makalah-111104012655-phpapp02

29
CASE 1 Seorang dokter gigi pada lokasi X dihubungi dari pihak manajemen DVI untuk membantu proses identifikasi dari bencana masal, korban kebakaran dari suatu hotel dengan jumlah korban yang meninggal kurang lebih 400 orang dari berbagai daerah dan mancanegara, apakah yang harus dilakukan oleh dokter gigi tersebut dan apa yang melatarbelakangi Tim DVI melibatkan dokter gigi dalam proses mengidentifikasi serta dasar hukum apa dokter gigi berperan untuk membantu tim DVI. Apa yang menjadi permasalahan dalam kasus ini ? Berikan hipotesis dari permasalahan ini ! Apakah topik utama dalam permasalahan ini ? DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan dan mangacu pada standar baku Interpol. Tim DVI sendiri terdiri dari dokter spesialis forensik, dokter gigi, ahli anthropology (ilmu yang mempelajari tulang), kepolisian, fotografi, dan ada yang berasal dari masyarakat juga. Tugasnya adalah mengidentifikasi korban. Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu: a. Initial Action at the Disaster Site Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP) bencana. Ketika suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan bencana. Sebuah organisasi resmi harus mengasumsikan komando operasi secara keseluruhan untuk memastikan koordinasi personil dan sumber daya material yang efektif dalam penanganan bencana. Dalam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara

description

fsf

Transcript of makalah-111104012655-phpapp02

Page 1: makalah-111104012655-phpapp02

CASE 1

Seorang dokter gigi pada lokasi X dihubungi dari pihak manajemen DVI untuk membantu proses

identifikasi dari bencana masal, korban kebakaran dari suatu hotel dengan jumlah korban yang meninggal

kurang lebih 400 orang dari berbagai daerah dan mancanegara, apakah yang harus dilakukan oleh dokter gigi

tersebut dan apa yang melatarbelakangi Tim DVI melibatkan dokter gigi dalam proses mengidentifikasi serta

dasar hukum apa dokter gigi berperan untuk membantu tim DVI.

Apa yang menjadi permasalahan dalam kasus ini ?

Berikan hipotesis dari permasalahan ini !

Apakah topik utama dalam permasalahan ini ?

DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai prosedur untuk

mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat dipertanggung-jawabkan dan

mangacu pada standar baku Interpol.

Tim DVI sendiri terdiri dari dokter spesialis forensik, dokter gigi, ahli anthropology (ilmu yang

mempelajari tulang), kepolisian, fotografi, dan ada yang berasal dari masyarakat juga. Tugasnya adalah

mengidentifikasi korban.

Adapun proses DVI meliputi 5 fase, dimana setiap fasenya mempunyai keterkaitan satu dengan yang

lainnya, yaitu:

a. Initial Action at the Disaster Site

Merupakan tindakan awal yang dilakukan di tempat kejadian peristiwa (TKP) bencana. Ketika

suatu bencana terjadi, prioritas yang paling utama adalah untuk mengetahui seberapa luas jangkauan

bencana. Sebuah organisasi resmi harus mengasumsikan komando operasi secara keseluruhan untuk

memastikan koordinasi personil dan sumber daya material yang efektif dalam penanganan bencana.

Dalam kebanyakan kasus, polisi memikul tanggung jawab komando untuk operasi secara keseluruhan.

Sebuah tim pendahulu (kepala tim DVI, ahli patologi forensik dan petugas polisi) harus sedini mungkin

dikirim ke TKP untuk mengevaluasi situasi berikut :

- Keluasan TKP, pemetaan jangkauan bencana dan pemberian koordinat untuk area bencana.

- Perkiraan jumlah korban.

- Keadaan mayat.

- Evaluasi durasi yang dibutuhkan untuk melakukan DVI.

- Institusi medikolegal yang mampu merespon dan membantu proses DVI.

- Metode untuk menangani mayat.

- Transportasi mayat.

- Penyimpanan mayat.

- Kerusakan properti yang terjadi.

Page 2: makalah-111104012655-phpapp02

Pada prinsipnya untuk fase tindakan awal yang dilakukan di situs bencana, ada tiga langkah utama.

Langkah pertama adalah to secure atau untuk mengamankan, langkah kedua adalah to collect atau

untuk mengumpulkan dan langkah ketiga adalah documentation atau pelabelan.

Pada langkah to secure organisasi yang memimpin komando DVI harus mengambil langkah untuk

mengamankan TKP agar TKP tidak menjadi rusak. Langkah – langkah tersebut antara lain adalah :

- Memblokir pandangan situs bencana untuk orang yang tidak berkepentingan (penonton yang

penasaran, wakil – wakil pers, dll), misalnya dengan memasang police line.

- Menandai gerbang untuk masuk ke lokasi bencana.

- Menyediakan jalur akses yang terlihat dan mudah bagi yang berkepentingan.

- Menyediakan petugas yang bertanggung jawab untuk mengontrol siapa saja yang memiliki akses

untuk masuk ke lokasi bencana.

- Periksa semua individu yang hadir di lokasi untuk menentukan tujuan kehaditan dan otorisasi.

- Data terkait harus dicatat dan orang yang tidak berwenang harus meninggalkan area bencana.

Pada langkah to collect organisasi yang memimpin komando DVI harus mengumpulkan korban –

korban bencana dan mengumpulkan properti yang terkait dengan korban yang mungkin dapat

digunakan untuk kepentingan identifikasi korban.

Pada langkah documentation organisasi yang memimpin komando DVI mendokumentasikan

kejadian bencana dengan cara memfoto area bencana dan korban kemudian memberikan nomor dan

label pada korban.

Setelah ketiga langkah tersebut dilakukan maka korban yang sudah diberi nomor dan label

dimasukkan ke dalam kantung mayat untuk kemudian dievakuasi.

b. Collecting Post Mortem Data

Pengumpulan data post-mortem atau data yang diperoleh paska kematian dilakukan oleh post-

mortem unit yang diberi wewenang oleh organisasi yang memimpin komando DVI. Pada fase ini

dilakukan berbagai pemeriksaan yang kesemuanya dilakukan untuk memperoleh dan mencatat data

selengkap – lengkapnya mengenai korban. Pemeriksaan dan pencatatan data jenazah yang dilakukan

diantaranya meliputi :

- Dokumentasi korban dengan mengabadikan foto kondisi jenazah korban.

