LP_Tuberkulosis MDR.docx

17
Laporan Pendahuluan Tuberkulosis MDR (Multi-drug resistant) A. Definisi TB dengan resistensi ganda dimana basil M. tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan isoniazid, dengan atau tanpa OAT lainnya. TB resistensi ganda dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Resistensi primer yaitu resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak pernah mendapat OAT sebelumnya. Resistensi primer ini dijumpai khususnya pada pasien-pasien dengan positif HIV. Sedangkan resistensi sekunder yaitu resistensi yang didapat selama terapi pada orang yang sebelumnya sesnsitif obat. B. Etiologi Ada lima celah penyebab terjadinya TB-MDR 1. Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama 2. Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan menyebabkan

description

TBC

Transcript of LP_Tuberkulosis MDR.docx

Page 1: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Laporan Pendahuluan Tuberkulosis MDR (Multi-drug resistant)

A. Definisi

TB dengan resistensi ganda dimana basil M. tuberculosis resisten terhadap rifampisin

dan isoniazid, dengan atau tanpa OAT lainnya.

TB resistensi ganda dapat berupa resistensi primer dan resistensi sekunder. Resistensi

primer yaitu resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak pernah mendapat OAT

sebelumnya. Resistensi primer ini dijumpai khususnya pada pasien-pasien dengan positif

HIV. Sedangkan resistensi sekunder yaitu resistensi yang didapat selama terapi pada orang

yang sebelumnya sesnsitif obat.

B. Etiologi

Ada lima celah penyebab terjadinya TB-MDR

1. Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini

amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama

2. Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan

menyebabkan

penyebaran galur resitensi obat. Penyebaran ini tidak hanya pada pasien di rumah sakit

tetapi juga pada petugas rumah sakit, asrama, penjara dan keluarga pasien

3. Pasien dengan TB-MDR diterapi dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan

akan menyebarkan kuman. Pengobatan TB-MDR sulit diobati serta memerlukan

pengobatan jangka panjang dengan biaya mahal

4. Pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberkulosis yang mendapat

pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak

OAT yang resisten ( ’’The amplifier effect”). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi

resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif

5. HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB mejadi sakit TB dan akan

memperpanjang periode infeksious.

Page 2: LP_Tuberkulosis MDR.docx

C. Mekanisme Multidrug resistant tuberculosis (MDR Tb)

Multidrug resistant tuberculosis (MDR Tb adalah Tb yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis (M. Tb) resisten in vitro terhadap isoniazid (H) dan rifampisin

(R) dengan atau tanpa resisten obat lainnya. Terdapat 2 jenis kasus resistensi obat yaitu kasus

baru dan kasus telah diobati sebelumnya. Kasus baru resisten obat Tb yaitu terdapatnya galur

M. Tb resisten pada pasien baru didiagnosis Tb dan sebelumnya tidak pernah diobati obat

antituberkulosis (OAT) atau durasi terapi kurang 1 bulan. Pasien ini terinfeksi galur M. Tb

yang telah resisten obat disebut dengan resistensi primer. Kasus resisten OAT yang telah

diobati sebelumnya yaitu terdapatnya galur M. Tb resisten pada pasien selama mendapatkan

terapi Tb sedikitnya 1 bulan.

Kasus ini awalnya terinfeksi galur M Tb yang masih sensitif obat tetapi selama

perjalanan terapi timbul resistensi obat atau disebut dengan resistensi sekunder (acquired).

Secara mikrobiologi resistensi disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini membuat obat

tidak efektif melawan basil mutan. Mutasi terjadi spontan dan berdiri sendiri menghasilkan

resistensi OAT. Sewaktu terapi OAT diberikan galur M. Tb wild type tidak terpajan.

Diantara populasi M. Tb wild type ditemukan sebagian kecil mutasi resisten OAT. Resisten

lebih 1 OAT jarang disebabkan genetik dan biasanya merupakan hasil penggunaan obat yang

tidak adekuat. Sebelum penggunaan OAT sebaiknya dipastikan M. Tb sensitif terhadap OAT

yang akan diberikan. Sewaktu penggunaan OAT sebelumnya individu telah terinfeksi dalam

jumlah besar populasi M. Tb berisi organisms resisten obat. Populasi galur M. Tb resisten

mutan dalam jumlah kecil dapat dengan mudah diobati. Terapi Tb yang tidak adekuat

menyebabkan proliferasi dan meningkatkan populasi galur resisten obat. Kemoterapi jangka

pendek pasien resistensi obat menyebabkan galur lebih resisten terhadap obat yang

digunakan atau sebagai efek penguat resistensi. Penularan galur resisten obat pada populasi

juga merupakan sumber kasus resistensi obat baru. Meningkatnya koinfeksi Tb HIV

menyebabkan progresi awal infeksi MDR Tb menjadi penyakit dan peningkatan penularan

MDR Tb.

