Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

18
------------------------- PEMIKIRAN ·FllSAFAT TIMUR DAN BARAT (Stuai Komparatff) Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada Para ahli tentang .Timur, para Orientalis, telah bekerja keras mengkaji Timur, namun temyata sampai saat in! be- lwn berhastl untuk hubungan yang hannoms antara Tunur dan Barat. Dalam Tunur, Barat sering digambar- kansebagai tnatenatisme, kapitalisme, rasionaIisme, dIDa- misme, saintisme, EOSitivisme, dan sekularisme, sedangkan Barat menganggap Timur sebagai: kemiskinan, kebodoltan, statis, fatalistis, aan kontemplatiI A. Pengantar Tulisan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pemikiran filsafat Timur. khususnya, India eina melalui komparasi dengan pemikiran filsafat Filsafat pada umumnya sebagai bidang ·yang paling brena me- nyangkut hal- seluruh bidang pemikiran Olanusia dan jauh dari urusan sehari-hari. Walaupun banyak orang mengira bahwa filsafat jauh dari perhatian manusia dan berada di balik pemaham- anrealitas, akan tetapi sebenamya setiap orang itu memiliki pandangan filsafatnya sendiri yang tercermin da- lam setiap tindakan dan perbuatannya. Dalam pemikiran filsafat Timur justru bertolak dari kehidupan manusia untuk memenuhikebutuhan hidupnya, seperti yang pemah diungkapkan oleh Werkmeister (dalam. Moore, 1968: 136) bahwa: -rhe most striking feature of Oriental phi{osophy, it seems to me, is with the status of. man in this world (China) and man's ultimate goal (India)" I

Transcript of Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

Page 1: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

-------------------------

PEMIKIRAN ·FllSAFATTIMUR DAN BARAT

(Stuai Komparatff)

LasiyoStaf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

Para ahli tentang .Timur, para Orientalis, telah bekerja kerasmengkaji d~aTimur, namun temyata sampai saat in! be­lwn berhastl untuk hubungan yang hannoms antara Tunurdan Barat. Dalam ~rspektifTunur, Barat sering digambar­kansebagai tnatenatisme, kapitalisme, rasionaIisme, dIDa­misme, saintisme, EOSitivisme, dan sekularisme, sedangkanBarat menganggap Timur sebagai: kemiskinan, kebodoltan,statis, fatalistis, aan kontemplatiI

A. PengantarTulisan ini dimaksudkan untuk

memperkenalkan pemikiran filsafatTimur. khususnya, India einamelalui komparasi denganpemikiran filsafat Filsafat padaumumnya sebagai bidang·yang paling brena me-nyangkut hal- seluruhbidang pemikiran Olanusia dan jauhdari urusan sehari-hari.Walaupun banyak orang mengirabahwa filsafat jauh dari perhatianmanusia dan berada di balik pemaham-

anrealitas, akan tetapi sebenamyasetiap orang itu memiliki pandanganfilsafatnya sendiri yang tercermin da­lam setiap tindakan dan perbuatannya.Dalam pemikiran filsafat Timur justrubertolak dari kehidupan manusiauntuk memenuhikebutuhan hidupnya,seperti yang pemah diungkapkan olehWerkmeister (dalam. Moore, 1968: 136)bahwa: -rhe most striking feature ofOriental phi{osophy, it seems to me, isit6co~ern with the status of. man inthis world (China) and man's ultimategoal (India)"

I

Page 2: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

B. Pemikiran Filsafat CinaPemikirnn fllsafat Cina telah

mengalami perkembangan pasang su­rut sejak awal sampai saat ini. Secaragaris besar pemikiranfilsafat eina.memiliki berbagai macam eiri khususantara lain: bersifat antroposentris,jauh dari hal-hal yang adikodrati,ke­kinian, demokratis, pragmatis, ingintabu segala sesuatu, hormat kepadaorang tua, dan keseimbangan.

Pernikiran filsafat Cina bersifatantroposentris dengan menekankanmanusia seperti yang diungkapkanoleh Moore (1977: 5) bahwa: "There is.the great emphasis upon man as asocial being, UJith all the problemsattendant to that int.erpretatwn" butwithout many of its alleged antiindividual connotations. " Manusiamerupakan orientasi dan titik sentralpembahasan pemikiran filsafat,sehingga kemampuan manusia hen­daknya dapat dioptimalkan untukmeningkatkan kualitas hidup manusia..Jauh dari hal-hal yang adikodrati da­lam arti bahwa manusia lebih me­nekankan pada kehidupan saat ini(this worldly) dengan mengutamakanusaha agar berbahagia dan diterima di

Pertanyaan-pertanyaan yang 2( ":kapitalisme, rasionalisme, dinamisme,muneul dalam pembahasan fllsafat saintisme, positivisme, danTimur rnisalnya., apakah yang dimak- sekularisme, sedangkan Baratsud dengan pemikiran filsafat Timur, menganggap Timur sebagai:apakah karakteristiknya, danbagai- kemiskinan, kebodohan, statis, fatalis­mana metode yang digunakan oleh tis, dan kontem}llatif. (Rohiman No­para filsuf dalam mengemukakan towidagdo, 1996: 45). Untuk lebih me­pemikiran-pemikiran fllsafatnya, "mahamipemikiran Timur dan Baratsehingga memiliki eiri khas tersendiri. perlu diadakan penelitian dan kajianUpaya untuk meneari jawaban-jawaban seeara lebih .serius. Dalam kesempatantentang fIlsafat Timur dengan segala inilah maka dipaparkan pemikiran ftl­aspeknya berkaitan erat dengan kebu- safat Timur yang ditekankan padadayaan, adat istiadat, agama, dan pemikiran fIlsafat Cina dan India de­kepereayaan yang berkembang seeara ngan sedikit perbandingan dengansimultan. pemikiran fIlsafat Barat.

Pemikiran fIlsafat merupakanpernikiran reflektif yang dapat berubahdari waktu ke waktu J 8uatu konscpyang terbuka dalarn arti selalu berkem­bang sesuai dengan keadaan; dan da­lam mencari pemecahan problematikatergantung pada bidang yang dihadapimaupun cabang filsafat yang dipakaisebagai objek formalnya (Lao Sze­Kwang, 1995: 272). Pemikiran filsafat·bersifat runtut (memperhatikankaidah-kaidah logika), menyeluruh(mencakup seluruh aspek kehidupan),mendasar (sampai ke hal-hal yangfundamental), dan spekulatif (dapatdijadikan titik tolak bagi pernikiranberikutnya).

Perkembangan pemikiran filsafatTimur dan Barat hampir sarna sepertidalam bidang-bidang yang lain,dengan penekanan berbentukkonflik,disharmoni, persaingan, maupunperbedaan persepsi daripada sikapsaling mengerti dan m~maklumi. Paraahli tentang Timur, para Orientalis,telah bekerja keras mengkaji duniaTimur, namun ternyata sampai saat inibelum berhasil untuk hubungan yangharmonis antara Timur dan Barat.Dalam perspektif Timur, Barat seringdigambarkan sebagai materialisme,

Page 3: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

daJam masyarakat serta selalu selarasdengan situasi, kondisi, dan alam se­meeta. Pemikiran filsafat tidak di­fokuskan pada kehidupan di dunia lain(other worldly), sehingga karya-karyayang muneul selaiu diarahkan untukmemenuhi kebutuban saat ini tero­tama kebahagiaan dan kesejahteraan.penekanan pada this worldly yang her­lebihan akan dapat mengarah· padasifst materialistis dan kurang mem­perhatikan nilai spiritual, oleh brenaitu maka periu diupayakanperimbangannya.

Penghargaan dan sikaptoleransi menjadi begitu besar yangmengandung konsekuensi munculnya.berbagai macam man fllsafat yangkemudian dikenal dengan nama: thehundred schools, dan juga ditunjukkanadanya faham-faham lain yang berasaldari luar seperti Buddhisme,Komunisme, Liberalisme, danKapitatisme. Kondisi semaeam inimenunjukkan adanya keterbukaandalam pemikiran filsafat, sehingga disatu sisi akan memperkaya filsafateins, namun di sisi lain merupakansuatu tantangan barn bagiperkembangan pemikiran filsafat itusendiri. Kondisi semacam ini memberi­kan kesempatan seluas-Iuasnya daIammengembangkan pemikiran filsafatsehingga bersifat demokratris. Hal inisebenamya sejak awal telah dieanang­kan oleh Confucius dengan menga­takan: "Only one who bursts with ea­gerness do I instrf-'Ct, only one who bub­bles with excitement, do I enlighten. If Ihold up one corner and a man cannotcome back to me with the other three, Ido not continue the lesson" (Smith,1985: 80). Hal ini menunjukkan ke-sempatan dan tuntutan yang tinggikepada peserta didik. untuk mengada­kan percobaan dan peneJitian, yang

juga dikembangkan daIam sistem pen­didikan dewasa ini agar lebih memper­banyak penelitian dan experimen.

