LTM1-MODUL INDERA_Gangguan Refraksi Mata
Click here to load reader
-
Upload
ikhsan-johnson -
Category
Documents
-
view
199 -
download
7
Transcript of LTM1-MODUL INDERA_Gangguan Refraksi Mata
LTM-1 MODUL PENGINDERAAN
Gangguan-gangguan Refraksi Pada Pengelihatan
IKHSAN, 0806324015, Kelompok 6
SISTEM PENGELIHATAN
Sistem pengelihatan merupakan salah satu bagian dari sistem penginderaan manusia.
Sistem pengelihatan berfungsi menangkap, mengolah dan mempersepsikan rangsang
visual/cahaya dari luar tubuh sebagai informasi bagi seorang individu. Sistem pengelihatan
terutama terdiri atas organ pengelihatan, jaras-jaras yang mensyarafinya, serta bagian otak
yang terkait dengan fungsi pengelihatan. Organ tubuh yang digunakan sebagai alat
pengelihatan adalah mata. Mata memiliki bagian-bagian yang berfungsi menangkap warna
yang dipantulkan benda-benda maupun berkas cahaya. Berkas cahaya yang masuk ke
dalam rongga mata mengalami pembelokkan-pembelokkan (refraksi) untuk membuat
bayangannya jatuh pada retina, agar dapat diterima. Pembelokkan ini terutama dilakukan
oleh lensa pada mata.
LENSA MATA
Lensa mata pada bola mata merupakan refraktor cahaya. Lensa mata tidak bekerja sendiri
dalam membelokkan cahaya, namun menjadi bagian dari sistem tiga lensa; lensa aqueous,
lensa mata dan lensa vitreous.1
Untuk mengarahkan bayangan cahaya tepat jatuh di retina, lensa mata berakomodasi,
yaitu mengubah kepipihan dan ketebalannya sehingga berkas cahaya yang masuk dapat
dibelokkan dan disesuaikan dengan target fokus cahaya. Akomodasi ini dapat dilakukan
dengan bantuan kontraksi dan relaksasi muskulus siliaris yang bekerja secara berlawanan.
Pada badan siliaris terdapat dua jenis otot polos, yaitu otot sirkuler dan radial. Otot sirkuler
dapat berkontraksi dan menyebabkan kontriksi (pemipihan) lensa, sehingga dapat fokus
untuk melihat benda yang dekat. Otot radial dapat memendek dan menyebabkan dilatasi
(penebalan) lensa, sehingga dapat fokus melihat benda yang jauh.1
GANGGUAN REFRAKSI
Pada keadaan normal, dimana refraksi dapat berjalan dengan baik disebut Emetropia,
sedangkan keadaan sebaliknya, saat terjadi gangguan disebut ametropia. Ametropia terdiri
dari beberapa macam, antara lain: Presbiopia, Miopia, Hiperopia/Hipermetropia, Hiperopia
Laten, dan Astigmatisme. Pada tinjauan kali ini hanya akan dibahas beberapa ametropia
yang sering terjadi, yaitu1:
a. Presbiopia
Presbiopi merupakan keadaan kehilangan akomodasi secara bertahap, terkait dengan
bertambahnya usia pasien (proses penuaan). Keadaan ini biasanya mulai muncul
pada usia 44-46 tahun, dimana pasien mengalami kesulitan untuk
membaca/membedakan huruf/benda kecil yang letaknya berdekatan. Kesulitan
tersebut lebih buruk terjadi pada cahaya yang redup dan lebih nyata terlihat saat
pagi hari atau dalam fase kelelahan. Kebanyakan pasien juga mengeluh mengantuk
saat membaca. Gejala yang dialami pasien meningkat terus hingga usia 55 tahun, dan
berhenti meningkat, namun tetap ada.1
Presbiopia tidak dikoreksi menggunakan kacamata plus biasa sebagaimana
dengan orang yang mengalami rabun dekat/hipermetropia. Hal ini dikarenakan
pasien presbiopia memiliki pengelihatan yang normal untuk jarak jauh.
