M1

13
MAKALAH EFEKTIFITAS METODE SOROGAN DI PONDOK PESANTREN SIROJUL MUKHLASIN II, MTS – MA YAJRI PAYAMAN OLEH : ADE LISTIYANTO UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Kata Pengantar Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah, Puji syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Efektifitas Metode Sorogan Di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II,Mts – Ma Yajri Payaman. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama semester I. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya, terlebih kepada Drs.H.Zubaidi,M.A selaku Dosen pembimbing mata kuliah pendidikan agama semester 1 FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar Magelang. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

description

art

Transcript of M1

Page 1: M1

MAKALAH

EFEKTIFITAS METODE SOROGANDI PONDOK PESANTREN SIROJUL MUKHLASIN II,

MTS – MA YAJRI PAYAMAN

OLEH : ADE LISTIYANTO

UNIVERSITAS TIDAR MAGELANGFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Kata Pengantar

Bismillahirrohmanirrohim, Alhamdulillah, Puji syukur Penyusun panjatkan ke hadirat Allah

Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat dan pertolongan-Nya Penyusun dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul Efektifitas Metode Sorogan Di Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin

II,Mts – Ma Yajri Payaman. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

Agama semester I. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya, terlebih kepada

Drs.H.Zubaidi,M.A selaku Dosen pembimbing mata kuliah pendidikan agama semester 1 FKIP

Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tidar Magelang. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua, amien.

Magelang, 15 Januari 2010

Penyusun,

( Ade Listiyanto )

Daftar Isi

Halaman Judul ……………………………………………………….... i

Kata Pengantar ……………………………………………………….... ii

Daftar Isi ……………………………………………………………….. iii

Page 2: M1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin,

dan II MTs – MA Yajri Payaman .................................................... 3

B. Metode dan Sistem Pembelajaran

Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin,

dan II MTs – MA Yajri Payaman .................................................... 4

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 9

B. Saran …………................................................................................ 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu wilayah perhatian (area of concern) para pemikir dan

aktivis Muslimin di seluruh dunia Islam. Para pemikir dan aktivis islam tidak hanya mendirikan

lembaga-lembaga pendidikan Islam, lebih dari itu juga berusaha mentransformasikan dan

mengembangkan lembaga-lembaga pendidikan tradisional menjadi lembaga pendidikan yang

bercorak modern. Sebagai contoh, di mesir Muhammad Abduh berusaha mentransformasikan

ilmu-ilmu modern ke dalam Universitas Azhar Dapat dikatakan bahwa sejak awal abad ke-19

sampai awal abad ke-20 hampir seluruh dunia Islam menyaksikan berdirinya lembaga-lembaga

pendidikan islam bercorak modern.

Tidak terkecuali di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam. Pondok

pesantren yang merupakan lembaga pendidikan tradisional di Indonesia berlomba – lomba

Page 3: M1

“memodernkan” dirinya, dimaksudkan sebagai kesiapan Pesantren dalam menghadapi tantangan

dan tuntutan zaman yang semakin maju dan modern.

Pemakalah berusaha menyadari dan mempelajari permasalahan di atas terkait latar

belakang pendidikannya adalah pesantren. Pada makalah ini Pemakalah mengambil 3 (tiga)

lembaga pendidikan islam, yaitu Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II (PPSM II) , Mts – MA

Yajri Payaman, sebagai bahan kajiannya dikarenakan 3 (tiga) lembaga tersebut menjadi ladang

ilmu baginya. Berdasarkan rumusan masalah makalah ini Pemakalah akan membahas

permasalahan dalam pembelajaran (pendidikan) agama yang berlangsung pada 3 (tiga) lembaga

tersebut diatas.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Efektifitas pembelajaran di MTs – MA Yajri, Pondok Pesantren Sirojul mukhlasin II

(PPSM II) ?

2. Apa yang dimaksud metode Sorogan dan moving class yang diterapkan pada tiga lembaga

tersebut ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Pendidikan Agama.