- Pemeriksaan fisik, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam jika diperlukan.

- Pemeriksaan sidik jari.

- Pemeriksaan rontgen.

- Pemeriksaan odontologi forensik: bentuk gigi dan rahang merupakan ciri khusus tiap orang

; tidak ada profil gigi yang identik pada 2 orang yang berbeda.

- Pemeriksaan DNA.

- Pemeriksaan antropologi forensik : pemeriksaan fisik secara keseluruhan, dari bentuk tubuh,

tinggi badan, berat badan, tatto hingga cacat tubuh dan bekas luka yang ada di tubuh korban.

Page 3: makalah-111104012655-phpapp02

Data – data hasil pemeriksaan tersebut kemudian digolongkan ke dalam data primer dan data

sekunder sebagai berikut :

- PRIMER : sidik jari, profil gigi, DNA

- SECONDARY : visual, fotografi, properti jenazah, medik-antropologi (tinggi badan, ras, dll.)

Selain mengumpulkan data paska kematian, pada fase ini juga sekaligus dilakukan tindakan untuk

mencegah perubahan – perubahan paska kematian pada jenazah, misalnya dengan meletakkan jenazah

pada lingkungan dingin untuk memperlambat pembusukan.

c. Collecting Ante Mortem Data

Pada fase ini dilakukan pengumpulan data mengenai jenazah sebelum kematian. Data ini biasanya

diperoleh dari keluarga jenazah maupun orang yang terdekat dengan jenazah. Data yang diperoleh dapat

berupa foto korban semasa hidup, interpretasi ciri – ciri spesifik jenazah (tattoo, tindikan, bekas luka,

dll), rekaman pemeriksaan gigi korban, data sidik jari korban semasa hidup, sampel DNA orang tua

maupun kerabat korban, serta informasi – informasi lain yang relevan dan dapat digunakan untuk

kepentingan identifikasi, misalnya informasi mengenai pakaian terakhir yang dikenakan korban.

d. Reconciliation

Pada fase ini dilakukan pembandingan data post mortem dengan data ante mortem. Ahli forensik

dan profesional lain yang terkait dalam proses identifikasi menentukan apakah temuan post mortem

pada jenazah sesuai dengan data ante mortem milik korban yang dicurigai sebagai jenazah. Apabila data

yang dibandingkan terbukti cocok maka dikatakan identifikasi positif atau telah tegak. Apabila data

yang dibandingkan ternyata tidak cocok maka identifikasi dianggap negatif dan data post mortem

jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan temuan post mortem

jenazah.

e. Returning to the Family

Korban yang telah diidentifikasi direkonstruksi hingga didapatkan kondisi kosmetik terbaik

kemudian dikembalikan pada keluarganya untuk dimakamkan. Apabila korban tidak teridentifikasi

maka data post mortem jenazah tetap disimpan sampai ditemukan data ante mortem yang sesuai dengan

temuan post mortem jenazah, dan pemakaman jenazah menjadi tanggung jawab organisasi yang

memimpin komando DVI. Sertifikasi jenazah dan kepentingan mediko-legal serta administrative untuk

penguburan menjadi tanggung jawab pihak yang menguburkan jenazah.

Prinsip dari proses identifikasi ini adalah dengan membandingkan data Ante Mortem dan Post Mortem,

semakin banyak yang cocok maka akan semakin baik. Primary Identifiers mempunyai nilai yang sangat tinggi

bila dibandingkan dengan Secondary Identifiers.

Selanjutnya dalam identifikasi tidak hanya menggunakan satu cara saja, segala cara

yang mungkin harus dilakukan, hal ini penting oleh karena semakin banyak kesamaan yang ditemukan akan

semakin akurat. Identifikasi tersebut minimal harus menggunakan 2 cara

yang digunakan memberikan hasil yang positif (tidak meragukan). Prinsip dari proses identifikasi adalah mudah

yaitu dengan membandingkan datadata tersangka korban dengan data dari korban yang tak dikenal, semakin

Page 4: makalah-111104012655-phpapp02

banyak kecocokan semakin tinggi nilainya. Data gigi, sidik jari, atau DNA secara tersendiri sudah dapat

digunakan sebagai faktor determinan primer, sedangkan data medis, properti dan ciri fisik harus

dikombinasikan setidaknya dua jenis untuk dianggap sebagai ciri identitas yang pasti. Gigi merupakan suatu

cara identifikasi yang dapat dipercaya, khususnya bila rekam dan foto gigi pada waktu masih hidup yang

pernah dibuat masih tersimpan dengan baik. Pemeriksaan gigi ini menjadi amat penting apabila mayat sudah

dalam keadaan membusuk atau rusak, seperti halnya kebakaran.

Adapun dalam melaksanakan identifikasi manusia melalui gigi, kita dapatkan 2 kemungkinan:

1) Memperoleh informasi melalui data gigi dan mulut untuk membatasi atau menyempitkan identifikasi.

Informasi ini dapat diperoleh antara lain mengenai:

a. umur

b. jenis kelamin

c. ras

d. golongan darah

e. bentuk wajah

f. DNA

Dengan adanya informasi mengenai perkiraan batas-batas umur korban misalnya, maka pencarian dapat

dibatasi pada data-data orang hilang yang berada disekitar umur korban. Dengan demikian penyidikan

akan menjadi lebih terarah.

2) Mencari ciri-ciri yang merupakan tanda khusus pada korban tersebut. Di sini dicatat ciri-ciri yang

diharapkan dapat menentukan identifikasi secara lebih akurat dari pada sekedar mencari informasi

tentang umur atau jenis kelamin. Ciri-ciri demikian antara lain:

a. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi-geligi dan antropologi ragawi

b. Identifikasi sex atau jenis kelamin korban melalui gigi-geligi dan tulang rahang serta antropologi

ragawi

c. Identifikasi umur korban (janin) melalui benih gigi

d. Identifikasi umur korban melalui gigi sementara (decidui)

e. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran

f. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap

g. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi

h. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi

i. Identifikasi golongan darah korban melalui pulpa gigi

j. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur

k. Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga mulut

l. Identifikasi korban melalui gigi palsu yang dipakainya

m. Identifikasi wajah korban dari rekonstruksi tulang rahang dan tulang facial

n. Identifikasi wajah korban

o. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku

p. Identifikasi korban melalui ekslusi pada korban massal

Page 5: makalah-111104012655-phpapp02

q. Radiologi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

r. Fotografi Ilmu Kedokteran Gigi Forensik

s. Victim Identification Form

Yang dibutuhkan oleh dokter gigi untuk mendapatkan data gigi sebelum kematian yaitu catatan gigi

(tertulis), foto rontgen gigi, model hasil cetakan, clinical photographs, keterangan dari dokter

gigi/keluarga/teman dan surat dari rumah sakit.