Ketidakmampuan membaca/melihat jarak dekat pasien presbiopia disebabkan daya
akomodasinya yang melemah, bukan bentuk bola matanya. Koreksi prebiopia dapat
menggunakan kacamata separuh, kacamata bifokal, ataupun kacamata trifokal.1
Kacamata separuh berupa separuh lensa plus dibagian bawah untuk membaca
dan bagian atasnya terbuka, untuk melihat jauh. Kacamata bifokal berupa lensa plus
pada bagian bawah dan lensa lainnya pada bagian atas untuk mengatasi kesalahan
refraksi lainnya (misalnya pada pasien miopi yang kemudian mengalami presbiopi di
usia tua). Kacamata trifokal mirip dengan kacamata bifokal dengan tambahan
segmen tengah untuk pengelihatan sedang.1
b. Miopia
Miopia adalah keadaan pengelihatan seseorang yang kesulitan melihat jauh, yang
diakibatkan bayangan benda yang jauh jatuh di depan retina, sehingga disebut juga
pengelihatan dekat (nearsighted). Kesalahan jatuhnya bayangan benda ini dapat
disebabkan kesalahan panjang sumbu mata atau unsur pembiasnya. Miopi akibat
kesalahan panjang sumbu mata disebut miopi aksial, dimana panjang mata (anterior-
posterior) melebih panjang mata normal, dengan hitungan penambahan 1 mm-nya
menyebabkan miopik ±3 dioptri. Miopi akibat kesalahan unsur pembiasnya disebut
miopi kelengkungan/refraktif, dimana unsur-unsur pembiasnya (aqueous humor,
lensa mata, vitreous humor) lebih refraktif dibandingkan rata-rata mata normal.1
Derajat miopia dapat ditentukan berdasarkan kebalikan dari jarak titik jauh,
yaitu titik tempat bayangan paling tajam fokusnya di retina (±6 m pada orang
normal). Salah satu keuntungan seorang miopi adalah dapat membaca di titik
jauhnya tanpa kacamata bahkan pada usia presbiopik. Pada derajat yang lebih tinggi,
miopia dapat saja meningkatkan kerentanan pada gangguan retina degeneratif.
Derajat miopia dibagi tiga, yaitu ringan (1-3 dioptri), sedang (3-6 dioptri) dan berat
(lebih dari 6 dioptri). Berdasarkan perjalanan penyakitnya, miopia juga dapat dibagi
tiga, yaitu stasioner (menetap setelah dewasa), progresif (bertambah terus walaupun
sudah masuk usia dewasa akibat pertambahan panjang bola mata), dan maligna
(berjalan progresif dan dapat menyebabkan kebutaan, sama dengan miopia
degeneratif)1,3
Koreksi miopia menggunakan lensa sferis konkaf (minus) yang memindahkan
bayangan jauh yang jatuh di depan retina agar jatuh tepat di retina.1
c. Hipermetropia
Hipermetropia atau hiperopia disebut juga far-sighted/pengelihatan jauh, dimana
saat tidak berakomodasi bayangan dekat jatuh di belakang retina, bukan tepat di
retina, sedangkan bayang jauh tetap jatuh tepat di retina. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh pemendekan bola mata (hiperopia aksial), ataupun penurunan
indeks refraktif (hiperopia refraktif). Orang dengan hiperopia membutuhkan
akomodasi yang lebih besar untuk melihat bayangan tajam dari benda dekat
dibanding orang normal. Hal ini menyebabkan kelelahan mata yang lebih cepat
timbul pada orang dengan hiperopia. Pada orang dengan derajat hiperopia yang
sangat tinggi, mata tidak dapat lagi mengkoreksi bayangan dengan akomodasi
maksimal. Karena adanya korelasi refleks antara akomodasi dan konvergensi kedua
mata, pada hiperopia dapat juga terjadi esotropia (mata juling).1
Hiperopia dengan derajat yang masih dapat diatasi dengan akomodasi saja
disebut hiperopia laten yang dapat dideteksi dengan penetesan obat siklopegik.
Penetesan tersebut berfungsi mendeteksi hiperopia rendah pada pasien usia muda
yang mengeluh kelelahan mata saat membaca.1
Saat pasien hiperopia mulai memasuki usia presbiopia, secara bertahap
mereka dapat kehilangan ‘pengelihatan jauh’-nya juga, karena mengalami kekaburan
pengelihatan lebih dini dibanding dengan orang non-hiperopia. Hal ini menyebabkan
pada akhirnya orang dengan hiperopia membutuhkan koreksi untuk pengelihatan
dekat dan jauh juga.1
d. Astigmatisme
Bayangan yang dihasilkan pada mata pasien astigmatisme memiliki titik atau garis
fokus yang multipel, sehingga pasien astigmatisme tidak dapat melihat garis lurus
dengan tepat. Terdapat beberapa jenis astigmatisme, yaitu yang bersifat regular, dan
iregular.1
Pada astigmatisme regular, terdapat dua meridian (garis sumbu) yang terletak
pada posisi yang konstan sepanjang bukaan pupil. Apabila kedua meridian tersebut
tidak terletak dalam 200 horizontal dan vertikal,disebut astigmatisme oblik.
