MAJALAH_Achmad_135070209111049

14
PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI DALAM MENGHAMBAT KETEBALAN DINDING PEMBULUH DARAH AORTA PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus Strain Wistar) DENGAN DIET TINGGI LEMAK Danik Agustin Purwantiningrum*, Yulian Wiji Utami**, Achmad*** ABSTRAK Aterosklerosis merupakan penyakit kronik yang kompleks akibat adanya penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah. Penumpukan total kolesterol dan LDL dalam jangka waktu lama dapat membentuk plak sehingga dapat meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah. Flavonoid, isoflavon, vitamin C dan vitamin E yang terkandung dalam susu kedelai berperan dalam menghambat oksidasi lemak terutama untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan diet tinggi lemak. Penelitian true Experimental Laboratoric dengan metode Control Group Test Design ini menggunakan sampel tikus putih yang dipelihara di Laboratorium Faal FKUB. Penelitian sampel dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan jumlah sampel total sebanyak 25 tikus putih. Hasil analisis statistik menggunakan One Way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok, namun hasil analisis deskriptif menunjukkan kecenderungan adanya penurunan ketebalan dinding pembuluh darah aorta dengan meningkatnya dosis susu kedelai. Kata kunci: Susu Kedelai, Ketebalan Dinding Aorta, Diet Tinggi Lemak. ABSTRACT Atherosclerosis is a complex chronic disease characterized by the accumulation of lipids within arterial walls. Accumulation of total cholesterol and LDL in the long term can form plaques that can increase the thickness of the walls of blood vessels. Flavonoids, isoflavones, vitamin C and vitamin E contained in soy milk play a role in inhibiting the oxidation of fats, especially to inhibit the oxidation of LDL cholesterol in the blood. The aim of study was to determine the effect of soy milk to the thickness of aortic wall of white rat with high fatty diet. This true experimental laboratoric study using control group post test design performed in white rat that placed in Physiology laboratory Medical Faculty of Brawijaya University. Sampling was carried out by completely random sampling with 25 rats for total sample. The results of statistical analysis using One Way ANOVA showed no significant differences between groups, but the results of the descriptive analysis showed a tendency to decrease the thickness of the vessel wall of the aorta with increasing doses of milk soybeans.

description

Maja

Transcript of MAJALAH_Achmad_135070209111049

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI DALAM MENGHAMBAT KETEBALAN DINDING PEMBULUH DARAH AORTA PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus Strain Wistar) DENGAN DIET TINGGI LEMAKDanik Agustin Purwantiningrum*, Yulian Wiji Utami**, Achmad***ABSTRAKAterosklerosis merupakan penyakit kronik yang kompleks akibat adanya penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah. Penumpukan total kolesterol dan LDL dalam jangka waktu lama dapat membentuk plak sehingga dapat meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah. Flavonoid, isoflavon, vitamin C dan vitamin E yang terkandung dalam susu kedelai berperan dalam menghambat oksidasi lemak terutama untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan diet tinggi lemak. Penelitian true Experimental Laboratoric dengan metode Control Group Test Design ini menggunakan sampel tikus putih yang dipelihara di Laboratorium Faal FKUB. Penelitian sampel dilakukan menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan jumlah sampel total sebanyak 25 tikus putih. Hasil analisis statistik menggunakan One Way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok, namun hasil analisis deskriptif menunjukkan kecenderungan adanya penurunan ketebalan dinding pembuluh darah aorta dengan meningkatnya dosis susu kedelai.Kata kunci: Susu Kedelai, Ketebalan Dinding Aorta, Diet Tinggi Lemak.ABSTRACTAtherosclerosis is a complex chronic disease characterized by the accumulation of lipids within arterial walls. Accumulation of total cholesterol and LDL in the long term can form plaques that can increase the thickness of the walls of blood vessels. Flavonoids,isoflavones,vitamin C and vitamin E contained in soy milk play a role in inhibiting the oxidation of fats, especially to inhibit the oxidation of LDL cholesterol in the blood. The aim of study was to determine the effect of soy milk to the thickness of aortic wall of white rat with high fatty diet. This true experimental laboratoric study using control group post test design performed in white rat that placed in Physiology laboratory Medical Faculty of Brawijaya University. Sampling was carried out by completely random sampling with 25 rats for total sample. The results of statistical analysis using One Way ANOVA showed no significant differences between groups, but the results of the descriptive analysis showed a tendency to decrease the thickness of the vessel wall of the aorta with increasing doses of milk soybeans.

