LPJ Senam Otak

19
Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember 2013 Lampiran 07 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG “SENAM OTAK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH” DI RT 03 RW 01 DUSUN KRAJAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER diajukan untuk memenuhi tugas PBL Keperawatan Komunitas III oleh Muhammad Rofiq NIM 102310101085

description

heyu

Transcript of LPJ Senam Otak

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember2013

Laporan PBL Keperawatan Komunitas III-PSIK Universitas Jember2013

Lampiran 07

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SENAM OTAK PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RT 03 RW 01 DUSUN KRAJAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

diajukan untuk memenuhi tugas PBL Keperawatan Komunitas III

olehMuhammad RofiqNIM 102310101085KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN2013BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Analisis Situasi

Beberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5 % anak usia balita, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan adalah senam otak (WHO, 2010).

Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan malnutrisi berkelanjutan sehingga terjadi keterlambatan perkembangan otak. Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak. Di Indonesia, belum ada data akurat tentang jumlah dan kondisi anak berkebutuhan khusus, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan perkembangan otak sehingga anak khususnya balita gagal mencapai tumbuh kembangnya.

Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006: 1). Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006 ). Prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan brain gym (senam otak) lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang tidak diberi perlakuan brain gym (senam otak) dengan prosentase sebesar 49% (Purwanto, 2009). Adanya perbedaan antara kelompok yang diberi perlakuan berupa Brain Gym dengan yang tidak diberi perlakuan, dengan demikian menunjukkan bahwa Brain Gym efektif dalam menurunkan stres pada anak bisa (Purwanto, 2009).1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan senam otak (Brain Gym)?

BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT2.1 Tujuan

2.1.1 Tujuan Umum

Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger akan mampu memahami dan mampu melakukan senam otak secara mandiri.

2.1.2 Tujuan Khususa. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger akan mampu memahami pengertian senam otak (Brain Gym).b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger akan mampu memahami manfaat senam otak (Brain Gym).c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger akan mampu mendemonstrasikan gerakan senam otak (Brain Gym).2.2 Manfaata. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger mampu memahami pengertian senam otak (Brain Gym).b. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger mampu memahami manfaat senam otak (Brain Gym).c. Anak usia pra sekolah di RW 01 Dusun Krajan Desa Kasiyan Kecamatan Puger mampu mendemonstrasikan gerakan senam otak (Brain Gym).BAB 3. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran MasalahDua dari 1000 balita beresiko mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan yang diawali dari keterlambatan perkembangan otak pada balita. Secara statistik sekitar 3 persen balita tidak bisa mencapai perkembangan motoriknya tepat waktu. Tapi dari angka itu hanya sekitar 15-20 persen anak saja yang perkembangannya abnormal, selebihnya masih bisa berkembang normal meski sedikit lebih lambat (Depkes, 2010). Faktor-faKtor yang dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita yaitu factor genetic, pola asuh, dan lingkungan. Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu sekitar 10% dari seluruh populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya dan mampu bersaing di era global.Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita dapat dicegah dengan latihan aktifitas yang digunakan untuk menstimulus otak pada balita, salah satunya adalah senam otak (Brain Gym). Brain Gym dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson Ph.D (2002) seorang ahli dan pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Brain Gym adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Brain Gym adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan para murid di Educational Kinesiology (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Paul & Gail, 2002). Gerakan Brain Gym dibuat untuk menstimulasi (dimensi lateralitas), meringankan (dimensi pemfokusan), atau merelaksasi (dimensi pemusatan) siswa yang terlibat dalam situasi belajar tertentu. Otak manusia seperti hologram, terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang saling berhubungan sebagai satu kesatuan (Purwanto, 2009).

Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, Brain Gym dapat memberikan beberapa manfaat seperti yang dikemukakan oleh Ayinosa (2009), Brain Gym dapat memberikan manfaat yaitu berupa: (a) Stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, (b) Hubungan antarmanusia dan suasana belajar/kerja lebih relaks dan senang, (c) Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, (d) Orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, (e) Orang merasa lebih sehat karena stress berkurang, dan (f) Prestasi belajar dan bekerja meningkat. Brain Gym dapat mengaktifkan otak sehingga mampu berfungsi dengan lebih baik. Brain Gym telah diakui sebagai salah satu teknik belajar yang paling baik oleh National Learning Foundation USA (Purwanto, 2009)..Menurut Denisson (2008) meski sederhana, Brain Gym mampu memudahkan kegiatan belajar dan melakukan penyesuaian terhadap ketegangan, tantangan, dan tuntutan hidup sehari-hari. Program Brain Gym menekankan keterampilan belajar fisik. 3.2 Kerangka Penyelesaian Masalah

Pada masa balita, pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa seperti ini tidak akan terulang lagi pada kehidupan selanjutnya. Karena itu perhatian yang diberikan pada masa balita sangat menentukan kualitas kehidupan manusia dimasa depan. Pertumbuhan anak, yang bekaitan dengan segi jasmani ini, didukung oleh pemberian makanan bergizi bagi anak. Proses ini dipantau dengan menimbang berat badan anak secara teratur setiap bulan. dengan demikian bila terjadi kelambatan dalam pertumbuhan anak, kelambatan tersebut dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya. Demikian pula perkembangan anak, yang berkaitan dengan kecerdasan, perasaan, dan pergaulan. Perkembangan anak perlu perlu selaras dengan pertumbuhan jasmani. Proses ini didukung oleh pengasuhan anak yang baik, termasuk perangsangan (stimulasi) perkembangan Perkembangan anak juga perlu dipantau agar kelambatannya dapat segera diketahui dan dicarikan upaya untuk mengatasinya (Purwanto, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan dari lingkungan keluarga, sikap orangtua, faktor keturunan, serta penyakit yang diderita pada masa kecil. Faktor-faktor tersebut perlu dijaga sedemikian rupa agar tidak menghambat kemajuan anak. Dalam lingkungan dan suasana yang mendukung, pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat berlangsung dengan baik. Pemantauan perkembangan anak dilakukan untuk mengikuti perkembangan anak. Tujuanya agar orangtua dapat segera mengetahui bila terjadi kelambatan perkembangan pada anaknya (Purwanto, 2009).

Cara mencegah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada balita:a. Berikan stimulasi yang tepat, terutama pada gangguan perkembangan kemampuan bicara dan kemampuan kognitif (cara berpikir) anak.

b. Konsultasi dengan dokter atau therapist untuk mengatasi berbagi gangguan perkembangan si kecil. Misalnya gangguan keterlambatan bicara dan gangguan motorik kasar (Purwanto, 2009).

Menurut Purwanto (2009) stimulasi yang perlu dilanjutkan agar perkembangan anak maksimal antara lain .a. Kemampuan Gerak Kasar