Sedangkan, apabila kedua meridian tersebut saling tegak lurus dan sumbu-sumbunya
terletak dalam 200 horizontal dan vertikal, disebut astigmatisme direk/with the rule
(bila daya biasnya di meridian vertikal lebih besar) atau astigmatisme inversi/against
ther rule (bila daya biasnya di meridian horizontal lebih besar). Astigmatisme direk
teutama ditemukan pada pasien usia muda, sedangkan astigmatisme inversi lebih
sering ditemukan di pasien usia tua. Pada astigmatisme iregular, meridian yang
terletak sepanjang bukaan pupil berubah-ubah posisinya.1
Astigmatisme terutama disebabkan kelainan bentuk kornea. Kelainan ini
dapat dikoreksi dengan menggunakan lens kontak sferis yang keras. Suatu koreksi
yang tidak dapat dilakukan pada astigmatisme lentikular (akibat kelainan bentuk
lensa). Koreksi astigmatisme biasanya dilakukan dengan lensa silindris yang dapat
dipadukan dengan lensa sferis. Adaptasi otak sebelumnya pada keadaan
astigmatisme menyebabkan perbaikan astigmatisme dapat menyebabkan
disorientasi temporer (bayangan tampak miring).1
PERUBAHAN REFRAKSI TERKAIT USIA
Secara normal, bayi-bayi yang baru lahir dapat saja mengalami hiperopia ringan yang secara
perlahan berkurang, dan semakin cepat berkurang pada usia remaja untuk mencapai
emetropia. Kelengkungan kornea saat lahir tidak sama dengan kelengkungan dewasa (ø7,71
mm), yaitu sebesar ø6,59 mm, dan akan mencapai kelengkungan yang sesuai pada usia 1
tahun. Pada saat lahir, lensa jauh lebih sferis dan mencapai bentuk yang sesuai pada usia 6
tahun. Panjang sumbu mata pada saat lahir sebesar 17,3 mm dan memanjang dengan cepat
2-3 tahun setelahnya hingga 24,1 mm, bertambah secara sedang (0,4 mm/tahun) saat
menuju usia 6 tahun, dan bertambah hingga 1 mm saat usia 10-15 tahun.1
Pada usia remaja, miopia pada penderita miopia dapat meningkat derajatnya,
sedangkan hiperopia pada penderitanya justru menurun. Pada usia 50 tahun ke atas dapat
terjadi presbiopia, walaupun onset dan derajatnya tidak benar-benar sama antar individu.1
KOREKSI KESALAHAN REFRAKSI
Kesalahan refraksi dapat dikoreksi dengan beberapa metode yaitu:1
a. Lensa Kacamata
Lensa berbentuk sferis/ silindris/sferis-silindris dengan meniskus.
b. Lensa kontak
Lensa mini seukuran kornea mata yang mengkoreksi kesalahatan refraksi
berdasarkan kelengkungan antara bagian depan dan belakangnya. Terdapat dua jenis
lensa yang dikenal berdasarkan bahan pembuatnya. Lensa keras yang permiabel
udara, dibuat dari asetat butirat selulosa (atau polimer plastik lainnya) dan silikon,
serta lensa kontak lunak yang dibuat dari bermacam-macam plastik hidrogel. Untuk
mengkoreksi astigmatisme iregular lebih baik digunakan lensa kontak keras karena
bentuknya lebih konsisten.
c. Bedah keratorefraktif
Metode pembedahan dapat menjadi pilihan untuk mengkoreksi kesalahan refraksi
yaitu dengan mengubah kelengkungan kornea.
d. Lensa intraokular
Lensa dengan bahan polimetilmetakrilat atau hidrogel dapat dimasukkan ke dalam
mata dengan posisi paling aman pada kantung kapsul.
e. Ekstraksi lensa jernih
Pengeluaran lensa jernih untuk koreksi refraksi hanya dapat dibenarkan dalama
kondisi tertentu, yaitu pada mata non-katarak dengan miopi derajat tinggi (sangat
miopik). Hal ini disebabkan efek samping yang dapat ditimbulkan saat atau setelah
ekstraksi dilakukan.
TINJAUAN PADA PEMICU
Pada pemicu disebutkan bahwa Deny tidak dapat melihat lukisan pada jarak tertentu,
namun dapat melihatnya setelah mendekat beberapa meter. Hal ini menunjukkan Deny
kemungkinan mengalami rabun jauh (miopi). Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
mengetahui seberapa besar kesalahan refraksi yang terjadi dan koreksi yang diperlukan.
Berkebalikan dengan Deny, Ibu Marni justru tidak dapat memeriksa pekerjaan Deni dan
harus menjauhkan kertasnya, karena lupa memakai kacamatanya. Ibu Marni dapat saja
mengalami presbiopi atau hipermetropi, walaupun cenderung mengalami presbiopi bila
dilihat dari usianya yang sudah cukup tua.
Referensi:
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya
Medika; 2000.h. 399-406
2. Crick FR, Khaw RP. A textbook of clinical ophthalmology: a practical guide to
disorders of the eyes and their management. 3rd ed. New Jersey: World Scientific.
p.62-75
3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h.72-83