Keywords: Soy Milk, Intima Media Thickness, High Fat Diet.* Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

** Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.*** Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.PENDAHULUAN

Pada tahun 2007 jumlah kematian secara global yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler mencapai 13,4 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 23,6 juta pada tahun 2030. Peningkatan tertinggi akan terjadi di daerah Asia Tenggara1. Di Indonesia2, stroke, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit jantung iskemik meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian. Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada negara maju maupun negara berkembang. Era globalisasi dan teknologi yang semakin maju membuat aktivitas manusia menjadi semakin mudah sehingga segala sesuatunya berlangsung secara instan, tak terkecuali dengan pola hidupnya. Penjagaan pola makan yang buruk dan banyaknya faktor resiko lain yang muncul meningkatkan kerentanan terhadap timbulnya penyakit kardiovaskuler3.Hiperlipidemia dan faktor diet merupakan penyebab utama meningkatnya insiden penyakit kardiovaskuler. Perubahan pola konsumsi masyarakat yang cenderung memakan makanan berlemak membuat insiden penyakit kardiovaskuler meningkat dengan tajam. Salah satu jenis makanan berlemak yang sering dikonsumsi masyarakat adalah lemak hewani. Lemak hewani mengandung asam lemak jenuh dengan kadar yang tinggi. Asam lemak jenuh dalam tubuh cenderung menaikkan kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) darah4. Low-density lipoprotein adalah salah satu lipoprotein dalam tubuh yang berfungsi mengangkut kolesterol dari liver ke seluruh tubuh. Perubahan paling awal aterosklerosis adalah penebalan difus tunika intima dan tunika media dengan perubahan ekhogenitas sepanjang permukaan dinding pembuluh darah. Proses aterosklerosis sendiri ditandai dengan peningkatan ketebalan intima media. Penebalan aorta disebabkan oleh endapan lemak dan kolesterol, proliferasi sel otot polos dan formasi matrik jaringan penghubung (kolagen, serat elastin dan jaringan ikat fibroblast) pada tunika intima dan media atau media pada dinding aorta5.Lesi aterosklerosis dapat menyebabkan stenosis yang berpotensi menjadi iskemik pada bagian distal pembuluh darah atau memicu oklusi pada arteri-arteri besar. Hal inilah yang memicu komplikasi berbagai macam penyakit kardiovaskuler yang mematikan6. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan sintetis terhadap suatu penyakit pada umumnya memiliki efek samping yang tidak diinginkan7. Oleh karena itu, untuk mengurangi efek samping yang ditimbulkan, pencegahan aterosklerosis lebih baik apabila ditemukan cara untuk mengurangi resiko terbentuknya sel busa (foam cell) dengan menggunakan bahan-bahan alami, karena bahan yang berasal dari alam terbukti secara ilmiah memberikan manfaat dalam pencegahan atau pengobatan penyakit yang pada umumnya sedikit menyebabkan efek samping negatif dan aman digunakan untuk manusia8.Susu kedelai adalah hasil ekstraksi oleh air, susu kedelai memiliki kandungan gizi selain sebagai sumber protein, lemak kedelai juga mengandung karbohidrat, kalsium fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2 dan kandungan polifenol. Salah satu kandungan polifenol adalah flavonoid. Flavonoid sangat efektif untuk digunakan sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit kardiovaskuler dengan cara menurunkan laju oksidasi lemak. Flavonoid memiliki fungsi menghambat pembentukan plak aterosklerosis dengan meningkatkan sintesis HDL (high-density lipoprotein) tubuh dan juga sebagai9. Senyawa isoflavon (genistein dan deidzein) pada kacang kedelai bermanfaat dalam mencegah oksidasi partikel lipid dan menurunkan resiko terjadinya aterosklerosis. Isoflavon mempunyai kemampuan sebagai antioksidan yang dapat menetralkan senyawa radikal bebas. Protein kedelai dan isoflavon dapat melindungi tubuh dari kerusakan radikal, meningkatkan sistem kekebalan, menurunkan resiko pengerasan arteri, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Kedelai mengandung antioksidan yang dapat memperbaiki tekanan darah dan meningkatkan kesehatan pembuluh darah10.Berdasarkan penelitian tersebut dan uraian kandungan flavonoid pada susu kedelai yang dapat mengendalikan kadar kolesterol dalam darah sehingga dapat mencegah pembentukan plak serta menghambat peningkatan ketebalan pembuluh darah, peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih yang mengalami aterosklerosis.METODEDesain penelitian true experimental dilakukan secara in vivo. Sampel penelitian Tikus Rattus norvegicus strain wistar berumur 12 minggu dengan berat 150 gram. Total sampel 25 tikus, dibagi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif dengan diet normal, kelompok kontrol positif dengan diet tinggi lemak, kelompok perlakuan dengan diet tinggi lemak dan susu kedelai 3 variasi dosis 0,81, 1,62 dan 3,24 gram. Perlakuan selama 90 hari dan 14 hari aklimatisasi. Setelah perlakuan, tikus yang akan dibedah dianastesi terlebih dahulu dengan cara dimasukkan ke dalam kotak tertutup yang di dalamnya terdapat kapas yang diberi eter. Tikus dibiarkan lemas, kemudian dibedah dan diambil organ pembuluh aorta dan dibersihkan dengan Phospat Buffer Saline (PBS), lalu disimpan dilemari es (freezer) pada suhu 200C. setelah itu organ dipotong dengan cryostat section sepanjang 0,1 m. potongan difiksasi dengan formalin 10% selama 10 menit kemudian dibuat sediaan histopatologi (preparat) dengan pewarnaan HE (Hematoxylen Eosin)11.HASIL PENELITIANHasil penelitian ini disajikan dalam bentuk grafik dan tabel meliputi data peningkatan berat badan, intake pakan dan rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aortaTabel 1. Peningkatan Berat BadanKelompokBB Awal (gr)BB Akhir (gr) (gr)

