Makala h

52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda, yang mungkin membungkus pembuluh darah besar dan ureter. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya. Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor. Tumor pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan insidennya 10 per 100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang merupakan 1% dari malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250 orang. ( Smelszer, Suzanne C. 2001) 1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum 1

description

Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan diterangkan oleh dokter anestesi. Alat ini dimasukkan melalui lubang kelamin. Saat pemeriksaan ini mungkin terlihat batu. Tindakan untuk memecah batu disebut litotripsi. Alat yang digunakan untuk memecah batu menggunakan alat yang disebut Hendrikson dan/atau stone punch. Tindakan ini berada dalam pembiusan, keterangan pembiusan akan di

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,

yang mungkin membungkus pembuluh darah besar dan ureter. Secara patologi kelainan ini

mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena

kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya

tetapi tidak menginvasinya.

Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor. Tumor pada

daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan insidennya 10 per 100.000

populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang merupakan 1% dari malignasi

gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300,

yang akan mengakibatkan kematian 250 orang. ( Smelszer, Suzanne C. 2001)

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

a. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Intra

Abdomen

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami konsep Tumor Intra Abdomen

b. Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien Tumor intra abdomen.

1

Page 2: Makala h

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Tumor

2.1.1. Pengertian

A. Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel

yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan

jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)

B. Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan

pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)

C. Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.

(Corwin, Elizabeth.J. 2000)

2.1.2. Etiologi

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.

Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan

fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan

menyebabkan metastasis.

Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:

1) Karsinogen

2) Hormone

3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan

makanan yang kurang berserat.

4) Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan

karsinoma planoseluler.

5) Genetic

6) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.

2

Page 3: Makala h

2.1.3. Patofisiologi

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah

oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan

berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam

lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari

anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai

enzim yang lengkap untuk oksidasi.

Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak

yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang

menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan

bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino.

Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm mendapatkan bahan-

bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001).

Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan

terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan

sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui

pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk

membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.

Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah

digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab

tunggal : tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab,

metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).

2.1.4. Tanda dan gejala

Manifestasi klinis yang mungkin muncul pada tumor antara lain :

1) Hiperplasia

2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras

3) Tumor epital biasanya mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal

atau lunak.

4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.

5) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.

3

Page 4: Makala h

6) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.

7) Nyeri

8) Anoreksia, mual, muntah.

9) Penurunan berat badan. (Barbara C. Long, 1996)

2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik

Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi

meliputi :

1) Marker tumor

Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang

tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.

2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)

Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio

untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.

3) CT Scan

Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai

susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan

melintang.

4) Flouroskopi

Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan

antar jaringan; dapat ,mencakup penggunaan bahan kontras.

5) Ultrasound

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada

layer penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam

tubuh

6) Endoskopi

Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan

memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh;

memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor

yang kecil.

4

Page 5: Makala h

7) Pencitraan kedokteran nuklir

Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan

radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat

berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).

2.1.6. Penatalaksanaan medis

1) Pembedahan

Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal

atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan

tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani

laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus

menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan

adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis. (Smeltzer, Suzanne C,

2001)

2) Radioterapi

Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam

pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.

Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy

tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.

3) Kemoterapi

Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi

tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan

terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi

pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.

4) Bioterapi

Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk

kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa

antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.

(Danielle Gale. 2000)

5

Page 6: Makala h

2.1.7. Deskrispi Pertumbuhan Dan Penyebaran Tumor

Pertumbuhan dan penyebabran tumor sering di deskripsikan secara klinis. Sebagian

istilah yang digunakan dan disajikan dibawah ini :

1. Derajat (grading: penilaian tumor berdasarkan derajat anaplasia yang

diperlihatkannya.

2. Stadium : keptusan klinis berkaitan dengan ukuran tumor,derajat infasi local yang

telah terjadi,dan derjat penyebarannya ketempat-tempat jauh pada seseorang.

3. Waktu penggandaan : perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan untuk

pemebelahan sel tumor. Sel –sel tumor yang cepat memebelah memliki waktu

penggandaan yang singkat. (Corwin, 2002)

2.2 Bagian-Bagian Tumor Intra Abdomen

2.2.1 Tumor lambung

A. Definisi

Hampir semua tumor lambung bersifat ganas. Kanker lambung merupakan yang

tersering ketujuh dari kematian dengan kanker. Tumor lambung terus berkurang di

amerika serikat. Namun, ini masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14700

kematian setiap tahunnya setiap detik kebanyakan setiap individu dengan usia lebih,

dari 40 tahun, dan kadang-kadang pada individu lebih muda. Kebanyakan tumor

lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokrasinoma.

Insiden tumor lambung lebih banyak dijepang, yang telah menyebabkan diadakannya

skrining massa untuk diagnosis awal dinegara ini. Diet tampaknya menjadi factor

signifikat. Diet tinggi makanan asap dan kurang buah-buahan dan sayuran dapat

meningkatkan resiko terhadap tumor lambung. Factor lain yang berhubungan dengan

insiden tumor lambung mencakup inflamasi lambung anemia pernisiosa, aklorihia

(tidak adanya asam hidroklorida), ulkus lambung, bakteri H.pylori, dan keturunan.

Prognasisnya buruk, kebanyakan pasien telah mengalami metasfase pada waktu

didiagnosis. (Brunner & suddart, 2002)

6

Page 7: Makala h

B. Manifestasi klinis

Gejala awal dari tumor lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini

di mulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi

lambung. Pada tahap awal tumor lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa

penilitian menunjukan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida,

dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat

meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan berat badan, nyeri

abdomen, konstipasi, anemia, dan mual serta muntah. (Brunner & suddart, 2002)

C. Evaluasi diagnostik

Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyajkan tumor lambung tidak

dapat diraba. Asites mungkin muncul bila terdapat metastatis pada hepar. Endoskopi

untuk biobsi dan pencucian sitologis adalah pemeriksaan diagnostic umum.

