Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

56
MEMAHAMI BUMI INDONESIA -Dari Sabang Sampai Merauke-

description

Merupakan majalah Himpunan Teknik Geologi FT-UGM dan Departemen Teknik Geologi UGM. Tahun 2015, majalah ini memasuki edisi ke-tiga.

Transcript of Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Page 1: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

MEMAHAMI BUMIINDONESIA

-Dari Sabang Sampai Merauke-

Page 2: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

DAFTAR ISI

FOKUS

GUNUNG BAGINDE[Pesona Granit Raksasa di Selatan Belitung]

JALUR SESAR NAIK PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA

PESONA GRANIT di EKOR KALIMANTAN

______________5-14

5

7

9

SUNGAI KAPUAS[Kelok Kehidupan di Tanah Borneo]

15

______________15-16

INOVASI

TRANSFORMER JACOB[Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer]

KALSIT BERLAPIS DESA JARI[Prospekkah Menjadi Tambang Endapan Logam?]

MENGENAL LEBIH DEKAT BATUAN KARBONAT di BAYAT

______________17-22

17

19

21

INTERAKSI

MUTIARA YANG TERLUPAKAN DI UJUNG BARAT INDONESIA

EKSPEDISI RINJANI

SELAYANG PANDANG TANJUNG KELAYANG

______________23-33

31

23

33

DESA KANDANGSERANG[Perbukitan Lapuk dalam Kondisi Menyerang]

MENGEJAR MATAHARI di GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN

13

29

ORGANISASI ______________42-49

SPEInternational

Universitas Gadjah MadaSPE Student Chapter

R

PUNTHUK SETUMBU[Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga Purba]

27

GEOWISATA

GEOWISATA, Membumikan Warisan Geologi

______________34-38

37

AIR TERJUN NUNGNUNG[Sisi Lain Pesona Bali]

36

GEOPARK KALDERA TOBA35

39

SOSOK______________39-41

Rovicky Dwi Putrohari[Bincang Bersama Pakdhe Rovicky]

Page 3: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

DARI REDAKSIIndonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki

lebih dari 17.000 pulau. Pulau-pulau di Indonesia ini memiliki karakteristik morfologi yang berbeda-beda,

terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan. Indonesia juga merupakan negara

yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik

Hindia-Australia di bagian Selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur

Laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks, sehingga menjadikan

Indonesia kaya akan potensi sumber daya geologi.

Setiap daerah di Indonesia memiliki kondisi geologi yang khas dan menarik, misalnya saja terdapat

batuan granit di daerah Belitung dan Kalimantan, adanya gunungapi aktif di sekitar zona subduksi dan jalur

sesar naik di pegunungan tengah Papua. Keberagaman kondisi geologi di masing-masing ini menjadi tema

utama dalam Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga. Pembahasan mengenai informasi geologi, termasuk aspek lain

di berbagai daerah pada edisi ke-tiga ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat umum,

khususnya untuk mahasiswa Teknik Geologi. Dengan terbitnya majalah Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga

diharapkan pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang keindahan Indonesia dan kondisi geologinya

sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air.

M. Riyo HanafiEka Nofiana K.

PENASIHAT Dr. Sugeng Sapto S.

PEMBINA Dr. Agung Setianto

PENANGGUNGJAWAB Hafizhan Abidin S.

PEMIMPINUMUM Eka Nofiana K.

PEMIMPINREDAKSI M. Riyo Hanafi

EDITOR

Nadia Sekarlangit Mayang Pinasthi

Setia Prihatin M. Rivaldi Anwar P.

Nurul Yulanda S. Maghfira Abida

REDAKTUR

Rendy Defriza F. Ferralda Talitha Amir

Hafizh Fatah Nur A. Riefky Prajasa

Ilham Bayu Nur A. M. Rizki Sudirman

Josephine Karenina Yacobus Ekakrismi N.

Taufiq Bakhtiar M. Dwiki Satrio W.

Nico Andreas N. Rafael Kartika J. D.

Imadudin Yazid Ryan Syahputra

Winner Janis S. K. Egy Erzagian

M. Anzja C. I. Endah Sulistiani

DESAINDANLAYOUT

Ghaneswari Yugamaris Ganang Ikhwanushova

Radifan Tamjidi Imam Supriyadi

Fitra Annurhutami M. Rizki Legi H.

Rheva Dwiky Aditya M. Riyo Hanafi

ILUSTRATOR M. Zarfan Bimantoro

Ivy Nur Arinii

FOTOGRAFER Ramadhani Rindra Y.

IKLANDANPROMOSI Arvida Noviana

M. Firdaus Rafqi

PRODUKSI

Berli Sahala S. Luthfi Haritsah

Aldaka Wiguna Izzudin Fathan A.

M. Ilyasa Satyadharma Rr. Diny Putri

KONTRIBUTOR

M. Isnain Al-Rizki Yustisiana Tika H. Clorenda Donella

Sistien Adhaena Arjuna Lubis Yeftamikha

Bramantio Haryo K. M. Krisno M.. Putra Herianto

Kresna Kustrianugroho Luthfi Maulana H. Taslim Maulana

Departemen Teknologi Informasi dan Multimedia

Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UGM

Jalan Grafika No.2, Fakultas Teknik UGM,

Yogyakarta 55281

Email: [email protected]

Sampul Depan Rumah adat yang berkamu�lase dengan alam di

PegununganTengahPapua

Foto: Winner Janis S. Kambu

SampulBelakangPemandanganberhiaskanbatuan granit di daerah

perbatasanIndonesia-Malaysia

Foto: Egy Erzagian

Page 4: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Hil

angn

ya a

ir p

ada

bat

up

asir

kar

bon

atan

saa

t k

emar

au

men

yeb

abk

an f

enom

ena

mu

d cr

ack,

sed

angk

an b

atu

gam

pin

g fo

ram

inif

era

ters

ingk

ap d

enga

n k

okoh

.L

okas

i: P

olam

an, D

esa

Sen

dan

ghar

jo, K

ecam

atan

Kot

a B

lora

, B

lora

, Jaw

a T

enga

hF

oto:

Kw

an W

illi

am

Page 5: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Bat

uan

con

toh

set

anga

n p

ada

gam

bar

mer

up

akan

bat

up

asir

ku

arsa

, li

tolo

gi k

ha

s ya

ng

dit

emu

kan

pad

a F

orm

asi N

gray

ong,

Zon

a R

emb

ang.

Bat

uan

ini m

emil

iki p

oten

si s

ebag

ai r

eser

voar

un

tuk

min

yak

bu

mi.

Lok

asi:

Pol

aman

, Des

a S

end

angh

arjo

, Kec

amat

an K

ota

Blo

ra, B

lora

, Jaw

a T

enga

hF

oto:

Gh

anes

war

i Yu

gam

aris

Page 6: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Ken

amp

akan

Gu

nu

ng

Agu

ng

Lok

asi:

Ban

jar

Iseh

, Kec

. S

idem

en, K

ab. K

aran

gase

m, B

ali

Fot

o: M

uh

amm

ad R

iyo

Han

afi

Page 7: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Kawah, merupakan pusat kegiatan suatu gunungapi, biasanya berupa lubang di puncak. Bila muncul di lereng disebut kawah parasit. Garis tengah kawah bervariasi, antara puluhan meter hingga ratusan meter.Lokasi: Kawah Gunung Papandayan, Jawa BaratFoto: Yuli Nurjanah

Page 8: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Gunung Beginde, begitulah orang menyebut sepasang singkapan granit berukuran raksasa yang tinggi menjulang di Pulau Belitung ini. Walaupun oleh masyarakat disebut gunung, namun secara geomorfologi singkapan granit ini belum tepat bila disebut demikian karena hanya memiliki ketinggian hingga sekitar 120 m di atas permukaan laut. Situs ini merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Propinsi Bangka Belitung. Dari Tanjung Pandan, ibukota Kabupaten Belitung, situs ini berjarak sekitar 70 km ke arah selatan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 – 3 jam. Perjalanan menuju situs ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan mobil atau motor pribadi karena tidak ada kendaraan umum yang melewati situs tersebut.

Mendaki puncak Beginde

Seperti yang telah disebutkan, situs ini terdiri dari dua buah singkapan granit raksasa yang oleh masyarakat disebut sebagai Gunung Beginde Perempuan dan Gunung Beginde Laki-laki. Keduanya dari segi bentuk memiliki perbedaan yakni gunung laki-laki lebih tinggi dan memiliki puncak dengan geometri yang membulat, sedangkan gunung perempuan lebih pendek dengan puncak yang berbentuk lebih pipih. Dari kedua gunung tersebut, hanya Gunung Beginde Perempuan yang memiliki akses jalan dan dapat didaki, sedangkan gunung satunya hanya dapat dinaiki dengan memanjat tebingnya menggunakan peralatan wall climbing. Perjalanan menuju puncak Gunung Beginde Perempuan dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dengan dua tahapan perjalanan. Tahap pertama adalah berjalan menanjak melewati jalan setapak di tengah hutan dengan trek yang tidak berat namun cukup melelahkan bagi orang yang tidak terbiasa mendaki. Sepanjang perjalanan kita tidak a-

kan bosan karena melewati pepohonan yang rimbun dan indah, serta ditemani kicauan burung-burung liar. Tahap kedua adalah memanjat batu granit raksasa. Tahap yang cukup mendebarkan ini dilakukan dengan bantuan seutas tambang dan tangga buatan dari kayu yang telah tersedia di sana. Meskipun cukup mudah, kita tetap harus berhati hati serta fokus agar tidak tergelincir. Tiba di puncak, rasa lelah selama perjalanan akan sirna ketika kita disuguhi pemandangan yang sangat mempesona. Tengoklah berkeliling, hijaunya hamparan perkebunan sawit serta pepohonan hutan tergelar luas menyejukkan mata. Warna biru kehijauan dari laut menjadi batas kontras dengan warna hijau pepohonan tadi. Tambahan warna dari birunya langit yang berpadu dengan putihnya gumpalan awan, membuat pemandangan dari puncak batu ini begitu luar biasa. Adanya Gunung Beginde Laki-laki yang berdiri ko-koh menjulang diseberang juga menjadi daya tarik keindahan tersendiri yang sangat istimewa. Selain pemandangan, puncak Gunung Beginde juga menyajikan beberapa spot-spot unik. Pertama adalah adanya beberapa jejak kaki manusia berwarna putih seukuran telapak kaki orang dewasa, yang konon katanya merupakan jejak kaki Raja Belitung jaman dahulu kala. Selanjutnya ada genangan air tawar yang kadang ada kadang tidak, namun sering muncul walaupun tanpa adanya hujan di tempat ini. Air ini boleh diminum langsung oleh pengunjung yang ingin mencicipinya. Ada juga batu goyang, yaitu sebuah batu yang dapat digoyangkan dengan mudah dan berada di pinggir tebing yang hampir vertikal, namun tidak bisa dijatuhkan ataupun diangkat walaupun dilakukan oleh beberapa orang dewasa sekaligus.

“Pulau Belitung, negeri laskar pelangi, terkenal dengan obyek wisata pantai dengan granit-granit yang tersusun indah.

Keindahan granit tersebut tidak hanya dapat ditemukan di pantai,namun juga di 'Gunung'.”

Artikel: Imaduddin Yazid, Rafael Alexander K.J., dan Ryan Syahputra W.

Foto: Imaduddin Yazid.

FOKUS

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-5

Page 9: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Geologi Beginde

Secara regional , Pulau Bel i tung merupakan bagian dari Sundaland dan Tin Island yang memiliki batuan penciri berupa granit. Pada Peta Geologi Lembar Belitung, Gunung Beginde termasuk pada Formasi Adamelit Baginda. Umur mutlak formasi ini berdasarkan dating adalah sekitar 160-208 juta tahun. Formasi ini termasuk dalam granit tipe “I”, yang berarti tidak berpotensi sebagai tambang timah karena ketiadaan kandungan mineral kasiterit. Namun demikian, sebetulnya Gunung Beginde sangat berpotensi untuk ditambang granitnya karena volumenya yang luar biasa besar. Secara petrologi, Gunung Beginde tersusun atas granit t ipe adamelit . Bila dideskripsikan, batuan ini memiliki warna putih keabu-abuan, keseluruhan batuannya disusun oleh kristal (holokristralin), dengan ukuran kristal-kristal yang seragam (equigranular). Teksturnya porfiritik dengan butir yang berukuran kasar. Komposisi batuan ini antara lain adalah plagioklas, kuarsa, biotit, hornblenda, feldspar, dan oksida besi. Di tubuh granit Beginde, banyak ditemukan xenolith yang berwarna hitam. Xenolith ini menunjukkan batuan samping yang diintrusi oleh magma hancur dan bercampur namun tidak ikut meleleh sehingga terlihat seperti fragmen. Morfologi Gunung Beginde sangat unik, yakni situs ini terlihat seperti sebuah intrusi raksasa yang kemudian tersingkap. Dari morfologi yang unik tersebut, dapat diperkirakan proses morfogenesa yang mengontrol morfologinya adalah erosi. Singkapan ini diperkirakan terbentuk dari hasil intrusi magmatik bersifat asam yang selama melewati batuan samping terjadi proses partial melting yang mengubah sifat magma menjadi lebih felsik. Intrusi i-

ni kemudian mengalami pengangkatan, dan terjadilah proses denudasional yang menyebabkan batuan di sekitarnya yang tidak resisten mengalami proses erosi dan yang tersisa hanya intrusi granitnya yang resisten.

Lokasi sakral masyarakat Belitung

Masyarakat Belitung menganggap situs ini sebagai 'pasak'nya Pulau Belitung, sehingga masyarakat menyakralkannya. Konon ketika zaman penjajahan, Pulau Belitung aman dari bombardir penjajah dengan tidak tampak dari atas pesawat karena pulau ini dilindungi oleh kekuatan dari Gunung Beginde. Menurut penuturan masyarakat, sejak dahulu banyak pihak-pihak yang ingin menambang gunung ini karena merupakan granit dengan volume yang luar biasa besar, namun tidak ada yang berhasil melakukannya. Konon peralatan yang digunakan untuk menambang selalu rusak dan para pekerjanya selalu tertimpa musibah. Masyarakat percaya hal tersebut karena penunggu gunung tersebut tidak senang rumahnya diganggu dan dirusak. Setiap tahun, menjelang datangnya bulan Ramadhan, diadakan upacara penyucian diri di gunung ini. Semua masyarakat di desa tempat gunung ini berada wajib ikut, temasuk pendatang yang hanya singgah sementara. Orang yang tidak ikut upacara ini atau mengikutinya namun tidak dengan hikmat akan tertimpa musibah. Menurut penuturan warga, seorang mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN di desa tersebut di tahun 2013 ada yang kerasukan dan digentayangi banyak roh halus akibat tidak mengikuti upacara tersebut dengan hikmat.

Page 10: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

KONDISI GEOLOGI

Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Papua, yaitu Kraton Australia dan Kerak Pasifik. Kerak pertama, yaitu Kraton Asutralia yang mengalasi bagian selatan, sedangkan yang kedua merupakan Kerak Pasifik dan menjadi alas pantai utara (termasuk Teluk Cendrawasih, Dow, drr,. 1982). Daerah Badan Burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami perlipatan. Jalur ini disebut Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Geologi Papua dibedakan dalam tiga kelompok batuan penyusun utama yaitu :

1. Batuan Kraton Australia, tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf, dan berumur Paleozoikum akhir.

2. Batuan Lempeng Pasifik, tersusun oleh batuan ultrabasa, tuf, dan batuan sedimen laut yang berumur Jura.

3. Batuan campuran dari kedua lempeng.

Litologi pada Batuan Kraton Australia dan Batuan Lempeng Pasifik, termasuk batuan bentukan dari Oregen Melanesia. Batuan yang berasal dari Kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur Paleozoikum Akhir, secara selaras ditindih oleh Sedimen Paparan Mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda, batuan vulkanik, dan batuan metamorf hingga Tersier Akhir (Dow, dkk., 1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi utara dan Pegunungan Tengah.

JALUR SESAR NAIK NEW GUINEA (JSNNG)

JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (Jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan Badan Burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus ke arah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasi dari kerak benua. JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua. Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum, dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat, kelompok batuan ini terlipat kuat.Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m. Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya kompresi yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin yang curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overturned). Proses ini juga menghasilkan sesar naik yang bersudut lebar (reverse fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal Pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.

Artikel dan foto: Winner Janis S. Kambu

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-7

Page 11: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Foto ini salah satu bukti bahwa Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua.

Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT

ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.Foto tersebut juga menunjukan kenampakan Bentang Alam Karst. Kenampakan tersebut menunjukan telah terjadi

proses karstifikasi lanjut, ditandai dengan bentukan-bentukan tabular yang relatif meruncing. Kamera menghadap timur laut. Morfologi di sebelah timur berupa dataran berelief rendah, di sebelah selatan berupa

perbukitan karst yang memanjang dari arah timur ke barat.

Lokasi: Kampung Kurulu, Kabupaten Wamena, Papua.Waktu pengambilan foto: 12 Agustus 2013, Pukul 13:14:44

Pegunungan Kelabu merupakan salah satu bukti bahwa adanya keterlibatan Kraton Australia pada Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Batuan Kraton Australia tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf yang berumur Paleozoikum Akhir. Pada Pegunungan Kelabu, tampak dengan sangat jelas batuan metamorf dengan derajat sedang-tinggi. Sedangkan di sebelah timur berupa perbukitan berelief curam, di sebelah selatan berupa perbukitan berelief sedang-curam dengan litologi penyusunnya berupa batugamping (Kelompok Batugamping

Nugini dalam Peta Geologi Lembar Beoga – 3212 , Skala 1 : 250.000) sangat dominan. Pengaruh struktur sangat dominan pula dalam membentuk pegunungan di sekitar Pegunungan Kelabu.