2. Mempelajari dan Mengoreksi pembelajaran “sorogan” ala pesantren.

BAB II

PEMBAHASAN

Pesantren merupakan Lembaga Pendidikan dan pengajaran Islam dimana di dalamnya

terjadi interaksi antara ustadz sebagai Guru (pengajar) dan para santri sebagai siswa (peserta

didik) dengan mengambil tempat di masjid atau pondok (asrama) untuk mengkaji dan membahas

buku – buku teks keagamaan karya ulama’ masa lalu. Madrasah Tsanawiyah – Aliyah adalah dua

lembaga pendidikan formal yang basicnya adalah agama islam.

A. MTs – MA Yajri Payaman dan Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin II (PPSM II)

Ketiganya merupakan 3 (tiga) lembaga islam yang berada dalam 1 (satu) Yayasan, yaitu

Yayasan Bhakti Yajri. Tiga lembaga tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain.

Secara vertikal, perjenjangannya adalah MTs dilanjutkan ke tingkat MA sedangkan pesantren

yang ada sebagai fasilitas yang menunjang kegiatan pembelajaran kedua madrasah tersebut.

Walaupun lembaga pendidikan ini terbuka untuk umum, peserta didik dalam madrasah

ini didominasi oleh siswa yang mukim di pesantren, atau disebut siswa – santri. Jadi dapat

Page 4: M1

dikatakan bahwa kegitan pada 3 (tiga) lembaga ini tidak pernah berhenti karena secara garis

besar pembelajaran dan pengajaran di pesantren berlangsung 24 jam, walaupun tidak dalam

kondisi formal. Pola tersebut dikenal juga dengan istilah “Boarding School”, yakni kegiatan

pendidikan dan pengajaran yang menyatu dan terpadu dengan tempat tinggal peserta didik.

Dalam kondisi formal – Madrasah Guru beserta stafnya menjadi fasilitator kegiatan belajar

mengajar (KBM), dalam pesantren Ustadz dan Pengurus menggatikannya

B. Metode dan Sistem Pembelajaran MTs – MA Yajri Payaman dan Pondok Pesantren Sirojul

Mukhlasin II (PPSM II)

Sebelumnya telah disebutkan bahwa pesantren Sirojul Mukhlasin II (PPSM II) sebagai

penunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada 2 (dua) lembaga pendidikan disampingnya,

yaitu MTs – MA Yajri, bahkan peran dan kedudukan Pon-Pes Sirojul Mukhlasin II sangat

berpengaruh pada pelaksanaan Pendidikan keduanya. Misalnya dari segi metode pembelajaran.

Sebagai Lembaga pendidikan yang terkesan “tradisional” pesantren memiliki ciri khas pada

metode yang digunakan, yaitu metode Sorogan. Secara singkat, sorogan berarti memprioritaskan

kemampuan dan kompetensi peserta didik dalam menguasai materi. Jadi metode sorogan

merupakaan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik yang lebih menitik beratkan pada

pengembangan kemampuan perseorangan (individu) peserta didik di bawah bimbingan Guru

(Pembimbing).

Dalam realisasinya, peserta didik (dengan mandiri atau berdasarkan intruksi

Pembimbing) membentuk kelompok kecil (4 – 5 anak / kelompok) dengan membawa modul

materi yang akan dipelajari dengan Guru. Sebelum kelompok tersebut menghadap Guru, mereka

terlebih dulu mempelajari materi secara mandiri ataupun secara diskusi. Ketika kelompok

tersebut menghadap Guru, Guru tidak langsung menyampaikan / menerangkan materi tetapi

menguji dulu hasil belajar mandiri siswa untuk mengetahui kompetensi yang sudah dicapainya.

Setelah Guru mengetahui pencapaian siswa terhadap materi barulah ia menerangkan materi

sesuai dengan kompetensi siswa. Jadi metode ini sangat menuntut peserta didik untuk aktif.

