Makala h

29
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perbedaan kepemilikan harta dalam kehidupan manusia merupakan hukum dan ketetapan Allah yang mempunyai banyak hikmah dan makna bagi kehidupan manusia. Dengan perbedaan kepemilikan inilah manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di kehidupan ini. Di samping itu, perbedaan ini membawa pentinya makna kerja sama antar satu orang dengan orang lainnya dalam memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya. Perbedaan kepemilikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dengan perbedaan ini bukan menjadi alasan manusia antar yang satu orang dengan orang lain untuk melegitimasi kedudukannya di hadapan Allah sebagai mahluk mulia atau hina. Mulia atau hina hanya berkaitan dengan sifat ketaqwaan dalam diri manusia. Perbedaan kepemilikan harta ini merupakan bagian upaya manusia untuk bisa memahami nikmat Allah, sekaligus memahami kedudukan dengan sesama. Maka dengan perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan suatu ibadah ketika ketika mengamalkannya. Bagi yang berlebih kepemilikan hartanya, maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian kelebihannya. Sedangkan bagi yang kekurangan kepemilikan maka ada perintah Allah untuk bersabar di atas kekurangan, tidak menjadikannya berkecil hati atau menjadi kesusahan. 1

description

makallah

Transcript of Makala h

BAB IPENDAHULUAN

1. 1LATAR BELAKANGPerbedaan kepemilikan harta dalam kehidupan manusia merupakan hukum dan ketetapan Allah yang mempunyai banyak hikmah dan makna bagi kehidupan manusia. Dengan perbedaan kepemilikan inilah manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di kehidupan ini. Di samping itu, perbedaan ini membawa pentinya makna kerja sama antar satu orang dengan orang lainnya dalam memenuhi kepentingan-kepentingan hidupnya. Perbedaan kepemilikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dengan perbedaan ini bukan menjadi alasan manusia antar yang satu orang dengan orang lain untuk melegitimasi kedudukannya di hadapan Allah sebagai mahluk mulia atau hina. Mulia atau hina hanya berkaitan dengan sifat ketaqwaan dalam diri manusia.Perbedaan kepemilikan harta ini merupakan bagian upaya manusia untuk bisa memahami nikmat Allah, sekaligus memahami kedudukan dengan sesama. Maka dengan perbedaan ini ada perintah Allah yang merupakan suatu ibadah ketika ketika mengamalkannya. Bagi yang berlebih kepemilikan hartanya, maka ada perintah untuk mendistribusikan sebagian kelebihannya. Sedangkan bagi yang kekurangan kepemilikan maka ada perintah Allah untuk bersabar di atas kekurangan, tidak menjadikannya berkecil hati atau menjadi kesusahan.Kata distribusi ini menjadi suatu yang penting dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan. Distribusi ketidak benaran dalam proses distribusi menyebabkan alokasi harta menjadi tidak seimbang. Pemilik harta hanya pada beberapa orang dalam masyarakat akan menimbulkan ketidak seimbangan hidup dan presenden buruk bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini individu muslim harus paham benar masalah distribusi pendapatan dalam islam.Demikian pula pemerintah atau ulama mempunyai peran penting untuk menjadi motivator pendistribusian kekayaan kepada masyarakat muslim. Sebagai alat atau instrumen distribusi tersebut adalah melalui zakat, sedekah, infaq, dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam kehidupan sosial, selain juga berkaitan mengajarkan kepada umat islam rasa keimanan dan kecintaan kepada khaliknya.Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi dalam islam karena pembahasan distribusi khususnya disrtribusi pendapatan berkaitan bukan saja berhubungan dengan aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial dan aspek politik. Maka, distribusi dalam ekonomi islam menjadi perhatian bagi ahli dan aliran pemikiran ekonomi islam dan knvensional sampai saat ini. Dilain pihak, keadaan ini berkaitan dengan visi ekonomi islam ditengah-tengah umat manusia lebih sering mengedepankan adanya jaminan pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik.

1.2RUMUSAN MASALAH1. Instrumen apa saja yang digunakan untuk mengatur adanya distribusi pendapatan ?2. Apa hikmah atau manfaat di balik perintah untuk melaksanakan instrumen distribusi pendapatan tersebut ?3. Apakah ada instrumen-instrumen yang lain di distribusi dalam islam?

