Makala h

56
BAB I STUDI KASUS 1.1 Kasus 1.1.1 Biodata Pasien Nama : Ny X Tanggal masuk : 29/3/2010 Umur : 28 tahun Tinggi : 160 cm Berat badan : 90 kg 1.1.2 Keadaan Masuk Rumah Sakit Kehamilan ± 31 minggu Pembukaan 2 Kontraksi (-) Amniotic fluid leaking (-) PV bleeding (+) Riwayat antepartum hemorrhage (-) G3P3 Waktu haid 3-4 hari setiap 28-30 hari Tidak menggunakan kontrasepsi sebelumnya Diabetes gestasional sejak 10/12/2009 Pasien memiliki plasenta previa tipe III yang didiagnosa pada 10/03/2010

description

makalah

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

BAB I

STUDI KASUS

1.1Kasus

1.1.1 Biodata Pasien

Nama : Ny X

Tanggal masuk : 29/3/2010

Umur : 28 tahun

Tinggi : 160 cm

Berat badan : 90 kg

1.1.2 Keadaan Masuk Rumah Sakit

Kehamilan ± 31 minggu

Pembukaan 2

Kontraksi (-)

Amniotic fluid leaking (-)

PV bleeding (+)

Riwayat antepartum hemorrhage (-)

G3P3

Waktu haid 3-4 hari setiap 28-30 hari

Tidak menggunakan kontrasepsi sebelumnya

Diabetes gestasional sejak 10/12/2009

Pasien memiliki plasenta previa tipe III yang didiagnosa pada

10/03/2010

Page 2: Makala h

1.1.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

ParameterTanggal Tanggal

Normal29/3/2010 31/3/2010

WBC 9.7 x109/L 17.2 x109/L 4–10 × 109/L

RBC 4.2 x 1012/L 4.3 x 1012/L 4–6.2 × 1012/L

Hemoglobin 8.7 g/dL 9.8 g/dL 12.1–15.1 g/dL

Hematocrit 28.8 % 31.9 % 36.1–44.3%

MCV 68.7 fL 73.7 fL 80.0–97.6 fL

MCH 20.8 pg 22.6 pg 27 – 33 pg

MCHC 30.2 30.7 33 – 37 g/dl

NE 6.0 12.2 0,54 – 0,62

Glukosa Darah Pasien

Tangga

l

Sebelum

makan pagi

Sebelum

makan siang

Sebelum

makan

malam

Sebelu

m tidur

30/3/10 - - - 9.6

31/3/10 5.6 mmol 5.6 6.2 6.3

1/4/10 5.4 7.6

1.1.4 Obat yang Diperoleh Pasien

Obat Tanggal mulai/stop

T. Fumarate 200mg OD 8/10/09-cont

T. Folic acid 5mg OD 8/10/09-cont

T. B complex OD 8/10/09-cont

T. Vitamin C OD 8/10/09-cont

IM Dexamethasone 12mg 29/3/10 11 am dan 11 pm

S/C insulin 8/10/10 U tds 30/3/10 cont

1.2DRP dan Penyelesaiannya

Page 3: Makala h

DRP Solusi

Saat masuk rumah sakit glukosa

darah pasien tidak langsung

diperiksa, padahal pasien telah di

diagnosa diabetes gestasional

sebelumnya

Langsung periksa gula darah pasien

dan berikan insulin dengan dosis

yang sama saat terapi sebelumnya.

Dari data laboratorium diketahui

adanya peningkatan leukosit dan

netrofil pasien, tanda-tanda adanya

infeksi, namun tidak ada antibiotik

yang diberikan

Berikan antibiotik untuk mengatasi

infeksi yang terjadi, antibiotik juga

digunakan sebagai profilaksis.

Dosis dan lama pemberian

dexamethasone, pasien mendapatkan

injeksi intramuscular dexamethasone

12 mg pada tanggal 29/3/2011 pada

jam 11 am dan 11 pm

Dexamethasone 6 mg IM tiap 12

jam selama 48 jam atau

Betamethasone tiap 24 jam selama

48 jam

Tidak ada pemberian infus cairan IV Kembalikan volume darah yang

hilang dengan normal saline atau

ringer laktat, pemberian infus IV

memudahkan pemasukan obat saat

keadaan darurat

1.3Penyelesaian Kasus

1.3.1 Subjektif

Pasien hamil 8 bulan, masuk rumah sakit pada tanggal tanggal 29

maret 2010, pasien berumur 28 tahun, tinggi 160 cm dan berat badan

90 Kg.

Pada saat datang kerumah sakit mengeluh telah keluarnya darah pada

jalan lahir, tidak ada kebocoran air ketuban dan tidak ada kontraksi

Tidak ada riwayat pendarahan antepartum

Mentstruasi teratur

Sebelumnya telah melahirkan 3 bayi yang sehat

Page 4: Makala h

Tidak menggunakan kontrasepsi oral

Pada tanggal 10/3/2010 didiagnosa previa placenta tipe 3 pada minggu

ke 29 kehamilan

Pada tanggal 10/12/2009 didagnosa diabetes meliitus gestasi

1.3.2 Objektif

Umur 28 tahun, tinggi 160 cm dan berat badan 90 kg

Pada tangal 31 maret terjadi peningkatan sel darah putih menjadi 17.2

x109/L, yang menandakan terjadinya infeksi

Kadar hemoglobin < 10 mg/dL pada trimester ketiga menunjukkan

anemia

Hematokritnya rendah, menandakan terjadinya anemia

MCV, MCH, MCHC, merupakan indikator yang menyatakan bahwa

pasien menderita anemia, karena nilai paremeter tersebut berada

dibawah normal.

1.3.3 Assestment

AssessmentProblem

Medis INDIKATOR TERAPI

Glukosa

Darah

Kadar gula

darah rata-rata

>100 mg/dL

Kadar rata-rata

Sebelum makan

pagi

Sebelum makan

siang, makan

malam, sebelum

tidur

100 mg/dL

< 95 mg/dL

< 100 mg/dL

Insulin

Anemia Hb < 10 g/dL

Hematocrit <

36%

Hb 12.1–15.1 g/dL

Hematokrit 36.1–44.3%

Fumarate

200mg

Folic acid 5mg

B complex

Vitamin C

Page 5: Makala h

Infus NS/RL

Infeksi dan

profilaksis

Peningkatan

Neutrofil (6

dan 12,2) dan

kemungkinan

lahir praterm

Neutrophil 0,54 – 0,62

Pendarahan kemungkinan masih

berlanjut dilihat dari kadar

hemoglobin dan hematokrit

antibiotik

Kelahiran

praterm

Pendarahan Pemeriksaan laboratorium darah

lengkap

Dexamethasone

(pematangan

paru)

Penilaian pengobatan

Tablet ferosi fumarat 200 mg OD

Tablet ferosi fumarat sering diberikan karena efek samping nya yang

rendah, garam ini mengandung 33 % Fe yang tertinggi dibandingkan

garam fero yang lain, sifat merangsangnya lebih ringan dan tidak

menimbulkan rasa logam.