Sifat demokratis menempatkanharkat dan martabat manusia daJamkedudukan yang sarna, misalnya Con­fucius memberi kesempatan seluas­luasnya bagi peserta didik untukmengadakan penelitian dan percobaanmandiri. Ia menganjurkan kepadamurid·muridnya untuk menyelidiki se­gala sesuatu secara empiris, yaitu her­dasarkan· penampakan praktis danberdasarkan pengalaman. Pendidikyang profesional tidak mendektekankebenaran sesuatu hal kepada pesertadidiknya, bahk.a.n mereka hamt; diberikesempatan untuk berfikir sendiri danmeneari penemuan·penemuan barndemi kemajuan ilmu pengetahuanmaupun bagi pengembangan yang her­sangkutan dan dapat menumbuhkanrasa percaya diri yang beaM. Hasilpenemuan yang berbeda perludidiskusikan dan dibuktikan kembali

.sebingga dapat diperoleh kejelasan.Perbedaan pendapat antara pesertadidik dengan pendidiknya periu disele­saikan dan peserta didik boleh mende­bat dan mendiskusikan, adu argumen­tasi untuk mempertajam penalaranperlu ·dikembangkan. Snat demokratisini dapat dilaksanakan dengan baikapabila disertai dengan kedewasaand.alam sikap maupun berpikir. Sifatinilah sebenarnya yang cukup banyakditumbuhkembangkan dalam tradisipemikiran filsafat Barat seperti misal­nya dengan metode dialektis sehinggadapat diperoleh iode-ide barn yangdigunakan untuk menyelesaiakn per­masalahan yang muncul

Pemikiran filsafat Cina jugamemiliki kecenderungan bersifatpragmatis, seperti yang dapat ditemu­kan d.alam pemikiran filsafat Confucius

Page 4: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

maupun Mo Tzu. yang mengarahkanajaran-ajarannya kepad:a perbaikanmasyarakat dan negara. Pragmatismesandiri, dewasa ini merupakantantangan kehidupan modem telahmelanda sebagian besar umat manusia,sehingga pengkajian ulang mendesakuntuk dilakukan... Di satu pihak sifatpragmatis akan menjadikan manusiaitu hemat dan bertindak hati-hati.Na­mun dilain pihak, manusia hanya akanmau melakukan sesuatu perbuatanjika tindakannya akan mendatangkankeuntungan khususnya bagi dirinyasendiri, dan ada juga kecenderunganuntuk mengelak terhadap tugas-tugasdan kewajiban-kewajiban yang memer­lukan pengorbanan khususnya pengor­banan materi. Oleh karena itu agar si­fat pragmatis ini dapat bermanfaat se·cara optimal maka ·sifat ini periu diekaitkan dengan nilai-nilai ke­manusiaan seperti yang dewasa ini se­dang populer yaitu masalah hak-hakasasi manusia.

Pemikiran filsafat Timur samaseperti filsafat Barat yang inginmengetahui segala peristiwa yang ter­jadi bahltan termasuk hal-hal yangberada di balik setiap peristiwa, begitupula filsafat Cina namun sering terben­tur pada sifat yang empiris dan thisworldly. Confucius menekankankepada murid-muridnya agar selalumencari hal-hal baru dengan jalanmendengar banyak tentangsegala hal,memilih yang untuk diikuti; melihatyang banyak untuk diingat. Dalampenelitian, data hendaknya dikumpul­kan secara empiris dan dianalisis se­cara kritis dengan penggunakan me­tode secara konsisten agar kebenaranyang diperoleh dapat diterima olehakal manusia dan secara objektif dapatdipertanggungjawakan. Confucius se­lalu menekankaD pada kemampuan

akal manusia, menolak mistik danadanya pencerahan secara mendadak,sehingga ia dikenal sebagai seorangrasionalis. Langkah awal dalam· men­capai kebahagiaan umat manusia ada­lab sifat ingin tabu, yang kemudianhendaknya diikuti oleh tindakan-tinda·kan berikutnya yaitu perluasan penge­tahuan, ketulusan kehendak, penertib­an batin, pengembangan hidup pribadi,pengaturan hidup keluarga, penga­turan hidup bermasyarakat, ketertibanbangsa, dan akhirnya perdamaiandunia. Dalam pengertian bahwa penge­tahuan yang telah diperoleh itu dapatdimanfaatkanbagi kemanusiaan.

Hormat kepada orang tua selainmerupakan salah satu karakteristikpemikiran filsafat eina juga kejiwaanorang eina yang memiliki perananyang serta pengaruh dalam berbagaiaspek kehidupan baik pribadi, ke­Iuarga, masyarakat, bangsan, maupunnegara. Hormat kepada orang tua(filial piety) mengqjarkan bahwa,kedurhakaan seorang anak terhadaporang tuanya adalah tindakan yangamat tercela, demikian pula orang tuayang tidak berlaku baik dan kasih sa­yang terhadap anaknya, kakak ter­hadap adiknya, adik terhadapkakaknya, isteri terhadap suami dansuami terhadap isterinya. Filial pietymendasari konsep etika dalampemikiran filsafat Cina, khususnyadalam hubungan kekeluargaan, yangkemudian dikembangkan melalui kon­sep loyalty melandasi hubungan ke·masyarakatan maupun kebangsaandalam arti luas. Sifat ini kurang begitumenonjol dalam pemikiran filsafatBarat. Lee Cheu-yin ( dalam Krieger1991: 110) memberikan komentarbahwa: "Confucius viewed filial piety08 not only providing material needsand ritual burial. The practice of filial

4

Page 5: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

pie'y should no" be though/, 01 asfu,lfi,llin,g a formality# but should becarried out as a natural andspontaneous product 01 /ilial afleceion.It should be a desire ofyour ~rmostheart and practised with respect andsincerity".

Hal ini berarti bahwa filial pietydan loyalty harus diterapkan herupasikap· seseorang dalam kehidupankonkret temtama dalam kehidupansehari-hari.

Keseimbangan cukup menonjoldalam pemikiran filsafat eina.Manusia dalam hidup ini diseyogyakanselaiu menjaga keseimbangan, agar iadapat hidup bahagia. Slfat secara rincidiajarkan dalam yin-yang, yang me­nyatakan bahwa di slam semesta itupada dasarnya terdapat dua prinsipyaitu prinsip positif (yang) dan negatif(yin). Seeara sepintas, nampak bahwakeduanya merupakan dua hal yangberbeda satu dengan yang lain, akantetapi tidak perlu dipertentangkankarena antara satu deng yang lainnyasaling membutuhkan dan saling me­lengkapi. Seluruh aspek kehidupan <Iialam semesta berada dalam hukum ke­seimbangan. Hal-hal yang sepintaskilas nampak berlawanan menurutpemikiran filsafat Barat, itu padadasamya saling melengkapi dalamkeadaan yang seimbang, sehinggamanusia selaIu berusaha menjaga ke­seimbangan dengan sebaik-baiknya.

Beberapa pokok-pokok pemikiranfilsafat eina yang cukup besar sampaidewasa ini antara lain diajarkan olehConfucianisme, Taoisme, Cb'an Bu­ddhisme, dan Neo-Confucianisme yangakan dipaparkan dalam uraian berikutini

Pertama, Confacianisme.Ajaran Confucianisme bersumber padaKitab-kitab Klasik, yang term dari

'1JIe Four Books dan '1JIe Five Classics.yang memuat berbagai bidang,khu8usnya bidang Metafisika danEtika. Metafisika ini herisi tentangpembahasan mengenai Tuhan danManuai&. Pengakuan adanya kekua­saan Tuhan sudah tertanam lama se­belum masa Confucius, yang dikenaldengan istilah Tim. Jochim (1986: 6)mengemukakan bahwa: -rhe Scrip­tures told of the deeds of early rulersand esemplifi,ed a basic Confucianprinciple according to which goodrulers prospered while evil ones werepunished. This principle, called theMandate of Heaven (Tie", Ming)Jspecified ehat a line of rulers receivedHeave",~ support lJ8 long as theybehaved virtuously but would lose itand be overthrown as SOOR 08 they didotherwise".