Pemeriksaan sinar X terhadap saluran GI atas dengan barium juga dilakukan. Karena

metastase sering terjadi sebelum tanda peringatan ada. Pemindai tomografi computer,

pemindai tulang, dan pemindai hepar dilakukan dalam menentukan luasnya

metastatis. Tidak dapat makan (dyspepsia) Lebih dari empat minggu pada individu

berusia lebih dari 40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar X lengkap terhadap

saluran GI. (Brunner & suddart, 2002)

D. Penatalaksanaan

Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani Tumor lambung kecuali

mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi

dilambung, pasien dapat normal. Bila tumor telah menyebar kearea lain yang dapat

dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan

pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh

dengan reseksi tumor.

Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, putung lambung dianastomosiskan

pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan

kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esophagus

7

Page 8: Makala h

dan jejunum. Bila ada metastatis pada organ fital lain, seperti hepar, pembedahan

dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radika. Pembedahan paliatif

dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.

Untuk pasien uyang mengalami pembedahan namun tidak menunjukan

perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan control lanjut terhadap

penyakit atau paliasi. Obat kemotrapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-

fluorourasil (5FU), Adriamycin dan mitomycin-c. Radiasi dapat digunakan untuk

paliasi pada tumor lambung. (Brunner & suddart, 2002)

E. Terapi medis

Pembedahan merupakan terapi primer bagi kanker lambung jika tumor belum

menyebar keluar lambung, biasanya dilakukan gastrektomi subtotal

(gastroduodenostomi atau gastro yeyunostomi). Bila tumor setinggi lambung bagian

kardiakmungkin membutuhkan gastrectomy total (esofagojejunostomy). 40

gastrektomi subtotal paliatif dapat dilakukan ketika terjadi perdarahan atau obstruksi.

Kemoterapi dan radioterapimungkin diberikan untuk penyakit yang sudah

metastasis untuk menurunkan gejala dan mempertahankan hidup yang lebih lama.

Hanya sekitar 5% - 10% dari pasien dengan kanker lambung dapat bertahan hidup

hingga 5 tahun. (Brunner & suddart, 2002)

F. Pembedahan Lambung

Sejumlah prosedur pembedahan yang berbeda mungkin dilakukan pada lambung.

Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Nama Uraian Komentar

esofagogastrotomi Anastomosis dari

esophagus dan

lambung

Biasanya meliputi

pemangkatan sepertiga

bawah esophagus;

transplantasi jaringan

mungkin digunakan

Esofago jejunostromy Pengangkatan Dua bagian jejunum yang

8

Page 9: Makala h

lambung (gastrectomy

total) dan anastomasis

dari esophagus ke

jejunum

bertemu dengan

esophagus kadang-kadang

disatukan untuk

membentuk kantong bagi

makanan

Gastrectomy Pengangkatan

sebagian dari lambung

(subtotal) atau

seluruhnya (total)

Bagian yang tersisa di

anastomasis di usus kecil

Gastrostomy Pemasangan tube

melalui dinding

abdomen kedalam

lambung

Memungkinkan

pemberian makanan tanpa

melalui esophagus

langsung ke saluran GI

gastroduodenastomi Pembentukan lubang

baru antara lambung

dengan duodenum

Pada pembedahan billroth

I ujung duodenum ditutup

setelah

pengangkatanlambung

bagian bawah

Antrektomi Pengangkatan seluruh

antrum (bagian

bawah) dari lambung

Biasanya diikuti dengan

gastroduodenostomi

Piloroplasti Perbakan dari lubang

piloros lambung

Untuk memperbesar

lubang dan

mempermudahkan

pengosongan lambung

9

Page 10: Makala h

Penyekatan lambung Menyekat lambung

untuk memperkecil

ukurannya

Penyekatan dilakukan

dalam dua jalur secara

terpisah, melintang

terhadap lambung untuk

mengontrol obesitas yang

massive

G. Proses keperawatan pasien tumor lambung

1) Pengkajian

Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan pada isu

seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan

sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan ; bila

demikian seberapa banyak.

Apakah pasien merokok? Bila demikian, seberapa banyak seharian dan

berapa lama? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama

atau setelah merokok? Apakah pasien minum alkohol? Bila demikian, seberapa

banyak? Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang tumor.

Bila demikin, anggota keluarga dekat atau lambung atau kerabat jauh yang

terkena? Apakah status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat

memberikan dukungan emosional?

Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi

massa. Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain diperiksa nyeri

tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat. (Brunner & suddart,

2002)

10

Page 11: Makala h

2) Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup

yang berikut:

a. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.

b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan

anoreksia.

c. Nyeri, berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.

d. Berduka diantisipasi berhubungan dengan diagnosis tumor.

e. Kurang pengetahuan tentang aktivitas perawatan diri. (Brunner & suddart,

2002)

3) Perencanaan dan implementasi

Tujuan utama mencakup penurunan ansietas, mendapatkan nutrisi optimal,

penghilangan nyeri, dan menyesuaikan dengan diagnosis dan perubahan gaya

hidup yang diantisiapsi. (Brunner & suddart, 2002)

4) Intervensi keperawatan

Menurukan ansietas. Lingkungan yang rileks dan tidak mengancam

diberikan sehingga pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan

kemungkinan rasa marah akibat dari diagnosis dan prognosis. Perawat

mendorong keluarga dalam dukungan pasien. Memberiakan ketenangan dan

dukungan tindakan koping positif. Perawat menganjurkan pasien tentang adanya

prosedur pengobatan sehingga pasien mengetahui apa yang diharapkan; perawat

juga dapat menganjurkan pasien yang perlu mendiskusikan perasaan pribadi

dengan orang pendukung ( misalnya, rohaniawan )bila diinginkan.