Identifikasi dengan menggunakan faktor dental biasanya digunakan apabila metode umum lainnya

seperti metode pengamatan dan sidik jari tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan, atau sebagai

identifikasi tambahan bila diperlukan. Idealnya identifikasi positif ( yang berhasil ) harus berdasarkan dari 2

identifikasi atau lebih.

Identifikasi visual adalah metode yang sangat umum dilakukan oleh polisi atau yang berwenang. Namun

metode ini tidak dapat dilakukan bila mayat atau jenazah mengalami kerusakan yang sangat parah, terbakar

atau terdekomposisi. Terutama apabila terjadi bencana alam yang menghasilkan banyak korban, pengamatan

secara visual hamper tidak bisa dilakukan.

Identifikasi melalui sidik jari pun tidak selalu menghasilkan identifikasi postif, karena tidak semua

orang memiliki catatan mengenai sidik jari mereka, hanya tentara serta pelaku criminal saja yang biasanya

memiliki data mengenai sidik jari mereka.

Dengan beberapa kelemahan yang ada pada metode lainnya, identifikasi secara dental menjadi salah

satu metode yang diandalkan untuk melengkapi metode lainnya.

Seorang odontologist forensic harus mampu dan bersedia melakukan pemeriksaan gigi dan mulut pada

tubuh dengan kategori sebagai berikut :

Normal. Semua dikatakan normal terkecuali bila subjeknya telah meninggal. Pada tubuh yang telah kehilangan

nyawanya, tubuh akan mengalami kekakuan. Apabila mayat sudah mulai kaku atau bahkan kaku sepenuhnya,

maka hal ini akan mempersulit pekerjaan karena akan mempersulit akses ke gigi dan mulut.

Kekakuan mayat dapat pula digunakan untuk mengetahui waktu kematian mayat karena kekakuan memiliki

beberapa tahapan sebagai berikut :

- 3-4 jam setelah kematian, mayat mulai mengalami kekakuan

- 12 jam setelah kematian, mayat mengalami kekakuan secara menyeluruh

- 18-36 jam setelah kematian, mayat mulai kehilangan kekakuannya

- 48-60 jam setelah kematian, kekakuan mayat menghilang

Prosedur di kamar jenazah/mayat

Tidak seperti patologis, seorang forensic odontologist jarang bekerja regular di kamar mayat yang sama. Hal ini

terjadi karena pekerjaan yang dating berdasarkan panggilan dan bias berasal dari ruang mayat mana saja.

Beberapa tahapan pengerjaan dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan di kamar mayat,yaitu :

Page 6: makalah-111104012655-phpapp02

Preliminaries ( Persiapan )

Hubungi terlebih dahulu yang berwenang untuk mendapatkan izin masuk dan memeriksa di kamar mayat

tersebut.

Beberapa kebutuhan mengenai pemeriksaan, outline pemeriksaan, serta teknik yang akan digunakan sebaiknya

dibicarakan dulu dengan yang berwenang, sehingga mengurangi kemungkina terjadinya kesalahpahaman.

Terutama apabila akan melakukan pemotongan rahang. seorang forensic odontologist yang bekerja bersama

dengan patologis sebaiknya menghubungi pula patologis tersebut sehingga pemeriksaan dapat berlangsung

dengan baik.

Siapkan alat – alat yang dibutuhkan, terutama bila alat yang dibutuhkan tidak tersedia pada ruang pemeriksaan

mayat tersebut. Siapkan juga pendingin untuk menyimpan specimen yang diambil dari tuguh mayat.

Periksa juga tentang ketersidaan air, terutama untuk membersihkan diri dan mayat yang telah diperiksa.

Armamentarium

Seorang forensic odontologist yang baik, tentu saja memiliki alat – alat untuk pemeriksaan standar masing –

masing, terutama beberapa ruang pemeriksaan mayat tidak menyediakan alat – alat sederhana tersebut.

Beberapa alat yang sebaiknya disiapkan secara pribadi adalaha, kaca mulut, sonde, cotton pliers, serta

impression material, siapkan juga disclosing solution untuk mengetahui adanya tambalan komposit atau silikat.

Wedges juga sebaiknya disiapkan untuk membuka dan menahan mulut terutam bila mayat masih dalam

keadaan kaku. Siapkan juga sikat gigi yang sudah tidak terpakai untuk membersihkan gigi dari debris dan

kotoran yang menempel.

Prosedur

Pada waktu pemeriksaan, sebaiknya siapkan catatan untuk mencatat setiap proses pemeriksaan. Pemeriksaan itu

sendiri sebaiknya dilakukan oleh 2 orang, karena cukup sulit untuk mencatat ketika tangan kita menggunakan

sarung tangan karet (hand gloves) yang kotor. Asisten tersebut haruslah memiliki pengetahuan tentang gigi dan

mulut juga, sehingga tidak mempersulit proses pencatatan.

Beri label pada setiap bagian yang dipisahkan dari mayat berupa tanggal,waktu serta tempat pemeriksaan.

Setelah itu beri tanda tangan pemeriksa serta orang yang menyaksikan pemeriksaan tersebut.

Setelah melakukan, mayat sebaiknya dibersihkan kembali. Setelah itu simpan mayat ke tempatnya semula.

Setelah itu melapor pada pihak yang berwenang bahwa pemeriksaan telah dilakukan.

Hazards ( hal – hal yang membahayakan )

Seorang forensic odontologist rentan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin berasal dari mayat. Yang paling

sering muncul adalah belatung, namun biasanya belatung telah ditangani sebelumnya oleh patologis.

Hal yang paling membahayakan adalah apabila mayat memiliki penyakit menular yang membahayakan seperti

AIDS, hepatitis ata tubercolusis. Maka sebaiknya kita berhati – hati dan juga mengenal dengan baik mayat yang

akan kita periksa.

