Makala h
description
Transcript of Makala h
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tumor abdomen merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang mungkin membungkus pembuluh darah besar dan ureter. Secara patologi kelainan ini
mudah terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena
kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya
tetapi tidak menginvasinya.
Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor. Tumor pada
daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan insidennya 10 per 100.000
populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang merupakan 1% dari malignasi
gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300,
yang akan mengakibatkan kematian 250 orang. ( Smelszer, Suzanne C. 2001)
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
a. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tumor Intra
Abdomen
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep Tumor Intra Abdomen
b. Mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien Tumor intra abdomen.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Tumor
2.1.1. Pengertian
A. Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel
yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
B. Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan
pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
C. Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.
(Corwin, Elizabeth.J. 2000)
2.1.2. Etiologi
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan
menyebabkan metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1) Karsinogen
2) Hormone
3) Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan
makanan yang kurang berserat.
4) Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan
karsinoma planoseluler.
5) Genetic
6) Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
2
2.1.3. Patofisiologi
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah
oleh mutasi ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secar abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut. Sel-sel neoplasma mendapat energi terutama dari
anaerob karena kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai
enzim yang lengkap untuk oksidasi.
Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak
yang membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang
menghasilkan energi dengan jalan katabolisme. Jaringan yang tumbuh memerlukan
bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara lain asam amino.
Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalm mendapatkan bahan-
bahan tersebut.(Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan
terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah
digunakan, namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab
tunggal : tetapi lebih kepada suatu kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab,
metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).
2.1.4. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis yang mungkin muncul pada tumor antara lain :
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung jaringan ikat maka akan elastic kenyal
atau lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
3
6) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7) Nyeri
8) Anoreksia, mual, muntah.
9) Penurunan berat badan. (Barbara C. Long, 1996)
2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi
meliputi :
1) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang
tumor atau oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio
untuk menghasilkan gambaran berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai
susunan lapisan jaringan untuk memberikan pandangan potongan
melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan
antar jaringan; dapat ,mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada
layer penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam
tubuh
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan
memasukan suatu ke dalam rongga tubuh atau ostium tubuh;
memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor
yang kecil.
4
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan
radiosisotope yang diikuti dengan pencitraan yang menjadi tempat
berkumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
2.1.6. Penatalaksanaan medis
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal
atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan
tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani
laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus
menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan dengan tindakan
adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis. (Smeltzer, Suzanne C,
2001)
2) Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor.
Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy
tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.
(Danielle Gale. 2000)
5
2.1.7. Deskrispi Pertumbuhan Dan Penyebaran Tumor
Pertumbuhan dan penyebabran tumor sering di deskripsikan secara klinis. Sebagian
istilah yang digunakan dan disajikan dibawah ini :
1. Derajat (grading: penilaian tumor berdasarkan derajat anaplasia yang
diperlihatkannya.
2. Stadium : keptusan klinis berkaitan dengan ukuran tumor,derajat infasi local yang
telah terjadi,dan derjat penyebarannya ketempat-tempat jauh pada seseorang.
3. Waktu penggandaan : perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan untuk
pemebelahan sel tumor. Sel –sel tumor yang cepat memebelah memliki waktu
penggandaan yang singkat. (Corwin, 2002)
2.2 Bagian-Bagian Tumor Intra Abdomen
2.2.1 Tumor lambung
A. Definisi
Hampir semua tumor lambung bersifat ganas. Kanker lambung merupakan yang
tersering ketujuh dari kematian dengan kanker. Tumor lambung terus berkurang di
amerika serikat. Namun, ini masih menjadi masalah serius dengan jumlah 14700
kematian setiap tahunnya setiap detik kebanyakan setiap individu dengan usia lebih,
dari 40 tahun, dan kadang-kadang pada individu lebih muda. Kebanyakan tumor
lambung terjadi pada kurvatura kecil atau antrum lambung dan adenokrasinoma.
Insiden tumor lambung lebih banyak dijepang, yang telah menyebabkan diadakannya
skrining massa untuk diagnosis awal dinegara ini. Diet tampaknya menjadi factor
signifikat. Diet tinggi makanan asap dan kurang buah-buahan dan sayuran dapat
meningkatkan resiko terhadap tumor lambung. Factor lain yang berhubungan dengan
insiden tumor lambung mencakup inflamasi lambung anemia pernisiosa, aklorihia
(tidak adanya asam hidroklorida), ulkus lambung, bakteri H.pylori, dan keturunan.
Prognasisnya buruk, kebanyakan pasien telah mengalami metasfase pada waktu
didiagnosis. (Brunner & suddart, 2002)
6
B. Manifestasi klinis
Gejala awal dari tumor lambung sering tidak pasti karena kebanyakan tumor ini
di mulai di kurvatura kecil, yang hanya sedikit menyebabkan gangguan fungsi
lambung. Pada tahap awal tumor lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa
penilitian menunjukan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida,
dapat menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat
meliputi tidak dapat makan, anoreksia, dyspepsia, penurunan berat badan, nyeri
abdomen, konstipasi, anemia, dan mual serta muntah. (Brunner & suddart, 2002)
C. Evaluasi diagnostik
Pemeriksaan fisik biasanya tidak membantu, kebanyajkan tumor lambung tidak
dapat diraba. Asites mungkin muncul bila terdapat metastatis pada hepar. Endoskopi
untuk biobsi dan pencucian sitologis adalah pemeriksaan diagnostic umum.