Pemberian tablet ferosi fumarat tetap diteruskan karena pada saat

datang kerumah sakit pasien mandapati anemia dengan kadar

hemoglobin yang sangat rendah. Tablet ferosi fumarat diberikan untuk

menigkatkna pembentukan hemoglobin. Bila terjadi defisiensi besi

maka akan menghasilkan sel darah merah yang kecil denegn kadar

hemoglobin yang rendah atau disebut juga anem mikrositik

hipokromik.

Tablet asam folat 5 mg OD

Asam folat bersama sama dengan Vitamin B12 berperan dalam

perangsangan pembentukan sel darah merah disumsum tulang, bila

terjadi defisiensi asam folat dan vitamin B12 maka akan terjadi anemia

makrositer hipokrom yang ditandai dengan mikroskopis sel darah

merah yang besar besar. Kebutuhan asam folat selama kehamilan dan

laktasi mnengkat, asam folat juga dibutuhkan dalam pertumbuhan

janin karena asam folat merupakan suatu koenzim yang dibutuhkan

dalm sintesa DNA dan RNA.Defisiensi folat pada ibu hamil dapat

Page 6: Makala h

menyebabakan terjadinya neural tube defect yaitu terjadinya rongga

pada tulang belakang karena beberapa ruas tulang gagal bertaut.

Jadi pemberian asam folat dapat di teruskan untuk mencegah

terjadinya defisiensi yang akan berpengarauh buruk pada janin.

Vitamin B komplek OD

Berisi B1, B6, B12 merupakan vitamin neurotropik yang berfungsi

dalam meningkatkan stamina, dapat meminimalkan kelelehan otot atau

pegal pegal yang biasa diderita oleh ibu hamil. Vitamin B6 disini juga

dapat mencegah atau mengurang rangsangan rasa mual yang biasa

terjadi pada ibu hamil.

Vitamin C OD

Pemberian vitamin C pada ibu hamil di indikasikan untuk menigkatkan

daya tahan tubuh, karena kesehatan ibu sangat berpengaruh pada

kesehatan bayinya.Pemberian vitamin C disini juga bisa menigkatkan

penyerapan Fe dari ferosi fumarat.

Dexamethasone 6 mg IM :

Dexamethason digunakan untuk merangsang kematangan paru-paru

janin jika ada kemungkinan kelahiran prematur, dimana kortikosteroid

secara tidak langsung merelaksasi otot polos paru-paru janin sehingga

menguntungkan bila janin lahir prematur,dimana previa plasenta

merupakan pemicu janin lahir prematur.

Insulin S/C

Pemberian insulin ditujukan untuk menstabilakn glukosa darah pasien,

karena pemberian antidiabetic oral banyak yang kontra indikasi dengan

wanita hamil, jadi untuk menstabilkan glukosa darahnya diberikan

insulin.

Antibiotik

Pemberian antibiotic tergantuk pada jenis infeksi. Jika infeksi tidak

berat, dapat digunakan amoksisilin 500 mg per oral setiap 8 jam. Jika

kondisi memungkinkan berikan antibiotic profilaksis 30 menit sebelum

prosedur kelahiran dimulai untuk menyediakan keadekuatan kadar

Page 7: Makala h

antibiotic dalam darah saat pelaksanaan prosedur. Pengecualian waktu

pemberian antibiotic ini adalah pada saat seksio sesaria, antibiotic

profilaksis harus diberikan saat tali pusat diklem setelah pelahiran

bayi.

Infus sebagai cairan pengganti: pengganti sederhana untuk tranfusi

Salin normal (natrium klorida 0,9%) atau larutan garam seimbang

berkonsentrasi natrium yang sama dengan plasma merupakan satu-

satunya cairan pengganti yang efektif. Cairan pengganti digunakan

untuk mengganti kehilangan darah, plasma, atau cairan ekstraseluler

lain yang abnormal yaitu dengan meningkatkan volume kompartemen

vaskular.

1.3.4 Planing 1. Kembalikan volume darah dengan infus cairan IV (normal saline atau

ringer laktat).

Ganti letak infus setiap tiga hari atau saat terdapat tanda awal inflamasi

untuk mencegah flebitis.

2. Pemberian antibiotik, evaluasi sumber terlebih dahulu. Antibiotik yang

aman pada ibu hamil adalah golongan penisilin, seperti ampisilin dan

amoksisilin. Penggunaan kombinasi antibiotic dilanjutkan sampai ibu

tidak demam selama 48 jam. Namun bila ibu mengalami infeksi pada

aliran darahnya memerlukan antibiotic minimal selama tujuh hari.

3. Selalu kontrol gula darah, dan berikan insulin bila gula darah masih

belum stabil.

a. Monitoring kadar glukosa darah (kapiler) harian, baik puasa,

prelunch, predinner dan saat menjelang tidur.

b. Monitoring kadar glukosa darah (kapiler) 1 jam atau 2 jam

setelah makan.

4. Atur pola makan ibu, diet yang dianjurkan

a. Rencana : 3 kali makan dan 3 kali snack

b. Kalori : 30-35 kcal/kg normal body weight

Total 2000-2400 kcal/day

Page 8: Makala h

c. Komposisi : Karbohidrat 40-50%, kompleks dan tinggi serat

Protein 20%, Lemak 30-40% (asam lemak jenuih/saturated <

10%).

5. Kaji banyaknya perdarahan:

a. Jika perdarahan berat dan berlanjut, atur pelahiran seksio

sesaria tanpa memperhatikan maturitas janin

b. Jika perdarahan ringan atau perdarahan berhenti dan janin

masih hidup tetapi premature, pertimbangkan penatalaksanaan

ibu hamil sampai terjadinya pelahran atau perdarahan berat:

Atasi anemia dengan besi sulfat atau besi fumarat setiap

hari

Pastikan tersedia darah untuk tranfusi jika sewaktu-

waktu dibutuhkan (Hb < 6 g/dL)

Jika perdarahan terjadi kembali, ambil keputusan

tentang penatalaksanaan ibu hamil atau pelahiran

setelah mempertimbangkan keuntungan dan risiko bagi

ibu dan janin.

6. Pemantauan janin.

Pemantauan kesejahteraan janin antenatal untuk mencegah kematian

janin

a. Profil Biofisik Janin.

b. USG untuk memantau pertumbuhan janin (makrosomia/pjt)

c. Amniosentesis untuk memperkirakan maturasi paru janin bila

direncanakan untuk seksio selektif

7. Pemberian tokolitik jika terdapat his.

8. Memberikan asuhan kefarmasian pada pasien

a. Memberikan informasi umum keadaan ibu dan janin serta

tentang apa yang terjadi. Memahami situasi kejadian dan

penatalaksanaannya dapat mengurangi kecemasan dan

mempersiapkan ibu dan keluarga untuk menghadapi kejadian

selanjutnya.

Page 9: Makala h

b. Memberitahu ibu mengenai rencana dan prosedur pengobatan

serta kemungkinan seksio sesaria

c. Pastikan ibu meminum obatnya secara teratur

d. Memantau pola makan dan kebersihan ibu selama di rumah

sakit

e. memotivasi  ibu untuk bedrest total, BAK dan BAB harus di

tempat tidur, memberi dukungan emosional kepada ibu agar

ibu tidak terlalu mencemaskan kehamilannya.

f. Anjurkan pendamping (suami) untuk memegang peranan aktif

dalam perawatan. Anjurkan pendamping berada di dekat ibu

untuk memungkinkan focus pada pemenuhan kebutuhan

emosional ibu.

g. Berikan jadwal kerja apoteker, jika sewaktu-waktu ibu

membutuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu selalu

diperhatikan dan dapat bergantung kepada apoteker.