Konsep Tien, terkandung ideyang universal yaitu sebagai penciptaserta asal mula dari segala yang terjadidi dunia ini, sedangkan proses peneip­taanya itu akan bervariasi menurutpandangan masing-masing hal inimenjadi isue para pemikir baik didunia Barat maupun Timur, sehinggamuneni berbagai teori penciptaan,yang terjadi sejak masa Yunani Kunosampai dengan dewasa ini.

Ajaran tentang Tien Ming atauMandate of Heaven, menyatakan Tienmemberikan kekuasaan suatu negarakepada orang yang dipilihnya yaitumereka yang dianggap mampu untukmemimpin suatu negara. Dari ajaranini Confucius memandang Timsebagai kU8Sa yang personal, yangdapat memberikan tugas dantanggungjawab kepada manusia.Begitu pula apabila manusia itumengalami sukses sebenarnya telahdiatur oleh Tim. Hal ini tidak berartibahw8 Confucius mengajarkan orang

5

Page 6: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

untuk bersikap pasif, menunRu nasib;melainkan mengajarkan agar manusiabertanggungjawab, berusaba secaraoptimal dan apabila mengalamikegagWan hendaknya menyadaribahwa semuanya itu telah diatur olehTien. Pengaruh ajaran Tien Mingcukup berakar dalam kalanganmasyarakat dan peradaban manusia,setiap ada pemerintahan baru yangberkuasa .selaIu mendasarkan dirinyapada Tien Ming. Konsep tentangmanusia diperkenalkan oleh tokobConfuciuanisme antara lain: Menciusdan HsuD Tzu. Mencius, dikenaldengan pendapatnya bahwa kodratmanusia itu baik dan sejak IahiI'manusia telah dikaruniai oleh SangPencipta benib-benib kebajikan yangterdiri· dari jen (perikemanusiaan), yi(kelayakan), Ii (sopansantun), dan ch'i(kebijaksanaan). Kodrat manusia ituhendaknya dikembangkan sedemikianrupa sehingga manusia dapat memilikibudi pekerti yang Iuhur dan bergunabagi masyarakat, bangsa dan negara,yaitu untuk menjadi manusia.chun tzu.Tujuan ini bisa dicapai melalui pen­didikan tentang etika. Namun di dalamrealita kehidupan ternyata sering di­jumpai adanya orang jahat, menurutMencius, orang yang jahat itudisebabkan oleh ketidakmampuanmanusia mengembangkan benih-benihkebajikan dan juga karena pada mu­lanya tidak memperoleh pendidikanserta berkembang dalam lingkungankurang menguntungkan. Oleh karenaitu manusia hendaknya selaiupeduli terhadap lingkungannya agar<lapat diciptakan kondisi. yang me­mungkinkan berkembangnya kodratmanusia itu dengan optimal

Menurut Hsun Tzu padsdasamya manusia itu memiliki pem­bawaan yang jahat, sehingga apabila

dibiarkan berkembang secara leluasa,malta orang itu akan menjadi orangyang jabat, pemabuk, penipu maupunpeneuti. Agar manusia dapat menjadibaik, maka pendidikan memegang pe­ranan penting, yaitu untuk mengubahpembawaan manusia yang jahat ituagar menjadi baik. HsUD Tzu menga­jarkan bahwa pendidikan itu amatbermanfaat baik bagi pengembanganindividu maupun masyarakat, bagi in­dividu maka pendidikan ditekankanpada etika, sedangkan untukmasyarakat pada pembetulan nama­nama, yang artinya bahwa sesoorangitu hendaknya mampu menempatkandirinya sesum dengan kedudukannyadalam kehidupan ini

Manusia itu hendaknya selaiudalam keadaan yang seimbang danharmoni atan tengah sempuma (on themean), yang perlu direalisasikan dite-ngah-tengah kehidupanbermasyarakat dan hubungankemanusiaan. Lebih jelas pernahdiungkapkan oleh Paul Sib (1965: 43)dalam buku Chinese Humanism andChristian Spirituality bahwa:"Confucianism seeks harmony inhuman relation, and when it expressesitself in poetry, it radiates a sertainfragrance of symphaty that warm theheart. Nothing that is of interest toman as man is alien to it. It does notdespite any human feelings, affections,desires, appetites, it only insists thatthey should conform to the ideal of har­mony."

Hidup manusia menjadi her­makna apabila manusia itu dapatmembawa diri di tengah-tengah ke­hidupan masyarakat, bukan hidup un­tuk menyendiri dan mengasingkan diridari realitas, dan juga hukan untukmementingkan diri sendiri seperti yangdiajarkan oleh Taolisme. Manusia

6

Page 7: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

tidak boleh lari dari problematikakehidupan yang kadang-kadang terasaberat, akan tetapi manusia diwajibkanuntuk selalu berusaha agar dapatmengatasi dan menyelesaikan segalapermasalahan yang dihadapi dengancara yang terbaik

Tujuan hidup yang ingin dicapaibaik oleh Confucianisme menjadimanusia yang memiliki budi pekertiluhur dan tanggap dan peduliterhadap masyarakat danlingkungannya. Dew8s8 ini manusiadihadapkan pada perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi, maka olehkarenanya jika pengertian manusiayang bijaksanapun juga selainmemiliki kemampuan dalam bidangmoral ataupun etika juga kemampuandalam menghadapi perkembanganzaman yang Makin canggih ini.Manusia hendaknya selaiu berusahauntuk berperan serta dalam eraindustrialisasi dan globalisasi dantermasuk pula dalam ilmu dan penge­tahuan seperti yang diungkapkan olehTang Chun-i (dalam DouglasLanchashire, 1981: 50). "The spirit ofConfucianism in ancient China was re­ligious, moral and philosphical, butalso emphasized the requirements andthe enrichment o/life and therefore em­braced both science and technology".

Lebih lanjut untuk dapatmenjadi manusia yang ideal yaitumanusia yang bijaksana dan dapatditerima oleh masyarakat, tempatmereka hidup, maka faktor utamayang perlu ditekankan adalah bidangmoral.

Etika Confucianisme dapatdikelompokkan menjadi ajaran Etikapribadimeliputi ajaran tentang yi(kelayakan), Ii (sopan santun), ch'i(kebijaksanaan) dan tao Galan), danEtika sosial tercermin dalam ajaran

tentang jBn, (perikemanusiaan), hsioo(bakti anak terhadap orang tua) danwu lun. (lima hubungan kemanusiaan).

Menurut Confucianisme jen ada­lab suatu proses dari perkembangannOO-nOO spiritual (Ching, dalam Eber,1986: 71). Jen merupakan rasa ke­manusiaan sejati yang dimiliki olehsetiap manusia yang dalam Analectsjen merupakan karakteristik yang fun­damental dati keteraturan segala se­suatu yang ada, yang akan tercermindalam tingkah laku perbuatanmanusia. Jen terdiri dati dua unsuryaitu shu dan chung. Shu (reciprocity:timbalbalik) merupakan prinsiptimbval balik atau tepa selira. Chung(loyalty: kesetiaan)terhadap kewajibandan kemanusiaan, sehingga dalammelakukan Buatu perbuatan tidakmengharapkan suatu imbalan, apapunbaik herupa materi maupun herupapujian, yang berarti pula sepi in,g pam­rih, jadi melakukan suatu perbuatanadalab demi perbuatan itu sendiri,atau karena perbuatan itu sendiri,atau karenaperbuatan itu memanglayak bagi kemanusiaan atau yi. Yimerupakan suatu keharusan yangberada d.alam diri seseorang untukmelakukan suatu perbuatan dengantanpa adanya syarat-syarat tertentu.Ajaran ini seperti imperatifkategorisnya Immanuel Kant. Yimerupakan suatu alat pengarah danpedoman bagi tindakan manusia yangberasal dari dalam diri manusia.