Pemeriksaan sinar X terhadap saluran GI atas dengan barium juga dilakukan. Karena
metastase sering terjadi sebelum tanda peringatan ada. Pemindai tomografi computer,
pemindai tulang, dan pemindai hepar dilakukan dalam menentukan luasnya
metastatis. Tidak dapat makan (dyspepsia) Lebih dari empat minggu pada individu
berusia lebih dari 40 tahun memerlukan pemeriksaan sinar X lengkap terhadap
saluran GI. (Brunner & suddart, 2002)
D. Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani Tumor lambung kecuali
mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi
dilambung, pasien dapat normal. Bila tumor telah menyebar kearea lain yang dapat
dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan
pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi, dapat diperoleh
dengan reseksi tumor.
Bila gastrektomi subtotal radikal dilakukan, putung lambung dianastomosiskan
pada jejunum, seperti pada gastrektomi untuk ulkus. Bila gastrektomi total dilakukan
kontinuitas gastrointestinal diperbaiki dengan anastomosis diantara ujung esophagus
7
dan jejunum. Bila ada metastatis pada organ fital lain, seperti hepar, pembedahan
dilakukan terutama untuk tujuan paliatif dan bukan radika. Pembedahan paliatif
dilakukan untuk menghilangkan gejala obstruksi atau disfagia.
Untuk pasien uyang mengalami pembedahan namun tidak menunjukan
perbaikan, pengobatan dengan kemoterapi dapat memberikan control lanjut terhadap
penyakit atau paliasi. Obat kemotrapi yang sering digunakan mencakup kombinasi 5-
fluorourasil (5FU), Adriamycin dan mitomycin-c. Radiasi dapat digunakan untuk
paliasi pada tumor lambung. (Brunner & suddart, 2002)
E. Terapi medis
Pembedahan merupakan terapi primer bagi kanker lambung jika tumor belum
menyebar keluar lambung, biasanya dilakukan gastrektomi subtotal
(gastroduodenostomi atau gastro yeyunostomi). Bila tumor setinggi lambung bagian
kardiakmungkin membutuhkan gastrectomy total (esofagojejunostomy). 40
gastrektomi subtotal paliatif dapat dilakukan ketika terjadi perdarahan atau obstruksi.
Kemoterapi dan radioterapimungkin diberikan untuk penyakit yang sudah
metastasis untuk menurunkan gejala dan mempertahankan hidup yang lebih lama.
Hanya sekitar 5% - 10% dari pasien dengan kanker lambung dapat bertahan hidup
hingga 5 tahun. (Brunner & suddart, 2002)
F. Pembedahan Lambung
Sejumlah prosedur pembedahan yang berbeda mungkin dilakukan pada lambung.
Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Nama Uraian Komentar
esofagogastrotomi Anastomosis dari
esophagus dan
lambung
Biasanya meliputi
pemangkatan sepertiga
bawah esophagus;
transplantasi jaringan
mungkin digunakan
Esofago jejunostromy Pengangkatan Dua bagian jejunum yang
8
lambung (gastrectomy
total) dan anastomasis
dari esophagus ke
jejunum
bertemu dengan
esophagus kadang-kadang
disatukan untuk
membentuk kantong bagi
makanan
Gastrectomy Pengangkatan
sebagian dari lambung
(subtotal) atau
seluruhnya (total)
Bagian yang tersisa di
anastomasis di usus kecil
Gastrostomy Pemasangan tube
melalui dinding
abdomen kedalam
lambung
Memungkinkan
pemberian makanan tanpa
melalui esophagus
langsung ke saluran GI
gastroduodenastomi Pembentukan lubang
baru antara lambung
dengan duodenum
Pada pembedahan billroth
I ujung duodenum ditutup
setelah
pengangkatanlambung
bagian bawah
Antrektomi Pengangkatan seluruh
antrum (bagian
bawah) dari lambung
Biasanya diikuti dengan
gastroduodenostomi
Piloroplasti Perbakan dari lubang
piloros lambung
Untuk memperbesar
lubang dan
mempermudahkan
pengosongan lambung
9
Penyekatan lambung Menyekat lambung
untuk memperkecil
ukurannya
Penyekatan dilakukan
dalam dua jalur secara
terpisah, melintang
terhadap lambung untuk
mengontrol obesitas yang
massive
G. Proses keperawatan pasien tumor lambung
1) Pengkajian
Perawat mendapatkan riwayat diet dari pasien, yang memfokuskan pada isu
seperti masukan tinggi makanan asap atau diasinkan dan masukan buah dan
sayuran yang rendah. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan ; bila
demikian seberapa banyak.
Apakah pasien merokok? Bila demikian, seberapa banyak seharian dan
berapa lama? Apakah pasien mengeluhkan ketidaknyamanan lambung selama
atau setelah merokok? Apakah pasien minum alkohol? Bila demikian, seberapa
banyak? Perawat menanyakan pasien bila ada riwayat keluarga tentang tumor.
Bila demikin, anggota keluarga dekat atau lambung atau kerabat jauh yang
terkena? Apakah status perkawinan pasien? Adakah seseorang yang dapat
memberikan dukungan emosional?
Selama pemeriksaan fisik ini dimungkinkan untuk melakukan palpasi
massa. Perawat harus mengobservasi adanya asites. Organ lain diperiksa nyeri
tekan atau massa. Nyeri biasanya merupakan gejala lambat. (Brunner & suddart,
2002)
10
2) Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang berikut:
a. Ansietas berhubungan dengan penyakit dan pengobatan yang diantisipasi.
b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan
anoreksia.
c. Nyeri, berhubungan dengan adanya sel epitel abnormal.
d. Berduka diantisipasi berhubungan dengan diagnosis tumor.
e. Kurang pengetahuan tentang aktivitas perawatan diri. (Brunner & suddart,
2002)
3) Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama mencakup penurunan ansietas, mendapatkan nutrisi optimal,
penghilangan nyeri, dan menyesuaikan dengan diagnosis dan perubahan gaya
hidup yang diantisiapsi. (Brunner & suddart, 2002)
4) Intervensi keperawatan
Menurukan ansietas. Lingkungan yang rileks dan tidak mengancam
diberikan sehingga pasien dapat mengekspresikan rasa takut, masalah, dan
kemungkinan rasa marah akibat dari diagnosis dan prognosis. Perawat
mendorong keluarga dalam dukungan pasien. Memberiakan ketenangan dan
dukungan tindakan koping positif. Perawat menganjurkan pasien tentang adanya
prosedur pengobatan sehingga pasien mengetahui apa yang diharapkan; perawat
juga dapat menganjurkan pasien yang perlu mendiskusikan perasaan pribadi
dengan orang pendukung ( misalnya, rohaniawan )bila diinginkan.
