Luka Listrik

19
BAB II PEMBAHASAN A. Surat Permintaan Visum Pada Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) tertulis tertanggal 02 Juni 2015. Surat Permintaan Visum diterima pada tanggal 03 Juni 2015 oleh staf dokter Forensik RS Bhayangkara Mappaoudang Makassar. B. Multiple Cause of Damage Damage :Memar dengan warna sama dengan kulit disekitarnya pada pipi kanan A-1 : Perdarahan bawah kulit pada pipi kanan A-2 : Pecah pembuluh darah bawah kulit pada pipi kanan A-3 :Trauma akibat benda tumpul pada pipi kanan B : Tidak ada C. Hasil Pemeriksaan Dari hasil pemeriksaan, tampak 1 (satu) buah luka memar pada bagian pipi sebelah kanan dengan ukuran luka panjang tiga koma dua sentimeter dan lebar dua koma empat sentimeter. Luka berjarak enam koma tujuh sentimeter dari garis tengah tubuh dan tiga koma lima sentimeter sebelah bawah dari garis

description

Luka Listrik

Transcript of Luka Listrik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Surat Permintaan Visum

Pada Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV) tertulis tertanggal 02 Juni 2015. Surat Permintaan Visum diterima pada tanggal 03 Juni 2015 oleh staf dokter Forensik RS Bhayangkara Mappaoudang Makassar.

B. Multiple Cause of Damage

Damage:Memar dengan warna sama dengan kulit disekitarnya pada pipi kanan

A-1:Perdarahan bawah kulit pada pipi kanan

A-2:Pecah pembuluh darah bawah kulit pada pipi kanan

A-3:Trauma akibat benda tumpul pada pipi kanan

B: Tidak ada

C. Hasil Pemeriksaan

Dari hasil pemeriksaan, tampak 1 (satu) buah luka memar pada bagian pipi sebelah kanan dengan ukuran luka panjang tiga koma dua sentimeter dan lebar dua koma empat sentimeter. Luka berjarak enam koma tujuh sentimeter dari garis tengah tubuh dan tiga koma lima sentimeter sebelah bawah dari garis tengah yang melewati kedua bola mata. Bentuk luka tidak teratur, berwarna seperti warna kulit sekitarnya, garis batas luka tidak tegas, bengkak, dan terdapat nyeri tekan.

D. Tinjauan Pustaka

I. PENDAHULUAN

1. TraumatologiForensik

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan tubuh yang ditimbulkan oleh berbagai macam sebab.[1,2]

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: [1]

Mekanik :

Kekarasan oleh benda tajam

Kekerasan oleh benda tumpul

Tembakan senjata api

Fisika :

Suhu

Listrik dan Petir

Perubahan tekanan udara

Akustik

Radiasi

Kimia :

Asam atau basa kuat

2. Jenis-jenis Luka : [1]

Berdasarkan jenisnya, luka dibagi menjadi :

a. Luka akibat kekerasan benda tajam

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris atau sayat, luka tusuk dan luka bacok

b. Luka akibat kekerasan benda tumpul

Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum)

c. Luka akibat tembakan senjata api

Luka yang terjadi dapat berupa Luka Tembak Masuk yang tediri dari luka tembak tempel atau kontak, luka jarak dekat, luka jarak jauh dan luka tembak keluar

d. Luka akibat suhu / temperatur

Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer dan heat exhaustion sekunder (dehidrasi), dan Luka bakar. Dan suhu rendah dapat menyebabkan kematian mendadak, serta pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan berupa: hyperemia, edema dan vesikel, nekrosis dan pembekuan disertai kerusakan jaringan

e. Luka akibat listrik dan Petir

Pada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai kedalam kulit), magnetisasi (benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet)

f. Perubahan tekanan udara

g. Akustik

h. Radiasi

II. KEKERASAN BENDA TUMPUL

Kekerasan karena benda tumpul (Blunt Force Injury) merupakan kasus yang paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk di bagian ilmu kedokteran forensik.[1]

Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan lalu lintas. Jika ditambah dengan kasus-kasus yang tidak fatal, jumlahnya tentu akan berlipat ganda. Benda tumpul dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam (tidak dapat untuk mengiris, membacok, atau menusuk). Mempunyai konsistensi yang keras atau kenyal, permukaannya dapat halus ataupun kasar. Kadang-kadang dalam satu benda didapat bagian yang tajam dan tumpul, misalnya clurit dengan ujung tajam dan tangkainya tumpul.[1]