Meningkatkan nutrisi abnormal. Pemberian makanan versi kecil yang

sering dengan makanan yang tidak mengiritasi mendorong untuk menurunkan

iritasi lambung. Suplemen makanan harus tinggi kalori, vitamin A dan C serta

besi sehingga perbaikan jaringan dipermudah. Bila gastrektomi total dilakukan,

11

Page 12: Makala h

vitamin B12 parenteral akan perlu diberikan untuk jangka waktu yang tidak

terbatas. Perawat memantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena. Perawat

mencatat masukan, haluaran, dan berat badan setiap hari untuk memastikan berat

badan pasien tetap atau bertambah. Tanda – tanda dehidrasi ( haus, membrane

mukosa kering, turgor kulit buruk, takikardia ) dikaji dari hasil pemeriksaan

laboratorium setiap hari ditinjau ulang untuk memperhatikan adanya

abnormalitas metabolik ( natrium, kalium, glukosa, nitrogen urea darah ).

Antiemetic diberikan sesuai resep.

Mengurangi nyeri. Analgesik diberikan sesuai resep. Infus kontiyu opioid

mungkin diperlukan untuk mengatasi nyeri berat. Frekuensi, intensitas, dan

durasi nyeri dikaji untuk menentukan keefektifan analgesik yang diberikan.

Perawat bekerja dengan untuk mengatasi nyeri ( misalnya; perubahan posisi ).

Metode non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti imajinasi, distraksi,

relaksasi, gosokan punggung, dan masase dianjurkan, dan periode istirahat dan

relaksasi dianjurkan.

Memberikan dukungan psikososial. Perawat membantu pasien

mengeksresikan rasa takut dan keprihatinan tentang diagnosis, sambil

memberikan kebebasan untuk bergabung. Pertanyaan pasien dijawab dengan

jujur dan pasien didorong untuk berpartisipasi dalam keputusan pengobatan.

Beberapa pasien diduka cita akibat kehilangan bagian tubuh dan menganggap

pembedahan sebagai suatu tindakan yag merusak. Beberapa mengekspresikan

ketidakyakinan dan memerlukan waktu dan dukungan untuk menerima

diagnosis.

Perawat memberikan dukungan emosi dan melibatkan anggota keluarga

dan orang terdekat kapanpu mungkin. Ini termasuk mengenali perubahan alam

perasaan dan mekanisme pertahanan ( menyangkal, rasionalisasi, mengucilkan

diri, regresi ) dan menenangkan pasien dan anggota keluarga bahwa respon

emosi adalah normal dan dimaklumi. Pelayanan rohaniawan, spesialis perawat

klinis psikiatris, psikologis, pekerja sosial, dan psikiatris diberikan, bila

dibutuhkan. Perawat menunjukkan pendekatan empatis dan menyediakan waktu

12

Page 13: Makala h

menemani pasien. Kebanyakan pasien akan mulai berpartisipasi dalam aktivitas

keperawatan diri bila mereka telah menerima kehilngan mereka.

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dijelaskan

bahwa makan makanan regular boleh dilakukan enam bulan setelah reseksi

lambung parsial. Awalnya, makanan diberikan sedikit dan sering, atau nutrium

diberikan melalui slang; nutrisi parenteral total mungkin perlu dilakukan pada

pemberian makan enteral, ada kemungkinan mungkin timbul sindrom dumping,

sehingga ini harus dijelaskan dan cara untuk mengatasi ditinjau kembali.

Pasien diberitahu bahwa diperlukan waktu tiga bulan untuk dapat kembali

melakukan aktifitas normal. Periode istirahat setiap hari diperlukan, dan control

kwedokter setelah pulang juga diperlukan. Gaya hidup akan dipengaruhi oleh

kemoterapi dan terapi radiasi, bila diprogramkan, sehingga pasien perlu

mengetahui apa yang akan terjadi : lama pengobatan, reaksi yang akan dialamai

(mual, muntah, anoreksia, kelelahan) dan perlunya transportasi untuk

pengobatan. Konseling psikologis juga diperlukan

Kpnseling nutrisi dimulai dirumahsakit dan diteruskan dirumah. Pemberian

makal enteral atau parenteral diawasi oleh perawatan kunjungan, yang jga akan

mengajarkan pasien dan anggota keluarga cara mneggunakan perakatan dan

formula serta cara mendeteksi adanya kompilkasi. Paien belajar untuk mencatat

masukan, haluaran, dan berat badan setiap hari dan diintruksikan tentang cara

mengatasi nyeri, mual, muntah dan kembung. Pasien juga diajarkan untuk

mengenali dan melaporkan adanya komplikasi yang memerlukan perhatian

medis seperti perdarahan , melena, obstruksi, perforasi atau adanya gejala yang

menjadi makin buruk.