Teknis penulisan makalah ini berpedoman pada Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universtas Negeri Malang (UM, 2010)

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 INSTRUMEN DISTRIBUSI KEPEMILIKAN UTAMA DALAM ISLAMDalam wacana fiqih Islam, peraturan terhadap redistribusi pendapatan antara lain adalah:1. Zakat (hukumnya wajib)2. Infaq(hukumnya sunnah)3. Sodaqah (hukumnya sunnah)4. Ghanimah5. Fai6. Kharaj

1. ZAKATa. Hakekat dan Fungsi Zakat

Pengertian zakat menurut Sulaiman Rasyid (2005) adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat. Perintah zakat dalam rukun isla menandakan pentingnya ibadah ini. Menurut ulama ahli tafsir, Allah SWT, di dalam kalam suci-Nya telah berfirman di 82 ayat yang menyebutkan perintah untuk membayar zakat bersamaan dengan perintah mengerjakan sholat.Dalam segi hukumnya, zakat adalah salah satu rukun islam yang merupakan fardhu ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Hal ini mengandung dua fungsi ibadah, yaitu beribadah secara individual dan melaksanakan ibadah secara sosial bahkan keharmonisan. Dengan zakat maka akan tercipta keharmonisan antar individu muslim terutama antara orang yang kelebihan harta dan yang kekurangan harta.Dari segi kebaikan rezeki, zakat akan mensucikan harta orang beriman, karena rezeki yang diperolehnya, terkadang bercampur dengan masalah-masalah subhat. Apalagi jika diakaitkan dengan pencarian rezeki zaman sekarang, nampaknya zakat akan menjadi hal yang sangat penting demi kebersihan harta. Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda, tunaikanlah zakat dari harta kalian. Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, Bayarlah zakat karena ini merupakan sesuatu yang mensucikan kalian. Juga dalam sebuah hadist lain disebutkan jagalah harta kalian dari kotoran dosa-dosa atau kesia-siaan.Demikian juga zakat berfungsi tidak hanya eksternal(untuk kaum fakir, miskin dan sebagainya) tetapi internal function bagi individu muslim itu sendiri (muzakki). Seorang muzakki ketika berzakat atau bersedekah maka akan terhindar dari keburukan harta tersebut. Dalam hadist disebutkan: dari Buraidah r.a, Rasulullah bersabda tidakkah suatu kaum menahan zakat kecuali Allah SWT akan menimpakan kepada mereka bencana kelaparan. Ya Rasulullah bagaimana pendapat engkau jika seseorang telah menunaikan zakat hartanya? Rasulullah bersabda Barang siapa yang telah membayar zakat hartanya, maka benar-benar telah hilang darinya keburukan harta tersebut. (H.R. Thabrani Ibnu Khuzaemah, Hakim).Dengan berzakat, bahkan juga terhindar berbagai sakit dan bencana, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, obatilah orang yang sakit dengan sedekah dan siapkanlah doa untuk menjaga dirimu dari bencana.(Kanzul Ummam, dalam Zakariyya Al Kandahlawi, 2005). Kesimpulannya, fungsi zakat yang pokok adalah membuktikan keimanan hanya kepada Allah, karena rezeki sesungguhnya milik Allah sehingga kecintaan terhadap harta tidak mengalahkan cinta kepada Allah SAW. Selain itu fungsi lainnya adalah mengatur distribusi alokasi harta (rezeki) supaya merata dalam mengatur perilaku konsumsi terhadap hasil perekonomian masyarakat (Hakim L: 131-135).

b. Dalil Zakat

Terdapat dalam firman Allah SAW, surat An Nisa ayat 77 tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikaitkan kepada mereka : tahanlah tanganmu berpegang, dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat hartamu, setelah diwajibkan kepada mereka berpegangan, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut pada manusia (musuh), sepertii takutnya pada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya. Mereka berkata Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami, mengapa engkau tidak tangguhkan (kewajiban perang) kepada kami beberapa waktu lagi? Katakanlah kesenangan dunia hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.Juga dalam surat At Taubah ayat 103 Ambillah zakatmu dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu ini menjadi ketentraman jiwa bagi mereka, dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.Rasulullah mengajarkan zakat, infaq, sadaqah kepada umat islam. Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara sodaqoh fitra pada tahun ke-2 hijrah. Di sampin pengaturan masalah orang yang berkewajiban zakat juga siapa yang berhak menerimanya. Pengaturan untuk zakat diuraikan secara jelas dan eksplisit dala Alquran surat AtTaubah (9) ayat 60 Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus zakat itu, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah maha mengetahui dan bijaksana.Namun demikian, konsekuensi sebuah hukum ketika tidak dilaksanakan akan ada ancamannya. Dalam ayat ini ada ancaman yang pedih bagi orang yang tidak membayar zakatnya, padahal hartanya sudah memenuhi syarat (cukub nisab). Ayat tersebut: dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendaat siksa yang pedih pda hari dipanaskannya emas dan perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka, inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu. (Q.S. At Taubah:34-35).Para ulama sepakat bahwa ayat ini diturunkan mengenai zakat, artinya azab yang pedih tersebut akan diturunkan bagi orang yang tidak menunaikan zakatnya. Juga hadist yang diriwayatkan muslim dan Abu Huraira, bahwasannya Rasulullah bersabda barang siapa memiliki emas dan perak, namun tidak menunaikan haknya (zakat), maka pada hari kiamat emas dan perak tersebut akan dijadikan lempeng-lempeng yang akan dipanaskan di dalam neraka jahanam, kemudian lambug, punggung dan dahinya akan disetrika dengan menggunakan lempeng-lempeng tersebut. Demikianlah secara berulang kali, emas dan perak akan dipanaskan dan disetrika kepadanya sepanjang hari.