Page 7: makalah-111104012655-phpapp02

Hal – hal sederhana yang perlu diperhatikan adalah tulang. Tulang cenderung kuat dan bias menjadi sangat

tajam. Maka hati – hati dalam melakukan pemeriksaan agar terhindar dari hal – hal tersebut.

Gaining access

Gaining access adalah tahapan pertama dari identifikasi dental untuk pemeriksaan gigi mayat. Metode yang

dipilih adalah metode dengan kerusakan minimal pada jaringan yang terlihat. Sehingga mayat ttidak mengalami

kerusakaan yang besar setelah pemeriksaan. Setelah proses untuk mendapatkan akses tercapai,maka keadaan

mulut secara umum dari mayat haruslah dicatat.

Mayat yang mengalami kondisi berbeda, seperti korban kecelakaan, dekomposisi atau terbakar harus mendapat

perlakuan sedikit berbeda terutama saat proses gaining access tersebut. Debris, serta cairan yang akan

mengganggu sebaiknya dihilangkan sehingga akses pemeriksaan untuk gigi dan mulut dapat terbuka dan

pemeriksaan dapat berjalan dengan baik.

Examination ( Pemeriksaan )

Idealnya dilakukan oleh 2 orang dan dilakukan pencatatan pada setiap tahapan pemeriksaan. Bila pemeriksaan

dilakukan sendiri maka sebaiknya siapkan rekaman suara dari proses pemeriksaan untuk mengganti proses

pencatatan. Pemeriksaan dilakukan secara sistematis dan mulai dilakukan setelah memperoleh akses untuk

pemeriksaan gigi dan mulut tercapai. Siapkan table gigi standar untuk informasi dan memudahkan pencatatan.

Beberapa informasi lainnya yang dilampirkan pada catatan antara lain :

Tanggal dan waktu permintaan pemeriksaan

Nama dan orang yang berwenang dalam permintaan pemeriksaan

Izin untuk melepaskan rahang bila dibutuhkan untuk pemeriksaan menyeluruh

Keadaan kematian ; tanggal,waktu serta penyebab kematian

Lokasi ditemukan mayat

Tanggal dan waktu pemeriksaan

Nomor kasus dari koroner, pemeriksa medis atau polisi

Nama dari asisten atau saksi mata pemeriksaan

Deskripsi fisik dari mayat termasuk tinggi,berat,perkiraan umur,jenis kelamin,ras serta karakteristik

yang terlihat menonjol lainnya

Pemeriksaan Rinci

Pemeriksaan lanjutan setelah pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan gigi dan mulut pada

mayat secara terperinci. Pemeriksaan dilakukan pada bagian – bagian sebagai berikut :

Penilaian keadaan umum mulut jenazah

Seperti kalkulus,warna gigi, kebersihan mulut secara umum

Status umum gigi

Catatan mengenai gigi yang hilang terutama bila gigi yang hilang terjadi pada saat kematian, catat pula

apakah gigi tersebut adalah gigi tetap atau gigi sulung.

Page 8: makalah-111104012655-phpapp02

Restorasi

Catatan mengenai restorasi yang ada pada gigi mayat

Crown and Bridges

Keadaan periodontal

Penilaian ortodontik mayat dengan klasifikasinya

Protesa

Radiografi

Fotografi

Prosedur Yang Dilakukan Saat terjadi Bencana Masal

Pada saat bencana alam terjadi, anda mungkin akan dipanggil oleh petugas medis/koroner atau petugas

polisi yang berkuasa, untuk membentuk tim pengidentifikasi korban; atau anda mungkin akan diminta

bergabung dalam tim yang telah terbentuk oleh kolega anda. Tim pengidentifikasi ini terbagi atas dua

kelompok.

Kelompok yang pertama dikenal sebagai ‘home team’ yang tugasnya mengumpulkan data antemortem

dental pada korban yang dilaporkan hilang atau diduga terkait dalam dalam bencana dan mengirimkan

informasi ini pada kelompok ke dua; yang dikenal sebagai ‘away team’, yang bersituasi di tempat penyimpanan

jenazah sementara di dekat lokasi bencana.

Fungsi ‘away team’ adalah pemeriksaan dental dari tiap korban yang berhasil ditemukan, persiapan data

postmortem dental, kemudian membandingkan data ini dengan data antemortem dari orang hilang dan, jika

mungkin, dental identifikasi dari korban.

The Home Team

Kelompok ini berhubungan erat dengan polisi bagian informasi korban dan sering ditempatkan di

koordinasi pusat bencana atau pusat komando yang mungkin bertempat di kantor polisi atau bangunan yang

berada dekat dengan lokasi bencana yang diambil alih untuk keperluan tersebut. Saat korban terbanyak berasal

dari orang luar negeri, kemungkinan satu atau beberapa orang dari tim akan dikirimkan ke negara asal korban

untuk berhubungan dengan petugas lokal yang mengumpulkan dental data. Home team yang lengkap mungkin

akan terisolasi dari koordinasi pusat lokasi ketika bencana tersebut meliputi negara lain. Meskipun petugas

umum memiliki rencana di saat bencana alam yang telah terlatih, ada kemungkinan hal itu tidak dapat

digunakandan karenanya diperlukan kerjasama dengan rantai komando. Pemberian handout yang telah

dipersiapkan sebelumnya pada seluruh staff sangat membantu pengorganisasian tim.

Page 9: makalah-111104012655-phpapp02

Tabel 9.1 Daftar barang-barang yang diperlukan home team.