K (-)157,5322,7165,2

K (+)175,8367,3191,5

P1173,7373,7200

P2147,5323,2175,7

P3190,5412,2221,7

Gambar 1. Grafik Perubahan Berat Badan

Keterangan :

K(-) : Tikus yang diberi diet normalK(+) : Tikus yang diberi diet tinggi lemakP1: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 0,81 gr/3mlP2 :Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 1,62 gr/3mlP3: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 3,24 gr/3mlDapat dilihat terjadi peningkatan rata rata berat badan pada semua kelompok. Perubahan berat badan akhir tikus yang mendapat diet normal 212,75 gram, tikus kontrol positif yang diberi diet tinggi lemak memiliki kenaikan rata-rata berat badan lebih tinggi dari diet normal yaitu 244,875 gram. Tikus perlakuan dosis 1 (P1) memiliki rata-rata kenaikan berat badan lebih tinggi dari tikus kelompok kontrol positif yaitu 257,8 gram, tikus kelompok perlakuan dosis 2 (P2) memilki rata-rata kenaikan berat badan paling rendah diantara kelompok yang lain yang di beri diet tinggi lemak yaitu 200,75 gram. Tikus kelompok perlakuan dosis 3 (P3) memiliki rata-rata kenaikan berat badan paling tinggi dibandingkan kelompok yang lain yaitu 289,5 gram.Gambar 2. Grafik Intake Pakan Tikus Selama 90 Hari