2. 2KEGUNAAN (HIKMAH) ZAKATKegunaan ibadah zakat ini sungguh penting dan banyak, baik terhadap perilaku konsumsi orang yang kaya maupun kesejahteraan orang miskin. Lebih jelas kegunaan zakat menurut Sulaiman Rasyid (2005) antara lain:

1. Menolong orang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap mahluk Allah (masyarakat)

2. Membersihkan diri dar sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan membayar amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. At Taubah, 103 Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka).

3. Sedangkan ucapan sukur dan trimakasih atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya. Tidak syak lagi bahwa berterima kasih yang diperlihatkan oleh yang diberi kepada yang memberi adalah suatu kewajiban yang terpenting menurut ahli kesopanan.4. Guna mencegah kejahatan yang akan timbul dari si miskin yang lemah iman dan pemahaman agamanya.

5. Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta-mencinta antara si kaya dan si miskin.

c. Objek ZakatMenurut Al Ghazali dalam kitabnya Asrar Ash- Shaum dan Asrar az-Zakat, bahwa objek zakat terdiri atas enam jenis, antara lain zakat hewan ternak, zakat emas dan perak, zakat perdagangan, zakat rikaz dan tambang, zakat pertanian dan zakat fitrah. Selain itu menurut ulama kontemporer adalah zakat profesi.

1. Binatang TernakPara ulama sepakat, jenis hewan atau binatang ternak yang wajib dizakati antara lain, unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat tersebut antara lain:a. Islam, orang non-islam tidak mempunyai kewajiban untuk menunaikannya, meskipun mempunyai binatang ternak.b. Merdeka, bukan seorang hambac. Milik yang sempurnad. Cukup satu hisabe. Sampai satu tahun lamanya

2. Zakat Emas dan Peraka. Syarat zakat emas dan perak, syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib dizakatkan, antara lain: Islam Merdeka Milik yang sempurna Sampai satu nisab Sampai satu tahun disimpan

b. Nisab zakat emas dan perakEmas dan perak wajib dizakati apabila yang bersihnya cukup satu nisab. Nisab emas 20 misqal, berat timbangannya 93,6 gram, maka zakatnya 1/40 (21/2% = misqal = 2,125gr) Nisab perak 200 dirham (624 gram) zakatnya 2 1/25= 5 Dirham (15,6 gram)

3. Zakat Pertaniana. Objek zakat taniObjek zakat ini dikenakan terutama terhadap biji-bijian yang mengenyangkan seperti jagung, nasi, gandum, adas, dan sebagainya. Adapun biji makanan yang tidak mengenyangkan seperti kacang, kacang panjang, buncis, tanaman muda dan sebagainya tidak wajib dizakati. Firman Allah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya(dengan keluarnya zakat).b. Syarat Zakat PertanianSyarat bagi pemilik biji-bijian makanan yang wajib dizakatkan tersebut yaitu: Islam Merdeka Milik yang sempurna Sampai satu nisab Biji tanaman itu di tanam manusia Biji makanan itu mengenyangkan dan tahan disimpan lama.

c. Nisab Zakat PertanianNisab zakat pertanian adalah 300 sha (lebih kurang 930 liter) bersih dari kulitnya dan ini berlaku bagi biji-bijian yang mengenyangkan. Terhadap pertanian yang air sungai atau hujan adalah 10 %, tapi kalau airnya di airi dari air kincir yang ditarik oleh binatang (atau pompa air) maka zakatnya 5%.