-. Minimal dua orang petugas polisi ditempatkan dalam tim sebagai penghubung dengan petugas lain

-. Line telepon terpisah untuk tiap anggota

-. Alat faksimil

-. Line telepon khusus untuk tempat tim pengumpulan jenazah

-. Komputer dan fasilitas modem

-. Fasilitas onward transmisi dari pendata antemortem di tempat kejadian ke tempat penampungan jenazah

-. Fasilitas koleksi data antemortem

-. Internasional dan kode area lokasi

-. World time-zone chart

-. Registrasi Dentist (pada korban UK)

-. Fornulir data dental antemortem dari interpol

-. Formulir tim dental antemortem

-. Log book

-. Sisim pengisian A-Z

-. Kertas A4 pads

-. Pulpen tinta hitam, pensil, penghapus, tip-ex, strapler, elastic bands

-. Wall-chart papers, minimal 1m x 2m, pena felt-tip, highlighter

-. Masking tepe untuk chart-fixing, dan mmbetulkan kabel telepon yang berserakan

-. Senter dan baterai

-. Fasilitas fotokopi

-. Dental simbol chart referensi pengenal kilat (Appendix 4)

-. Dental daftar dental abbreviasi milik tim (Appendiz 6)

-. Glossary dental abbreviasi (Appendix 5)

-. Telepon dan fax direktori dengan kontak dental forensik dunia

-. Mesin perekam

-. Lencana identifikasi tim

Page 10: makalah-111104012655-phpapp02

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mendapatkan lokasi kerja khusus tim dental. Barang-barang

yang diperlukan tim ini telah terdaftar dalam tabel 9.1. Meja kerja haruslah dikelompokkan persegi sehingga

para anggotanya menghadap satu sama lain dengan alat-alat tulis dan sistim filing ditempatkan di tengah.

Panggilan dari telepon yang berbeda dapat segera diberikan pada yang bersangkutan. Dinding di dekat meja

digunakan untuk menggantungkan wall-chart. Saat area/ruangan tealah siap dan petugas polisi ditempatkan

dalam tim, pekerjaan dapat dimulai.

Langkah selanjutnya, ketua tim duduk dengan anggota lain dan petugas polisi untuk mereview detail

dari prosedur yang akan digunakan. Saat ini, anda berhubungan dengan petugas polisi yang tidak tahu apapun

tentang fungsi anda dan sengatlah diperlukan bagi mereka untuk mengerti secara menyeluruh apa yang perlu

dilakukan dan bagaiman cara kerja tim. Anda juga memerlukan data dari kantor bagian informasi korban. Ini

diperlukan untuk tugas kedepannya agar tidak lagi membuang-buang waktu dikemudian hari.

Langkah berikutnya adalah mengeset sistim komunikasi dengan petugas yang berwenang yang

mengumpulkan data-data korban yang hilang dengan menugaskan petugas polisi pengumpul data secara

manual/telepon. Informasi yang baru saja masuk belum tentu dapat langsung dipakai oleh tim; karena itu, ada

baiknya menyiapkan kopian anda sendiri.

Metode pengambilan data antemortem korban mungkin akan bervariasi tergantung persiapan lokal dan

distribusi list orang hilang. Komunikasi yang digunakan saat itu melalui line telepon. Namun, sangatlah tidak

efisien bagi seorang dokter gigi yang sedang melakukan operasi untuk menelepon dan menanyakan perihal data

pasien di tengah-tengah proses operasi. Cara yang efektif adalah dengan menanyakan pada resepsionist bedah

untuk kemudian disampaikan langsung kepada yang bersangkutan. Jangan beranggapan bahwa dokter gigi yang

Page 11: makalah-111104012655-phpapp02

terkait akan langsung memberikan data-data lengkap yang dibutuhkan. Seringkali diperlukan pengajuan

pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan seluruh data-data yang diperlukan. Jika perlu, kontak pada

laboratorium dental mungkin akan diperlukan. Sayangnya, kebanyakan dokter gigi tidak memiliki chart gigi

penuh pasien pada kunjungan pertama, dan data yang ada sering hanya mengindikasi kerja klinis yang

dikerjakan seorang dokter gigi. Hal ini perlu dicek kembali kelengkapannya.

Kemudian, ketua grup home team akan mendapatkan daftar orang hilang dan daftar tersebut haruslah

disis dengan tinta hitam tebal di wall-chart di kolom kiri. Inisial dari dokter yang diberi tugas mengangani di

kolom sebelahnya. Kolom yang lain dibagi menurut jenis kecelakaan dan record data-data yang telah di dapat.

Kolom terakhir untuk jumlah korban yang telah diidentifikasi. Sangatlah penting log yang detail itu terjaga

karena sangat mudah untuk menduplikasi pekerjaan tiap orang, atau berasumsi bahwa seseorang telah

menghandel pekerjaan tertentu.

Jika formulir antemortem telah komplit, data tersebut disusun secara alfabet dan ditaruh di tengah-

tengah area kerja sampai record aktual telah tiba. Sistem filing terpisah harus dihindari, kumpulkan seluruh

informasi yang telah didapat tentang per individu yang hilang di satu tempat.

Problem Yang Muncul

-. Keluarga korban tidak mengetahui nama dokter gigi atau memberikan nama yang salah, atau dokter gigi

menyatakan bahwa tidak ada data dari nama korban yang diberikan.

Tanya kembali pada petugas yang berwenang untuk mengecek kembali pada keluarga korban dan cari tahu apa

mungkin oang yang hilang tersebut memeriksakan diri ke tempat praktek yang dekat dengan tempat kerja jika

berada di daerah lain. Jika tidak ada informasi lain, tunda dahulu untuk konfirmasi lebih lanjut bila ada waktu.

Bila salah memberikan nama dokter gigi, tanyakan informasi tentang dokter gigi lain yang ada di daerah

Page 12: makalah-111104012655-phpapp02

sekitar. Jika sulit, tanyakan pada kantor polisi lokal/operator telepon. Tanyakan satu per satu. Hal ini makan

waktu, namun diperlukan untuk mengurangi jumlah korban yang tidak memiliki dental record. Ulangi proses di

tempat korban bekerja bila berbeda tempat.

-. Telepon tidak di angkat atau disambungkan dengan mesin penjawab

Jika menelpon ke luar negeri, cek time-zone chart dan telpon kira-kira pada waktu tempat praktek buka. Jika

majoriti korban berasal dari luar negeri, perlu penyesuaian jadwal kembali. Jika berada dalam waktu lokal, cara

terefektif adalah dengan menelepon kantor polisi dan meminta mereka untuk menghubungi key holder dengan

permintaan untuk disambungkan dengan anda. Alternatif lainnya adalah menelon kembali setelahnya, namun

kurang dapatmemuaskan.

-. Saat Akhir minggu atau hari libur.

Bila dokter gigi yang bersangkutan tidak ada di tempat dikarenakan di luar jam kerja, maka cara tercepat adalah

meminta petugas polisi untuk menghubungi mereka di temopat mereka berada saat itu. Saat terjadi bencana

alam, kebanyakan dokter gigi bersedia untuk bekerjasama kapan saja dan dimana saja.