Perawat mengajarkan pada pasien cara merawat insisi dan cara memreriksa

luka terhadap tanda-tanda infeksi (bau, rainase, yang menyimpang, nyeri, panas,

inflamasi dan bengkak) adanya program kemotrapi atau terapi radiasi dijelaskan.

pasien dan keluarga perlu mengetahui perawatn seperti apa yang akan diperlukan

selama dan setelah pengobatan. (Brunner & suddart, 2002)

13

Page 14: Makala h

5) Evaluasi

Hasil yang diharapkan

1. Sedikit mengalami anseitas

a. Mengekspresikan rasa takut dan masalh tentang pembedahan

b. Mencari dukungan emosi\

2. Mendapatkan nutrisi obtimal

a. Makan makanan porsi kecil dan sering yang tinggi kalori, besi dan

vitamin A dan C

b. Mendapatkan nutria anteral dan parenteral sesuai kebutuhan.

3. Sedikit mengalami nyeri

4. Melakukan aktifitas perawatan diri dan menyesuaikan dengan perubahan

gaya hidup

a. Melakukan kembali aktifitas normal dalam tiga bulan

b. Mengubah priode istirahat dan aktifitas

5. Mengatur pemberian makan perselang (Brunner & suddart, 2002)

2.2.2 Tumor Kolon dan Rektum

A. Definisi

Tumor kolon dan rectum adalah tumor yang menyerang usus besar dan rectum.

Penyakit ini adalah kanker peringkat 2 yang mematikan. Usus besar adalah bagian

dari system pencernaan. Sebagaimana kita ketahui system pencernaan di mulai dari

mulut, kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus (duodenum, jejunum dan

ileum), usus besar (kolon), rectum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon

dan rectum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari

kolon sebelah kanan (kolon ascenden) kolon sebelah tengah atas (kolon transversum),

dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rectum yang

merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus

disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rectum disebut

kolon sigmoid. (Barbara C. Long, 1996)

B. Etiologi

14

Page 15: Makala h

Walaupun penyebab dari kanker kolon masih belum diketahui, factor-faktor

lingkungan dan genetic serta tanda-tanda awal munculnya penyakit menjadi

berpengaruh. Insidensi yang tinggi dari kanker kolorektol di Negara-negara industry

berhubungan dengan diet protein dan lemak hewani dan karbohidart olahan yang

rendah serat. Penyebab yang berhubungan langsung belum dapat di pastikan. Diet

rendah serat menurunkan waktu transit pada kolon dan potensial meningkat kontak

dengan karsinogen-karsinogen endogen maupun eksogen dengan mukosa kolon.

Literature-literatur popular sering mengemukakan bahwa beberapa jenis makanan

bersifat karsinogenik; namun demikian, penelitian belum dapat mengidentifikasi

mkanan-makanan yang spesifik sebagai karsinogen bagi kanker kolon. Cara genetic,

beberapa keluarga kanker telah diidentifikasibahwa kanker yang menyerang beberapa

bagian tubuh, termasuk kolon, adalah diturunkan sebagai sifat yang dominan.

Lokasi Tanda dan gejala Pembedahan

Kolon asenden Darah yang tersembunyi dalam

feses, anemia, mual/muntah, nyeri

pada kuadran kanan atas, massa

yang dapat di raba

Kolektomi kanan dengan

anstomasis

Kolon desenden Darah yang Nampak dalam feses,

konstipasi progresif dengan

frekuensi yang meningkat, feses

yang bentuknya seperti pensil

Kolektomi kiri dengan

anastomasis

15

Page 16: Makala h

C. Pencegahan

Tak ada langkah –langkah pencegahan primer yang diketahui untuk

pencegahan yang efektif bagi kangker kolorektal. Diet tinggi serat dan rendah lemak

tidak dapat dikatakan sebagai langkah pencegahan karena kurangnya suatu hubungan

sebab akibat. (Brunner & suddart, 2002)

Pencegahan sekunder mencakup deteksi diri, seseorang yang mengalami suatu

perubahan dalam pola defekasi, perubahan dalam bentuk fases, atau keluar darah

harus berkonsultasi pada seorang dokter. American cancer sociaty’s mengemukakann

suatu acuan untuk melakukan skrining pada orang diatas umur 40 tahun, meliputi :

1. Pemeriksaan rectal secara digtal setiap tahun setelah usia 40 tahun.

2. Tes darah tersembunyi pada feses setiap tahun setelah 40 tahun.

3. Proktosigmoidoskopi setip 3-5 tahun diatas usia 50 tahun , setelah dua kali

pemeriksaan tahunan dengan hasil negative.

D. Patofisologi

Polyp adalah pertumbuhan jarigan yang beniga (adenoma ) pada mukosa kolon;

yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Duua maacam polyp yang utama dan

lebih sering terjadi yaitu tubular adenoma yang berstruktur seperti bola yang

menemepel pada dinding usus dengan sebuah taangkai dan villous adenoma, suatu

polyp yang besar dan lunak yang mempunyai tonjolan –tonjolan seperti jari tanggan

tangan tapi tidak bertangkai. Vilous adenoma lebih cenderung menjadi maligna.

Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan

kolon asenden, lesi-lesi cenderung untuk berkembang sebagai polyp yang tumbuh

sebagai massa yang menyerupai bungga kol menonjol kedalam lumen kolon. Lesi

tersebut dapat mengalami ulserasi, tetapi obstruksi kolo jarang terjadi. Dapat terjadi

lesi-lesi tersebut menembus dinding kolon dan menyebarkan kejaringan sekitarnya.

16

Page 17: Makala h

Didalam kolon desenden, terutama bagian rektosigmoid, lebih sering terjadi

suatu lesi yang terjadi suatu lesi yang terhapus. Lesi mula-mula berupa masa polypoid

yang kecil yang menjadi seperti plak. Plak ini tumbuh secara melingkar,

menyebabkan menyempit lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya feses

pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi juga

suatu saat dapat menembus dinding kolon dan meluas kadalam jaringan didekatnya.