Pelaksanaan jen akan dapatmemperoleh suatu manfaat apabiJa didasarkan pada Ii atau aturan sopansantun. Li merupakan faktor utamadalam pembentukan chan tzu, melaluipelaksanaan Ii yang tertib makamanusia akan menemukan sendiri si­Up hidupnya. Jen dan Ii ini dimanifes­tasikan dalam kehidupan nyata baik

7

Page 8: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

dalam hubungan kemasyaruatanataupun dalam kehidupan berkeluargasebagai rasa bakti terhadap orang tua,yang diajarkan dengan hsiao atau {iliaI.piety yaitu bahwa seseorang itu harnsmenaruh rasa hormat. dan bakti ter­hadap kedua orang tua yang telahmenjadi perantara manusia labir didunia ini, dan juga telah memberikandasar-dasar pendidikan. Ajaran-ajarantersebut dapat diamalkan dengan baikapabila manusia selalu memahamiToo, yang artinya jalan yang· harusditempuh oleh setiap makhluk ·hidupdan berfungsi sebagai kode etik indi­vidu dan sebagaipola pemerintahanyang harus dilakukan oleh parapenyelenggara negara.

Cheng-ming atan pembetulannama-nama yang isinya chun-chun,chen-chen, fu,-fu, dan tse-tse (rajasebagai raja, menteri· sebagai menteri,ayah sebagai ayah, dan anak sebagaianak). Ajaran ini mengandung maknatentang simpati, yang isinya bahwasetiap individu harus menyesuaikandirinya sesuai dengan posisi dankewajiban-kewajiban dalam kehidupanberkeluarga, bermasyarakat,berbangsa maupun bemegara. Denganmengetahui seeara pasti kedudukandan fungsinya serta tanggungjawabyang diberikan kepadanya makamampu berbuat sesuai dengan tugasdan kewajibannya.

Untuk itu perlu mempunyai ch'i(kebijaksanaan) yang sekaligus mern­puan sarana untuk mencapai keba­hagiaan umat manusia . Ch'i ini padaprinsipnya berasal dari dalam diripribadi setiap individu, sehinggamanusia dilarang untuk membenci dirisendiri maupun orang lain dan bertin­dak sewenang-wenang yang kadang­kadang bertentangan dengan nilai­nilai kemanusiaan.

• JJIJ1i4lFilMfat, .Maret IW7

Dalam upaya mewujudkanmasyarakat, bangsa dan negara yangteratur tertib dan sejahtera, makaperlu dikembangkannya wu lun (limahubungan kemanusiaan) dengan her­tumpu pada ajaran hsiao, yaitu meli­puti hubungan antara raja dengan rak­yat, orang tua dengan anak, suamidengan isteri, kakak dengan adik danhubungan antar sesama ternan. Kese-\muanya itu periu dijaga dalamkeadaan yang seimbang dengan salinghormat menghormati, salingmembutuhka~ guna dapat menempubkebahagiaan hidup karena padaprinsipnya semua manusia itumerupakan suatu keluarga besar.

Dari uraian di atas nampaklahbahwa Confucianisme di satu sisi bersi­fat idealis untuk mencapai tujuanyang diinginkan, namun di sisi lainbersifat realis dalam arti seialuberpijak pada kenyataan.Confuciansime mencoba untukrnenyellnbangkan realisme danidealisme.

Kedua, Taoisme. Ajaran Tao­isme bersumber pada Tao Te Chingyang menurut berbagai pendapatmerupakan hasil karya Lao Tzu. Tao­isme lebih menekankan pada kejadian­kejadian dan hukum-hukumalam, se­cara garis besar ajarannya berisi ten­tang : tao, te, dan wu wei.

Tao merupakan suatu konsepmetafisik yang selalu mengikutihukum alam, suatu benda yang sangathalus yang di dalam dirinyamengandung segala hal yang ada didunia ini bahkan segala hal ihwal didunia ini termasuk hal-hal yangbertentangan atau berlawanandikandungnya dan diselaraskan sepertimisalnya terang dan gelap, diam dangerak, ada (being) dengan tiada (nonbeing), rupa dengan tanpa rupa, baik

8

Page 9: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

dan buruk, benar dan salah, indah danjelek. Fung Yu-lan (1952: 1~7)

memberikan pengertian Tao sebagaiSe8uatu yang di dalamnya me­ngandung hal-hal yang tidak ada dansetiap benda menjadi ada. Oleh karenaitu selalu ada benda-benda, Tao tidakpemah berhenti dan nama Tao tidakpemah berhenti ada. Tao adalah awalatau asal dati segala 8esuatu yang adad.i alam semesta. Suatu nama yang ti­dak pernah berhenti ada adalahsebuah nama yang abadi dan namayang semacam inilah yang di dalamrealitasnya sama sekali bukan nama .

Terdapat suatu kesulitan dalammemberikan pengertian yang tepat me­ngenai istilah Too. Jika Too dalamkedudukannya sebagai asal slam se­mesta maka pengertian Tao mungkinjuga bisa dirumuskan sebagai Dzat asaliyang di dalamnya mengandung segaiatenaga yang hidup, yang menjadi haki­kat segala sesuatu yang ada <Ii alamsemesta ini. Tao adalah hakikat jiwayang mengatur alam semesta. Too adadengan sendirinya,adanya tidak dise­babkan oleh yang lain. Tao adalah mut­18k dan tidak dapat dicapai oleh akalmanusia yang pada dasamya akalmanusia itu terbatas, dan oleh karenaTao tidak dapat dicapai oleh aka!manusia maka sebenarnya pengertianTao itu tidak dapat dirumuskan dengankalimat ataupun kata-kata. Dalamhubungannya dengan pengertian Tooini Hughes (1954: 147) menyatakanbahwa: "Tetapi, betapapun banyaknyakata-kata digunakan,· jumlah kata-kataitu akan mencapai titik akhimya. Lebihbaik (tidak berkata-kata apa-apa) danmemegang teguh makna (antarakeyakinan yang terlalu banyak denganterlalu sedikit tentang Sorga danBumi)".

• JKnt4fifG4fat, Maret 1997

Dari Tao sebagai Dzat asalimelahirkan Bumi dan Sorga dan danpersenyawaan Bumi dan Sorgalahirlah segaIa Se8uatu yangada danterjadi di dunia ini termasukkebudayaan, ajaran·ajaran, lembagapemerintahan dan pendidikan. KonsepTao sebagai sumber asal·asal usulgejala-gejala temporal merupakan ideyang khas dalam Taoisme. Ide tersebutmemiliki dampak yang cukup besardalam pemikiran filsafat einakhususnya tentang alam semesta danmanusia (Yosep Umarhadi daIamMudji Sutrisno, 1993: 76).

Jadi Too pada dasarnya meru·pakan hakikat alam semesta yangadanya sebelum alam semesta. Taomencakup segala sesuatu dan me­menuhi segala isi alam semesta seearaspontan tanpa suatu usaha apapun dantidak dengan sengaja. Too tidak dapatdilihat, tidak dapat didengar, bahkanpula tak dapat disebut. Alangkah in­dahnya Tao ini. Hal ini seperti diung­kapkan oleh Seeger (1951: 98) bahwa :Tao tak terbentuk tetapi berada di­mana-mana. Semua di dunia ini ter­gantung kepada Too untuk dapathidup. Tao mencintai dan memberimakan kepada semua benda dan mak­hluk, tetapi tidakdiminta untuk di­balas budinya. Segala-galanya terdiridan terjadi dari Tao dan akan kembalipula kepadanya, tetapi dia tidak me­merintah atau melarang. Tao lebihkecil daripada yang terkecil, dan lebihbesar dari yang terbesar. Tao tidakke­lihatan, tetapi mengisi dan menyem­pumakan segala makhluk dan benda.

Oleh karena segala sesuatuberasal dari Tao dan segala seuatuakan kembali kepadanya maka di da­lam Taoisme diajarkan tentang The re­versal movement of Too atau gerak

< baIik dari Tao. Ajaran ini berisi dari

9

Page 10: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

ekstrem yang satu ke ekstrem yanglain, misalnya musim panas bila sudahmencapai puncaknya akanberkembang ke musim dinginsebaliknya jika musim dingin sudahmencapai puncaknya maka akanberkembang ke musim panas. Olehkarena itu manusia dianjurkan untuktidak mencari hal-hal yang ekstremagar <lapat meneapai kebahagiaan.Fung Yu-Ian (1960: 30) menyatakanbahwa baik dalam lingkungan alamkodrat maupun di dalam lingkunganyang dikuasai oleh manusia,perkembangan(dari apa saja) yangsecara berlebih-Iebihan menuju kearahyang sebaliknya. Manusia hendaknyatidak berbuat yang berlebih-Iebihankarena yang demikian itu sebenarnyaakan memperoleh akibat yangsebaliknya, manusia hendaknya harnsmenjauhkan diri dari perbuatan yangdibuat-buat termasuk juga adatistiadat dan manusia sebaiknyamendekatkan pada alam semesta.