-. Data tidak dapat disediakan dalam waktu kurang dari 12 jam karena jarak yang jauh.

Minta kantor polisi lokal untuk mengefax data yang dibutuhkan.

-. Korban adalah turis luar negeri dengan informasi tentang dokter giginya yang kurang jelas.

Kontak kantor embassy negara yang bersangkutan atau kantor embassy negara anda di negara yang

bersangkutan. Metode lainnya adalah dengan cara menghubungi dokter gigi forensikmelalui International

Organization for Forensic Odontostomatology di negara tersebut dan minta mereka menghubungi anda

kembali.

Tujuan home team adalah untukmendapatkan informasi maksimum untuk antemortem dental dalam

jumlah korban sebanyak mungkin dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Hal ini mungkin termasuk

menghubungi beberapa dokter gigi tentang pasien yang sama, mengecek ke rumah sakit untuk radiogrfi tulang,

dengan unit bedah oralsaat treatment telah dilakukan, serta kantor bagian casuality untuk komentar yang telah

diberikan keluarga korban tentang gigi korban.

Setelah dental chart telah didapatkan, -lembaran faks dari formulir home team dan lembaran faks dari

dental record- setelah diterima akan dikirimkan kepada ‘away team’. Saat tidak dapat dikirimkan langsung,

maka akan diserahkan pada petugas polisi untuk file identifikasi final.

The away team

The away team mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Hasil identifikasi pada bencana yang telah

terjadi menunjukan bahwa pengidentifikasian gigi seringkali merupakan metode yang paling berhasil. Pada 54

bencana yang terjadi pada 1951 dan 1988 (Clark, 1989), bagian ilmu kedokteran gigi berkontribusi sebanyak

Page 13: makalah-111104012655-phpapp02

43% dalam proses identifikasi. Beberapa (6.25% - 91.67%) menunjukan penemuan yang sulit, persentase yang

paling kecil terjadi ketika hampir semua 112 korban di Asia tidak memiliki dental record (Clark, 1986) dan

hanya 37 restorasi yang ditemukan dari 1275 gigi yang diperiksa, dan persentase tertinggi dimana dental record

dimiliki oleh semua, kecuali 2 dari 70 korban ( McCarty et al.,1987 ).

Dalam 5 bencana besar yang ditangani tim dari Inggris antara 1985 dan 1989, terdapat lebih dari 1000

korban, ilmu kedokteran gigi berkontribusi untuk mengindentifikasi sebanyak lebih dari 80%.

Anggota tim harus siap dipanggil kapan saja dan bersiap-siap untuk pergi dalam waktu beberapa jam

setelah ada pemberitahuan . Kebanyakan bencana yang terjadi adalah kecelakaan pada pesawat terbang. Tim

mungkin akan dipanggil untuk beberapa bagian di dunia jika pesawat terbang terdaftar pada Negara tim tsb.

Oleh karena kepentingan itu setiap anggota tim mempunyai passport terbaru dan vaksinasi untuk demam

kuning, thypoid dan hepatitis B. Untuk kunjungan ke luar negeri asuransi medis sangat diperlukan. Sebagai

bagian dari tim, anda harus mempersiapkan untuk bekerja dengan waktu yang panjang , jauh dari keadaan dan

temperature ideal yang tidak diketahui sampai berapa hari.

Dalam home team, hubungan yang terbuka antara polisi dan orang yang punya hak untuk

menginvestisasi perlu ditetapkan di awal. Pada kedatangan sementara di kamar mayat, ketua tim harus bertemu

senior pathologist dan senior kepala investigasi yang bertanggung jawab untuk identifikasi secara keseluruhan.

Orang terakhir mungkin perwira polisi, coroner (orang yang memeriksa sebab kematian seseorang) atau

pemeriksa medis, perwira militer atau hakim pemeriksa. Otoritas diperlukan untuk pemeriksaan gigi dan

pemotongan rahang. Dimana identifikasi secara visual mungkin menjadi pertimbangan, izin untuk pemotongan

rahang mungkin ditolak atau ditunda.

Dalam kecelakaan penerbangan gabungan gaya tabrakan dan kebakaran setelah tubrukan biasanya

membuat identifikasi secara visual menjadi tidak mungkin. Perwira polisi yang familiar dengan local

arrangement harus dilibatkan pada tim dental. Di negara dengan bahasa asing perwira harus fasih berbahasa

yang digunakan di dalam tim. Dental team, berkonsultasi dengan pathologist seharusnya tetap pada lokasi

kamar mayat untuk pemeriksaan gigi dan persetujuan pada point prosedur pemeriksaan gigi dapat dilakukan.

Selama periode itu, ketua tim bertemu dengan pemegang otoritas, anggota yang lain seharusnya

mensurvei fasilitas seperti air dan pencahayaan dan area terdekat yang nyaman untuk mengatur dental office.

Meja, kursi dan telepon merupakan hal yang tak boleh dilewatkan. Idealnya portakabin seharusnya disewa dan

ditempatkan di luar kamar mayat tapi tertutup dan terlindung dari umum, dimana kamar mayat sementara yang

serupa dibangun, dan berada didalamnya. Ini menyediakan tidak hanya kantor yang aman tapi juga merubah

area isolasi dari kamar mayat. Tim harus mempunyai financial yang cukup untuk menyewa fasilitas local.

Page 14: makalah-111104012655-phpapp02

Tim dokter gigi harus punya cukup waktu untuk mengatur pengetahuannya sebagai bagian dari investigasi

korban normalnya memerlukan:

1. Fotografi korban

2. Rekaman dan pemindahan kain yang melekat, perhiasan dan dokumen.

3. Pengamatan eksternal tubuh untuk melihat gambaran fisik.

4. Fotografi tubuh tanpa penutup ( unclothed ).

5. Sidik jari.

6. Pengamatan medical postmortem

7. Pengamatan dental postmortem

8. Embalming dan casketing.

Kebutuhan sebenarnya mungkin lebih bermacam-macam menurut keadaan. Dental postmortem lebih

cepat dibanding medical postmortem, pathologists mungkin lebih senang dokter gigi bekerja dengan mereka.