Lokasi : Ilaga, Kabupaten Puncak, PapuaWaktu pengambilan foto: 3 Agustus 2014, Pukul 15:11:08

Page 12: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

“Hamparan fragmen granit di Pantai Temajuk yang berpadu dengan laut, pasir, dan langit saat senja”

Page 13: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Artikel dan foto: Egy Erzagian

Page 14: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Desa Temajuk, merupakan desa yang terletak di ekor Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Secara administratif, desa ini berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini merupakan garda terdepan bagi bangsa Indonesia dengan segala potensi alamnya. Potensi alam yang disajikan di ujung negeri ini meliputi keindahan panorama dengan hamparan pasir pantai dan perbukitan yang menjulang, keanekaragaman flora-fauna di hutan tropis, serta potensi sumberdaya geologi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, faktor sosial-budaya juga turut memberikan kekayaan pada desa ini. Desa Temajuk memiliki adat istiadat melayu yang masih kental dengan keramahan yang luar biasa dalam menyambut pendatang dan juga rasa nasionalisme yang tinggi untuk membela negeri.

Diperlukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan untuk dapat mencapai desa Temajuk ini. Apabila perjalanan dimulai dari ibukota Pontianak, maka rute yang akan dilalui adalah Pontianak-Singkawang-Sambas. Pada umumnya perjalanan dapat ditempuh sekitar 5-6 jam dengan menggunakan mobil atau motor. Perjalanan tidak hanya terhenti sampai di situ saja. Masih ada waktu tempuh sekitar 5 jam lagi untuk dapat benar-benar mencapai desa yang jauh dari pusat kota tersebut. Penyeberangan sungai dan jalan bertanah merah adalah sesuatu hal yang harus dilalui oleh pendatang. Menurut sejarahnya, desa Temajuk merupakan markas besar bagi para komunis. Oleh sebab itu, kata “Temajuk” sebenarnya merupakan singkatan dari Tempat Masuk Jalur Komunis. Dalam perkembangan kependudukannya, TNI AD juga membangun markas secara diam-diam di daerah Temajuk untuk menjadi agen rahasia dan memberantas para komunis tersebut. Seiring dengan

berjalannya waktu, anggota TNI AD mulai hidup di daerah Temajuk dengan memanfaatkan segala sumberdaya alam yang ada sehingga berkembang menjadi sebuah desa.

Granit Pueh Batu Nenek

Keberadaan granit di desa Temajuk menjadi obyek geologi yang menarik. Granit di Indonesia hanya dapat dijumpai di tempat tertentu, salah satunya yaitu di desa Temajuk. Granit adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku pada kedalaman tertentu di bawah permukaan bumi. Granit termasuk ke dalam batuan beku dalam atau batuan beku intrusif. Umumnya granit bersifat masif dan keras, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende. Berdasarkan peta geologi lembar Sambas-Siluas (Rusmana, E., dkk., 1993), granit yang ada di desa Temajuk tergolong ke dalam granit Pueh yang berumur Kapur Akhir. Granit Pueh merupakan salah satu jenis granit yang termasuk ke dalam jalur granit orogen kapur di pulau Kalimantan, yaitu dengan tipe granit Kaledonia. Jenis granit ini merupakan granit yang memiliki afinitas kalk-alkali. Granit tersebut merupakan granit tipe-S, yang memberikan dugaan bahwa batuan tersebut terbentuk oleh proses pelelehan sebagian di kerak benua dengan batuan sumber berupa batuan sedimen. Salah satu lokasi ditemukannya granit Pueh di desa Temajuk adalah Batu Nenek. Apabila dipandang dari kejauhan, sekilas batuan yang ada di tengah-tengah laut tersebut terkesan begitu rapi dengan bentuknya yang pipih. Batu Nenek bagaikan sebuah pulau kecil dengan hiasan dua pohon kelapa dan pasir pantai di bagian dasarnya. Meskipun bentuknya seperti pulau kecil, Batu Nenek dapat didatangi ketika laut sedang surut, biasanya pada siang hari. Pada waktu surut, karang-karang yang disembunyikan oleh air laut ketika pasang akan terlihat dan jalan menuju Batu Nenek juga akan terbuka. Menurut informasi dari warga sekitar, Batu Nenek merupakan pusat dari kerajaan gaib yang ada di Kecamatan Paloh. Nama Batu Nenek itu sendiri berasal dari mitos yang menceritakan bahwa ada nenek (gaib) yang menunggu di wilayah tersebut, sehingga apabila pendatang memasuki wilayahnya harus izin terlebih dahulu dengan berkata “Nek, numpang lewat”. Batu Nenek masih dianggap sebagai tempat yang keramat bagi warga desa Temajuk.

Lokasi Batu Nenek

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-11

Page 15: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Bagaimana Batu Nenek dapat terbentuk? Pada awalnya diduga bahwa granit yang ada di Batu Nenek merupakan intrusi batuan beku dan tersingkap di permukaan. Namun setelah melihat kembali granit dengan kondisi air laut saat surut, ternyata granit tersebut merupakan fragmen-fragmen lepas dan bukan merupakan produk intrusi, sehingga proses transportasi menjadi faktor penting dalam proses pembentukannya. Diperlukan energi yang sangat besar untuk dapat membawa bongkahan granit yang besar itu dan terakumulasi di satu tempat. Adanya aliran sungai di daerah sekitar Batu Nenek menunjukkan bahwa proses transportasi memang pernah terjadi. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci mengenai pembentukan Batu Nenek karena masih belum banyak penelitian di daerah tersebut.

Selain di Batu Nenek, granit Pueh juga dapat ditemukan di pesisir pantai lainnya dan di Gu-nung Melano yang menjadi batas antara negara Indonesia dan Malaysia. Di gunung itu terdapat granit yang menjulang tinggi atau yang disebut penduduk sebagai Batu Bajulang. Kehadiran granit di Desa Temajuk ini membawa potensi sumberdaya geologi lainnya seperti, emas, timah dan lain-lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut di daerah ini untuk dapat memastikan keberadaan potensi sumberdaya geologi secara nyata sehingga nantinya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.

Kenampakan Batu Nenek pada Pantai Tamajuk, yang terletak di Desa Tamajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Granit Pueh memiliki komposisi kuarsa, ortoklas, plagioklas,

biotit, muskovit dan hornblende. Bongkahan fragmen granit terakumulasi akibat proses transportasi dan tersebar di

berbagai pesisir Pantai Temajuk.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-12

Page 16: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Mengejar Matahari di Gunungapi Purba Nglanggeran

Artikel dan Foto: Hafiz Fatah Nur Aditya

Kabut tidak datang sepekat biasanya selepas subuh pagi

itu. Langit bersih tanpa mendung meski masih tampak gelap.

Jalanan berkelok basah oleh embun. Kami tiba di kaki Gunung

Nglanggeran saat menyadari semburat tipis sinar matahari pertama

mulai tampak di ufuk timur. Tidak ada pilihan selain mendaki

dengan setengah berlari jika masih ingin menyaksikan matahari

terbit dari puncak Gunung Nglanggeran.

Kami mengunjungi Gunung Nglanggeran di sela-sela

kegiatan kuliah lapangan mandiri Ramadhan 2013 lalu. Target

menikmati suasana terbitnya matahari di puncak Gunung

Nglanggeran telah kami wacanakan sejak minggu pertama

kedatangan namun baru terlaksana di penghujung kegiatan KL

mandiri saat seluruh rangkaian kegiatan sudah kami selesaikan.

Berangkat dari basecamp di Sepat yang merupakan desa sebelah

dari Nglanggeran, hanya perlu waktu sepuluh menit naik motor

untuk mencapai titik awal pendakian di ujung barat Gunung

Nglanggeran.

Gunung Nglanggeran dinamakan sesuai dengan nama

desa lokasinya berada, termasuk wilayah Kecamatan Patuk,

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat yang sudah

sangat terkenal di kalangan wisatawan ini memiliki akses yang

mudah dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari kota Jogja.

Lokasinya dapat dijangkau dengan menyusuri jalan provinsi ke

arah Wonosari dan memperhatikan papan penunjuk jalan yang

banyak ditera dengan jelas di tepi kiri jalan. Jalan kampung pun

cukup memadai dan mulus untuk dilewati. Tenang suasana

perkampungan dengan rumah-rumah sederhana dan sawah yang

menghijau seolah mengantarkan kita bersiap menikmati pesona

alami yang ditawarkan Gunung Nglanggeran.

Dari kejauhan sudah terlihat tebing-tebing batu terjal

dinding gunung yang menjulang membentuk kontras morfologi

dengan bukit bergelombang yang lebih rendah di sekitarnya. Hijau

pepohonan tumbuh di atas bukit asri berpadu dengan hitam

bebatuan besar yang tampak kokoh menyusun tubuh gunung.

Kesan alami dan kearifan lokal di lokasi dapat terasa dari pesan-

pesan sederhana yang disampaikan pengelola wisata di papan-

papan kayu seperti larangan membuang sampah dan corat-coret

serta info mengenai titik-titik tempat tertentu di Gunung

Nglanggeran berikut pernik kisah yang menyertainya.

Dengan ketinggian yang hanya 700 meter, Gunung

Nglanggeran adalah gunung yang sangat ramah bagi siapapun.

Jalan setapak naik sudah berupa tangga buatan. Terdapat alat-alat

bantu di sepanjang jalur pendakian untuk mempermudah

perjalanan ke puncak seperti tali atau jembatan buatan dari kayu.

Perjalanan dari tempat parkir ke puncak dapat ditempuh dalam

waktu sekitar 40 menit.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-13

Page 17: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Namun sensasi berpetualangnya masih cukup terasa karena

adanya tanjakan bebatuan yang terjal serta terbentuknya lorong

sempit pada jalur pendakian dari himpitan dua batu besar.

Kesiapan fisik dan pemanasan tetap diperlukan agar tidak terjadi

hal-hal yang tidak diinginkan saat menjalani pendakian.

Meski memaksakan mendaki dengan kecepatan

tinggi, kami gagal menyambut matahari terbit dari puncak

gunung. Matahari sudah beranjak melewati batas horizon timur

saat kami terengah-engah mengambil nafas di pos pertama. Pos

ini sendiri sudah memberikan keleluasaan memandang ke nun

jauh di segala arah. Di arah utara kita dapat melihat Gunung

Merapi yang tingginya menjulang menembus awan, seakan

teman yang setia mendampingi geliat kehidupan kota Jogja yang

menjadi pemandangan di sebelah barat dari pos pertama.

Memandang ke arah selatan akan tampak naik-turunnya

topografi daerah Gunungkidul yang hijau berkabut di beberapa

tempat.

Nama “Gunungapi Purba Nglanggeran” mulai

dikenalkan secara masif pada khalayak umum sekitar 2011

sebagai branding tempat wisata ini. Di kalangan ilmuwan

geologi sendiri status gunungapi purba bagi gunung

Nglanggeran masih dalam batas teori atau dugaan yang bisa

diperdebatkan. Batuan yang menyusun tubuh gunung menjadi

lokasi tipe bagi Formasi Nglanggeran yang terdiri dari produk

endapan hasil aktivitas gunungapi pada Miosen Awal atau

sekitar 20 juta tahun yang lalu (Toha dkk, 1992). Berbeda

dengan batuan pada Formasi Semilir yang bersifat asam, batuan

yang menyusun Formasi Nglanggeran lebih bersifat intermediet

hingga basa. Hipotesis mengenai asal mula jadi Gunung

Nglanggeran sebagai sebuah pusat erupsi purba dimunculkan

karena pertimbangan morfologinya yang kontras dengan

sekitarnya padahal masih dalam satu formasi dengan batuan

yang sama.

P e t a t o p o g r a fi d a e r a h N g l a n g g e r a n j u g a

memperlihatkan pola kontur tertutup yang khas pada fitur

geologi gunungapi atau intrusi. Wartono Rahardjo dari Teknik

Geologi UGM pada tahun 2000 melakukan penelitian yang

menghasilkan pengelompokan 12 fasies endapan vulkanik

Nglanggeran yang terdiri dari tipe piroklastik, lava autoklastik,

hingga epiklastik dengan dominasi pengaruh gaya berat pada

material berbutir kasar, menunjukkan lokasi lingkungan

pengendapan yang tak jauh dari pusat erupsi serta memiliki

kelerengan yang cukup terjal. Dalam bagian kesimpulan paper

yang ditulisnya, Pak Wartono menyatakan bahwa masih

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pusat

erupsi yang menjadi sumber utama bagi keberadaan batuan yang

menyusun daerah Nglanggeran dan sekitarnya. Dengan kata

lain, beliau belum menyimpulkan bahwa Gunung Nglanggeran

merupakan pusat erupsi dari sebuah gunungapi purba.

Satu lagi yang menarik tentang Gunung Nglanggeran

adalah kondisinya dahulu waktu aktif diduga sebagian berada di

bawah laut dengan ditemukannya fragmen koral pada endapan

breksi epiklastiknya. Dapat dibayangkan jika kondisi gunung

dulu mirip dengan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sebuah

letusan maha dahsyat yang tak tercatat dalam sejarah

menghilangkan bentuk asli dari tubuh gunung serta menutup

periode vulkanisme Tersier di Pulau Jawa dan kemudian

membentuk endapan vulkanik yang menyusun daerah

Nglanggeran dan sekitarnya saat ini, serta menyisakan bentukan

yang kokoh mengagumkan yang kita kenal sebagai Gunung

Nglanggeran. Berkunjung ke Gunung Nglanggeran membuat

imajinasi kami berlesatan antar dimensi waktu dengan

membayangkan kondisi alam nan indah permai ini merupakan

hasil dari proses yang menakjubkan pada suatu hari di masa

lampau.

Sebagai tempat wisata, Gunung Nglanggeran dengan

pemandangan surgawinya merupakan salah satu tempat terbaik

untuk berburu foto. Pada kesempatan itu kami mengambil foto

siluet memanfaatkan momen matahari yang baru sejengkal naik

dari puncak gunung. Puncak Gunung Nglanggeran terletak di

bagian tengah gunung dengan jurang dalam di sisi timurnya

yang membagi gunung menjadi dua bagian barat dan timur.

Luasnya pandangan ke setiap penjuru menjadi satu hal yang

dapat membuat betah untuk berlama-lama di atas puncak.

Terdapat area camping ground satu tanjakan sebelum

puncak untuk memanjakan pengunjung yang ingin menikmati

malam di atas ketinggian vulkanisme purba. Setelah puas

mencoba berbagai macam pose dan sudut pengambilan foto dan

matahari semakin terasa teriknya, kami turun dari puncak

dengan lebih menikmati perjalanan. Mengucapkan salam

perpisahan pada sang gunungapi purba yang di setiap interaksi

antar fragmen dan matriks butir batuannya seolah sambil

membisikkan gemuruh letusan dan gerakan aliran debris masa

lampau. Membelah batas pemikiran menerima pemahaman

dinamika alam dan kehidupan ketika kemudian hasil proses

dahsyat itu melahirkan legenda rakyat yang hidup sejak jaman

penduduk pertama menghuni kampung Nglanggeran hingga

saat ini masyarakat mencari berkah dari keistimewaan alam

mereka dengan mengembangkan potensi pariwisata daerahnya.

Page 18: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

SUNGAI KAPUAS,KELOK KEHIDUPAN DI TANAH BORNEO

Indonesia merupakan negara beriklim

tropis yang memiliki kekayaan air tawar dari curah

hujan yang tinggi. Di Pulau Kalimantan, curah

hujan yang tinggi ini tertampung di sungai-sungai

yang umumnya berukuran panjang dan lebar jika

dibandingkan dengan sungai-sungai di pulau

lainnya. Sungai Kapuas adalah salah satunya.

Sungai yang terletak di Kalimantan Barat ini

merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan

panjang aliran mencapai 1143 km. Alirannya

bermula dari mata air di Pegunungan Muller di

bagian tengah Kalimantan dan mengarah ke barat

bermuara di Selat Karimata. Sungai Kapuas

memiliki badan sungai sepanjang 1.143 km dan

mengalir melintasi kabupaten Kapuas Hulu,

Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak,

Kubu Raya, hingga membelah kota Pontianak,

ibukota Kalimantan Barat.

Ditilik dari dimensi sungai yang rata-

rata berukuran besar, menarik untuk melihat faktor

apa sajakah yang berperan dalam sejarah

perkembangan salah satu jenis bentang alam yang

banyak dijumpai di Pulau Kalimantan ini.

Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh

sejarah panjang pembentukan Sungai Kapuas yang

dimulai sejak puluhan juta tahun yang lampau.

Selama jutaan tahun berlalu Sungai Kapuas setia

menjalankan tugasnya dalam proses peneplainisasi

daratan Kalimantan hingga memasuki era stadium

tua. Dua faktor yang paling berpengaruh dalam

perkembangan morfologi sungai adalah faktor

iklim dan gradien dataran.

Pulau Kalimantan dalam pembagian

iklim menurut Wladimir Koppen 1918 termasuk

ke dalam iklim Af atau iklim hutan hujan tropis

yang dicirikan dengan kelembaban udara dan

curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan yang

tinggi ini berdampak langsung terhadap debit air

yang masuk ke sungai. Debit air yang besar

tersebut selama puluhan juta tahun aktif mengerosi

batuan penyusun di bawahnya hingga kemudian

ketika gradien daratan telah mengecil, sungai ini

berkembang membentuk morfologi sungai

meander. Perlu untuk diketahui bahwa titik

tertinggi di Pulau Kalimantan yang mempengaruhi

morfologi Sungai Kapuas terletak di Puncak Bukit

Raya (2.278 mdpl), lebih rendah jika

dibandingkan dengan titik tertinggi di Pulau Jawa

yang terletak di Puncak Mahameru dengan

ketinggian 3676 m. Kondisi geografis yang

demikian diakibatkan oleh perbedaan kondisi

tektonik di antara kedua pulau, dimana Pulau Jawa

berasosiasi dengan tektonik aktif yang

menyebabkan daratan terus terangkat dan terjadi

vulkanisme aktif, sedangkan Pulau Kalimantan

terletak dalam tatanan tektonik yang stabil, tidak

ada pengangkatan oleh gaya tektonik, dan tidak

ada kegiatan vulkanisme aktif.