Keterangan :

K(-) : Tikus yang diberi diet normalK(+) : Tikus yang diberi diet tinggi lemakP1: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 0,81 gr/3mlP2 :Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 1,62 gr/3mlP3: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 3,24 gr/3mlDari grafik diatas dapat dilihat bahwa rata-rata intake pakan selama 90 hari pada kelompok kontrol negatif atau kelompok dengan diet normal yaitu 23,76 gram/hari. Untuk kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan yang diberikan diet tinggi lemak rata-rata asupan pakan perhari selama 90 hari hampir sama pada tiap kelompok. Kelompok kontrol positif 12,04 gram/hari, kelompok perlakuan dosis 1 12,8 gram/hari, kelompok perlakuan dosis 2 12,62 gram/hari dan kelompok perlakuan dosis 3 13,2 gram/hari, kelompok ini merupakan kelompok dengan intake diet tiggi lemak paling tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain.Gambar 3. Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Dengan Diet NormalPada gambar 3 dapat dilihat hanya sedikit penebalan dinding pembuluh darah aorta pada kelompok kontrol negatif K(-). Kelompok kontrol negatif adalah kelompok tikus yang diberi diet normal saja selama 90 hari. Pada kelompok tersebut ditemukan ketebalan dinding pembuluh darah aorta dengan jumlah rerata ketebalan rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan dosis 1 (P1) dan dosis 3 (P3). Rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada kontrol negatif K(-) adalah 138.1722.6 m.

Gambar 3 Zona Pengukuran Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta K(-)Gambar 4. Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Dengan Diet Tinggi LemakPada kelompok kontrol positif K(+) yaitu kelompok yang mendapat diet tinggi lemak selama 90 hari tanpa susu kedelai. Pada gambar 5.4 dapat dilihat penebalan dinding pembuluh darah aorta. Rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta kelompok tikus dengan pemberian diet tinggi lemak K(+) memiliki rerata ketebalan aorta 185.9719.5 m yang menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan kelompok lain, yang mengindikasikan bahwa diet tinggi lemak berhasil meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada kelompok perlakuan kontrol positif.

Gambar 4 Zona Pengukuran Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta K(+)Gambar 5. Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Kelompok Perlakuan Dosis I (P1)

Pada kelompok perlakuan dosis I (P1), yaitu kelompok yang mendapat diet tinggi lemak selama 90 hari ditambah dengan susu kedelai dengan dosis 0,81 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest. Didapatkan rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta 170.6034.7 m. Pada gambar 5.5 dapat dilihat ada penurunan nilai rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

Gambar 5 Zona Pengukuran Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta (P1)Gambar 6. Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Kelompok Perlakuan Dosis II (P2)

Pada kelompok perlakuan dosis II (P2), yaitu kelompok yang mendapat diet tinggi lemak selama 90 hari ditambah dengan susu kedelai dengan dosis 1,62 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest. Pada gambar 5.6 diperoleh rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta 132.5135.2 m yang merupakan nilai rerata terendah dari semua kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa dosis susu kedelai 1,62 mg/ml/hari paling efektif menurunkan ketebalan aorta tikus dengan diet tinggi lemak. Pada gambar 5.6 dapat dilihat ada penurunan nilai rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta jika dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan dosis I dan dosis III.

Gambar 6 Zona Pengukuran Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta (P2)Gambar 7. Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Kelompok Perlakuan Dosis III (P3)Pada kelompok perlakuan 3 (P3), yaitu kelompok yang mendapat diet tinggi lemak selama 90 hari ditambah dengan susu kedelai dengan dosis 3,24 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest. Pada gambar 5.7 diperoleh nilai rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta 141.1823.8 m dan dilihat terdapat ketebalan dinding pembuluh darah aorta yang lebih besar nilai reratanya dibandingkan dengan kelompok perlakuan dosis II (P2).