BAB II.

TINJAUAN TENTANG PENYAKIT

2.1 Diabetes Mellitus Gestasional

2.1.1. Pengertian

Page 10: Makala h

Diabetes melitus gestational adalah keadaan intoleransi karbohidrat dari

seorang wanita yang diketahui pertama kali ketika dia sedang hamil, dan biasanya

hilang setelah melahirkan. DM gestasi terjadi karena kelainan yang dipicu oleh

kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa.

Selama kehamilan, produksi insulin harus ditingkatkan, karena kebutuhan insulin

yang meningkat sampai 2-3 kali lebih tinggi selama kehamilan. Pada beberapa

wanita peningkatan ini tidak cukup sehingga menyebabkan pengaturan gula

darahnya memburuk. Gula darahnya menjadi terlalu tinggi, terutama setelah

makan.

2.1.2. Yang Beresiko Menderita DM Gestasi

Wanita lebih dari 30 tahun.

Wanita dengan riwayat keluarga diabetes tipe 2.

Wanita yang kelebihan berat badan

Pernah menderita diabetes kehamilan sebelumnya

2.1.3. Bahaya DM Gestasi

DM gestasi berisiko menimbulkan komplikasi kehamilan yang

membahayakan ibu hamil dan bayinya. Risiko komplikasi bagi ibu hamil

mencakup hipertensi kehamilan (pre-eklamsia), edema (pembengkakan), cairan

ketuban terlalu banyak, melahirkan bayi lebih besar dari ukuran normal

(makrosomia) dan persalinan premature. Potensi risiko untuk bayinya termasuk

penyakit kuning, dan kesulitan bernafas saat lahir.

Bayi yang ibunya terkena DM gestasi cenderung memiliki berat badan

besar karena dia harus membuat insulin ekstra untuk mengontrol gula darah yang

tinggi, sehingga cadangan lemak dan jaringannya besar. Hal ini dapat membuat

proses kelahirannya sulit dan seringkali harus melalui operasi caesar. Bayi

tersebut juga dapat memiliki gula darah rendah (hipoglikemia) setelah lahir karena

tingkat insulin tubuhnya yang tinggi. Beberapa studi menunjukkan bahwa bayi

yang lahir dari ibu yang menderita diabetes kehamilan lebih berisiko terkena

diabetes tipe 2 dan obesitas di usia dewasanya.

2.1.4. Gejala

Page 11: Makala h

DM gestasi biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Bila ada gejala,

keluhan yang mungkin dirasakan adalah gejala umum diabetes seperti rasa haus

terus-menerus, sering buang air kecil, dan cepat lelah.

2.1.5. Terapi DM Gestasi

a. Terapi non farmakologi

Pengawasan sendiri kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan

diabetes dalam kehamilan. Tujuan utama monitoring adalah mendeteksi

konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat menyebabkan peningkatan angka

kejadian kematian janin. Selain monitoring, terapi diabetes dalam kehamilan

adalah :

1. Diet

Terapi nutrisi adalah terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes.

Tujuan utama terapi diet adalah menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan

janin, mengontrol kadar glukosa darah. Pada wanita diabetes gestasional dengan

berat badan normal dibutuhkan 30kkal/kg/hari. Pada wanita dengan obesitas

(Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2) dibutuhkan 25 kkal/kg/hari Pola makan 3 kali

makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam sehari. Pembatasan

jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari dapat menurunkan

kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan).

Pilih makanan yang:

Bervariasi dan menyenangkan.

Menyediakan nutrisi yang Anda butuhkan selama terutama misalnya

kehamilan: makanan yang mengandung kalsium, zat besi dan asam folat.

Rendah lemak, lemak jenuh khususnya, dan tinggi serat.

Sedang karbohidrat, misalnya: biji-bijian, sereal, buah, pasta dan nasi. Hal

ini penting untuk melihat ahli gizi yang akan memastikan Anda

mendapatkan yang tepat untuk ibu dan bayi.

2. Olahraga

Bersepeda dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita

dengan diabetes gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya

Page 12: Makala h

ketika berolahraga, apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan.

Olahraga berguna untuk memperbaiki kadar glukosa darah.

b. Terapi Farmakologi

1. Insulin

Insulin merupakan terapi farmakolagi yang aman bagi ibu hamil,

penggunaan antidiabeticoral dikontra indikasikan pada ibu hamil. Penderita yang

sebelum kehamilan memerlukan insulin diberikan insulin dengan dosis yang

samaseperti sebelum kehamilan sampai didapatkan tanda-tanda perlu ditambah

atau dikurangi.

2.2 PLASENTA PREVIA

2.2.1 Pengertian

Plasenta (ari-ari) adalah jaringan yang terbentuk di dalam rahim selama

kehamilan.Plasenta berfungsi membawa makanan dan oksigen dari ibu ke janin

dan membuang produk limbah dan karbon dioksida dari janin ke ibu melalui tali

pusat.

Plasenta biasanya terbentuk di sepanjang bagian atas rahim.Pada plasenta

previa, plasenta melekat di dekat atau menutupi serviks (pembukaan rahim yang

mengarah ke vagina). Hal ini dapat mengganggu proses kelahiran bayi karena

plasenta menutupi jalan lahir.

Ada tiga jenis plasenta previa:

Page 13: Makala h

1. Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas

tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena

risiko perdarahan sangat hebat.

2. Plasenta Previa Parsialis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir.Pada

tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak

dilahirkan melalui pervaginam.

3. Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan

pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi

jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa

dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm

diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

2.2.2 Etiologi

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui.Tetapi

diduga hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi

endometrium yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma

operasi/infeksi.Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen

bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan

rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan

terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara

adekuat.

2.2.3 Faktor risiko plasenta previa

Riwayat plasenta previa sebelumnya.

Riwayat seksio sesarea.

Page 14: Makala h

Riwayat aborsi.

Kehamilan ganda.

Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.

Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit

permukaan bagi penempatan plasenta.

Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari

indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.

Adanya trauma selama kehamilan.

Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia

kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai

melebar serta menipis.

Mendapat tindakan Kuretase.

2.2.4 Patologi

Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot

segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak

sebagaimana serabut otot uterus yang menghentikan perdarahandengan plasenta

yang letaknya normal.Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini

daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah

persalinan dimulai.

2.2.5 Gejala Klinik

a. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi

pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan

berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan

pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.

b. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak

mengeluh adanya rasa sakit.

c. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.

Page 15: Makala h

d. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan

tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak

sungsang)

e. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya

perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

2.2.6 Komplikasi Plasenta Previa

a. Prolaps tali pusat.

b. Prolaps plasenta.

c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau

perlu dibersihkan dengan kerokan.

d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.

e. Perdarahan post portum.

f. Infeksi karena perdarahan yang banyak.

g. Bayi premature atau lahir mati.

2.2.7 Penanganan

Prinsip dasar penanganan. Setiap ibu dengan pendarahan antepartum

harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki fasilitas melakukan tranfusi

darah dan operasi. Pendarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali tau boleh

dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa

dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke

rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hamper selalu akan lebih

banyak daripada sebelumnya. Jangan sekali-sekali melakukan pemeriksaan-dalam

kecuali keadaan siap operasi.

Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang

telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu

dan/atau janinnya (yang masih hidup); dan kehamilan belum cukup 36 minggu ,

atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulaim

dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar

kandungan lebih baik lagi. Penangannan pasif ini, pada kasus-kasus tertentu

sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonates yang tinggi akibat

Page 16: Makala h

prematuritas, asal jangan dilakukan pemeriksaan dalam. Sebaiknya, kalau

perdarahan yang telah berlangsug atau yang akan berlangsung membahayakan ibu

dan/atau janinnya; atau kehamilan telah cukup 36 mingg, atau taksiran berat janin

telah mencapai 2500 gram; atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif

harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemerikasaan

dalam dilakuakn di meja operasi dalam keadaan siap operasi.

BAB III

TINJAUAN TENTANG OBAT

3.1Ferrous Fumarate

Page 17: Makala h

C4H2FeO4

3.1.1 Tinjauan Kimia Farmasi

Besi (II) Fumarat mengandungt idak kurang dari 93,0% C4H2FeO4 dihitung

terhadap zat yang telah dikeringkan.

Pemerian: serbuk halus, jingga kemerahan sampai coklat kemerahan, bau

lema, rasa agak sepat.

Kelarutan: sukar larut dalam air, sangat sukar larut dalam metanol (95%)P.

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat.

Identifikasi:

o Analisa Kualitatif

Serbuk tablet memenuhi identifikasi A yang tertera pada ferrous

Fumaras, cara identifikasinya: Panaskan 1 g serbuk tablet dengan

25 ml campuran asam klorida P dan air dengan volume yang sama

di atas tangas air selama 15 menit, dinginkan dan saring. Filtrate

menunjukkan reaksi Besi (II) yang tertera pada Reaksi Identifikasi.

Cuci endapan dengan campuran 1 bagian volume asam klorida

encer P dan 9 bagian volume air, keringkan pada suhu 105o.

Suspensikan 100 mg sisa dalam 2 ml larutan natrium karbonat P,

tambahkan larutan kalium permanganate P tetes demi tetes, warna

kalium permanganate hilang dan larutan berwarna kecoklatan.

Sejumlah serbuk tablet setara dengan 500 mg Besi (II) Fumarat

campur dengan 1 g resorsinol P. Pada 500 mg campuran dalam

krus tambahkan beberapa tetes asam sulfat P, panaskan perlahan-

lahan, terjadi massa setengah padat berwarna merah tua.

Page 18: Makala h

Tambahkan massa pada air volume besar, terjadi larutan jingga,

tidak berfluoresen si.

o Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif dengan menggunakan sejumlah serbuk tablet

yang ditimbang seksama setara dengan 300 mg besi (II) Fumarat.

Larutkan dengan pemanasan perlahan dengan 15 ml asam sulafat

encer, dinginkan, tambahkan 50 ml air. Titrasi dengan serium (IV)

sulfat 0,1 N menggunakan indikator orto-fenantrolin.

3.1.2 Tinjauan Farmakologi

A. Farmakologi Dasar

Besi membentuk inti dari cincin besi-porporin heme, yang bila bergabung

dengan rantai globin yang tepat akan membentuk hemoglobin. Kira-kira 70% dari

kandungan besi tubuh berada dalm bentuk hemoglobin dan 10-20% dalam bentuk

persediaan besi sebagai feritin dan hemosiderin, 10 % berada dalam bentuk

mioglobin, protein otot yang mengandung heme. Sisanya (<1%) didistribusikan

dalam jumlah kecil di dalam sitokrom dan enzim-enzim lain yang mengandung

besi serta sebagai besi transport atau transferin.

B. Farmakokinetik

1. Absorbsi

Besi dalam keadaan normal diabsorbsi di duodenum dan jeunum

proksimal, walaupun usus kecil bagian distal dapat mengabsorbsi besi bila

diperlukan. Besi dalam bentuk fero diubah menjadi feri didalam mukosa.

2. Distribusi

Besi yang diangkut di plasma terikat dengan transferin, suatu β-globin

yang khusus mengikat ion feri. Jadi, besi dapat diangkut dari sel mukosa intestinal

atau tempat pengangkutan di hati atau limpa untuk pembentukan sel darah merah

di sumsum tulang. Kompleks besi transferin-feri disalurkan ke sel eritrosit yang

sedang menjadi matang melalui mekanisme reseptor khusus.

Page 19: Makala h

3. Penyimpanan

Besi disimpan dalam 2 bentuk yaitu feritin dan hemosiderin yang disimpan

dalam makrofag didalam hati, limpa, dan sumsum tulang, fritin juga ada di sel

intestinal plasma.

4. Eliminasi

Tidak ada mekanisme untuk sekresi besi. Sejumlah kecil besi hilang

bersama-sama dengan lepasnya sel mukosa intestinal kedalam feses, dan sejumlah

kecil diekskresikan di dalam empedu, urin, dan keringat. Ekskresi terjadi melalui

urin, keringat, mukosa intestinal dan saat haid.

C. Farmakodinamik

Indikasi

Untuk pengobatan dan pencegahan anemia defisiensi besi.

Dosis

Ferrrous Fumarat 200 mg/tablet 3-4 tablet sehari. Dosis 1,2 g sehari dapat

diberikan jika diperlukan (Martindale 36).

Kontraindikai

Hipersensitif terhadap senyawa besi atau komponen lain dalam sediaan,

hemokromatotis primer, anemia hemolitik, pasien yang mendapat transfusi

berulang-ulang.

Efek Samping

Peroral dapat menimbulkan gangguan saluran cerna,seperti : mual, diare,

konstipasi, rasa nyeri epigaster. Efek samping ini mungkin dikurangi

dengan pengurangan dosis, sediaan diminum waktu atau segera setelah

makan (jangan waktu perut kosong)

Interaksi dengan obat lain

Penggunaan bersamaan vitamin C 200 mg per 30 mg Fe akan

meningkatkan absorpsi oral Fe. Absorpsi oral Fe dan tetrasiklin akan

menurun jika digunakan bersamaan. Absorpsi fluorokuinolon, levodopa,

metildopa dan penisilinamin akan menurun. Karena terbentuknya

kompleks Fe-kuinolon. Penggunaan bersamaan antasida, bloker H2 atau

inhibitor pompa proton akan menurunkan absorpsi. Respon terhadap Fe

akan tertunda dengan adanya kloramfenikol.

Page 20: Makala h

Interaksi dengan makanan

Sereal, serat makanan, teh, kopi, telur dan susu akan menurunkan absorpsi

Peringatan

Sediaan besi peroral dapat memperberat keadaan tukak lambung Colitis

ulseratif menahun, enteritis

3.2 Asam folat (C9H19N7O6)

3.2.1 Tinjauan Kimia

Asam folat (N-(p(((2-amino-4-hydroxi-6-pteridinyl)

methyl)amino)benzoyl)glutemic acid) mengandung tidak kurang dari 97% dan

tidak lebih dari 102% C9H19N7O6, terhitung terhadap zat anhidrasi.

Pemerian: serbuk hablur kunig atau jingga kekuningan, tidak berbau.