4. Zakat Parohan SawahZakat hasil parohan sawah diwajibkan atas orang yang mempunyai benih sewaktu mulai bertanam. Jika ada yang mengeluarkan benihnya adalah petani yang mengerjakan sawah itu, maka zakat seluruh hasil sawahnya yang dikerjakan itu wajib atas petani itu. Karena pada hakikatnya petanilah yang bertanam, pemilik sawah hanya mengambil sewa tanahnya, dan penghasilan dari sewa tidak wajib di zakati.

5. Harta perniagaanHarta perniagaan wajib dizakati, dengan syarat-syarat seperti yang disebutkan pada zakat emas dan perak. Sabda Rasulullah SAW, kain-kain yang disediakan untuk dijual, wajib dikeluarkan zakatnya.(riwayat Hakim). Dalam riwayat lain, dari Samurah, Rasulullah memerintahkan kepada kami agar kami mengeluarkan zakat barang yang di sediakan untuk di jual.Tahun perniagaan dihitung dari mulai berniaga. Pada tiap-tiap akhir perniagaan itu. Apabila cukup satu nishab, maka wajib dibayarkan zakatnya, meskipun di pangkal tahun atau tengah tahun tidak cukup satu nishab. Sebaliknya kalau di pangkal tahun cukup satu nishab sedangkan di akhir tahun kurang ari satu nishab atau rugi maka tidaklah wajib zakat.

6. Zakat Rikaz dan Tambanga. Zakat rikazmerupakan harta yang terpendam sejak masa jahiliyah, dan ditemukan di suatu budang tanah yang belum pernah dimiliki oleh seseorang pada masa islam. Apabila rikaz atau barang yang ditemukan itu berupa emas atau perak, maka sipenemu wajib mengeluarkan zakatnya sebanyak satu khumuz (seperlimanya). Pada harta rikaz tidak perlu khaul. Juga sebaiknya tidak usah mensyaratkan terpenuhinya nishab, mengingat bahwa kewajiban mengeluarkan khumuznya membuat mirip dengan ghonimah (rampasan perang).

b. TambangAdapun tentang hasil tambang, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya, kecuali apabila berupa emas dan perak. Jumlah zakatnya menurut pendapat sahih iyalah 2,5% dari hasilnya, setelah diolah dan dibersihkan serta mencapai nishab. Terdapat perbedaan pendapat tentang apakah perlunya masa haul (setahun) atau tidak.

7. Zakat Uang KertasUang kertas belum pernah ada di zaman Rasulullah SWA, di mana yang ada pada waktu itu adalah uang dari emas dan perak. Nishab atau batas minimal emas yang wajib dizakati adalah 20 dinar. Sementara batas minimal dari perak yang wajib dizakati adalah 200 dirham. Sementara jumlah zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%, sebaagai mana yang diketahui. Kemudian persoalan uang menjadi semakin moderen hingga jadilah uang itu sebagaimana yang ada di zaman kita sekarang ini. Lalu bagaimana mengukur batas minimal uang yang wajib dizakati di masa modern ini?Para ulama berpendapat tentang cara menghitung batas minimal uang yang dizakati. Beberapa ulama menyatakan dihitung berdasarkan jumlah nishab terendah antar perak dan emas. Karena itulah yang lebih menguntungkan bagi kaum fakir miskin. Apabila uang itu sudah mencapai batas minimal terendah dari kedua komoditi tersebut, maka uang itu sudah wajib dikeluarkaan zakatnya.Adda juga sebagian ulama yang menyatakan : dihitung bedasarkan batas nishab emas, karena lebih stabil.

A. DISTRIBUSI ZAKAT Beberapa hal menyebabkan seseorang berhak menerima zakat, atau menjadikannya sebagai mustahil. Seseorang tidak berhak menerima zakat kecuali seorang muslim yang merdeka (bukan budak), bukan seorang anggota suku Hasyim atau Bani Muthalib dan harus memiliki salah satu sifat di antara sifat sifat delapan ashnaf (kelompok) yang tersebut dalam Al Quran. Di bawah ini disebutkan kedelapan ashnaf yang dimaksud :

1. Fakir

Fakir ialah seorang yang tidak memiliki harta serta kemampuan untuk mencari nafkah hidupnya. Jika ia memiliki makanan untuk sehari semalam dan pakaian yang memadai, maka ia bukan fakir tapi miskin. Dan apabila ia memiliki setengah dari makanan untuk sehari semalam, maka ia tergolong memiliki tutup kepala, sepatu dan celana sedangkan nilai gamisnya itu tidak cukup harga semua itu sekedar yang layak bagi kaum fakir sesamanya, maka ia disebut fakir. Sebab dalam keadaan seperti itu, ia tidak cukup memi;iki apa yang patut baginya dan tidak memiliki kemampuan untuknya. Jadi untuk dapat dianggap sebagai fakir, tidak harus ia tidak memiliki sesuatu selain penutup auratnya saja. Sebab persyaratan seperti itu adalah ekstrem. Pada umumnya, jarang sekali orang seperti itu.