Te (kebajikan). Kebajikanmerupakan suatu kekuatan moral bagimanusia yang memilikinya dan akanmenyinarkan sesuatu wibawa bagi or­ang lain yang ada di sekitarnya. laadalah orang yang berbahagia labirdan batin. Orang harus menearimenyukai kebaikan. Lao Tzumengillustrasikan: bahwa kebaikan itulaksana air. Air memberi hidup kepadsemua yang ada, meskipun ia mengalirke tempat yang rendah. Semua sungaibesar dan keeil akhirnya airnyamengalir ke laut, tempat lebih rendahdaripada sungai. Akan tetapi semuamenuju dan kembali ke laut. Tak adayang lebih halus dan lemah daripadaair, tetapi air dapat mengalahkan danmenguasai benda yang keras dan kuat.Berdasarkan illustrasi ini maka sudahsepantasnya bahw8 orang yang

memiliki te tidak akan bersikapsombong, tidak akan bermusuhan danmembuat perselisihan dengan oranglain, maka tak akan ada orang yangmenjadi musuhnya. Dia menolongsemua benda dalam pertumbuhannya,tetapi tidak ikut eampur mngan.hatinya tidak untuk dirinya sendiriakan tetapi untuk kepentingan orangbanyak, perbuatan yang baik dibalasdengan kebaikan dan perbuatan yangjahat juga akan dibalas dengankebaikan.

Setiap manusia memiliki kesem­patan untuk memperoleh te denganjalan menyesuaikan diri pada Taomelalui wu-wei yaitu tidak berbuatapa-apa, yang artinya: Pertama, tidakmelakukan hal-hal yang bertentangandengan alam semesta, orang harnshidup dekat dengan alamo Kedua,orang harus hidup menurutpembawaan alamiahya, menghindariadat istiadat yang telah dibuat olehmanusia, berjanji tidak berambisiyangberlebih-Iebihan dalam memenuhikeinginan-keinginan terutamakeinginan yang bersifat material.Orang seharusnya menerima apa yangdiberikan oleh hidup danmemanfaatkan-nya dengan sebaik­baiknya. Ketiga, orang seharusnyabertindak dengan wajar, agar prestasiyang dicapai dapat optimal. Orangyang ingin mencapai prestasi yangtinggi, tetapi dengan cara yang berle­bib-Iebihan atau tidak wajar maka ke­mungkinan tidak berhasil bahkan ka­dang mendapatkan hasil yang sebali­knya.

Taoisme itu telah mengalamisuatu perkembangan yang tidak kon­sekuen karena terjadinya berbagaipenyimpangan dari ajaran para tokoh­tokohnya. Penyimpangan itu di­mungkinkan adsnya kepentingan indi-

IO

Page 11: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

vidu atau ke1ompok yang ditonjolkandalam kehidupan bersama. Taoismenampaknya memeliki kecenderunganpesimismme dalam menghadapi reali­tas kehidupan ini, dengan jalan men­dasarkan pertimbangan-pertimbangandalam pemikiran filsafatnya pada ge­jala a1amiah ·sehingga sering disejajar­kan dengan Naturalisme, yang me­nekankan pada segala macam gejalamemiliki hukum sebab akibat.

Ketiga, Ch'an Buddhismebentuk baru dari perpaduanBuddhisme dari India denganpemikiran filsafat eina, yangpengaruhnya cukup basar sampaidewasa ini. Ajaran Ch'an Buddhismeyang cukup menarik perhatianmasyarakat Cina adalah ajaran ten­tang Boddhisattva. Boddhisattvaberasal darikata bodhi yang artinyawisdom atau enlightenment dan sattvayang artinya existence ini sehinggaBoddhisattva .sering diartikan sebagai"seseorang yang sudah punya hak un­tuk masuk. nirwana dan menjadi Bud­dha, akan tetapi dengan sengaja men­dahulukan haknya itu untuk mempe­ringatkan orang yang masih ada di da­lam a1am semesta ini supaya menda­patkan penerangan dan bekerja untukkeselamatan mereka" (Creel, 1954:204). Ajaran ini memang menarik teru­tama bagi rakyat yang baru menderitadan mengalami kesulitan, karenaorang masih mempunyai harapanhidup yang bahagia pads masamendatang yaitu dengan masuknirwana yang dicapai setelahkehidupan duniawi yang penuhdengan berbagai problematika dan tan­tangan.

Tiap-tiap penganut Buddhismedapat memperoleh keselamatan dankebahagiaan hidup, yang dapat dicapaimelalui meditasi maupun dengan si-

• JJtrnalFi{;f~ Maret 1997

kap-sikap kelembutan, belas kasihan,dan ramah tamah (To Thi Anh, 1985:29), yang artinya ikut merasakanpenderitaan yang dialami oleh se­seorang yaitu dengan menjadi Boddhi·sattva. Ajaran .ini telah memberikansuatu altematif baru bag} masyarakateina pada saat itu yang telah banyakdibekali dengan nilai-nilai ajaran Con­fucianisme dan Taoisme. Menurut Con­fucianisme hanya orang-orang tertentuyang berhak mendapatkan kesela­matan yaitu ·kaum terpelajar yangmampu menyelidiki kitab-kitab klasikuntukkemudian mengamalkan ajaran­ajarannya dalam kehidupan sehari­hari untuk kemudian menurutConfucianisme akan menjadi chun tzu(gentleman: manusia yang agung), se­bagai manusia paripurna yang akanmemperoleh kebahagiaan jika hidup­nya dapat bermanfaat bagi kehidupanmasyarakat. Taoisme di lain pihak me­nekankan pada kehidupan pribadiyaitu dengan mengikuti hukum-hukumyang berlaku bagi alam semesta,manusis dianjurkan untuk hidupmenyendiri jauh dari kehidupanmasyarakat ramai yang penuh denganberbagai permasalahan dan tindakan·tindakan semu yang kadang-kadangbertentangan dengan hukum alam se­mesta. Menurut Taoisme hanya orang­orang yang hidup dekat dengan a1amyang dapat memperoleh keselamatankarena tidak pernah menentang hu­kum-hukum alam yang berlaku.Mereka hidup dengan sangat seder­hana dan da1am tingkah laku maupunperbuatannya selalu berusaha untukmenyesuaikan dengan alamo Merekajuga memperhatikan pergantianmusim serta tidak mengeksploitasisumber daya alam semesta berlebihandan merasa sudah puas apabila

II

Page 12: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

kebutuhan-kebutuhan dasarnya dapatdipellU}li

Keempat, Neo-Confucianisme. PenganutConfucianisme menganggap bahwaBuddhisme di eina mengajarkan hal­hal yang sulit dibuktikan ke­benarannya melalui indera dan peng­alaman manusia. Buddhisme tetap ti­dak berhasil dalam usahanya memper­baiki keadaan masyarakat yangmenderita kemiskinan, sehinggamenimbulkan berbagai keberatan daripara penganut Confucianisme Klasikyang ingin kembali kepada nilai-nilaikuno yang telah diwariskan oleh nenekmoyang mereka. Hal inilah yang nam­paknya merupakan salah 8atu faktorutama munculnya aman barn dalamfI1safat eins yang kemudian saat inidikena) dengan Dama aliran Neo-Con­fucianisme. Sebagai bentuk reaksi ter­hadap perkembangan Buddhisme dieina, Neo-Confucianisme mencoba un­tuk memberikan dasar-dasar dalampemikiran rIlsafatnya bertolak datiajaran Mencius yang menyatakanbahwa: "segala sesuatu lengkap dalamdiriku" (Baskin, 1974: 178). Neo-Con­fucianisme mendapatkan pengaruhdari Buddhisme dan Taoisme (de Bary,1972: 12). Oleh karena segala sesuatutelah lengkap dalam d.iri seseorangmua untuk dapat mengetahui alamsemesta beserta isinya, manusia padadasamya cukup dengan melakukanmeditasi tidak perlu mengadakanpenelitian empiris melalui percobaan­percobaan atau studi lapangan. Dalamhal ini jelas berbeda dengan ajaranConfucius yang selaIu menekankanpada pengalaman empiris dan praktisserta kecenderungannya untukmencari data dari pengalaman hidup ditengah-tengah masyarakat.