Banyak faktor penyebab MDR Tb. Beberapa analisis difokuskan pada

ketidakpatuhan pasien. Ketidakpatuhan lebih berhubungan dengan hambatan pengobatan

seperti kurangnya pelayanan diagnostik, obat, transportasi, logistik dan biaya pengendalian

program Tb. Survei global resistensi OAT mendapatkan hubungan antara terjadinya MDR Tb

Page 3: LP_Tuberkulosis MDR.docx

dengan kegagalan program Tb nasional yang sesuai petunjuk program Tb WHO.

Terdapatnya MDR Tb dalam suatu komuniti akan menyebar. Kasus tidak diobati dapat

menginfeksi lebih selusin penduduk setiap tahunnya dan akan terjadi epidemic khususnya di

dalam suatu institusi tertutup padat seperti penjara, barak militer dan rumah sakit. Penting

sekali ditekankan bahwa MDR Tb merupakan ancaman baru dan hal ini merupakan

manmade phenomenon.

Pengendalian sistematik dan efektif pengobatan Tb yang sensitive melalui DOTS

merupakan senjata terbaik untuk melawan berkembangnya resistensi obat. Terdapat 5 sumber

utama resisten obat Tb menurut kontribusi Spigots, yaitu :

1. Pengobatan tidak lengkap dan adekuat menyebabkan mutasi M. Tb resistensi

2. Lamanya pasien menderita infeksi disebabkan oleh keterlambatan diagnosis

MDR Tb dan hilangnya efektiviti terapi sehingga terjadi penularan galur

resisten obat terhadap kontak yang masih sensitive.

3. Pasien resisten obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek memiliki angka

kesembuhan kecil dan hilangnya efek terapi epidemiologi penularan.

4. Pasien resisten obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek akan mendapatkan

resistensi lanjut disebabkan ketidak hati—hatian pemberian monoterapi (efek

penguat).

5. Koinfeksi HIV dapat memperpendek periode infeksi menjadi penyakit Tb dan

penyebab pendeknya masa infeksi.

D. Patofisiologi

Kegagalan pada pengobatan poliresisten TB atau TB-MDR akan menyebabkan lebih banyak

OAT yang resisten terhadap kuman M. tuberculosis. Kegagalan ini bukan hanya merugikan pasien

tetapi juga meningkatkan penularan pada masyarakat.

TB resistensi obat anti TB (OAT) pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia,

sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya

penularan dari pasien TB-MDR ke.orang lain / masyarakat. Faktor penyebab resitensi OAT terhadap

kuman M. tuberculosis antara lain :

Page 4: LP_Tuberkulosis MDR.docx

1. Faktor Mikrobiologik

- Resisten yang natural

- Resisten yang didapat

- Ampli fier effect

- Virulensi kuman

- Tertular galur kuman –MDR

2. Faktor Klinik

a. Penyelenggara kesehatan

Keterlambatan diagnosis

Pengobatan tidak mengikuti guideline

Penggunaan paduan OAT yang tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang kurang

atau karena lingkungan tersebut telah terdapat resitensi yang tinggi terhadap OAT

yang digunakan misal rifampisin atau INH

Tidak ada guideline

Tidak ada / kurangnya pelatihan TB

Tidak ada pemantauan pengobatan

Fenomena addition syndrome yaitu suatu obat yang ditambahkan pada satu paduan

yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi karena kuman tuberkulosis telah resisten

pada paduan yang pertama maka ”penambahan” 1 jenis obat tersebut akan menambah

panjang daftar obat yang resisten.

Organisasi program nasional TB yang kurang baik

b. Obat

Pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan sehingga membosankan

pasien

Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan kompllit atau

sampai selesai gagal

Obat tidak dapat diserap dengan baik misal rifampisin diminum setelah makan,

atau ada diare

Kualitas obat kurang baik misal penggunaan obat kombinasi dosis tetap yang

mana bioavibiliti rifampisinnya berkurang

Page 5: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Regimen / dosis obat yang tidak tepat