Selain sebagai suatu bentang alam yang berpengaruh dalam dinamika perubahan morfologi daratan Kalimantan, sungai-sungai ini juga memiliki peran yang seakan tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar

alirannya. Aliran sungai-sungai di Kalimantan dalam skala besar telah menjadi tulang punggung perekonomian sejak dulu. Sungai-sungai tersebut

APLIKASI

Artikel: Hafiz Fatah Nur Aditya

Page 19: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

umumnya berfungsi sebagai sarana untuk

menjangkau daerah pedalaman yang belum

tersentuh sarana transportasi darat. Selain

penumpang, komoditas hasil perkebunan, hasil

hutan, dan barang-barang pokok didistribusikan

dengan mengandalkan tranportasi melalui sungai

yang menghubungkan daerah-daerah di Pulau

Kalimantan. Hal ini membantu upaya pemerataan

ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Selain itu, sungai di Kalimantan juga memiliki

fungsi ekonomi lain sebagai sumber mata

pencaharian nelayan ikan tawar hingga lahan pusat

kegiatan seperti lokasi pasar terapung. Kota

Pontianak yang terbelah oleh aliran Sungai

Kapuas menjadikan sungai sebagai bagian dari

gaya hidup dan simbol kekhasan kota tersebut.

Dari asimilasi antara budaya manusia dengan alam

bahkan telah tercipta beberapa produk budaya

yang berkaitan dengan sungai tersebut. Salah satu

contohnya adalah lagu daerah berjudul “Ae’

Kapuas” yang menceritakan tentang keistimewaan

Kota Pontianak. Sungai Kapuas sebagai sarana

pariwisata juga telah dikembangkan oleh

masyarakat dengan menampilkan sisi romantisme

Kapuas di waktu malam hari. Konsep rumah ma-

kan terapung dibangun di atas kapal yang akan

bergerak melintasi sungai selama selang waktu

tertentu ketika pengunjung makan. Menikmati

temaram lampu-lampu Kota Pontianak,

mengamati riak kehidupan warga di tepian sungai,

sambil bersantai di atas aliran sungai terpanjang di

Indonesia adalah satu hal yang sangat menarik

untuk dicoba jika kita berkesempatan

mengunjungi Pontianak.

Sebagai suatu bagian dari alam, Sungai

Kapuas tidak terlepas dari ancaman lingkungan.

Beberapa di antaranya yang perlu diperhatikan

adalah adanya pendangkalan sungai di beberapa

tempat tertentu akibat proses sedimentasi yang

terus berlanjut. Pendangkalan pada dasar sungai

menyebabkan gangguan pada aktivitas pelayaran

yang mengandalkan kedalaman minimal enam

meter untuk dapat hilir mudik dan berlabuh

dengan lancar. Selain itu, permasalahan pada

Sungai Kapuas juga disebabkan oleh pencemaran

yang terjadi akibat pembuangan limbah industri

maupun rumah tangga ke dalam aliran sungai.

Suatu hal yang harus sejak dini kita pikirkan

solusinya agar kehidupan masyarakat dapat

senantiasa lestari dan harmoni bersenandung

bersama alam.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-16

Page 20: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Transformer Jacob, salah satu alat yang

berhasil mengantarkan Arkanu Andaru (Teknik

Geologi UGM 2010) dan Hafizhan Abidin

Setyowiyoto (Teknik Geologi 2012) beserta

timnya meraih medali perak pada Pekan Ilmiah

Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 yang

diselenggarakan di Universitas Diponegoro pada

tanggal 25-29 Agustus 2104.

Teknologi TRANSFORMER-JACOB

melibatkan unit accelerometer, unit

mikrokontroler sebagai pengolah data, dan unit

laser daya rendah. Ketiga unit tersebut

diintegrasikan ke badan fisik yang tangguh dan

bisa dilipat (retractable), sehingga lebih praktis

dibawa ke mana-mana. Adapun tujuan dari

diciptakannya alat ini yaitu untuk mempermudah

pekerja lapangan dalam melakukan akuisisi data

lapangan, penelitian, ataupun pembelajaran di

lapangan bagi bidang geologi, arkeologi dan

mountaineering, selain itu juga membantu pekerja

lapangan untuk mendapatkan data yang

berkualitas dengan waktu seefisien mungkin.

TRANSFORMER-JACOB

Ilustrasi Oleh: TIM PIMNAS UGM 2014

1. Tongkat Jacob

Tongkat Jacob merupakan tongkat

yang berfungsi untuk mengukur kedudukan

perlapisan batuan sedimen. Tongkat Jacob

memiliki peranan vital dalam bidang

geologi/geofisika dan arkeologi sebagai alat

untuk mengambil data pengukuran stratigrafi

dimana artefak, fosil, dan mineral/batuan

tambang didata dan dipetakan. Akan tetapi,

Tongkat Jacob biasa mengandalkan mata

manusia dalam mengestimasi kedudukan

batuan dalam sistem bandul-busur, sehingga

error yang dihasilkan cukup tinggi.

2. Accelerometer

Untuk mengetahui kemiringan dari

tempat, digunakan accelerometer.

Accelerometer adalah alat untuk mengukur

percepatan. Ketika accelerometer diletakkan

dalam posisi yang statis, maka percepatan

yang terukur adalah percepatan accelerometer

terhadap gravitasi bumi.

3. Unit Pengolah Data (Mikrokontroler)

Menurut Fisher (2011),

mikrokontroler adalah komputer dalam bentuk

kecil yang sudah berbentuk dalam sirkuit

terpadu (chip). Dalam mikrokontroler sudah

terdapat prosesor, memory, dan saluran input-

output yang dapat diprogram.

TIM PIMNAS UGM

INOVASI

Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer

Page 21: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Gambar Prototip Transformer JacobOleh: TIM PIMNAS UGM 2014.

b) Arkeologi

Arkeologi merupakan ilmu yang

mempelajari peninggalan-peninggalan

sejarah maupun fosil masa lampau (Taylor,

1967). Peninggalan sejarah dan fosil tersebut

lazimnya berada di dalam perlapisan batuan

dan untuk mempelajarinya perlu dilakukan

pendataan perlapisan batuan. Pendataan

perlapisan batuan tersebut menggunakan

Tongkat Jacob sebagai alat untuk mengukur

strike dan dip serta tebal batuan.

c) Mountaineering

Mountaineering meliputi kegiatan

untuk mengeksplorasi morfologi gunung

dalam rangka mengembangkan ilmu

pengetahuan sekaligus mengasah

keterampilan hidup di alam bebas. Dalam

mountaineering, terkadang dilakukan

studi/pengamatan dalam bidang geologi,

sehingga Tongkat Jacob akan digunakan.

Jadi, dengan adanya modifikasi

TRANSFORMER-JACOB ini, pengukuran

kedudukan batuan dan ketebalan batuan menjadi

lebih cepat dan akurat. TRANSFORMER-JACOB

ini juga dapat menjadi tongkat lipat bagi pelaku

mountaineering yang membantu dalam mendaki

gunung dan juga berguna ketika ingin melakukan

pengamatan geologi. Fitur lasernya juga

membantu ketika anggota tim mountaineering

membutuhkan sinyal di keadaan gelap/berkabut.

4. Laser

Laser adalah alat yang

memancarkan cahaya melewati proses

penguatan optik berdasarkan emisi dari

radiasi elektromagnetik. Laser berbeda dari

sumber cahaya lainnya berdasarkan titik

persebarannya. Persebaran dari sinar laser

sangat kecil, sehingga dapat difokuskan

pada sebuah titik (Townes, 2003).

Ditinjau dari segi penggunanya,

TRANSFORMER - JACOB dapat digunakan oleh

3 bidang keilmuan, antara lain:

a) Geologi/Geofisika

Ilmu geologi/geofisika

menggunakan Tongkat Jacob dalam

pengukuran stratigrafi. Stratigrafi adalah

studi mengenai sejarah, komposisi dan umur

relatif serta distribusi perlapisan tanah dan

interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk

menjelaskan sejarah bumi (Boggs, 1995).

Tongkat Jacob digunakan untuk mengambil

data kedudukan perlapisan batuan sedimen

dalam penggambaran kolom perekaman

section batuan (measured section).

Pameran Transformer-JacobPada PIMNAS ke 27

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-18

Page 22: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

KALSIT BERLAPIS DESA JARIProspekkah Menjadi Tambang Endapan Logam?

Kalsit merupakan mineral yang sangat

umum dikenali oleh seorang geologist. Mineral yang

memiliki rumus kimia CaCO3 ini bisa kita temui

pada daerah dengan litologi gampingan atau

karbonatan. Secara umum, kalsit banyak dijumpai di

batuan karbonat, batugamping atau bisa juga hadir

sebagai urat pada batuan dengan bentuk yang

beragam. Jika hadir sebagai urat, umumnya kalsit

berbentuk kristal yang tumbuh dari sisi rekahan

batuan. Sedangkan pada batuan karbonat, kalsit ini

berbentuk butir-butir sebagai komponen penyusun

batuan tersebut.

Ada hal menarik yang terjadi di salah satu

Kabupaten di Jawa Timur, tepatnya di Desa Jari,

Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Pada

daerah ini, kita dapat menemukan kalsit dalam

bentuk yang berbeda, dimana kalsit berbentuk

menyerupai lapisan-lapisan pada batuan sedimen.

Mungkin diantara kita ada yang sudah pernah

melihat, ada juga yang belum dan mungkin masih

bertanya-tanya, bagaimana cara terbentuknya kalsit

berlapis ini?

Setelah ditelusuri lebih lanjut, proses

terbentuknya kalsit berlapis ini kemungkinkan

tergolong dalam proses epitermal. Desa Jari terletak

di sisi timur laut Gunung Pandan, yang secara

regional banyak terdapat spot-spot intrusi magma

yang ditemukan di lapangan. Salah satu lokasi intrusi

tersebut berada di Desa Jari. Batuan permukaan yang

berupa batugamping yang berasal dari Formasi

Klitik diintrusi oleh magma yang kemungkinan

berasal dari Gunung Pandan. Intrusi tersebut

menyebabkan naiknya larutan hidrotermal. Larutan

hidrotermal ini bertindak sebagai pelarut

batugamping di atasnya, sehingga menghasilkan

larutan karbonat. Kemudian larutan karbonat

terpresipitasi secara periodik membentuk lapisan-

lapisan kalsit seperti yang terlihat di Desa Jari

tersebut.

Lokasi ini dikenal warga sekitar sebagai

lokasi tambang rakyat yang berupa tambang marmer.

Marmer sangat mungkin dijumpai pada daerah ini,

karena batuan karbonat terutama batugamping telah

mengalami metamorfosa kontak sehingga

menyebabkan batugamping terubah menjadi

marmer. Lalu bagaimana dengan keberadaan kalsit

berlapisnya? Apakah itu sebagai marmer atau

sebagai kalsit? Mungkin bisa keduanya, tergantung

dari hasil pengamatan batuan pada sayatan tipis.

Penambangan Kalsit Berlapis olehWarga Desa Jari

Artikel dan Foto: Yacobus Ekakrismi Nugraha

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-19

Page 23: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Lokasi tambang marmer (kalsit) Desa jari oleh warga sekitar.

Tampak ada truk yang siap mengangkut batuan hasil tambang

Desa Jari merupakan satu-satunya lokasi

tambang marmer yang berada di Kecamatan Gondang.

Tambang yang berada di lokasi lainnya hanya berupa

tambang batuan beku, atau biasa disebut warga setempat

sebagai tambang watu kali. Marmer ini ditambang oleh

warga sekitar, namun pengolahannya dilakukan di luar

Desa Jari. Marmer dimanfaatkan oleh warga sekitar

untuk membuat bermacam-macam furniture rumah dan

sebagian dimanfaatkan sebagai material bahan pertanian

dari marmer yang sudah dihancurkan.

Lalu, apakah hanya seperti itu? Tentu saja

tidak. Ada satu hal yang menarik di daerah ini. Memang,

adanya marmer di Desa Jari ini bisa menjadi barang

ekonomis bagi warga sekitar untuk ditambang. Namun,

sebagai geologist, kita harus bisa melihat dari segi

lainnya.

Ketika kita menemukan suatu sistem epitermal

dimana ada larutan hidrotermal yang bekerja, tentunya

kita dapat memastikan bahwa kita akan menemukan

endapan logam di daerah tersebut. Mengapa? Karena

larutan hidrotermal merupakan agen pembawa logam-

logam yang kemudian akan diendapkan di permukaan

pada urat-urat batuan atau diendapkan dalam bentuk

lainnya.

Dimanakah endapan logam-logam tersebut

dapat kita temukan? Kemungkinan besar, endapan

logam-logam tersebut akan menempel di bagian batas

lapisan pada presipitasi kalsit. Setelah dilihat lebih teliti

oleh penulis, pada bagian batas lapisan kalsit tersebut

memperlihatkan warna yang sedikit keruh, dan sebagian

ada yang berwarna kehijauan. Kemungkinan ada sesuatu

di batas lapisan tersebut. Apa isinya? Bisa saja logam-

logam yang dibawa larutan hidortermal seperti logam

Au, Ag, Pb, Zn, Cu, dll. Kemudian, bagaimana prospek

lokasi ini menjadi tambang logam?. Hal ini masih perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan

logam-logam yang terdapat di daerah ini. Karena sejauh

yang penulis ketahui, belum ada orang yang membahas

dan meneliti lebih detail mengenai kanduungan

logamnya.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-20

Page 24: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Sahabat Bumi Gadjah Mada masih kebingungan

memahami batuan karbonat? Ingin ke lapangan untuk bisa

lebih mendalaminya? Sekarang sahabat tidak perlu

kebingungan lagi karena di rubrik ini akan diberikan

rekomendasi tujuan fieldtrip khusus batuan karbonat! Tidak

main-main, rekomendasi ini diberikan langsung oleh Moch.

Indra Novian, dosen Teknik Geologi UGM yang telah

menekuni seluk-beluk batuan karbonat. Mari kita simak

beberapa lokasi singkapan batuan karbonat di sekitar

Yogyakarta.

Gunung Kampak

Secara administratif, Gunung Kampak terletak di

Padukuhan Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi ini memiliki daya

tarik tersendiri, yaitu adanya bangunan yang berdiri di atas

bukit sisa penambangan batugamping. Secara geologi,

daerah Gunung Kampak juga memiliki kisah yang tak kalah

menarik. Gunung Kampak tersusun oleh perlapisan

batugamping yang menunjukkan endapan progradasi,

retrogradasi, maupun agradasi. Sehingga kenampakan

perlapisan horizontal dari batugamping ditemukan

berdekatan dengan perlapisan yang miring! Hmm.. Mengapa

bisa demikian ya?

Mengenal Lebih Dekat: Batuan KarbonatBayat – Pegunungan Selatan

Artikel: Ferralda Talitha Amir

Gunung kampak

Foto: Dokumentasi fieldtrip Prinsip Stratigrafi, 2013

Waktu tempuh: ± 45 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

karbonat, stratigrafi sekuen pada batuan karbonat.

Watuprau dan Sekarbolo

Watuprau dan Sekarbolo berada di Kecamatan Bayat,

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Watuprau terkenal dengan

bentuknya yang menyerupai perahu terbalik. Di kedua tempat ini,

batugamping yang dijumpai merupakan batuan yang berasal dari

Formasi Wungkal-Gamping (Eosen). Namun, di Sekarbolo akan

tampak adanya slump yang mengindikasikan lokasi tersebut

dulunya berada di tepian lereng. Batuan yang berumur Eosen ini

umumnya tersusun oleh banyak cangkang foraminifera yang

menyerupai kepingan disc. Reservoar minyak bumi di Timur

Tengah ternyata banyak yang berasal dari batuan berumur Eosen

yang memiliki porositas moldic akibat larutnya cangkang-

cangkang ini, lho!

· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

· Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

karbonat, paleontologi, soft-sediment deformation.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-21

Page 25: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Gunung Temas

Seperti tidak ada habisnya, daerah Bayat masih

menyimpan singkapan batuan karbonat lainnya yang tidak

kalah menarik yaitu Gunung Temas. Lokasi ini hanya

berjarak sekitar 1 km ke arah Timur dari Watuprau.

Penggalian yang terus berlangsung di lokasi ini mengungkap

berbagai macam fakta baru yang dapat merubah pandangan

lama terhadap kondisi geologi Gunung Temas. Batuan yang

dijumpai di Gunung Temas tidak murni batugamping saja

namun ada yang bercampur dengan material vulkanik. Hal

lainnya yang menarik adalah banyaknya slump akibat adanya

soft sediment deformation.

· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke

arah Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi (batuan

karbonatan), soft sediment deformation.

Mulo

Jauh ke arah pantai selatan, jika sahabat Bumi

Gadjah Mada ingin ke deretan pantai di Gunung Kidul,

cobalah menyempatkan diri ke Mulo. Lokasi yang

belakangan ini menjadi lokasi wisata ternyata dari sisi

geologi sangat menarik. Jika jeli, akan tampak adanya inti

dari pertumbuhan terumbu dan hancuran terumbu yang

membentuk perlapisan di kedua sisi inti (flank).

· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke

arah Tenggara dengan kendaraan bermotor.

· Rekomendasi materi field trip: petrologi batuan

karbonat, carbonate factory, fasies batuan

karbonat.

Sodong

Jika sahabat Bumi Gadjah Mada ingin melihat

rekaman perkembangan terumbu di masa lampau, Sodong

adalah tempatnya. Pada lokasi ini terdapat fasies boundstone

dengan terumbu yang berbagai macam bentuk, mulai dari

pipih, bercabang, hingga bulat. Perkembangan ini dapat

diamati dari bawah ke atas sehingga sahabat dapat

menentukan jenis perkembangannya. Kira-kira termasuk

fase start-up, catch-up, keep-up, atau give-up, ya?

· Koordinat UTM: 446540 – 9113298

· Waktu tempuh: ± 50 menit dari Kota Yogyakarta ke

arah Tenggara dengan kendaraan bermotor.

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

karbonat (khususnya aneka ragam boundstone),

carbonate factory, fase pertumbuhan karbonat.

Jangan bosan untuk berhenti jika melihat ada aktivitas

penambangan karena bisa jadi ada fakta baru terungkap. Sama

halnya dengan singkapan di Gunung Temas, singkapan di Bedoyo

berada di lokasi pengerukan (quarry). Pada lokasi ini, dapat

ditemukan batugamping dengan struktur silang siur termasuk

struktur hummocky. Bagian yang diambil pada proses pengerukan

tersebut adalah chalky limestone. Batuan jenis ini jika terawetkan

dengan baik di bawah permukaan berpotensi menjadi reservoar

minyak dan gas bumi yang baik, lho!

· Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

Tenggara dengan kendaraan bermotor.

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

karbonat, carbonate reservoir, struktur silang siur pada

batuan karbonat.

Lokasi yang telah disebutkan di atas hanya beberapa saja

dari sekian banyak lokasi di dekat Yogyakarta yang menarik untuk

dikunjungi, apalagi untuk melihat batuan karbonatnya. Masih ada

Panggang, Kali Plembutan, dan lain-lain. Bahkan, jika ingin

sekaligus berwisata, sahabat Bumi Gadjah Mada bisa berkunjung

ke Kalisuci maupun Gua Pindul, di sana tersedia fasilitas cave

tubing atau caving, tetapi harus menyiapkan dana ekstra, ya!

Bedoyo

[1] Tim UGM, 2006, Field Trip on Reservoir Characterization: West Progo-Bayat-Wonosari Field Trip, Yogyakarta: tidak dipublikasikan.

[2] Hehuwat, Fred., Siregar, M.S., Ascaria, N.A., 2004, Nanggulan – Bayat Eocene and Southern Mountains Miocene Carbonate Sedimentation Models from the Yogyakarta Area: Possible Analogues for the Tertiary of the North East Java Basin, v.2, Yogyakarta: tidak dipublikasikan.

Foto : Josephine Karenina, 2014

Page 26: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Ekspedisi RinjaniArtikel dan Foto: Josephine Karenina

Tertarik untuk menaklukkan gunung indah tersebut,

saya beserta 3 orang perempuan dan 13 laki-laki dari tim KKN

saya melakukan pendakian pada tanggal 24–27 Agustus 2014.

Perjalanan dimulai dengan menuju basecamp Bawak Nao di kaki

gunung dengan menggunakan mini bus, dan kami bermalam di

basecamp tersebut. Keesokan harinya pukul 11 pagi, setelah

semua siap kami berdoa bersama dan siap untuk mendaki.

Awalnya kami sungguh bersemangat, jalan dengan langkah yang

mantap dan cepat, bahkan sambil bernyanyi. Namun hanya

sekitar setengah jam kami sudah kelelahan dan kelompok pun

mulai terbagi dari yang kuat di depan hingga kelompok yang

banyak beristirahat dibagian belakang. Hal ini dikarenakan

hanya beberapa orang yang pernah mendaki gunung, selebihnya

adalah para pendaki pemula (itupun tanpa melakukan latihan

fisik, hanya bermodal nekat, hal yang sangat tidak boleh ditiru!)

Mendaki sebuah gunung merupakan salah satu

kegiatan yang ada dalam “bucket list” saya. Yap, gunung apapun,

bukan naik Jeep atau hanya menaiki tangga seperti Gunung

Bromo atau tracking pemetaan di Gunung Konang Bayat, namun

sungguh-sungguh mendaki gunung-gunung yang besar dan

tinggi. Saat KKN (Kuliah Kerja Nyata, red.), saya sengaja

memilih tempat yang jauh dari Pulau Jawa. Berawal dari ikut-

ikutan teman yang mendaftar KKN di Lombok, saya diterima

dan menjadi berniat sepenuhnya untuk KKN di sana karena

tertarik untuk jalan-jalan ke pantai dan pulau yang sangat

terkenal disana yaitu Gili Trawangan. Kemudian saya sadar, di

Lombok ada gunung ke-3 tertinggi di Indonesia, dengan

ketinggian 3726 mdpl, sebuah gunung yang cantik dan indah

bernama Rinjani.

INTERAKSI

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-23

Page 27: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Warna oranye indah menyembul dibalik bibir gunung,

cahayanya menyinari hamparan awan putih yang luas. Langit

nya berwarna jingga indah, dibarengi dengan udara segar sore

hari yang sangat teduh. Kami menikmati sore hingga matahari

benar-benar tenggelam dan akhirnya malam pun tiba. Gelap

gulita, hanya lampu-lampu dari perkemahan pendaki lain dan

cahaya bintang. Cahaya bintang di gunung sangatlah indah,

Milky Way terlihat jelas. Sayang sekali itu semua hanya dapat

ditangkap memori, tidak dapat ditangkap oleh kamera. Betapa

bersyukurnya saya menjadi manusia yang dapat melihat

keindahan itu. Kami lalu melakukan briefing dan pembagian

kelompok serta barang bawaan untuk menuju puncak,

kemudian segera beristirahat. Hari yang melelahkan namun

kami tetap semangat. Sedikit lagi, batin kami. Sedikit lagi

mencapai puncak Rinjani.

Pukul 1 pagi kami bangun dan bersiap-siap.

Cuacanya sangat dingin, tangan membeku, gigi bergemelutuk,

hidung berair. Kami tidak membawa tas carrier kami, hanya

beberapa sleeping bag, tas dan minum, serta air panas untuk

mengantisipasi apabila ada yang mengalami hipotermia.

Setelah semuanya siap, kami berdoa lalu mulai menuju puncak.

Keadaan sangat gelap, kami memakai headlamp namun tidak

dapat melihat kejauhan, sehingga kami selalu berdekatan.

Kami berjalan dan terus berjalan menyusuri sungai-

sungai kering, hutan, serta bukit-bukit dan padang rumput yang

indah, melewati pos satu dan langsung menuju pos dua. Tiba di pos

2, kami beristirahat, makan perbekalan dan mengisi stok air, karena

mata air hanya ada di pos 2. Setelah beristirahat, kami melanjutkan

perjalanan. Kabut mulai turun dan cuaca semakin dingin, namun

karena terus berjalan, tubuh tetap terasa hangat. Jalan menuju pos 3

mulai sedikit sulit, tanjakan berbatu dan harus memanjat sedikit.

Sore hari akhirnya kami tiba di di pos 3. Dengan berbagai

pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk membangun

kemah di pos 3.

Pagi hari kami disambut oleh sunrise yang indah.

Dinginnya hawa pagi di Gunung Rinjani diimbangi dengan cahaya

kuning-jingga dan pancaran sinar matahari menyelimuti tubuh

kami, hangat dan nyaman. Suasana yang hening, asri dan

menenangkan jiwa. Setelah menikmati pagi, kami bersiap-siap,

briefing, berdoa, berkemas dan melanjutkan perjalanan. Ini dia

perjalanan yang paling ditakuti, perjalanan menuju Plawangan

Sembalun, melewati 7 bukit penyesalan dan penyiksaan. Mengapa

dinamakan Bukit Penyesalan? Karena bukit ini merupakan track

naik dan turun terus menerus sebanyak 7 kali

Kami memulai perjalanan dengan semangat di hari yang

baru. Ritme berjalan dan nafas kami lebih stabil dari hari kemarin,

namun tetap saja, perjalanan ini sangat melelahkan. Kami mulai

lelah dan “menyesal” pada bukit ketiga. Namun yang ada di pikiran

kami bukan “baru bukit ketiga” tetapi “tinggal empat bukit lagi”.

Ya, semangat yang menggebu-gebu diawal tidaklah cukup, perlu

stabilitas semangat yang kuat. Selama perjalanan pun kami

ditemani oleh berbagai perbekalan yang manis seperti madu,

cokelat pasta, wafer, gula jawa, semua yang manis-manis. Cemilan

ringan seperti itu sangat membantu.

Hari semakin siang, kami semakin lelah dan tibalah kami

di bukit terakhir. Bukit terakhir sebelum Plawangan Sembalun (pos

4) sangat terjal dan berpasir, sehingga kami hampir merangkak

untuk menaikinya. Tetapi di tengah perjuangan itu, ketika menolah

ke belakang...kami sudah di atas awan! Pertama kalinya saya di

atas awan, pemandangan yang luar biasa. Semangat kami pun

terpacu kembali. Hingga akhirnya tiba di Plawangan Sembalun 1.

Pemandangannya luar biasa, setiap tetes keringat kembali terbayar

disini. Kami benar-benar sudah berada diatas awan! Kami

mengabadikan momen indah ini sambil beristirahat, kemudian

melanjutkan perjalanan ke Plawangan Sembalun 2, tempat

berkemah.

Tiba di Plawangan Sembalun 2, hari sudah menjelang

sore hari dan tepat sekali dengan waktunya sunset.

Foto bersama sang merah putih di puncak tertinggi Gunung Rinjani

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-24

Page 28: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Dengan kelerangan seperti itu, jalan kami semakin lambat dan

banyak beristirahat. Bahkan sudah ada orang-orang yang turun dari

puncak, namun kami masih saja belum sampai.

Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya kami tiba di

puncak sekitar pukul 8 pagi. Saya dan teman-teman saya yang tiba

dipuncak berpelukan dan menangis, tangis haru, tangis lelah,

tangis bangga. Sambil menyemangati yang masih dibawah, kami

melihat keindahan Lombok dari Puncak Gunung Rinjani. Terlihat

Danau Sagara Anak yang indah dan kami tidak hentinya

mengabadikan momen-momen ini.

Setelah menikmati Puncak Rinjani, akhirnya kami turun.

Jalan turun ternyata lebih sulit dan licin. Akhirnya saya dan teman

saya turun sambil bergandengan dan itu sangat memudahkan, kami

jadi berjalan lebih cepat dan saling memegangi. Kami berpencar

dengan teman-teman lain dan turun lebih dulu ke Plawangan

Sembalun. Kami sampai di Plawangan Sembalun kemudian

menunggu teman-teman lain sambil beristirahat sambil masak dan

makan siang. Tadinya kami berencana untuk turun ke Segara Anak

setelah memuncak, namun ternyata rombongan kami terlalu lelah

dan memutuskan untuk menginap semalam lagi di Plawangan

Sembalun sambil menunggu beberapa teman kami yang masih

belum turun dari puncak.

Menjelang sore hari, salah satu teman saya menyeletuk

dan menantang untuk turun ke Segara Anak. Hanya beberapa orang

yang merespon dan kebanyakan terlalu lelah dan takut tidak

kembali tepat waktu untuk turun gunung keesokkan harinya. Tapi

ternyata teman saya kekeuh untuk ke Segara Anak dan saya

tertantang untuk ikut, mendaki Gunung Rinjani namun tidak ke

Segara Anak sangat disayangkan, batin saya. Akhirnya saya

berempat turun ke Segara Anak dengan hanya membawa

headlamp, kompor, nesting, mie instan, gelas, kopi, air, sebuah

sleeping bag dan sebuah matras. Kami hanya membawa sedikit

barang dengan pertimbangan kami akan segera naik setelah

menikmati sunset di Segara Anak. Betapa sombongnya kami

mengira perjalanan yang ditempuh akan semudah itu.

BUMIGADJHAMADAVol.‘X’-1

Keadaan gelap dan persedian minum yang minim,

ditambah sulitnya track yang berpasir dan berkerikil

membuat kami sering terpeleset serta mengharuskan kami

untuk saling menunggu. Kami sudah merasa berjalan sangat

jauh, sudah berjam-jam namun tidak juga sampai. Dari

kejauhan mulai terlihat barisan lampu didekat puncak,

menandakan bahwa perjalanan masih cukup panjang. Hingga

tiba salah satu teman kami megajak untuk sholat subuh.

Ternyata sudah hampir pagi namun kami masih cukup jauh.

Kami berjalan terlalu lambat dan banyak istirahat, sepertinya

tidak akan sampai puncak tepat saat sunrise, batin kami. Tapi

ya sudahlah, dalam pendakian seperti ini, we leave no man

behind. Akhirnya kami berjalan kembali setelah rombongan

selesai sholat. Lereng semakin terjal, pasir yang

berterbangan karena pendaki lain mulai menyesakkan dada,

ditambah oleh cuaca dingin. Tapi kami terus berjalan. Hingga

dari kejauhan, tampaklah segaris cahaya jingga. Perlahan

cahaya jingga itu menyeruak dari kegelapan. Saya berhenti,

tersenyum, dan menangis. Menangis sambil tertawa.

Tidak pernah saya merasa seperti orang gila yang

bisa tersenyum dan tertawa kecil hingga menangis hanya

karena melihat sebuah pemandangan, tapi cahaya jingga itu

menimbulkan sensasi baru pada diri saya. Ditengah

kelelahan dan kedinginan, cahaya itu muncul sebagai terang

dalam kegelapan, secercah harapan dalam keputusasaan.

Matahari semakin naik, kami mendaki sambil

menikmati sunrise. Danau Segara Anak mulai terlihat, dan

indahnya luar biasa. Danaunya memiliki air yang biru dan

sangat tenang, dan sangat indah. Setelah menikmati semua

keindahan tersebut hingga matahari benar-benar terang, kami

masih dijalur menuju puncak. Setelah terang rombongan

kami mulai terpencar. Ada yang jauh lebih dulu, ada yang

tertinggal dibelakang. Lereng semakin terjal, sekitar 45° atau

mugkin lebih, track-nya sangat melelahkan karena berpasir

dan berkerikil. Lebih nyaman merangkak daripada berjalan

dengan dua kaki.

Sunrise mengiringi perjalanan kami saat menuju puncak Gunung Rinjani

Page 29: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Gunung Rinjani sangat dihormati oleh masyarakat

Lombok, bahkan alang-alang pada gunung ini pun tidak

dicabuti untuk menjadi atap rumah karena dianggap tidak

menghormati Dewi Anjani.

Kami kemudian menangkap ikan dan diberi beberapa

ikan juga dari camper lain. Kami tidak memiliki minyak goreng

dan meminta dari porter yang berkemas akan pergi. Kami

diberikan opor kalengan dan sambal dari camper yang akan

turun gunung, untuk meringankan beban mereka. Sungguh

menyenangkan dapat berbagi dan bercerita dengan camper lain

yang sangat bersahabat, yang ternyata camper tersebut juga

mahasiswa UGM.

Selesai masak-masak dan berkemas, kami menuju

hotspring yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari danau.

Pemandangan yang luar biasa kami temukan ketika menuju ke

hotspring. Dinding-dinding tebing yang tinggi dan indah.

Ketika kami tiba, disana masih cukup sepi dan tidak banyak

yang berendam sehingga kami dapat berenang dengan leluasa.

Hotspring ini mengandung sulfur, airnya hangat berwarna

kuning keruh. Setelah puas berenang, kami ganti baju dan

mengambil air di mata air dekat dengan hotspring untuk

perjalanan kembali ke Plawangan Sembalun.

Kami tiba di Plawangan Sembalun sekitar pukul

15.00 WITA dan pulang melewati jalur berangkat. Awalnya

kami berencana turun lewat jalur yang berbeda yaitu jaur

Senaru, tapi tidak memungkinkan karena kami akan pulang ke

Yogyakarta esok paginya, serta kami belum mengetahui medan

di jalur Senaru. Ternyata sebagian teman sudah turun terlebih

dahulu sejak pukul 12.00 WITA. Kami turun hampir tanpa

berhenti, hanya berhenti beberapa kali dan sekitar 5-10 menit

lalu berjalan lagi. Hari semakin gelap, bintang mulai

bermunculan, beberapa headlamp mulai redup, namun kami

terus berjalan. Kami melewati pos demi pos yang kemarin kami

lewati dan akhirnya tiba di pos pertama. Jalan dari pos pertama

menuju basecamp cukup jauh, terlebih hari mulai gelap dan

jalurnya sudah tidak setapak lagi. Disitu batas fisik saya, kaki

sangat pegal dan bahkan berhenti sejenak tidak membuat

keadaan membaik. Kami melewati lagi sungai kering kemarin

dan akhirnya sampai di basecamp. Rombongan sebelumnya

sudah tiba dan menunggu. Kami disambut oleh mereka dengan

pelukan dan ucapan selamat, dan ya, saya menangis. Tangis

lelah dan lega serta bahagia. Rinjani telah saya taklukan dalam

4 hari dan 4 malam. Setelah semua personil lengkap, kami naik

bus dan pulang. Kami tidak sempat tidur di basecamp KKN,

kami berbenah lalu langsung berangkat ke terminal dan menuju

Yogyakarta.

Kami baru mulai berjalan sekitar setengah empat sore

dengan harapan dapat melihat sunset. Kami berlari dan berjalan

dengan cepat. Dua teman saya bahkan sampai berjalan jauh

didepan, saya dan satu teman saya tertinggal. Hari mulai gelap,

dua teman saya sudah tidak tampak, kami meneriaki mereka

namun tidak ada yang menyahut. Saya dan teman saya mulai

panik dan takut salah jalan, dan akhirnya memutuskan untuk

kembali naik ke Plawangan Sembalun. Persis saat kami akan

bersiap-siap balik arah, kedua teman kami meneriaki kami.

Akhirnya kami mengikuti kode dari senter mereka dan menyusul

mereka. Ketika kami sudah menyusul mereka, ternyata ada jalan

bercabang dan mereka tidak tahu harus lewat mana. Kami

memutuskan untuk menunggu orang yang lewat karena tadi kami

melewati pendaki lain kemudian mengikuti mereka. Hari sudah

gelap dan kami tidak dapat lagi melihat Segara Anak, dan

akhirnya kami baru tiba disana sekitar pukul 10 malam. Kami

sangat lelah dan kedinginan. Karena tidak membawa tenda, kami

berkeliling mencari apa yang dapat digunakan untuk tempat

berkemah, dan suatu kebetulan yang luar biasa kami menemukan

terpal bekas dan tali rafia bekas yang cukup panjang sehingga

kami dapat membuat bivak. Sebelum tidur kami membuat mie

dan menghangatkan badan dengan membakar sampah dan

ranting-ranting pohon. Malam itu dingin sekali, terlebih bivak

tadi tidak tertutup sempurna. Kami tidur sambil bergemetaran

dan sering terbangun, berharap segera pagi.