Neo-Confucianisme mengajarkanadanya Li atau 700 sebagai The GreatUltimate ataupun The Supreme Ulti­mate yang merupakan sumber darialam semesta beserta isinya. Vv"alaupunpara filsuf berbeda dalam memberikanterminologi dan ulasan mengenai TheGreat Ultimate, namun ide dasarnyabahwa mereka mengakui suatukekuatan yang berada di luar dirimanusia dan alam semesta. Chu Hsimengajarkan bahwa tiap-tiap makhlukdi dunia ini sebenarnya memiliki Liyang merupakan bagian dari Li yangbesar. Menurut Chu Hsi, Li seringdiartikan pula sebagai hukum yangmengontrol perjalanan alam semesta, Iijuga merupakan prinsip rohani yangmenembus seluruh alam semesta dandalam 8aat yang sarna berada dalamsetiap individu yang lain. Setiapmanusia hendaknya mampumembedakan tiap-tiap Ii yang terdapatdalam setiap makhluk dan benda. De­ngan diketahuinya dan dikenalnyakonsep Li sebagai The Great Ultimateagar mampu memahami Li, maka halini berarti bahwa landasan nilai religi­us juga sudah mulai dikenalkan kern­bali oleh Neo-Confucianisme dalampemikiran filsafat eina.

Tang Chun-i (dalam Moore,1977: 51) memberikan komentarnyabahwa Neo-Confucianisme lebihbersifat metafisik dan religius daripadaConfuciansme Klasik, sehinggakonsekuensinya kaurn Neo-Confucianisitu pada umumhya memilikipandangan yang lebih lengkap dalambidang moral maupun super moral,sehingga ide-ide tentang Heaven" God,the Reason 01 Heaven, and the Mind ofHeaven, menjadi bahan yang cukupmenarik untuk dibahas dandidiskusikan.

12.

Page 13: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

Dalam ajarao tentang alam se­mesta, Noo-Confucianisme banyakmengambil dari Kitab Perubahan (1Ching) yang antara lain membicarakantentang asal mula dari alam semestadan hukum-hukum yang ada di dalam­nya. Alam semesta itu berasal dari TheGreat Ultimate, melalui suatu prosesevolusi dengan prinsip yin yang. DariThe Great Ultimate lahirlah lima URsurasall dari alam semesta yaitu: air, api,tanah, kayu, dan logam yang masing­masing memiliki suat produktif dandestruktif terhadap yang lainnya, se­hingga terjadilah alam semesta besertasegala isinya.

Etika Neo-Confucianisme, diung­kapkan oleh Ch'ang Tsai dengan me­ngambil ajaran Mencius yang me­nyatakan bahwa pada dasarnya kodratmanusia itu baik, seperti gambaranyang telah diberikannya bahwa apabilaseseorang itu membiarkan mengikutiperasaannya (kodratnya), maka sebe­narnya mereka akan melakukan hal­hal yang baik karena memang kodrat­nya itu baik, sedangkan apabila terjadikejahatan maka sebenamya itu terda­pat kesalahan itu bukanlah karenapembawaannya (Chan, 1973:511). Olehkarena itu tugas utama manusia ada­lah untuk mengembangkan kodratnyayang baik, agar dapat diwujudkanBuatu· masyarakat yang berbahagia dansejahtera. Keadaan ini dapat direal­isasikan apabila setiap individu de­ngan menjadi chun tzu, yaitu sebagaiseorang yang telah mencapai suatutingkatan tertentu sebagai seorangyang paripuma. Manusia yangdemikian itu dapat hidup dengan baik,berguna di tengah-tengah masyarakat,dan mampu mencari jalan keluar dariproblema kehidupan nyata. Padsdasamya manusia itu baik, namundemikian ia telah terbelenggu oleh

emosinya, sehingga mereka mengalamikekecewaan dan hidupnya tidak ba­hagia.

Hal ini berarti nilai kebaikan itusebenarnya telah dibawa oleh manusiasejak dilahirkan, namun kadang-ka­dang nilai kebaikan itu kurang dapatberkembang oleh karena emosimaupun pengaruh dari lingkunganyang kurang menguntungkan. Olehkarenanya perlu diciptakan suatusuasana yang dapat memungkinkanberkembangnya kodrat manusia itusecara maksimal.

Ch'eng Hao yang telah mengin­terpretasikan jen atau kemanusiaanitu kepada hal-hal yang bersifatmetar18ik. Hal ini jelas berbeda denganajaran Confucius tentang jen yangmemiliki dua prinsip shu (timbal balik)dan chung (kesetiaan) itu hendaknyabenar-benar dapat direalisasikan da­lam kehidupan bermasyarakat. Per­gaulan dan tingkah laku manusia hen­daknyaselalu memiliki rasa salingmenghormati dan menghargai oranglain, begitu pula dengan kesetiaan ber­arti setia kepada keluarga, masyarakatdan negara serta tugas dan tanggung­jawab masing-masing. Dengan prinsiptimbal balik ini, mengilhami berbagaibentuk kerjasama antara sesamamanusia, bangsa dan negara.

Tokoh Neo-Confucianisme yanglain, Lu Hsiang-shan jugamengajarkan bahwa dalam usahauntuk mencapai kebahagiaan, manusiahendaknya mengadakan introspeksiterhadap dirinya sendiri yaitu denganmengenalli yang ada di dalam dirinya.Dengan kekurangan dan kelebihannyamasing-masing, sehingga dapatmelakukan perbaikan-perbaikan dalamtiridakannya untuk masa yang usndatang.

Page 14: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

Dalam ajaran tentang alam semesta,Neo-ConCucianisme banyak mengambil dariKitab Perubahan (1 Ching) yang antaralain membicarakan tentang asal mula darialarn semesta dan hukum-hukum yang adadi dalamnya. Alam sem~sta itu harasal dariThe Great Ultimate, melalui suatu prosesevolusi dengan prinsip yin. yang. Dari TheGreat Ultimate lahirlah lima unsur asalidari alam semesta yaitu: air, api, tanah,kayu, dan logam yang masing-masingmemiliki siCat produktif dan destruktifterhadap yang lainnya, sehingga terjadilahslam semesta beserta segala isinya.

Etika Neo-Confucianisme, diung­kapkan oleh Ch'ang Tsai dangan mengam­hil ajaran Mencius yang· menyatakanbahwa pada dasarnya kodrat manusia itubaik, seperti gambaran yang telah diOOri­kannya bahwa apabila seseorang itu mem­biarkan mengikuti perasaannya(kodratnya), maka sebenarnya merekaakan melakukan hal-hal yang baik karenamemang kodratnya itubaik, sedangkanapabila terjadi kejahatan maka sebenarnyaitu terdapat kesalahan itu bukanlahkarena pembawaannya (Chan, 1973:511).Oleh karena itu tugas utama manusia ada­lab untuk mengembangkan kodratnya yangbaik, agar dapst diwujudkan suatumasyarakat yang berbahagia dan se­jahtera. Keadaan ini dapat direalisasikanapabila setiap individu dengan menjadichun tzu, yaitu sebagai seorang yang telahmencapai suatu tingkatan tertentu sebagaiseorang yang paripurna. Manusia yangdemooan itu dapst hidup dengan baik,berguna di tengah-tengah masyarakat,dan mampu menceri jalan keluar dariproblema kehidupan nyata. Pada dasarnyamanusia itu baik, namun demikian ia telahterbelenggu oleh emosinya, sehinggamereka mengalami kekecewaan danhidupnya tidak bahagia.

Hal ini berarti nilai kebaikan itu se­benarnya telab dibawaoleb manusia sejakdilahirkan, namun kadang-kadang nilaikebaikaD itu kurang dapat berkembangoleb karena emosi maupun pengarub darilingkungan yang kurang menguntungkan.

Oleh karenanya perlu diciptakan suatuSU8S8DS yang dapat memungkinkanberkembangnya kodrat manusis itu secaramaksimal.

Ch'eng Hao yang teIsh· menginter­pretasikan jen stau kemanusiaan itukepada hal-hal yang bersifat metafisik. Halini jelas berbeda dengan ajaran Confuciustentang jen yang memiliki dua prinsip shu(timbal batik) dan chung (kesetisan) ituhendaknya hanar-benar dapat direalisasi­kan dalam kehidupan bermasyarakat. Per...gaulan dan tingkah laku manusia hen­daknya salalu memiliki rasa salingmenghormati dan menghargai orang lain,begitu pula dengan kesetiaan berarti setiakepada keluarga, masyarakat dan negaraserta tugas dan tanggungjawab masing­masing. Dengan prinsip timbal balik ini,mengilhami berbagai bentuk kerjasamaantara sesama manusia, bangsa dan ne­gara.

