MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKA sing diprint.docx

3
MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKA Batu Saluran Kemih Di negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari (Purnomo, 2009). Etiologi Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. 1. Faktor intrinsik (keadaan yang berasal dari tubuh seseorang) : - Herediter - Umur : sering pada usia 30-50 tahun - Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki 3x lebih banyak daripada permpuan. 2. Faktor ekstrinsik (pengaruh yang berasal dari lingkunga di sekitarnya) : Geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet dan pekerjaan (Purnomo, 2009). Proses pembentukan batu saluran kemih Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada keadaan hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan menstable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yg kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), di sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga terbentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Purnomo, 2009). Penghambat pembentukan batu saluran kemih Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor, zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Ion magnesium (Mg ++ ) dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca ++ ) untuk membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi maupun retensi kristal. Senyawa tersebut antara lain : glikosaminoglikan (GAG), protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin (Purnomo, 2009). Komposisi Batu

Transcript of MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKA sing diprint.docx

Page 1: MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKA sing diprint.docx

MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKABatu Saluran Kemih

Di negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari (Purnomo, 2009).Etiologi

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.

1.      Faktor intrinsik (keadaan yang berasal dari tubuh seseorang) :-          Herediter-          Umur : sering pada usia 30-50 tahun-          Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki 3x lebih banyak daripada permpuan.2.      Faktor ekstrinsik (pengaruh yang berasal dari lingkunga di sekitarnya) :

Geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet dan pekerjaan (Purnomo, 2009).Proses pembentukan batu saluran kemih

Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada keadaan hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan menstable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yg kemudian mengadakan agregasi dan menarik bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), di sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga terbentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih (Purnomo, 2009).Penghambat pembentukan batu saluran kemih

Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih ditentukan juga oleh adanya keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor, zat yang mampu mencegah timbulnya batu. Ion magnesium (Mg ++) dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca++) untuk membentuk kalsium oksalat menurun. Beberapa protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi maupun retensi kristal. Senyawa tersebut antara lain : glikosaminoglikan (GAG), protein Tamm Horsfall (THP) atau uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin (Purnomo, 2009).Komposisi Batu

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur : kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-sulfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya.

1.      Batu KalsiumBanyak dijumpai, sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium adalah :

-          Hiperkalsiuri à kadar kalsium di urine > 250-300mg/24 jam-          Hiperoksaluri à ekskresi oksalat urine melebihi 45gr/hari-          Hiperurikosuria à kadar asam urat dalam urine > 850mg/24 jam-          Hipositraturia dan hipomagnesuria sehingga tidak ada yang mencegah ikatan kalsium dengan oksalat atau

fosfat.2.      Batu Struvit

Disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yg dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, antara lain : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus.

3.      Batu asam uratBatu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Asam urat relatif tidak larut di dalam urine sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah : (1) urine yang terlalu asam (pH<6), (2) volume urine yang jumlahnya sedikit (<2liter/hari), dan (3) hiperurikosuri atau kadar asam urat yang tinggi (Purnomo, 2009).BATU GINJAL DAN BATU URETER

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Kelainan atau obstruksi pada sistem pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu saluran kemih.

Page 2: MACAM BATU DI SISTEM UROPOETIKA sing diprint.docx

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot sistem pelvikales dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter mencoba mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya kecil (<5mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang (periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau hidronefrosis.

Keluhan yang paling dirasakn pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminal meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yg memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal (Purnomo, 2009).BATU BULI-BULI

Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli. Gejala khas batu buli-buli adalah berupa gejala iritasi antara lain : nyeri kencing/disuria hingga stranguri, perasaan tidak enak sewaktu kencing. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki. Pada anak sering mengeluh adanya enuresis nokturna, di samping sering menarik-narik penisnya (pada laki-laki) atau menggosok-gosok vulva (pada perempuan).

Seringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit (jika penyebabnya adalah infeksi), sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai bayangan opak pada kavum pelvis. Dalam hal ini pemeriksaam IVU pada fase sistogram memberikan gambaran sebagai bayangan negatif. USG dapat mendeteksi batu radiolusen pada buli-buli. Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi, jika terlalu besar dilakukan pembedahan terbuka (vesikolitotomi) (Purnomo, 2009).BATU URETRA

Batu uretra biasanya berasal dari batu ginjal/ ureter yang turun ke buli-buli, kemudian masuk ke uretra. Keluhan yang disampaikan pasien adalah miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urin, yang sebelumnya didahului dengan nyeri pinggang. Batu yang berada di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis, atau kadamg-kadang tampak di metus uretra eksterna. Batu yang berada pada uretra posterior nyeri dirasakan di perineum atau rectum (Purnomo, 2009).