Dalam beberapa aspek, metode ini lebih baik dari metode klasikal antara lain dari segi

pencapaian peserta didik. Dengan metode ini kompetensi peserta didik akan lebih terjamin

karena seorang Guru harus benar – benar memperhatikan serta mengetahui kompetensi masing –

masing individu dalam kelompok. Karena syarat peserta didik untuk melangkah pada materi

selanjutnya adalah harus mampu menguasai materi yang dipelajarinya maka tolak ukur dari

Page 5: M1

kompetensi tersebut juga tidak hanya berdasarkan nilai hasil evaluasi / ulangan saja tetapi juga

berdasarkan pengamatan Guru terhadap peserta didik ketika peserta didik tersebut maju

menghadap Guru. Untuk evaluasi dalam sistem sorogan juga tidak hanya secara tertulis saja

tetapi juga secara lisan (munaqosah). Menurut saya, yang seperti itulah kompetensi yang bisa

menjamin hasil dari apa yang telah diperoleh siswa dalam belajar. Sedangkan untuk evaluasi

sistem klasikal dan tertulis saya rasa kurang efektif untuk mengetahui pencapaian siswa yang

sebenarnya.

Karena hubungan yang sangat kohesif dan juga interdependensif antara Pesantren dan

Madrasah itulah metode sorogan diterapkan tidak hanya pada pesantren saja tetapi juga dalam

pembelajaran di Formal-Madrasah yang pada madrasah – madrasah lain umumnya menggunakan

metode klasikal. Sehingga untuk kegiatan belajar mengajar pada MTs – MA Yajri diterapkan

kurikulum Moving Class.

Tidak hanya metode PPSM II saja yang berimbas pada madrasah ini, bahkan beberapa

materi yang menjadi “menu sajian” di pesantren juga disajikan melalui Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) pada 2 (dua) Madrasah ini. Jadi pendidikan agama tidak hanya pada pesantren

saja melainkan juga pada pembelajaran formal-madrasah. Sebagaimana pesantren salaf pada

umumnya materi – materi agama disini juga berpedoman pada karya Ulama’ kuno yaitu kitab

kuning, tidak menggunakan buku paket. Sebagai contoh, mata pelajaran Fiqih yang pada sekolah

/ madrasah pada umumnya menggunakan buku paket yang disususn oleh Kementrian Agama

tetapi pada MTs – MA Yajri tidak, melainkan menggunakan kitab Taqrib karya Syech Abu

Syuja’. Demikian juga mata pelajaran Alqur’an dan hadist, untuk mata pelajaran al qur’an,

Alquran terjemah sebagai modul pembelajarannya dan Kitab hadist “Mukhtarul ahadist” sebagai

modul mata pelajaran Hadist. Namun untuk efisiensi dan praktisi beberapa mata pelajan sudah

membuat dan menggunakan modul khusus untuk mendukung pembelajaran sesuai dengan RPP

ataupun Silabus yang ada.

Sampai saat ini, metode sorogan yang sudah diterapkan selama 7 tahun pembelajaran

pada MTs – MA Yajri masih terus mengalami penyempurnaan. Walaupun belum 100% efektif

sebagaimana yang dikehendaki namun sudah memperlihatkan bukti yang signifikan terhadap

kemajuan dan perkembangan dua Madrasah ini. Salah satu bukti riil yang menunjukan

perkembangan madrasah ini antara lain adalah Madrasah Tsanawiyah mampu mendapat

akreditasi A dari team akreditasi Nasional dan angka presentasi kelulusan siswa pada 2 tahun

Page 6: M1

terkhir mencapai 100% lulus. Prestasi lain yang diperoleh sejak menggunakan metode sorogan

adalah setiap tahun kelulusan Madrasah Aliyah selalu ada siswa yang mendapatkan beasiswa

melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang merupakan program tingkat nasional.

