Luka Bakar 1
-
Upload
nishyaparmana -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Luka Bakar 1
LUKA BAKARI. Pendahuluan
1. Umum :
- Merupakan suatu penyakit yang serius yang dapat menyebabkan kematian, kalaupun hidup akan menyebabkan kecatatan yang menetap.
- Memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang lama, perlu operasi berulang kali, celakanya seringkali menimpa orang-orang yang tidak mampu.
- Penyembuhannya sangat tergantung pada sebabnya, kecelakaan murni, sengaja dibunuh/bunuh diri.
Tabel 1 Angka kematian kasus luka bakar yang dirawat di RSCM Jakarta sejak tahun 1998 sampai dengan pertengahan tahun 2002 berdasarkan distribusi usia.
Kelompok Usia
(tahun)
Jumlah kasus
yang dirawat
(kumulatif)
Presentasi luas luka bakar
< 40% 40%
Angka Kematian
5 152 122 30 92 60,52
5-14 54 41 13 11 27,37
14-21 106 69 37 40 37,73
21-50 277 154 123 122 44,04
50 24 18 6 13 54,16
Tabel 2 Angka kematian kasus luka bakar yang dirawat di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta mulai Januari 1998 sampai dengan Desember 2003 berdasarkan distribusi usia.
Kelompok Usia
(tahun)
Jumlah kasus
yang dirawat
(kumulatif)
Presentasi luas luka bakar
< 40% 40%
Angka Kematian
5 24 23 1 0 0
5-14 9 7 2
0 0
14-21 1 1 0 0 0
21-50 19 15 4 1 0
50 6 6 0 0 0
2. RULING DAN TATA URUT :
1. Definisi
2. Patofisiologi luka bakar
3. Pembagian/klasifikasi luka bakar
4. Perhitungan luas luka bakar
5. Derajat keparahan
6. Penanganan
7. Problem dan rekonstruksi luka bakar
8. Luka bakar listrik
9. Luka bakar kimia
10. Penutup
I. LUKA BAKAR : adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti : api, air panas, bahan kimia, listrik, radiasi atau sumber dingin : air
dingin
II. PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR :
• ZONA-ZONA LUKA BAKAR :
1. ZONA KOAGULASI : daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas
2. ZONA STASIS :
¤ daerah yang berada langsung diluar zona koagulasi
¤ kerusakan endotel pembuluh darah, trembosit dan lekosit no flow fenomena
¤ permeabilitas kapiler dan terjadi respons inflamasi local
¤ berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera nekrosis
3. ZONA HIPEREMI :
¤ daerah diluar zona stasis
¤ ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler
Zona 3 dapat sembuh spontan, tergantung dari keadaan umum dan terapi yang diberikan atau berubah menjadi zona 2 bahkan zona 1.
• FASE-FASE LUKA BAKAR :
1. FASE AWAL, AKUT, SHOCK :
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit, akibat cedera termis yang bersifat sistemik
2. FASE PASCA SHOCK, SUB AKUT
a. terjadi proses inflamasi :
¤ terjadi inflamasi hebat yang disertai dengan eksudasi dan “ kebocoran
“ protein
¤ reaksi inflamasi lokal sistemik dengan dilepasnya lipo protein kompleks (burn toxin) respons inflamasi sistemik (SIRS = Sistemic Inflamation Response Syndrome)
b. infeksi sepsis
c. penguapan cairan tubuh disertai panas/energi (evaporative heat loss) perubahan dan gangguan proses metabolisme
3. FASE LANJUT :
- setelah terjadi penutupan luka
- penyulit luka bakar :
ˆ parut hipertropik
ˆ kontraktur
ˆ deformitas
III. PEMBAGIAN / KLASIFIKASI LUKA BAKAR :
• MENURUT PENYEBABNYA : api, air panas, air dingin, kimia, listrik, radiasi.
• KEDALAMAN / DERAJAT LUKA BAKAR :
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
I * Kerusakan terbatas Spontan tanpa
pada epidermis pengobatan dalam
* Kulit kering, hiperemik waktu 10 - 15 hari.
berupa eritem
* Pada perabaan /
tusukan jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
II A * Kerusakan meliputi epidermis Spontan dalam
dan sebagian dermis, berupa waktu 10 - 14
reaksi inflamasi disertai proses hari.
eksudasi (basah)
* Dijumpai bulae (epidermolisis)
dasar luka kemerahan
* Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasae masih utuh
* Pada perabaan / tusukan
jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
II B * Kerusakan mengenai hampir Terjadi lebih seluruh bagian dermis lama,
* Dijumpai bulae (epidermolisis), tergantung biji
dasar luka keputihan epitel yang
* Organ-organ kulit seperti folikel tersisa.