Benda-benda tumpul banyak terdapat disekitar kita, dimanapun kita berada. Jika benda tersebut dibenturkan, membentur atau terbentur tubuh dengan keras akan menimbulkan rasa sakit dan kelainan atau kerusakan pada tubuh. Cara kematian pada kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak wajar. Yang tersering adalah kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi. Berikutnya pembunuhan, kasusnya juga cukup banyak misalnya dipukul besi kepalanya, diinjak-injak dadanya dan sebagainya.[1]

Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka, yaitu luka lecet, memar, dan luka robek atau luka terbuka. Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.[2]

Gambar 5 : Jenis-jenis luka akibat benda tumpul [3]

III. LUKA MEMAR

1. Definisi

Memar atau kontusio yang dikenal sebagai bruise dalam bahasa Inggris merupakan sebuah area perdarahan didalam jaringan lunak karena ruptur pembuluh darah yang disebabkan oleh trauma tumpul. Memar (kontusio) adalah jejas yang terlihat secara eksternal atau tanda yang disebabkan oleh kebocoran darah ke kulit dan jaringan subkutan.[4,5]

Gambar 1 : Memar luas yang mengikuti alur dan kontur jaringan, satu minggu setelah beberapa kali trauma tumpul mengenai kepala.

Kontusio tidak hanya bisa terjadi pada kulit, tetapi juga pada organ dalam tubuh seperti paru-paru, hati, otak, dan otot.[4,6] Memar umumnya terjadi akibat trauma benda tumpul, seperti pukulan atau jatuh, tetapi juga dapat terjadi karena luka hancur, perasan, atau cubitan.[6] Adanya tekanan yang cukup pada permukaan kulit mengakibatkan gangguan pembuluh darah tanpa merusak kulitnya.Luka memar biasanya menjalani serangkaian perubahan warna dari merah, merah kebiruan, biru, biru kehijauan atau cokelat menjadi kuning sebelum menghilang. Namun, tidak semua luka memar menjalani perubahan warna tersebut.[5] (Gambar 1 : (a) Memar luas yang mengikuti alur dan kontur jaringan, satu minggu setelah beberapa kali trauma tumpul mengenai kepala. (1))

2. Patomekanisme

Pada kasus luka memar, jejas sel terjadi karena trauma fisik benda tumpul. Ketika seorang individu dipukul dengan benda datar, seperti papan, sangat umum untuk menemukan kontusio linear paralel sesuai dengan tepi papan, dengan tampak jaringan normal di antara keduanya. Sel yang terkena jejas akan mengalami beberapa fase untuk beradaptasi agar dapat kembali ke keadaan homeostasis. Penyebab jejas sel antara lain adalah:[4,6,7]

1) Hipoksia

2) Trauma fisik

3) Obat-obatan dan zat kimia

4) Reaksi imunologis

5) Defek genetik

6) Ketidakseimbangan nutrisi

Derajat keparahan kontusio tidak hanya bergantung kepada banyaknya energi yang diberikan, tetapi juga berpengaruh terhadap struktur dan vaskularisasi jaringan yang mengalami kontusio. Oleh karena itu, kontusio paling mudah terjadi pada daerah yang berkulit tipis dan memiliki banyak lemak.[4,8] Anak-anak dan orang tua lebih mudah mengalami kontusio, karena anak-anak memiliki kulit yang lebih tipis dan lembut serta memiliki banyak lemak subkutan. Pada orang tua, terjadi kehilangan jaringan penyokong subkutan, gangguan pembuluh darah dan luka memar yang lebih lama sembuh.[5,8] Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran dari sebuah kontusio : usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan korban, serta daerah dan tipe jaringan yang mengenai permukaan kulit.[4]

3. Karakteristik Memar Pada Lapisan Kulit

Luka memar pada permukaan kulit memberikan gambaran yang bervariasi, tidak tergantung hanya pada mekanisme cedera. Secara khususnya, karakteristik memar akan berbeda tergantung dari ketebalan, warna dan sifat alami permukaan kulit.[6]

1. Memar intradermal : memar yang terbatas secara superfisial pada kulit boleh menyebabkan percetakan jejas secara akurat (misalnya cap telapak sepatu bot).[6]

2. Sidik jari : memar yang berakibat dari cengkaman ujung-ujung jari yang dapat ditemukan pada area lengan atas akibat penahanan.[6]

3. Bekas jari : tamparan dapat memberi gambaran memar yang khas.[6]

4. Trampline bruising : memar yang merupakan dua jalur paralel yang memiliki bagian tengah yang pucat dan menggambarkan trauma tumpul dari sambuk, batang snooker, atau objek linear yang lain.[6]

(Gambar 3 : tanda pegangan grip marks dari jari-jari pelaku membentuk memar terlihat pada lengan bagian atas) (Gambar 2 : trampline bruising)

Luka Memar pada Area Spesifik[6]

1. Battles sign : luka memar yang muncul pada processus mastoideus di belakang telinga tanpa ada sebarang trauma langsung yang mengindikasikan adanya fraktur basis cranii.