Menyesuaikan metode yang digunakan, MTs – MA Yajri tidak menggunakan

kurikulum KTSP, tetapi menerapkan kurikulum Moving class. Moving class merupakan sistem

belajar mengajar yang bercirikan siswa yang mendatangi pendamping (Guru) di kelas. Konsep

Moving Class mengacu pada pembelajaran kelas yang berpusat pada anak untuk memberikan

lingkungan yang dinamis sesuai dengan bidang yang dipelajarinya. Dengan moving class, pada

saat mata pelajaran berganti maka siswa akan meninggalkan kelas menuju kelas lain sesuai mata

pelajaran yang dijadwalkan, jadi siswa yang mendatangi pendamping / Guru, bukan sebaliknya.

Jadi kurikulum moving class sangatlah sesuai dengan metode sorogan, sebagaimana yang telah

diuraikan sebelumnya bahwa pembelajarannya menitik beratkan pada peserta didik, Guru dan

sarana hanya sebagai fasilitator pendukung. Keunggulan sistem ini adalah para siswa lebih

mempunyai waktu untuk bergerak, sehingga selalu segar untuk menerima pelajaran.

Namun, tiada gading yang tak retak. Pada PPSM II, MTs – MA Yajri pelaksanaan sisten

diatas (metode sorogan dan moving class) disamping banyak mengalami perkembangan terdapat

juga banyak kendala yang terjadi yang menjadi kelemahan dari sistem tersebut. Diantaranya

yaitu fasilitas / sarana – prasarana yang dimiliki satuan pendidikan ini, terutama ruang kelas.

Minimnya ruang kelas (untuk standar moving class) menjadi kendala utama yang menghambat

kelancaran proses KBM. Sampai saat ini selain berusaha menambahkan ruang kelas pihak

madrasah juga menggunakan alternatif lain yaitu dengan melakukan KBM di luar kelas (out

door), walaupun ada kemungkinan konsentrasi pesrta didik akan terganggu lingkuangan tetapi

pembelajaran di luar ruangan membuat pikiran peserta didik lebih segar (fresh) sehingga tidak

merasa jenuh.

Selain permasalah sar-pras, yang menjadi kendala kurang efektifnya pembelajaran

dengan sistem sorogan adalah tingkat kesadaran peserta didik terhadap ketertiban dan keaktifan

mereka dalam belajar. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kelancaran pembelajaran,

khusunya untuk metode sorogan. Dimuka sudah disebutkan bahwa sorogan menitik beratkan

peserta didik sebagai individu yang aktif. Dapat disimpulkan bahwa kunci utama dari kusuksesan

sistem ini terletak pada peserta didik. Kepribadian siswa yang masih labil mengakibatkan

minimnya kesungguhan dalam belajar. Ketika anak sudah tidak sungguh – sungguh dalam

Page 7: M1

belajar dia akan mudah untuk tidak mengikuti KBM, padahal dengan sistem ini pengawasan

Guru terhadap anak kurang ekstra sehingga anak – anak kurang terkontrol. Kurangnya

pengawasan tersebut selain karena Guru terkonsentrasi dengan kelompok yang sedang

menghadap juga karena tidak adanya presensi yang menyeluruh, hanya kelompok yang maju

akan mendapat paraf dari Guru sedangkan yang tidak menghadap tidak ada tindak lanjut lebih

jauh yang jelas.

Telah disampaikan sebelumnya bahwa mekanisme pembelajaran dengan sistem ini

adalah siswa (kelompok) yang kiranya sudah siap (sudah mempersiapkan diri dengan belajar)

akan menghadap Guru pembimbing untuk memperoleh materi. Jika berupa kelompok maka

kompetensi masing – masing anggota harus sama (homogen), kelompok tersebut berlaku selama

pencapaian materi masing – masing anggotanya masih setara, ketika ada anggota kelompok yang

tertinggal (misalnya karena tidak masuk) dia otomatis keluar dari kelompok tersebut dan

menggabungkan diri ke kelompok yang pencapaian materinya sama (setara) dengannya, jika

memang tidak ada maka dia menghadap Guru sendirian (individual). Jadi bisa dikatakan dengan

sistem ini sangat berlaku sistem kompetisi (perlombaan), tentunya dalam hal pencapaian materi

individu peserta didik. Anak yang dengan tekun belajar akan mudah untuk menyelesaikan materi

setiap mata pelajaran, karena banyak sedikitnya materi yang diberikan Guru sesuai dengan

intelegensi dan pemahaman peserta didik. Di sinilah keistimewaan sistem moving class, dimana

klasifikasi siswa (dalam setiap mata pelajaran) tidak dilihat dari kelasnya tetapi dari pencapaian

materinya. Maka kelas disini hanya sebagai pengelompokan siswa menurut tahun masuknya.