Meningkatkan nutrisi abnormal. Pemberian makanan versi kecil yang
sering dengan makanan yang tidak mengiritasi mendorong untuk menurunkan
iritasi lambung. Suplemen makanan harus tinggi kalori, vitamin A dan C serta
besi sehingga perbaikan jaringan dipermudah. Bila gastrektomi total dilakukan,
11
vitamin B12 parenteral akan perlu diberikan untuk jangka waktu yang tidak
terbatas. Perawat memantau kecepatan dan frekuensi terapi intravena. Perawat
mencatat masukan, haluaran, dan berat badan setiap hari untuk memastikan berat
badan pasien tetap atau bertambah. Tanda – tanda dehidrasi ( haus, membrane
mukosa kering, turgor kulit buruk, takikardia ) dikaji dari hasil pemeriksaan
laboratorium setiap hari ditinjau ulang untuk memperhatikan adanya
abnormalitas metabolik ( natrium, kalium, glukosa, nitrogen urea darah ).
Antiemetic diberikan sesuai resep.
Mengurangi nyeri. Analgesik diberikan sesuai resep. Infus kontiyu opioid
mungkin diperlukan untuk mengatasi nyeri berat. Frekuensi, intensitas, dan
durasi nyeri dikaji untuk menentukan keefektifan analgesik yang diberikan.
Perawat bekerja dengan untuk mengatasi nyeri ( misalnya; perubahan posisi ).
Metode non farmakologis untuk menghilangkan nyeri seperti imajinasi, distraksi,
relaksasi, gosokan punggung, dan masase dianjurkan, dan periode istirahat dan
relaksasi dianjurkan.
Memberikan dukungan psikososial. Perawat membantu pasien
mengeksresikan rasa takut dan keprihatinan tentang diagnosis, sambil
memberikan kebebasan untuk bergabung. Pertanyaan pasien dijawab dengan
jujur dan pasien didorong untuk berpartisipasi dalam keputusan pengobatan.
Beberapa pasien diduka cita akibat kehilangan bagian tubuh dan menganggap
pembedahan sebagai suatu tindakan yag merusak. Beberapa mengekspresikan
ketidakyakinan dan memerlukan waktu dan dukungan untuk menerima
diagnosis.
Perawat memberikan dukungan emosi dan melibatkan anggota keluarga
dan orang terdekat kapanpu mungkin. Ini termasuk mengenali perubahan alam
perasaan dan mekanisme pertahanan ( menyangkal, rasionalisasi, mengucilkan
diri, regresi ) dan menenangkan pasien dan anggota keluarga bahwa respon
emosi adalah normal dan dimaklumi. Pelayanan rohaniawan, spesialis perawat
klinis psikiatris, psikologis, pekerja sosial, dan psikiatris diberikan, bila
dibutuhkan. Perawat menunjukkan pendekatan empatis dan menyediakan waktu
12
menemani pasien. Kebanyakan pasien akan mulai berpartisipasi dalam aktivitas
keperawatan diri bila mereka telah menerima kehilngan mereka.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Pasien dijelaskan
bahwa makan makanan regular boleh dilakukan enam bulan setelah reseksi
lambung parsial. Awalnya, makanan diberikan sedikit dan sering, atau nutrium
diberikan melalui slang; nutrisi parenteral total mungkin perlu dilakukan pada
pemberian makan enteral, ada kemungkinan mungkin timbul sindrom dumping,
sehingga ini harus dijelaskan dan cara untuk mengatasi ditinjau kembali.
Pasien diberitahu bahwa diperlukan waktu tiga bulan untuk dapat kembali
melakukan aktifitas normal. Periode istirahat setiap hari diperlukan, dan control
kwedokter setelah pulang juga diperlukan. Gaya hidup akan dipengaruhi oleh
kemoterapi dan terapi radiasi, bila diprogramkan, sehingga pasien perlu
mengetahui apa yang akan terjadi : lama pengobatan, reaksi yang akan dialamai
(mual, muntah, anoreksia, kelelahan) dan perlunya transportasi untuk
pengobatan. Konseling psikologis juga diperlukan
Kpnseling nutrisi dimulai dirumahsakit dan diteruskan dirumah. Pemberian
makal enteral atau parenteral diawasi oleh perawatan kunjungan, yang jga akan
mengajarkan pasien dan anggota keluarga cara mneggunakan perakatan dan
formula serta cara mendeteksi adanya kompilkasi. Paien belajar untuk mencatat
masukan, haluaran, dan berat badan setiap hari dan diintruksikan tentang cara
mengatasi nyeri, mual, muntah dan kembung. Pasien juga diajarkan untuk
mengenali dan melaporkan adanya komplikasi yang memerlukan perhatian
medis seperti perdarahan , melena, obstruksi, perforasi atau adanya gejala yang
menjadi makin buruk.