Kangker kolon dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui

system limfatik atau sirkulasi, tertanam ditempat yang jauh pada peritoneum atau

pada tempat yang jauh pada kolon. Liver merupakan organ yang terutama seriing

terkena metastastis karena pembuluh darah dari kolon mengalir ke dalam vena porta

menuju liver. (Barbara C. Long, 1996)

E. Tes-tes diagnostic

Diagnosis kangker kolon ditegakkan denagn pemeriksaan fisik, sigmoidoskopi,

kolonoskopi, dan pemeriksaan barium enema. Kangker rectum dapat di diagnose

dengan akurat dengan pemeriksaan pantologi abatomi terhadap jaringan biopsy yang

diambil pada waktu pemeriksaan proktoskopi. Feses diperiksa untuk melihat adanya

darah yang tersembunyi. (Barbara C. Long, 1996)

F. Terapi medis

1) Pembedahan

Pengobatan kangker kolon selalau dengan pembedahan tumor, darah

sekeliling kolon, dan kelenjar limfe diangkat. Jumblah kolon yang dipotong

brdasarkan pelepasan semua jaringan yang dilalui pembuluh darah dari jaringan

yang terkena penyakit. Pembedahan dilakukan denga salah satu dari cara-cara

dibawah ini;

a) Bagian kolon yang sedikit dipotong, dan ujung-ujung yang tersisa

disambungkan dalam suatu anastomasis

17

Page 18: Makala h

b) Bagian kolon yang sakit dipotong, dan ujung yang masih berfungsi

dibawa kearah luar kepermukaan abdomen membentuk sebuah stoma

Reseksi dengan anastomasis dapat dilakukan untuk kanker pada kolon

asendens, desendens, atau sigmoid dan rectum bagaian atas. Pembedaahn-

pembedahan tersebut dilakukan melalui insisi abdomen dan defekasi yang alami

dipertahankan. Anastomasis mungkin dikerjakan dengan teknik menjahit atau

stapling, jumblah jaringan rectum yang terbesar dapat dibuang dengan

mengunakan teknik stapling untuk pembentuka anastomasis.

Pertumbuhan kanker di rectum bagian bawah diharuskan diangkatnya

seluruh rectum dari kolon sigmoid dengan cra melakukan reseksi

abdominoperineal : pembbedahan ini memerlukan pembentukan sebuah stoma,

perawatan pada pasien yang mengalami pembedahan kolon diuraikan di bawah

ini.

Obstruksi atau perforasi kolon membutuhkan kolostomy sementara diikuti

penutupan kolostomy kemudian. Prognogis setelah pembedahan tergantung dari

tingkat dan lokasi tumor

Tingkat kanker kolorektal dari duke diuraikan dibawah ini :

a. Tingkat A : terbatas pada mukosa kolon

b. Tingkat B : menembus dinding otot

c. Tingkat C : melibatkan kelenjar limfe

d. Tingkat D : metastasis atau tumor yang secara local tak dapat

diangkat. (Barbara C. Long, 1996)

G. Proses keperawatan pasien kolon atau rektum

1) Pengkajian

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan

lelah ; adanya nyeri abdomen atau rektal atau karakternya (lokasi,

18

Page 19: Makala h

frekuensi,durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi

terdahulu dan saat ini,dekskripsi tentang warna,bau, dan konsistensi feses,

mencakup adanya darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa

lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; riwayat keluarga

dari penyakit kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diindikasikan

mencakup masukan lemak dan/atau serat serta jumlah konsumsi alcohol. Riwayat

penurunan berat badan adalah penting.

Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus

dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Specimen

feses diinspkesi terhadap karakter dan adanya darah.

2) Diagnosa

Berdasarkan semua data penkajian, diagnose keperawatan utama

mencakup sebagai berikut:

1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi

2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat

obstruksi

3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia

4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubngan dengan

mual dan anoreksia

5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan

dehidrasi

6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis

kanker

7. Kurang pengetahuan mengenai diagnose, prosedur pembedahan, dan

perawatan diri setelah pulang

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen

dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap

kulit periostomal

19

Page 20: Makala h

9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi

3) Masalah kolaborasi dan Kompikasi potensial

Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup:

1. Insfeksi intraperitoneal

2. Obstruksi usus besar komplek

3. Perdarahan/hemoragi GI

4. Perforasi usus

5. Peritonitis/abses/sepsis

4) Perencanaan dan Implementasi

Tujuan. Tujuan utama dapat mencakup eliminasi produk sisa tubuh yang

adekuat; reduksi/penghilangan nyeri: peningkatan toleransi aktivitas:

mendapatkan tingkat nutrisi optimal: mempertahankan keseimbangan cairan dan

elektrolit: penurunan ansietas memahami informasi tentan diagnosis, prosedur

pembedahan, dan perawatab diri setelah pulang; mempertahankan penyembuhan

jaringan optimal; perlindungan periostomal yang adekuat; penggalian dan

pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi serta pengaruhnya pada

diri sendiri; dan tidak adanya komplikasi.

5) Intervensi keperawatan praoperatif

Mempertahankan eliminasi. Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau.

Laksatif dan enema diberikan sesuai resep. Pasien yang menunjukkan tanda

perkembangan kearah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pebedahan.

Menghilangkan nyeri. Analgesic diberikan sesuai resep. Lingkungan

dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan televisi

atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien.

Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan: perubahan posisi, gosokan

punggung dan teknik relaksasi.

20

Page 21: Makala h

Meningkatkan toleransi aktivitas. Toleransi aktivitas pasien dikaji.