Pagi yang ditunggu pun tiba, kami melihat sunrise dari

danau Segara Anak. Mataharinya memang tidak terlihat namun

cahayanya menyinari bibir kaldera dan memantulkan

pemandangan indah. Udara segar dan pemandangan yang asri

sungguh mendamaikan. Danau Segara Anak ini merupakan

kawah dari hasil letusan Gunung Rinjani pada tahun 1257, yang

dahulu dikenal dengan nama Gunung Samalas. Gunung Samalas

memiliki ketinggian sekitar 4200 mdpl kemudian meletus, dan

sekarang dikenal sebagai Gunung Rinjani yang memiliki

ketinggian 3726 mdpl. Bayangkan seberapa besar letusan

tersebut hingga ketingiannya berkurang sekitar 500 m. Letusan

Gunung Samalas merupakan letusan yang sangat besar,

mengalahkan letusan Gunung Tambora dan Krakatau. Material

yang dikeluarkan sangatlah banyak hingga mencapai lebih dari

40 km3 batuan dan abu. Material letusan tersebut tersebar ke

seluruh dunia dalam jumlah yang signifikan untuk dilacak sampai

ke Greenland dan lapisan es Antartika. Letusan ini juga berakibat

cukup besar terhadap iklim saat itu. Hasil dari letusan inilah

menyebabkan puncak Gunung Samalas hilang dan menjadi

Kaldera Rinjani. Karena aktifitas Gunung Rinjani yang terus

aktif, terbentuklah gunung baru ditengah kawah tersebut yaitu

Gunung Barujari.Terdapat mitos bahwa Danau Segara Anak ini

merupakan tempat bersemayamnya Dewi Anjani. MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-26

Page 30: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Pada sekelabatan masa kemarin dalam hitungan skala waktu geologi,

seorang arsitek besar menjadikan sebuah bukit di ujung utara

Pegunungan Kulonprogo sebagai tempatnya melempar pandang

merasai alam dan lantas memberi sentuhan pada

karyanya dengan harmoniyang terindera olehnya.

Gunadharma, nama sang arsitek itu, tengah menggarap sebuah mahakarya

yang akan mengabadi sepanjang masa,

Candi Borobudur.

Artikel: Hafiz Fatah Nur Aditya

Foto: http://siskanurifah.files.wordpress.com

Bukit yang sekarang dikenal dengan nama Punthuk

Setumbu ini terletak sekitar 4 km di sebelah barat dari Candi

Borobudur. Lokasinya dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta

dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan pribadi. Sebagai

tempat wisata, bukit ini menawarkan pengalaman menikmati

Candi Borobudur dari sisi lain, yaitu dari kejauhan. Candi

bercorak Budha yang dibangun pada abad ke-9 itu tampak tenang

dan indah di antara rerumpun hijau pepohonan sehingga

memunculkan kesan adanya bayangan teratai di atas sebuah

danau. Waktu berkunjung terbaik untuk menyaksikan eksotisme

candi berbalut kabut dan berlatar semburat jingga cahaya

matahari pertama itu adalah saat matahari terbit.

Dari jalan provinsi Yogyakarta-Magelang, Punthuk

Setumbu dapat dicapai dengan mengambil arah ke Candi

Borobudur, gapura besar di jalan masuk cukup jelas memberikan

petunjuk lokasi bangunan yang pernah menjadi satu keajaiban

dunia tersebut. Setelah sampai di lokasi Candi Borobudur,

perjalanan ke Punthuk Setumbu masih terus berlanjut ke barat.

Jalanan selanjutnya akan melewati perkampungan dan dapat

dituju dengan mengikuti petunjuk arah yang mencantumkan

nama Punthuk Setumbu Nirwana Sunrise. Tiket seharga Rp

15.000 perlu ditebus dulu agar bisa naik ke lokasi gardu pandang.

Tak perlu banyak tenaga dan waktu untuk mencapai titik pandang

yang dimaksud karena letaknya memang tidak jauh dan tidak

terlalu tinggi. Jalan setapak yang dilalui sudah rapi tersusun

bebatuan membentuk anak-anak tangga pendakian.

Hari masih gelap saat kami tiba di titik pandang

Punthuk Setumbu. Gerimis sempat turun di perjalanan

memasuki Magelang. Sesampainya di sana kabut tipis

menyambut kedatangan kami, berarak perlahan menyelimuti

bukit dan bentangan alam seluas mata memandang. Udara subuh

terasa cukup sejuk namun masih dalam taraf normal karena

ketinggian bukit yang hanya 300 meter di atas permukaan laut.

Langit masih gelap, begitupun beberapa tinggian di belantara

perbukitan bergelombang yang satu di antaranya bertahta teratai

nirwana masih serupa bayang-bayang hitam di kejauhan.

Melaksanakan shalat subuh dapat dilakukan di lokasi titik

pandang karena sudah terdapat surau kecil yang dibangun

pengelola di atas bukit.

Bukit Punthuk Setumbu terletak di bagian ujung utara

dari Gunung Menoreh yang merupakan satu di antara tiga

gunungapi tersier yang membentuk Pegunungan Kulonprogo.

Tidak tersingkap batuan segar di sekitar bukit, namun tanah

berwarna coklat kekuning-kuningan yang terlihat di beberapa

tempat kuat dapat diperkirakan sebagai lapukan dari batuan yang

menyusun Formasi Andesit Tua. Formasi ini terdiri dari lava dan

breksi produk aktivitas vulkanisme berumur 30 juta tahun.

PUNTHUK SETUMBU-Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga Purba-

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-27

Page 31: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Munculnya kembali aktivitas vulkanik pada zaman

Kuarter yang ditandai dengan terbentuknya Gunung Merapi dan

Merbabu di sebelah timur serta Gunung Sumbing dan Sindoro di

sebelah barat laut menjadikan lembah Borobudur yang

merupakan bagian dari dataran Kedu Selatan dihampari material

batuan dengan kadar kesuburan tinggi. Sungai Progo yang

mengalir memisahkan antar tinggian di sekitarnya menjamin

kenyamanan daerah ini sebagai tempat tinggal manusia. Maka

menjadi hal yang mudah dimaklumi ketika pada tahun 825 M Sri

Maharaja Shmarattungga yang berkuasa di Mataram

membangun sebuah mahakarya peradaban di tempat ini.

Daerah daratan yang sekarang menjadi bagian dari

wilayah kecamatan Borobudur disebutkan dulu pernah berupa

bentangalam danau. Penganut Buddha mempercayai adanya

Maitreya, yaitu Buddha yang akan hadir ke dunia. Buddha akan

lahir dari tengah bunga teratai yang dalam kepercayaan Buddha

merupakan lambang dari kesucian. Hipotesis mengenai

morfologi purba kawasan Borobudur yang berupa danau

pertama kali diungkapkan oleh Niewunkamp yang menyadari

bahwa desain arsitektur Candi Borobudur menyerupai teratai

dan meyakini bahwa penentuan lokasi pembuatan candi ini tidak

akan dilakukan dengan sembarangan.

Pada tahun 1966, Helmy Murwanto seorang ahli

geologi dari UPN Veteran Yogyakarta mengadakan penelitian di

Borobudur dan menyatakan bahwa ditemukan alur sungai yang

bermuara di daerah sekitar Candi Borobudur dari analisis

geomorfologi. Teori ini semakin dikuatkan dengan analisis

pollen (fosil serbuk sari) pada endapan batulempung hitam di

sekitar candi yang menunjukkan kondisi lingkungan

pengendapan berupa rawa. Geolog senior M.M. Purbo

Hadiwijoyo menuturkan bahwa danau yang terdapat di sekitar

Candi Borobudur terbentuk sekitar 22.000 tahun yang lalu akibat

merosotnya dinding Merapi sebelah barat ke arah barat daya

sejauh 17-20 km. Peristiwa longsoran ini mengakibatkan

material penyusunnya terserak di beberapa tempat, menjadi

gundukan tinggian-tinggian yang dapat diamati di sekitar Candi

Hampir sepuluh abad tahun setelah dibangun, Candi

Borobudur ditemukan di era modern dalam keadaan terkubur,

seperti yang ditera oleh Rafles, seorang gubernur pemerintahan

kolonial yang bertugas di Jawa pada tahun 1811-1815 dalam

catatannya, History of Java. Ahli geologi besar Van Bemmelen

pun menuliskan bahwa kondisi Candi Borobudur pada tahun

1814 ialah tertimbun dan tertutupi semak belukar. Ia berpendapat

bahwa letusan Gunung Merapi pada tahun 1006

menggelontorkan material yang menutupi bangunan candi dan

menimbun danau di sekitarnya menjadi daratan. Peristiwa

bencana gunungapi ini pula yang diperkirakan menjadi faktor

utama ditinggalkannya candi di kaki-kaki Gunung Merapi dan

berpindahnya pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur.

Dari sisi kedalaman memaknai sebuah perjalanan, di

Punthuk Setumbu kita dapat mencoba mencari tahu sudut

pandang Gunadarma saat merancang Candi Borobudur. Alam

dengan keteraturannya yang menakjubkan banyak memberikan

ilham padanya dalam pembangunan candi terbesar di Asia

Tenggara tersebut. Demikian pula penempatan dua candi yang

berada di sebelah timur Candi Borobudur, yaitu Candi Pawon

dan Candi Mendut. Kesegarisan terbentuk di antara ketiga candi

yang menggambarkan tahapan menuju nirwana tersebut.

Arahnya tidak lurus ke timur segaris dengan jalur edar matahari,

melainkan agak miring ke utara. Pada papan informasi wisata di

Punthuk Setumbu dicantumkan bahwa kesegarisan tersebut

disejajarkan dengan garis lurus yang terbentuk antara letak

bintang Alnitak, Alnilam, dan Mintaka pada konstelasi Orion,

yaitu jajaran bintang yang oleh orang Jawa dikenal sebagai Rasi

Waluku penanda musim bertanam akan segera tiba.

Sebagai sebuah tempat wisata, Punthuk Setumbu

menawarkan sensasi dan pengalaman yang mengesankan.

Kombinasi antara menikmati keindahan alam dan mengagumi

mahakarya pendahulu bangsa yang dipenuhi nilai dan falsafah

pengetahuan memberikan cita rasa yang eksotis dan memikat.

Kabut pada pagi hari menutupi sebagian besar Punthuk Setumbu yang membuat kenampakan

lembah ini menjadi lebih indah.

Page 32: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Desa Kandangserang, salah satu desa di Kabupaten

Pekalongan (bagian utara Jawa Tengah) yang mempunyai

panorama geologi yang tidak biasa. Desa Kandangserang ini

menurut mitos merupakan suatu daerah yang diserang oleh

para dewa melalui kenampakan perbukitan yang seolah-olah

dalam posisi menyerang, oleh sebab itu diberi nama “Serang”

sedangkan nama “Kandang” di ambil dari salah seorang

penemu pertama daerah tersebut, yaitu Ki Gede Kendang.

Desa Kandangserang sendiri mempunyai luas 2wilayah sebesar 60,55 km dan berada pada ketinggian antara

428 mdpl hingga 1075 mdpl dengan kelerengan berkisar o oantara 5 – 60 dan memiliki jenis tanah latosal 50%, andosal

30% dan gromosal 20%.

Jika dilihat dari sisi geomorfologi di Desa

Kandangserang, perbukitan dengan kemiringan 5–60 derajat

mengindikasikan suatu litologi resisten (breksi dan

batulempung karbonatan) yang ternyata sebenarnya rapuh.

Hal menarik yang akan dibahas dari daerah tersebut adalah

fenomena tanah longsor yang seolah menjadi hantu

penunggu akibat rapuhnya litologi di tempat tersebut. Pada

rentang waktu Januari tahun 2014 hingga Agustus 2014,

terjadi dua kali bencana longsor di tempat yang berbeda,

namun masih dalam satu kecamatan.

Secara teoritis, longsor merupakan suatu gerakan

tanah pada lereng melalui bidang gelincir lurus atau

lengkung. Jika dilihat dari materialnya, longsor bisa terdiri

dari 3 jenis penyusun berbeda, yaitu batuan, debris, atau soil.

Sedangkan untuk cara pergerakannya, longsor itu sendiri bisa

berupa aliran (flows) atau jatuhan (fall).

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan terkait

dengan kejadian longsor adalah faktor-faktor yang mempe-

DESA KANDANGSERANGPERBUKITAN LAPUK DALAM KONDISI MENYERANG

ngaruhi kestabilan lereng. Faktor tersebut yaitu geomorfologi,

litologi / tanah, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan.

Longsor bisa terjadi jika batas kritis kestabilan lereng sudah

terlampui. Beberapa hal yang bisa memicu terjadinya longsor

tersebut adalah getaran, air, dan manusia.

Longsor yang terjadi pada periode awal pada tahun 2014

di Desa Kandangserang dipicu oleh aktivitas hujan (air) yang

menyebabkan tanah mengalami proses pelapukan intensif. Di sisi

lain, pengaruh struktur geologi yang kompleks di tempat tersebut

berupa sesar dan lipatan menyebabkan daerah ini sangat rapuh

terhadap longsor.

Longsor jenis pertama terjadi pada tanah hasil lapukan

breksi andesit, dengan pelamparan mencapai 200 meter dan

ketinggian 100 meter. Warna merah yang mendominasi daerah ini

merupakan hasil pelapukan intensif dan dimanfaatkan sebagai

daerah persawahan. Akan tetapi, karena rendahnya vegetasi

pepohonan di tempat tersebut, air hujan dalam jumlah besar

kemudian tidak mampu terserap dengan baik dan menyebabkan

pengembangan tanah yang diperkirakan mencapai 6 kali volume

sebelumnya. Akan tetapi, ketika tidak terjadi hujan dan tanah

menjadi kering, banyak retakan (crack) yang mulai terbentuk.

Longsor jenis kedua terjadi pada hasil lapukan

batulempung pasiran (karbonatan) yang mengalami pensesaran

dan pengkekaran. Pada litologi ini terdapat kekar-kekar hasil

aktivitas tektonik yang menyebabkan batuan menjadi mudah

hancur. Ketika kondisi lereng sudah mulai tidak stabil, ditambah

massa batuan yang semakin bertambah akibat pengaruh air hujan,

maka terbentuk suatu debris aliran yang menyebabkan daerah

tersebut longsor ke arah dip lapisannya.

Artikel dan Foto: M. Rizki Sudirman

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-29

Soil merah yang berasal dari lapukan breksi andesit. Soil tersebut mengalami liquefaction sehingga menyebabkan massa tanah menjadi mengembang dan memicu terjadinya longsor di desa Kandangserang

Page 33: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

B a t u l e m p u n g p a s i r a n (karbonatan) yang mengalami aktivitas tektonik kuat berupa pengkekaran. Akibat struktur geologi tersebut, batulempung menjadi sangat rapuh dan mudah hancur.

Dari fenomena geologi di atas, bumi selalu ingin mengajarkan pelajaran yang berharga bagi manusia. Bahwa kita harus bisa bersahabat dengan bencana. Bersahabat di sini a r t i n y a a d a l a h m a m p u m e n g e n a l i , mengklasifikasi (mengelompokkan), dan membuat suatu prosedur mitigasi. Bencana sendiri pada dasarnya terjadi karena ada manusia di dalamnnya. Oleh sebab itu, dari pelajaran tanah longsor yang ada di Desa Kandangserang, manusia harus bisa m e m i n i m a l i s i r e f e k k e r u g i a n y a n g ditimbulkan oleh bencana tersebut.

Lapukan batuserpih berwarna abu-abu dengan kekar dan sesar yang sangat intensif sehingga menghancurkan batuan tersebut. Jalan ini menghubungkan Pekalongan dengan Purwokerto, akan tetapi semenjak terjadinya bencana longsor jalan tersebut tidak bisa digunakan kembali.

Page 34: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

MUTIARA YANG TERLUPAKANDI UJUNG BARAT INDONESIA

“Gampong (re: Desa) Jaboi, salah satu desa di Kota

Sabang, memiliki banyak keindahan alam yang bisa kamu

lihat. Ada pantai dengan terumbu karang yang baik, ada

gunungapi yang mengeluarkan air panas dan bau belerang, dan

tentu ada kopi yang selalu setia menemani disaat apapun

keadaanmu,” ujar Keuchik (re: Kepala Desa) Gampong Jaboi

panjang lebar. Saya lupa, kami sedang berbincang dengan

Keuchik yang eksentrik itu untuk sekian waktu. “Dengan

potensi wisata sebesar itu, sewajarnya Gampong Jaboi menjadi

tujuan wisata yang dikenal oleh kalangan pencinta jalan-jalan

baik itu turis domestik maupun turis mancanegara,”

tambahnya dengan semangat. Saya dan kawan-kawan

mengangguk setuju, lalu kami semua menyeruput kopi

bersama.

Gampong Jaboi adalah salah satu desa yang berada di

Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Pulau Weh. Di sebelah

Desa Jaboi yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Sabang merupakan salah satu desa yang berada

di pulau paling barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pulau Weh. Mungkin hanya sedikit orang

yang mengenal baik desa ini, bahkan mungkin mendengarnya saja belum pernah. Tetapi seperti kebanyakan pulau-

pulau di Indonesia, Pulau Weh adalah salah satu pulau yang menyimpan harta karun misterius yang sangat menggoda

untuk dijelajahi oleh para pencinta jalan-jalan. Saya adalah pejalan Indonesia yang tergoda oleh pesona itu.

barat dan utara terdapat tinggian perbukitan, sedangkan

disebelah timur dan selatan berbatasan langsung dengan laut.

Pulau Weh sendiri adalah pulau yang diperkirakan terangkat

akibat adanya proses subduksi yang terjadi disepanjang

wilayah Indonesia. Proses subduksi, secara sederhana,

merupakan peristiwa penunjaman satu lempeng ke bawah

lempeng lainnya akibat perbedaan densitas atau faktor lainnya.

Pada kasus Pulau Weh, Lempeng Indo-Australia menunjam ke

bawah Lempeng Eurasia.

Fenomena subduksi ini secara sederhana dapat diketahui

dengan melihat bukti aktivitas magma di dalam bumi yaitu

gunungapi dan terbentuknya palung di lautan. Di Pulau Weh,

dalam hal ini Gampong Jaboi, ditemukan adanya bukti

aktivitas magma aktif yaitu gunungapi. Gunungapi yang

dimaksud bukan merupakan gunungapi berbentuk gundukan

kerucut tinggi seperti Gunungapi Merapi atau lainnya.