Perawat mengajarkan pada pasien cara merawat insisi dan cara memreriksa
luka terhadap tanda-tanda infeksi (bau, rainase, yang menyimpang, nyeri, panas,
inflamasi dan bengkak) adanya program kemotrapi atau terapi radiasi dijelaskan.
pasien dan keluarga perlu mengetahui perawatn seperti apa yang akan diperlukan
selama dan setelah pengobatan. (Brunner & suddart, 2002)
13
5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Sedikit mengalami anseitas
a. Mengekspresikan rasa takut dan masalh tentang pembedahan
b. Mencari dukungan emosi\
2. Mendapatkan nutrisi obtimal
a. Makan makanan porsi kecil dan sering yang tinggi kalori, besi dan
vitamin A dan C
b. Mendapatkan nutria anteral dan parenteral sesuai kebutuhan.
3. Sedikit mengalami nyeri
4. Melakukan aktifitas perawatan diri dan menyesuaikan dengan perubahan
gaya hidup
a. Melakukan kembali aktifitas normal dalam tiga bulan
b. Mengubah priode istirahat dan aktifitas
5. Mengatur pemberian makan perselang (Brunner & suddart, 2002)
2.2.2 Tumor Kolon dan Rektum
A. Definisi
Tumor kolon dan rectum adalah tumor yang menyerang usus besar dan rectum.
Penyakit ini adalah kanker peringkat 2 yang mematikan. Usus besar adalah bagian
dari system pencernaan. Sebagaimana kita ketahui system pencernaan di mulai dari
mulut, kerongkongan (esophagus), lambung, usus halus (duodenum, jejunum dan
ileum), usus besar (kolon), rectum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon
dan rectum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari
kolon sebelah kanan (kolon ascenden) kolon sebelah tengah atas (kolon transversum),
dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rectum yang
merupakan saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus
disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rectum disebut
kolon sigmoid. (Barbara C. Long, 1996)
B. Etiologi
14
Walaupun penyebab dari kanker kolon masih belum diketahui, factor-faktor
lingkungan dan genetic serta tanda-tanda awal munculnya penyakit menjadi
berpengaruh. Insidensi yang tinggi dari kanker kolorektol di Negara-negara industry
berhubungan dengan diet protein dan lemak hewani dan karbohidart olahan yang
rendah serat. Penyebab yang berhubungan langsung belum dapat di pastikan. Diet
rendah serat menurunkan waktu transit pada kolon dan potensial meningkat kontak
dengan karsinogen-karsinogen endogen maupun eksogen dengan mukosa kolon.
Literature-literatur popular sering mengemukakan bahwa beberapa jenis makanan
bersifat karsinogenik; namun demikian, penelitian belum dapat mengidentifikasi
mkanan-makanan yang spesifik sebagai karsinogen bagi kanker kolon. Cara genetic,
beberapa keluarga kanker telah diidentifikasibahwa kanker yang menyerang beberapa
bagian tubuh, termasuk kolon, adalah diturunkan sebagai sifat yang dominan.
Lokasi Tanda dan gejala Pembedahan
Kolon asenden Darah yang tersembunyi dalam
feses, anemia, mual/muntah, nyeri
pada kuadran kanan atas, massa
yang dapat di raba
Kolektomi kanan dengan
anstomasis
Kolon desenden Darah yang Nampak dalam feses,
konstipasi progresif dengan
frekuensi yang meningkat, feses
yang bentuknya seperti pensil
Kolektomi kiri dengan
anastomasis
15
C. Pencegahan
Tak ada langkah –langkah pencegahan primer yang diketahui untuk
pencegahan yang efektif bagi kangker kolorektal. Diet tinggi serat dan rendah lemak
tidak dapat dikatakan sebagai langkah pencegahan karena kurangnya suatu hubungan
sebab akibat. (Brunner & suddart, 2002)
Pencegahan sekunder mencakup deteksi diri, seseorang yang mengalami suatu
perubahan dalam pola defekasi, perubahan dalam bentuk fases, atau keluar darah
harus berkonsultasi pada seorang dokter. American cancer sociaty’s mengemukakann
suatu acuan untuk melakukan skrining pada orang diatas umur 40 tahun, meliputi :
1. Pemeriksaan rectal secara digtal setiap tahun setelah usia 40 tahun.
2. Tes darah tersembunyi pada feses setiap tahun setelah 40 tahun.
3. Proktosigmoidoskopi setip 3-5 tahun diatas usia 50 tahun , setelah dua kali
pemeriksaan tahunan dengan hasil negative.
D. Patofisologi
Polyp adalah pertumbuhan jarigan yang beniga (adenoma ) pada mukosa kolon;
yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Duua maacam polyp yang utama dan
lebih sering terjadi yaitu tubular adenoma yang berstruktur seperti bola yang
menemepel pada dinding usus dengan sebuah taangkai dan villous adenoma, suatu
polyp yang besar dan lunak yang mempunyai tonjolan –tonjolan seperti jari tanggan
tangan tapi tidak bertangkai. Vilous adenoma lebih cenderung menjadi maligna.
Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Didalam sekum dan
kolon asenden, lesi-lesi cenderung untuk berkembang sebagai polyp yang tumbuh
sebagai massa yang menyerupai bungga kol menonjol kedalam lumen kolon. Lesi
tersebut dapat mengalami ulserasi, tetapi obstruksi kolo jarang terjadi. Dapat terjadi
lesi-lesi tersebut menembus dinding kolon dan menyebarkan kejaringan sekitarnya.
16
Didalam kolon desenden, terutama bagian rektosigmoid, lebih sering terjadi
suatu lesi yang terjadi suatu lesi yang terhapus. Lesi mula-mula berupa masa polypoid
yang kecil yang menjadi seperti plak. Plak ini tumbuh secara melingkar,
menyebabkan menyempit lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya feses
pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi juga
suatu saat dapat menembus dinding kolon dan meluas kadalam jaringan didekatnya.