Tokoh Neo-Confucianisme yang lain,Lu Hsiang-shan juga mengajarkan bahwadalam usaha untuk mencapai kebahagiaan,manusia hendaknya mengadakan intro­speksi terhadap dirinya sendiri yaitu de­ngan mengenal li yang ada di dalsm diri­nya. Dengan kekurangan dan kelebihannyamasing-masing, sehingga dapat melakukanperbaikan-perbaikan dalsm tindakannyauntukmasa yang akan datang.

Neo-Confucisnisme merupakan per­psduan berbagai macam aliran pemikiranfussfst yang ada dalam usaha untuk meng­antisipasi problem aktual yang dihadapioleh masyarakat, bangsa dan negara. Da­lam perkembangan pemikiran filsafatberikutnya, di Cina dengan masuknya pen­garuh dari pemikiran Barat terutamasejakawal ahad ke 19, maka Neo-Confucianismedihadapkan pada pemikiran-pemikiranbaru baik dari Kapitalisme maupun Sosial­isme Komunisme. Pada awal ahad ke 20Sun Yat Sen berusaha mengadakan suatugerakan Nasionalisme sebagai suatugerakan Cina Baru yang didasarkan padsTiga Dasar Kerakystan stau San Min Chu1 yaitu: 1. Kebang&aan atau Nasionalisme,

Page 15: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

2. Kerakyatan atau mokrasi dan 3.Keadilan Sosial atau Sosialisme. UsahaSun Yat Sen ini nampaknya kurangberhasil dan kemudian digantikan olehMao Ze Dong dan Deng Xiao-pingdengan Komunismenya, yang saat inisedikit demi sedikit.sudah ditinggalkankarena eina sudah menganut sistemperekonomian Kapitalisme dan Li­beralisme dan selaiu berusaha untukmenggali dan menginterpretasikankembali ajaran-ajaran fIlsafat yangpemah berkembang dan hidup untukmencari paradigma baru dalammenghadapi era globalisasi. Hal iniberarti bahwa pemikiran fIlsafat einamerupakan sistem nilai berfungsi se­bagai pembimbing dan pengarahmanusia dalam mengekspresikan ke­butuhan hidupnya.

c. Pemikiran Fils.fat IndiaPemikiran filsafat India selain

memiliki persamaan dengan pemikiranfusafat pada umumnya juga menun­jukkan adanya kekhususan karakter­istik. <4tlam proses perkembanganpemikiran fmafat India, temyata ba­nyak dipengaruhi oleh akar budayaIndia itu 8endiri, sehingga di Indiapemikiran filsafat berkaitan erat deng­an tradisi, kebudayaan, dan agama.Pemikirannya berciorak religius, se­hingga meruapakan suatu kekuatanrokhani yang memiliki peranan pen­ting dan besar dalam mencapai kese­lamatan hidup manusia. Filsafat di­maksudkan untuk mengarahkan danmenunjukkan kepada manusia dalamusahanya mencapai tujuan hidup yaitukebahagiaan.

Filsafat India memiki karakter­istik (Radhakrishnan dan Moore, 1957:XXll-xxxx),Wagiyo, 1996: 1). motifspiritual, 2). hubungan antara filsafatddan hidup., 3). Sikap dan pendekatanintrospektif terhadap realitas., 4).

• JKrt14fFiGafat, Maret ItRl

Kenderungan kea arab Idealisme mo­nistis khususnya Hindusime., 5). In­tuisi diterima sebagai satu-satunyametode untuk mencapai kebenaran., 6).Penerimaan otoritas Veda., dan 7).Pendekatan sintesis terhadap peng­alaman dan realitas dengan memper­timbangkanaspek tradisi.

Ditinjau dari sejarah ftlsafat,pemikiran ftlsafat India dapatdikelompokkan meojadi dua aliranyang besar yaitu Hinduisme(Ortodoks) dan Buddhisme.(Heterodoks).

Pertama, Hinduisme. Hindu­isme merupakan peletakdasar daritradisi pemikiran filsafat India yangmendasarkan pemikiran-pemikirannyapada otoritas Veda.Hinduisme olehZaehner (1992: ix) diartikan sebagaicara hidup yang khas bagi suatuhangsa secara menyeluruh, suatu etosnasional yang tsk bisa dijamahmeskipun hukan tidak nyats, lebihdaripada sebagaisuatu agama dalamarti kata Barat, yakni kesetiaan padaperwahyuan yang dipercayai sebagaipemberian Tuhan dan pemujaankepada Tuhan sesuai dengan isi per­wahyuan itu. Hinduisme memiliki ali­ran pemikiran yang cukup banyak,yang pada umumnya mengajarkanagar m,anusia selalu beruapaya untukmencari keselamatan hidup <taripenderitaan yang secara teros menerusdi alami manusia. Hinduisme menga­jarkan adanya tiga jalan keselamatanyang bisa ditempuh oleh manusiayaitu: jnana (Upanishad dan Veda),bhakti, dan karma Muji Sutrisno,1993: lOB-I10).

Jnana (Upanishad danVeda). Jalan keselamatan melaluipenghayatan dan pemahaman ter­hadap pengetahuan yang paling dalamyaitu manusia meleburkan dirinya da-

Page 16: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

lam realitas yang Mutlak (Brahman).Brahman diartikan sebagai SupremeBeing, meruapakan "daya hidupagung", menghidupkan, menggerak­kan kosmos bagi segala sesuatu ter­masuk manusia. Antara Brahman se­bagai realitas yang Mutlak merupakansatu kesatuan dengan jati diri manusia(atman) , karena pada dasamya segaiasesuaatu itu merupakan manifestasiBrahman. Bhakti, dihayati melaluisikap bhakti yang tulus, sehinggamanusia akan terbebas dan ikatan­ikatan kelahiran kembali. Karma, ar­tinya dilakukan dengan cara me­menuhi kewajiban manusia, yaitumelalukan perbuatan yang memanglayak dan benar. Dalam Hinduismetujuan ·utama dari pemikiran fIlsafatadalah untuk menemukan jati diriyang paling hakiki yang disebut atm.anuntuk kemudian menyatu denganBrahman.

Setelah manusia berhasil mene­mukan jalan keselamatan berarti iatelah dibebaskaD (moksha), sehinggatidak lagi terikat pada samsara yangdikondisikan oleh ruang dan waktu,sebab dan akibat. Untuk itu, makamanusia hendaknya seialu patuh ··padadharma sebagai hukum yang abadiDharma tidak berawal, tidak berakhir,baik bagi seluruh yang ada(makrokosmos), maupun bagi jiwa in·dividual (mikrokosmos), .segaia sesuatuada di bawah ikatan waktu dankeinginan terutama keinginan untukhidup dan berbuat yang disebut karma(Zaehner, 1992: xiv). Oleh karena itumanusia harus mencari keselamatanuntuk dapat bersatu kembali denganBrahman.

Hinduisme memusatkan per-hatiaannya terhadap pembahasan ten·tang Brahman, sehingga bersifat theo­sentris, kemudian mendapatkan reaksi

dari Buddhisme dengan maksud men­jadikan manusia sebagai pusat per­hatian pemikiran (antroposentris).

Kedua,Buddhisme. Buddhisme~. merupakan aliran fIlsafat heterodoksyang tidak mengakui otoritas Veda,Jainisme dan Carvaka yang tidak be­gitu berkembang, juga tidak meng·akui Veda. Buddhisme meiontarkankritik·kritik tajam terhadap Ifindu­isme, terutama keberatan terhadapkebias8an yang dilakukan oleh parabrahmana, seperti upacara korban.Pemikiran Buddhisme memiliki karak­teristik antara lain (\Vagiyo, 1996:4): 1.pesimistis, hidup merupakan penderi­taan dipandang sebagai Buatu yang rilldan eksistensial., 2. optimistis, meno­lak hal-hal yang bersifat spekulatifdan mengesampingkan hal-hal yangtidak pasti dapat diketahui., 3. prag­matis, Jebih mengutamakan yang perludalam mengatasi penderitaan., 4.saintifik, pengalaman pribadi digu­nakan sebagai sarana untuk mencarihubungan sebab akibat., 5. empiris,pengalaman prihadi dianggap yan·g he­nar., 6. demokratis, tidak membeeda­kan status manusia., dan 7. terapetis.berusaha untuk menyembuhkanpenderitaan manusia.