Artikel: Riefky Prajasa

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-31

Foto: Ramadhani Rindra Yudhanto

Page 35: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Gunungapi yang dimaksud berupa manifestasi panasbumi

dengan ditemukannya hasil proses alterasi batuan, mineral

hidrotermal seperti sulfur, dan kepulan uap yang sepanjang

waktu keluar dari dalam bumi terlebih jika dilihat pada pagi

hari.

Selain keindahan sekaligus kedahsyatan yang ada pada

gunungapi, Gampong Jaboi juga memiliki keindahan lain yang

bersembunyi di bawah air laut yang tenang. Siapa sangka, di

bawah laut yang tenang itu, terdapat kehidupan aneh yang kita

sebut terumbu karang. Memang kondisi di pesisir tersebut

sangat memenuhi syarat agar terumbu karang dapat terbentuk.

Sinar matahari yang cukup, air laut yang jernih, suplai sedimen

yang tidak membuat air laut keruh, dan jumlah nutrisi yang

berlimpah. Kondisi karang tersebut sangat indah, tidak heran

teman saya mempunyai ungkapan yang sangat tepat, dan harus

saya akui saya sependapat dengannya. Ungkapan tersebut

berbunyi 'saat surga tidak berada di atas awan, tetapi di bawah

permukaan laut'.

Gunungapi yang Berwarna Putih

Pagi itu saat saya membuka mata, telinga saya langsung

mendengar angin yang terus-menerus dengan cepat membawa

awan mendung sehingga tidak sempat menjatuhkan titik-titik

air yang dibawanya. Sedangkan suara kokok ayam dan sinar

matahari bercampur-aduk menggoda indra pendengaran dan

pengelihatan. Pagi itu terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya

selama saya hidup di ujung Indonesia. Saya dan teman-teman

akan menyusuri jejak batuan berwarna putih menuju puncak

gunungapi. “Jika kalian ingin ikut menyusuri jalan menuju

puncak gunungapi, kalian harus mulai berjalan di pagi hari,

agar siangnya kita sudah dapat kembali ke rumah,” pesanku

sehari sebelumnya pada teman-teman yang ingin mengikuti

perjalanan.

Selama perjalanan itu, saya melihat banyak sekali

fenomena geologi menarik. Batuan teralterasi berwarna putih,

mungkin bertipe argilik hingga argilik lanjut, tersebar luas

menyelimuti kompleks gunungapi. Selain itu, terdapat pula

mineral-mineral hidrotermal seperti sulfur yang umum

ditemukan pada kompleks manifestasi panasbumi. Ditemukan

pula adanya bukti hasil aktivitas tektonik yang tersingkap

dipermukaan. Bukti tersebut berupa struktur geologi yaitu

kekar-kekar pada batuan teralterasi yang pecah akibat gaya

tekan yang telah melebihi batas ketahanan batuan. Sehingga

wajar, jika pada daerah ini terdapat manifestasi panasbumi

yang muncul dipermukaan akibat aktivitas magma yang

memanaskan akuifer airtanah dan uapnya muncul

dipermukaan melalui retakan-retakan atau pori-pori pada

batuan.

“Ini adalah surga untuk orang-orang geologi,” pikir saya.

Bagaimana tidak, fenomena-fenomena menarik seputar

pengetahuan kebumian dapat ditemukan pada satu tempat

wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk orang-orang

yang tidak terlalu mendalami ilmu kebumian tidak perlu

khawatir, tetap datangi tempat ini dan masukkan kedalam

daftar tempat yang ingin anda kunjungi. Pemandangan yang

disuguhkannya tidak kalah dengan gunungapi sejenis yang

berada di Pulau Jawa.

Surga yang Berada di Bawah Permukaan Laut

Masyarakat sekitar menyebutnya Pantai Batee Tamon.

Secara sederhana dapat diterjemahkan, batee yang berarti batu

atau kerikil dan tamon yang berarti banyak atau berserakan,

sehingga Batee Tamon dapat berarti pantai dengan batuan-

batuan berukuran besar maupun kecil yang banyak dan

berserakan disekitarnya. “Nama yang sangat tepat,” pikir saya.

Saat saya mengunjungi tempat itu, memang terlihat

banyak batuan yang berserakan. Tidak ada pasir pantai

berwarna putih menghampar luas. Tidak ada penjual minuman

segar serupa es kelapa muda yang berjualan. Hanya tempat

sepi, terpencil. Berada di ujung jalan, dan saat saya

mengatakan ujung jalan, kenyataannya memang ujung jalan,

jalan buntu yang langsung menantang laut. Sangat mungkin

bagi pengunjung pemula awalnya berpikir bahwa penampilan

pantai itu sangat buruk, tidak menarik, atau kata-kata

merendahkan lainnya yang dapat dipikirkan. Hal tersebut pula

yang saya pikirkan. Dan ketidak-tertarikan saya adalah hal

yang akan saya sesali untuk beberapa saat setelahnya.

Di bawah hamparan laut berwarna biru cerah,

tersembunyi harta karun lain yang disembunyikan oleh alam

Gampong Jaboi. “Sepotong surga ada disini,” ucap salah satu

teman yang ikut melakukan snorkelling disana. Dia tidak

berlebihan. Di bawah permukaan laut itu, tumbuh subur

terumbu karang yang tidak terganggu oleh manusia.

Hamparannya sangat luas hingga saat saya berenang kesegala

arah, saya tidak menemukan ujung kompleks terumbu karang

tersebut. Terumbu di Batee Tamon memiliki bentuk yang

beragam, ada yang membulat, berbentuk bilah pipih, dan

beberapa memiliki bentuk bercabang-cabang. Kebanyakan

berwarna abu-abu kecoklatan, tidak sedikit pula yang

berwarna hijau, merah, dan sebagainya. Selain itu biota laut

lainnya seperti ikan karang, anemon, kerang, bulu babi, dan

ikan-ikan laut berwarna-warni lainnya berkumpul merayakan

indahnya kehidupan bawah laut ini. Saya terdiam, ya, surga

ada disini.

Untuk para pencinta wisata bawah laut, tidak salah jika

anda menyisihkan waktu anda untuk mengunjungi tempat ini.

Tidak dikenakan tarif untuk bisa menjelajahi dunia bawah laut

Batee Tamon, dengan kata lain, gratis. Bagaimana, menarik

bukan?

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-32

Page 36: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

SELAYANG PANDANG, TANJUNG KELAYANG

Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung

Belitung, pulau yang terkenal dengan sebutan “Negeri

Laskar Pelangi”, menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Baik

berupa pemandangan alam yang luar biasa hingga kondisi sosial

masyarakat yang mengagumkan. Pulau Belitung sendiri mulai

dikenal oleh masyarakat luas, baik lokal maupun mancanegara,

setelah munculnya film Laskar Pelangi pada tahun 2008. Pengaruh

film tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat

Belitung sungguh luar biasa besar, terutama di bidang pariwisata

yang mana salah satunya adalah wisata pantai dengan tumpukan

bebatuan granit yang khas. Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai

Tanjung Tinggi sendiri merupakan objek pantai wisata utama

Pulau Belitung yang wajib untuk dikunjungi.

SEKILAS CERITA GEOLOGI BELITUNG DAN

GRANIT PANTAI TANJUNG KELAYANG

Bebatuan granit yang terdapat di Pulau Belitung

sejatinya merupakan sebuah tubuh batolith yang seharusnya

terdapat jauh di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan

kilometer. Namun pada kenyataannya batuan granit tersebut saat

ini tersingkap di permukaan jauh dari lokasi awal terbentuknya.

Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa tubuh batuan granit

terangkat ke permukaan oleh suatu proses tektonik kuat sehingga

mampu terangkat hingga jauh ke permukaan.

Berdasarkan hasil dating yang dilakukan, granit yang

berada di Pulau Belitung mempunyai kisaran umur

Trias hingga Kapur (65-200 juta tahun lalu) di mana

granit tertua ditemukan di bagian Barat Laut Pulau

Belitung.

Salah satu ahli geologi Indonesia, Awang

Harun Satyana, dalam tulisannya pada milis IAGI

tahun 2009 mengenai perbedaan granit Bangka dan

Belitung, mengungkapkan bahwa batu-batu granit

yang saat ini muncul di permukaan merupakan hasil

dari tumbukan antara 2 terrane, yaitu terrane kontinen

East Malaya dan terrane kontinen Sibumasu. Terrane

sendiri adalah suatu provinsi geologi yang memiliki

karakter tertentu secara regional dan dapat dibedakan

dengan karakter terrane lain di sebelahnya. Apabila 2

terrane kontinental saling berbenturan, maka akan

merusak kerak oseanik yang semula ada di antara

kedua terrane tersebut melalui proses subduksi hingga

kemudian mencapai proses kolisi dan mengangkat

bebatuan ke permukaan yang sebelumnya berada jauh

di bawah.

Sunrise Pantai Tanjung Kelayang dari UPTD Tanjung Kelayang Foto: RL Adepa dan Muh. Dwiki SW.

Artikel: Muh. Dwiki Satrio Wicaksono

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-33

Page 37: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

WISATA ALAM PULAU BELITUNG

EKSOTISME GRANIT PANTAI TANJUNG KELAYANGSalah satu ciri khas utama yang ditampilkan oleh Pulau

Belitung adalah tumpukan bebatuan granit yang terdapat di

permukaan. Granit sendiri merupakan batuan penyusun utama di

Pulau Belitung. Granit tersebut diyakini sebagai bagian dari tubuh

batolit raksasa yang menjadi batuan dasar atau basement di

sebagian wilayah Indonesia Bagian Barat. Keterdapatan granit ini

tidak hanya ditemukan di Pulau Belitung saja, melainkan dapat

ditemukan hingga Semenanjung Malaysia dengan arah kelurusan

relatif Barat Laut – Tenggara.

Tersingkapnya granit ke permukaan oleh proses tekonik

menyebabkan bebatuan tersebut menjadi rentan terkena proses

eksogenik seperti pelapukan, erosi, dan abrasi. Tumpukan

bebatuan granit tersebut saat ini mengalami proses eksogenik yang

bekerja secara intensif yang hasilnya dapat dilihat langsung pada

beberapa pulau di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Proses

eksogenik tersebut seakan mengukir kerasnya granit Belitung

menjadi bentuk-bentuk yang mengagumkan. Beberapa objek

wisata yang dapat dikunjungi di sekitar Pantai Tanjung Kelayang

antara lain : Pulau Burung Garuda, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau

Lengkuas.

PULAU BATU BERLAYARPulau Batu Berlayar merupakan salah satu tujuan wisata

di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Pulau ini mendapat julukan

batu berlayar karena bebatuan pada pulau tersebut memiliki

dimensi vertikal yang lebih dominan sehingga menyerupai layar,

terlebih ketika air laut sedang pasang.

Pulau Burung Garuda

PULAU LENGKUASPemandangan alam yang ditawarkan di Pulau

Lengkuas sungguh mengagumkan. Dari atas Mercusuar,

pengunjung dapat melihat hamparan laut luas dan bebatuan

granit yang memiliki orientasi. Orientasi tersebut menunjukkan

bahwa batu granit tersebut mengalami proses tektonik yang

cukup intensif. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati

keindahan bawah laut Belitung dengan melakukan snorkeling

di sekitar Pulau Lengkuas.

Pemandangan granit dari atas

Mercusuar L.I. Einthoven, Pulau Lengkuas

Pulau Batu Berlayar

Page 38: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

GEOPARK“KALDERA”

TOBA

Kenampakan Kaldera Toba dipandang dari Menara Pandang Tele.Terlihat bagian paling kiri adalahPulau Samosir dan bagian perbukitan sebelah kanan adalah perbukitan vulkanik.

GEOWISATA

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-35

Artikel dan Foto: Nico Andreas Nainggolan

Bicara tentang Sumatera Utara, tempat wisata yang diingat

adalah danau Toba. Tahukah Anda bahwa danau Toba

tersebut adalah sebuah Kaldera? Apa itu Kaldera?

Kaldera merupakan istilah yang digunakan untuk

mengartikan sebuah kawah yang berukuran sangat besar

(>1km). Danau Toba adalah salah satu contohnya. Kawasan

danau Toba telah diresmikan sebagai Geopark Nasional

oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan

dengan peresmian Bandara Internasional Kualanamu, di

Sumatera Utara.

Suatu daerah dikatakan sebuah geopark apabila

memiliki 3 aspek yaitu Geologi, Biologi, dan Budaya. Dari

aspek geologi, danau Toba menyimpan sejarah yang

terkenal yaitu letusan gunung api Toba atau sering juga

disebut sebagai Super Volcano Toba. Danau Toba dikelilingi

oleh bukit-bukit hasil letusan gunung Toba yang terjadi

75.000 tahun yang lalu. Konon katanya letusan gunung Toba

hanya menyisakan 15.000 manusia di muka bumi. Dari

aspek biologi, kawasan danau Toba memiliki keunikan

tersendiri, yaitu adanya pohon Hariara (sejenis pohon

beringin) yang hanya tumbuh di kawasan danau Toba itu

sendiri. Dari aspek budaya, kawasan danau Toba ditempati

oleh manusia yang terkenal dengan sikap lugas, cekatan, dan

pekerja keras yaitu suku Batak. Sejarah dan budaya suku

Batak terlihat jelas di kawasan danau Toba, yaitu mulai dari

rumah adat, tarian tradisional yang dikenal dengan tari tor-

tor, alat musik, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, pantaslah jika danau Toba

diresmikan menjadi sebuah geopark dengan harapan

nantinya aspek geologi, biologi, dan budayanya dapat

dimanfaatkan dan dijadikan pelajaran bagi manusia pada

umumnya.

Page 39: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Pulau Bali acap kali dianggap sebagai surga,

terutama bagi para peselancar, sehubungan dengan jumlah

pantainya yang sangat melimpah. Selain jumlahnya yang

banyak, ombak di sepanjang pantai Bali sangat bagus dan

cocok untuk berbagai tingkatan peselancar, mulai dari pemula

hingga ahli. Namun, ditengah gempuran para turis untuk

datang ke pulau ini, tidak banyak yang tahu bahwa Bali

memiliki banyak tempat wisata lainnya, salah satunya yaitu Air

Terjun Nungnung. Air terjun yang berada di wilayah Badung,

tepatnya di dusun kecil bernama Nungnung, Desa Plaga,

Kecamatan Petang.

Tidak sulit untuk mencapai tempat ini, aksesnya pun

terbilang cukup baik. Untuk mencapai dasar dari air terjun,

dibutuhkan tenaga yang cukup besar dibarengi dengan niatan

yang besar pula. Selain itu, diperlukan juga kehati-hatian yang

ekstra. Hal ini karena pengunjung harus menuruni ratusan

tangga yang sebagian besar sangat curam dengan jarak

perjalanan mencapai 2 kilometer atau sekitar 20 menit. Namun,

kelelahan pada saat turun ke dasar air terjun sedikit berkurang

lantaran tersedia sebuah gazebo pada dua titik untuk

melepaskan lelah sejenak. Pengunjung juga akan dimanjakan

dengan suasana alam yang indah sepanjang perjalanan, seperti

pemandangan, suara gemercik air, dan udara yang sejuk.

Setibanya di sana, usaha yang telah dilakukan untuk

menuruni tangga demi melihat Air Terjun Nungnung ini akan

terbayar. Hal ini karena air terjun setinggi sekitar 50 meter ini

sangat indah, dikelilingi pemandangan khas alam yang hijau.

Tidak jarang pula pengunjung bermain air di sekitar air terjun

ini untuk merasakan kesegarannya secara langsung.

Air terjun ini dapat terbentuk akibat adanya

penyatuan dari pola-pola penyaluran yang ada. Akibat arah

aliran yang menyatu menurut topografi yang ada, maka jumlah

dan debit air akan bertambah. Disaat itulah pola penyaluran

yang telah bersatu itu akan bertemu dengan tebing yang sangat

terjal sehingga air akan terjun dengan kuat dan dengan jumlah

yang banyak. Hasil erosi dari pola-pola penyaluran tersebut

juga dapat menambah kecepatan dari air.

Perjalanan yang penuh perjuangan harus kembali

dilanjutkan saat telah menikmati keindahan dan kesegaran air

terjun, yaitu dengan menaiki tangga yang sama saat turun,

dengan jumlah yang sama, dan jarak yang sama pula, namun

dengan tenaga yang telah terkuras setelah menuruni tangga.