2. Miskin

Seorang dapat disebut miskin apabila penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya. Adakalanya ia memiliki seribu dirham sedangkan ia tergolong miskin, tetapi adalakanya ia hanya memiliki sebuah kapak dan tali sedangkan ia tergolong berkecukupan. Rumah yang dimilikinya serta pakaian yang menutupi auratnya sekedar layak baginya.

3. Amil

Amil adalah orang yang bertugas mengumpulkan zakat. Tidak termasuk di dalamnya khalifah (penguasa negeri) dan qadhi (hakim). Adapun yang dapat digolongkan amil ialah ketua petugas, penulis, bendahara, serta para petugas pemberi.

4. Muallaf

Muallaf ialah orang orang yang baru memeluk Islam, dalam rangka untuk memantapkan keislamannya.

5. Budak

Bagian zakat untuk mereka diberikan kepada majikannya guna memenuhi perjanjian kebebasan pada budak yang mereka miliki.

6. Orang yang berhutang

Orang yang berhutang ialah seseorang kurang mampu yang berutang untuk keperluan ketaatan kepada Allah atau hal yang mubah. Tetapi apabila ia berutang untuk suatu perbuatan maksiat maka ia tidak berhak mendapat bagian zakat.

7. Pejuang di jalan Allah

Yaitu orang orang yang berjuang untuk menegakkan agama Islam, termasuk di dalamnya orang orang yang ikut perang di jalan Allah sedangkan mereka tidak diberi gaji oleh negara. Mereka berjuang dengan bekal dari mereka sendiri (bi amwalikum wa-anfusikum). Mereka boleh diberi zakat meskipun tergolong orang yang kaya, sebagai dorongan untuk istiqomah dalam berjuang.

8. Ibnu Sabil

Ibnu Sabil yaitu orang yang datang dari suatu kota (negeri) ke kota (negeri) lain atau melewatinya dalam status sebagai musafir yang tidak bermaksud melakukan maksiat dengan perjalannya. Ia boleh diberi apabila ia seorang fakir (kehabisan dana).

B. Sedekah dan Infaq

Ayat ayat yang menganjurkan bersedekah atau berinfaq cukup banyak, karena berkaitan dengan ciri ciri orang beriman dan bertaqwa kepada Rabb-Nya. Artinya sudah sepantasnya orang orang beriman dan bertaqwa senang bershadaqah atau membelanjakan sebagian hartanya di jalan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 3, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Dalam surat Al Baqarah ayat 245, Allah SWT berfirman Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepadaNya-lah kamu dikembalikan. Demikian pentingnya berinfaq atau membelanjakan hartanya di jalan Allah, sehingga perkara ini sering disebut dalam ayat ayat Allah.

Di antara hadist hadist yang menjelaskan keutamaan sedekah atau infaq antara lain: Bersedekahlah walaupun hanya dnegan sebutir kurma. Hal itu akan mengurangi penderitaan orang yang sedang kelaparan di samping memadamkan api akibat perbuatan dosa seperti halnya air memadamkan api. (HR. Ibn Al Mubarok). Dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda : Tiada seorang muslim bersedekah dengan hasil usahanya yang baik (dan memang Allah tidak akan menerima sesuatu selain yang baik), ia akan menerimanya lalu membesarkan sebagaimana seseorang dari kamu membesarkan anak unta miliknya, sedemikian sehingga sebutir kurma (yang disedekahkan) akan tumbuh (pahalanya) menjadi sebesar gunung Uhud. (HR. Al Bukhari, Muslim dan Tarmizi dari Abu Hurairah).