1. Dorong anak mau memanjat, berlari,melompat, melatih keseimbangan badan dan bermain bola

2. Latihan menghadapi rintangan

3. Melompat jauh

4. Melempar dan menangkap

5. Mengendarai sepeda roda tiga

6. Menangkap bola

7. Berjalan mengikuti garis lurus

8. Melompat

9. Melempar benda-benda kecil keatas

10. Menirukan binatang berjalan

11. Main lampu merah lampu hijau

B. Kemampuan Gerak Halus

1. Bermain puzzle dan menggambar

2. Memasukkan benda kedalam benda lain

3. Membuat gambar tempelan

4. Memilih dan melompatkan benda-benda menurut jenisnya

5. Mencocokkan gambar benda dengan benda asli

6. Konsep jumlah

7. Bermain menyusun balok-balok

8. Memotong

9. Menggambar dan menulis

10. Mencampur warna

11. Mengajar konsep separo dan satu bagian

12. Membandingkan benda besar kecil,berat ringan,banyak sedikit

13. Percobaan ilmiah

14. Berkebun

C. Kemampuan Bicara dan Bahasa

1. Bacakan buku cerita anak

2. Dorong anak bercerita

3. Dampingi nonton TV

4. Menyebut nama lengkap anak

5. Cerita tentang diri anak

6. Menyebut nama berbagai jenis pakaian

7. Menyebut keadaan suatu benda

8. Nyanyikan lagu-lagu

9. Album fotoku

10. Mengenal huruf dan simbol

11. Belajar mengingat

12. Mengenal angka

13. Membaca majalah

14. Mengenal musim

15. Mengunjungi perpustakaan

16. Melengkapi kalimat

17. Bercerita

18. Membantu pekerjaan di dapur

D. Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian

1. Bujuk dan tenangkan ketika anak kecewa dengan memeluk dan berbicara padanya

2. Sering ajak anak keluar berkunjung ke tempat bermain, toko, kebun binatang,dll

3. Ajak anak membersihkan diri ketika kotor mengelap dengan bantuan sesedikit mungkin

4. Melatih buang air kecil dan besar di WC dan ajari cara membersihkannya

5. Berdandan

6. Berpakaian

7. Mengutarakan perasaan

8. Makan bersama

BAB 4. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah

Dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan Senam Otak pada anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan. Sehingga anak usia prasekolah dapat melatih kecerdasan otaknya dan dapat melakukan sendiri di rumah masing-masing karena gerakan senam otak tergolong sederhana dan mudah untuk di hafal.4.2 Khalayak Sasaran

Sasaran dari pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan Senam Otak adalah anak-anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan. Anak usia prasekolah yang di kumpulkan di suatu tempat dan kemudian diajarkan terkait dengan konsep dari senam otak.

4.3 Metode Yang DigunakanMetode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada pada anak usia prasekolah adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi tentang gerakan-gerakan dan fungsi Senam Otak sehingga masalah kesehatan pada anak usia prasekolah bisa di atasi.

BAB 5. HASIL KEGIATAN5.1 Analisis Evaluasi dan Hasil-Hasilnya

5.1.1 Evaluasi Struktur a. Mahasiswa telah melakukan pengkajian sebagai data dasar sebelum memulai pendidikan kesehatanb. Mahasiswa telah menyiapkan media pembelajaran dalam proses pendidikan kesehatanc. Anak-anak menyatakan bersedia mengikuti proses pendidikan kesehatan

d. Mahasiswa dapat mengembangkan pola komunikasi interaktif dan menarik

e. Materi yang akan disajikan sudah dalam bahasa dan istilah yang mudah dipahami

f. Mahasiswa mampu meningkatkan antusiasme anak-anakg. Mahasiswa mampu menjaga sikap selama pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam otak dilakukan

h. Mahasiswa mampu bersikap caring, empati dan mengutamakan kebutuhan anak-anak selama pendidikan kesehatan dan demonstrasi dilakukan.

i. Tersedia lingkungan yang nyaman, kondusif dan tenang selama pendidikan kesehatan dan demonstrasi dilaksanakan.5.1.2 Evaluasi Prosesa. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian senam otakb. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat senam otakc. Mahasiswa dapat menjelaskan waktu penting senam otakd. Mahasiswa mampu mengajarkan anak-anak senam otak dan menerapkan latihan senam otake. Anak-anak dapat mengikuti pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam otak dari awal sampai selesai

f. Proses pendidikan kesehatan dan demonstrasi dapat berjalan sistematis dan lancar5.1.3 Evaluasi hasil a. Anak-anak dapat menyebutkan pengertian senam otakb. Anak-anak dapat menyebutkan manfaat senam otakc. Anak-anak dapat menyebutkan waktu penting senam otakd. Anak-anak mampu mendemonstrasikan senam otak Anak-anak mampu merasakan manfaat dari latihan senam otak5.2 Faktor Pendorong

5.2.1 Persediaan dana yang mencukupi untuk kebutuhan penyelenggaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi sehingga dapat berjalan dengan lancar

5.2.2 Tingginya apresiasi dan motivasi anak-anak akan kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi senam otak5.3 Faktor Penghambat 5.3.1 Kurangnya pengetahuan, sikap, keyakinan anak-anak, orang tua, dan keluarga mengenai pentingnya meningkatkan PHBS anak5.3.2 kesehatan untuk meningkatkan PHBS anak5.3.3 Kurangnya alokasi dana yang mencukupi untuk kebutuhan penyelenggaran pendidikan kesehatan dan demonstrasi 5.3.4 Rendahnya apresiasi dan motivasi anak-anak, orang tua, keluarga akan kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN6. 1 KesimpulanBeberapa data menunjukkan angka kejadian anak balita yang mengalami keterlambatan perkembangan otak khususnya keterlambatan bicara (speech delay) cukup tinggi. Silva (2007) di New Zealand sebagaimana dikutip Leung menemukan bahwa 8,4% anak umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara sedangkan Leung (2009) di Canada mendapatkan angka 3% sampai 10%. Di Amerika Serikat, perkiraan keseluruhan terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5 % anak usia balita, yang meliputi gangguan suara sebanyak 3 % dan gagap sebesar 1 %, salah satu alternative yang dilakukan adalah senam otak (WHO, 2010).