Butuh perjuangan yang tidak mudah memang, namun

sesampainya di atas, akan ada warung sederhana yang dapat

dijadikan tempat untuk melepas dahaga.

http://picture.triptrus.com/image/2014/06/nungnung.jpeg

AIR TERJUN NUNGNUNG-SISI LAIN PESONA BALI-

Artikel: Rendy Defriza F.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-36

Page 40: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Stone Garden Padalarang

*widyaiswara : istilah untuk pengajar di lingkungan Pusdiklat Geologi Bandung

Ruangan sederhana itu menjadi awal langkah kami melaksanakan Pendidikan Geowisata di Pusdiklat Geologi KESDM, Bandung. Pak Agus mulai memainkan perannya sebagai seorang widyaiswara*, membuat permainan kecil, meminta kami berbaris rapi tiga banjar, menguji kami dengan permainan konsentrasi. Hari ini kami belajar tentang dinamika kelompok. Berdinamika layaknya lempeng bumi, harus seimbang, harus ada keselarasan, harus mengerti satu sama lain, kenal, bukan sekedar tahu. Begitulah semestinya mengenal satu sama lain, seperti mengenal alam, seperti mengenal batuan, detail. Pariwisata dan Geowisata, materi baru ini tersaji sebagai hidangan pertama kami. Geotourism is synergistic, melihat keindahan alam tentu semua orang bisa merasakan, tetapi mengerti bagaimana alam itu tercipta adalah anugerah yang tak ternilai. Disitulah arti penting geowisata, menciptakan pengalaman wisata hingga orang terpesona, melirik dengan sudut pandang berbeda, merasakan keajaiban semesta, karena keindahan itu bukanlah sekedar indah, dimulai dari sebuah proses panjang, proses geologi. Soal geologi ini orang mesti tahu, orang mesti mengerti, hingga keindahan hakiki itu bisa muncul di lubuk hati. “Bumi ini selau dinamis, ada proses endogen dan eksogen. Tanpa proses endogen, mungkin bumi ini hanya akan terlihat datar, tak indah. Tanpa proses eksogen bisa jadi gunung-gunung di dunia ini hanya berbentuk kerucut lancip, tajam, menyolok mata. Keindahan itu muncul akibat perpaduan keduanya, layaknya memadu kasih, alam ini menciptakan pegunungan, lembah, bukit-bukit, danau, pantai dan lautan. Disanalah manusia datang saling berkasih, membuka cakrawala, me-

ngagumi alam di muka bumi ini.” Itulah yang disampaikan Pak Hilman dan Pak Asep, widyaiswara kami di jamuan hari kedua. Bapak T. Bahtiar, seorang ahli geowisata yang sudah tak asing di telinga kita, menjamu kami di hari ketiga dengan materi pengembangan geotrek. Pada dasarnya geotrek merupakan kegiatan wisata untuk mengenal gejala-gejala geologi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi konservasi warisan geologi, melalui jalur geowisata yang telah dirancang sebelumnya. Melalui geotrek, objek geologi, hayati, dan budaya dirangkai menjadi satu sebagai pembelajaran geologi. Sehingga geotrek menjadi salah satu alternatif untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara aman dan lestari, tanpa merusak, sebagai upaya konservasi objek geologi. Melalui kegiatan ini pula, sosialisasi materi kebumian dan kebencanaan geologi menjadi menarik dan menyenangkan. Teknik fotografi dan interpretasi untuk geowisata menjadi jamuan terakhir kami di kelas. Pak Alex, mengajarkan kami bagaimana mengambil objek geowisata di lapangan secara menarik serta dapat melakukan interpretasi objek geowisata secara sederhana, menjelaskan kepada yang awam menjadi paham. Teknik public speaking yang tidak semua orang mampu melakukannya, perlu latihan dan pengalaman. Menyederhanakan bahasan geologi rumit menjadi sangat sederhana, berbobot , beris i , membuat orang-orang mengangguk-angguk tanda sudah mengerti. Perjamuan di hari terakhir melaksanakan geowisata ke daerah Lembang dan daerah Padalarang. Situs Gunung Batu, merupakan situs pertama yang kami kunjungi. Tepat di atas patahan

“Menyongsong era baru geowisata, upaya penyelamatan keragaman geologi, flora, fauna, dan budaya untuk kelangsungan anak cucu di masa yang akan datang.”

GEO WISATAMEMBUMIKAN WARISAN GEOLOGI

Foto: WisnuArtikel: M. Anzja Chabbani Ista’la

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-37

Page 41: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

A. Pemberian materi geowisata di kelas oleh widyaiswara Pusdiklat Geologi Bandung

A B

C D

B. Speleothem di Guha Pawon, Padalarang, BandungC. Interpretasi geowisata di Gunung Batu, Lembang, oleh T. BachtiarD. Foto bersama peserta Diklat Geowisata di Kawasan Kars Stone Garden Padalarang

Pemandangan Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Putri dari atas Gunung Batu, Lembang

(foto menghadap utara)

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-38

Lembang kami berdiri. Ditiup semilir angin, menatap keserasian pemandangan Gunung Tangkubanparahu di utara, Gunung Burangrang di sebelah barat Tangkubanparahu, dan Gunung Tunggul di timurnya. Cekungan Bandung tampaklah di selatan, menganga, laksana danau purba. Bentukan geomorfologi yang tak bisa lepas dari kearifan lokal, sejarah dan budaya. Salah satunya Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, misteri yang tak lekang oleh peradaban, di antara pencakar langit Kota Bandung.

Situs geologi kedua adalah Guha Pawon dan Geopark Stone Garden Padalarang, situs geowisata morfologi kars Formasi Rajamandala. Menyuguhi kita akan beragam bentang alam kars, fosil manusia gua, dan “tambang” batugamping. Sebuah ironi, geowisata menyajikan kehidupan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, dapat diwariskan. Tambang... menghabisi paru-paru perbukitan kars, suatu saat akan berhenti bernafas, pasti. Ekonomi berbasis tambang pun berhenti, mati.

Page 42: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Bincang bersamaPakdhe Rovicky

Pakdhe Rovicky -begitu beliau disapa- adalahsalah satu alumni Departemen Teknik Geologi UGMangkatan 1981. Beliau lahir pada tanggal 12 Maret1963. Sebagai seorang geologist beliau cukupterkenal dengan “Dongeng Geologi” serta karirbeliau di bidang geologi di Indonesia. PakdheRovicky adalah mantan Keua Ikatan Ahli GeologiIndonesia (IAGI) periode 2012 - 2014. Dibalikkesuksesan dari pakdhe kita yang satu ini, adabeberapa fakta yang mungkin tidak banyakdiketahui oleh khalayak umum. Berikut adalahhasil bincang bersama Pakdhe Rovicky.

Pakdhe Rovcky, pertama kali tahu tentanggeologi darimana atau dari siapa Pakdhe?

Saya dari kecil suka petualangan ke alam.Kemudian ketika SMA kelas 3 kenaldengan salah satu mahasiswa TeknikGeologi UGM yang saat itu sedang kosdi rumah kawan.

1.

Sumber Foto : Koleksi Pribadi Pak Rovicky

Apa alasan Pakdhe Rovicky dulu memilihkuliah di Departemen Teknik Geologi? Adaunsur paksaan dari orang lain ataumemang sudah keinginan Pakdhe sendiri?

Sebenernya kepinginnya Teknik Elektro,tetapi matematika. Jadinyanggak bisamasuk Fakultas Teknik yang matematika-nya paling sedikit. Akhirnya memilihDepartemen Teknik Geologi karena tetepkepingin jadi insinyur. Hahahaha

2.

Kenapa Pakdhe memilih kuliah di UGM?Kenapa bukan Universitas lain Pakdhe?

Di Jogja ada beberapa Teknik Geologi,memilih UGM karena keren lah. Waktuitu di SMA berlomba masuk ProyekPerintis 1, proses selesksi mahasiswadi univ ranking 1.

3.

Selama kuliah di Teknik Geologi UGMPakdhe Rovicky aktif dalam organisasiapa saja? Apabila ada, Pakdhe menjabatsebagai apa dan bagaimana cara Pakdhemembagi waktu antara berorganisasi dankuliah? Menurut pendapat PakdheRovicky, seberapa penting sih ikut organisasi itu?

4.

Saya dahulu pernah menjadi salah satup e n g u r u s H M T G , j u g amenjadi anggota beberapa anako r g a n i s a s i n y a H M , m i s a l n y aWentworth English Club, Magmagama,dan Nebula, Majalah HMTG. Kalau dit ingkat fakul tas saya menjadiBendahara di Senat MahasiswaFakultas Teknik UGM. SM FT UGM,itu mirip BEM kalau sekarang.

Berorganisasi itu salah satu latihan sociallife, banyak mengorbankan waktu dantenaga. Berorganisasi itu penting, bagai-manapun kita hidup berorganisasi walau-pun hanya sekedar di RT. Kita harusbelajar untuk menjadi pemimpin ataupunmenjadi pengurus bahkan bagaimanamenjadi warga (anggota) yang baik.Termasuk dalam memberikan usulan,mengkritisi dan lainnya. Berorganisasiselama mahasiswa itu memberikanpandangan atau pengalaman realitasnantinya setelah lulus.

SOSOK

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-39

Wawancara Oleh: Endah Sulistiani

Page 43: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Saya tidak sekedar membagi waktu tetapimalah banyak menciptakan waktu-waktukhusus. Misalnya kalau di rumahnganggur, saya sering ke kampus untukurusan berorganisasi, misalnya rapat.Namun seringkali saya datang terlalucepat dan disempatkan main keperpustakaan untuk membaca, atau ber-diskusi dengan kakak kelas. Justru waktubelajar tercipta karena kesibukanorganisasi tadi, bukan sebaliknya.

Selama kuliah di Teknik Geologi UGMadakah prestasi-prestasi yang pernahPakdhe raih? Atau sebaliknya Pakdhepernah melakukan kenakalan yangmembuat Pakdhe mendapat sanksi?Boleh diceritakan sedikit Pakdhetentang pengalaman yang palingberkesan selama kuliah. Hehe :)

Haddduh, kok tahu saya dapat sanksiakibat kenakalan. Kok tahu darimana?

5.

Saya memang termasuk suka usil. Pernahmelakukan hal tidak terpuji. Yaitumelarikan diri dari kuliah lapangankarena ada kawan seangkatan yangmeninggal akibat kecelakaan. Memang inisebuah pelajaran terbaik buat saya, bahwameninggalkan lapangan saat sedang KLitu bukan hal yang baik. Tentu saja sayakena sanksi “indisipliner”. Yang pasti sayasudah menjalani hukuman ini, danmenerima sanksi ini secara konsekuen.

Banyak hal yang mengesankan dalamperkuliahan, terutama saat menjadiasisten praktikum. Bahkan saya duludiberi kepercayaan mengisi kuliahGeologi Struktur oleh Pak Sudarno,termasuk saat KL. Ini pengalamanmengajar pertama kali di kampus. Danakhirnya keterusan sering mengajarkeliling kampus.

Yang berkesan itu ditanya Pak Ton,“Apa yang disebut breksi vulkanik itu?Tapi anggap saya seorang bupati yanghanya lulus SMA.”

Gandrik! Saya harus menjelaskan apacoba? Yang tentu saja akhirnya mengertimaksud pertanyaan Pak Ton. Bahwaseorang ahli geologi harus mampumenjelaskan hal rumit penuh jargon keorang awam yang nantinya akanmemanfaatkan ilmunya. Menerangkandi depan mahasiswa itu mudah,menjelaskan di depan bupati itu bikinkeder.

Dulu setelah lulus S1 Teknik Geologi UGMPakdhe lanjut kuliah S2 atau kerja dulu?Apa alasan Pakdhe memilih lanjut kuliah/kerja dulu?

Saya kepingin melanjutkan S2 sejak masihsekolah. Namun saya hanya anak guru. Ibusaya guru TK bapak saya guru SMP, jadibukan anak orang kaya, jadi saya setelahlulus mencari pekerjaan dulu kemudianambil kuliah S2 sambil bekerja. Jadi kalaupagi-sore bekerja, malamnya kuliah di UI.Sekolah petang.

6.

Saat ini banyak perusahaan migas yangmensyaratkan pegawainya harus S2untuk menjadi seorang ahli geologi(interpreter). Kalau hanya S1 (Bsc)hanya boleh mejadi technical assistantsaja.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwaPakdhe Rovicky kan terkenal dengan“Dongen Geologi”nya. Nah, apa sihyang melatarbelakangi Pakdhe untukmenulis di blog? Sejak kapan Pakdhemenulis Dongen Geologi itu Pakdhe?Boleh nih Pakdhe dikasih tips-tips buatkami, para maasiswa, supaya mau danrajin menulis :)

Saya menulis “Dongeng Geologi” karenakesukaan mengajar. Hanya saja ketikabekerja saya tidak mungkin tiap hariberhadapan dengan “murid”. Sehinggamelalui media website (BLOG) saya bisaberhadapan dengan “murid-murid” saya.

7.

Awalnya sih dulu sewaktu ada internetpertama kali saya membuat websiteuntuk internal kantor, kemudiansetelah ada koneksi internet mulai

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-40

Page 44: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

membuat web, dan akhirnya keterusanmenulis dalam web blog, saat inidikenal dengan BLOG.

Saya menulis di blog ini sudah lebih dari15 tahun. Yang ditulis bukan ilmu yangcanggih. Barangkali ini hanya ilmunyaanak geologi di tahun pertama atau tahunkedua kuliah. Jadi hal-hal sederhana danmudah untuk mahasiswa geologi.Modalnya kan baca buku Geologi Dasar.Dulu bukunya Pak Soetoto yangmengajar. Kemudian ditambah buku-buku “Geologi Fisik” atau geologi dasardalam bahasa inggris. Coba-cobamenerjemahkan sekalian belajar bahasainggris. Jadi jangan berpikir rumit lah.Pikirkan saja dasarnya. Yang rumit biardikerjakan yang sudah jadi doktor-doktoritu.

Menurut Pakdhe Rovicky, bagaimanasih keadaan Indonesia saat ini ditinjaudari sudut pandang “geologist”?Mungkin dari kondisi SDA, SDM, danprospek bagi calon “geologist” nantidi dunia kerja.

Kalau dari SDMnya khususnya geologi,terlihat tren masa pada nanti yangdibutukan di oil and gas industryadalah yang berpendidikan Master, inihasil dar riset yang dilakukanAmerican Geosciences Institute .Gambar terlampir menunjukkan halitu.

8.

Juga akan terjadi gap knowledge di tahun2016 karena akan banyak pekerja migasyang pensiun. Ini merupakan tantanganbagi industri sekaligus peluang untuklulusan baru yang berminat untuk bekerjadi industri migas.

Namun tentu saja tidak hanya industrimigas tempatnya ahli geologi. Masihbanyak posisi lain yang perlu diisioleh ahli-ahli geologi. Termasukpertambangan, lingkungan sertakebutuhan birokrat dan lembagapenelitian, serta jangan lupa perlu jugay a n g m e n j a d i d o s e n u n t u kmeneruskan pengajaran ilmu geologi.

Sejauh ini pencapaian apa sih yang palingmembanggakan buat Pakdhe Rovicky?Bisa diceritakan alasannya Pakdhe.

Belum banyak yang bisa saya banggakandari pencapaian selama ini. Menjadi ketuaIAGI barangkali memang membanggakannamun karena belum banyak kiprahsewaktu menjadi ketua IAGI justrumenyisakan PR yang belum terselesaikan.Satu hal misalnya saya membentuk ForumGeoscientist Muda Indonesia, ini baruakan membanggakan bila kumpulan anakmuda geologi ini berkiprah nantinya.Barangkali baru akan terlihat 5 tahun lagi.

9.

Pakdhe, pertanyaan terakhir, motto/katamutiara apa sih yang selama ini Pakdhepegang atau bahkan untuk memotivasiorang lain? Khususnya untuk kami paracalon “geologist” Pakdhe, hehe :))

Saya baru akan merasa sukses kalaugenerasi di bawah saya MELAMPAUIapa yang telah saya capai.

10.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-41

Page 45: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

inggu, 20 September 2015, Departemen Sosial

MTeknik Geologi UGM mengadakan acara

tahunan “Desa Binaan” bersama warga di

Dusun Purwosasono, Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten

Klaten, Jawa Tengah. Acara yang diketuai Muhammad Arba A.

(2013) ini bertujuan untuk menjalin hubungan persaudaraan dan

sebagai rasa terima kasih kepada warga Bayat. Kegiatan diawali

dengan pembukaan dan sambutan oleh wakil ketua Panitia

(Favian A. B.), ketua HMTG (Hafizhan Abidin S.), dan ketua RT

setempat (Ibu Joko), dilanjutkan rangkaian kegiatan inti berupa: Lomba Masak, Pengobatan Gratis dari TBMM FK UGM,

Games Anak, Sembako Murah, Bazaar Pakaian, Pengumuman Juara, dan ditutup dengan Doa Bersama. Antusias warga terlihat

ketika acara di mulai hingga penutupan. (Rr. Diny N. Putri)

Company Visit HMTG ke ConocoPhillipsahun ini HMTG ada yang berbeda, yaitu HMTG FT

TUGM melaksanakan company visit ke ConocoPhilips.

Acara ini dilaksanakan pada tanggal 30 September

2015 dengan peserta berjumlah 20 orang yang terdiri dari

perwakilan himpunan angkatan 2012, 2013 dan 2014. Disana kami

ternyata tidak sendiri, telah hadir teman – teman dari SPE (Society

Petroleum Engineering) UI yang ikut berpartisipasi dalam cara

company visit ini.

Acara dimulai dengan sarapan, kemudian ada penjelasan

Kegiatan bersama warga di desa binaan HMTG

Desa Binaan

singkat tentang ConocoPhillips yang disampaikan oleh mbak Gita sebagai pembawa acara sekaligus bagian external relationship

& development dari ConocoPhillips. Sesi berikutnya, yaitu subsurface exploration dari Senior Geophysicist yang mengambil S2

di Universited of Stravenger, Norwegia. Materi yang disampaikan berkaitan dengan tahap-tahap eksplorasi dari awal pengerjaan

hingga sampai fase siap produksi. Kuliah kedua diisi oleh Bang Julianta Parlindungan yang merupakan seorang Senior Petrofisik

di ConocoPhillips. Bang Jul / Bang Jupe seperti biasa beliau sering dipanggil merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM

angkatan 2007. Beliau menyampaikan mengenai pekerjaan development geologist yang lagi booming saat ini yaitu mengenai

Low Resistivity dan Low Contrast pada sebuat data log.

Setelah makan siang kami sudah di tunggu oleh seorang Reservoir Engineer yang bernama Kak Silvia Yusim, seorang alumni

Teknik Kimia UI. Kak Vivi menjelaskan secara rinci bagaimana peranan seorang Reservoir Engineer dalam sebuah tim

eksplorasi. Sesi berikutnya disambung oleh Kak Wijaya, seorang Completion Engineer yang tugasnya sangat sulit dipahami

namun penting, yaitu mengurus berbagai macam treatment, baik jenis alat yang digunakan hingga metode pengangkatan fluida

dan cara menangani pressure. Pada akhir acara, kami disambut oleh Kepala Divisi Eksternal dan Development dari

ConocoPhillips besertaa Bapak Budiman selaku Manajer bagian eksplorasi yang merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM

juga dan dilanjutkan dengan penyerahan momento serta foto bersama. Setelah semua sesi berakhir, rombongan dari HMTG FT

UGM bersama Bang Jul, Pak Budiman dan Mas Riki yang merupakan satu almamater dari Teknik Geologi UGM menyempatkan

untuk berbincang santai sejenak, duduk bersama berbagi pengalaman dan bercerita tentang keadaan HMTG saat ini. Setelahnya,

pada sore hari itu juga, tanpa berpikir untuk pergi kemana-mana, kami pun langsung kembali ke Yogyakarta dengan pertimbangan

adanya kuliah di hari esok. Akhir kata, perjalanan ini memang cepat dan melelahkan, namun bagi kami perjalanan ini sangatlah

bermanfaat dan berkesan. (Arjuna Lubis)

Company Visit HMTG ke ConocoPhillips

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK GEOLOGIFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-42

ORGANISASI

Page 46: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

merican Association of Petroleum

AGeologists Universitas Gadjah Mada –

Student Chapter (AAPG UGM – SC)

was established in 2000s and was one of 5 AAPG – SC

Pioneers in Indonesia. Under the advisory of Mr. Wartono

Rahardjo, the first faculty advisor of AAPG UGM – SC,

AAPG UGM – SC has shown it's prestige and achievement,

then it was chosen as one of the most active and creative

organization which concerns in Petroleum Sciences and

Industry. Since it have established in 2000s, AAPG UGM –

SC have got one Outstanding Award, 3 times Honorable

Mention and 7 times L-Austin Week Grant Awards. We have

more than 150 members, both for graduated members and

active members who work in 4 (four) divisions, which are:

Course and Workshop Division; Fieldtrip, Research, and

Development Division; Membership Division; and Public

Relation Division.