Mengenai distribusi dan infaq pada dasarnya sama dengan distribusi zakat yaitu menyangkut delapan ashnaf, namun pada shadaqah lebih diutamakan pada tingkatan yang lebih membutuhkan dan juga berkaitan dengan golongan orang orang yang lebih dekat pada Allah lebih bertaqwa (Hakim L: 140-143).2. 3 INSTRUMEN LAIN Instrumen distribusi pendapatan dalam Islam, antara lain ghanimah, fai, kharaj, dan jizyah. Menurut Al Mawardhi ghanimah dan fai adalah harta yang didapatkan kaum Muslim dari kaum musyirikin atau mereka menjadi penyebab perolehan harta tersebut. Sedangkan menurut Ibnu Taimayah, ghanimah adalah harta yang diambil dari orang orang kafir lewat peperangan. Menurut Al Mawardhi hukum kedua jenis harta tersebut berbeda. Keduanya juga berbeda dengan harta zakat dalam empat aspek :

a. Zakat diambil dari kaum Muslimin untuk membersihkan mereka, sedangkan ghanimah dan fai diambil dari orang orang kafir untuk menghukum mereka.

b. Distribusi zakat sudah dipastikan dalam nash Al Quran hingga imam (khalifah) tidak boleh berijtihad di dalamnya, sedang distribusi ghanimah dan fai diserahkan sepenuhnya kepada ijtihad para ulama.

c. Muzakki (pembayar zakat) diperbolehkan bertindak sendniri dalam distribusi zakatnya, sedang pemiliki ghanimah dan fai tidak boleh bertindak sendiri dalam distribusi ghanimah dan fai kepada penerimanya, hingga pihak yang berwenang yang mengelola pendistribusiannya.

d. Distribusi keduanya berbeda seperti yang dijelaskan.

Ghanimah dan fai memiliki dua kesempatan dan kedua perbedaan. Dua kesamaan di antara keduanya adalah keduanya didapatkan dari orang orang kafir dan alokasi seperlima keduanya sama. Sedangkan dua perbedaan di antara keduanya adalah sebagai berikut : pertama, fai diambil dengan sukarela, sedang ghanimah diambil secara paksa. Kedua, alokasi empat perlima fai berbeda dengan alokasi empat perlima harta ghanimah.

1. Fai Fai menurut Imam Al Mawardhi adalah semua harta yang didapatkan kaum Muslimin dari orang orang musyrik dengan sukarela tanpa melalui pertempuran, tanpa derap kaki kuda dan pengendaranya, maka ia seperti uang perdamaian, jizyah, dan sepersepuluh bisnis mereka. Atau harta yang diperoleh dari mereka seperti uang pajak, maka seperlimanya diberikan kepada penerima. Abu Hanifah berkata, Tidak ada seperlima dalam harta fai. Ini tidak benar, karena kita tidak boleh menentang nash AL Quran tentang seperlima fai. Allah SWT berfirman : Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepaad Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota ktoa maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak anak yatim, orang orang miskin, dan orang orang yang dalam perjalanan. (Al Hasyr : 7). Seperlima fai didistribusikan kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih hidup. Beliau menggunakan jatahnya untuk dirinya sendiri, keluarganya, kepentingan pribadinya, dan kepentingan umum kaum Muslimin. Para fuqaha berbeda pendapat tentang jatah fai beliau sesudah beliau meninggal dunia. Sebagian ulama berpendapat, Harta para nabi itu bisa diwarisi, jadi jatah tersebut diberikan kepada ahli warisnya. Abu Tsaur berpendapat, jatah tersebut diberikan kepada ahli warisnya. Abu Tsaur berpendapat, Jatah fai beliau menjadi milik iman (khalifah) sepeninggal beliau, karena ia menangani urusan urusan yang dulunya ditangani beliau. Abu Hanifah berkata, Jatah untuk beliau dialokasikan untuk kepentingan kaum Muslimin seperti gaji tentara, penyiapan kuda perang, pembelian senjata, pembangunan benteng benteng dan jembatan jembatan, gaji para hakim, para imam, kepentingan kepentingan umum kaum Muslimin yang lain.

Adapun empat perlima fai yang lain, maka ada dua pendapat : a. Empat perlima fai menjadi milik para tentara. Orang selain mereka tidak mempunyai hak di dalamnya. Itulah gaji mereka. b. Empat perlima fai dialokasikan untuk kepentingan umum kaum Muslimin seperti gaji tentara, dan kepentingan yang tidak bisa dielakan oleh kaum muslimin.

Fai tidak boleh didistribusikan kepada penerima zakat, atau harta zakat tidak boleh didistribusikan kepada penerima fai. Masing masing dari keduanya mendapatkan bagiannya dari sumbernya masing masing. Pihak penerima zakat adalah orang yang tidak berhijrah, dan tidak ikut terlibat perang membela kaum muslimin, dan wilayah negara Islam. Sedang penerima fai adalah mereka yang berhijrah, terlibat dalam pembelaan wilayah negara, mempertahankan tanah suci, dan berperang melawan musuh.