Page 15: makalah-111104012655-phpapp02

Dalam prakteknya ini memudahkan untuk menunggu sampai medical postmortem didapatkan, pengeringan dari

air dan pembersihan gigi lebih mudah dicapai.

Tim seharusnya bekerja berpasangan, satu anggota membawa postmortem, pencatatan kedua, dan

mengecek diktat chart. Pasangan akan bergerak dari tubuh ke tubuh dengan alat mereka, atau memastikan table

dengan tubuh yang dipindahkan sebagai progress.

Sebelum memeriksa mulut korban, ukuran tubuh, dan jenis kelamin harus diperiksa oleh beberapa

anggota tim, lalu memasukannya ke dalam chart. Meskipun ukuran tubuh seharusnya tidak dimulai dengan satu

atau dua nomor atau huruf, ini mungkin terjadi, jika dalan kasus ini penting untuk double check dan menggaris

bawahi 6,9,69 dan 96, 68, dan 89, 3, M dan W.

Bila terjadi kesalahan selama dalam pembuatan chart, sebaiknya tidak dicoret,namun dimulai kembali

dengan chart baru atau gunakan cairan koreksi. Akses untuk memasuki rongga mulut sulit selama 24-36 jam

pertama karena kekakuan mayat. Penggunaan kunci tengkorak, sumbat mulut dan prop (penyangga) diperlukan

mengingat gaya dalam kasus ini dimana rahang tidak dipotong, hati - hati jangan membuat gigi menjadi fraktur.

Jika rahang dipotong, seharusnya segera dipindahkan ditandai dengan label tahan air dengan ukuran tubuh,

ditempatkan dalam tas, kemudian disegel dan diikat dengat label yang lainnya yang memuat nomor

tubuh.Metode alternative menyimpan gigi untuk referensi lebih lanjut, dan yang membuat tugas embalmers

menjadi lebih mudah, adalah menggunakan cetakan, kemudian cabut dan masukan gigi ke dalam cetakan dan

cetak dalam batu.

Dalam kecelakaan yang parah, banyak korban mungkin mengalami kerusakan maxillofacial yang parah

dengan gigi dan bagian rahang yang hilang. Jaringan harus dicari untuk bagian yang hilang dan jika ditemukan,

ini harus disusun untuk mengecek gigi apakah gigi yang tepat mungkin lepas dalam garis fraktur yang telah

hilang ante atau post mortem.

Garis fraktur harus dicatat dalam chart. Jika bagian tidak ditemukan, bagian yang hilang harus ditandai

dalam chart sebagai ‘lost post mortem’. Kemudian penemuan segmen mungkin harus diidentifikasi dan

ditempatkan pada tubuh. Pada korban kebakaran ,gigi anterior yang kaku diperlukan aplikasi lem cyanoacrylate

sebelumnya untuk prosedur pemeriksaan, catatan bahwa ketiadaan enamel mungkin memberikan gambaran

preparasi mahkota jaket.

Masalah utama, anda akan berhadapan dengan restorasi komposit. Kecil, restorasi anterior interproximal

mudah lepas dan jika ragu ada lakukan prosedur cepat untuk memotong gigi, bersihkan periksa dan

pindahkan.Pendapat penulis ini merupakan praktek rutin untuk semua gigi anterior.

Teknik post mortem, radiografi dan fotografi ditempuh di tempat lain dalam buku ini dan tidak

dikomentari secara detail. Bagaimanapun satu atau dua poin yang harus diingat. Radiasi adalah berbahaya,

meskipun dalam fasilitas yang sementara. Radiografi seharusnya lebih dipakai diluar dekat area kamar mayat.

Jika diambil di dalam kamar mayat, semua staf harus peduli terhadap aturan dan perhatian yang kuat.

Page 16: makalah-111104012655-phpapp02

Fotografer polisi harus memastikan bahwa film tidak disimpan dekat perangkat sinar X, dan dental film harus

dijaga dalam tempat tahan radiasi.

Disarankan untuk menutup camera dengan cling-film untuk menghindari kontaminasi cairan tubuh pada

saat digunakan.Beberapa jam dental postmortem dalam kondisi bencana sangat melelahkan, beberapa jika

pemotongan dengan gergaji tangan.

Menyusun Prosedur Perbandingan

Pada hari pertama mengerjakan postmortem, system lembar kerja dibentuk. Ini memungkinkan

pengerjaan di lokasi atau pada akomodasi yang ditentukan untuk tim. Wall chart harus terdapat catatan ukuran

badan, jenis kelamin, pemeriksaan initial, perubahan rahang? ’indentifikasi sebagai’ , ’pembuatan statement’.

Chart ini seharusnya diambil di kamar mayat dan masing2 pasangan pemeriksa harus melengkapi kolom yang

cocok sebagai progress postmortem, penyediaan keterangan secara cepat dan double check yang tak seorang

pun diabaikan.

Proses Chart postemortem

Tanpa menggunakan computer

Semua form postmortem harus difotokopi dulu. Sistem yang ada kemudian mulai membagi form dalam

beberapa bagian. Dimana ini tidak memiliki kemungkinan untuk memisahkan jenis kelamin atau hanya bagian

yang dapat ditemukan, ini akan digolongkan sebagai ‘unsexed’ dan dibandingkan dengan semua catatan

artemortem lainnya. Set form yang kedua adalah file dalam nomor sebagai master copy. Set form yang ketiga

mungkin juga diambil sebagai back-up

Mahkota dan jembatan yang merupakan poin yang berguna pada identifikasi chart mahkota

dipersiapkan, menunjukan posisi single line mahkota di dalam mulut. (gb.9)

Kesamaan chart mungkin dapat digabung untuk menunjukan gigi pada gigi buatan. Record sekarang penting

dalam perbandingan sebagai prosedur awal.

Page 17: makalah-111104012655-phpapp02

Dengan menggunakan program computer identifikasi gigi

Operator computer yang harus berpengalaman dengan dental software, mampu mengatur system di

kamar mayat dan memasuki data postemortem sebagai data yang komplit. Program tidak memerlukan

pengkodean data gigi untuk dimasukan dan membuat print-out berdasarkan data Interpol yang akan jadi sangat

berguna. Data setiap postmortem dimasukan, back –up dan dibuat 2 hard copy. Ini akan menjamin jika terjadi

kerusakan computer saat bekerja, data masih tersedia untuk di periksa. Setiapp print-out komputer harus

diperiksa untuk input yang bertentangan dengan form postmortem yang asli. Chart urutan nomor, mahkota dan

gigi dapat secara otomatis dihasilkan dari program computer.

