Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

9
Tarif PPh Badan Baru (Pasal 17 dan Pasal 31 e UU Nomor 36 Tahun 2008) Posted on Februari 5, 2010 by p2humas Periode penyampaian SPT Tahunan tahun 2009 ini merupakan periode pelaporan tahunan yang pertama kali menggunakan ketentuan Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008. Bagi kami yang bertugas di layanan complaint center Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel banyak pertanyaan yang masuk menanyakan hal tersebut. Dari sekian banyak pertanyaan yang masuk tersebut yang agak susah menjelaskannya lewat telepon adalah ketika wajib pajak menanyakan masalah tarif pajak atas Badan usaha. Mengapa demikian ? karena selain diatur pada Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008 masalah ini juga diatur di Pasal 31 huruf e. Pada Pasal 17 ayat 1 huruf (b) UU Nomor 36 Tahun 2008 disebutkan : “b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen)”. Kemudian pada Pasal 31 huruf e di sebutkan “Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)”. Tentunya kata-kata pada Pasal 31 Huruf e ini bagi orang awam, bahkan bagi saya sendiri pun agak susah untuk dimengerti, mesti dibaca berulang-ulang lalu dilihat penjelasannya barulah jelas. Penjelasan pasal 31 Huruf e : Contoh 1:

Transcript of Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

Page 1: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

Tarif PPh Badan Baru (Pasal 17 dan Pasal 31 e UU Nomor 36 Tahun   2008) Posted on Februari 5, 2010 by p2humas

Periode penyampaian SPT Tahunan tahun 2009 ini merupakan periode pelaporan tahunan yang pertama kali menggunakan ketentuan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

Bagi kami yang bertugas di layanan complaint center Kanwil DJP Sumsel dan Kep. Babel banyak pertanyaan yang masuk menanyakan hal tersebut. Dari sekian banyak pertanyaan yang masuk tersebut yang agak susah menjelaskannya lewat telepon adalah ketika wajib pajak menanyakan masalah tarif pajak atas Badan usaha.

Mengapa demikian ? karena selain diatur pada Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008 masalah ini juga diatur di Pasal 31 huruf e.

Pada Pasal 17 ayat 1 huruf (b) UU Nomor 36 Tahun 2008 disebutkan :

“b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar    28% (dua puluh delapan persen)”.

Kemudian pada Pasal 31 huruf e di sebutkan

“Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)”.

Tentunya kata-kata pada Pasal 31 Huruf e ini bagi orang awam, bahkan bagi saya sendiri pun agak susah untuk dimengerti, mesti dibaca berulang-ulang lalu dilihat penjelasannya barulah jelas.

Penjelasan pasal 31 Huruf e :

Contoh 1:

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesarRp4.500.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesarRp500.000.000,00.

Penghitungan pajak yang terutang: Seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak melebihi Rp4.800.000.000,00.

Pajak Penghasilan yang terutang:

50% x 28% x Rp500.000.000,00 = Rp70.000.000,00

Page 2: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

Contoh 2:

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp30.000.000.000,00 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3.000.000.000,00.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:

(Rp4.800.000.000,00 : Rp30.000.000.000,00) x Rp3.000.000.000,00 = Rp480.000.000,00 (A)

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:

Rp3.000.000.000,00 – Rp480.000.000,00 = Rp2.520.000.000,00 (B)

Pajak Penghasilan yang terutang:

(50% x 28% x A) + (28 % x B), yaitu :

(50%x 28% x Rp480.000.000,00) + ( 28% x Rp2.520.000.000,00)= Rp 67.200.000,00 + Rp 705.600.000,00= Rp 772.800.000,00

Jumlah Pajak Penghasilan yang terutang Rp772.800.000,00

Jadi secara ringkas bisa kita sebutkan disini untuk Wajib Pajak Badan,

bila beromset/peredaran usaha di atas 50 M, otomatis ia akan terkena tarif Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008, yaitu sebesar 28 %.

Bila peredaran usahanya hanya sebatas 4,8 M maka ia mendapatkan pengurangan tarif sesuai bunyi Pasal 31 huruf e diatas yaitu sebesar 50 % x 28%. Langsung dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak nya.

Tetapi Bila Peredaran Usaha nya diantara 4,8 M s.d. 50 M, maka berlaku perhitungan seperti penjelasan pada contoh 2 diatas.

Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Tahun 2010

Sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008 bahwa tarif PPh untuk Badan tahun 2009 dan 2010 dan seterusnya tidak sama, dimana tarif PPh Badan tahun 2009 sebesar 28% tetapi tarif untuk tahun 2010 dan seterusnya adalah 25%. Perbedaan tarif tersebut menyebabkan pertanyaan khususnya bagaimana menghitung angasuran PPh Pasal 25 untuk tahun pajak 2010. 

Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 Menurut UU PPh

Page 3: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

Berdasarkan Pasal 25 UU PPh besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat PemberitahuanTahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:

Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22; dan

Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24,

dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Masalahnya adalah dengan adanya tarif PPh yang baru maka jika angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 menggunakan dasar SPT Tahunan PPh tahun 2009 maka angsuran yang akan dilakukan tidak mencerminkan PPh yang akan terutang atas penghasilan selama tahun 2010 karena PPh yang akan terutang di tahun 2010 menggunakan tarif baru (25%) sedangkan angsuran PPh Pasal 25 masih menggunakan tarif yang lama (28%).

Sampai saat ini Direktur Pajak belum mengeluarkan ketentuan yang mengatur penghitungan PPh Pasal 25 untuk masa transisi tahun 2009 dan 2010. Aturan sebelumnya yang pernah mengatur masalah yang sama yaitu pada saat UU PPh Nomor 17 tahun 2000 diberlakukan mulai 1 Januari 2001 maka Dirjen Pajak mengeluarkan ketentuan yang mengatur penghitungan PPh Pasal 25 masa transisi tahun 2001 yaitu dengan Nomor KEP – 210/PJ./2001. Namun demikian karena aturan tersebut hanya berlaku untuk tahun 2001 maka tentunya tidak dapat digunakan untuk tahun pajak 2010.

Angsuran PPh Pasal 25 Menurut Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan

Berhubung sampai saat ini belum ada penegasan khusus cara perhitungan PPh Badan tahun pajak 2010, maka acuan yang dapat digunakan selain UU PPh adalah Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009.

Menurut Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009, Formulir Induk SPT 1771 Huruf E ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN, Angka 14 huruf d- PPh YANG TERUTANG:

“Diisi dengan Penghasilan Kena Pajak (angka 14c) dikalikan dengan tarif PPh dari Bagian B Nomor 4″

Tarif PPh dari Bagian B Nomor 4 adalah 28%.

Dengan demikian dapat disampaikan bahwa tarif yang digunakan untuk menghitung angsuran PPh Pasal 25 tahun 2010 menurut Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2009 adalah 28% bukan 25%.

Angsuran PPh Pasal 25 Untuk Wajib Pajak Masuk Bursa

Page 4: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 jo. Nomor 208/PMK.03/2008, besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan di kurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Dengan demikian tarif yang digunakan untuk Wajib Pajak masuk bursa dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala adalah untuk semester I tahun 2010 adalah berdasarkan laporan keuangan Semester II tahun 2009 yang pada saat itu tarif umum yang digunakan adalah 28%.

Dengan turunya tarip pph badan tahun 2010 menjadi 25% apakah Badan usaha yang beromzet kurang dari 50 Milyar, dapat menghitung pajaknya sama dengan tahun 2009 dimana dapat insentif 50% untuk omzet sampai dengan 4.8milyar...makasih

20 May 2010 14:27 •

Dengan turunya tarip pph badan tahun 2010 menjadi 25% apakah Badan usaha yang beromzet kurang dari 50 Milyar, dapat menghitung pajaknya sama dengan tahun 2009 dimana dapat insentif 50% untuk omzet sampai dengan 4.8milyar...makasih

dapat.

apakah berlaku sampai tahun 2010 rekan guine bukan kah itu hanya unttuk perhitungan spt tahun 2009..

fasilitas diskon tarif 50% tidak hanya berlaku untuk tahun 2009 saja.Coba lihat lagi Pasal 31 E UU No. 36 Tahun 2008

apakah berlaku sampai tahun 2010 rekan guine bukan kah itu hanya unttuk perhitungan spt tahun 2009..

Pasal 31E

(1) Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).kan tidak disbutkan dalam aturannya berlakunya sampai tahun berapa. jadi menurut saya selama aturannya masih berlaku dan tidak ada perubahan maka masih berlaku fasilitas pengurangan tarif ini.

Kalau boleh saya komentar, Pasal 31 E kenapa tidak dimasukan dalam Pasal 17 yang isinya memang tentang Tarif, sehingga banayk yang keliru menghitung dengan tarif 28 %. Karena taunya tarif itu ada di Pasal 17

26 May 2010 09:08 •

apakah insentif 50% itu berlaku untuk semua jenis usaha bagi WP Badan.

26 May 2010 11:24 •

Page 5: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

kalo boleh komentar, PPh badan 2010 masih 28 %, karena belum keluar PP yg menegaskan bahwa Tarif 25 % sudah bisa diberlakukan, ini jg hasil diskusi saya dengan AR

Pasal 17(2). Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.