International Energy Summit 2015 is an annual

event held by AAPG UGM – SC. Bringing the theme, st“Exploring Indonesia's Energy in 21 Century: Strategy,

Innovation, and Challenges”. In this second years IES

consists of three major events which are student energy

conference, one day seminar, and fieldtrip. IES 2015 was

held on 25th – 27th September 2015 and took place in

Yogyakarta.

Student Energy Conference

In this event, delegates were discussing and

elaborating current issues related with energy in various

perspective, and elaborated their discussion result as

solution for the issue. This event was also invited experts

from Energy Study Center of Universitas Gadjah Mada, Mr.

Deendarlianto and Mr. Akmal Irfan Majid as keynote

speakers. The organization that joined on this presentation

and discussion are SEG, SPE, Gama Oil and Gas Club,

Dewan Energi Mahasiswa, ALSA, AAPG, and Kamase.

One Day Seminar

On the second day we're going to one day seminar

with three awesome speakers. First session, Mr. Askury Abd

Kadir from Universiti Teknologi Petronas talked about

tectonic of southeast asia. The second session from Mr. I

Wayan Ardhana Darma from PETRONAS explained about

Stratigraphy of Indonesia and discussed various things

regarding the tectonic framework, sequence stratigraphy,

and exploration strategy in various basins of Indonesia. The

last session of one day seminar we had Mr. Eko Rudi

Tantoro from Pertamina Hulu Energi as speaker. He talks

about the challenges and opportunities of unconventional

hydrocarbon.

Field Trip

This fieldtrip was objected to introduce the

delegates with geological landscape and setting that sets in

some locations around Yogyakarta. There're two major

places that we visit that's Bayat, Klaten, and Wonosari. Two

special speakers that became our field instructor are Mr.

Salahuddin Husein and Mr. Didit Barianto. Both of them are

lecturer in Geological Engineering of Gadjah Mada

University. AAPG UTP – SC also joined this fieldtrip.

See you on the next International Energy Summit 2016!

Artikel: Muhammad Isnain Al-Rizqi

The course was discussing about Unconventional Energy in IndonesiaPhoto: AAPG UGM- SC

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-43

Page 47: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

tas nama SPE Universitas

AGadjah Mada Student Chapter,

dengan senang hati kami ingin

memberitahukan bahwa SPE UGM SC telah

diumumkan sebagai penerima penghargaan “2015

Outstanding Student Chapter Award”. Penghargaan

ini merupakan penghargaan paling tinggi untuk

Student Chapter kami, dimana kami menunggu

selama 7 tahun dan hanya sekitar 10 Student Chapter

di dunia ini yang mendapat penghargaan ini.

Kami ingin mendedikasikan penghargaan

ini kepada Mr. Thomas Schievenbusch sebagai SPE

Java Section President, Mr. Hasbi A. Lubis sebagai

SPE Java Section Vice President. Mrs. Mega, Mr.

Julianta P. Panjaitan, Mr. Subihi Eka Prasetya

sebagai Section Officer, dan Mas Titis, Mas Putra,

Putra, Mbak Dini, Mas Dhona, Mas Novi sebagai

SPE Young Professional, yang mana kami percaya

bahwa SPE UGM SC tidak akan berada pada tahap

ini tanpa dukungan beliau semua. Terimakasih

banyak kami ucapkan kepada Faculty Advisor kami

tercinta, Mr. Agung Setianto dan 2014 - 2015 SPE

UGM SC Coordinator Mrs. Hanifatu Avida untuk

usaha tidak terhitungnya dan kerja keras dalam

kontribusi dan pengawasannya terhadap SPE UGM

SC untuk tahun kesuksesan ini dan harapan bahwa

dukungan yang terus menerus akan terjaga

selamanya.

Akan kami jaga persatuan menuju

keunggulan dan sukses SPE UGM SC di masa

depan. Terimakasih.

Penghargaan “2015 Outstanding Student Chapter Awards” Untuk SPE UGM SC

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-44

Page 48: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

ukit Menoreh terletak di Kabupaten Magelang,

BProvinsi Jawa Tengah meliputi wilayah

Kecamatan Borobudur dan Salaman. Bukit ini

terletak di ujung utara Pegunungan Kulon Progo dimana

endapan epitermal sulfidasi tinggi dan rendah saling tumpang

tindih. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas larutan

hidrothermal yang berkaitan dengan proses vulkanisme pada

kedalaman dangkal dengan temperatur rendah, dengan

kedalaman berkisar 1-1,5 km dan suhu antara 50°C-300°C

(Guilbert,1986).

Perbedaan utama antara endapan epitermal sulfidasi

tinggi dan sulfidasi rendah terletak pada kontrol kimiawinya dan

jenis fluida yang berperan. Pada epitermal sulfidasi tinggi yang

berperan H SO dan didominasi oleh fluida magmatik. 2 4,

Sedangkan pada epitermal sulfidasi rendah yang berperan

adalah H S dan didominasi oleh fluida meteorik. Hal inilah yang 2

menjadi fokus utama fieldtrip Soceiety of Economic Geologist

UGM-SC yang dilaksanakan pada hari sabtu, 12 Oktober 2014.

Dapat terungkap proses kontrol karakteristik alterasi dan

mineralisasi pada batuan di Bukit Menoreh. Dibawah

bimbingan Bapak Iswahyudi Agus Nugroho, S.Si. dan Fahmi

Hakim S.T., secara singkat dapat disimpulkan petrogenesa

batuan di sekitar lokasi sebagai pendukung hasil proses alterasi

dan mineralisasi.

Alterasi hidrotermal di Bukit Menoreh terdiri dari

propilitik, argilik, argilik lanjut, dan silisifikasi. Litologi

peyusun yang dapat ditemukan terdiri dari andesit basaltik

piroksen, andesit kuarsa feldspar porpiritik, andesit breksi

autoklastik, batupasir laminasi, batugamping, dan breksi

andesit. Pada lokasi pengamatan pertama merupakan daerah

tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan alterasi

hidrotermal zona propilitik sampai zona argilik lanjut. Zona

argilik lanjut dicirikan dengan adanya mineral kuarsa, dickit,

alunit, dan pirofilit. Terdapat tekstur khas pada batuan yang

ditemukan di zona ini yaitu “vuggy silica”. Vuggy silica

memiliki kenampakan seperti lubang-lubang yang tercetak di

bagian dalam batu andesit kuarsa – feldspar. Proses yang

berperan membentuk vuggy silica adalah leaching (pencucian)

oleh favor berupa meteorit water yang mencuci mineral

plagioklas. Pada satu fase pencucian oleh favor akan membuat

SOCIETY OF ECONOMIC GEOLOGISTUNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDENT CHAPTERMELIHAT LEBIH DEKAT PROSPEK ENDAPAN EPITHERMAL SULFIDASI TINGGI

BUKIT MENOREH, MAGELANGArtikel: Taufiq Bakhtiar

mineral tersebut plagioklas terangkut dan ikut bersama larutan

kemudian keluar dari batuan dengan meninggalkan bekas.

Dimana bekas tersebut terpencar di bagian dalam batuan. Fase

berikutnya akan terjadi pada zona alterasi hidrotermal yang

lebih lanjut dimana lubang-lubang yang terlah terbentuk akan

terisi oleh mineral silika.

Pada lokasi pengamatan kedua yang berjarak kurang

lebih 1 km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal

berupa zona argilik. Zona argilik dicirikan dengan adanya

mineral kaolin, illit, dan pirit. Pada kenampakan di lapangan

terdapat batupasir laminasi dengan mineral pernyusun kaolinit

dan monmorilonit. Keduanya dapat dibedakan dari warna dan

teksturnya, mineral kaolinit mempunyai warna putih dan lebih

licin sedangkan monmorilonit memiliki warna abu – abu dan

lebih kasar. Mineral kaolinit sendiri terbentuk melalui proses

pengendapan epitermal sulfidasi tinggi dimana perbedaan

suhu dan tekanan di bawah permukaan akan menghasilkan omineral yang berbeda. Pada suhu <100 akan menghasilkan

o omineral pirolusit, pada suhu 100 – 200 menghasilkan mineral okaolinit, sedangkan pada suhu >200 menghasilkan mineral

dickit.

Lokasi Pengamatan ketiga berjarak kurang lebih 2

km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal zona

silisifikasi. Batuan yang ditemukan pada lokasi ini

diperkirakan batu andesit basaltik. Pada tahap lanjut ini

ditemukan urat pirit yang sudah mengalami oksidasi sehingga

menjadi berwarna kehitaman. Urat sulfida tersebut teralterasi

menjadi mineral peciri endapan epitermal sulfidasi tinggi yaitu

goetit, jarosit, limonit, dan hematit. Goetit berwana coklat

kehitaman, jarosit berwarna kuning cerah, limonit berwarna

kuning agak gelap, dan hematit berwarna merah marun. Dari

hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Bapak Iswahyudi

menunjukkan bahwa semakin menuju permukaan gas yang

terbentuk dari proses alterasi akan bersifat semakin asam,

berkaitan juga lokasi ditemukannya batuannya akan semakin

terjal. Kontrol utama yang berperan pada epitermal sulfidasi

tinggi adalah litologi dan struktur, dimana perpotongan

patahan Gupit merupakan tempat yang baik untuk naiknya

larutan hidrotermal dan menyebabkan terjadinya alterasi,

sehingga lokasi keterdapatannya pun menjadi terjal.

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-45

Page 49: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

eksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi

SIndonesia atau yang dikenal SM-IAGI

adalah organisasi bagi mahasiswa dibidang

ilmu kebumian yang baru dibentuk oleh PP IAGI dalam

Rapat Pleno PP IAGI. Pada tanggal 2 Mei 2013 SM IAGI

UGM dibentuk dan pada tanggal 22 Desember 2013

diresmikan.

S M - I A G I U G M b e r a z a s k a n k r e a t i fi t a s ,

kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan yang

berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Tri Dharma

Perguruan Tinggi.

Adapun Teknik Geologi UGM Departemen

memiliki kedudukan sebagai “ ” yang dipilih Departemen

sebagai tempat lembaga resmi yang membawahi SM-

IAGI UGM. SM-IAGI UGM memiliki 3 pilar meliputi

mitigasi, ekstraksi, dan konservasi. Adapun divisi yang

terdapat dalam SM IAGI UGM yaitu divisi Karir dan

Keanggotaan, divisi Seminar dan Pelatihan dan divisi

Hubungan Masyarakat.

Syarat menjadi anggota SM-IAGI UGM yaitu :

1. Badan Independen yang berkoordinasi dengan

HMTG dan HMGF.

2. Berkedudukan di Departemen Teknik Geologi

UGM.

3. Mahasiswa aktif di Departemen Teknik Geologi

Fakultas Teknik (FT) atau mahasiswa Geofisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(FMIPA) Universitas Gadjah Mada.

4. Mengikuti alur kaderisasi SM-IAGI UGM.

5. Telah dilantik oleh SM-IAGI UGM.

Artikel: Yustisiana Tika Hapsari

SM - IAGISeksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia

Universitas Gadjah Mada

Malam Keakraban (Makrab) SM-IAGI UGM

Pelatihan Software

Gathering SM Se-YogyakartaFoto: SM-IAGI UGM

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46

Page 50: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

agmagama bukanlah sebuah

Mo r g a n i s a s i n a m u n

Magmagama merupakan

nama da r i s ebuah ke lua rga . Magmagama

menghimpun anggota keluarga yang memiliki

ketertarikan di bidang yang sama yaitu bidang

kepecintaalaman. Alam menjadi wadah dan rumah

bagi anggota Magmagama untuk bersatu dan hidup

selaras dengannya. Magmagama bersatu dalam

naungan nama besar Teknik Geologi UGM.

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

Magmagama tak jauh dengan kata-kata 'alam'.

Magmagama memiliki 5 divisi yaitu Divisi Caving

atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),

MAGMAGAMA

“Keluarga adalah satu-satunya hal yang sangat kita butuhkan di dunia ini.

Ia memberi tanpa meminta,

membantu tanpa pamrih,

dan menolong tanpa alasan.

Jadi,

apakah Magmagama salah satu keluarga bagimu?”

Keluarga Pecinta Alam Magmagama

atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),

Divisi Climbing, Divisi Litbang, Divisi Logistik,

dan Divisi Mountaineering. Setiap divisi memiliki

program kerja masing-masing yang dilaksanakan

selama masa kepengurusan untuk kemudian

diteruskan ke generasi selanjutnya.

Dalam sistem kaderisasi, Magmagama

menerapkan sistem pendidikan dan pelatihan 'calon

anggota keluarga' dengan mengadakan Diklat

Kampus, Diklat Lapangan, dan Diklat Lanjutan.

Hal ini dilakukan agar para 'calon anggota keluarga'

memiliki kemampuan yang mumpuni di lima divisi

Magmagama.

Artikel: Sistien Ardhaena

Foto: Magmagama

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-47

Page 51: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

SKI GeosalmaTeknik Geologi UGM

entra Kerohanian Islam (SKI)

SGeosalma merupakan Lembaga

Dakwah Kampus (LDK) Jurusan

Teknik Geologi FT-UGM. SKI Geosalma dibentuk

pertama kali karena melihat kondisi keislaman

kampus yang membutuhkan sebuah wadah khusus

keislaman, pada tahun 1987 oleh empat mahasiswa,

yakni Ismail Yustanto, Arif Rahmansyah, Aris

Setiawan, dan Ikhsyat Syukur. Dengan visi yaitu

“Terwujudnya Teknik Geologi yang semakin Islami”,

SKI Geosalma selalu mengalami perkembangan

menjadi semakin baik.

Struktur SKI Geosalma terdiri dari Majelis

Syuro, Dewan Konsultatif, Pengurus Harian, Biro

Khusus Kaderisasi, Pengurus Bidang, dan Lembaga

Kemuslimahan. Terdapat lima bidang di SKI

Geosalma, yaitu Syiar, Media Opini, Hubungan

A n t a r l e m b a g a , P e l a y a n a n U m a t , d a n

Kewirausahaan.

Kegiatan yang diadakan oleh SKI

Geosalma yaitu buka puasa Ramadhan bersama,

peringatan Idul Adha di Bayat, Islamic Course,

sosialisasi penggunaan hijab, pengadaan “Buku

Panduan Ibadah di Lapangan”, silaturahmi dosen dan

alumni, silaturahmi LDK dan organisasi luar,

pengadaan jaket “Muslim Geologist”, muktamar, dll.

Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan seperti

kajian mingguan, kajian di sekitar kampus, pengisian

artikel mading, pemeliharaan mushola jurusan,

kajian buka puasa bulanan, dll. Keseluruhan

pergerakan SKI Geosalma berlandaskan pada Al

Quran dan As Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi

wasallam sesuai pemahaman salafush shalih.

Kajian rutin bersama dosen dan karyawan Peringatan Idul Adha di Bayat, Klaten

Silaturrahmi dosen, Bapak Sugeng Sapto Surjono

Artikel: Yeftamikha

Foto: SKI Geosalma Teknik Geologi UGM

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-48

Page 52: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

eoWeek merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen

GTeknik Geologi Universitas Gadjah Mada (DTGL-UGM) dan Himpunan

Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG). Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

dalam satu minggu ini meliputi Pre-Conference Geothermal, Pre-Conference Energy,

International Student Paper Contest (ISPC), Fun-Bike, Gala Dinner, Seminar Nasional,

GeoExpo, Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK), Professional Fieldtrip, serta Funtrip.

Tahun 2015 merupakan pelaksanaan GeoWeek yang pertama kali. Acara GeoWeek ini bertujuan untuk

mensinergikan kegiatan DTGL dan HMTG UGM menjadi sebuah rangkaian kegiatan bertemakan geologi yang

terpadu dan komprehensif.

Tema yang diangkat pada pelaksanaan GeoWeek 2015 ini adalah Academia-Industry Linkage. Dengan

mengusung tema ini, diharapkan terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara pihak universitas dan industri.

Harapannya, dapat dihasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri. Akhirnya,

kerjasama antara universitas dan industri dapat bersama-sama mewujudkan kemandirian bangsa. (Clorinda Donella)

Pre-Conference Energy (Seismic & Career Talk) Pre-Conference (Geothermal)

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-49

Page 53: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

International Student Paper Contest (ISPC) Funbike

Gala Dinner Seminar Nasional Kebumian

Geoexpo

Profesional Fieldtrip

Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK)

Funtrip

MajalahBumiGadjahMadaVol.3-46MajalahBumiGadjahMadaVol.3-50

Page 54: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

PRESTASI

Sel

amat

Kep

ada

AD

ITY

A P

RA

TA

MA

(Tek

nik

Geo

logi

UG

M 2

011)

Seb

agai

Ju

ara

I In

tern

atio

nal

Stu

den

t P

aper

Co

nte

st (

ISP

C)

UG

M 2

015

Page 55: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Selamat atas pengukuhan

KAGEOGAMA(Keluarga Alumni Geologi Gadjah Mada)

Pada tanggal 14 Oktober 2015

Kami dari TIM BUMI GADJAH MADAmengucapkan:

Page 56: Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY

[email protected]

hmtg.ft.ugm.ac.id

Memahami Bumi Memaknai Kehidupan