Kangker kolon dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui
system limfatik atau sirkulasi, tertanam ditempat yang jauh pada peritoneum atau
pada tempat yang jauh pada kolon. Liver merupakan organ yang terutama seriing
terkena metastastis karena pembuluh darah dari kolon mengalir ke dalam vena porta
menuju liver. (Barbara C. Long, 1996)
E. Tes-tes diagnostic
Diagnosis kangker kolon ditegakkan denagn pemeriksaan fisik, sigmoidoskopi,
kolonoskopi, dan pemeriksaan barium enema. Kangker rectum dapat di diagnose
dengan akurat dengan pemeriksaan pantologi abatomi terhadap jaringan biopsy yang
diambil pada waktu pemeriksaan proktoskopi. Feses diperiksa untuk melihat adanya
darah yang tersembunyi. (Barbara C. Long, 1996)
F. Terapi medis
1) Pembedahan
Pengobatan kangker kolon selalau dengan pembedahan tumor, darah
sekeliling kolon, dan kelenjar limfe diangkat. Jumblah kolon yang dipotong
brdasarkan pelepasan semua jaringan yang dilalui pembuluh darah dari jaringan
yang terkena penyakit. Pembedahan dilakukan denga salah satu dari cara-cara
dibawah ini;
a) Bagian kolon yang sedikit dipotong, dan ujung-ujung yang tersisa
disambungkan dalam suatu anastomasis
17
b) Bagian kolon yang sakit dipotong, dan ujung yang masih berfungsi
dibawa kearah luar kepermukaan abdomen membentuk sebuah stoma
Reseksi dengan anastomasis dapat dilakukan untuk kanker pada kolon
asendens, desendens, atau sigmoid dan rectum bagaian atas. Pembedaahn-
pembedahan tersebut dilakukan melalui insisi abdomen dan defekasi yang alami
dipertahankan. Anastomasis mungkin dikerjakan dengan teknik menjahit atau
stapling, jumblah jaringan rectum yang terbesar dapat dibuang dengan
mengunakan teknik stapling untuk pembentuka anastomasis.
Pertumbuhan kanker di rectum bagian bawah diharuskan diangkatnya
seluruh rectum dari kolon sigmoid dengan cra melakukan reseksi
abdominoperineal : pembbedahan ini memerlukan pembentukan sebuah stoma,
perawatan pada pasien yang mengalami pembedahan kolon diuraikan di bawah
ini.
Obstruksi atau perforasi kolon membutuhkan kolostomy sementara diikuti
penutupan kolostomy kemudian. Prognogis setelah pembedahan tergantung dari
tingkat dan lokasi tumor
Tingkat kanker kolorektal dari duke diuraikan dibawah ini :
a. Tingkat A : terbatas pada mukosa kolon
b. Tingkat B : menembus dinding otot
c. Tingkat C : melibatkan kelenjar limfe
d. Tingkat D : metastasis atau tumor yang secara local tak dapat
diangkat. (Barbara C. Long, 1996)
G. Proses keperawatan pasien kolon atau rektum
1) Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan
lelah ; adanya nyeri abdomen atau rektal atau karakternya (lokasi,
18
frekuensi,durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi); pola eliminasi
terdahulu dan saat ini,dekskripsi tentang warna,bau, dan konsistensi feses,
mencakup adanya darah atau mukus.Informasi tambahan mencakup riwayat masa
lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; riwayat keluarga
dari penyakit kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diindikasikan
mencakup masukan lemak dan/atau serat serta jumlah konsumsi alcohol. Riwayat
penurunan berat badan adalah penting.
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus
dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Specimen
feses diinspkesi terhadap karakter dan adanya darah.
2) Diagnosa
Berdasarkan semua data penkajian, diagnose keperawatan utama
mencakup sebagai berikut:
1. Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
2. Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat
obstruksi
3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
4. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubngan dengan
mual dan anoreksia
5. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan
dehidrasi
6. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis
kanker
7. Kurang pengetahuan mengenai diagnose, prosedur pembedahan, dan
perawatan diri setelah pulang
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen
dan perianal), pembentukan stoma dan kontaminasi fekal terhadap
kulit periostomal
19
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
3) Masalah kolaborasi dan Kompikasi potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup:
1. Insfeksi intraperitoneal
2. Obstruksi usus besar komplek
3. Perdarahan/hemoragi GI
4. Perforasi usus
5. Peritonitis/abses/sepsis
4) Perencanaan dan Implementasi
Tujuan. Tujuan utama dapat mencakup eliminasi produk sisa tubuh yang
adekuat; reduksi/penghilangan nyeri: peningkatan toleransi aktivitas:
mendapatkan tingkat nutrisi optimal: mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit: penurunan ansietas memahami informasi tentan diagnosis, prosedur
pembedahan, dan perawatab diri setelah pulang; mempertahankan penyembuhan
jaringan optimal; perlindungan periostomal yang adekuat; penggalian dan
pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi serta pengaruhnya pada
diri sendiri; dan tidak adanya komplikasi.
5) Intervensi keperawatan praoperatif
Mempertahankan eliminasi. Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau.
Laksatif dan enema diberikan sesuai resep. Pasien yang menunjukkan tanda
perkembangan kearah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pebedahan.
Menghilangkan nyeri. Analgesic diberikan sesuai resep. Lingkungan
dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan televisi
atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien.
Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan: perubahan posisi, gosokan
punggung dan teknik relaksasi.
20
Meningkatkan toleransi aktivitas. Toleransi aktivitas pasien dikaji.
Ktivita diubah dan dijadwalkan untuk memungkinkan periode tirah baring yang
adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien. Terapi komponen
darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat. Apabila
transfuse darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi
mengenai tindakan pengamanan harus diikuti. Aktivitas pasca operatif
ditingkatkan dan toleransi dipantau.