Kelarutan: sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam

etanol, dalam kloroform, dalam eter, dalam aseton dan dalam benzen,

mudah larut dalam asam klorida encer panas, dan dalam asetn sulfat

encer panas, larut dalam asam klorida dan dalam asam sulfat, larutan

berwarna kuning sangat pucat, mudah larut dalam larutan alkali

hidroksida encer dan dalam larutan alkali karbonat encer.

Kadar air: tidak lebih dari 8,5% dilakukan dengan cara titrasi

Penyimpanan: wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Identifikasi:

o Analisa kualitatif

Dengan menggunakan spektrofotometer UV

o Analisa kuantitatif

Dengan menggunakan HPLC

Page 21: Makala h

Larutan Standard

Timbang teliti 30 mg Folic Acid USP RS, (betulkan

dengan menghitung kadarairnya) dan larutkan

dalam larutan air yang mengandung 2 ml NH4OH

dan 1 gram Sodium Perchlorate per 100 ml. Dengan

menggunakan larutan yang sama,tepatkan volume

sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 mg Folic

Acid untukdiinjeksikan.

Larutan Percobaan

Dengan menggunakan Folic Acid yang akan

diperiksa, lakukan seperti LarutanStandard.

Fasa Mobil

Sodium Perchlorate 35,1 g, monobasic Potassium

Phosphate 1,40 g, 1 N KOH 7,0ml, Methanol 40 ml,

kedalam labu ukur 1000 ml, encerkan dengan air

sampaitepat, lalu kocok. Atur pH dengan NaOH 1 N

sampai 7,2. Kadar Methanol dapatberbeda-beda

tergantung kebutuhan elusi Folic Acid.

Sistim Khromatogram :

HPLC dilakukan pada suhu kamar dengan kolom

C18 ukuran 25 - 30 cm x 4mm.Fasa mobil dijaga

pada tekanan dan flow rate yang sesuai dengan

kebutuhanelusi. Dibutuhkan detektor Ultraviolet

untuk memonitor absorbsi pada panjanggelombang

254 nm.

3.2.3 Tinjauan Farmakologi

A. Tinjauan farmakokinetik

Asam folat dengan cepat diserap dari saluran pencernaan, terutama dari

duodenum dan jejunum.Para polyglutamates folat alami sebagian besar dalam

bentuk terkonjugasi, dan kemudian direduksi oleh dihydrofolate reduktase dalam

Page 22: Makala h

usus untuk membentuk 5-methyltetrahydrofolate, yang muncul dalam sirkulasi,

secara luas terikat pada protein plasma.

Asam folat memasuki sirkulasi sebagian besar tidak berubah.akan diubah

ke bentuk aktif metabolik 5-methyltetrahydrofolate dalam plasma dan hati.

Situs penyimpanan utama folat adalah hati, melainkan juga aktif terkonsentrasi di

CSF.

Folat mengalami sirkulasi enterohepatik.Metabolit Folat dieliminasi dalam

urin dan folat lebih dari kebutuhan tubuh diekskresikan tidak berubah dalam urin.

Folat didistribusikan ke dalam ASI

B. Farmakodinamik

Mekanisme kerja: Asam folat diperlukan untuk pembentukan koenzim

dalam proses sistem metabolisme terutama sintesis purin dan pirimidin,

sintesis nukleoprotein dan pemeliharaan eritropoesis. Menstimulasi

produksi sel darah putih dan platelet pada anemia defesiensi folat. Asam

folat meningkatkan eliminasi asam format, metabolik toksik metanol.

Indikasi: megaloblastik anemia, makrositik anemia karena defisiensi

asam folat. Suplemen: mencegah neural tube defect.

Kontari indikasi: Hipersensiifitas terhadap asam folat.

Efek samping: Reaksi alergi, bronkospasme, wajah memerah, gatal,

erupsi sementara.

Peringatan: Pemberian asam folat harus disertai perhatian pada pasien

dengan anemia yang tidak didiagnosa karena asam folat dapat

menyebabkan diagnosa yang tidak jelas dari anemia pernikius dengan

cara meningkatkan manifestasi respon hematologi terhadap penyakit ini,

yang menyebabkan komplikasi neurologis meningkat.

Informasi : masa kehamilan kebutuhan asam folat lebih tinggi, sehingga

konsumsi asam folat ditingkatkan untuk menurunkan risiko pada bayi

Dosis : anemia (oral, im, iv, sc): infant 0.1mg/hari,

anak< 4 tahun sampai dengan 0.3mg/hari,

anak> 4tahun dan dewasa 0.4mg/hari.

Wanita hamil dan menyusui 0.8mg/hari.

Page 23: Makala h

Pencegahan neural tube defect: dari ibu dgn potensial saat lahir:

400mcg/hari;

dari ibu dgn berisiko tinggi/karena riwayat keluarga neural tube defect:

4mg/hari.

3.2.4 Tinjauan Teknologi Farmasi

Bentuk sediaan yang digunakan : tablet asam folat 5 mg. Asam folat

dibuat dalam bentuk tablet karena tablet mudah dalam pemberian, sudah banyak

digunakan dan pasien sudah pasti mengerti cara penggunaanya, merupakan bentuk

pengobatan yang paling disenangi pasien karena praktis dan efisien dapat dibuat

dengan cara granulasi basah. Granulasi basah digunakan untuk zat zat yang

memiliki sidat alir kurang baik, dan zat tersebut tahan terhdap pemanasan.

Tablet asam folat yang beredar : folac®, folacitefolacit®, folafit®.

3.3 Vitamin B kompleks

3.3.1 Tinjauan kimia

A. Tiamina Hidroklorida (Vitamin B1)

Pemerian: Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah

mirip ragi; rasa pahit.

Kelarutan: mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P;

praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut dalam

gliserol P.

Identifikasi :

o Spektrum serapan infra merah zat yang telah dikeringkan

pada suhu 105o selama 2 jam dan didispersikan dalam

kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada

Page 24: Makala h

panjang gelombang yang sama seperti pada tiamina

hidroklorida P.

o Larutan 2% b/v menunjukkan reaksi klorida yang tertera

pada reaksi identifikasi.

o Serapan larutan tidak lebih dari 0,025; penetapan dilakukan

sebagai berikut: larutkan 1,0 g dalam air secukupnya

hingga 10,0 ml, saring dengan penyaring kaca masir berpori

halus. Ukur serapan 1 cm larutan pada 400nm terhadap

blangko air.

pH larutan 1% b/v 2,7 sampai 3,4.

Nitrat pada 2 ml larutan 2% b/v, tambahkan 2 ml asam sulfat P,

dinginkan. Teteskan perlahan – lahan melalui dinding tabung, 2 ml

larutan besi (II) sulfat P; pada bidang batas kedua cairan tidak

terbentuk cairan coklat.

Susut pengeringan tidak lebih dari 5%; pengeringan dilakukan pada

suhu 105o selama 2 jam, menggunakan 500 mg.

Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,2%.

penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

B. Piridoksin (Vitamin B6)

Pemerian: hablur putih atau tidak berwarna, atau serbuk hablur putih;

tidak berbau rasa asin.

Kelarutan: mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%);

praktis tidak larut dalam eter.