rambut, kelenjar keringat, Biasanya terjadi
kelenjar sebasea sebagian dalam waktu
besar masih utuh lebih dari satu
* Pada perabaan / tusukan bulan.
jarum hiperestesi
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
III * Kerusakan kulit meliputi seluruh Terjadi sangat
tebal dermis dan lapisan yang lama karena
lebih dalam tidak ada
* Tidak dijumpai bulae proses
* Organ-organ kulit seperti folikel epitelisasi
rambut, kelenjar keringat, spontan dari
kelenjar sebasea mengalami dasar luka.
kerusakan
* Kulit yang terbakar berwarna
abu-abu dan pucat, kering dan
letaknya lebih rendah dari kulit sekitarnya
DERAJAT KLINIS PENYEMBUHAN
III * Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang di
kenal dengan nama ESCHAR
* Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan /
kematian
IV. PERHITUNGAN LUAS LUKA BAKAR :
• DEWASA : Wallace membagi permukaan tubuh atas bagian-bagian 9 % atau kelipatannya yang terkenal dengan nama “ Rule of Nine “ atau “ Rule of Wallace ”
9
9 9
18 18
1
18 18
Perlu diingat bahwa luas satu telapak tangan seseorang adalah
1 % dari luas permukaan tubuhnya.
• ANAK-ANAK : Pada anak-anak, bagan menurut Lund dan Browder membagi lebih akurat, tetapi susah untuk dihafalkan, sehingga orang membuat modifikasi saja dari
“ Rule of Nine ”. Modifikasi ini bermacam-macam, namun yang dipilih disini adalah yang mirip dengan bagan dari Lund dan Browder.
MODIFIKASI ” Rule of Nine “ untuk anak.
0 – 1 thn 5 thn 15 thn
18 14 10
9 9 9 9 9 9
18 18 18 18 18 18
14 14 16 16 18 18
Antara umur 15 dan 5 tahun, untuk tiap
tahun, tiap tungkai berselisih 0.2 %. Antara umur 5 dan 1 tahun, untuk tiap tungkai berselisish 0.4 %.
V. DERAJAT KEPARAHAN :
Berat ringannya luka bakar, dibagi menjadi :
1. Berat = Parah = Critical
a. Luka bakar derajat II 25 % atau lebih
b. Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
c. Luka bakar derajat III pada tangan, kaki dan muka
d. Terdapat komplikasi pada saluran pernapasan (trauma inhalasi), jantung (luka bakar listrik), patah tulang, kerusakan soft tissue yang luas
2. Sedang = Moderate
a. Luka bakar derajat II 15 – 25 %
b. Luka bakar derajat III 2 – 10, kecuali pada muka, tangan dan kaki
3. Ringan = Minor
a. Luka Bakar derajat II < 15 %
b. Luka Bakar derajat III < 2 %
Penentuan derajat keparahan ini ditujukan untuk kepentingan prognosis, yang berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas. Penderita luka bakar ringan dapat dilakukan perawatan jalan saja, sedangkan pada yang berat dan sedang penderita harus dirawat inap.
Harus diingat bahwa pada orang tua dan anak-anak lebih rentan dengan luka bakar.
VI. PENANGANAN :
• Tempat Kejadian :
ö Matikan api pada badan / pakaian dan sumber api, lepaskan pakaian dari badan
ö Dinginkan luka dengan air dingin, yang terbaik temperatur 20 O C selama 15 menit. Dengan air es juga boleh tetapi hasilnya tidak lebih baik dari 20 O C. Kontak kulit dengan benda panas
temperatur 90 O C selama 10 menit ternyata setelah lepas selama 5 menit temperatur masih 50 O C. Karena itu dengan pendingin akan mengurangi destruksi lebih lanjut. Tetapi harus dimulai tidak melewati 30 menit setelah trauma. Kebiasaan orang awam memberikan mentega, kecap, kapur, minyak-minyak tertentu tidak ada manfaatnya, malahan akan menyukarkan dalam
pembersihan luka nantinya.
ö Luka bakar derajat I tidak memerlukan perawatan khusus, dibersihkan dan diberi analgetika saja
ö Letakkan luka dalam tempat yang bersih dan dibawa ke RS
• Puskesmas / RS :
DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA ( HARI I )
° Prosedur tetap penanganan gawat darurat :
PRIMARY SURVEY :
A = Air Way ; adalah trauma inhalasi : anamnesa, suara serak (stridor) OBSERVASI SELAMA 24 JAM, BILA PERLU PASANG ET ATAU LAKUKAN TRACHEOSTOMI
B = Breathing ; gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorak dll LAKUKAN ESCHAROTOMI ATAU
PENANGANAN TRAUMA THORAK YANG LAIN
C = Circulation, dilakukan Resusitasi Cairan Bila penderita Shock, maka diatasi dulu shocknya dengan infus RL diguyur sampai nadi teraba atau
tekanan darah > 90 mmHG. Baru kemudian dilakukan
resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan shock tidak dihitung.
Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah cara
Baxter dengan rumus :
4 cc X kg BB X % Luas Luka Bakar = … cc RL dalam 24 jam I
Setengah dari jumlah tersebut diberikan
dalam 8 jam pertama 1/2 nya lagi diberikan dalam 1 jam berikutnya.
Pasang cateter untuk monitor produksi urine. Produksi urine diharapkan 1/2 - 1 cc / kg BB / jam
Pasang CVP (Central Venous Pressure) pada luka bakar >/= 40 %, dan pada penderita yang
mengalami kesulitan untuk mengukur takanan darah.
SECONDARY SURVEY :
õ Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum resusitasi cairan definitive
õ Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan
õ Cuci luka dengan NaCL dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin) kemudian rawat luka secara tertutup
õ Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam
õ Pemberian analgetika dan antibiotika
DUA PULUH EMPAT JAM KE DUA ( HARI II ) dst
» Cairan yang diberikan volumenya 1/2 dari hari pertama
« Pemberian kolloid / plasma expander sudah boleh diberikan
» Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT
« Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari
» Hari ke 7 penderita sudah boleh dimandikan « Posisi penderita diletakkan dalam posisi
yang baik agar tidak terjadi kontraktur maupun problem rekonstruksi yang lain.
VII. PROBLEM REKONSTRUKSI LUKA BAKAR :
Terdiri dari Problem / Gangguan FUNGSI DAN ESTETIK
Sebab-sebab terjadinya gangguan FUNGSI ini adalah :
1. Penyembuhan yang memakan waktu lama kontraktur karena organisasi seluruh jaringan yang inflamasi
2. Parut yang berlebihan / tebal menggangu gerakan
3. Maturasi parut yang disertai proses pengerutan kontraktur
Poblem ESTETIK, ditandai dengan :
Ô perubahan warna kulit ( hipo / hiperpigmentasi )
Ö parut yang hipo / hipertrophic
Ô keloid
Modalitas untuk mengatasi problem tersebut diatas :
º Membuang parut yang menyebabkan kontraktur / mengkerut, kemudian menggantinya dengan skin graft atau flap
º Mengatur parut yang mengalami pengkerutan dengan Z plasty
º Secara bertahap melonggarkan ligamen atau kapsul sendi dengan pemasangan bidai
º Secara paksa membuka ligamen yang mengalami pemendekan dan mengatur penyembuhannya dengan bidai
(eksternal) atau dengan K-wire (internal)
º Kulit yang hiperpigmentasi dapat diupayakan untuk dikurangi dengan sunscreen cream, sedangkan yang hipopigmentasi dibuang dan diganti dengan kulit yang baru.
UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA GANGGUAN TERSEBUT ADALAH :
“ LAKUKAN PERAWATAN LUKA YANG BAIK DAN USAHAKAN LUKA SEMBUH SECEPAT MUNGKIN “
LUKA BAKAR AKIBAT LISTRIK
Merupakan suatu kekhususan. Kerusakan jaringan disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sumber listrik kontak dengan badan (disebut luka masuk)
dialirkan melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi rendah (yaitu cairan, darah/pembuluh darah) bagian tubuh yang kontakdengan bumi (disebut luka keluar) (ground). Tergantung dari organ yang dilewatinya kerusakan dapat bersifat ekstensif lokal maupun sistemik :
› Jantung Fibrilasi Ventrikel
‹ Otak Ensefaloti
› Otot Rabdomiolisis
‹ Ginjal Gagal Ginjal
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara, yang berubah menjadi api
3. Kerusakan jaringan yang lambat tapi pasti, dan tidak dapat diperkirakan luasnya. Karena kerusakan sistem pembuluh darah (trombosis, oklusi kapiler) disepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik.
X. LUKA BAKAR KIMIA
^ Biasanya asam kuat
^ Menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat Diskonfigurasi jaringan luka sulit sembuh parut tebal
^ Kerusakan tergantung dari lamanya kontak dan luasnya kontak.
BURN MANAGEMENT UP DATE :1. NUTRISI ENTERAL DINI
2. EXCISI DINI :
- EXCISI ESCHAR DAN PENUTUPAN LUKA BAKAR DENGAN STSG SEBELUM HARI KE 7 PERAWATAN.
- SULIT DILAKSANAKAN :
- TOLERANSI OPERASI TIDAK MENDUKUNG
- BIAYA TIDAK ADA
3. SUBSTITUSI KULIT :
- EPIDERMAL TISSUE CULTURE ( DI IND BELUM ADA )
- PLASENTA ( DI REJECT).
4. PEMBERIAN DOPAMIN UNTUK MENARIK CAIRAN KELUAR TUBUH, MASIH KONTROVERSIAL.