Magement of basic school

12
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH ”Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen dan Supervisi Pendidikan” Dosen Pembimbing : Bpk. Didik Ahmad Fauzi, S.Ag., M.Pd.I. Disusun Oleh : Rifky Rosian A. Prodi PBA

Transcript of Magement of basic school

Page 1: Magement of basic school

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH

”Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen dan Supervisi Pendidikan”

Dosen Pembimbing :

Bpk. Didik Ahmad Fauzi, S.Ag., M.Pd.I.

Disusun Oleh :

Rifky Rosian A.

Prodi PBA

SEKOLAH TINGGI ISLAM (STI) BANI FATTAH

TAMBAKBERAS JOMBANG

2009 – 2010

Page 2: Magement of basic school

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH

A. Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan dapat

dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi. peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang

harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam

proses pembangunan, kalau tidak ingin kalah bersaing dalam menjalani era

globalisasi tersebut. Dalam hal ini, pendidikan memegang peran yang sangat

penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia,

maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya

mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan

yang lebih berkualitas. Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut

belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu

pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil1. Pertama, strategi pembangunan

pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih

bersandar kepada asumsi bahwa jika semua input pendidikan telah dipenuhi,

seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, maka secara

otomatis lembaga pendidikan (sekolah/madrasah) akan dapat menghasilkan

output (keluaran) yang bermutu sebagaimana yang diharapkan. Ternyata strategi

input-output yang diperkenalkan oleh teori education production function

(Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan

(sekolah/madrasah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan

industri.

Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented,

diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang

diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan

1 Dr. Umedi, M.Ed., Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (MMBS/M), (Jakarta: Pusat Kajian Mutu Pendidikan, 2004).

Page 3: Magement of basic school

sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah/madrasah). Atau dengan singkat

dapat dikatakan bahwa kompleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan,

seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.

Seiring dengan era globalisasi dan bergulirnya reformasi di negara ini telah

membawa perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai lingkungan termasuk

lingkungan pendidikan. Salah satu contoh perubahan mendasar yang sedang

digulirkan saat ini adalah manajemen negara. Manajemen negara, yaitu dari suatu

manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah. Secara formal,

perubahan manajemen ini telah dibuat dalam bentuk "Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah" yang kemudian

diikuti pedoman pelaksanaannya berupa "Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 25 Tahun 2000” tentang Kewenangan Pemerintah dan

Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Konsekwensi logis dari Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan

harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi. Oleh sebab itu, maka

manajemen pendidikan berbasis pusat yang selama ini telah dilaksanakan dan

dipraktekkan di negara ini perlu diubah menjadi manajemen pendidikan berbasis

sekolah.

B. Pengertian Manajemen Berbasisi Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) diartikan sebagai model manajemen

yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah.

Model ini juga mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan

secara langsung semua warga sekolah sesuai standar mutu yang diambil.

Keputusan partisipatif ini dapat membangun rasa memiliki bagi setiap warga

sekolah dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan dedikasi warga

sekolah.

Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih

memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa

indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain

sebagai berikut; (i) lingkungan sekolah/madrasah yang aman dan tertib, (ii)

sekolah/madrasah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii)

sekolah/madrasah memiliki kepemimpinan yang kuat, (iv) adanya harapan yang

tinggi dari personel sekolah/madrasah (kepala sekolah/madrasah, guru, dan staf

lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf

Page 4: Magement of basic school

sekolah/madrasah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya

pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan

administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu,

dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua

murid/masyarakat.

Manajeman Berbasis Sekolah mempunyai esensi memiliki kewenangan

yang besar dalam mengelola dan memberdayakan sekolah tetapi bukan egois,

sehinga lebih mandiri, inovatif dan kreatif. Dengan kemandirian, sekolah lebih

berdaya dalam mengembangkan program-program yang lebih sesuai dengan

kebutuhan dan potensi sekolah. Jadi secara esensial MBS adalah otonomi sekolah

dan pengambilan keputusan partisipatif untuk mencapai sasaran mutu sekolah

yang ditargetkan di bawah kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan guru

yang profesional.

Lebih spesifik lagi MBS bertujuan untuk :

1. Menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpijak pada azas pelayanan

dan prestasi hasil belajar.

2. Meningkatkan kwalitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter

bangsa yang berbudaya.

3. Meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan melalui

kemandirian, kreativitas, inisiatif dan inovatif dalam mengelola dan

memberdayakan sumber daya sekolah.

4. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan

mengakomodir aspirasi bersama.

5. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan

pemerintah tentang mutu sekolah dan,

6. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan

yang akan dicapai. Kebijakan pengelolaan sekolah oleh semua unsur yang

terkait mengacu pada standar pendidikan nasional.

C. Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Mutu

Madrasah

Manajemen berbasis sekolah/madrasah merupakan alternatif baru dalam

pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan

Page 5: Magement of basic school

kreatifitas sekolah/madrasah. Pengembangan konsep manajemen ini didesain

untuk meningkatkan kemampuan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam

mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan,

kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh

pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan

sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah/madrasah; kepala

sekolah/madrasah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk orang tua dan

masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai

pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan

sekolah/madrasah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem

informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada

keberhasilan sekolah/madrasah untuk menyiapkan pendidikan yang

berkualitas/bermutu bagi masyarakat.

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah/madrasah memiliki

tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan

administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah/madrasah di dalam

kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-

sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah/madrasah harus membuat

keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus menyediakan lingkungan

kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang sekolah/madrasah/pendidikan.

Kepala sekolah/madrasah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang

yang mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat

sekolah/madrasah dan secara profesional harus terlibat dalam setiap proses

perubahan di sekolah/madrasah melalui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan

kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan penghargaan di dalam

sekolah/madrasah itu sendiri maupun sekolah/madrasah lain.

Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas

total yaitu; (i) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus-menerus

mengumandangkan peningkatan mutu, (ii) kualitas/mutu harus ditentukan oleh

pengguna jasa sekolah/madrasah, (iii) prestasi harus diperoleh melalui

pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah/madrasah harus

menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief

bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional.

Page 6: Magement of basic school

Sistem kompetisi tersebut akan mendorong sekolah/madrasah untuk terus

meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan dapat memberikan motivasi dan

meningkatkan kepercayaan diri setiap personel sekolah/madrasah, khususnya

siswa. Jadi sekolah/madrasah harus mengontrol semua semberdaya termasuk

sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih

efisien sumber daya tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan

mutu khususnya. Sementara itu, kebijakan makro yang dirumuskan oleh

pemerintah atau otoritas pendidikan lainnya masih diperlukan dalam rangka

menjamin tujuan-tujuan yang bersifat nasional dan akuntabilitas yang berlingkup

nasional.

D. Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah

1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik

MBS akan berhasi jika ditopang oleh kemampuan professional kepala sekolah

atau madrasah dalam memimpin dan mengelola sekolah atau madrasah secara

efektif dan efisien, serta mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif

untuk proses belajar mengajar.

2. Kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan

Faktor eksternala yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah

kondisi tingkat pendidikan orangtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam

membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk

terus belajar.

3. Dukungan pemerintah

Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi

sekolah atau madrasah yang kemampuan orangtua/ masyarakatnya relative

belum siap memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan.

alokasi dana pemerintah dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan

sekolah atau madrasah menjadi penentu keberhasilan.

4. Profesionalisme

Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah

atau madrasah. Tanpa profesionalisme kepala sekolah atau madrasah, guru,

dan pengawas, akan sulit dicapai program MBS yang bermutu tinggi serta

prestasi siswa.2

2 Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah Dengan Pendidikan Agama Di Sekolah Umum, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah, 2002, Hal: 7

Page 7: Magement of basic school

Adapun proses penerapan MBS dapat ditempuh antara lain dengan langkah-

langkah sbb :

1. Memberdayakan komite sekolah/majelis madrasah dalam peningkatan mutu

pembelajaran di sekolah

2. Unsur pemerintah Kab/Kota dalam hal ini instansi yang terkait antara lain

Dinas Pendidikan, Badan Perencanaan Kab/Kota, Departemen Agama (yang

menangani pendidikan MI, MTs dan MA), Dewan Pendidikan Kab/Kota

terutama membantu dalam mengkoordinasikan dan membuat jaringan kerja

(akses) ke dalam siklus kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada

umumnya dalam bidang pendidikan.

3. Memberdayakan tenaga kependidikan, baik tenaga pengajar (guru), kepala

sekolah, petugas bimbingan dan penyuluhan (BP) maupun staf kantor, pejabat-

pejabat di tingkat kecamatan, unsur komite sekolah tentang Manajemen

Berbasis Sekolah, pembelajaran yang bermutu dan peran serta masyarakat.

4. Mengadakan pelatihan dan pendampingan sistematis bagi para kepala sekolah,

guru, unsur komite sekolah pada pelaksanaan peningkatan mutu pembelajaran

5. Melakukan supervisi dan monitoring yang sistematis dan konsisten terhadap

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah agar diketahui berbagai kendala

dan masalah yang dihadapi, serta segera dapat diberikan solusi/pemecahan

masalah yang diperlukan.

6. Mengelola kegiatan yang bersifat bantuan langsung bagi setiap sekolah untuk

peningkatan mutu pembelajaran, Rehabilitasi/Pembangunan sarana dan

prasarana Pendidikan, dengan membentuk Tim yang sifatnya khusus untuk

menangani dan sekaligus melakukan dukungan dan pengawasan terhadap Tim

bentukan sebagai pelaksana kegiatan tersebut.