Identifikasi :

o Spectrum serapan infra merah yang didispersikan dalam

parafin cair menunjukkan maksimum hanya pada panjang

Page 25: Makala h

gelombang yang sama seperti pada piridoksina hidroklorida

PK.

o Masukkan ke dalam 2 tabung kimia masing-masing 1 ml

larutan yang mengandung 100 µg dan 2 ml larutan natrium

asetat 20% b/v. Pada tabung pertama tambahkan 1 ml

larutan asam borat 4% b/v, campur. Dinginkan kedua

tabung hingga suhu lebih kurang 20o. Pada masing –

masing tabung tambahkan dengan cepat 1 ml larutan

diklorokinonklorimida 0,5% b/v dalam etanol (95%).

Dalam tabung pertama terjadi warna biru, yang segera

memucat dan setelah beberapa menit berubah menjadi

merah; dalam tabung kedua tidak terjadi warna biru.

o Pada 2 ml larutan 0,5% b/v tambahkan 0,5 ml larutan asam

fosfowolframat; terbentuk endapan putih.

Jarak lebur antara 204o dan 208o, disertai peruraian.

pH larutan lebih kurang 3.

Susut pengeringan tidak lebih dari 0,5%; pengujian dilakukan dalam

hampa udara diatas fosforpentoksida P selama 4 jam.

Sisa pemijaran tidak lebih dari 0,1%.

Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat dan penggunaan merupakan komponen vitamin B kompleks.

C. Sianokobalamin (vitamin B12)

Page 26: Makala h

Pemerian: hablur atau amorf merah tua atau serbuk hablur merah.

Bentuk anhidrat sangat higroskopis. Jika terpapar pada udara

menyerap air lebih kurang 12%.

Kelarutan: agak sukar larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut

dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter.

Susut pengeringan tidak lebih dari 12%; lakukan pengeringan dalam

tabung pengering vakum yang sesuai, pada tekanan tidak lebih dari 5

mmHg, pada suhu 105o selama 2 jam, menggunakan lebih kurang 25

mg yang ditimbang seksama.

Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus

cahaya.

Identifikasi:

o Spectrum serapan UV larutan yang diperoleh pada

penetapan kadar menunjukkan maksimum pada panjang

gelombang lebih kurang 278 nm ± 1 nm, 261 nm ± 1 nm

dan 550 nm ± 2 nm.

o Lebur lebih kurang 1 mg dengan lebih kurang 50 mg

kalium pirosulfat dalam krus porselen. Dinginkan, aduk

dengan batang pengaduk kaca, tambahkan 3 ml air,

didihkan hingga larut. Tambahkan 1 tetes PP dan

tambahkan larutan natrium hidroksida (1 dalam 10), tetes

demi tetes sampai merah muda. Tambahkan 500 mg

natrium asetat, 0,5 ml asam asetat 1 N dan 0,5 ml larutan

garam nitroso (1 dalam 500), segera terjadi warna merah

Page 27: Makala h

atau merah jingga. Tambahkan 0,5 ml HCl dan didihkan

selama 1 menit; warna merah tidak berubah.

3.3.2 Tinjauan Farmakologi

A. Tiamin (Vitamin B1)

Farmakokinetik: Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung

cepat dan sempurna. Absorpsi per oral berlangsung dalam usus halus

dan duodenum, maksimal 8 – 15 mg/hari yang dicapai dengan

pemberian oral sebanyak 40 mg. Dalam satu hari sebanyak 1 mg

tiamin mengalami degradasi di jaringan tubuh. Jika asupan jauh

melebihi jumlah tersebut, maka zat ini akan dikeluarkan melalui urin

sebagai tiamin atau pirimidin.

Farmakodinamik dan fisiologi :

Kebutuhan sehari: karena tiamin penting untuk metabolisme energi,

terutama karbohidrat, maka kebutuhan akan tiamin umumnya

sebanding dengan asupan kalori. Kebutuhan minimum adalah 0,3

mg/1000 kcal, sedangkan AKG di Indonesia ialah 0,3 – 0,4 mg/hari

untuk bayi, 1,0 mg/hari untuk orang dewasa dan 1,2 mg/hari untuk

wanita hamil.

Efek samping: tiamin tidak menimbulkan efek toksik bila diberikan

peroral dan bila kelebihan tiamin cepat dieksresikan melalui urin.

Meskipun jarang reaksi anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV

dosis besar pada penderita yang sensitif, dan beberapa diantaranya

bersifat fatal.

Indikasi: Tiamin diindikasikan pada pencegahan dan pengobatan

defisiensi tiamin dengan dosis 2 – 5 mg/hari untuk pencegahan

defisiensi dan 5 – 10 mg tiga kali sehari untuk pengobatan defisiensi.

Tiamin berguna untuk pengobatan berbagai neuritis yang disebabkan

oleh defisiensi tiamin, misalnya pada: neuritis alkoholik yang terjadi

karena sumber kalori hanya alkohol saja, wanita hamil danpenderita

emesis gravidarum.

Page 28: Makala h

Pada trigeminal neuralgia, neuritis yang menyertai anemia, penyakit

infeksi dan pemakaian obat tertentu, pemberian tiamin kadang –

kadang dapat memberikan perbaikan.Tiamin juga digunakan untuk

pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna yang

dasarnya defisiensi tiamin.

B. Riboflavin (Vitamin B6)

Farmakokinetik: piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah di

absorbsi di saluran cerna. Metabolit terpenting dari ketiga bentuk

tersebut adalah 4-asam piridoksat. Eksresi melalui urin terutama dalam

bentuk 4-asam piridoksat dan piridoksal.

Farmakodinamik dan Fisiologi: pemberian piridoksin secara oral

dan parenteral tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang nyata.

Dosis sangat besar yaitu 3 -4 g/kgBB menyebabkan kejang dan

kematian pada hewan coba, tetapi dosis kurang dari ini umumnya tidak

menimbulkan efek yang jelas. Piridoksal fosfat dalam tubuh

merupakan koenzim yang berperan penting dalam metabolisme

berbagai asam amino, diantaranya dekarboksilasi, transaminasi, dan

raseminasi triptofan, asam – asam amino yang bersulfur dan asam

amino hidroksida.

Kebutuhan sehari: kebutuhan manusia akan piridoksin berhubungan

dengan konsumsi protein yaitu kira – kira 2 mg/100 mg protein.

Indikasi: Selain untuk mencegah dan mengobati defisiensi vitamin B6,

vitamin ini juga diberikan bersama vitamin B lainnya atau sebagai

multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B

kompleks.

Efek samping: piridoksin dapat menyebabkan neuropati sensorik atau

sindrom neuropati dalam dosis antara 50 mg – 2 g per hari untuk

jangka panjang. Gejala awal dapat berupa sikap yang tidak stabil dan

rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut.Gejala

berangsur – angsur hilang setelah beberapa bulan bila asupan

piridoksin dihentikan.

Page 29: Makala h

C. Siano Kobalamin (Vitamin B12)

Farmakokinetik: Vitamin B12, dalam jumlah fisiologis, diabsorpsi

setelah bergabung dengan factor intrinsic. Factor intrinsic berupa

glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 50 ribu yang disekresikan

oleh sel-sel parietal mukosa lambung. kompleks vitamin b12-faktor

intrinsic ini selanjut nya diabsorpsi di ileum bagian distal dengan

system transfor yang diperentarai reseptor yang sangat spesifik secara

cepat.