Antemortem record

Sistem penyimpanan yang mirip digunakan untuk antemordem dental record seperti yang mereka

terima. Fotokopian pertama untuk menghasilkan arsip master secara alphabet. Jika menggunakan program

computer, file antemortem dibuka dan data masuk dengan cara yang serupa untuk data postmortem. Chart

antemortem mahkota dan gigi harus diteruskan oleh home team yang diperbaharui secara harian, program

computer akan mengupdatenya secara otomatis saat data dimasukan

Di akhir setiap hari, anggota tim harus memeriksa antemortem record yang diterima, di akhir hari ke dua

atau ke tiga informasi yang cukup seharusnya sudah tersedia untuk memulai prosedur perbandingan. Secara

Page 18: makalah-111104012655-phpapp02

luas tergantung pada keberhasilan home team dan beberapa korban. Dalam kecelakaan kecil ( kurang dari 50

korban) melibatkan korban lokal. Membandingkan dan identifikasi mungkin dimulai pada hari pertama.

Antemortem record yang menunjukan mahkota atau gigi palsu dapat secara cepat diperiksa, lain hal dengan

chart postmortem, sehingga lebih cepat dalam proses identifikasi.

Prosedur Membandingkan

Setiap antemortem record pertama dibandingkan dengan record file postmortem berkemungkinan besar.

Sebagai contoh orang hilang tanpa mahkota atau gigi palsu pertama diperiksa dengan melihat kesamaan pada

jenis kelamin pada data korban yang ada di file postmortem, banyaknya kemungkinan yang secara cepat

dihasilkan adalah banyaknya ketidak cocokan sampai salah satu yang cocok ditemukan atau kemungkinan kecil

yang sama. Jika postmortem record yang disimpan tidak menyediakan informasi yang berguna,pencarian tetap

berdasarkan file selanjutnya yang paling mungkin.

Page 19: makalah-111104012655-phpapp02

Program dental computer akan mengurangi jumlah pemeriksaan secara manual, menghasilkan daftar

yang paling mungkin sesuai dengan yang diharapkan.Komputer tidak pernah melewatkan identifikasi, ini akan

mengurangi banyaknya record yang dibandingkan dan dental team membuat keputusan akhir.

Mengkonsultasikan dengan tim yang lain tentang pencatatan gambaran fisik, sidik jari, pakaian,

dokumen dan perhiasan mungkin beberapa dihilangkan atau semua halangan yang mungkin. Setelah

idendifikasi gigi positif dilakukan secara menyeluruh, antemortem dan postmortem record digabungkan dengan

pernyataan yang mendukung positif identifikasi.

Kata yang tepat pada pernyataan akan bervariasi sesuai syarat yang diperlukan oleh suatu negara.

Salinan dokumen seharusnya disusun secara alphabet dalam bagian positif identifikasi untuk system

penyusunan, nama lengkap korban dan marga yang digarisbawahi dimasukan pada kolom yang tepat di chart

dan salinan utama diputuskan polisi setelah double checking.

Satu prosedur yang paling utama pada prosedur managemen dan identifikasi bencana masal dalah

menyusun pertemuan harian antara pimpinan dan bagian tim identifikasi. Orang yang memegang keseluruhan

instruksi dalam pertemuan harus seorang yang senior dalam bidang patologi. Pada pertemuan ini setiap tubuh

yang diperiksa dan ditemukan oleh setiap tim ditaruh kedepan. Jika identifikasi positif dicapai dengan berbagai

metode, pemimpin tim yang lain akan memeriksa hasil penemuannya bila terdapat ketidak sesuaian.Bila semua

setuju, lalu sebelumnya, patolog akan mengkonfirmasi identifikasi akhir. Kesalahan dalam menyusun

pertemuan harian akan menghasilkan konsekuensi, yaitu hasil identifikasi yang didasarkan pada satu metode

yang tidak ilmiah seperti identifikasi visual, pakaian atau dokumen.

Seiring waktu jumlah positif identifikasi dental akan berkembang dan pertambahan data antemortem

akan berhenti. Tim kemudian keliru dengan beberapa masalah pada korban yang diambil saat itu. Pada point ini

pembuatan chart perlu di susun, dengan nama dari orang yang hilang pada kolom vertical sebelah kanan dan

banyak tubuh yang tidak dapat diidentifikasi pada bagian atas kolom mendatar. Setiap orang yang hilang

dibandingkan dengan tiap tubuh yang tidak dapat diidentifikasi dan banyaknya kemungkinan yang dihasilkan.

Hampir semua pasien gigi tiruan tanpa tanda identitas gigi tiruan tidak bisa diidentifikasi, ketua tim

harus mengkomunikasikan pada pertemuan harian bahwa positif identifikasi tidak dapat dibuat pada kasus ini,

dan juga pada kasus dimana terdapat chart yang identik dan gambaran yang tidak dapat dibedakan, paling

sering terdapat 32 atau 28 gigi tanpa pengawetan, yang terakhir banyaknya molar ketiga yang tidak ada.

Bagaimanapun positif identifikasi dibuat dengan sungguh-sungguh dan catatan dental antermortem yang

disetujui, pernyataan tentang gigi mungkin dibuat berdasarkan penemuan gigi yang konsisten dengan

antemortem record.

Page 20: makalah-111104012655-phpapp02

Daftar Pustaka

Bowers, MC and Bell GL. 1995. Manual of Forensic Odontology. Pub. Of the American Society of Forensic

Odontology. Page 106-147.

Clement, JG and Ranson DL. 1998. Craniofacial identification in forensic medicine. London: Arnold. Page

257-265

Eckert, WG. 1980. Introduction to Forensic Sciences. St. Louis : Mosby. Chapter 1, 3 & 13 (Cyril H. Wecht).

Valck, ED. 2000. Forensic Odontology. Proceedings of The European IOFOS Millenium Meeting. Leuven.

Page 23-30, 67-74.

Clement, JG and Ranson DL. 1998. Craniofacial identification in forensic medicine. London: Arnold. Page

222-227.

http://www.interpol.int/Public/DisasterVictim/Guide/Guide.pdf diakses pada tanggal 28 Oktober 2011.