis bila diperlukan.

3. Lakukan pemeriksaan panggul untuk menetukan besar, posisi uterus,

konsistensi dan mobilitas uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri

goyang serviks dan tumor pada adneksa atau pada kavum douglasi.

Lagkah 3

Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi untuk

memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial vaginosis (preparat basah

Saline dan KOH serta pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea

atau klamidia.

Langkah 4

Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di dalam kemasan sterilnya.

Langkah 5

Tenakulum untuk menjepit serviks poada posisi jam 1 atau jam 11.

Langkah 6

Masukkan sonde uterus untuk menentukan posisi uterus dan kedalaman

kavum uteri. Memasukkan sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh

(no touch) dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.

14

Page 15: MAKALAH

Langkah 7

1. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai dengan kedalaman

kavum uteri.

2. Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah melakukan

sonde uterus) sehingga kavum uteri, kanalis servikalis dan vagina

berada dalam satu garis lurus.

3. Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter yang sudah berisi

AKDR kedalam kanalis servikalis dengan mempertahankan posisi leher

biru dalam arah horizontal.

4. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong tabung inserter

sampai leher biru menyentuh serviks atau sampai terasa ada tahanan

dari fundus uteri. Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.

5. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan,

sedang tangan lain menarik tabung inserter sampai pangkal pendorong.

Dengan cara ini lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak

kavum uteri).

6. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan menahan tabung

inserter, dorong kembali tabung inserter dengan pelan dan hati-hati

sampai terasa ada tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan

AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi mungkin dalam

kavum uteri.

15

Page 16: MAKALAH

7. Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis servikalis. Pada waktu

benang tampak tersembul keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm,

potong benang tersebut degan menggunakan gunting mayo yang tajam.

8. Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati tempat bekas jepitan

tenakulum, tekan dengan kasa sampai perdarahn terhenti.

Langkah 8

Buang bahan-bahan habis pakai yang terkontaminasi sebelum melepas

sarung tangan. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi.

Langkah 9

Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah

selesai dipakai.

Langkah 10

1. Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang AKDR (dengan

model bila tersedia).

2. Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit setelah pemasangan

AKDR.

K. Langkah-langkah pencabutan AKDR

Langkah 1

Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan persilakan klien

untuk bertanya.

Langkah 2

Memasukkan spukulum untuk melihat serviks dan benang AKDR.

16

Page 17: MAKALAH

Langkah 3

Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali.

Langkah 4

1. Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan dilakukan pencabutan.

Meminta klien untuk tenang dan menarik napas panjang. Memberitahu

mungkin timbul sakit tapi itu normal.

2. Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan

klem lurus atau lengkung (ekstraktor) yang sudah didisinfeksi tingkat

tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik

dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk

mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut

AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik tetapi ujung

AKDR masih dapat dilihat maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik

keluar.

3. Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak, periksa pada

kanalis servikalis dengan menggunakan klem lurus atau lengkung. Bila

tidak ditemukan pada kanalis servikalis, masukkan klem atau alat

pencabut AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang atau

AKDR itu sendiri

4. Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi kemudian mengalami

kesulitan menarik seluruhnya dari kanalis servikalis, putar pelan-pelan

sambil tetap menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari

pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus dengan kanalis

17

Page 18: MAKALAH

servikalis yang sangat tajam, gunakan tenakulum untuk menjepit

serviks dan lakukan tarikan ke bawah dan ke atas dengan pelan-pelan

dan hati-hati, sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga besar

(YBPSP, 2006).

18

Page 19: MAKALAH

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

AKDR merupakan alat kontrasepsi yang digunakan dalam rahim

sebagai pencegah kehamilan. Cara kerjanya sebagai benda asing dalam

rahim dapat menimbulkan reaksi peradangan setempat. Tembaga yang

terdapat di dalam IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam rahim yang

menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu melakukan

pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman dan efektif dalam

mencegah kehamilan. Macam- macam kontrasepsi AKDR yaitu :

1. AKDR Non-hormonal

2. IUD yang mengandung hormonal

Dalam pemakaian AKDR sebaiknya calon akseptor memahami

keuntungan dan kerugian kontrasepsi AKDR dan efek samping serta cara

kerja AKDR melalui penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Saat

klien datang pada kunjungan ulang harus ditanyakan ada masalah dalam

penggunaan kondom dan kepuasan dalam menggunakannya.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi

pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan

kelemahannya. Penyusun berharap para pembaca dapat memberikan kritik

dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah

ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

19

Page 20: MAKALAH

DAFTAR PUSTAKA

Abied, 2011. AKDR. Online : http://www.masbied.com.

Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Rineka Cipta. Jakarta

Arum, D.N.S., Sujiyatini, 2008., Panduan Lengkap KB Terkini, PenerbitMitra Cendekia, Jogyakarta.

Hartanto, H., 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hutahaean, S., 2010. Asuhan Keperawatan Dalam Maternitas dan Ginekologi. Trans Info Media Jakarta.

Saifudin, 2006. Metode Kontrasepsi AKDR. Online http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-intra-uterune-divice.html

Sudiono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wiknjosastro, H., 2008. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

20