2. Ghanimah

Adapun ghanimah, maka cabang cabang dan hukum hukumnya sangat banyak, karena ia adalah akar dari fai. Jadi hukumnya lebih luas. Pembahasan ghanimah mencakup tawanan perang, sandera, lahan tanah, dan harta.

a. Tawanan perang

Tawanan perang adalah orang laki laki kafir yang terlibat perang, kemudian kaum Muslimin berhasil menangkap mereka hidup hidup. Para ahli hukum Islam berbeda pendapat mengenai perlakukan terhadap mereka. Pada Perang Badar, Rasulullah SAW membebaskan Abu Izzah Al Jumahi dengan syarat ia tidak memerangi beliau lagi. Pada Perang Uhud, ternyata ia kembali ikut memerangi beliau dan jatuh menjadi tawanan perang. Lalu beliau memerintahkan Abu Izzah Al Jumahi dibunuh. Abu Izzah Al Jumahi berkata, Bebaskan aku. Rasulullah SAW bersada : Orang mukmin itu tidak tersengat dari satu lubang hingga dua kali. (Diriwayatkan Al Bukhari). Adapun tebusan tawanan perang, Rasulullah SAW menentukan pada perang Badar dan perang sesudahnya bahwa satu tawaran ditebus dengan dua tawanan. Khalifah harus memperhatikan kondisi tawanan perang dan berijtihad dengan pendapatnya dalam memperlakukan mereka. Harta yang didapatkan dari tebusan tawanan perang adalah ghanimah dan digabungkan ke dalam ghanimah ghanimah yang lain, dan tidak diberikan kepada tentara Islam yang berhasil menawannya. Rasulullah SAW memberikan uang tebusan tawanan Perang Badar kepada tentara Islam yang menawarnya, namun itu terjadi sebelum turunnya ayat tentang pembagian ghanimah kepada penerimanya.

b. Sandera

Para sandera yang dimaksud adalah wantia dan anak anak. Jika mereka berasal dari ahli kitab, mereka tidak boleh dibunuh, karena Rasulullah SAW melarang pembunuhan wanita dan anak anak. Sandera wanita yang dijadikan budak tidak boleh dipisahkan dengan anaknya, karena Rasulullah SAW bersabda, Seorang ibu tidak boleh dipisahkan dari anaknya. (Diriwayatkan Al Baihaqi). Jika sandera wanita menebus dirinya dengan uang, maka diperbolehkan, karena penebusan ini adalah jual beli, dan uang tebusan mereka menjadi ghanimah. Jika imam (khalifah) ingin mengadakan pertukuran tawanan dengan tawanan perang kaum Muslim yang ada pada orang orang kafir, maka sebagai gantinya orang orang yang menangkap tawanan perang tersebut diberi ganti rugi dari jatah kepentingan umum. Jika khalifah ingin membebaskan mereka, maka tidak diperbolehkan kecuali dengan meminta kerelaan orang orang yang mendapatkanya; dengan cara dimaksudkan untuk kemaslahatan umum, maka dibenarkan imam (khalifah) memberi ganti untuk mereka yang diambilkan dari jatah kemaslahatan umum. Jika untuk kepentingan pribadi, ia memberi ganti rugi untuk mereka dari urang pribadinya. Jika salah seorang dari orang yang mendapatkan sandera wanita tidak mau melepas haknya atas sandera wanita tersebut, ia tidak boleh diminta melepas haknya dengan cara paksa. Ini berbeda dengan hukum tentang tawanan laki laki; jika khalifah ingin membebaskannya, ia tidak harus meminta melepaskan haknya terhadap sandera wanita tersebut kecuali dengan kerelaan hatinya.

c. Harta kaum muslimin yang dikuasai orang orang musyrik Ketika orang orang musyrik menguasai harta kaum Muslimin, mereka tidak berhak memilikinya dan harta tersebut tetap menjadi hak milik kaum Muslimin. Jika harta tersebut dikuasai kembali oleh kaum Muslimin, harta tersebut dikembalikan kepada pemiliknya tanpa pemberian ganti rugi kepada orang yangh berhasil membebaskannya. (Hakim L: 143-148).

d. Lahan tanah yang dikuasai kaum musliminJika kaum muslimin berhasil menguasai lahan tanah, maka lahan tanah tersebut terbagi ke dalam tiga bagian : Pertama, lahan tanah yang dikuasai kaum muslimin dengang kekerasan, dan secara paksa, hingga orang-orang kafir meninggalkannya baik dengan pembunuhan, penyanderaan, tau pengusiran. Para fuqaha berbeda pendapat tentang hukum lahan tanah tersebut setelah dikuasai kaum muslimin. Imam SyaafiI berpendapat, status lahan tanah tersebut adalah ghanimah yang didistribusikan kepada orang-orang yang mendapatkannya, kecuali kalau mereka dengan kerelaan hati melepaskan haknya atas lahan-lahan tanh tersebut, kemudian lahan tanah tersebut diwakafkan untuk kepentingan umum kaum muslimin.