Ktivita diubah dan dijadwalkan untuk memungkinkan periode tirah baring yang

adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien. Terapi komponen

darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat. Apabila

transfuse darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi

mengenai tindakan pengamanan harus diikuti. Aktivitas pasca operatif

ditingkatkan dan toleransi dipantau.

Memberikan tindakan nutrisional. Apabila kondisi pasien

memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat serta rendah residu

diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk memberikan

nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic

berlebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam sebelum pembedahan untuk

menurunkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk

menggantikan penipisan nutrient, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan

harian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat

badan pada saat menerima nutrisi parenteral.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Masukan dan

haluaran, mencakup muntah, diukur dan di catat, untuk menyediakan data akurat

tentang keseimbangan cairan. Masukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi

untuk mencegah muntah. Antiemetic diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau

jernih dapat di toleransi, atau pasien dibpuasankan. Selang nasogastrik akan

dipasang pada periode prao[eratif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan

mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius indwelling dapat dipasang untuk

memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari 30

ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan bila perlu.

Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum

dipantau untuk mendeteksi hipokalemia an hiponatremia, yang terjadi akibat

kehilangan cairan GI. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hipovolemia:

takikardia, hipotensi, dan penurunan jumlah denyut. Status hidrsasi dikaji, dan

21

Page 22: Makala h

penurunan turgor kulit,membrane mukodsa kering, urin pekat, serta peningkatan

berat jenis urin di laporkan.

Menurunkan ansietas. Tingkat ansietas pasien dikaji, seperti mekanisme

koping yang digunakan untuk menghadapi stress. Upaya pendukung mencakup

pemberian privasi bila diinginkan dan menginsruksikan pasien untuk relaksasi.

Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesediaan, atau pertanyaan

yang diajuka noleh pasien. Perswat akan mengatur pertemuan dengan anggota

rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila pasien

mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis, dan dengan ahli terapi

enterostomal. Penderita stoma yang lain dapat diminta untuk berkunjung bila

pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.

Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan

relaksasi dan perilaku empati. Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur.

Semua tes dan prosedur dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah di pahami

pasien. Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, jika perlu. Kadang-kadang

kecemasan berkurang jika pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan

selama periode pra operatif dan mengetahui kemungkinan hasil pasca operatif.

Beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil

pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.

Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi di kaji dan digunakan sebagai

pedoman pengajaran.

Mencegah infeksi. Antibiotikseperti kenamisin sulfat (kantrex) eritromisin,

dan neomisin sulfat diberikan sesuai resep untuk mengurangi bakteri usus dalam

rangka persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk

mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk

dari isi kolon. Selain itu, usus dapat dibersihakn dengan laksatif, enema, atau

irigai kolonis. Antibiotic dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk

membantu dalam mencegah infeksi.

22

Page 23: Makala h

Pendidikan pasien praoperatif. Pengetahuan pasien saat ini tentang

diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pada

pascaoperatif harus dikaji. Informasi yang diperlukan, bagaimana hal ini

ditunjukkan, kapan pasien paling dapat menerimanya, dan siapa yang harus

menemani selama instruksi, juga harus ditentukan.

Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk

pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca

operatif, teknik perawatan ostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan

penatalaksanaan obat dimasukkan dalam materi rencana penyuluhan.

6) Intervensi Keperawatan Pascaoperatif

Perawatn luka. Luka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam

pertama untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi,

dehisens, hemoragi, edema berlebihan). Balutan diganti sesuai kebutuhan untuk

mencegah infeksi. Pasien dibantu untuk membebat insisi abdomen selama batuk

dan napas dalam untuk emngurangi tegangan pada tepi insisi. Suhu, nadi, dan

frekuensi pernapasan dipantau terhadap adanya peningkatan yang

mengindikasikan proses infeksi.

Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (edema ringan akibat manipilasi

bedah adalah normal), warna (stoma sehat adalah merah jambu), rabas (rembesan

berjumlah sedikit adalah normal), dan perdarahan (tanda abnormal). Kuli

peristoma dibersihkan dengan perlahan dan dikeringkan untuk mencegah iritasi.

Barier pelindung kulit harus diberikan sebelum melekatkan kantung drainase.

Apabila malignasi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi

dengan cermat untuk tanda hemoragi. Luka ini dapat menyandung drain atau

tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang

terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini dipercepat dengan irigasi mekanis

luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Kondisi luka

perineal dan adanya luka perdarahan, infeksi, atau nekrosis di dokumentasikan.

23

Page 24: Makala h

Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Perencanaan pulang

memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi enterostoma,

pekerja sosial, dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit diberikan

informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan ostomi

dan komplikasi yang harus di observasi. Instruksi diet penting untuk membantu

pasienmengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat

menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien di ajarkan tentang obat yang si

resepkan (kerja, tujuan, dan kemungkinan efek samping masing-masing).

Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan

keluarga di dorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus

tentang kapan mereka haus menghubungi dokter. Mereka perlu mengetahui

dengan pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (perdarahan,

distensi abdomen, dan kekakuan, diare, dan sindrom dumping). Apabila terapi

radiasi diperlukan, efek samping yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare,

dan kelelahan) harus di tinjau ulang.

Perawatan kesehatan dirumah sering di perlukan untuk memberikan perawatan

esensial pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut

terhadap luka. Kunjungan ini merupakan kesempatan untuk memberikan

penyembuhan tambahan dan mengobservasi kondisi umum pasien.

Citra tubuh positif. Pasien di dorong untuk mengungkapkan prasaan dan masalah

yang dialami serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah

dibuat). Perawatan kolostomi harus dipelajari dan pasien harus mulai

merencanakan untuk memasukkan peralatan stoma dalam kehidupan sehari-hari.