2. Raccoon eyes (panda eyes) : luka memar yang terlihat pada kedua margin orbita juga menandakan adanya fraktur basis cranii.

(Gambar 4 : pembentukan mata hitam (black eyes). (1) pukulan langsung ke orbita mata. (2) cedera pada dahi. (3) fraktur basis cranii)

(Gambar 5 : Fraktur pada basis cranii dapat berhubungan denganmemar pada prosessus mastoideus)

4. Umur Luka Memar

GAMBARAN

SELANG WAKTU

Merah

Ungu atau hitam

Hijau

Kuning

Menghilang

Baru terjadi

1-3 hari

4-5 hari

7-10 hari

14-15 hari

Tabel 1 : Perkiraan umur luka memar[10]

5. Perbedaan Luka Memar dan Lebam Mayat

Lebam mayat terjadi oleh karena kegagalan sirkulasi, yaitu ketika arteri rusakdan aliran balik vena gagal mempertahankan darah untuk mengalir melalui pembuluh kapiler, dan hubungan antara pembuluh aferen dan eferen. Gaya gravitasi menyebabkan darah yang terhenti tersebut mengalir ke area terendah. Sel darah merah adalah yang paling terkena efeknya, dimana akan bersedimentasi melalui jaringan longgar, tetapi plasma juga berpindah ke jaringan longgar menyebabkan terbentuknya edema setempat, di mana timbul blister pada kulit. Hal ini terjadi pada awal kematian. Adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat dengan timbulnya perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut lebam mayat. Hal ini biasanya dimulai dengan ditemukannya bercak pada permukaan lateral dan setempat, dan juga tungkai atas terutama paha yang kemudian akan turun ke daerah terendah.[10]

Bentuk dari lebam mayat tergantung posisi tubuh setelah mati. Sering posisi mayat terlentang dengan bahu, pantat dan punggung menekan permukaan tanah. Halini menyebabkan tekanan pada aliran darah di area tersebut, sehingga lebam tidak timbul pada daerah tersebut dan kulit tetap berwarna sama. Bila tubuh dalam posisi vertikal setelah mati, dalam kasus penggantungan, lebam mayat terbanyak ditemukan pada kaki, tungkai kaki, ujung jari tangan, dan lengan bawah. Sebagai tambahan bagian pucat terjadi pada daerah tertekan lainnya akan menyebabkan lebam mayat hilang dengan membentuk sebuah pola. Sebagai contoh, daerah pucat yang tidak rata terjadi karena penekanan pada daerah tubuh mayat oleh karena tepi seprai, tekanan oleh ikat pinggang yang ketat, bahkan kaus kaki.[6,7]

Lebam mayat sering berwarna merah padam, tetapi bervariasi, tergantung oksigenasi sewaktu korban meninggal. Bila terjadi bendungan, hipoksia, mayat memiliki warna lebam yang lebih gelap karena adanya hemoglobin tereduksi dalam pembuluh darah kulit. Lebam timbul dalam waktu setengah jam setelah mati dan dapat baru timbul setelah beberapa jam. Lebam dapat timbul pada manusia hidup bila terjadi gagal jantung atau gangguan aliran balik vena oleh karena imobilitas pada pasien koma. Lokasi lebam ditentukan oleh gaya gravitasi. Bila tubuh diposisikan berbeda setelah mati, lebam yang sudah timbul dapat: (a) menetap, (b) berpindah sesuai dengan tempat terbawah, (c) sebagian menetap sebagian berpindah sesuai tempat terbawah. Sehingga bila mayat ditemukan dengan lokasi lebam yang tidak sesuai daerah terendah, kemungkinan mayat telah diubah posisikan setelah kematian. Hal ini pentingbagi polisi untuk mengetahui adanya kemungkinan pelaku kembali ke TKP setelah tindak kejahatan.[6,7]