Memberikan tindakan nutrisional. Apabila kondisi pasien
memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat serta rendah residu
diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk memberikan
nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltic
berlebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam sebelum pembedahan untuk
menurunkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk
menggantikan penipisan nutrient, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan
harian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat
badan pada saat menerima nutrisi parenteral.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Masukan dan
haluaran, mencakup muntah, diukur dan di catat, untuk menyediakan data akurat
tentang keseimbangan cairan. Masukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi
untuk mencegah muntah. Antiemetic diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau
jernih dapat di toleransi, atau pasien dibpuasankan. Selang nasogastrik akan
dipasang pada periode prao[eratif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan
mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius indwelling dapat dipasang untuk
memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari 30
ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat disesuaikan bila perlu.
Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum
dipantau untuk mendeteksi hipokalemia an hiponatremia, yang terjadi akibat
kehilangan cairan GI. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hipovolemia:
takikardia, hipotensi, dan penurunan jumlah denyut. Status hidrsasi dikaji, dan
21
penurunan turgor kulit,membrane mukodsa kering, urin pekat, serta peningkatan
berat jenis urin di laporkan.
Menurunkan ansietas. Tingkat ansietas pasien dikaji, seperti mekanisme
koping yang digunakan untuk menghadapi stress. Upaya pendukung mencakup
pemberian privasi bila diinginkan dan menginsruksikan pasien untuk relaksasi.
Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesediaan, atau pertanyaan
yang diajuka noleh pasien. Perswat akan mengatur pertemuan dengan anggota
rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila pasien
mengharapkan diskusi pengobatan atau prognosis, dan dengan ahli terapi
enterostomal. Penderita stoma yang lain dapat diminta untuk berkunjung bila
pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan mereka.
Untuk meningkatkan kenyamanan pasien, perawat harus mengutamakan
relaksasi dan perilaku empati. Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur.
Semua tes dan prosedur dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah di pahami
pasien. Setiap informasi dari dokter harus dijelaskan, jika perlu. Kadang-kadang
kecemasan berkurang jika pasien mengetahui persiapan fisik yang diperlukan
selama periode pra operatif dan mengetahui kemungkinan hasil pasca operatif.
Beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan untuk melihat hasil
pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya.
Kebutuhan dan keinginan pasien akan informasi di kaji dan digunakan sebagai
pedoman pengajaran.
Mencegah infeksi. Antibiotikseperti kenamisin sulfat (kantrex) eritromisin,
dan neomisin sulfat diberikan sesuai resep untuk mengurangi bakteri usus dalam
rangka persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk
mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk
dari isi kolon. Selain itu, usus dapat dibersihakn dengan laksatif, enema, atau
irigai kolonis. Antibiotic dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk
membantu dalam mencegah infeksi.
22
Pendidikan pasien praoperatif. Pengetahuan pasien saat ini tentang
diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat fungsi yang diinginkan pada
pascaoperatif harus dikaji. Informasi yang diperlukan, bagaimana hal ini
ditunjukkan, kapan pasien paling dapat menerimanya, dan siapa yang harus
menemani selama instruksi, juga harus ditentukan.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk
pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pasca
operatif, teknik perawatan ostomi, pembatasan diet, control nyeri, dan
penatalaksanaan obat dimasukkan dalam materi rencana penyuluhan.
6) Intervensi Keperawatan Pascaoperatif
Perawatn luka. Luka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam
pertama untuk meyakinkan bahwa luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi,
dehisens, hemoragi, edema berlebihan). Balutan diganti sesuai kebutuhan untuk
mencegah infeksi. Pasien dibantu untuk membebat insisi abdomen selama batuk
dan napas dalam untuk emngurangi tegangan pada tepi insisi. Suhu, nadi, dan
frekuensi pernapasan dipantau terhadap adanya peningkatan yang
mengindikasikan proses infeksi.
Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (edema ringan akibat manipilasi
bedah adalah normal), warna (stoma sehat adalah merah jambu), rabas (rembesan
berjumlah sedikit adalah normal), dan perdarahan (tanda abnormal). Kuli
peristoma dibersihkan dengan perlahan dan dikeringkan untuk mencegah iritasi.
Barier pelindung kulit harus diberikan sebelum melekatkan kantung drainase.
Apabila malignasi telah diangkat dengan rute perineal, luka diobservasi
dengan cermat untuk tanda hemoragi. Luka ini dapat menyandung drain atau
tampon yang diangkat secara bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang
terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini dipercepat dengan irigasi mekanis
luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Kondisi luka
perineal dan adanya luka perdarahan, infeksi, atau nekrosis di dokumentasikan.
23
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Perencanaan pulang
memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi enterostoma,
pekerja sosial, dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit diberikan
informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan ostomi
dan komplikasi yang harus di observasi. Instruksi diet penting untuk membantu
pasienmengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat
menyebabkan diare atau konstipasi. Pasien di ajarkan tentang obat yang si
resepkan (kerja, tujuan, dan kemungkinan efek samping masing-masing).
Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan
keluarga di dorong untuk berpartisipasi. Pasien memerlukan pengarahan khusus
tentang kapan mereka haus menghubungi dokter. Mereka perlu mengetahui
dengan pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (perdarahan,
distensi abdomen, dan kekakuan, diare, dan sindrom dumping). Apabila terapi
radiasi diperlukan, efek samping yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare,
dan kelelahan) harus di tinjau ulang.
Perawatan kesehatan dirumah sering di perlukan untuk memberikan perawatan
esensial pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut
terhadap luka. Kunjungan ini merupakan kesempatan untuk memberikan
penyembuhan tambahan dan mengobservasi kondisi umum pasien.