Lingkungan pendukung dan sikap dari pihak perawat penting dalam

meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat

pembedahan.

Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi. Kondisi pasien di observasi

terhadap gejala komplikasi.

24

Page 25: Makala h

Pengkajian yang sering terhadap abdomen, termasuk penurunan atau perubahan

bising usus dan peningkatan lingkar abdomen harus dilakukan. Pasien perlu

disiapkan untuk menjalani pembedahan darurat. Tanda vital di pantau akan

adanya peningkatan atau penurunan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan

darah, serta perdarahan rectal yang menunjukkan adanya hemoragi. Hematokrit

dan hemoglobin dipantau. Terapi komponen darah diberikan sesuai kebutuhan.

Adanya perubahan tiba-tiba pada nyeri abdomen harus dilaporkan karena ini

dapat menunjukkan perforasi. Peningkatan jumlah sel darah putih suhu dan/atau

gejala syok dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis. Anti biotic diberikan

sesuai pesanan.

7) Evaluasi

Hasil yang diharapkan

1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat

2. Mengalami sedikit nyeri

3. Meningkatkan toleransi aktivitas

4. Mencapai tingkat nutrisi optimal

a. Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori

b. Kram abdomen berkurang

5. Keseimbangan cairan tercapai

a. Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual

b. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam

6. Mengalami penurunan ansietas

a. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas

b. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stress

25

Page 26: Makala h

7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan

diri setelah pulang

a. Mendiskusikan diagnose, prosedur bedah, dan perawatan diri pasca

operatif

b. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi

8. Mempertahankan intisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal

a) Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma

dan kulit periostoma

9. Mengungkapakan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal

10. Tidak mengalami komplikasi

a. Menggunakan antibiotic oral sesuai resep

b. Bekerjasama dalam protocol pembersihan usus

c. Tidak demam

d. Bising usus ada

e. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun

f. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan (Smeltzer, 2002)

26

Page 27: Makala h

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus

Seorang pria 50 tahun di rawat di ruang inap mengeluhkan benjolan tersebut awalnya

kecil dan semakin hari di rasakan semakin membesar sejak 1 bulan terakhir. Benjolan di sertai

dengan rasa nyeri pada daerah perut bagian kanan atas tetapi tidak menjalar ke tempat lain. Nyeri

betsifat hilang timbul dan di rasakan seperti tertusuk. Nyeri ulu hati(-), mual (+), muntah (+).

Nafsu makan menurun sejak 1 bulan terakhir, pasien merasakan ada penurunan berat badan

tetapi tidak di ketahui berapa banyak penurunan berat badannya. Demam (-), riwayat demam (+)

1 bulan yang lalu, tidak erus menerus selam 1 minggu. Demam turun sendiri tanpa oabat penurun

panas. Sakit kepala (-), batu (-), sesak (-), nyeri dada (-). Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah

130/90 mgHg nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu, 36,8 'C. Hasil pemeriksaan rontgen

dan USG da massa di daerah kolon, diagnisa medis adalah Tumor Intra abdomen (TIA) hasil

labpratorium Hb :16 mg/dl, WBC :15000 mm3, Gula darah sewaktu 110mg/dl.

3.2 Masalah Keperawatan

Data Masalah Keperawatan

Ds :

a) Pasien mengeluhkan benjolan tersebut awalnya

kecil dan semakin hari di rasakan semakin

membesar sejak 1 bulan terakhir

b) Benjolan disertai rasa nyeri pada daerah perut

bagian kanan atas tetapi tidak menjalar ke tempat

lain

c) Nyeri bersifat hilang timbul dan di rasakan seperti

tertusuk

1. Nyeri Akut

DO: Mual (+)

Muntah (+)

Gula darah sewaktu 110mg/dl

2. Gangguan Pemenuhan

Nutrisi

27

Page 28: Makala h

DS:

a) Nafsu makan menurun sejak ± 1 bulan terakhir

b) Pasien merasa ada penurunan berat badan tetapi

tidak di ketahui berapa banyak penurunan BBnya.

DO : WBC =15.000 mm3 3. Resiko Penyebaran

Infeksi

3.3 Diagnosa Keperawatan

A. Nyeri Akut b.d proses penyakit

B. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat ditandai dengan

mual dan muntah

C. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d tidak adekuat pertahanan sekunder

(adanya infeksi, penyakit kronis, mal nutrisi)

3.4 Intervensi

A. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.

Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku

berhati-hati

Hasil yang diharapkan :

i. Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang

ii. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Intervensi Rasional

28

Page 29: Makala h

1) Tentukan riwayat nyeri

misalnya lokasi, durasi dan

skala.

2) Berikan tindakan kenyaman

dasar misal: massage punggung

dan aktivitas hiburan misalnya

music.

3) Dorong penggunaan

keterampilan penggunaan

keterampilan manajement nyeri

misalnya relaksasi napas dalam.

4) Kolaborasi pemberian analgetik

sesuai indikasi.

1) Informasi memberikan data

dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan / keefektifan

intervensi.

2) Dapat meningkatkan relaksasi

3) Memungkinkan klien untuk

berpartisipasi secara aktif dalam

meningkatkan rasa control.

4) Analgetik dapat menghambat

stimulus nyeri.

B. Diagnosa Keperawataan :Nutrisi ,Perubahan:Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Dapat dihubungkan dengan :Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan

metabolik :anoreksia, mual/muntah.

Gangguan absopsi dan metabolisme pencernaan makanan:

penurunan peristaltik (refleks viseral) empedu tertahan.

Peningkatan kebutuhan kalori/status hipermetabolik.

Kemungkinan dibuktikan oleh :Enggan makan /kurang minat terhadap makanan.