Pemikiran filsafat Buddhismeterangkum dalam ajaran triratna yaitubuddha, dharma, dan sangha. Per­tama, buddha yang berasal dati katabudh (bangun), bangun dari kesesat­an. Buddha adalah orang yang sudahdicerahi atau mendapatkan pencera­han. Setiap orang pada dasamyamemiliki kodrat buddha, namunkarena belum semua memperolehpencerahan maka masih terikat padakelahiran kembali Kedua, dharma,ajaran yang bersisi empat kebenaranmulia (catur arya satyam) yang terdiriatas: dukkha (penderitaan), samudaya

Page 17: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

(sebab dari penderitaan), nirodha(peniadaan penderitaan), dan margo(jalan untuk menghindari penderi­taan). Buddhisme mengajarkan deJa­pan jalan untuk mencapai pencerahanyaitu a. Percaya yang benar, b. Mak­sud yang benar, c. Perkataan yang be­nar; d. Perbuatan yang benar; e. Hidup .yang benar; .f. Usaha yang benar; g.Pikiran yang benar, dan h. Samadhiyang benar. (Harun Hadiwijono, 1976:80). Selain itu diajarkan. pula olehBuddhisme seperti yang dituliskandalam Dhammapada yang dikutip olehTo Thi Anh (1985: 28) bahwa .. "berbuatbaik., menghindari yang jahat, me·murnikan hati seseorang, inilah jalanBuddha". Ketiga, Sangha stauperkumpulan para bhiksu dan bhik­suni sebagai rokhaniwan Buddhismeyang memiliki peraturan-peraturantersendiri sesuai dengan tingkatanmereka.

Buddhisme telah berkembangdan maju dengan pesat, sehingga tidakhanya di India akan tetapi menyebarhampir ke seluruh penjuru dunia. Be­gitu pula pemikiran iJ.1safat jugaberkembang sesuai dengan kemajuandari kebudayaan manusia yang sedikitbanyak telah memberikan sumbang­annya bagi kehidupan umat manusiadewasa ini.

D. PenutupBerdasarkan uraian <Ii atas ten·

tang pemikiran filsafat Timur apabiladibandingkan dengan pemikiran filsa­fat Barat, maka kesimpulan yang da·pat ditarik antara lain:

Pertama, pemikiran filsafatTimur menekankan peranan intuisidan pengalaman individu, sedangkanpemiltiran ftlsafat barat sabagian besarlebih terfokus pada kemampuan akaIbudi dalam menganalisis data empiris.

Kemudian dirumuskan dalam bahasayang efisien dan efektif denganpemilihan kata-kata yang tepat, seedangkan pemikiran filsafat Timurbanyak disampaikan sebagai ungkapanisi bati dan perasaan. Pemikiran filsa~

Cat Timur kadang-kadang diungkapkandalam bentuk simbol-simbol sebagaimanifestasi hal-hal yang konkret, se­dangkan dalam filsafat Barat para rll­suf cenderung menggunakan rumusanyang abstrak, sehingga memilikicakupan yang Iuas' bahkan ada yangsampai tidak terhingga.

Kedua, tujuan utama dalampemikiran filsafat Timur untuk men·jadi orang yang bijaksana dan bahagia.dalam arti hidup ini penuh denganketenteraman dan keselamatan.Pemikiran filsafat Barat lebihdiarahkan untuk memahami rahasiaalam semesta dan menemukan ilmupengetahuan yang baru. Hal ini jugadapat diketahui bahwa para filsufTimur lebih menekankan padamanusia untuk hidup menyesuaikandiri dengan alam semesta, sedangkanpemikiran Barat selalu berusaha untukmenaldukkan alam semesta demikepentingan manusia.

K.etiga, pemikiran filsafat Timursering lebih bersifat pesimis, p8sif, danmenekankan harmoni, sedangkan fllsa­fat .Barat bersifat optimis, utiC danpenuh konflik.. Begitupula manusiasebagai individu dalam pemikiranBarat mendapatkan otonominya yangbesar, sedangkan dalam pemikiran r1l·safat Timur lebih ditekankan perananmanusia dalam kehidupan sosial &eba­pi aoggota masyarakat.

DAFTAR PUSTAKAAnh. To Thi. 1985, Nilai Budaya Timur

dan Barot: Konfl,ik alau Harmony?,Gramedia, .Jakarta.

Page 18: Lasiyo Staf PengajarFakultas FilSdfat, Universitas Gadjah Mada

Baskin, Wade, 1974, Classics in Chinese,Philosoph~y. .~dam & ("JO. New Jersey.

Chan, .' Wing-tsit, 1973, A SourceBook inChinese Philosophy, Princeton Uni­versity Press, New Jersey.

Ching, Julia, 1977, Confucianisme andChristianity, KodaDsha Interna­tional <Jo, New York.

Creel.. H. G., 1954, Chinese Thought fromConfucius to .. Mao Tse-tung, '. Eyre &Spottiswoode, London.

de Bary, W.T., 1972, The Buddhist Tradi­tion in India, China and Japan,Random Hause, New York.

Eber Irene, 1986, Confucianism The Dy­namics of Tradition, Macmillan Pub­lishing Company, New York.

Fung Yu-Ian, 1952, A History of ChinesePhilosophy. Voll, Princeton Univer­sity Press, Princeton

Fung Yu-Ian, 1960, A Short History of Chi­nese Philosophy, he Macmillan Co,New York.

Harun Hadiwijono, 1976, Agama Hindudan Buddha, BPK Gunung Mulls,Jakarta.

Hughes, E.R.. 1954, Chinese Philosophy inClasssical Times, J.M., Dent & SonsLtd, London.

Jochim, C, 1986, Chinese 'Religious: CU'I­tural Perspective, Prentice Hall Inc,New Jersey.

Kriger. Silke· & Trauzettel,Rolf, (ed) 1991,Confucianism and The Moderniza­tion of China. V. Hase & KoeehlerVerlang Mainz, Gennany.

Lancashire, Douglas, 1981, Chinese Essayson Religion and Faith, ChineseMa­terial Centre, San Fransisco.

Lao Sze-Kwang, 1995, "On UnderstandingChinese Philosophy: an Inquiry anda Proposal" dalam Allinson, R., E.,UnderskJnding the Chinese Mind:The Philosophical Roots. OxfordUniversity Press, Oxford.

,~Little, Reg and Reed, Warren, 1989, TheConfucian Reanissance. Thp F~dera­

tion Press.Moore, Charles, A, 1977, The Chinese

Mind: Essentials of Chinese Philoso­phy and Culture, The UniversityPress orHawaii, Honolulu.

Moore, Charles, A, 1946, A Philosophy Eastand West, Princeton llniversityPress, Princeton.

Mudji Sutrisno (ed) , 1993, Buddhisme:Pengaruhnya dalam Abad Modern.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Muciji Sutrisno (ed), 1993, Manusia dalamPijar-Pijar kekayaan Dimensinya.Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Notowidagdo, Rohiman, 1996, llmu BudayaDasar· Berdasarkan Al-Quran danHadits, Rajawali Pers, Jakarta.

Radhakrishnan, S & Moore, Charles., A.,1957, A Source Book in Indian Phi­losophy. Princeton University Press,New Jersey.

Seeger, Elizabeth, 1951, Sedjarah TiongkokSelajang Pandang, J.B. Wolters, Ja­karta.

Sih, Paul K.T. (ed), 1965, Chinese Human­ism and Christian i. Spirituality, StJohn's University Press, New York.

Smith, H.D, 1985, Confucius and Confu­cianism. Paladin Granada, Publish­ing Ltd, London.

Wagiyo, 1996, Pemikiran Filsafat India,Makalah Intership Dosen-Dosen Fil­safat Paneasila , PSP..UGM & DIR­JEN DIKTI DEPDIKBUD,Yogyakarta.

Werkmeister, W.H, 1968, "Scientismandthe Problem fo Man"dalam Moore,C.A t A Philosophy and Culture: Eastand West, University of HawaiiPress, Honolulu.

ZaehJier; R., C., 1992, Kebijak8a:naan dariTimur: Beberapa Aspek PemikiranHinduisme. Gramedia PustakaUtama, Jakarta.