Gambar 7 Zona Pengukuran Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta (P3)Gambar 8. Rata-Rata Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Percobaan

Keterangan :

K(-) : Tikus yang diberi diet normalK(+) : Tikus yang diberi diet tinggi lemakP1: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 0,81 gr/3mlP2 :Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 1,62 gr/3mlP3: Tikus yang diberi diet tinggi lemak dan susu kedelai dosis 3,24 gr/3mlBerdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa data rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta kelompok tikus dengan pemberian diet tinggi lemak K(+) memiliki rerata ketebalan aorta 185.9719.5 m yang menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan kelompok lain, yang mengindikasikan bahwa diet tinggi lemak berhasil meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada kelompok perlakuan kontrol positif. Sebaliknya pada pemberian diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 1,62 mg/ml/hari (P2) rerata ketebalnnya 132.5135.2 m yang merupakan nilai rerata terendah dari semua kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa dosis susu kedelai 1,62 mg/ml/hari paling efektif menurunkan ketebalan aorta tikus dengan diet tinggi lemak. Sedangkan pada kelompok dengan diet normal K(-), Kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 0,81 mg/ml/hari (P1) dan Kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 3,24 mg/ml/hari (P3) berturut-turut rerata ketebalan dinding pembuluh darah aortanya yaitu; 138.1722.6 m, 170.6034.7 m dan 141.1823.8 m.Sebelum melakukan analisis data menggunakan uji parametrik yaitu uji One Way ANOVA, diperlukan pemenuhan atas beberapa asumsi data, yaitu data yang mempunyai persebaran atau distribusi normal dan ragam homogen. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap data ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus perlakuan didapatkan p-value sebesar 0.200 > (0,05) yang menunjukkan data berdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan uji Levene didapatkan hasil penghitungan ketebalan dinding pembuluh darah aorta p-value sebesar 0.641 > (0,05) yang menunjukkan data memiliki keseragaman yang homogen. Syarat untuk melakukan uji One Way ANOVA telah terpenuhi yaitu data tersebar normal dan homogen sehingga dapat dilakukan uji One Way ANOVA.Berdasarkan uji statistik One Way ANOVA dari rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus sampel didapatkan hasil p-value 0.063 > (0,05), yang artinya bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok sampel. Tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai tidak memberi pengaruh yang signifikan dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta. Selanjutnya dengan melihat hasil analisis yang tidak signifikan maka tidak dilakukan lagi uji Post-Hoc Tukey.PEMBAHASANKetebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Dengan Diet Normal

Hasil pengukuran ketebalan dinding pembuluh darah aorta dari kelompok negatif adalah K(-)138.1722.6 m. Dari analisis statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan antara kelompok kontrol negatif K(-) dengan kelompok kontrol positif K(+) dan kelompok perlakuan (P1 dan P3). Tetapi tidak terdapat perbedaan yang besar dengan kelompok perlakuan dosis 2 (P2). Ketebalan dinding pembuluh darah aorta hanya sedikit pada kelompok negatif karena pada kelompok K(-) tidak diberikan diet tinggi lemak tetapi hanya diberi diet normal saja. Karena asupan makanan yang tidak mengandung banyak lemak, tidak terjadi hiperkolesterolemia dan proses aterosklerosis, sehingga jumlah foam cell yang terbentuk tidak sebanyak pada kelompok yang diberi diet tinggi lemak. Dalam keadaan normal radikal bebas tetap dihasilkan secara fisiologis namun dapat dinetralkan oleh antioksidan endogen (super oksidan dismutase, katalase dengan glutation peroksidase) sehingga pembentukan radikal bebas yang baru dapat dicegah dan radikal bebas yang ada diubah, sehingga dapat mengurangi efek negatif radikal terhadap oksidasi LDL yang akan menyebabkan terbentuknya foam cell5.Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Dengan Diet Tinggi Lemak