Citra tubuh positif. Pasien di dorong untuk mengungkapkan prasaan dan masalah
yang dialami serta mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah
dibuat). Perawatan kolostomi harus dipelajari dan pasien harus mulai
merencanakan untuk memasukkan peralatan stoma dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan pendukung dan sikap dari pihak perawat penting dalam
meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat
pembedahan.
Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi. Kondisi pasien di observasi
terhadap gejala komplikasi.
24
Pengkajian yang sering terhadap abdomen, termasuk penurunan atau perubahan
bising usus dan peningkatan lingkar abdomen harus dilakukan. Pasien perlu
disiapkan untuk menjalani pembedahan darurat. Tanda vital di pantau akan
adanya peningkatan atau penurunan nadi dan pernapasan, penurunan tekanan
darah, serta perdarahan rectal yang menunjukkan adanya hemoragi. Hematokrit
dan hemoglobin dipantau. Terapi komponen darah diberikan sesuai kebutuhan.
Adanya perubahan tiba-tiba pada nyeri abdomen harus dilaporkan karena ini
dapat menunjukkan perforasi. Peningkatan jumlah sel darah putih suhu dan/atau
gejala syok dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis. Anti biotic diberikan
sesuai pesanan.
7) Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mempertahankan eliminasi usus adekuat
2. Mengalami sedikit nyeri
3. Meningkatkan toleransi aktivitas
4. Mencapai tingkat nutrisi optimal
a. Makan diet rendah residu, tinggi protein, dan tinggi kalori
b. Kram abdomen berkurang
5. Keseimbangan cairan tercapai
a. Membatasi masukan makanan dan cairan oral bila terjadi mual
b. Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam
6. Mengalami penurunan ansietas
a. Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas
b. Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stress
25
7. Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan
diri setelah pulang
a. Mendiskusikan diagnose, prosedur bedah, dan perawatan diri pasca
operatif
b. Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
8. Mempertahankan intisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal
a) Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma
dan kulit periostoma
9. Mengungkapakan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
10. Tidak mengalami komplikasi
a. Menggunakan antibiotic oral sesuai resep
b. Bekerjasama dalam protocol pembersihan usus
c. Tidak demam
d. Bising usus ada
e. Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
f. Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan (Smeltzer, 2002)
26
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Seorang pria 50 tahun di rawat di ruang inap mengeluhkan benjolan tersebut awalnya
kecil dan semakin hari di rasakan semakin membesar sejak 1 bulan terakhir. Benjolan di sertai
dengan rasa nyeri pada daerah perut bagian kanan atas tetapi tidak menjalar ke tempat lain. Nyeri
betsifat hilang timbul dan di rasakan seperti tertusuk. Nyeri ulu hati(-), mual (+), muntah (+).
Nafsu makan menurun sejak 1 bulan terakhir, pasien merasakan ada penurunan berat badan
tetapi tidak di ketahui berapa banyak penurunan berat badannya. Demam (-), riwayat demam (+)
1 bulan yang lalu, tidak erus menerus selam 1 minggu. Demam turun sendiri tanpa oabat penurun
panas. Sakit kepala (-), batu (-), sesak (-), nyeri dada (-). Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah
130/90 mgHg nadi 80x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu, 36,8 'C. Hasil pemeriksaan rontgen
dan USG da massa di daerah kolon, diagnisa medis adalah Tumor Intra abdomen (TIA) hasil
labpratorium Hb :16 mg/dl, WBC :15000 mm3, Gula darah sewaktu 110mg/dl.
3.2 Masalah Keperawatan
Data Masalah Keperawatan
Ds :
a) Pasien mengeluhkan benjolan tersebut awalnya
kecil dan semakin hari di rasakan semakin
membesar sejak 1 bulan terakhir
b) Benjolan disertai rasa nyeri pada daerah perut
bagian kanan atas tetapi tidak menjalar ke tempat
lain
c) Nyeri bersifat hilang timbul dan di rasakan seperti
tertusuk
1. Nyeri Akut
DO: Mual (+)
Muntah (+)
Gula darah sewaktu 110mg/dl
2. Gangguan Pemenuhan
Nutrisi
27
DS:
a) Nafsu makan menurun sejak ± 1 bulan terakhir
b) Pasien merasa ada penurunan berat badan tetapi
tidak di ketahui berapa banyak penurunan BBnya.
DO : WBC =15.000 mm3 3. Resiko Penyebaran
Infeksi
3.3 Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri Akut b.d proses penyakit
B. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat ditandai dengan
mual dan muntah
C. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d tidak adekuat pertahanan sekunder
(adanya infeksi, penyakit kronis, mal nutrisi)
3.4 Intervensi
A. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan nyeri, respon autonomic gelisah, perilaku
berhati-hati
Hasil yang diharapkan :
i. Melaporkan nyeri yang dirasakan menurun atau menghilang
ii. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi Rasional
28
1) Tentukan riwayat nyeri
misalnya lokasi, durasi dan
skala.
2) Berikan tindakan kenyaman
dasar misal: massage punggung
dan aktivitas hiburan misalnya
music.
3) Dorong penggunaan
keterampilan penggunaan
keterampilan manajement nyeri
misalnya relaksasi napas dalam.
4) Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
1) Informasi memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan / keefektifan
intervensi.
2) Dapat meningkatkan relaksasi
3) Memungkinkan klien untuk
berpartisipasi secara aktif dalam
meningkatkan rasa control.
4) Analgetik dapat menghambat
stimulus nyeri.
B. Diagnosa Keperawataan :Nutrisi ,Perubahan:Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Dapat dihubungkan dengan :Kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolik :anoreksia, mual/muntah.
Gangguan absopsi dan metabolisme pencernaan makanan:
penurunan peristaltik (refleks viseral) empedu tertahan.
Peningkatan kebutuhan kalori/status hipermetabolik.