Setalah diabsopsi, Vit B 12 ditransfer keberbagai sel tubuh, terikat

pada suatu glikoprotein plasma, trankobalamin II.Kelebihan vitamin

B12 diangkut kedalam hati untuk disimpan.Sejumlah vitamin B12

diekskresikan kedalam urin hanya bila dosis yang sangat besar

diberikan parenteral, melampoi kapasitas pengikatan oleh

transkobalamin (50-100 μg).

Farmakodinamik

Indikasi: terapi pada penderita devisinsi vitamin B12, pada pasien

anemia megaloblastik.

Efek samping: reaksi alergi akibat kobal antara lain eczem.

1.3.3 Tinjauan Teknologi Farmasi

Vitamin komplek (B1, B6, B12) dibuat tablet salut gula, dengan

penyalutan ini dapat menutupi rasa dan bau vitamin yang tidak enak.

1.4 Vitamin C ( C6H8O6)

3.4.1 Tinjauan Kimia

Page 30: Makala h

Pemerian: Kristal atau serbuk putih atau agak kuning. Bila terpapar

udara, warnanya perlahan-lahan menjadi lebih gelap. Dalam keadaaan

kering, stabil di udara, tetapi dalam larutan akan teroksidasi dengan

cepat.

Kelarutan : Larut 1 bagian dalam 3 bagian air dan 1 bagian dalam 40

bagian alkohol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dan dalam

benzena. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Lindungi dari cahaya.

Analisa kualitatif

a. Larutan 2 % b/v mereduksi perlahan-lahan larutan kalium tembaga

(II) tartrat p dan jika dipanaskan reduksi berlangsung lebih cepat

b. Pada 2 ml larutan 2% b/v tambahkan 4 tetes larutan biru metilen p,

hangatkan hingga suhu 40° terjadi warna biru tua yang dalam

waktu 3menit berubah menjadi lebih muda atau hilang.

c. Larutan 15 mg dalam 15 ml larutan asam trikloroasetat p 5% b/v,

tambahkan lebih kurang 200 mg arang jerap p, kocok kuat-kuat

selama 1 menit, saring, jika perlu ulangi penyaringan hingga

filtrate jernih. Pada 5 ml filtrate tambahkan 1 tetes pirol p,

goyangkan perlahan-lahan hingga larut, panaskan di atas tangas air

pada suhu 50° terjadi warna biru.

Analisa kuantitatif :

Timbang 400 mg sampel, larutkan dalam campuran 100 ml air bebas

karbondioksida p dan 25 ml asam sulfat (10 % v/v), titrasi segera

dengan iodium 0,1 N menggunakan indicator larutan kanji.

3.4.2 Tinjauan Farmakologi

A. Farmakokinetik

Absorpsi: asam askorbat diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian per

oral. Dengan asupan vitamin C yang normal (30-180 mg perhari), ± 70-

90% vitamin diabsorpsi. Pada dosis > 1 g perhari, absorpsi menurun

menjadi 50% atau kurang.

Page 31: Makala h

Distribusi: asam askorbat terdistribusi luas dalam jaringan tubuh.

Sejumlah besar vitamin ditemukan dalam hepar, leukosit, platelet, jaringan

glandular dan lensa mata. 25% terikat dengan protein.

Metabolisme: di hepar via oksidasi dan sulfation.

Eliminasi: lewat urin.

B. Farmakodinamik

Mekanisme kerja: Tidak dimengerti dengan jelas; dibutuhkan untuk

pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan; terlibat dalam beberapa

reaksi oksidasi-reduksi seperti jalur metabolik lain, seperti sintesis

karnitin, steroid, dan katekolamin dan konversi asam folat menjadi asam

folinik.1

Indikasi: Sariawan, Mencegah dan mengobati flu, Anti oksidan,

Menigkatkan daya tahan tubuh.

Kontraindikasi: hipersensitivitas

Efek samping: Non toksik. 1% - 10%; Renal: hyperoxaluria (kejadian

tergantung dosis), < 1%: Pusing, faintness, fatigue, flank pain, sakit

kepala.

Interaksi dengan obat: Meningkatkan efek/toksisitas: asam askorbat

meningkatkan absorpsi besi dari saluran cerna. Bila asam askorbat

diberikan bersama kontrasepsi oral maka akan meningkatkan efek

kontrasepsi, Menurunkan efek: asam askorbat dapat menurunkan level

fluphenazine, asam askorbat bila diberikan dengan warfarin maka akan

menurunkan efek antikoagulan.

Dosis: Pemberian per oral, IM, IV, Subkutan, Hindari injeksi IV cepat

Untuk indikasi sariawan: Dewasa: 100-250mg 1-2 kali perhari selama

sekurangnya 2 minggu. Anak: 100-300 mg perhari dalam dosis terbagi

selama sekurangnya 2 minggu. Suplemen Makanan: Dewasa 50 - 200

mg/hari, Anak 35 - 100 mg/hari

Pengaruh terhadap kehamilan: Selama kehamilan, dibutuhkan transfer

asam askorbat dalam jumlah yang cukup ke janin, oleh karena itu The

Page 32: Makala h

RDA yang dianjurkan oleh NAS untuk wanita hamil usia 14-18 atau 19-50

tahun adalah 80 atau 85 mg perhari.

Asam askorbat dapat melewati plasenta dan juga terdistribusi ke dalam

ASI.

Pengaruh terhadap anak: Hemolisis telah dihubungkan dengan pemberian

asam askorbat pada neonatus dengan defisiensi glucose-6-phosphate

dehydrogenasedan sebaliknya pada neonatus prematur normal.

3.4.3 Tinjauan Teknologi farmasi

Bentuk sediaan yang digunakan: tablet. Dalam pembuantan tablet vitamin

C dibuat dengan cara catak langsung. Bentuk tablet dipilih karena obat ini akan

digunakan pasien dirumah, dan tablet merupakan bentuk sediaan yang sudah biasa

digunakan semua orang, jadi pasien lebih mudah dalam penggunaannya. Dalam

proses pembuatannya dibuat dengan cara cetak langsung dikarenakan vitamin C

tidak tahan panas dan vitamin C memiliki sifat alir yang baik sehingga metode

cetak langsung bisa dipakai.

1.5 Deksametason (C22H29FO5)

3.5.1 Tinjauan Kimia Farmasi

Deksamethason mengandung tidak kurang dari 47% dan tidak lebih dari

102% C22H29FO5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.BM 342,47

Pemerian serbuk hablur, putih sampai praktis putih; tidak berbau; stabil di

udara. Melebur pada suhu lebih kurang 2500 disertai peruraian.

Kelarutan. Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton,

dalam etanol, dalam dioksan dan metanol; sukar larut dalam kloroform;

sangat sukar larut dalam eter

Identifikasi

Page 33: Makala h

a. Analisa kualitatif

i. Spketrum serapan inframerah

ii. Spekrum serapan ultraviolet

iii. KLT

b. Analisa kuantitatif (Penetapan Kadar)

Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi

3.5.2 Tinjauan farmakologi

A. Farmakokinetik

Pemberian oral : absorpsi cepat, efek puncak tercapai dalam 1-2 jam. Onset

dan durasi bentuk injeksi berkisar 2 hari-3 minggu, tergantung cara

pemberian (IA atau IM dan tergantung luasnya suplai darah pada tempat

tersebut. Mengalami metabolisme di hati menjadi bentuk inaktif. Waktu

paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal adalah 1,8-3,5 jam. Ekskresi:

dikeluarkan melalui urin dan feses.