Harga obat yang tidak terjangkau

Pengadaan obat terputus

c. Pasien

PMO idak ada / kurang baik

Kurangnya informasi atau penyuluhan

Kurang dana untuk obat, pemeriksaan penunjang dll

Efek samping obat

Sarana dan prasarana transportasi sulit / tidak ada

Masalah social

Gangguan penyerapan obat

3. Faktor Program

a. Tidak ada fasiliti untuk biakan dan uji kepekaan

b. Ampli fier effect

c. Tidak ada program DOTS-PLUS

d. Program DOTS belum berjalan dengan baik

e. Memerlukan biaya yang besar

4. Faktor AIDS–HIV

a. Kemungkinan terjadi TB-MDR lebih besar

b. Gangguan penyerapan

c. Kemungkinan terjadi efek samping lebih besar

5. Faktor Kuman

Kuman M. tuberculosis super strains

Sangat virulen

Daya tahan hidup lebih tinggi

Berhubungan dengan TB-MDR

Page 6: LP_Tuberkulosis MDR.docx

E. Klasifikasi Kasus TB

Sesuai dengan pedoman penanggulangan TB Nasional dibagi menjadi:

Kasus kronik

Pasien TB dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan

ulang (kategori 2). Hal ini ditunjang dengan rekam medis sebelumnya dan atau

riwayat penyakit dahulu.

Kasus gagal pengobatan

Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya positif atau kembali positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan

Kasus kambuh (relaps)

Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA

positif (dahak atau kultur)

Kasus gagal

Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali positif atau

kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan

Suspek TB-MDR, Pasien yang dicurigai kemungkinan TB-MDR adalah :

1. Kasus TB paru kronik

2. Pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2

3. Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan

kanamisin

4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1

5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan

kategori 1

6. TB paru kasus kambuh

7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan kategori 1 dan atau

kategori 2

8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-MDR konfirmasi,

termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal TB-MDR

Page 7: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Pasien yang memenuhi ‘kriteria suspek’ harus dirujuk secara ke laboratorium dengan

jaminan mutu eksternal yang ditunjuk untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan obat.

F. Manifestasi Klinik

Diagnosis TB-MDR dipastikan berdasarkan uji kepekaan o Semua suspek TB-MDR

diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil

uji kepekaaan terdapat M.tuberculosis yang rrsisten minmal terhadap rifampisi dan INH maka

dapat ditegakkan diagnosis TB-MDR Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk TB-

MDR didukung oleh

- pengenalan factor risiko untuk TB-MDR

- pengenalan kegagalan obat secara dini

- uji kepekaan obat

Pengenalan kegagalan pengobatan secara dini :

- Batuk tidak membaik yang seharusnya membaik dalam waktu 2 minggu pertama setelah

pengobatan

- Tanda kegagalan : sputum tidak konversi , batuk tidak berkurang , demam , berat badan

menurun atau tetap

Hasil uji kepekaan diperlukan :

- Untuk diagnosis resistensi

- Sebagai acuan pengobatan

Bila kecurigaan resistensi sangat kuat kirim sampel sputum ke laborstorium untuk uji resitensi

kemudian rujuk ke pakar.

G. Komplikasi

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan atau dalam

masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.

Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :

Batuk darah

Pneumotoraks

Luluh paru

Page 8: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Gagal napas

Gagal jantung

Efusi pleura

H. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan setelah hasil kepekaan ada

Sebelum pengobatan dimulai

Pemantauan efek samping obat

Indikasi _ pasien yang akan diobati TB MDR

Data klinis, BB

Foto toraks

Kreatinin serum

Kalium serum

Thyroid stimulating hormon (TSH)

Enzim hepar (SGOT, SGPT)

HB, leukosit

I. Penatalaksanaan

Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya

diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.

Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif dan pengobatan harus

diberikan paling sedikit 18 bulan.

Cara-cara yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien

terhadap pengobatan.

Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan

pasien dengan MDR-TB harus dilakukan.

Strategi Pengobatan TB MDR Tiga pendekatan pengobatan :

Page 9: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Paduan standard

Paduan empirik

Paduan disesuaikan masing-masing pasien(Ideal, tapi tergantung sumber daya & sarana)

Pilihan berdasarkan :

Ketersediaan OAT lini kedua (second-line)

Pola resistensi setempat dan riwayat penggunaan OAT lini kedua

Uji kepekaan obat lini pertama dan kedua

Program TB MDR yang akan dilaksanakan saat ini menggunakan strategi pengobatan yang

standard (standardized treatment).

Klasifikasi obat anti tuberkulosis dibagi atas 5 kelompok berdasarkan potensi dan efikasinya,

yaitu :

Kelompok 1: Sebaiknya digunakan karena kelompok ini paling efektif dan dapat ditoleransi

dengan baik (Pirazinamid, Etambutol)

Kelompok 2: Bersifat bakterisidal (Kanamisin atau kapreomisin jika alergi terhadap kanamisin)

Kelompok 3: Fluorokuinolon yang bersifat bakterisidal tinggi (Levofloksasin)

Kelompok 4: Bersifat bakteriostatik tinggi (PAS, Ethionamid, Sikloserin)

Kelompok 5: Obat yang belum jelas efikasinya. Tidak disediakan dalam program ini.