Gangguan sensasi pengecap.

Nyeri abdomen.kram

Penurunan berat badan; tonus otot buruk.

29

Page 30: Makala h

Hasil yang diharapkan / kriteria :Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk

menigkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.

Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan

dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda

malnutrisi.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori.

Berikan makan sedikit dalam frekuensi

sering dan tawarkan makan pagi paling

besar.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.

Anjurkan makan pada posisis duduk tegak.

Dorong pemasukan sari jeruk, minuman

karbonat dan permen berat setiap hari.

Kolaborasi

Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi

untuk memberikan diet sesuai kebutuhan

pasien, dengan masukan lemak dan protein

sesuai toleransi.

Makan banyak sulit untuk mengantur bila

pasien anoreksia, anoreksia juga paling

buruk selama siang hari, membuat masukan

makanan yang sulit pada sore hari.

Menghilangkan rasa tak enak dapat

meningkatkan napsu makan.

Menurunkan rasa penuh pada abdoment dan

dapat meningkatkan pemasukan.

Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat

lebih mudah dicerna/ toleran bila makanan

lain tidak

Berguna dalam membuat program diet untuk

memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme

lemak bervariasi tergantung pada produksi

dan pengeluaran empedu dan perlunya

pembatasan masukan lemak bila terjadi

diare. Bila toleran, masukan normal atau

lebih protein akan membantu regenerasi hati.

Pembatasan protein di indikasikan pada

penyakit berat (hepatitis kronis) karena

30

Page 31: Makala h

Awasi glukosa darah

Berikan obat sesuai indikasi :

Antiemetik ,contoh metalopramide (reglan):

trimetobenzamid(Tigan).

Antasida, contoh mylanta. Titralac.

Vitamin contohnya B kompleks,C, tambahan

diet lain sesuai indikasi.

Terapi steroid, contoh predison (deltasone)

tunggal atau kombinasi dengan azatioprin

(imuran)

Berikan tambahan mkananan/ nutrisi

dukungan total bila dibutuhkan.

Berikan tambahan makanan /nutrisi

dukungan total bila dibutuhkan.

kaumulasi produk akhir metabolisme protein

dapat mencetuskan heaptik ensalopati.

Hiperglikemia /hipoglekimia dapat terjadi,

memrlukan perubahan diet / pemberian

insulin.

Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat

menurunkan mual dan meningkatkan

toleransi pada makanan,.

Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan

iritasi/resiko perdarahan.

Memperbaiki kekurangan dan membantu

proses penyembuhan.

Steroid diikontraindikasikan karena

meningkatkan resiko berulang/terjadinya

heaptitis kronis pada pasien dengan heaptitis

virus. Namun, efek antiinfalamsi mukin

berguna pad hepatitis aktif kronis (khusunya

idiopatik) untuk menurunkaan mual muntah

dan memampukan pasien untuk

mengkonsumsi makanan dan cairan. Steroid

dapat menurunkan aminotransferase serum

dan kadar bilirubin, tetapi mempengerahui

nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi

terapi mempunyai efek samping lebih

sedikit.

Mungkin perlu untuk memnuhi kebutuhan

kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala

memanjang.

31

Page 32: Makala h

C. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi,

penyakit kronis, malnutrisi)

Kriteria hasil :

mencapai perbaikan infeksi tanda komplikasi

WBC dalam batas normal ( 5000-10.000 mg/dl)

Intervensi Rasional

Mandiri

a. Pantau tanda vital dengan

ketat, khususnya selama

awal terapi.

b. Tunjuka/dorong teknik

mencuci tangan dengan

baik.

c. Lakukan isolasi

pencegahan sesuai

individual.

d. Dorong keseimbangan

istirahat adekuatdengan

aktifitas sedang.

Tingkatkan masukan

nutrisi adekuat.

e. Awasi keektifan terapi

antimikrobial.

f. Selidiki perubahan tibi-

tiba/penyimpangan kondisi

seperti peningkatan nyeri

dada, bunyi jantung ekstra,

a. Selama periode waktu ini, potonsial komplikasi

fatal (hipotensi/shock) dapat terjadi.

b. Efektif berarti menurunkan

penyebaran/tambahan infeksi.

c. Tergantung pada tipe infeksi respon terhadap

antibiotik, kesehantan umum pasien, dan

terjadinya komplikasi,teknik isolasi mungkin

diperlukan mencegah penyebaran/melindungi

dari proses infeksi lain.

d. Memudahkan proses penyembuhan dan

meningkatkan tahanan alamiah.

e. Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24-

48 jam.

f. Penyembuhan melambat atau peningkatan

beratnya gejala diduga tahan terhadap antibiotik

atau infeksi sekunder. Komplikasi

mempengaruhi beberapa/semua sistem organ

termasuk abses

paru/empiema,bakteremia,perikarditis/endokardit

is,meningitis/ensepalitis, dan superinfeksi.

32

Page 33: Makala h

gangguan sensori,

berulangnya deman.

Kolabarasi

g. Berikan anti mikrobial

sesuai indikasi mis.,

penisilin,

eritromisin,tetrasiklin,amik

ain,sefaloskorin:

amantadin

kolaborasi

g. Obat ini digunakan membunuh kebanyakan

mikrobial. Kombinasi antiviral dan antijamur

digunakan bia disebabkan oleh organisme

campuran.

33

Page 34: Makala h

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,

yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom

lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal

dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat

meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa

jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak

menginvasinya.

Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.

Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi

aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan

metastasis.

Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi

ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar

abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel

Tersebut.

4.2 Saran

Demikianlah Makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat

menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi

para pembacanya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

34