B. farmakodinamik

a) Indikasi: Antialergi dan Obat untuk Antifilaksis

b) Kontraindikasi:Hipersensitif terhadap deksametason atau komponen lain

dalam formulasi; infeksi jamur sistemik, cerebral malaria; jamur, atau

penggunaan pada mata dengan infeksi virus (active ocular herpes

simplex).

Pemberian kortikosteroid sistemik dapat memperparah sindroma

Cushing.Pemberian kortikosteroid sistemik jangka panjang atau absorpsi

sistemik dari preparat topikal dapat menekan hypothalamic-pituitary-

adrenal (HPA) dan atau manifestasi sindroma Cushing pada beberapa

pasien.Namun risiko penekanan HPA pada penggunaan deksametason

topikal sangat rendah.

Insufisiensi adrenal akut dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan

sistemik dihentikan mendadak.

c) Efek samping :

Page 34: Makala h

Kardiovaskuler: Aritmia, bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, CHF,

kolaps sirkulasi, edema, hipertensi. Susunan saraf pusat: Depresi,

instabilitas emosional, euforia, sakit kepala, peningkatan tekanan

intracranial, insomnia, malaise, neuritis, pseudotumor cerebri, perubahan

psikis, kejang, vertigo.

Dermatologis:Akne, dermatitis alergi, alopecia, angioedema, kulit kering,

erythema, kulit pecah-pecah,hiper-/hipopigmentasi, hypertrichosis.

d) Stabilitas dan Penyimpanan

Larutan Injeksi: Simpan dalam temperatur ruang; hindari dari cahaya dan

penyimpanan beku. Stabilitas injeksi setelah dicampur pelarut adalah 24

jam pada suhu 25°C, sedang dalam refrigrator (4°C) : 2 hari.

3.5.3 Tinjauan Teknologi farmasi

Bentuk sediaan yang digunakan : Injeksi, Injeksi merupakan suatu sediaan

untuk menghasilkan efek yang cepat dan mendapatkan kadar obat didalam darah

hampir 100% dari jumlah zat pada sediaan.

3.6. Insulin

3.6.1 Tinjauan Fisikokimia

Insulin merupakan polipeptida dengan BM kira-kira 6000. Polipeptida ini

terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari dari 21

Page 35: Makala h

asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asan amino dan kedua rantai terdapat 2

jembatan disulfide.

Identifikasi:

a. Analisa kualitatif

Reaksi xantoprotein:

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan

protein.Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi

kuning apabila dipanaskan.Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena

yang terdapat pada molekul protein.Reaksi ini positif untuk protein yang

mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.

Reaksi Hopkins-Cole

Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan

pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat.Pereaksi ini dibuat

dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air.Setelah dicampur

dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan-lahan

sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein. Beberapa saat

kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut.

Reaksi Millon

Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.

Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan

endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada

dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa

merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna.

b. Analisa kuantitatif

Metode Kjeldahl

Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total

pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel

didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai

sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan alkali

dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam

larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.

Page 36: Makala h

Metode Spektrofotometri UV

Asam amino penyusun protein diantaranya adalah triptofan, tirosin dan

fenilalanin yang mempunyai gugus aromatik. Triptofan mempunyai absorbsi

maksimum pada 280 nm, sedang untuk tirosin mempunyai absorbsi

maksimum pada 278 nm.Fenilalanin menyerap sinar kurang kuat dan pada

panjang gelombang lebih pendek.Absorpsi sinar pada 280 nm dapat

digunakan untuk estimasi konsentrasi protein dalam larutan.Supaya hasilnya

lebih teliti perlu dikoreksi kemungkinan adanya asam nukleat dengan

pengukuran absorpsi pada 260 nm.Pengukuran pada 260 nm untuk melihat

kemungkinan kontaminasi oleh asam nukleat.Rasio absorpsi 280/260

menentukan faktor koreksi yang ada dalam suatu tabel.

Kadar protein mg/ml = A280 x faktor koreksi x pengenceran

Kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada kromatografi.

Serapan cahaya, serapan larutan 0,05 % dalam asam klorida 0,01 N

menunjukkan maksimum pada 276 nm.

Insulin diekstraksi dari pancreas babi atau sapi berupa kristal putih tidak

berbau. Kristal ini tidak larut dalam pH netral tetapi larut dalam asam mineral

encer atau alkali.

Proses yang dapat menghilangkan aktivitas insulin:

esterifikasi asam karboksilat

oksidasi atau reduksi gugus disulfida

pengrusakan oleh enzim proteolitik misalnya pepsin

modifikasi pada gugus amino bebas atau gugus hidroksil alifatik

stabilitas dan penyimpanan

Sediaan Insulin dalam cairan harus disimpan dalam kondisi dingin atau di

dalam frezer ( 2° sampai 8°), dan sediaan insulin harus dilindungi dari cahaya

matahari langsung.

Page 37: Makala h

3.6.2 Tinjauan Farmakologi

A. Farmakokinetik

Insulin tidak berefek jika diberikan dalam sediaan oral karena insulin akan

rusak karena pengaruh asam lambung, insulin memiliki t1/2 yang pendek, injeksi

intra muscular diberikan pada bagian abdomen karena absorbsinya lebih cepat

dibandingkan melalui tangan. Absorbsi insulin akan meningkat dengan

meningkatnya aktifitas. Insulin dimetabolisme di hati dan diekskresikan melalui

urin dalam jumlah yang sedikit. Pemberian secara intra muskular lebih cepat

absorbsinya dibandingkan pemberian secara subcutan

B. Farmakodinamik

Efek kerja insulin yang sudah sangat dikenal adalah membantu transpor

glukosa dari darah ke dalam sel. Kekurangan insulin menyebabkan glukosa darah

tidak dapat atau terhambat masuk ke dalam sel. Akibatnya, glukosa darah akan

meningkat,

dan sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi sehingga tidak

dapat memproduksi energi sebagaimana seharusnya.

Disamping fungsinya membantu transpor glukosa masuk ke dalam sel,

insulin mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap metabolisme, baik

metabolisme karbohidrat dan lipid, maupun metabolisme protein dan mineral.

Insulin akan meningkatkan lipogenesis, menekan lipolisis, serta meningkatkan

transport asam amino masuk ke dalam sel. Insulin juga mempunyai peran dalam

modulasi transkripsi, sintesis DNA dan replikasi sel. Itu sebabnya, gangguan

fungsi insulin dapat menyebabkan pengaruh negatif dan komplikasi yang sangat

luas pada berbagai organ dan jaringan tubuh

3.6.3 Tinjauan Teknologi Farmasi

Insulin dibuat dalam bentuk injeksi intra muskuler, pemilihan bentuk

sediaan ini dikarenakan insulin memiliki T ½ yang pendek sehingga memerluakan

bentuk sediaan yang bisa diabsorbsi dengan cepat. Dan juga insulin mudah

dirusak oleh asam lambung bila diberikan dalam bentuk oral.