Paduan obat TB MDR

Paduan obat TB MDR yang akan diberikan kepada semua pasien TB MDR (standardized

treatment) adalah : Paduan ini hanya diberikan pada pasien yang sudah terbukti TB MDR

Paduan obat standard diatas harus disesuaikan kembali berdasarkan keadaan di bawah ini:

a. Hasil uji kepekaan OAT lini kedua menunjukkan resisten terhadap salah satu obat diatas.

Etambutol dan pirazinamid tetap digunakan

b. Ada riwayat penggunaan salah satu obat tersebut di atas sebelumnya sehingga dicurigai

ada resistensi, misalnya : pasien sudah pernah mendapat kuinolon untuk pengobatan TB

sebelumnya, maka dipakai levofloksasin dosis tinggi. Apabila sudah terbukti resisten

terhadap levofloksasin regimen pengobatan ditambah PAS, atas pertimbangan dan

persetujuan dari tim ahli klinis atau tim terapeutik

Page 10: LP_Tuberkulosis MDR.docx

c. Terjadi efek samping yang berat akibat salah satu obat yang sudah dapat diidentifikasi

sebagi penyebabnya

d. Terjadi perburukan keadaan klinis, sebelum maupun setelah konversi biakan. Hal-hal

yang harus diperhatikan adalah kondisi umum, batuk, produksi dahak, demam, penurunan

berat badan

6 Km - E – Etho – Levo – Z – Cs / 18 E – Etho – Levo – Z – Cs

Prinsip paduan pengobatan TB MDR

1. Setiap rejimen TB MDR terdiri dari paling kurang 4 macam obat dengan efektifitas yang

pasti atau hampir pasti.

2. PAS ditambahkan ketika ada resistensi diperkirakan atau hamper dipastikan ada pada

fluorokuinolon. Kapreomisin diberikan bila terbukti resisten kanamisin.

3. Dosis obat berdasarkan berat badan.

4. Obat suntikan (kanamisin atau kapreomisin) digunakan sekurangkurangnya selama 6 bulan

atau 4 bulan setelah terjadi konversi biakan. Periode ini dikenal sebagai fase intensif.

5. Lama pengobatan minimal adalah 18 bulan setelah konversi biakan

6. Definisi konversi dahak: pemeriksaan dahak dan biakan 2 kali berurutan dengan jarak

pemeriksaan 30 hari menunjukkan hasil negatif. `

7. Suntikan diberikan 5x/minggu selama rawat inap dan rawat jalan. Obat per oral diminum

setiap hari. Pada fase intesif obat oral diminum didepas petugas kesehatan kecuali pada

hari libur diminum didepan PMO. Sedangkan pada fase lanjutan obat oral diberikan

maksimum 1 minggu dan diminum didepan PMO. Setiap pemberian suntikan maupun

obat oral dibawah pengawasan selama masa pengobatan.

8. Pada pasien yang mendapat sikloserin harus ditambahkan Piridoxin (vit. B6), dengan dosis

50 mg untuk setiap 250 mg sikloserin

9. Semua obat sebaiknya diberikan dalam dosis tunggal

OAT dan dosisnya

Penentuan dosis OAT oleh dokter yang menangani dan berdasarkan berat badan pasien.

Penentuan dosis dapat dilihat tabel 2

Page 11: LP_Tuberkulosis MDR.docx

Obat akan disediakan dalam bentuk paket (disiapkan oleh petugas farmasi UPK pusat

rujukan TB MDR) untuk 1 bulan mulai dari awal sampai akhir pengobatan sesuai dosis

yang telah dihitung oleh dokter yang menangani. Paket obat yang sudah disiapkan untuk

1 bulan tersebut akan di simpan di Poliklinik DOTS Plus UPK pusat rujukan TB MDR

Penyerahan obat setiap minggu kepada pasien pada fase lanjutan dibawah pengawasan

dokter yang menangani.

Bila pasien meneruskan pengobatan di UPK satelit maka paket obat ini akan diambil oleh

petugas farmasi UPK satelit setiap bulannya di unit farmasi UPK pusat rujukan TB MDR.

Daftar Pustaka

World Health Organization .Guidelines for the programmatic management drug –

resistant tuberculosis emergency edition ,Geneve.2008

Dep.Kes RI,Buku pedoman pengobatan nasional.Jakarta 2007

TBCTA.International Standard for TB care.Geneve 2006

Page 12: LP_Tuberkulosis MDR.docx