Mengenai Insentif 50 % bisa diterapkan

26 May 2010 12:15

@tonoppenurunan tarif pasal 17 (2) mengacu pada WPOP.sedangkan untuk WP Badan mengacu pada pasal 17 (2a), yang tidak menyebut akan diatur dengan PP. coba baca lagi UUnya..so sudah pasti SPT Tahunan Badan Tahun Pajak 2010 menggunakan tarif 25%.

@tubanharus dong, jika tidak pemerintah tidak adil memberikan insentif apa kata dunia?! hehe..

@albertmungkin perancang UU lebih melihatnya sebagai pasal insentif/fasilitas shg dimasukkan pasal 31an..above all, saya sependapat dengan rekan albert seharusnya dimasukkan pasal 17 (2e).

Diterbitkan Februari 2010

Diskon 50% Tarif PPh   Badan

Sepulang dari warung Mbok Darmi kemaren saya diajak mampir ke rumahnya Mbah Suto, ndak lama katanya, ada yang mau ditanyakan soal pajek. “Ini sudah agak mepet Le, SPT Tahunan PPh Badan kan paling lambat 30 April,” Kata beliau.

“Ini lho Le, kemaren aku ditelpon sama orang pajek, katanya tarif untuk PPh Badan tahun ini ndak sama kayak tahun kemaren. Trus untuk yang omsetnya dibawah 50 miliar ada diskon tarif. Bener tho?” Tanya Mbah Suto.

Saya harus sedikit memuter otak, inget-inget obrolan di pabrik kemaren sama orang-orang yang ngurusi pajek. “Kayaknya sih bener Mbah.” Jawab saya agak ragu-ragu.

“Kalo begitu itung-itungan pajekku ini gimana?” Tanya beliau sambil mengambil selembar kertas dengan tulisan angka-angka di atasnya.

Omset: 48.000.000.000

Biaya: (45.000.000.000)

Penghasilan Kena Pajak: 3.000.000.000

PPh Badan

Page 6: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

10% X 50.000.000: 5.000.000

15% X 50.000.000: 7.500.000

30% X 2.900.000.000: 870.000.000

Jumlah PPh Terutang882.500.000

“Itu menurut undang-undang yang lama Mbah.” Kata saya.

“Kalo yang baru piye?” Tanya Mbah Suto.

Pajak Penghasilan Badan di Undang-undang No 36 Tahun 2008 alias undang-undang PPh yang baru menganut tarif tunggal, 28%, mungkin maksudnya biar lebih sederhana. Selain itu ada fasilitas diskon 50% dari tarif normal yang diatur dalam Pasal 31E undang-undang tersebut. Diskon itu berlaku untuk Wajib Pajak Badan yang omsetnya ndak lebih dari 50 miliar, yakni tarifnya cuma 14% dari bagian peredaran bruto sampe 4,8 miliar.

“Maksudnya piye tho Le? Bahasane kok mbulet wae.” Ujar Mbah Suto.

“Langsung contoh wae Mbah, biar ndak mumet. Misalnya pajek sampeyan yang tadi kita itung pake tarif baru.” Kata saya sambil nulis di kertas.

“Omset sampeyan di bawah 50 miliar, berarti sampeyan dapet fasilitas diskon juga.” Kata saya.

Dari itung-itungan di atas, jumlah Penghasilan Kena Pajak Mbah Suto yang dapet fasilitas tarif 14% adalah :

(4.800.000.000/48.000.000.000) X 3.000.000.000 = 300.000.000

“Jadi dari keuntungan sampeyan yang 3 miliar itu 300 jutanya cuma kena tarif 14% Mbah, sisanya baru kena tarif 28%,” Ujar saya.

Omset: 48.000.000.000

Biaya: (45.000.000.000)

Penghasilan Kena Pajak: 3.000.000.000

PPh Badan

14% X 300.000.000: 42.000.000

28% X 2.700.000.000: 756.000.000

Jumlah PPh Terutang798.000.000

Page 7: Macam-macam tentang PPH badan tahunan 2010.docx

“Lumayan tho Mbah, mbayarnya lebih sedikit daripada tahun kemaren.” Kata saya.

“Kalo misalnya omsetku ndak lebih dari 4,8 miliar piye Le?” Tanya Mbah Suto lagi.

“Ya berarti semua keuntungan Sampeyan cuma kena tarif 14% Mbah.” Jawab saya.

“Opo omsetku tak ganti jadi 4,8 miliar wae yo…?”

“Oalah mbah mbah, mosok sampeyan mau niru-niru Bakrie!” Kata saya dalam hati.

Jiyan!