Pengumpulan darah di bagian terendah dari tubuh biasanya dimulai antara 30 menit dan 2 jam setelah jantung berhenti berdetak. Lebam mayat muncul bertahap, biasanya mencapai perubahan warna maksimal dalam 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat akan berpindah bila tubuh mayat dipindahkan. Lebam mayat menetap tidak lama setelah perpindahan atau turunnya darah, atau ketika darah keluar dari pembuluh darah ke sekeliling jaringan lunak yang dikarenakan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah. Fiksasi dapat terjadi setelah 8-12 jam jika dekomposisi terjadi cepat, atau pada 24-36 jam jika diperlambat dengan suhu dingin. Untuk mengetahui bahwa lebam mayat belum menetap dapat didemonstrasikan dengan melakukan penekanan ke daerah yang mengalami perubahan warna dan tidak ada kepucatan pada titik dimana dilakukan penekanan. Mayat korban yang besar mungkin memerlukan banyak waktu untuk livor mortis menjadi permanen, karena tubuh yang lebih besar mengandung lebih banyak darah dan oleh karena itu, lebih banyak waktu yang digunakan untuk mengumpulkan darah pada daerah tubuh terendah.[10]

Sedangkan memar merupakan efek pada jaringan yang dikarenakan oleh tekanan dan ditandai oleh adanya ektravasasi darah tanpa adanya gangguan kontinuitas jaringan.[10]

IV. ASPEK MEDIKOLEGAL

Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap korban kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut:11

Jenis luka apa yang ditemui

Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka

Bagaimana kualifikasi dari luka itu

Untuk memahami yang dimaksud dengan kualifikasi derajat luka sebaiknya mempelajari terlebih dahulu pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang bersangkutan dengan penganiayaan.[11]

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka kelalaian atau karena disengajakan. Luka yang terjadi ini disebut Kejahatan Terhadap Tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatan doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose (yang dilakukan karena kelalaian atau kejahatan).[11]

Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda, yaitu penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara), penganiayaan diancam (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan), dan penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun). Ketiga tingkatan penganiayaan tersebut diatur dalam pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan ringan, pasal 351 (1) KUHP untuk penganiayaan, dan pasal 352 (1) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka ringan, serta pasal 352 (2) KUHP untuk penganiayaan yang menimbulkan luka berat.[11]

Jenis kejahatan yang dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal-pasal 351 s.d. 358. Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359, 360 dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata, mati, menjadi sakit sementara atau tidak dapat dijalankan pekerjaan sementara, yang tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amat kurang perhatian. [11]

Pasal 361 KUHP menambah hukumannya sepertiga lagi jika kejahatan ini dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain.[11]

Dalam pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah medis. [11]

Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP, adalah penyakit atau luka yang tidak biasa. Diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cukup lagi melakukan satu pekerjaan tidak lagi memakai salah satu panca indera, kudung (rompong), lumpuh, berubah pikiran (akal) lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan atau membunuh anak dari kandungan ibu. [11]

Disinilah dokter berperan besar sekali sebagai saksi ahli di depan pengadilan. Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis kedokteran forensik maupun ahli lainnya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara khusus demi kasus.[11]

DAFTAR PUSTAKA

1. Hariadi H, H. Mutahal. Trauma Tumpul.Dalam Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ed. 2. Surabaya . 2006. P: 86-91.

2. Idries.A.M, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik, Edisi Pertama; Bab 4: Luka dan Kekerasan,Luka Akibat Benda Tumpul; 1997; Binarupa Aksara; Hal 91-9.

3. Saukko.P, Knight.B, Knights Forensic Pathology, 3rd Edition; Chapter 4: The Pathology of Wound; Abrasions; Arnold, Hodder Headline Group, London; page 137-143.

4. DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology Second Edition. Washington DC, USA: CRC Press LLC; 2001, pg. 110; 117 126; 246.

5. Dix J, Calaluce R. Guide to Forensic Pathology. USA: CRC Press LLC; 1999, pg.96 97.

6. Wyaatt J, Squires T, Norfolk G, Jason PJ. Oxford Handbook of Forensic Medicine. Oxford University Press, London, UK. 2011. pg. 124 126; 233.

7. James JP, Jones R, Karch B. Simpson's ForensicMedicine 13th Edition. London, England: Arnold Publishing; 2011, pg. 77 83

8. Vanezis P. Interpreting bruises at necropsy. Journal of Clinical Pathology. 2001; 54:348-55.

9. Wlliams N., Connell P., Bulstrode C., Bailey and Love's Short Practice of Surgery 26th edition. CRC Press, Oxford, UK. 2013. pg. 313.

10. Budiyanto A, dkk. Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul. Dalam Ilmu Kedokteran Forensik ed. 1. Jakarta :Bagian Kedokteran Forensik FK UI. 1997. Hal 37-41.

11. Satyo.A.C. Dalam Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, FK USU, Medan.