Jadi untuk siswa yang memang mampu mengejar materi ia dapat mempeljari materi yang

sebenarnya untuk jenjang di atasnya. Dengan begitu ada sistem akselerasi, yaitu percepatan anak

dalam menempuh materi. Dengan begitu anak dapat menempuh pendidikan pada kedua

Madrasah ini selama 4 tahun yang pada umumnya selama 6 tahun. Atau satu jenjang madrasah

saja misalnya untuk MTs 2 tahun dan MA 2 tahun. Dengan adanya program akselerasi tersebut

masing – masing peserta didik akan termotivasi untuk mengejar materi sehingga akan ada

semacam kompetisi (perlombaan) dengan orientasi dapat dengan cepat selesai.

Sistem ini adalah murni diambil dari sistem pembelajaran pesantren yang ada, yaitu

PPSM II. Adapun sistem tersebut diterapkan tidak lain bertujuan untuk mempertahankan

eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan islam di era modern ini. hal tersebut

mempertimbangkan dimana banyak diantara pesantren – pesantren salaf yang mati karena

Page 8: M1

minimnya minat masyarakat terhadap lembaga pendidikan kuno. Dengan tidak mengurangi

substansi kajian dan unsur – unsur penting dalam pesantren, tiga lembaga pendidikan islam,

PPSM II, MTs – MA Yajri berusaha untuk mengembangkan masyarakat islam khususnya dan

memenuhi kebutuhan peserta didik dalam IPTEK dengan diimbangi IMTAQ.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa PPSM II, dan MTs – MA Yajri merupakan tiga lembaga pendidikan islam yang melakukan pengajaran agama maupun umum dan berusaha untuk memenuhi tuntutan dan tantangan zaman di era modern dengan tidak meninggalkan unsur – usur terpenting dalam agama islam. Dengan orientasi untuk mencetak generasi penerus yang mampu bersaing dan tetap tidak mengesampingkan pendidikan agama islam itu sendiri, 3 (tiga) lembaga ini berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan dan zaman sekarang.

B. SaranSetelah mempelajari berbagai masalah di atas, telah diketahui bahwa pembelajaran pada

PPSM II, MTs – MA Yajri masih dalam proses penyempurnaan. Oleh karena itu, masih ada beberapa kelemahan yang menjadi kendala kurang efektifnya pembelajaran pada lembaga pendidikan tersebut. Terutama dalam sistem pengawasan peserta didik, sistem sorogan dan moving class lemah dalam hal ini. Masalah tersebut berkaitan dengan tingkat kesadaran dan motivasi peserta didik. Apabila setiap individu peserta didik memiliki kesadaran yang tinggi dan motivasi terhadap setiap pentingnya mata pelajaran yang dipelajari. Untuk mengembangkan kesadaran serta memicu motivasi peserta didik sebaiknya selalu diadakan kompetisi – kompetisi atau seminar berkaitan dengan mata pelajaran yang diselenggarakan. Hal tersebut akan membuat anak akan lebih tertarik untuk mempelajari mata pelajaran terkait.

Permasalahan lain yaitu berkaitan dengan ketertiban peserta didik dalam KBM yang kurang terkontrol, dimuka telah disebutkan bahwa permasalaan tersebut salah satu faktor utamanya yaitu kurang ekstranya presensi yang berlaku. Untuk menangani hal itu dapat dengan cara memaksimalkan kinerja Guru Pamong yang telah ada untuk senantiasa mengontrol, mengawasi, serta menindak lanjuti peserta didik yang kurang aktif dalam KBM. Posted by ade listiyanto at 1:55 AM