Data dari UNICEF tahun 2010 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan malnutrisi berkelanjutan sehingga terjadi keterlambatan perkembangan otak. Menurut WHO, diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus dari total populasi anak.

Di Indonesia, belum ada data akurat tentang jumlah dan kondisi anak berkebutuhan khusus, namun berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2007, terdapat 82.840.600 jiwa anak dari 231.294.200 jiwa penduduk Indonesia, dimana sekitar 8,3 juta jiwa diantaranya adalah anak berkebutuhan khusus yang mengalami keterlambatan perkembangan otak sehingga anak khususnya balita gagal mencapai tumbuh kembangnya.

Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006: 1). Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006 ).

Prestasi belajar siswa yang diberi perlakuan brain gym (senam otak) lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang tidak diberi perlakuan brain gym (senam otak) dengan prosentase sebesar 49% (Purwanto, 2009). Adanya perbedaan antara kelompok yang diberi perlakuan berupa Brain Gym dengan yang tidak diberi perlakuan, dengan demikian menunjukkan bahwa Brain Gym efektif dalam menurunkan stres pada anak bisa (Purwanto, 2009).Dengan melakukan pendidikan kesehatan dan demonstrasi terkait dengan Senam Otak pada anak usia prasekolah di RW 1 Dusun Krajan Desa Kasiyan. Sehingga anak usia prasekolah dapat melatih kecerdasan otaknya dan dapat melakukan sendiri di rumah masing-masing karena gerakan senam otak tergolong sederhana dan mudah untuk di hafal.

6. 2 Saran

6.2.1 Bagi Anak-Anak

Gunakan senam otak sebagai kegiatan selingan sehingga manfaatnya akan dapat dirasakan6.2.2 Bagi Keluarga

Dukung dan dampingi anak untuk melakukan Senam Otak setiap hari

6.2.3 Bagi MasyarakatSediakan lingkungan yang mendukung untuk anak usia prasekolah sehingga mereka bisa melakukan Senam Otak

6.2.4 Bagi Tenaga Kesehatan

Bantu sasaran ketika mereka mengalami masalah kesehatan yang tidak bisa di selesaikan oleh keluarga

6.2.5 Bagi Praktik Keperawatan MaternitasDampingi dan bantu mereka dalam melakukan tugas perkembangan yang harus dilewati di setiap langkahnya6.2.6 Bagi Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan

Membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan upaya kesehatan yang ada pada setiap lapisan Masyarakat

6.2.7 Bagi PemerintahMelakukan upaya pengaturan dalam bentuk peraturan dan kebijakan yang mendukung upaya kesehatanDAFTAR PUSTAKA

Ayinosa. 2009. Brain Gym (Senam Otak). Diperoleh dari http://book.store.co.id/2009. Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.35 WIB).Badan Pusat Statistik Nasional. 2007 . (Diakses tanggal 16 Maret 2013 20.45 WIB).

Dennison, Paul. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia.Dennison, P., Gail, E. 2002. Buku Panduan Lengkap Brain Gym. Jakarta : Gramedia.

Departemen Kesehatan. 2006. (Diakses tanggal 17 Maret 2013 14.00 WIB).

Departemen Kesehatan. 2010. . (Diakses tanggal 17 Maret 2013 13.00 WIB).

Haryanto, Nia. 2009. Ada Apa Dengan Otak Tengah?. Jakarta: Gradien Mediatama.

Markam, Soemarmo. 2008. Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.

Purwanto, Setyo dan Ranita, Wdyastuti. 2009. Efektifitas Brain Gyms dalam Menurunkan Stress pada Anak. Jurnal Kesehatan.II (2): 137-146.Sularyo, Titi. Senam Otak. Sari Pediatri, 2002, 4 (1):36-44.LAMPIRANLampiran 1. SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Lampiran 2. SOP (Standar Operasional Prosedur)Lampiran 3. MateriLampiran 4. Media

Lampiran 5. Berita Acara Kegiatan

Lampiran 6. Daftar HadirLampiran 7. Foto Kegiatan

Page 14 of 14