Kedua Lahan tanah yang dikuasai kaum muslimin dengan damai, karena orang-orang kafir meninggalkannya karena ketakutan. Dengan penguasaan ini lahan, lahan tersebut menjadi tanah wakaf. Ada yang mengatakan lahan tanah tersebut tidak menajdi tanah wakf hingga khalifah mengatakannya secara resmi. Lahan tanah tersebut dikenakan pajak dan uang pajaknya untuk gaji pengawasnya; muslimin atau orang kafir muahid.

Ketiga : 1. kaum muslimin berdamai dengan ketentuan bahwa tanah tersebut menjadi milik kaum muslimin.2. Kaum muslimin berdamai dengan mereka dengan ketentuan lahan tanah tetap menjadi milik mereka namun lahan tanah tersebut dikenakan pajak yang harus mereka bayar.

e. Harta benda bergerak Harta benda bergerak termasuk ghaminah yang bisa ditoleransi. Tadinya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membagi-bagikannya berdasarkan ijtihadnya. Namun karena kaum mujahirin dan anshar memperebutkannya pada perang badar, Allah SWT menjadikannya sebagai milik Rasul-Nya dan beliau bebas menggunakannya.

3. JizyahPajak dan Jizyah adalah hak yang diberikan Allh taala kepada kaum muslimin dari orang-orang musyrik. Keduanya mempunyai tiga kesamaan dan tiga perbedaaan. Hukum keduanya juga banyak. Adapun titik kesamaan antara pajak dan jizyah adalah sebagai berikut: 1) keduanya didapatkan dari orang musrik sebagai bentuk penghinaan bagi mereka, 2) keduanya adalah harta fai dan didistribusikan kepada penerima fai. 3) keduanya wajib ditunggu satu tahun dan sebelum satu tahun keduanya tidak berhak memiliki.Adapun letak perbedaan antara pajak dan jizyah : 1) jizyah adalah berdasarkan nash (dalil_, sedang pajak berdasarkan ijtihad 2) jumlah minimal jizhyah ditentukan secara syariat, dan jumlah maksimalnya ditentukan oleh ijtihad. Sedang jumlah minimal dan maksimal pajak dtentukan ijtihad, 30 jizyah diambil dari orang kafir jika ia tetap bertahan dalam kekafirannya dan gugur jika ia masuk islam. Sedang pajak harus tetap dibayar, baik ia berstatus kafir atau muslim.

4. Al- Kharaj (pajak)Pajak adalah uang yang dikenakan terhadap tanah dan teramsuk hak-hak yang harus ditunaikan. Keterangan tentang pajak dalam Al-quran berbeda dengan keterangan tentang jizyah. Oleh karena itu, penanganan pajak diserahkan sepenuhnnya kepada ijtihad imam. Allah taala berfirman: atau kamu meminta upah kepada mereka? Maka upah dari tuhanmu adalah lebih baik. (Al Mukminun:72).

BAB IIIKESIMPULAN

1. Instrumen yang digunakan antara lain : Zakat (hukumnya wajib),Infaq(hukumnya sunnah),Sodaqah (hukumnya sunnah),Ghanimah,Fai,Kharaj and many more.

2. Islam tidak mengarahkan distribusi pendapatan yang sama rata. Letak pemerataan dalam islam adalah keadilan atas dasar maslahah. Dalam konsep islam perilaku distribusi pendapatan masyarakat yang bertumpu pada ZIS mempunyai dua hikmah, yaitu bentuk kesadaran masyarakat dalam mendekatkan diri kepada allah dan bernilai terhadap redistribusi pendapatan masyarakat.

3.Instrumen distribusi pendapatan dalam Islam, antara lain ghanimah, fai, kharaj, dan jizyah.

BAB IV DAFTAR RUJUKAN

Hakim L, 2012. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam. Malang : ErlanggaUniversitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.

20