Dalam penelitian ini dapat dilihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompk kontrol positif dengan kelompok perlakuan dosis 3. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan rerata intake pakan terendah terdapat pada kelompok kontrol positif K(+) 12,04 gram/hari sedangkan yang tertinggi diantara kelompok perlakuan terdapat pada kelompok perlakuan dosis 3 (P3) 13,2 gram/hari kemudian diikuti oleh kelompok perlakuan dosis 1 (P1) 12,8 gram/hari dan kelompok perlakuan dosis 2 (P2) 12,62 gram/ hari. Namun rerata intake pakan yang menunjukkan angka tertinggi terdapat pada kelompok kontrol negatif K(-) yaitu 23,76 gram/hari.Berdasarkan hasil penghitungan ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus diketahui bahwa rerata nilai ketebalan dinding pembuluh darah aorta tertinggi terdapat pada kelompok diet tinggi lemak tanpa susu kedelai K(+) yaitu 185.97 m sedangkan rerata nilai ketebalan dinding pembuluh darah aorta terendah terdapat pada kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 1,62 mg/ml/hari yaitu 132.51 m yang mendekati nilai kelompok diet normal yaitu 138.17 m.Ketebalan Dinding Pembuluh Darah Aorta Pada Tikus Kelompok Perlakuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian susu kedelai dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih (Rattus Norvegicus Strain Wistar) dengan diet tinggi lemak.

Penghitungan ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus menggunakan software Scan Dot Slide dengan pembesaran 400x (okuler 10x, obyektif 40x). Kemudian dihitung ketebalan dinding pembuluh darah aorta dari tunika media sampai tunika adventisia pada 8 zona lapang pandang (arah jam 12.00, 13.30, 15.00, 16.30, 18.00, 19.30, 21.00, dan 22.30) dengan pengukuran manual setelah sebelumnya diambil dari tikus segera setelah di matikan yang kemudian dibuat preparat histopatologinya. Dalam pengukuran ketebalan dinding pembuluh darah aorta ini tidak ditemukan kendala yang berarti. Jadi, tingkat kesalahan pengukuran sangat minimal.

Berdasarkan hasil penghitungan ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus diketahui bahwa rerata nilai ketebalan dinding pembuluh darah aorta tertinggi terdapat pada kelompok diet tinggi lemak tanpa susu kedelai K(+) yaitu 185.97 m sedangkan rerata nilai ketebalan aorta terendah terdapat pada kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 1,62 mg/ml/hari (P2) yaitu 132.51 m. Hal ini menunjukkan bahwa dosis susu kedelai 1,62 mg/ml/hari paling efektif menurunkan ketebalan aorta tikus dengan diet tinggi lemak. Sedangkan pada kelompok dengan diet normal K(-), Kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 0,81 mg/ml/hari (P1) dan Kelompok diet tinggi lemak yang diberi susu kedelai 3,24 mg/ml/hari (P3) berturut-turut rerata ketebalan dinding pembuluh darah aortanya yaitu; 138.17 m, 170.60 m dan 141.18 m. Rerata ketebalan dinding pembuluh darah aorta kelompok perlakuan dosis 3 (P3) menunjukkan nilai rerata yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok perlakuan dosis 2 (P2). Hal ini dimungkinkan karena peningkatan berat badan kelompok perlakuan dosis 3 (P3) itu paling tinggi dibandingkan kelompok perlakuan lain sehingga diduga proses dislipidemia pada kelompok perlakuan dosis 3 (P3) lebih massif dibandingkan kelompok perlakuan lain sehingga dapat mempengaruhi ketebalan dinding pembuluh darah aorta.Hasil uji statistik tentang pengaruh pemberian susu kedelai dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan menggunakan One Way ANOVA, didapatkan hasil p-value 0.063 > (0,05) yang artinya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok, namun hasil analisis deskriptif menunjukkan kecenderungan adanya penurunan ketebalan dinding pembuluh darah aorta dengan meningkatnya susu kedelai. Terutama pada kelompok perlakuan dosis 2 (P2).

Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi lemak selama 90 hari mampu meningkatkan ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus wistar secara bermakna dan pemberian susu kedelai dalam berbagai dosis tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Faktor lain yang mempengaruhi pakan diet tinggi lemak yaitu kandungan lain dalam susu kedelai seperti vitamin E yang menstimulasi estrogen dan meningkatkan kolesterol.KESIMPULAN1. Pemberian susu kedelai menunjukkan kecenderungan untuk mempengaruhi penurunan ketebalan dinding pembuluh darah aorta.2. Ketebalan dinding pembuluh darah aorta yang paling tinggi adalah pada kelompok kontrol positif K(+) yaitu 185.97 19.5 m, kemudian diikuti kelompok perlakuan dosis I (P1) 170.60 34.7 m, lalu kelompok perlakuan dosis III (P3) 141.18 23.8 m, selanjutnya diikuti kelompok perlakuan negatif K(-) 138.17 22.6 m dan ketebalan dinding pembuluh darah aorta yang paling rendah adalah pada kelompok perlakuan dosis II (P2) yaitu 132.51 35.2 m.3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata ketebalan dinding pembuluh darah aorta pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) pada kelompok diet normal K(-) dengan kelompok diet tinggi lemak K(+), kelompok diet tinggi lemak yang diberikan susu kedelai dosis I (P1) (0,81 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest), dosis II (P2) (1,62 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest) dan dosis III (P3) (3,24 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest). Tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok, namun hasil analisis deskriptif menunjukkan kecenderungan adanya penurunan ketebalan dinding pembuluh darah aorta dengan meningkatnya susu kedelai. Terutama pada kelompok perlakuan dosis 2 (P2).SARANPenelitian ini telah menunjukkan bahwa pemberian susu kedelai memiliki kecenderungan dalam menghambat ketebalan dinding pembuluh darah aorta tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) dengan meningkatnya dosis susu kedelai namun tidak signifikan. Maka untuk kajian selanjutnya di dalam mengetahui efek protektif yang lebih nyata sangat perlu dilakukan penelitian langsung pada manusia dan perlu dilakukan cara untuk mengendalikan faktor lain yang terkandung didalam susu kedelai.DAFTAR PUSTAKA1. WHO. 2007. The Atlas of Heart Disease and Stroke (online). http://www.who.int.cardiovascular_diseases/resources/atlas/en/ diakses 20 Agustus 2014.2. RISKESDAS. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Jakarta.3. Himapid, 2008. Epidemiologi PJK, (online) http..himapid.blogspot.com/2008/10/penyakit-kardiovaskuler-oks: terutama html, diakses 29 Agustus 2014).4. Triyanto, B.J. 2009. Hubungan Antara Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Status Gizi Pada penderita jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD dr. Moewardi Surakarta. Tugas Akhir. Program Studi Diploma III Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.5. Abdelhalim, Mohamed dan Al-Ayed, Mohamed. Effect of High Cholesterol and Saturated Fat Diet on the Aortic Wall Structure of New Zealand White Male Rabbits. Saudi Journal of Biological Sciense 14(2) 227-2366. Insul, W. 2008. The Pathology of Atherosclerosis: Plaque Development and Plaque Responses to Medical Treatment, American journal of medicine S4-S14.7. Anwar, T.B. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner., E-USU Repository Universitas Sumatera, hal. 2.8. Dalimarta, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, Pustaka Bunda, Jakarta.

9. Girija, K., Lakhsman, K., Udaya, C.P, 2011. Hypolipidemic Effect of Amaranthus caudatus L. in triton WR-1339 induced hyperlipidemic Rats. Pharmacologyonline 1. 84-91.10. Ferlina, S., 2009. Khasiat susu kedelai. www.khasiatku.com. diakses pada 20 Agustus 2014.11. Berata IK, Arjana AAG, Sudira IW, Merdana IM, Budiasa IK, Oka IBM. Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih. Jurnal Veteriner, 2010, Vol. 11 No.4, pp. 232-237.