Kemungkinan dibuktikan oleh :Enggan makan /kurang minat terhadap makanan.
Gangguan sensasi pengecap.
Nyeri abdomen.kram
Penurunan berat badan; tonus otot buruk.
29
Hasil yang diharapkan / kriteria :Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda
malnutrisi.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Awasi pemasukan diet/ jumlah kalori.
Berikan makan sedikit dalam frekuensi
sering dan tawarkan makan pagi paling
besar.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Anjurkan makan pada posisis duduk tegak.
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman
karbonat dan permen berat setiap hari.
Kolaborasi
Konsul pada ahli diet, dukungan tim nutrisi
untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein
sesuai toleransi.
Makan banyak sulit untuk mengantur bila
pasien anoreksia, anoreksia juga paling
buruk selama siang hari, membuat masukan
makanan yang sulit pada sore hari.
Menghilangkan rasa tak enak dapat
meningkatkan napsu makan.
Menurunkan rasa penuh pada abdoment dan
dapat meningkatkan pemasukan.
Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat
lebih mudah dicerna/ toleran bila makanan
lain tidak
Berguna dalam membuat program diet untuk
memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme
lemak bervariasi tergantung pada produksi
dan pengeluaran empedu dan perlunya
pembatasan masukan lemak bila terjadi
diare. Bila toleran, masukan normal atau
lebih protein akan membantu regenerasi hati.
Pembatasan protein di indikasikan pada
penyakit berat (hepatitis kronis) karena
30
Awasi glukosa darah
Berikan obat sesuai indikasi :
Antiemetik ,contoh metalopramide (reglan):
trimetobenzamid(Tigan).
Antasida, contoh mylanta. Titralac.
Vitamin contohnya B kompleks,C, tambahan
diet lain sesuai indikasi.
Terapi steroid, contoh predison (deltasone)
tunggal atau kombinasi dengan azatioprin
(imuran)
Berikan tambahan mkananan/ nutrisi
dukungan total bila dibutuhkan.
Berikan tambahan makanan /nutrisi
dukungan total bila dibutuhkan.
kaumulasi produk akhir metabolisme protein
dapat mencetuskan heaptik ensalopati.
Hiperglikemia /hipoglekimia dapat terjadi,
memrlukan perubahan diet / pemberian
insulin.
Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat
menurunkan mual dan meningkatkan
toleransi pada makanan,.
Kerja pada asam gaster, dapat menurunkan
iritasi/resiko perdarahan.
Memperbaiki kekurangan dan membantu
proses penyembuhan.
Steroid diikontraindikasikan karena
meningkatkan resiko berulang/terjadinya
heaptitis kronis pada pasien dengan heaptitis
virus. Namun, efek antiinfalamsi mukin
berguna pad hepatitis aktif kronis (khusunya
idiopatik) untuk menurunkaan mual muntah
dan memampukan pasien untuk
mengkonsumsi makanan dan cairan. Steroid
dapat menurunkan aminotransferase serum
dan kadar bilirubin, tetapi mempengerahui
nekrosis hati atau regenerasi. Kombinasi
terapi mempunyai efek samping lebih
sedikit.
Mungkin perlu untuk memnuhi kebutuhan
kalori bila tanda kekurangan terjadi/gejala
memanjang.
31
C. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi,
penyakit kronis, malnutrisi)
Kriteria hasil :
mencapai perbaikan infeksi tanda komplikasi
WBC dalam batas normal ( 5000-10.000 mg/dl)
Intervensi Rasional
Mandiri
a. Pantau tanda vital dengan
ketat, khususnya selama
awal terapi.
b. Tunjuka/dorong teknik
mencuci tangan dengan
baik.
c. Lakukan isolasi
pencegahan sesuai
individual.
d. Dorong keseimbangan
istirahat adekuatdengan
aktifitas sedang.
Tingkatkan masukan
nutrisi adekuat.
e. Awasi keektifan terapi
antimikrobial.
f. Selidiki perubahan tibi-
tiba/penyimpangan kondisi
seperti peningkatan nyeri
dada, bunyi jantung ekstra,
a. Selama periode waktu ini, potonsial komplikasi
fatal (hipotensi/shock) dapat terjadi.
b. Efektif berarti menurunkan
penyebaran/tambahan infeksi.
c. Tergantung pada tipe infeksi respon terhadap
antibiotik, kesehantan umum pasien, dan
terjadinya komplikasi,teknik isolasi mungkin
diperlukan mencegah penyebaran/melindungi
dari proses infeksi lain.
d. Memudahkan proses penyembuhan dan
meningkatkan tahanan alamiah.
e. Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24-
48 jam.
f. Penyembuhan melambat atau peningkatan
beratnya gejala diduga tahan terhadap antibiotik
atau infeksi sekunder. Komplikasi
mempengaruhi beberapa/semua sistem organ
termasuk abses
paru/empiema,bakteremia,perikarditis/endokardit
is,meningitis/ensepalitis, dan superinfeksi.
32
gangguan sensori,
berulangnya deman.
Kolabarasi
g. Berikan anti mikrobial
sesuai indikasi mis.,
penisilin,
eritromisin,tetrasiklin,amik
ain,sefaloskorin:
amantadin
kolaborasi
g. Obat ini digunakan membunuh kebanyakan
mikrobial. Kombinasi antiviral dan antijamur
digunakan bia disebabkan oleh organisme
campuran.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal
dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah terkelupas dan dapat
meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau vena kava inferior. Massa
jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di bungkusnya tetapi tidak
menginvasinya.
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal.
Pembedaan sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi
aotonomnya dalam pertumbuhan, kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan
metastasis.
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel
Tersebut.
4.2 Saran
Demikianlah Makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi
para pembacanya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
34